You are on page 1of 43

MENGUNGKAP POTENSI TERSEMBUNYI KEDELAI (Glycine max)

SEBAGAI AGEN KEMOPREVENTIF YANG POTENSIAL

Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) 2008


Bidang: IPA
Tema : Peningkatan Daya Saing Bangsa berbasis Keunggulan Lokal

Disusun oleh:

Andita Pra Darma (06/198136/FA/07676)


Ratih Hardika Pratama (06/194833/FA/07559)
Dyani Primasari Sukamdi (05/186936/FA/07338)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
2

HALAMAN PENGESAHAN
KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA
TAHUN 2008

1. Judul Karya Tulis : Mengungkap Potensi Tersembunyi Kedelai


(Gycine max) sebagai Agen Kemopreventif
yang Potensial
2. Bidang Penulisan : IPA
3. a. Penulis 1
Nama : Andita Pra Darma
NIM : 06/198136/FA/07676
b. Penulis 2
Nama : Ratih Hardika Pratama
NIM : 06/194833/FA/07559
c. Penulis 3
Nama : Dyani Primasari Sukamdi
NIM : 05/186936/FA/07338

4. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt
b. NIP :-
c. Alamat Rumah : Jl. Ireda 68 Yogyakarta
d. No.Telp : (0274) 372346
e. E-mail : riris_jenie@ugm.ac.id

Yogyakarta, 10 April 2008


Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dosen Pembimbing

(Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt.) (Riris Istighfari Jenie, M.Si,


Apt )
NIP. 131857330 NIP. -

Direktur Bidang Kemahasiswaan

( Drs. Haryanto, M.Si )


NIP. 131671685
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul “Dibalik Potensi
Tersembunyi Kedelai (Glycine max) sebagai Agen Kemopreventif”, yang disusun
untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa UGM Bidang IPA, Topik:
Pendayagunaan Potensi Kelautan. Dalam penyusunan karya tulis ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Marchaban, DESS, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UGM dan
Bapak Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Farmasi UGM.
2. Ibu Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penulisan
karya tulis ilmiah ini.
3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan kepada kami.
4. Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan, baik moral
maupun material kepada kami.
Tiada gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan karya tulis ini, masih
banyak ditemukan kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima
masukan, saran, ataupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk
penyempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
Pemerintah , masyarakat dan para akademisi dan peneliti-peneliti di Indonesia secara
luas.

Jogjakarta, 10 April 2008

Penulis
4

RINGKASAN

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit ganas yang telah ada di sekitar kita.
Selama ini penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti oleh
sebagian besar masyarakat dunia. Upaya-upaya pencegahan untuk penyakit kanker
sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk pencegahan kanker seperti dengan
pembedahan, radiasi, maupun kemoterapi. Penemuan suatu agen pencegah kanker
yang berasal dari alam kian diminati oleh masyarakat karena bahan alam tidak
berbahaya bagi tubuh mengingat terapi kanker yang selama ini ada memiliki efek
samping yang sangat berbahaya terhadap tubuh kita. Untuk itu diperlukan suatu
usaha dalam rangka menggali potensi alam khususnya Indonesia sebagai alternatif
pengobatan kanker terutama sebagai agen kemopreventif.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam. Berbagai macam flora
tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Akan tetapi, banyak dari potensi lokal
di negara ini yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan masyarakat
terutama di bidang kesehatan. Sebagian masyarakat sebenarnya sudah memanfaatkan
tanaman-tanaman yang ada di Indonesia ini untuk pengobatan suatu penyakit.
Mereka menggunakan tanaman ini berdasarkan pengalaman maupun “dari mulut ke
mulut” yang berkembang secara turun temurun tanpa mengetahui dengan pasti
bagaimana mekanisme dari tanaman di sekitar mereka. Sebagian masyarakat lain
hanya memanfaatkan tanaman yang ada di Indonesia untuk kebutuhan pangan yaitu
memenuhi kebutuhan gizi mereka tanpa tahu potensi lainnya, sebagai contoh adalah
kedelai (Glycine max).

Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui efek kedelai sebagai agen
kemopreventif melalui mekanisme-mekanisme yeng terkait dengan zat aktif yang
terkandung dalam kedealai. Selanjutnya dicari solusi bagaimana meningkatkan
produksi kedelai di Indonesia mengingat potensinya sebagai agen kemopreventif
sekaligus mencari ide-ide kreatif untuk mengolah kedelai menjadi bentuk-bentuk lain
yang lebih umum dan dapat diterima masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu dilakukan pengumpulan data-
data pendukung tentang kedelai yaitu dari laporan penelitian, literatur, artikel, dan
browsing dari internet. Setelah itu dilakukan pengolahan data-data untuk menjawab
masalah-masalah yang terkait dengan kedelai dalam penulisan ini lalu dilakukan
analisis dan solusi yang tepat untuk pengembangan penggunaan kedelai secara luas.

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati utama bagi masyarakat
Indonesia yang mengandung berbagai macam gizi yang diperlukan oleh tubuh .
Kedelai juga mengandung suatu isoflavon yaitu suatu senyawa fitoestrogen yang
memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif. Isoflavon yang terkandung dalam
kedelai antara lain genistein, daidzein, dan glycitein . Genistein merupakan isoflavon
utama yang ada di dalam tanaman kedelai yang memiliki aktivitas kemopreventif
yaitu bekerja sebagai antioksidan dan sebagai senyawa estrogenik yang dapat
5

menghambat proliferasi sel. Antioksidan pada kedelai berguna mengikat radikal-


radikal bebas yang dapat berpotensi menyebabkan penyakit kanker. Aktivitas lainnya
adalah sebagai senyawa estrogenik, yaitu senyawa yang mirip dengan estrogen dan
berikatan dengan estrogen reseptor sehingga dapat menghambat proses proliferasi
sel.

Pemanfaatan kedelai sebagai agen kemopreventif bisa dilakukan dengan


mengonsumsi kedelai secara teratur yaitu untuk mencegah terbentuknya penyakit
kanker. Isoflavon pada kedelai sebenarnya dapat bekerja baik sebelum dan sesudah
terbentuknya sel kanker itu sendiri tetapi lebih baik dikonsumsi sebagai pencegahan
karena sesuai pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pemanfaatan
kedelai yang lain adalah dikombinasikan dengan terapi kanker secara medis,
misalkan dengan kemoterapi baik sebagai agen pendukung yang dapat menaikkan
efek maupun bekerja antagonis dengan menurunkan efek samping yang berbahaya
dari terapi tersebut. Dengan demikian, selain sebagai makanan dengan protein tinggi,
kedelai juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam pencegahan kanker.

Kedelai yang berfungsi sebagai antioksidan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
dibuat produk-produk selain produk makanan yang selama ini beredar. Produk yang
dapat dimanfaatkan misalnya adalah lotion maupun sabun mandi. Produk ini
diharapkan dapat mengurangi radikal bebas baik dari debu dan asap kendaraan
bermotor mengingat tingkat polusi di negara ini cukup tinggi. Selain itu, pengolahan
kedelai menjadi food supplement juga dapat mengoptimalkan fungsinya sebagai agen
kemopreventif. Food supplement dalam bentuk yang praktis merupakan salah satu
strategi untuk menaikkan daya konsumsi kedelai di masyarakat mengingat
berubahnya pola gaya hidup masyarakat yang cenderung mencari sesuatu yang
mudah dan praktis. Bentuk sediaan yang dapat digunakan adalah dengan tablet
effervescent dimana masyarakat dapat dengan mudah menikmati kedelai tanpa harus
bersusah payah.

Strategi pengolahan kedelai perlu untuk terus ditingkatkan, baik sebagai bahan
makanan maupun produk lain. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara
pemerintah, industri makanan, industri farmasi, dan kalangan akademisi untuk
mengembangkan ide-ide kreatif dan strategi pengembangan produk hasil olahan
kedelai, sehingga kedelai bisa digunakan secara luas oleh masyarakat. Manfaat
kedelai yang begitu besar tidak diimbangi dengan produksinya. Produksi kedelai
terus menurun dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan produksi kedelai dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah penanaman kedelai secara
tumpang sari dan budidaya kedelai di lahan pasang surut. Cara lain untuk
meningkatkan produksi kedelai adalah dengan rekayasa genetika untuk
menghasilkan tanaman kedelai yang unggul yaitu butuh biaya perawatan yang murah
dengan hasil yang maksimal. Melalui budidaya yang terorganisir, penyebaran
informasi oleh Pemerintah, dan usaha pengembangan produk kedelai, diharapkan
potensi kedelai sebagai alternatif pencegahan kanker dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan resiko penyakit kanker di
6

Indonesia, dan potensi alam di Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
anak-anak bangsa di masa kini dan mendatang.

