You are on page 1of 83

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN MIKROSKOP

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD PARHANI
NIM : J1FI09039
KELOMPOK : 4
ASISTEN : TATI HIDAYAH
NIM : J1D107060

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
OKTOBER, 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan menjadi dua
yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini
tidak dapat terlihat dengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki
kemampuan daya pisah atau daya lihat yang sangat terbatas. Oleh karena itu
banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati dan
pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Salah satu
alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang
organisme yang tidak bisa dilihat dengan mata, terutama dalam bidang kedokteran
dan biologi adalah mikroskop dalam (bahasa latin mikro diartikan kecil sedangkan
scopium berarti penglihatan). Mikroskop sering digunakan untuk, meningkat
kemampuan daya pisah atau lihat seseorang sehingga memungkinkan dapat
mengamati obyek yang sangat halus dan tidak dapat terlihat oleh mata terbuka
(Dwidjoseputro, 1994).

Bakteri adalah makhluk hidup yang kecil sehingga tidak bisa di lihat
dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat pembesar). Begitu juga hal nya dengan
paramecium dan sebagainya sehingga bantuan alat pembesar ini sangat
diperlukan. Alat pembesar ini selain diperlukan untuk melihat bakteri, alat
pembesar juga sangat diperlukan untuk melihat isi dari sel pada makhluk hidup,
bentuk organisme-organisme yang kecil, untuk melihat jaringan yang ada di
dalam tubuh organisme, serta banyak lagi hal lainnya (Syamsuri, 2000).

Pancaindera manusia memiliki kemampuan daya pisah terbatas, oleh


karena itu banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati
hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu. Dan alat Bantu itu adalah
Mikroskop yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang
sehingga memungkinkan dapat mengamati objek yang sangat halus sekalipun
(David, 1978).

Mikroskop pertama kali ditemukan pada tahun 1632 oleh seorang ilmuan
berkebangsaan Belanda bernama Antoni Van Leeucanhoek. Beliau berhasil
membuat mikroskop berlensa tunggal yang sederhana. mikroskop yang ditemukan
pertama kali ini penbesarannya dapat mencapai pemliesaran sekitar 270 kali.
Dengan mikroskop ini Antoni Van Leeucanhoek dapat meIihat benda kecill
dalam tetesan air sekalipun (Muchlis, 1980).

Setelah ditemukannya Mikroskop oleh Anton Van. L, tak lama


kemudian seorang ilmuan bemama Robe hooke juga menemukan mikroskop
berlensa tunggal yang merupakan pengembang dari mikroskop sebelumnya.
Mikroskop Robert H memiliki lampu kondensor, sehingga dapat melihat
objeyengan sangat jelas (Muchlis,1980).

Dalam melakukan pengamatan terhadap suatu benda yang memiliki


ukuran renik dimana pancaindera kita tidak mampu untuk melihatnya.
Pancaindera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas. Oleh karena
itu banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati tanpa
digunakan alat bantu. Alat bantu yang sering digunakan dalam pengamatan
terutama dalam bidang biologi, yaitu mikroskop. Dalam Bahasa latin mikro
diartikan keeil dan scopium diartikan pengilihatan, Mikroskop berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang sehingga memungkinkan
dapat mengamati benda yang halos sekalipun ( Muchlis, 1980 ).

Hingga saat ini sudah ada dua macam mikroskop yaitu mikroskop cahaya
yang biasa banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan mikroskop elektron
yang digunakan bidang kedokteran karena mikroskop elektron ini mempunyai
pembesaran yang lebih dibandingkan dengan mikroskop cahaya. Mikroskop
elekron ini menggunakan elektron berkecepatan tinggi yang dapat di samakan
dengan sinar-x (0.05 angstrom atau satu million satuan inci) (Albert, 1994).

1.2 Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengenali bagian-bagian mikroskop,


memahami fungsi dan terampil menggunakannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Harus diketahui agar penggunaan mikroskop yang benar harus


dimiliki oleh seorang praktikan, oleh karcna itu, praktikum tentang
pengenalan mikroskop merupakan hal pertama yang harus dilaksanaka.
Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan
penggunaan tertentu dan dengan bermacam kelengkapan pula. Mikroskop yang
sering digunakan dalam Biologi adalah Mikroskop Cahaya, baik yang
berlensa okuler tunggal atau dikenal dengan Mikroskop Monokuler maupun
berlensa okuler ganda atau yang dikenal Mikroskop binokuler (Leeson, 1990).
Mikroskop pada dasarnya adalah suatu alat pembesar yang terdiri dari dua
lensa cembung yaitu sehagai lensa obyektif atau yang dekat dengan mata
dan lensa okuler. Benda yang diamati mengalami pembesaran sebesa dua kali
dengan lensa obyektif dan lensa okuler, dimana lensa okuler berfungsi sehagai
lup. Bayangan akhir yang diamati bersifat maya, terbalik dan diperbesar.
Bayangan tersebut merupakan aberasi sferis dan kromatis dari cahaya dan
spektrum sinar nampak (Leeson, 1990).
Mikroskop mcngalami perkembanan dari waktu ke iyaktu. Pada
awalnya hanya di temukan sebuah mikroskop biasa oleh/Antony Van
Leuwenhoek (1632-1723) dengan hanya perbesaran scbcsar 3000X. K
mudian Ruska dan nol pada tahun 1932 menemukan Mikroskop elektron
dcnga melakukan perbaikan tehadap mikroskop biasa yang ditemukan oleh
Antony Van Yeuwenhoek dengan cara 1. tenarnbahkan partikel elcktron
sehagai pemantul bayangan objek. Perkembangan selanjutnya ditemukan
Mikroskop fase kontras oleh Firt Zenika (Leeson, 1990).
Macam-macam mikroskop diantaranya:
1. Mikroskop cahaya
Pada awal abad ke-17 ketika dunia ilmu pengetahuan pada masa itu mulai
menduga adanya dunia renik yang tak terlihat akibat terbatasnya kemampuan
mata manusia. Padahal dunia itu berpengaruh pada hidup manusia. Maka
dibuatlah apa yang kini kita sebut mikroskop. Kata ini berasal dari bahasa Yunani
di mana mikros berarti kecil dan skopeo berarti melihat (Washitoaji, 2000).
Saat ini tidak ada dokumen yang dapat menuntun kita pada siapa
sebenarnya penemu mikroskop ini. Kemungkinan mikroskop dikembangkan dari
teleskop yang memiliki Galileo pada pertengahan abad ke-17. Instrumen
mikroskop pertama yang terbukukan adalah yang dipakai oleh ilmuwan Belanda
bernama Antony van Leeuwenhoek (1632-1723). Mikroskop ini terdiri dari lensa
cembung yang kuat dengan penadah sampel (preparat) yang dapat digerakkan.
Dengan mikroskop yang sederhana ini Leeuwenhoek dapat melakukan
pengamatan dengan pembesaran hingga 400 x dan ia mengumumkan pada dunia
penemuannya akan jasad renik seperti bakteri, protozoa, dan spermatozoa. Ia juga
dapat mengklasifikasikan sel darah merah dengan mengamati bentuknya
(Washitoaji, 2000).
Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa
cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang
diletakkan persis didepan mata pengamat yang disebut eyepiece, sehingga obyek
dari lensa pertama (kemudian disebut lensa obyektif) dapat diperbesar lagi dengan
menggunakan lensa ke dua ini. Pada perkembangan selanjutnya ditambahkan
pengatur jarak antara kedua lensa untuk mempertajam fokus, cermin atau sumber
pencahayaan lain, penadah obyek yang dapat digerakkan dan lain-lain, yang
semua ini merupakan dasar dari pengembangan mikroskop modern yang
kemudian disebut mikroskop cahaya Light Microscope (LM) (Washitoaji, 2000).