Dari uraian di atas jelas sekali manfaat kedelai sebagai agen kemopreventif yang
dapat menurunkan resiko penyakit kanker. Berbagai macam usaha perlu dilakukan
untuk mengoptimalkan potensi kedelai mulai dari proses produksi dan cara-cara
pengolahannya. Untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai
manfaat kedelai dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kedelai ataupun
bahan-bahan lain yang tujuannya ke arah penemuan obat baru yang dapat berguna
untuk menunjang terapi penyakit kanker. Pemerintah perlu membentuk suatu tim
yang beranggotakan para ahli yang terpercaya yang khusus menangani obat-obatan
alami sehingga potensi lokal di Indonesia dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan masyarakat.
7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol
sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme
multiseluler. Akibatnya, sel akan berproliferasi terus-menerus sehingga
menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal yang menyebar dan
menghancurkan organ-organ lain dan jaringan tubuh (Lodish et al., 2000). Penyebab
sebenarnya dari kanker belum diketahui dengan pasti dan jelas namun ada faktor-
faktor resiko yang terkait dengan terjadinya kanker. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah makanan, merokok, konsumsi alkohol, tingkah laku reproduksi,
infeksi, dan faktor-faktor geografis termasuk sinar matahari dan lamanya terekspose
bahan-bahan karsinogenik (produk-produk pembakaran fosil, limbah radioaktif,
debu, asap, residu pestisida dan bahan tambahan pangan) Bahan-bahan mutagen dan
karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan DNA yang berlanjut dengan proses
mutagenesis dan karsinogenesis.

Selama ini masyarakat secara umum sebenarnya sudah menggunakan tanaman-


tanaman dari alam sekitar untuk pengobatan penyakit kanker. Pengetahuan
masyarakat saat ini masih bersifat empiris yaitu informasi ini menyebar dari mulut ke
mulut dan secara generasi ke generasi diturunkan secara berkelanjutan. Untuk itu
perlu adanya suatu penelitian lebih lanjut disertai bukti-bukti ilmiah sehingga
masyarakat dapat memahami secara pasti mengenai manfaat tanaman tersebut. Salah
satu tanaman di Indonesia yang selama ini dikenal masyarakat dan dipercaya
memiliki manfaat dalam hal kesehatan adalah kedelai (Glycine max).
8

Kedelai merupakan salah satu sumber gizi protein nabati yang cukup banyak
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik kalangan atas maupun
kalangan bawah. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan atau
Leguminoceae ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam bidang alternatif pengobatan yang berbasis bahan alam
sebagai agen kemopreventif untuk.

Kedelai mengandung isoflavon yang diyakini dapat digunakan dalam pengobatan


kanker. Isoflavon yang termasuk senyawa fitoestrogen dalam kedelai berfungsi
sebagai regulator signal transduksi menghambat enzim 5-alfa reduktase, menaikkan
Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), mengurangi tirosin yang bekerja spesifik
terhadap aktivitas protein kinase, dan mengurangi aktivitas P450 aromatase.
Isoflavon utama yang terkandung dalam kedelai adalah genistein. Genistein yang
diperoleh dari pemurnian kedelai merupakan isoflavon yang telah banyak menuai
perhatian sehubungan dengan aktivitasnya sebagai antiproliferatif, efek estrogenik,
dan efek antiestrogenik (Molteni, 1995). Bahkan sebuah studi mengenai efek
genistein secara in vivo dan in vitro melaporkan bahwa 74 % proliferasi pada kanker
prostat dan kanker payudara berkurang secara signifikan (Hempstock, 1999).
Mekanisme kerja dari genistein yang menginduksi apoptosis sel dan menghambat
proliferasi sel mengindikasikan genistein sebagai agen kemopreventif.

Berdasarkan bukti-bukti ilmiah tersebut disimpulkan bahwa kedelai memiliki potensi


yang luar biasa untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif pengobatan
penyakit kanker. Selain itu diperlukan strategi-strategi mengoptimalkan
perkembangan dan budidaya kedelai di Indonesia mengingat potensinya sebagai agen
kemopreventif.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah kedelai dapat menjadi agen kemopreventif ?
2. Bagaimana usaha untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia ?
9

3. Bagaimana strategi mengolah kedelai menjadi bentuk lain yang mudah diperoleh
dan bermanfaat sebagai agen kemopreventif ?

C. Makna Penting dan Gagasan Kreatif


Penyakit kanker tergolong penyakit yang mengerikan dan meresahkan bagi
masyarakat. Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah
jantung yang menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia ada pada urutan ke-6
(Kompas, 2003). Obat-obat herbal banyak digunakan sebagai alternatif dalam
pengobatan kanker baik sebagai agen kemopreventif. Selain mudah didapat, oabat-
obat dari bahan alam relatif sedikit menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi
tubuh.

Indonesia merupakan negara kaya akan bahan alam yang memiliki potensi yang
sebagai agen kemopreventif atau antikanker, salah satunya adalah kedelai. Meski
bukan tanaman asli Indonesia kedelai telah banyak dibudidayakan di Indonesia dan
produk hasil olahan kedelai telah banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat
Indonesia. Selain itu kedelai juga mengandung zat besi,kalsium, vitamin A, B, B1,
B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang
berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Zat lain yang terkandung dalam
kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk isoflavon yaitu
senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor
(Thomas, 1992).

Sosialisasi tentang manfaat kedelai sebagai agen kemopreventif, diharapkan mampu


mendorong masyarakat untuk menggunakan kedelai sebagai pencegah kanker dan
untuk terapi pengobatan kanker selain kemoterapi. Usaha-usaha peningkatan
produksi kedelai juga diperlukan karena akhir–akhir ini produksi kedelai menurun.
Dengan ditingkatkannya produksi kedelai maka produk hasil olahan kedelai akan
semakin banyak diproduksi dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dengan
10

begitu, resiko masyarakat Indonesia menderita penyakit kanker akan semakin kecil
dan perkembangan penyakit kanker bisa ditekan.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mencari alternatif pengobatan penyakit kanker dengan memanfaatkan potensi
alam di Indonesia.

2. Tujuan Khusus
a. Menginformasikan pada masyarakat mengenai potensi kedelai sebagai agen
kemopreventif.
b. Mensosialisasikan kedelai sebagai agen kemopreventif kepada pemerintah dan
mengoptimalkan potensinya sehingga pemerintah ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri.
c. Mencari strategi dalam pendayagunaan kedelai menjadi bentuk lain yang lebih
menarik dan dapat bersaing dengan produk- produk yang telah beredar di
masyarakat.

E. Manfaat

1. Bagi Pemerintah
a. Sebagai pertimbangan bagi Pemerintah untuk melakukan usaha peningkatan
produksi kedelai yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan peningkatan taraf
kesehatan masyarakat Indonesia.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengeluarkan dana bagi penelitian dan
eksplorasi lebih lanjut terhadap potensi kedelai di Indonesia.
c. Sebagai pertimbangan pelaksanaan sosialisasi manfaat kedelai yang berpotensi
dalam terapi pengobatan kanker .
11

2. Bagi Masyarakat Luas


a. Sebagai saran membudidayakan kedelai secara massal, sebagai sumber
pendapatan yang cukup menjanjikan.
b. Sebagai pembuka wawasan masyarakat tentang aktivitas kemopreventif dari
kedelai.
c. Sebagai saran membuka lapangan pekerjaan baru berupa budidaya kedelai
3. Bagi Penulis dan Kalangan Akademisi
a. Bagi penulis, karya tulis ini bermanfaat sebagai langkah awal untuk
menghasilkan karya-karya tulis lain di masa mendatang.
b. Bagi kalangan akademisi lain, terutama para peneliti, berguna sebagai pemacu
semangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan lain dari
kedelai (Glycine max) dan potensi tanaman lain di Indonesia yang bermanfaat
dalam bidang kesehatan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Kanker

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker kehilangan fungsi kontrolnya terhadap
regulasi daur sel maupun fungsi homeostasis sel pada organisme multiseluler.
Dengan kegagalan tersebut, sel tidak dapat berproliferasi secara normal. Akibatnya
sel akan berploriferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan
yang abnormal (Lodish et al., 2000).

Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah jantung yang
menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6. Kanker terjadi
akibat adanya gangguan fungsi homeostasis atau kegagalan mekanisme pengatur
multiplikasi pada organisme multiseluler (Kompas, 2003).  Sel kanker timbul dari sel
normal tubuh yang mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh
karsinogen atau karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen yang
menyebabkan gen tersebut termutasi disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma
merupakan jaringan abnormal yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak
terkontrol (neoplasia). Pada tahap awal, neoplasma berkembang menjadi karsinoma
in situ di mana sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi dan mungkin
memiliki kesamaaan fungsional dengan sel normal (King, 2000). Sel neoplasma
mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya
menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor
7

diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan
tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai
tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain.
Maligna sering dikatakan sebagai kanker (Lodish et al., 2000).

Sel kanker memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sel normal dalam
tubuh. Ciri-ciri khusus sel kanker yang membedakannya dengan sel normal antara
lain :
a. Sel kanker tidak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama
apoptosis. Protein p53 mampu mencegah replikasi dari DNA yang rusak pada
sel normal dan mendorong penghancuran sendiri dari sel yang mengandung
DNA yang tidak normal. Peristiwa ini disebut apoptosis. Apoptosis sangat
dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan dalam tubuh,
yang mana semuanya fungsional dan menempati tempat yang tepat dengan umur
tertentu. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal (nonkanker) akan
mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan (inflamasi). Sel kanker
berbeda dengan karakteristik tersebut. Dia akan terus hidup meski seharusnya
mati (immortal). Mutasi dari gen p53 menyebabkan proliferasi dan transformasi
sel menjadi kehilangan kendali (Sofyan, 2000).
b. Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstraseluler atau asosial. Komunikasi
ekstraseluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka
dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial, sel
kanker bertindak semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh
lingkungannya. Sel kanker dapat memproduksi growth factor sendiri sehingga
tidak bergantung pada rangsangan sinyal pertumbuhan dari luar untuk
melakukan proliferasi. Dengan demikian sel kanker dapat tumbuh menjadi tak
terkendali (Hanahan and Weinberg, 2000). Sel kanker juga tidak sensitive
terhadap sinyal yang dapat menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel. Sel
kanker mampu menghindar dari sinyal anti pertumbuhan yang berhubungan
8

dengan daur sel, salah stu mekanismenya adalah dengan rusaknya gen Rb
(Meiyanto, 2002).
c. Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak jaringan tersebut
dan tumbuh subur di atas jaringan lain membentuk anak sebar (metastasis).
Semakin besar jangkauan metastasis tumor, kanker semakin sulit disembuhkan
(Albert et al., 1994). Kanker pada stadium metastasis inilah yang merupakan
penyebab 90% kematian penderita kanker (Spom, 1995 cit Hanahan dan
Weinberg, 2000).
d. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker mampu
membentuk pembuluh darah baru (neoangiogenesis) meski itu tentunya dapat
mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh. Sinyal inisiasi pada proses
angiogenesis di antaranya adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
dan Fibroblast Growth Factor (FGF). Selain itu regulator yang lain adalah
angiopoietin-1, angiotropin, angiogenin, epidermal growth factor, granulocyte
colony-stimulating factor, interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8, PDGF. TNF-α,
kolagen, cathepsin (Hanahan and Weinberg, 2000)
e. Sel kanker memiliki kemampuan yang tak terbatas dalam memperbanyak dirinya
sendiri (proliferasi) meski seharusnya ia sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya
sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya. Dengan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan sinyal pertumbuhan dan kemampuan menghindar dari
mekanisme apoptosis, sel kanker memiliki kemampuan tak terbatas untuk
bereplikasi (Hanahan dan Weinberg, 2000).

Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya


kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan
berbagai penelitian, dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4
golongan yaitu :
a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus
elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian
dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.
9

b. Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti Human papiloma
virus yang menyebabkan kanker penis atau vulva ; Epstein Barr virus yang
menyebabkan karsinoma nasofaring dan limfoma Burkitt , cytomegalovirus yang
menyebaban sarkoma kaposi pada penderita AIDS , virus hepatitis B yang
menyebabkan kanker hati. Golongan virus RNA yang menyebabkan kanker atau
sarkoma jaringan lunak.
c. Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370 nm
berkaitan dengan terjadinya kanker kulit
d. Agen biologik, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan
kanker payudara dan kanker rahim .
(Anonim3, 2007)
 
B. Karsinogenesis

Kanker bukanlah penyakit yang datang dengan begitu saja, melainkan akibat
akumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan tertentu di dalam tubuh.
Serangkaian proses berkembangnya kanker disebut karsinogenesis. Karsinogenesis
adalah suatu proses terjadinya kanker melalui mekanisme multitahap yang
menunjukkan perubahan genetik dan menyebabkan transformasi progresif sel normal
menjadi sel malignan (ganas) (Hanahan dan Weinberg, 2000). Perubahan basa DNA
(mutasi) merupakan prubahan selular mendasar yang menyebabkan terjadinya
kanker. Kanker tidak berasal dari mutasi tunggal, namun dibutuhkan akumulasi dari
beberapa mutasi (3 sampai 20 mutasi) dalam karsinogenesis (Lodish et al., 2000;
King, 2000).

Karsinogenesis melibatkan inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis. Inisiasi


merupakan perubahan spesifik pada DNA sel target yang menuntun pada proliferasi
abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami inisiasi atau prakanker dapat kembali ke
tingkat normal secara spontan, tetapi pada tingkat lebih lanjut menjadi ganas.
Promosi merupakan tingkat lanjutan dari tahap inisiasi. Sel-sel akan memperoleh
10

beberapa keuntungan selektif untuk tumbuh sehingga pertumbuhannya menjadi cepat


dan berubah menjadi bentuk tumor jinak. Tahap promosi berlangsung lama, bisa
lebih dari sepuluh tahun. Pada tahap perkembangan (progression), terjadi instabilitas
genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik. Proses
ini akan menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas proliferasi,
bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya meningkat. Metastasis
melibatkan beberapa tahap yang berbeda, termasuk memisahnya sel kanker dari
tumor primer, masuk ke dalam sirkulasi dan limfatik, serta perlekatan pada
permukaan jaring baru (Silalahi, 2006).

C. Antikanker

Penanganan kanker ada dua macam, yaitu pencegahan kanker dan penghambatan
kanker. Upaya pencegahan kanker disebut kemopreventif. Senyawa kemopreventif
dibagi menjadi dua kategori yaitu blocking agent dan suppressing agent. Blocking
agent mencegah karsinogen mencapai target aksinya, baik melalui penghambatan
aktivasi metabolism atau menghambat interaksi dengan target makromolekul seperti
DNA, RNA, atau protein. Suppressing agent menghambat pembentukan malignan
dari sel yang telah terinisiasi pada tahap promosi atau progresi (Surh, 1999). Menurut
Sharma (2000), kemopreventif dibagi menjadi tiga golongan, yaitu primer, sekunder,
dan tersier. Kemopreventif primer adalah mencegah terjadinya sel kanker sejak tahap
premalignan. Usaha pencegahan saat karsinogenesis pada tahap awal malignan
adalah kemopreventif sekunder. Sedangkan kemopreventif tersier adalah usaha untuk
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi setelah terapi untuk malignan primer.

Upaya penyembuhan (kuratif) kanker antara lain adalah :


a. Kemoterapi : terapi ini menggunakan obat-obatan misalnya saja golongan
siklofosfamid, methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan
tersebut sama yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak jadi
memperbanyak diri. Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal ( satu macam obat
saja) atau kombinasi, dengan harapan bahwa sel-sel yang resisten terhadap obat
11

tertentu juga bisa merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang
lebih baik. Dampaknya pada pasien biasanya rambut rontok, selera makan
menurun, rasa lemah dan letih.
b. Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan dengan
hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon estrogen) pada
wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon androgen) pada pria. Terapi
hormon pada dasarnya berusaha menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak
dapat membelah. Terapi ini membawa dampak negatip bila diaplikasikan pada
wanita yang masih dalam usia subur karena dapat menghambat siklus
menstruasi.
c. Radioterapi: terapi ini menggunakan sinar-X dengan dosis tertentu sehingga
dapat merusak DNA dan memaksa sel untuk berapoptosis. Efek negatif yang
ditimbulkan hampir sama dengan kemoterapi (Nurlaila dan Hadi, 2008).

D. Kedelai (Glycine max L)

1. Nama Tanaman
Nama ilmiah : Glycine max L. Merrill
Nama lokal : Kedelai (Indonesia), Dele (Jawa), Kacang Bulu (Sunda), Kedhele
(Madura), Retak Menjong (Lampung), Kacang Rimang
(Minangkabau), Sarupapa (Titak), Kadale (Ujung Pandang), Lawui
(Bima), Gadelei (Halmahera)
Nama asing : Soybean (Inggris), Soyaboon (Belanda)

( Thomas, 1992)
12

2. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminoceae
Marga : Glycine
Spesies : Glycine max L. Merrill

(Thomas, 1992)

3. UraianTanaman
Van Steenis (1975) mendiskripsikan kedelai sebagai tumbuhan semak dengan tinggi
0,2 sampai 0,6 meter saat berumur 1 tahun. Batang berbentuk persegi dengan rambut
coklat dan berwarna hijau keputih-putihan yang menjauhi batang atau mengarah ke
bawah. Poros daun dengan tangkai 6 sampai 19 cm. Anak daun oval bulat telur atau
memanjang, tepi rata, kedua sisi berambut 3 sampai 15 kali 2 sampai 7,5 cm.
Mahkota putih panjang 6 sampai 7 mm, sayap dan lunas berbuku panjang. Benang
sari bendera lepas atau mudah lepas, yang lainnya melekat. Bakal buah berambat
empat, polongan per berkas atau tandan 1 sampai 4, mengarah ke bawah 3 atau 4 kali
0,8 hingga 1,2 cm, bertangkai pendek di atas sisa kelopak, pipih sekali dengan
beberapa sekat seperti selaput.