LM modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000


kali, dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang
berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002 mm).
Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai daya
resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa kemampuan
lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai pada batasnya,
meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan. Belakangan diketahui
bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya yang digunakan untuk
pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang lebih tinggi. Diketahui bahwa
daya resolusi tidak dapat lebih pendek dari panjang gelombang cahaya yang
digunakan untuk pengamatan. Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang
pendek seperti sinar biru atau ultra violet dapat memberikan sedikit perbaikan,
kemudian ditambah dengan pemanfaatan zat-zat yang mempunyai indeks bias
tinggi (seperti minyak), resolusi dapat ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer
(nm). Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan
mode baru akan mikroskop terus dilakukan (Washitoaji, 2000).
2. Mikroskop elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara
(vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali
lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan
medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti
pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya (Washitoaji, 2000).
Ilmuwan dari Universitas Berlin yaitu Dr Ernst Ruska menggabungkan
penemuan ini dan membangun TEM (Transmission Electron Microscope/
mikroskop elektron mode transmisi elektron) yang pertama pada tahun 1931.
Untuk pekerjaannya ini dunia menganugerahinya hadiah Nobel pada tahun 1986.
Mikroskop yang pertama menggunakan dua "lensa" medan magnet, namun tiga
tahun kemudian ia menambah "lensa" ketiga dan mendemonstrasikan resolusi
hingga 100 nm (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu)
(Washitoaji, 2000).
Mikroskop eletron mode transmisi elektron pada masa sekarang, dengan
berbagai perbaikan dari yang terdahulu, dapat memberikan resolusi hingga 0,1 nm
(atau 1 angstrom) atau dengan pembesaran sampai satu juta kali, suatu hal yang
mungkin tidak pernah terbayangkan oleh Leeuwenhoek. Sayangnya mikroskop
eletron mode ini bekerja bagaikan sebuah slide proyektor, di mana elektron
ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil
tembusannya pada layar. Yang terlihat bukan hanya bayangan siluet seperti pada
pertunjukkan wayang kulit, tetapi pada resolusi yang tinggi pengamat dapat
melihat struktur kristal dan lain lain, bahkan pergerakan elektron seperti yang
ditunjukkan oleh peneliti dari Jepang Prof Dr Hashimoto (Okayama University of
Science) pada sebuah seminar yang lalu di Puspiptek Serpong. Konsekuensinya
obyek yang diamati disyaratkan setipis mungkin sehingga dapat ditembus oleh
elektron, atau elektron dipercepat secepat mungkin sehingga mampu menembus
objek sampai pada batas tertentu (Washitoaji, 2000).
Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang
pesat dengan bantuan mikroskop elektron mode ini, syarat "agar obyek
pengamatan setipis mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak
terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang tidak dapat dengan serta merta
dipertipis. Karena itu pengembangan mode baru mikroskop elektron terus
dilakukan (Washitoaji, 2000).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada pukul 08.00 WITA,hari rabu, tanggal 21
Oktober 2009. Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar 1, Laboratorium Dasar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarbaru.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya
monokuler dan binokuler, kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes, kuas, air,
preparat, dll.

2.3 Prosedur Kerja


1. Mencari bidang penglihatan.
1.1. Menaikkan tabung menggunakan makrometer ( pemutar kasar),
hingga lensa obyektif tidak membentur meja/panggung bila
revolver diputar-putar.
1.2. Tempatkan lensa obyektif pembesaran lemah ( 4X atau 10X )
dengan memutar revolver sampai berbunyi klik ( posisinya satu
poros dengan lensa okuler).
1.3. bukalah diafragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke
Belakang.
1.4. aturlah letak cermin sedemikian rupa ke arah cahaya, hingga
terlihat lingkaran ( lapangan pandang ) yang sangat terang di
dalam lensa okuler. Mikroskop siao digunakan.

2. Mencari bayangan sediaan.


2.1. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer, hingga
jarak antara lensa obyektif dengan permukaan meja -/+ 3 cm.
2.2. Letakkan sediaan yang akan diamati di tengah-tengah lubang meja
benda, gunakanlah penjepit sediaan agar tidak tergeser.
2.3. Putarlah makrometer ke belakang sampai penuh ( hati-hati ),
sambil menempatkan noda sediaan tepat di bawah lensa obyektif,
hingga jarak antara ujung lensa obyektif dengan permukaan atas
kaca penutup hanya -/+ 1mm.
2.4. Bidikkan mata ke lensa okuler sambil memutar makrometer ke
depan searah jarum jam secara hati-hati sampai tampak bayangan
yang jelas.
2.5. untuk mendapatkan pembesaran kuat, putar revolver dan lensa
obyektif yang sesuai. Kemudian mainkan fungsi micrometer secara
perlahan dan hati-hati. ( ingat bila menggunakan lensa obyektif 100
X, maka di atast sediaan perlu ditetesi minyak imersi dahulu)
3. Memelihara mikroskop
3.1. Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam posisi tegak,
dengan satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan
tangan yang lain menyangga pada dasar atau kakinya.
3.2. Apabila tabung perlu diangkat dicondongkan posisinya, maka
cukup dilakukan dengan memutar engsel penggerak sebagai titik
putar. Setelah selesai harus ditegakkan kembali.
3.3 . Usahakan agar lensa obyektif lemah ( 4X atau 10X ) berada satu
poros di bawah lensa okuler. Aturlah kedudukan tabung
sedemikian rupa sehingga ujung lensa obyektif lemah berjarak
kurang lebih 1cm dari atas meja benda.
3.4. Aturlah kedudukan penjepit sediaan dengan rapid an cermin pada
posisi tegak agar debu tidak banyak menempel.
3.5. Apabila pengamatan dengan menggunakan minyak imersi telah
berakhir, bersihkan sisa minyak dengan menggunakan cairan Xilol
sesegara mungkin dan keringkan dengan kain lap yang bersih.
3.6. Selanjutnya setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa
atau bagian lainnya dengan kain lap bersih dari bahan yang halus
(flannel).