Kedelai memiliki bunga majemuk, berbentuk tandan, berwarna ungu / kuning


keputihan. Buah kedelai berbentuk polong, seperti kacang, bertangkai pendek, pipih.
Buah mudanya berwarna hijau dan tuanya berwarna kuning.Kedelai berbuah polong
yang berisi biji-bijinya. Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya
mempunyai bulu-bulu yang kasar berwarna coklat (Thomas, 1992).
13

Gambar 1. Daun tanaman kedelai (Congo, 2008).

Gambar 2. Biji tanaman kedelai (Anonim1, 2008).

Gambar 3. Bunga tanaman kedelai (Anonim2, 2008).


14

4. Habitat dan Penyebaran


Tanaman kedelai merupakan tanaman yang berasal dari daerah beriklim subtropis
walau banyak juga ditemukan di Indonesia. Menurut para ahli botani, kedelai
sebenarnya berasal dari negeri Cina, Mansyuria, dan Jepang (Asia Timur). Kedelai
sudah banyak dibudidayakan sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru masuk
Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750.

Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau yaitu
sebagai palawija yang dapat memperbaiki keadaan tanah dan juga pada musim hujan.
Sedang rata – rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari
200 milimeter dengan jumlah bulan kering 3 – 6 bulan dari hari hujan berkisar antara
95 – 122 hari selama setahun. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang
paling baik adalah pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut
(Thomas, 1992)

5. Kandungan dan Manfaat


Kedelai mengandung protein, zat besi,kalsium, vitamin A, B, B1 , B2, yang lebih
banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang berperan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai, yang
mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi sebagai
lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh
sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu merangsang
metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Zat lain yang
terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk
isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker atau tumor (Thomas, 1992).

Genistein adalah fitoestrogen yaitu bahan kimia yang mirip estrogen pada tumbuhan
yang berfungsi sebagai prekursor pada metabolisme manusia. Fitoestrogen ini secara
alami menjadi bahan kimia yang dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen untuk
15

melemahkan estrogen atau dengan kata lain sebagai antiestrogen. Fitoestrogen ini
tersusun atas komponen-komponen besar senyawa non steroid yang mirip dengan
estrogen (Leclerg et al., 1999)

Menurut Hughes et al., (1998), ada tiga kandungan kimia utama tumbuhan kedelai
yang memiliki sifat dan fungsi seperti estrogen di dalam tubuh, yaitu lignin
(enterolakton dan enterodiol), isoflavon (genistein, daidzein, biochanin A, dan
glycitein), dan coumestan. Dua zat utama fitoestrogen yang ditemukan pada
makanan manusia adalah lignan (enterodiol dan enterolakton) dan isoflavon
(daidzein, genistein, dan glycitein).

Isoflavon merupakan bagian dari flavonoid yang banyak ditemukan di dalam kedelai.
Kandungan utama isoflavon di kedelai adalah genistein dan daidzein walaupun
sebenarnya ada banyak kandungan isoflavon lain seperti glycitein dan biochanin A.
Kedelai mengandung lebih banyak genistein daripada daidzein walaupun rasio ini
bervariasi dalam produk kedelai yang berbeda. Isoflavon yang merupakan bagian
dari fitoestrogen ini memiliki fungsi penting dalam mekanisme pertahanan diri
tumbuhan (Hughes et al., 1998)

Gambar 4. Macam – macam struktur isoflavon dalam kedelai (Wu, 1999)


16

E. Efek Kedelai Sebagai Agen Kemopreventif

Kedelai banyak menarik perhatian ilmuwan karena potensinya dalam menghambat


beberapa macam panyakit kanker dan beberapa penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskuler, Alzheimer, dan osteoporosis (Messina, 1999; Messina dan Bennink,
1998; Clarkson dan Anthony, 1998; Zhao et al., 2002; Anderson dan Garner, 1998).
Beberapa mekanisme umum yang telah dilaporkan adalah mengurangi tekanan
oksidatif, menstimulasi dan menghambat reseptor estrogen, dan mencegah proliferasi
sel, sedangkan mekanisme yang spesifik masih dalam penelitian (Tikkanen et
al.,1998; Mitchell et al., 1998; Maggiolini et al., 2001; Hempstock et al., 1999).
Tekanan oksidatif berhubungan dengan beberapa proses cell toxic yang meliputi
kerusakan oksidatif terhadap protein dan DNA, oksidasi membran lipid, inaktivasi
enzim, dan mutasi gen yang semuanya mengarah kepada karsinogenesis. Hal ini
berarti dengan menurunkan tekanan oksidatif adalah sebuah cara yang efektif untuk
mencegah terbentuknya kanker dan penyakit kronis lainnya (Paulsen et al., 1998).

Isoflavon dalam kedelai dapat menjadi salah satu zat yang termasuk antikarsinogen
karena aktivitas antioksidan melalui struktur fenolnya yang menyebabkan
keseimbangan reaksi redoks pada sel yang normal. Ketika genistein, komponen
terbesar dalam isoflavon kedelai diteliti dalam sebuah model oksidasi yang dipacu
dengan radiasi sinar ultraviolet B, ditemukan bahwa genistein menghambat beberapa
contoh kejadian oksidatif, seperti produksi hidrogen peroksida (H2O2), peroksidasi
lemak, dan perubahan 8- hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OhdG) (Wei et al., 2002).
Genistein menghambat oksidasi low-density lipoprotein (LDL) dalam sebuah model
oksidasi low-density lipoprotein LDL yang diinisiasi oleh tembaga dan radikal
peroksi (Uesugi et al., 2002)

Kedelai berfungsi sebagai pencegah kanker (chemoprevention) dan penghambat


kanker (cancer inhibition). Kedua efek ini memiliki mekanisme yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
17

a. Aksi Pencegahan Kanker ( Chemoprevention )


Bukti penelitian pada model kanker menjelaskan bahwa isoflavon memiliki peranan
penting dalam pencegahan kanker. Sebagai contoh konsumsi produk yang berbasis
kedelai yang mengandung isoflavon dapat menurunkan rata-rata penyakit kanker
payudara, kanker usus, dan kanker prostat di negara Jepang dan Cina (Messina et al.,
1994). Mekanisme pencegahan kanker dalam isoflavon kedelai adalah adanya
kapasitas efek antioksidan yang kuat.

Struktur dari tiga isoflavon kedelai yang utama yaitu genistein, daidzein, dan
glycitein dapat dilihat dalam gambar 5. Dua gugus utama yang mengindikasikan efek
antioksidan dalam isoflavon kedelai adalah gugus 4’ hidroksil pada B-ring dan gugus
hidroksil pada AC-ring dimana semuanya dapat menjadi gugus pemberi elektron /
hidrogen (Heijnen et al., 2002).

R1 R2
H H Daidzein
OH H Genistein
H OCH3 Glycitein

Gambar 5. Struktur daidzein, genistein, dan glycitein (Wu, 1999)

Radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species
(RNS) dapat mengganggu reaksi oksidatif dalam metabolisme tubuh. Komponen
reaktif ini dapat ditemukan dalam asap rokok, makanan, obat, dan polutan yang lain
yang dapat bereaksi dan dapat mengubah fungsi dari komponen sel seperti membran
sel, RNA, DNA, dan lipoprotein yang dapat menyebabkan terbentuknya penyakit
kronis seperti kanker (Rock et al., 1996). Interaksi antara radikal bebas dengan basa
18

DNA dapat menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi DNA pada saat persiapan
replikasi sehingga mengarah kepada mutasi DNA kepada terbentuknya kanker
(Wiseman and Halliwell, 1996). Antioksidan dapat berikatan dengan radikal bebas
dan mereduksi kadar radikal bebas di dalam tubuh. Mekanisme lain yang
menerangkan efek isoflavon kedelai dalam pencegahan kanker adalah mempengaruhi
sintesis estrogen dan metabolismenya. Wanita pre-menopausal yang mengkonsumsi
kedelai secara teratur berkurang sintesis estrogennya dengan jalur metabolisme yang
berbeda dari kelompok kontrol ( Xu et al., 1998).

b. Aksi Penghambatan Kanker ( Cancer Inhibition )


Aksi penghambatan kanker oleh isoflavon pada kedelai merupakan aspek kedua dari
aktivitasnya sebagai agen antikanker. Isoflavon kedelai dapat menghambat
pertumbuhan banyak jenis sel kanker secara in vitro, baik yang tergantung pada
hormon maupun tidak tergantung termasuk kanker prostat, payudara, dan usus.
Mekanisme dari aksi penghambatan kanker yang telah diteliti adalah regulasi dari
estrogen-mediated events, penghambatan tyrosine 12 kinase dan aktivitas DNA
topoisomerase, sintesis dan pelepasan TGF beta dan modulasi siklus sel melalui
pengubahan ekspresi gen.

Estrogen memegang peranan penting dalam kesehatan manusia dimana aksi


mitogenik dari estrogen adalah yang paling penting dalam sistem reproduksi, tulang,
hati, dan otak. Ada persamaan struktur secara karakteristik antara estrogen dan
isoflavon kedelai yaitu dengan adanya cincin fenol yang diperlukan untuk berikatan
dengan estrogen reseptor. Isoflavon kedelai dapat menjadikan dirinya sebagai
antiestrogen yaitu bersaing dengan estrogen untuk berikatan dengan reseptor
estrogen dan mengahambat proses mitogenik dari estrogen dimana hal ini
menerangkan aktivitasnya dalam menghambat kanker. Pengikatan dan aktivasi
reseptor estrogen oleh genistein, daidzein, dan glycitein menunjukkan isoflavon
tersebut mampu berikatan dengan estrogen reseptor walaupun afinitas ikatan dan
potensi pengaktifannya lebih rendah dari estradiol (Song et al., 1999). Namun di sisi
19

lain, dalam penelitian dengan yeast estrogen, hanya genistein yang ditemukan dapat
menginduksi sinyal estrogen dan tidak ditemukan sinyal baik dari daidzein atau
glycitein (De-Boever and Verstraete, 2000).

Teori lain yang dikemukakan oleh para ilmuwan sehubungan dengan penghambatan
pertumbuhan sel kanker, isoflavon kedelai dapat menghambat proliferasi sel atau
pertumbuhan sel yang sangat cepat melalui reseptor estrogen. Penghambatan kanker
oleh isoflavon kedelai kemungkinan juga berasal dari pengaruhnya terhadap
biosintesis dan metabolisme estrogen dan ekspresi reseptor estrogen (Cotroneo et al.,
2001). Mekanisme selanjutnya adalah dengan menghambat aktivitas protein tirosin
kinase. Tirosin kinase berperan penting pada kelangsungan hidup sel sehingga
dengan mengurangi aktivitas tirosin kinase dapat menghambat proliferasi sel kanker.
Selain itu keadaan reseptor estrogen yang terfosforilasi juga dapat mempengaruhi
aktivitas reseptor berhubungan dengan pengaruh hormon pada sel kanker oleh
isoflavon kedelai (Dayani et al., 1990). Genistein ditemukan dapat menghambat baik
stimulasi serum dan stimulasi epidermal growth factor (EGF) pada sel kanker prostat
manusia dan tidak memberi efek yang signifikan pada reseptor EGF pada
autofosforilasi tirosin. Penghambatan kanker oleh genistein tidak tergantung pada
penghambatan reseptor EGF yang mengalami autofosforilasi tetapi lebih kepada
reseptor EGF yang berperan dalam transduksi sinyal (Peterson and Barns, 1993).
Pada penelitian mengenai sel kanker prostat, pemberian genistein menurunkan
ekspresi dari mitogen activated protein kinase6 (MAPK6) yang sesuai dengan
hipotesa yang sudah ada sebab MAPK adalah salah satu reseptor tirosin kinase
(Suzuki et al., 2002)

Penelitian Kim et al.,(2001) melaporkan bahwa baik genistein maupun TGF Beta
menekan stimulasi epidermal growth factor (EGF) pada sel epitel kelenjar payudara,
lebih lanjut pemberian genistein menaikkan kadar TGF beta pada medium sel secara
in vitro. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penghambatan kanker oleh
genistein disebabkan oleh kemampuannya mengaktivasi TGF beta. Mekanisme
20

penghambatan kanker oleh isoflavon kedelai adalah melalui perubahan ekspresi gen
yang bertanggung jawab pada proses diferensiasi sel atau cell cycle arrest . Empat
sel melanoma manusia dan satu sel melanoma tikus B16-B16 digunakan untuk
membuktikan penghambatan pertumbuhan dan diferensiasi oleh genistein (Rauth et
al., 1997; Yan et al., 1999).

Genistein secara signifikan menghambat pertumbuhan sel dan kemosensitivitasnya


dapat bergantung pada adanya p53 yaitu sebuah tumor suppressor. Pada sel
melanoma tikus, genistein meningkatkan ekspresi p53 dan menurunkan ekspresi
protein cMyc. Pada proses diferensiasi sel, genistein menginduksi filamen
sitoskeletal untuk membentuk ikatan sepanjang proses elongasi sel dan
mengakibatkan sel membentuk struktur seperti dendrit. Selain itu diketahui juga
bahwa genistein mempengaruhi aktivitas tirosinase pada saat transkripsi karena
pemberian genistein menaikkan tirosinase pada level mRNA.

Genistein dapat menyebabkan fase G2/M arrest siklus sel pada berbagai macam sel
kanker, (efek ini tidak tergantung pada p53). Pada sel kanker hepatocellular Hep G2
dan colorectal Colo320 HSR, genistein secara kuat merangsang ekspresi dari protein
p21, cyclin dependent kinase (Cdk) inhibitor yaitu melalui aktivasi p21 yang
menyebabkan fase G2/M arrest (Park et al., 2001). Penelitian Capilleti et al., (2000)
yaitu terhadap dua sel yang sensitif hormon, yaitu T47D dan ZR75.1 serta dua sel
yang tidak sensitif hormon, MDAMB-231 dan BT20 menunjukkan bahwa G2/M
arrest terjadi karena genistein berikatan dengan protein p43. Selain mekanisme
utama yang telah dibahas ada beberapa mekanisme lain yang telah diteliti mengenai
aktivitas isoflavon yang terdapat pada kedelai antara lain menginduksi apoptosis,
memodulasi aktivitas DNA topoisomerase , dan menghambat transduksi sinyal (Su et
al., 2000).
BAB III
METODE PENULISAN

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis mengambil langkah-langkah sebagai


berikut :

1) Pengumpulan data-data pendukung tentang kedelai di Indonesia melalui:


a. Laporan penelitian.
b. Literatur atau pustaka.
c. Artikel-artikel yang diperoleh dari media massa baik dari koran,
majalah maupun tabloid.
d. Browsing internet.
2) Penemuan pokok permasalahan yang ada seputar informasi mengenai kedelai .
3) Memberikan kemungkinan atau tawaran yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ditemukan.
4) Melaksanakan pengolahan data yang berhubungan dengan kemungkinan solusi
yang dirumuskan serta mencari alternatif solusi yang paling tepat berkaitan
dengan kendala yanf ditemukan.
5) Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran untuk mendukung
gagasan kreatif mengenai solusi yang diajukan terhadap pengembangan
penggunaan kedelai secara luas.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

Indonesia merupakan suatu negara yang kaya sumber daya alamnya. Berbagai
macam flora tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Banyak dari potensi lokal
di negara ini yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan masyarakat
terutama di bidang kesehatan. Kebanyakan tumbuhan yang ada di Indonesia hanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan di Indonesia, salah satunya adalah kedelai .

A. Kedelai Sebagai Agen Kemopreventif

Selama ini, pengobatan kanker secara medis yang biasa dilakukan adalah dengan
kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Akan tetapi, tidak sedikit penderita kanker
yang enggan melakukannya karena berbagai alasan seperti alasan psikologis,
ekonomis, adanya efek samping serta tidak adanya jaminan kesembuhan. Untuk itu
pencegahan penyakit kanker lebih dini adalah satu-satunya cara untuk menekan
angka pertumbuhan penyakit kanker. Pencegahan ini bisa dengan cara mencari
tumbuhan-tumbuhan herbal yang ada di Indonesia yang berkhasiat sebagai agen
kemopreventif.

Kedelai merupakan tanaman semak yang tumbuh di Indonesia dan biasa digunakan
untuk mencukupi kebutuhan gizi terutama protein bagi sebagian masyarakat
Indonesia. Sebenarnya kedelai mengandung senyawa-senyawa yang memiliki
potensi sebagai agen kemopreventif untuk penyakit kanker yang dikenal sebagai
penyakit yang cukup meresahkan di kalangan masyarakat dunia pada umumnya dan
masyarakat Indonesia pada khususnya. Senyawa utama dalam kedelai yang
mempunyai aktivitas sebagai agen kemopreventif yaitu isoflavon (genistein).
Aktivitas dari isoflavon tersebut cukup banyak tetapi yang utama adalah sebagai
antioksidan dan senyawa estrogenik yang menghambat proliferasi sel. Dari
23

pernyataan tersebut, pemanfaatan kedelai sebagai agen kemopreventif bisa dilakukan


dengan mengonsumsi kedelai sebagai alternatif pencegahan penyakit kanker.
Isoflavon pada kedelai dapat bekerja baik sebelum dan sesudah terbentuknya sel
kanker itu sendiri sehingga kedelai dapat dimanfaatkan sebagai agen pencegah
kanker maupun agen yang dapat dikombinasikan dengan terapi kanker secara medis,
misalkan dengan kemoterapi.

Penggunaan kedelai untuk mencegah kanker yaitu dapat dilakukan dengan


mengkonsumsi kedelai sebagai makanan pendamping selain makanan pokok sehari-
hari. Selama ini sudah banyak makanan olahan yang berasal dari kedelai seperti susu
kedelai, sari kedelai, tempe, dan sebagainya sehingga masyarakat tidak lagi bosan
dan jenuh untuk mengkonsumsi kedelai. Pola hidup sehat dengan mengkonsumsi
kedelai tiap hari perlu digalakkan di kalangan masyarakat karena potensinya yang
dapat dibanggakan yaitu selain sumber protein dan gizi juga sebagai agen pencegah
berbagai penyakit, dalam hal ini terkhusus untuk penyakit kanker.