4. Pengukuran Mikroskopis/Mikrometri
Untuk mengetahui ukuran obyek yang diamati dengan mikroskop untuk
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut Mikrometer
Obyektif dan Mikrometer Okule

5. Menggambar Hasil.
Hasil pengamatan dengan mikroskop dapat dituangkan dalam bentuk
gambar, yang dilakukan dengan alat fotografi atau dengan tangan
(manual). Gambar yang baik harus dapat menyampaikan ide yang jelas
dari suatu struktur yang nyata sebagaimana tampak hubungan antara
bagian-bagian yang diamati. Adapun cirri-ciri gambar yang baik adalah ;
jelas, mempunyai keterangan yang lengkap, rapi, dan cermat. Gamabr
diatur sedemikian rupa, dibagian tengah halaman buku, disertai judul,
keterangan pembesaran, biasanya satu halaman hanya untuk 1-2 gambar
saja, letak keterangan gambar pada sisi yang sama dengan jarak garis
petunjuk diusahakan sama dan tidak saling berpotongan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Keterangan :
1. Lensa
Okuler
2. Tabun
g
3. Makro
meter
4. Mikro
meter
5. Lensa
Objektif
6. Penjep
it
7. Diafra

Gambar 1. Mikroskop dan bagian-bagiannya

4.1 Pembahasan
4.2.1Pengertian Mikroskop
Mikroskop adalah alat pembesar diperlukan untuk melihat bakteri, melihat
isi dari sel pada makhluk hidup, bentuk organisme-organisme yang kecil, untuk
melihat jaringan yang ada di dalam tubuh organisme, serta banyak lagi hal lainnya
(Syamsuri, 2000).

4.2.2Bagian-Bagian Mikroskop
Bagian- bagian pada mikroskop yang wajib\kita ketahui adalah sebagai :

1. Bagian mekanis

adalah bagian yang bersifat sekunder namun sangat penting agar


mikroskop dapat digunakan dengan baik dan terdiri dari:

a. Kaki dasar atau basis ; dapat berbentuk apal kuda, persegi atau bentuk
yang lain.
b. Pilar, lengan , dan engsel penggerak ; atas kaki terdapat pilar,
diatas pilar terdapat lengan. Bagian pilar (19 lengan
ckhubungkan oleh engsel penggerak yang berfungsi untuk
mengatuf kedudukarki mikroskop sesuai yang kita kehendaki.
c. Meja Benda ; merupakan tempat untuk meletakkan enda atau
obyek yang akan diamati. Pada bagian tengah meja terdapat
luban yang berfungsi untuk meloloskan cahaya yang bcrasal
dari ccrmin pcmantul. \ Di bawah meja atau panggung terdapat
sub panggung yang padanya melekat kondensor yang berfungsi
untuk memfokuskanicahaya ke obyek yang akan diamati. Di
bawah kondensor terdapat diafragrim untuk mengatur
sedikitnya cahaya yang diperlukan.
d. Sekrup penggerak sediaan atau obyek ; jumlahnya dua (2)
tersusun pada satu sumbu yang berfungsi untuk mcnggerakkan
sediaan kekiri dan ke sebelah kanan ( sekrup Bawah ).
e. Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnnya
2 buah atau menjadi satu, yang inempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
pengatur atau penggerak kasar ( makrometer ) dan sebagai penggerak
halus ( micrometer )

2. Bagian optik,

Bagian ini terdiri dari cermin, lensa kondensor, diafragma, lensa


obyektif, lensa okuler. Alat- alat tersehut merupakan bagian yang
utama atau primer dari sebuali mikroskop.
a. Cermin ; berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumbu
cahaya ke obyek yang kita akan amati. Pada setiap microskop selalu
dilengkapi cermin dengan permukaan benda, yaitu permukaan datar
dan permukaan cekung. Permukaan datar digunakan apabila
sumber cahaya cukup terang, sedangkan permukaan cekung
digunakan apabila intensitas mbeahaya kurang atau tidak terang.
b. Lensa kondensor ; mikroskop y g baik hiasanya dilengkapi
dengan lensa kondensor yang merupakan kom inasi dan \ dua.
lensa yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke obyek y g
sedang diamati. Apabila kondisi ruangan kekurangan cahaya
.
maka dengan menggunakan cermin cekung dan mengatur
kondensor akan diperoleh pencahay yang lebih baik dari semula.
c. Diafragma ; merupakan bagian yang dapat diputar atau digeser
tangkainya ke salah sate arah yang kita suka. Diafragma berfungsi
untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan saat sedang
mengantatifobyek yang akan diamati.
d. Lensa objektif
e. Berfungsi untuk memperbesar obyek yang diamati secara
langsung, biasanya l e t a k n y a d e k a t d e n g a n s e d i a a n d a n
t e r d a p 2 , 3 a t a u l e b i h l e n s a d i pasangsekaligus pada revolver
yang dapaticliputar:\ Pada umumnya dijumpai mikroskop dengan
tiga lensa obyektif yaq 4X, 10X, dan 40X atau 45X. Lensa
obyektif memiliki beberapa ife yang bisa digunakan pada
berbagai mikroskop antara lain: akromat, semi apokromat (flourit),
apokromat, 'plan akromat (plan) dan plan apokromat (plan apo).
f. Lensa okuler
g. Lensa ini terletak di atas tabung mikroskop yang dipakai pengamat
uittuk mclihat bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Lensa
pada okuler mempunyai fungsi memperbesar bayangan yang
clihasilkan oleh lensa objektif. Di bagian atas okuler tertera x5, x10,
x15. Okuler dengan pembesaran x10 ke atas sangat baik bila
dikombinasikan dengan objektif yang berkualitas tinggi, apabila.
dengan objektif yang berkualitas rendah akan didapatkan
pembesaran benda oleh okuler akan jelek. Total pembesaran
bayangan dari pengamatan benda adalah ha.sil perkalian antara
pembesaran objektif dengan pembesaran okuler.
h. Tabung badan mikroskop
i. Tabung badan mikroskop adalah bagian yang memisahkan antara
lensa objektif dengan lensa okuler. Tiap mikroskop akan
berfungsi baik apabila mempunyai panjang tertantu. Apabila
panjang tabung badan mikroskop Iebih panjang dari ketentuan maka
bayangan akan terlihat tampak buram.