Selain memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang bermanfaat dalam pencegahan


kanker, isoflavon dalam kedelai juga memilki aktivitas dalam penghambatan sel
kanker. Melalui aktivitasnya sebagai penghambatan sel kanker, kedelai dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif dalam terapi pengobatan kanker. Penggunaan
isoflavon dalam kedelai dapat digunakan sebagai agen yang dapat dikombinasikan
dengan kemoterapi. Sebagai senyawa estrogenik, isoflavon dalam kedelai dapat
digunakan dalam terapi kanker, sebagai contoh kanker payudara, yaitu dapat sebagai
efek yang menguatkan efek dari kemoterapi tersebut maupun suatu agen tambahan
yang dapat menurunkan efek samping yang tidak diinginkan dari kemoterapi.

Berbagai paparan di atas menjelaskan pentingnya kedelai sebagai salah satu solusi
alternatif pencegahan dan penghambataan kanker dengan menggunakan potensi alam
Indonesia. Berbagai alasan pemilihan kedelai adalah karena kandungan genistein
dalam kedelai efektif sebagai agen kemopreventif dan penghambat kanker. Oleh
karena itu diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai potensi kedelai
24

sebagai agen kemopreventif sehingga masyarakat akan tahu bahwa dengan


mengonsumsi kedelai, tidak hanya memenuhi kebutuhan protein, tetapi juga
meminimalkan resiko terkena penyakit kanker. Namun perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut lagi sehingga dapat diperoleh suatu dosis yang tepat untuk isoflavon
dalam kedelai sehingga dapat berefek secara maksimal sesuai yang diharapkan.

B. Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia

Kedelai merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan di
Indonesia. Namun produksi kedelai di Indonesia tidak semaksimal produksi di
Tiongkok dan Jepang selatan karena kedelai bukan tanaman asli daerah tropis,
sehingga pemerintah harus mengimpor sebaian besar kebutuhan kedelai terlebih lagi
akhir-akhir ini produksi kedelai di Indonesia mengalami penurunan yang cukup
signifikan.

Badan Pusat Statistik mencatat produksi kedelai Indonesia tahun 2007 mengalami
penurunan 20,76 persen dibanding tahun 2006. Angka Sementara (ASEM) produksi
kedelai tahun 2007 sebesar 592,38 ribu ton biji kering. Jika dibandingkan dengan
produksi tahun 2006, terjadi penurunan sebanyak 155,23 ribu ton (20,76%) (Media
Indonesia, 2008). Penurunan produksi kedelai menyebabkan peningkatan permintaan
kedelai di pasaran, yang diikuti dengan melonjaknya harga kedelai. Oleh karenanya,
diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan produksi kedelai.

Sebenarnya prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor


cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang
relatif cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup
terampil dalam usaha tani. Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka
lebar.
25

Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memperluas lahan penanaman kedelai. Pemanfaatan potensi
lahan yang tersedia luas untuk perluasan areal tanam, baik sebagai tanaman utama
maupun tanaman sela, diantaranya menanam kedelai secara tumpangsari dengan ubi
kayu dan kelapa sawit muda. Kedelai yang ditumpangsarikan dengan ubi kayu dapat
mencapai sekitar 2 ton/ha, sedangkan ubi kayunya mencapai 30 ton/ha. Rata-rata
nasional produktivitas ubi kayu kini baru mencapai 15,9 ton/ha (Subandi, 2007).

Strategi lain yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu
dengan membudidayakan kedelai di lahan pasang surut. Pembudidayaan kedelai di
lahan pasang surut memberikan hasil yang cukup memadai, akan tetapi
membutuhkan cara khusus yang berbeda dari pembudidayaan kedelai di sawah.
Selain dapat meningkatkan produksi kedelai, penanaman kedelai di lahan pasang
surut juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pantai. Oleh karena itu,
pemerintah khususnya dinas pertanian perlu memberikan pengarahan dan
ketrampilan kepada masyarakat pantai tentang budidaya kedelai di lahan pasang
surut.

Teknologi yang sudah berkembang saat ini dapat dimanfaatkan juga untuk
meningkatkan produksi kedelai. Teknologi yang mungkin digunakan saat ini adalah
dengan teknik rekayasa genetika terhadap gen di dalam tanaman kedelai. Dengan
merekayasa gen dalam kedelai dapat diperoleh suatu tanaman kedelai unggul yang
berbeda dari yang ada selama ini. Sebagai contoh adalah rekayasa genetika untuk
menghasilkan tanaman kedelai yang dapat tumbuh dan dikembangbiakkan di lahan
yang sempit bahkan tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya,
membutuhkan sedikit perawatan untuk menekan biaya produksi, dan dengan hasil
biji yang banyak dan mengandung gizi yang tinggi. Hal ini untuk mengatasi
permasalahan kurangnya lahan yang ada apabila usaha perluasan lahan budidaya
kedelai tidak dapat dilakukan dan permasalahan mahalnya biaya produksi kedelai
bila dilakukan secara konvensional.
26

Teknik budidaya kedelai yang baik dan terorganisir dapat meningkatkan kualitas
produksi serta pemanfaatan kedelai secara optimal. Peningkatan produksi kedelai
juga dapat menekan impor kedelai dan menekan kenaikan harga kedelai. Dengan
demikian, kedelai mudah diperoleh dan dimanfaatkan masyarakat baik kalangan atas
maupun kalangan bawah.

C. Pemanfaatan Potensi Kedelai

Begitu banyak manfaat yang diperoleh dari tanaman kedelai seperti yang telah
dijelaskan. Informasi yang belum disosialisasikan kepada masyarakat menjadikan
kedelai kalah pamor terhadap produk herbal lain yang sudah beredar. Kedelai selama
ini dikenal sebagai makanan bagi sebagian masyarakat Indonesia dan aktivitas
kemopreventif yang dimilikinya belum banyak diketahui bagi masyarakat luas.
Untuk itu perlu adanya strategi yang lebih menarik untuk mengolah kedelai menjadi
bentuk lain yang lebih umum diterima oleh masyarakat. Sehingga potensi dari
tumbuhan ini bisa digunakan semaksimal mungkin. Pemanfaatan kedelai sampai saat
ini sudah dilakukan dengan mengolahnya menjadi berbagai makanan seperti tahu dan
tempe tetapi dua makanan itu kadang menjadi suatu makanan yang kurang bergengsi
dibandingkan makanan lain yang beredar di Indonesia. Selain itu kedelai juga telah
dibuat sebagai susu kedelai yang juga telah beredar di masyarakat.

Pengolahan kedelai menjadi bentuk lain yang lebih menarik dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya dengan mengolahnya menjadi bentuk yang lebih ringkas dan
praktis untuk dikonsumsi masyarakat seperti food supplement yang melengkapi
kebutuhan gizi masyarakat. Dengan mengekstrak biji kedelai dan mengolahnya
menjadi bentuk sediaan lain masyarakat akan mudah mengkonsumsinya dan resiko
terkena penyakit kanker di masyarakat dapat ditekan. Food supplement dalam bentuk
yang praktis merupakan salah satu strategi untuk menaikkan daya konsumsi
27

masyarakat di Indonesia mengingat berubahnya pola gaya hidup masyarakat yang


cenderung mencari sesuatu yang efisien dan instan.

Pengolahan food supplement salah satunya adalah dapat dengan cara membuatnya
dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Dengan sediaan berbentuk tablet
effervescent masyarakat dapat menikmati rasa kesegaran khas dari kedelai sehingga
konsumsi masyarakat terhadap kedelai dapat meningkat. Dari segi kepraktisan,
masyarakat juga tidak perlu lagi bersusah payah untuk mengolah kedelai hingga
dapat dikonsumsi yaitu tinggal memasukkan tablet effervescent ke dalam air dan
segelas minuman kesehatan dapat dinikmati oleh masyarakat. Selain itu dalam
bentuk larutan akan menaikkan proses absorbsi di dalam tubuh sehingga efek dari
kedelai sendiri dapat dirasakan lebih cepat. Kekurangan dari larutan adalah
stabilitasnya yang rendah dan kurang praktis, untuk itu disarankan untuk
membuatnya dalam bentuk sediaan padat yaitu tablet effervescent untuk
memperbaiki stabilitasnya pada saat penyimpanan.