4.2.1Cara Menggunakan dan Memelihara Mikroskop

a. Menggunakan Mikroskop
1. Letakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan
mikroskop sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persis di
hadapan pemaka
2. Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah
berada pada posisi satu poros dengan lensa okuler yang ditandai
bunyi klik pada revolver.
3. Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya
masuk, hinggadari lensa okuler tampak terang berbentuk bulat
(lapang pandang).
4. Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan
jepit dengan penjepit obyek/benda!
5. Aturlah fokus untuk memperjelas gambar obyek dengan cara
memutar pemutar kasar, sambil dilihat dari lensa okuler.
6. Apabila bayangan obyek sudah ditemukan, maka untuk memperbesar
gantilah lensa obyektif dengan ukuran dari 10 X,40 X atau 100 X,
dengan cara memutar revolver hingga bunyi klik.
7. Apabila telah selesai menggunakan, bersihkan mikroskop dan
simpan pada tempat yang tidak lembab.

a. Memelihara Mikroskop
1. Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam posisi tegak,
dengan satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan
tangan yang lain menyangga pada dasar atau kakinya.
2. Apabila tabung perlu diangkat dicondongkan posisinya, maka cukup
dilakukan dengan memutar engsel penggerak sebagai titik putar.
Setelah selesai harus ditegakkan kembali.
3. Usahakan agar lensa obyektif lemah ( 4X atau 10X ) berada satu
poros di bawah lensa okuler. Aturlah kedudukan tabung sedemikian
rupa sehingga ujung lensa obyektif lemah berjarak kurang lebih 1cm
dari atas meja benda.
4. Aturlah kedudukan penjepit sediaan dengan rapid an cermin pada
posisi tegak agar debu tidak banyak menempel.
5. Apabila pengamatan dengan menggunakan minyak imersi telah
berakhir, bersihkan sisa minyak dengan menggunakan cairan Xilol
sesegara mungkin dan keringkan dengan kain lap yang bersih.
6. Selanjutnya setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa
atau bagian lainnya dengan kain lap bersih dari bahan yang halus
(flannel).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu
memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
2. Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu :
- Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa
okuler.
- Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop,
diafragma, meja objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek,
dan sumber cahaya.
3. Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop
cahaya dan mikroskop elektron.

5.1 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita harus tahu dulu bagaimana
cara nya dan harus memeriksa segala peralatan yang akan digunakan. Terjalinnya
kerja sama antar praktikan dengan asisten sangat diperlukan untuk dapat mencapai
target yang dinginkan. Selain itu asisten sebaiknya mendampingi praktikan dalam
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B, dkk. 1994. Biologi Monokuler Sel Edisi Kedua Mengenai Sel.
Gramedi Pustaka Utama. Jakarta.

Anonim1. 2009. Fisika Dasar : Mikroskop.

http://basicsphysics.blogspot.com.

Diakses tanggal 24 oktober 2009.

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Nash, David. 1978. The First Ensyclopedia. Banner Press. New York.

Syamsuri, 1997. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Syamsuri., I. 2000. Biologi 2000. Erlangga. Jakarta.

http://www.docstoc.com/docs/downloadDoc.aspx?doc_id=17298665
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK STERILISASI

A. TUJUAN
Mengenalkan pada mahasiswa :
1. Jenis-jenis alat laboratorium yang diperlukan dalam penelitian
mikrobiologi
2. Konsep dan teknik sterilisasi dan prosedur yang harus dilakukan untuk
keberhasilan pengkulturan

B. LANDASAN TEORI

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
• Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
• Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.

C. ALAT DAN BAHAN


C.1 Alat :
1. pembakar bunsen
2. jarum ose
3. pipet
4. tabung reaksi
5. labu erlenmeyer
6. gelas beaker
7. cawan petri
8. laminar air flow
9. oven
10. autoklaf
11. botol semprot
12. kertas tissue

C.2 Bahan :
1. kertas sampul coklat
2. aluminium foil
3. kapas
4. alkohol 70%

D. PROSEDUR
D.1 Prosedur Sterilisasi Area Kerja
1) Masukkan larutan alkohol dengan kadar 70% ke dalam botol semprot.
2) Semprotlah udara di sekitar area kerja dengan alkohol tersebut.
3) Semprotlah juga meja kerja dengan alkohol dan ratakan dengan kertas tissue.
4) Semprot juga tangan kita agar steril.
5) Letakkan alat-alat yang akan digunakan pada meja kerja.
6) Semprot kembali tangan kita ketika hendak menggunakan alat-alat tersebut.

D.2 Prosedur Sterilisasi Dengan Pembakaran (Nyala Bunsen)


1) Nyalakan pembakar bunsen dengan cara membuka tutupnya.
2) ), bakar jarum hingga berpijar dan pijaran tersebut merambat hingga pangkal
bagian logam jarum.° 45± Sterilkan jarum ose dengan membakar ujung jarum yang
terbuat dari logam pada api bunsen. Peganglah jarum dengan posisi agak tegak di
atas api (

3) Bila sudah selesai, tunggu beberapa detik hingga suhu ose kembali normal. Atau
sentuhkan ujung ose pada permukaan media hingga terdengar bunyi ”ches”.

D.3 Prosedur Sterilisasi Panas Lembab (Dengan Autoklaf)


1) 2 cm) di bawah dasar keranjang) atau sebanyak 3-5 liter.± Pastikan air dalam
autoklaf cukup (tinggi air
2) Aturlah alat-alat yang akan disterilkan ke dalam keranjang autoklaf dalam posisi
dimana kira-kira seluruh permukaan alat dapat terjangkau oleh uap dalam autoklaf.
3) Tutuplah autoklaf dengan erat, kemudian atur pengontrol waktu pada angka 20
(20 menit) dan pastikan pengontrol exhaust dalam keadaan terbuka dan pengontrol
drain dalam keadaan tertutup.
4) Setelah uap naik, yaitu ditandai dengan keluarnya uap dari selang pembuangan
diiringi dengan bunyi mendesis, maka tutuplah lubang exhaust.
5) 20 menit dan sudah terdengar alarm tanda selesai, jangan langsung membuka
tutup autoklaf. Tetapi tunggu sampai penunjuk tekanan menunjuk pada angka
0.± Setelah autoklaf bekerja selama

D.4 Prosedur Sterilisasi Panas Kering (Dengan Oven)


1) Buka tutup oven dan masukkan peralatan dari gelas yang sudah dibungkus ke
dalam oven.
2) C selama 1-2 jam.°Tutup oven dan atur pengontrol suhu pada angka 160-180

D.5 Prosedur Sterilisasi Secara Radiasi (Dengan Laminar Air Flow)


1) Seka permukaan laminar dengan alkohol 70%.
2) Letakkan alat dan bahan yang akan disterilkan ke dalam laminar.
3) Tutup tirai serapat mungkin sampai dirasa tidak akan ada cahaya yang keluar.
4) Nyalakan laminar (tombol UV) minimal 15 menit.
5) Matikan tombol UV bila sudah selesai.
6) Buka tirai dan nyalakan blower ketika akan bekerja.
7) Bila kurang terang, nyalakan tombol light.

E. PEMBAHASAN

Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus melalui
proses sterilisasi. Sterilisasi berasal dari kata steril yang artinya tidak didapatkan
mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu ataupun
merusak media bahkan mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.
Setiap proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuk
kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi.

1. Sterilisasi Secara Fisik


a. Pemanasan Basah
- dg Autoklaf
- Tyndalisasi

b.Pemanasan Kering
- Oven
- Pembakaran
- Penyinaran dg gelombang pendek
2. Sterilisasi secara kimia dan 3. mekanik

F. KESIMPULAN
1. Macam-macam alat laboratorium yang diperlukan dalam penelitian mikrobiologi
antara lain :
○ Autoklaf
○ Oven
○ Laminar
○ Pipet Volume
○ Jarum Inokulasi/ Kawat Ose
○ Api Bunsen
○ Kapas
○ Kertas Coklat/ koran
○ Alkohol 70%
○ Kertas Tisu
○ Cawan Petri
○ Labu Erlenmeyer
○ Tabung Reaksi
○ Rak Tabung Reaksi

2. Agar proses sterilisasi sempurna perlu melalui langkah sebagai berikut :


- Sifat dari bahan yang dipakai
- Metode sterilisasi yang sesuai
3. Teknik sterilisasi
Terdapat beberapa metode sterilisasi, antara lain sebagai berikut :
• Sterilisasi fisik (penggunaan panas) : biasanya dipakai untuk mensterilkan benda –
benda yang tahan panas. Prosesnya meliputi
• Tyndalisasi
• Pembakaran
• Panas kering
• Panas lembab
• Sterilisasi fisik
• Sterilisasi kimia
• Sterilisasi mekanik
Teknik isolasi mikroorganisme
Posted on April 19, 2009 by firebiology07