Aktivitas kedelai yang berfungsi sebagai antioksidan juga dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk dibuat produk-produk selain produk makanan yang selama ini beredar
misalnya dibuat bentuk sediaan lain seperti lotion untuk kulit dan untuk sabun mandi.
Efek antioksidan pada kedelai dapat digunakan sebagai lotion kulit untuk
melindunginya dari radikal-radikal bebas pada udara apalagi Indonesia merupakan
negara yang memiliki tingkat polusi yang cukup tinggi serta dapat juga mencegah
penuaan dini. Bentuk lotion dan sabun mandi ini dapat digunakan khususnya bagi
para wanita yang ingin memiliki kulit indah dan sehat tetapi aman karena
menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam. Tidak hanya itu, penggunaan
lotion dan sabun mandi kedelai merupakan cara praktis dan efektif untuk mencegah
kanker, sehingga kemungkinan penderita kanker kulit karena terpapar senyawa
radikal bebas, akan berkurang.
28

Strategi dalam pengolahan kedelai menjadi produk-produk baru yang bermanfaat


perlu untuk terus ditingkatkan, baik sebagai bahan makanan, sediaan farmasi,
maupun kosmetika berbahan dasar alami. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang
baik antara pemerintah, industri makanan, industri farmasi, dan kalangan akademisi
untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan strategi pengembangan produk hasil
olahan kedelai, sehingga kedelai bisa digunakan secara luas oleh masyarakat.
Dengan bervariasinya produk olahan kedelai yang beredar di masyarakat, maka
peran kedelai sebagai agen antikanker akan lebih dikenal oleh masyarakat disamping
manfaat-manfaat yang telah diketahui masyarakat selama ini. Selanjutnya,
diharapkan kesadaran masyarakat untuk menurunkan resiko terkena kanker semakin
meningkat.

Bagi kalangan peneliti, kedelai dapat digunakan sebagai suatu dorongan untuk
meneliti produk-produk alam lain yang ada di Indonesia yang nantinya berguna
untuk masyarakat Indonesia. Penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai kedelai juga
perlu dilakukan lebih lagi terlebih lagi dalam mendapatkan isolat murni dari produk
alam tersebut yang khususnya dapat digunakan sebagai bahan penemuan obat
antikanker baru. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik antara peneliti-peneliti
dan pemerintah untuk membentuk sebuah tim khusus yang menangani khusus obat
alami yang berasal dari lingkungan sekitar. Selain itu kerjasama dengan perusahaan-
perusahaan maupun industri farmasi di Indonesia juga diharapkan karena kerjasama
yang baik satu sama lain dapat menjadi modal yang utama demi tercapainya suatu
tujuan khusus meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kedelai tidak hanya bermanfaat sebagai sumber protein, tetapi juga sebagai agen
kemopreventif.
2. Dalam kedelai terkandung senyawa aktif isoflavon, salah satunya yang utama
adalah genistein yaitu berfungsi dalam pencegahan dan penghambatan penyakit
kanker.
3. Teknik budidaya kedelai yang baik dan terorganisir dapat meningkatkan kualitas
produksi serta optimalisasi pemanfaatan potensi kedelai sebagai agen
kemopreventif.
4. Strategi pengolahan kedelai menjadi produk-produk baru yang bermanfaat
diharapkan dapat menurunkan resiko penyakit kanker di Indonesia.

B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat kedelai sebagai
antikanker selain manfaatnya sebagai sumber protein.
2. Usaha – usaha untuk meningkatkan produksi kedelai perlu dikembangkan lebih
lanjut
3. Pemerintah dapat membuat suatu tim khusus yang menangani obat alami. Tim ini
beranggotakan para ahli (expert committe) yang terpercaya dan menyediakan
informasi yang lengkap dan akurat mengenai obat alami.
4. Ide-ide kreatif untuk pemanfaatan kedelai di Indonesia perlu lebih digalakkan
dengan membuat variasi produk berbasis kedelai yang berbeda dari biasanya
seperti food supplement agar lebih menarik dan lebih diterima di kalangan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B., Bray., D., Lewis, J., Rarr, M., Roberts, K., and Watson, J.O. 1994.
Mollecular Biology of The Cell, 3rd Edition. Garland Publishing Inc. New
York.

Anderson J. J., Garner S. C. 1998. Phytoestrogens and bone. Baillieres Clin.


Endocrinol Metab. 12 : 543-557.

Anonim1. 2008. http://encyclopedia.jrank.org/Cambridge/entries/068/soya-bean.html


[30 Maret 2008]
 
Anonim2.2008. www.csdl.tamu.edu/FLORA/imaxxfab.htm [1 April 2008] 

Anonim3. 2007. Bagaimana terjadinya Kanker. Konsultasi Kesehatan Indonesia


Perjuangan. http://konsultasikesehatan.epajak.org/tag/terjadinya-kanker/-55k-
[15 maret 2008].

Cappelletti, V., Fioravanti, L., Miodini, P., Di-Fronzo. 2000. G. Genistein blocks
breast cancer cells in the G(2)M phase of the cell cycle. J. Cell Biochem. 79:
594-600.

Clarkson T. B., Anthony M. S.1998. Phytoestrogens and coronary heart disease.


Baillieres Clin. Endocrinol. Metab. 12: 589-604.

Congo, D.R. 2008.  www.nzenzeflowerspauwels.be/GlycMax2.jpg [1 April 2008 ] 

Dayani, N., McNaught, R., Shenolikar, S., Smith, R. G. 1990. Receptor


interconversion model of hormone action. 2. Requirement of both kinase and
phosphotase activities for conferring estrogen binding activity to the estrogen
receptor. Biochemistry. 29: 2691-2698.

De-Boever, P., Verstraete, W. 2000. Health promoting effects of a soy product


enriched in phytoestrogens.Mededelingen-Faculteit-Landbouwkundige-en-
Toegepaste Biologische-Westenschappen-Universiteit-Gent. 65: 487-493.

Hanahan, D. and Weinberg, R.A. 2000. The Hallmark of Cancer. Cell. 100: 57-70

Heijnen, C. G. M., Haenen, G. R. M. M., Oostveen, R. M., Stalpers, E. M., Bast, A.


2002. Protection of flavonoids against lipid peroxidation: the structure
activity relationship revisited. Free. Radic. Res. 36: 575-581.
23

Hempstock J., Kavanagh J. P., George N. J. R. 1999. Inhibition of growth of


primaryhuman prostate cells by phytoestrogens. J. Med. Food. 2(3/4) : 243-
246

Hughes CL. 1998. Phytochemical Mimicry of Reproductive Hormones and


Modulation of Herbivore Frertility by Phytoestrogens. Environ Health
Perspect. 78: 171-174.

King, R.J.B. 2000. Cancer Biology 2nd ed. Pearson Education Limited. London

Kompas. 2003. Kanker Penyebab Utama Kematian setelah Kardiovaskuler.


http://www.kompas.com [15 Maret 2008].

Leclerq G., Heuson JC., 1999. Physiological and pharmacological effects of


estrogens in breast cancer. Biochim Biophys Acta. 560: 427–55.

Lodish, H., Berk, A., Matsudaira, p., Kaiser, C.A., Krieger, M., Scott, M.P.,
Zipursky, S.L., Darnell, J. 2004. Molecular Cell Biology, 5th edition. WH
Freeman. New York.
 
Maggiolini, M., Bonofiglio, D., Marsico, S., Panno, M. L., Cenni, B., Picard, D.,
Ando, S. 2001. Estrogen receptor alpha mediates the proliferative but not the
cytotoxic dose-dependenteffects of two major phytoestrogens on human
breast cancer cells. Mol. Pharmacol.60: 595-602.
 
Media Indonesia. 3 Maret, 2008. Produksi Kedelai Tahun 2007 Turun Sebesar
20,7%. http://www.mediaindoneisa.com [17 Maret 2008].

Meiyanto, Edy. 2002. Kuliah Biologi Molekuler. Fakultas Farmasi UGM.


Yogyakarta.

Messina, M. J. 1999. Legumes and soybeans: overview of their nutritional profiles


and health effects. Am. J. Clin. Nutr.. 70: 439S-450S.

Messina, M., Bennink, M. 1998. Soyfoods, isoflavones and risk of colonic cancer: a
review of the in vitro and in vivo data. Baillieres Clin. Endocrinol. Metab. 12:
707-728.

Messina, M. J., Parsky, V., Setchell, K. D. R., Barns, S. 1994. Soy intake and cancer
risk: areview of the in vitro and in vivo data. Nutr. Cancer. 21: 113-131.

Mitchell, J. H., Gardner, P. T., McPhail, D. B., Morrice, P. C., Collins, A. R., Duthie,
G.G. 1998. Antioxidant efficacy of phytoestrogens in chemical and biological
model systems.Arch. Biochem. Biophys. 360: 142-148.
24

Molteni, A., Brizio, Molteni, L., Persky, V.1995. In Vitro Hormonal Effect of
Soybean Isoflavon. J.Nutr. 125: 751-756.

Nurlaila, Ika dan Miftahul Hadi. 2008. Kanker: Pertumbuhan, Terapi, dan
Nanomedis. http://www.nano.lipi.go.id [15 Maret 2008].

Park, J. H., Oh, E. J., Choi, Y. H., Kang, C. D., Kang, H. S., Kim, D. K., Kang, K.
I.,Yoo, M. A. 2001. Synergistic effects of dexamethasone and genistein on
the expression of Cdk inhibitor p21WAF1/CIP1 in human hepatocellular and
colorectal carcinoma cells. Int. J.Oncol. 18: 997-1002.

Paulsen, H. E., Prieme, H., Loft, S. 1998. Role of oxidative DNA damage in cancer
initiation and promotion. Eur. J. Cancer Prevent. 7: 9-16.