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala
laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan
yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan
murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah di mengerti jenis- jenis nutrien yang disyaratkan bakteri
dan juga macam ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri
tersebut (Pelczar, 1986).
Selain teknik pertumbuhan bakteri atau teknik isolasi di atas, dikenal juga adanya teknik isolasi
mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu dari
medium yang lama ke medium yang baru dengan tujuan untuk mendapatkan suatu biakan yang
murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba yang lain yang tidak diiinginkan.
Berdasarkarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik dari
isolasi dan inokulasi bakteri.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
- Mengetahui teknik isolasi mikroba di sekitar kita (isolasi mikroba dari kotoran gigi, isolasi mikroba
dari kulit kepala dan isolasi mikroba dari kotoran belakang leher) serta isolasi mikroorganisme dari
substrak cair, isolasi dengan cara penuangan, taburan, substrak padat,agar tegak dan miring.
- Mengetahui taknik pemindahan/ inokulasi biakan mikroorganisme
- Mengetahui ciri pertumbuhan dari mikroorganisme pada media agar.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2009 dan bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks.
Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang
cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme.
Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air,
maupunudara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme.Penelitian yang layak mengenai
mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi
campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi
spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari
satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan
pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan
sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga
dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang
tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian
misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten
terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi
holokarbon (Ferdiaz, 1992).
P emindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar
semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar-
benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang
tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni
(Dwidjoseputro, 1990).
Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara
tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama
dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu
(Dwidjoseputro, 1990) :
1. Degan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus
lactis dalampiraan murni yang diisolasi dari sampel susu Yang sudah masam.
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL
untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk
disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni
yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh
satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum
yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita
dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel
campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu
medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu
piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian
nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang
pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium
diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari
pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan
adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga
pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah
dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang
kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya
tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga
sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah
baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun
tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai
Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode
agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan
menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel.
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium
agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas
permukaan/di dalamcawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar
cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan
pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk
mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang
tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.
BAB III
METODOLOGI
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen, enkas, ikubator, ose dan
mikropipet.
III.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah Biakan Escherichia coli, Biakan
Staphylococcus aureus, biakan Lactobacillus, Larutan tanah, medium nutrient agar padat,
aquadest, spiritus, alkohol, swab dan korek api
III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1. Isolasi mikroba di sekitar kita
- Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan.
- Kemudian dengan menggunakan swab, mengambil kotoran gigi, kotoran belakang leher, dan
kotoran kulit kepala.
- Sebelum dilakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
menggunakan alkohol 70%.
- Setelah itu masing- masing sampel dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium
NA.
- Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
- Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam
inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti perubahan yang terjadi.
2. Isolasi mikroorganisme dari substrak cair
- Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan. Lalu
memasukkannya kedalam enkas bersama dengan Biakan Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
dan Lactobacillus pada media cair.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil masing- masing biakan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 mL,
lalu diratakan pada permukaan medium sesuai dengan label.
- Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati.
- Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam
inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti koloni yang tumbuh.
3. A. Isoalsi dengan cara penuangan
- Cawan petri steril, masing- masing diberi label sesuai perlakuan lalu meletakkan di dalam enkas
bersama dengan medium NA yang cair.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil masing- masing biakaan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL.
- Melidahapikan cawan petri terlebih dahulu kemudian memasukkan biakan bakteri ke dalam
cawan petri steril lalu menuangkan medium NA cair.
- Menutup cawan petri kemudian melidahapikan dann menggoyangkan dengan cara memutar agar
merata.
- Medium setelah padat lalu menginkubasi sdelama 24- 28 jam dengan posisi terbalik pada suhu
37°C.
B. Isolasi dengan cara taburan
- Cawan petri yang berisi medium NA masing- masing diberi label sesuai perlakuan,lalu
meletakkannya di dalam enkas.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
- Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menaburkannya di atas medium
NA padat secara merata.
- Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama
24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
4. Isolasi mikroorganisme dari substrak padat
- Memasukkan cawa petri steril ke dalam enkas, kemudian sebelum melakukan pengerjaan dalam
enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
- Mengambil larutan tanah yang telah homogen dengan menggunakan mikropipet lalu
memasukkannya ke dalam cawan petri steril lalu menuangkan medium NA.
- Menutup cawan petri lalu melidahapikan dan membungkus dengan kertas, menginkubasi selama
24-28 jam dengan posisi terbalik pada suhu 37°C.
5. Isolasi bakteri dari kultur campuran
- 4 buah tabung rreaksi yang masinng- masing berisi 2 medium agar tegak dan 2 medium agar
mirig dimasukkan ke dalam enkas, setelah diberi label.
- Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan
mengunakan alkohol 70%.
- Dengan menggunakan ose lurus, mengambil biakan bakteri lalu menusukkan ke dalam medium
lalu di tutup.
- Dengan menguunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan
secara zig- zag pada medium agar miring lalu di tututp
- Membungku tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasinya selama 24- 72 jam dan
mengamati masing- masing perbedaannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel pengamatan :
1. Isolasi mikroba di sekitar kita
Asal mikroba Ciri- ciri koloni Kelompok mikroba
Bentuk Warna Tepi Permukaan
Kotoran gigi - Circular
-Irregular Putih -Entire
-Lobate Convex Bakteri
Kotoran kulit kepala -Circular
-Rhizoid Putih -Entire
-Filamentous Raised Bakteri
Kotoran Belakang leher -Circular Putih Entire Convex Bakteri
2. Isolasi mikroba dari substrak cair
Bakteri Ciri- ciri koloni
Metode
Warna Bentuk tepi Permukaan
Escherichia coli Putih kehijauan Irregular Lobate Raised Tabur
Eschericia coli Putih - - - Tuang
Keterangan : – = tidak jelas
3. Isolasi kultur campuran
Koloni Ciri-ciri koloni
Warna Bentuk Tepi Permukaan
1 Putih Circular Entire Raised
2 Putih Irregular Lobate Flat
Keterangan :
- Circular : Bulat
- Irregular : Tidak beraturan
- Rhizoid : Pertumbuhan dengan cabang- cabang tidak teratur seperti akar.
- Entire : Rata
- Lobate : Terdapat bentuk- bentuk seperti telinga
- Filamentous : Berbentuk lembaran- lembaran
- Convex : Cembung
- Raised : Pertumbuhan dengan cabang- cabang teratur
- Flat : rata, datar
VI.2 Pembahasan
1. Isolasi mikroba disekitar kita
Pada percobaan isolasi mikroba di sekitar kita, digunakan medium NA (Nutrient Agar) dengan
mengisolasi mikroba yang berasal dari kiotoran giggi, kotoran kulit kepala, dan kotoran belakang
lehet. Setelah melakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 24- 28 jam di inkubator, diperoleh
hasil bahwa cawan petri yang berisi mikroba dari kotoran kulit kepala berjumlah 21 koloni, memiliki
dua macam bentuk koloni yaitu berbentuk circular (bulat) dengan tipe entire dan berbentuk irregular
( tidak beraturan) dengan tipe lobate. Warna kedua koloni putih dan memiliki permukaan convex
(cembung).
Cawan petri yang berisi mikroba dari kotoran belakang leher berjumlah 24 koloni memiliki dua
macam bentuk koloni yaitu filamentous. Warna kedua koloni putih dan memiliki permukaan raised.
Cawan petri yang berisi kotoran gigi berjumlah 26 koloni memiliki bentuk koloni circular (bulat)
dengan tepi entire. Warna koloni putih dan permukaan convex.
2. Isolasi mikroba dari substrat cair
Pada percobaan isolasi mikroba dari substrat cair, dilakukan dengan metode tuang dan metode
tabur menggunakan bakteri Escherichia coli. Setelah melakukan pengerjaan dan diinkubasi selama
24- 48 jam di inkubator, isolasi mikroba dengan metode tabur terdapat 8 koloni bakteri dengan
bentuk irregukar, memiliki bentuk tepi lobate dan permukaan raised. Warna koloninya putih
kehijauan.
Isolasi mikroba dengan metode tuang, bakteri yang berkoloni jumlahnya tidak bisa untuk dihitung
(TBUD), bentuk bakteri,tepi, serta permukaannya tidak jelas. Sedangkan warna bakteri putih.
3. Isolasi bakteri kultur campuran
Pada percobaan isolasi bakteri dengan kultur campuran, setelah dilamkukan pengerjaan dan
diinkubasi selama 24- 48 jam di inkubator, terdapat 12 koloni bakteri dengan dua macam bentuk
bakteri dengan tepi dan permukaan berbeda.
Pada koloni pertama bentuknya Circular dengan bentuk tepi entire dan permukaan raised. Pada
koloni kedua bentuknya irregular dengan bentuk tepi lobate dan permukaan flat. Warna kedua
koloni bakteri putih.
4. Medium agar tegak dan agar miring
Pada percobaan ini digunakan agar tegak dan agar miring dengan menggunakan bakteri
Escherichia coli. Setelah dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 1-2 x 24 jam, pertumbuhan
bakteri pada medium agar tegak berbentuk villous sedangkan pertumbuhan bakteri pada medium
agar miring berbentuk beaded.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Isolasi mikroba di sekitar kita, didapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Bentuk : Circular, irregular, dan rhizoid
- Warna : putih
- Tepi : Entire, lobate, Filamentous
- Permukaan : Convex, dan raised
2. Isolasi mikroba dari substrak cair, di dapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Bentuk : Irregular
- Warna : Putih, dan putih kehijauan
- Tepi : lobate
- Permukaan : Raised
3. Isolasi kultur campuran, di dapatkan ciri- ciri koloni berupa :
- Circular, dan irregular
- Warna : Putih
- Tepi : Entire, dan lobate
- Permukaan : Raised dan flat
V.2 Saran
Saran saya, sebaiknya peralatan di laboratorium yang rusak diperbaiki atau digantikan dengan
yang baru terutama mikroskopnya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin., 2008, http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Sejarah- Perkembangan-Mikrobiologi.
Diakses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
Dwidjoseputro, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael, J., 1986, Dasar- Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
ARTIKEL MIKROBIOLOGI
• Perhitungan Kematian Mikroorganisme pada Proses Sterilisasi
• Pengambilan dan Preparasi Sampel Bakteri dalam Mikrobiologi
• Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 1)
• Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 2)
• Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 1)
• Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 2)
• Bekerja Tanpa Kontaminasi (Dasar Tehnik Aspetis)
• Penentuan Sifat Gram Dengan KOH 3% dan Perbandingannya Dengan
Pewarnaan Gram
• Pentingnya Penggambaran Morfologi Koloni di Cawan
• Bakteri Kontrol Harga Murah untuk Pewarnaan Gram
• Kunci Awal Identifikasi Bakteri
• Bagaimana Membedakan Flagellar Movement dengan Brownian Movement ?

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


• introduction dan referensi
• BAB 1 pengenalan alat
• BAB 2 media pertumbuhan
• BAB 3 sterilisasi
• BAB 4 isolasi mikroorganisme
• BAB 5 morfologi mikroba
• BAB 6 menentukan jumlah dan ukuran mikroba
• BAB 7 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme
• BAB 8 daya kerja antimikorba dan oligodinamik
• BAB 9 aktivitas enzimatis mikroorganisme

BAB 6 MENENTUKAN JUMLAH & UKURAN


MIKROBA
Kompetensi :
- Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sel mikroorganisme
- Mahasiswa dapat melakukan perhitungan mikroba dengan cara Plate Count,
MPN dan dengan haemocytometer
Menentukan jumlah dan ukuran mikroba
a. Menentukan ukuran mikroba
Menggunakan mikrometer
b. Menentukan jumlah mikroba (enumerasi)

b.1 penghitungan jumlah bakteri hidup (penghitungan tidak langsung)


b.1.1 Plate count (hitungan cawan)
b.1.1.1 SPC

b.1.1.2 TPC
b.1.1.3 cara kerja SPC dan TPC
b.1.2 MPN
b.2 penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (penghitungan langsung
dengan haemocytometer
· Menentukan Ukuran Mikroorganisme
Mikroba berukuran sangat kecil dan untuk mengetahuinya digunakan
mikrometer. Mikrometer merupakan kaca berskala dan dikenal 2 jenis micrometer
yaitu mikrometer okuler dan mikrometer objektif. Mikrometer okuler dipasang
pada lensa okuler mikroskop, sedangkan micrometer objektif berbentuk slide yang
ditempatkan pada meja preparat mikroskop. Jarak antar garis skala pada
mikrometer okuler tergantung pada perbesaran lensa objektif yang digunakan
yang menentukan lapang pandang mikroskop. Jarak ini dapat ditentukan dengan
mengkalibrasi antara mikrometer okuler dan objektif. Mikrometer objektif
memiliki skala yang telah diketahui, menjadi tolak ukur untuk menentukan ukuran
skala micrometer okuler. 1 skala micrometer objektif = 0,01 mm / 10 µm.
Kalibrasi dilakukan dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan
okuler pada perbesaran yang diinginkan. Skala ke nol (garis pertama) kedua
mikrometer disimpulkan menjadi 1 garis kemudian dilihat pada skala ke berapa
kedua jenis mikrometer tersebut bertemu/berhimpit kembali. Dari hasil tersebut
dapat diketahui satu satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan
beberapa jumlah skala kecil mikrometer objektif yang berada di antara garis yang
berhimpit tadi.
Misal : jika skala ke 0 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 0 mikrometer
objektif lalu skala ke 13 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 2
mikrometer objektif maka beberapa 1 skala okuler.

Cara Kerja :

Kalibrasi :
· Letakkan mikrometer objektif pada meja benda dan pasang mikrometer okuler
pada tabung lensa okuler.
·Tentukan perbesaran yang digunakan, (misalnya 40 X 10) kemudian cari gambar
perbesaran dari skala mikrometer objektif.
·Setelah fokus didapat, kemudian selanjutnya himpitkan skala ke nol mikrometer
objektif dan okuler.
·Cari dengan teliti skala ke berapa antara mikrometer objektif dan okuler yang
berhimpit lagi.
·Hitung besarnya skala okuler dengan rumus di atas.

cara kalibrasi cara mengukur mikroba


Penentuan ukuran mikroba
-Lepaskan mikrometer objektif dari meja benda.
-Ganti dengan preparat ulas yang telah disiapkan
-Cari fokus dari preparat tersebut dengan perbesaran yang sama.
-Hitung berapa panjang sel dengan menghitung skala mikrometer okuler.
-Jika diperlukan hitung lebar sel dengan cara yang sama. Tabung lensa okuler dapat
diputar dan dicari posisi yang pas.
-Hitung panjang dan lebar sel sebenarnya :

Hitung panjang dan lebar sel sebenarnya :


x skala okuler X hasil kalibrasi
y skala okuler X hasil kalibrasi
misal : 5 X 1,54 = 7,7 µm
2 X 1,54 = 3,08 µm
· Menentukan jumlah mikroorganisme (enumerasi)

A. penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung)


a.1. Plate Count (hitungan cawan)
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup
dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media
pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam
suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa
mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal
tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh
berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah
sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut “


- Satu koloni dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml


CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran
Misal : penanaman dilakukan dari tabung pengenceran 10 -6 dengan metode
Spread Plate dan Pour Plate.

Spread plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 0,1 ml


Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml
SP = 0,1 ml = 500 000 000 CFU’s / ml
= 5x108 CFU’s / ml
Pour plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 1 ml
Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml
SP = 1 ml = 5x107 CFU’s / ml
Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat
khusus berdasarkan statistic untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan.
Perhitungan mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan.
Syarat-syaratnya sebagai berikut :
- Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni. > 300 =
TNTC (Too Numerous To Count) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). <
30 = TFTC (Too Few To Count).

- Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka
sepersepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial), missal 2,3 X
104, bukan 2,34 X 104. pembulatan keatas dilakukan pada angka seperseratus yang
sama atau lebih besar dari lima, missal 2,35 X 104 menjadi 2,4 X 104, atau 2,34 X
104 menjadi 2,3 X 104
- Bila diperoleh perhitungan kurang dari 30 dari semua pengenceran, maka
hanya dari pengenceran terendah yang dilaporkan.

- Bila diperoleh perhitungan >300 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran tertinggi yang dilaporkan. Misalnya dengan cara menghitung
jumlahnya pada ¼ bagian (transek) cawan kemudian hasilnya dikalikan empat.
Hasil tersebut dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya faktor
pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.

- Bila ada 2 cawan, masing-masing dari pengenceran rendah dan tinggi yang
berurutan dengan jumlah koloni 30-300 dan hasil bagi dari jumlah koloni
pengenceran tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang dilaporkan adalah nilai
rata-rata. Jika hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2 maka jumlah
yang dilaporkan adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.

- Apabila setiap pengenceran digunakan dua cawan Petri (duplo), maka jumlah
angka yang digunakan adalah data dari kedua cawan, tidak boleh diambil salah
satu, meskipun salah satu dari cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat
diantara 30-300. Data yang dilaporkan adalah rata-rata dari kedua cawan duplo
tersebut.
bagan untuk mempersingkat syarat SPC
Penghitungan koloni pada cawan sebaiknya
dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni yang
tumbuh terlalu banyak. Transek dibuat dengan
spidol/marker di bagian bawah cawan petri. Pola
transek dapat dibuat bervariasi, tergantung
kebutuhan. Penghitungan akan lebih mudah bila
memakai Colony Counter.

a.1.3 Prosedur perhitungan jumlah bakteri dengan metode Plate Count.

-Lakukan preparasi suspensi kepada sampel terlebih dahulu (swab, maserasi dan rinse)
(jika perlu).
-Masukkan sampel ke tabung berisi 9 ml akuades untuk pengenceran pertama,
selanjutnya diencerkan sampai tingkat pengenceran (misalnya sampai 10-8) tertentu.
-Dari 3 pengenceran terakhir diplating (ditanam) ke media NA (Nutrien Agar) atau PCA
(Plate Count Agar) sebanyak dua kali tiap pengenceran (duplo). Plating dapat secara
Spread Plate atau Pour Plate. Jika secara Spread Plate, dapat digunakan batang L atau
glass beads.
-Inkubasi pada suhu 30º C selama 1-2 x 24 jam.
-Setelah tumbuh, koloni dihitung dengan persyaratan yang telah diuraikan di depan.

lihat juga Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 2)

a.2 Most Probable Number (MPN)


Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN.
MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini
umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk
mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber
air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi
dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C. Sampel ditumbuhkan pada seri tabung
sebanyak 3 atau 5 buah tabung untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung
maka disebut seri 3, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada
tabung adalah Lactose Broth yang diberi indikator perubahan pH dan ditambah
tabung durham. Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk
sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double
Stregth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10
gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml
dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stregth) yang berkomposisi
sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr.
Berdasar sifat coliform, maka bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa
menjadi asam dan gas yang dideteksi oleh berubahnya warna dan gas dalam
tabung durham. Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif
(asam dan gas) tiap serinya setelah diinkubasi.