Peterson, G., Barnes, S. 1993. Genistein and biochanin A inhibit the growth of
human prostate cancer but not epidermal growth factor receptor tyrosine
autophosphorylation. Prostate. 22: 335-345.

Rauth, S., Kichina, J., Green, A. 1997. Inhibition of growth and induction of
differentiation of metastatic melanoma cells in vitro by genistein:
chemosensitivity is regulated by cellular p53. Br. J. Cancer. 75: 1559-1566.

Rock, C.L., Jacob, R.A., Bowen, P.E. 1996. Update on the biological characteristics
of the antioxidant micronutrients: vitamin C, vitamin E, and the carotenoids.
J. Am. Diet Assoc. 96: 693-702.

Sharma, Ricky A. 2000. Cancer Chemoprevention : a Clinical Reality. Journal of the


Royal Society of Medicine. 93: 518-520.

Silalahi, Jansen. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis Cermin Dunia
Kedokteran 153:39-42.

Sofyan, R. 2000. Terapi Kanker pada Tingkat Molekuler. Cermin Dunia Kedokteran
127:5-10.

Subandi. 2007. Lima Strategi Pengembangan Kedelai. Sinar Tani edisi 30 Mei-5 Juni
2007. http://124.81.181/inovasi/kl070601.pdf [17 Maret 2008].

Surh, Y.J. 1999. Molecular Mechanism of Chemopreventive Effect of Selected


Dietary and Medicinal Phenolic Subatances. Mutation Res 428: 305-327.

Song, T. T., Hendrich, S., Murphy, P. A. 1999. Estrogenic activity of glycitein, a soy
isoflavone. J. Agric. Food Chem. 47: 1607-1610.
25

Su, S. J., Yeh, T. M., Lei, H. Y., Chow, N. H. 2000. The potential of soybean foods
as a chemoprevention approach for human urinary tract cancer. Clin. Cancer
Res.6: 230-236.

Surh, Y.J. 1999. Molecular Mechanism of Chemopreventive Effect of Selected


Dietary and Medicinal Phenolic Subatances. Mutation Res. 428: 305-327.

Thomas, A.N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius. Yogyakarta

Tikkanen, M. J., Wahala, K., Ojala, S., Vihma, V., Adlercreutz, H. 1998. Effect of
soybean phytoestrogen intake on low density lipoprotein oxidation resistance.
Proc. Natl. Acad.Sci. U. S A. 95: 3106-3110.

Uesugi, T., Fukui, Y., Yamori, Y. 2002. Beneficial effects of soybean isoflavones
supplementation on bone metabolism and serum lipids in postmenopausal
Japanese women: a four-week study. J. Am. Coll. Nutr. 21: 97-102.

Van Stenis, C. G. G. J. 1975. Flora Voor de Scholen in Indonesie. Diterjemahkan


oleh Sorjowinoto, M., edisi ke-6. PT Pradnya Paramitha Jakarta.

Wei, H., Zhang, X., Wang, Y., Lebwohl, M. 2002. Inhibition of ultraviolet light-
induced oxidative events in the skin and internal organs of hairless mice by
isoflavone genistein.Cancer Lett. 185: 21-29.

Wiseman, H.; Halliwell, B. 1996. Damage to DNA by reactive oxygen and nitrogen
species: role in inflammatory disease and progression to cancer. Biochem.
J.313: 17-29.

Wu, Quiju. 1999. Purification and Antioxidant Activities of Soybean Isoflavones.


Lousiana: Louisiana State University and Agricultural and Mechanical
College.

Xu. X., Duncan, A. M., Merz, B. E., Kurzer, M. S. 1998. Effects of soy isoflavones
on estrogenand phytoestrogen metabolism in premenopausal women. Cancer
Epidemiol. Biomarkers Prev. 7: 1101-1108.

Zhao L., Chen Q., Brinton R. D. 2002. Neuroprotective and neurotrophic efficacy of
phytoestrogens in cultured hippocampal neurons. Exp. Biol. Med. 227: 509-
519.
26

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Dosen Pembimbing

1. Nama lengkap : Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt


2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tempat/tanggal lahir : Surakarta, 22 Maret 1981
4. Alamat rumah : Jl. Ireda 68 Yogyakarta
Telp. (0274) 372346 ;
E-mail : riris_jenie@ugm.ac.id
5. Alamat kantor : Fakultas Farmasi UGM
Sekip Utara Yogyakarta, 55283

6. Riwayat Pendidikan (Perguruan Tinggi) :

Tempat Pendidikan Tahun Lulus Ijazah / Gelar Bidang Studi


Universitas Gadjah Mada 2003 Sarjana / S.Farm Ilmu Farmasi
Universitas Gadjah Mada 2004 Apoteker/ Apt Ilmu Farmasi

7. Pengalaman kerja dalam penelitian

Judul Penelitian Sumber Dana Periode


Kerja
Efek Penghambatan Angoigenesis PKM-DIKTI 2001-2002
Ekstrak Etanol Daun Gynura
procumbens (Lour). Merr. Pada
Membran Korio Alantois (CAM) Embrio
Ayam
Efek Antiangiogenik Ekstrak Etanolik QUE 2002-2003
Daun Gynura procumbens (Lour). Merr.
Pada Membran Korio Alantois (CAM)
Embrio Ayam Terinduksi bFGF
Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambung DIK-S 2004
Nyawa Gynura procumbens (Lour). Fakultas Farmasi
Merr. Terhadap Insidensi dan Proliferasi UGM
Tumor Paru pada Tikus Betina Diinduksi
DMBA
Efek Antiproliferatif Fraksi n-Heksana- DIK-S 2005
Etil Asetat XVII dan XXII Ekstrak Fakultas Farmasi
Etanolik Daun Gynura procumbens UGM
(Lour). Merr. Terhadap Sel Kanker
Payudara T47D
27

B. Penulis Pertama

1. Nama Lengkap : Andita Pra Darma


2. NIM : 06/198136/FA/07676
3. Telp./HP : 08995197597 / 08562941962
4. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 12 Mei 1988
5. Alamat di Yogyakarta : Jl. Gatotkaca 11 Pringgodani 55281
6. Alamat Asal : -- sda--

Latar Belakang Pendidikan :


1. TK dan SD Kanisius Demangan Baru Yogyakarta, lulus tahun 2000
2. SLTP Negeri 5 Yogyakarta, lulus tahun 2003
3. SMA Negeri 3 Surakarta, lulus tahun 2006
4. Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi (Farmasi Sains dan Industri)
Fakultas Farmasi UGM.

Pengalaman Organisasi :
1. Staf BSO Media dan Komunikasi Doa dan PU Keluarga Mahasiswa Kristen
Katolik Farmasi 2006-2007
2. Staf BSO Doa dan PU Keluarga Mahasiswa Kristen Katolik Farmasi 2007-
2008

Karya Tulis yang Pernah Dibuat : -

C. Penulis Kedua

1. Nama Lengkap : Ratih Hardika Pratama


2. NIM : 06/194833/FA/07559
3. Telp./HP : 087879903080
4. Tempat, Tanggal Lahir : Mojokerto, 17 Agustus 1988
5. Alamat di Yogyakarta : Jl. Agro Karang Bendo CT III/38 Depok
Sleman
6. Alamat Asal : Jl. By Pass 200 Kenanten Puri Mojokerto,
61363

Latar Belakang Pendidikan :


1. TK Dharma Wanita Kenanten Puri Mojokerto, lulus tahun 1994
2. MI Syuhada’ Banjaragung Mojokerto, lulus tahun 2000
3. SLTP Negeri 1 Kota Mojokerto, lulus tahun 2003
4. SMU Negeri 1 Sooko Mojokerto, lulus tahun 2006
5. Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi (Farmasi Sains dan Industri)
Fakultas Farmasi UGM
28

Pengalaman Organisasi :
1. Staf Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga mahasiswa UGM Departemen
Media dan Opini Kampus 2007

Karya Tulis yang Pernah Dibuat : -

D. Penulis Ketiga

1. Nama Lengkap : Dyani Primasari Sukamdi


2. NIM : 05/186936/FA/ 07338
3. Telp./HP : 08179407432
4. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 1 Oktober 1987
5. Alamat di Yogyakarta : Sedan Rt.03/Rw.33 No 46A, Sariharjo,
Ngaglik
6. Alamat Asal : -- sda--

Latar Belakang Pendidikan :


1. TK ABA Yogyakarta, lulus tahun 1993
2. SD Negeri Sariharjo Yogyakarta, lulus tahun 1999
3. SLTP Negeri 1 Yogyakarta , lulus tahun 2002
4. SMA Negeri 4 Yogyakarta, lulus tahun 2005
5. Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi (Farmasi Sains dan Industri) Fakultas
Farmasi UGM

Pengalaman Organisasi :
1. Staff Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM Departemen
Pengembangan Potensi Mahasiswa, tahun 2005 – 2006.
2. Anggota Indonesia Biotechnology Student Forum (IBSF), tahun 2006 –
sekarang .
3. Bendahara Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, tahun 2007 –
sekarang.

Karya Tulis yang Pernah Dibuat : -


29

You might also like