Cara kerja :
1. Sediakan 3 tabung berisi LBDS (9 ml tiap tabung) dan 6 tabung berisi LBSS (9
ml tiap tabung) lengkap dengan tabung durham. Atur kesembilan tabung menjadi
3 seri (seperti di gambar).
2. Kocok botol yang berisi air sampel.
3. Pindahkan suspensi air sample sebanyak 10 ml ke masing-masing tabung seri
pertama (3 tabung LBDS), secara aseptis.
4. Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung seri
kedua (3 tabung LBSS), secara aseptis.
5. Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung seri
ketiga (3 tabung LBSS), secara aseptis.
6. Inkubasi semua tabung pada suhu 37º C selama 48 jam.
7. Lihat tabung gas positif (asam dan gas ; harus ada keduanya), lalu hitung
tabung positif untuk tiap seri. Tulis kombinasi tabung positif tiap seri (misal : 3 2
1). Kombinasi angka tersebut lalu dicocokkan dengan tabel MPN untuk seri 3
sehingga diperoleh jumlah mikroba sebenarnya.

Misal :
didapatkan kombinasi jumlah tabung
positif : 321 maka jumlah
bakteri coliform adalah 150 sel/100 ml.

A. Penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (langsung)


Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan
menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang
digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan
yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga
satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak
sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar
tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel
nakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Luas kotak sedang :


=pxl
= 0,2 x 0,2 = 0,04 mm2 jadi misalnya diperoleh:
Volume kotak sedang : 20 sel dalam satu kotak sedang
= 0,04 mm2 x 0,1 mm maka jumlah sel keseluruhan :
= 0,004 mm3 = 20 x (1/4) x 106
Karena 1 ml = 1cm2 = 5 x 106 sel/ml
Maka :
= 0,004 mm3
= 0,000004 cm3
= 4x10-6 ml
Sel/ml :
= jumlah sel/4x10-6 ml
= (jumlah sel/4) x 106
= jumlah sel x (¼) x 106
= jumlah sel x 2,5 x 105

Kotak sedang :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 2,5 x 105

Dengan perhitungan yang sama maka diperoleh rumus untuk


kotak kecil :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 4 x 106

1. Cara kerja (digunakan kotak sedang) :


2. Bersihkan Petroff-Hauser Counting Chamber atau Haemocytometer dengan
alkohol 70 % lalu 3. keringkan dengan tissue.
4. Letakkan cover glass di atas alat hitung.
5. Tambahkan ± 50 µl suspensi sel yeast (kira-kira 1 tetes) dengan cara
meneteskan pada parit kaca pada alat hitung. Suspensi sel akan menyebar karena
daya kapilaritas.
6. Biarkan sejenak sehingga sel diam di tempat (tidak terkena aliran air dari efek
kapilaritas).
7. Letakkan alat hitung pada meja benda kemudian cari fokusnya pada perbesaran
40x10.
8. Lakukan perhitungan secara kasar apakah diperlukan pengenceran atau tidak.
Jika dalam satu kotak sedang terdapat sel-sel yang banyak dan bertumpuk maka
perhitungan akan tidak akurat dan diperlukan pengenceran dengan perbandingan
1:5 atau 1:10.
9. Hitung sampel, paling tidak sebanyak 5 kotak sedang (lebih banyak lebih baik).
Hasil perhitungan dirata-rata kemudian hasil rataan dimasukkan rumus untuk
kotak sedang. Jika dilakukan pengenceran maka jumlah sel/ml dikalikan faktor
pengenceran
http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-6-menentukan-jumlah-
ukuran-mikroba.html
PEWARNAAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal
tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan
dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan
asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pengecatan sederhana, pengecatan negatif
maupun pengecatan gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme dengan cara pengecatan negatif,
pengecatan sederhana dan pengecatan gram.
2. Untuk mengetahui morfologi mikroorganisme
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2009, pukul 14.00- 17.30 WITA dan
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan
suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek
karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Macam-macam pewarnaan (Yulneriwanti, 2008) :
1. Pewarnaan negatif
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta
2. Pewarnaan sedehana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
3. Pewarnaan diferensial
- menggunakan lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pw. Gram, Pw. Bakteri Tahan Asam
4. Pewarnaan khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari bakteri→ kapsul, spora, flagel dll
Cara pewarnaan negatif
- Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri dalam membantu mengidentifikasinya,
kuman perlu diwarnai.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia
dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae (filzahazny, 2008).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap
setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram,
suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka
(filzahazny, 2008).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi
suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif dapat dilihat pada table berikut ini (filzahazny, 2008) :
Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif
Dinding Sel:
Lapisan petidoglikan Lebih tebal Lebih tipis
Kadar lipid 1-4% 11-22%
Resistensi terhadap alkali (1% KOH)
Lebih pekat Larut
Kepekaan terhadap Yodium Lebih peka Kurang peka
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam
Kepekaan terhadap penisilin Lebih peka Kurang peka
Kepekaan terhadap streptomisin Tidak peka Peka
Teknik pewarnaan
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian
karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri
telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka
akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya
bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan
lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak
mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan
lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang khas dibentuk oleh spesies ini disebut endospora.
Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas,
kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya
selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang
keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat
menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan.
Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan
spesies-spesies bakteri yang Membentuknya (Dwidjoseputro, 1989).
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu (Hadiotomo, 1990) :
- Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
- 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.± Dinding selnya mengandung lemak lebih
banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah
sedikit
- Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
- Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
- Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
- Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu (Hadiotomo, 1990) :
- Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
- Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam
tekoat.
- Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
- Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
- Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
- Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu (Volk & Wesley, 1998):
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
BAB III
METODOLOGI
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, objek gelas, ose bulat, gegep
kayu,lampu spritus , korek api,pipet tetes,wadah baskom, botol semprot , dan hand sprayer
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Aquadest steri, lBiakan Eschericia coli, Biakan
Bacillus cereus, Biakan Salmonella typii, Gram A (Kristal violet), Gram B (larutan lugol), Gram C
(Alkohol asam), Gram D (Safranin), Minyak imersi, Tissue roll, Alcohol 70 %, Spirtus, Larutan
nigrosin (tinta cina).
III.3 Prosedur Kerja
A. Pengecatan Sederhana
1. Membuat preparat olesan bakteri Bacillus cereus dan Salmonella typii lalu fiksasi dengan
pembakar spirtus.
2. Meneteskan larutan Kristal violet diatas olesan preparat tersebut sebanyak 1-2 tetes dan
membiarakan selama 1-2 menit.
3. Mencuci dengan air mengalir sampai sisa cat tercuci habis, kemudian mengeringkan dengan
hati-hati mengunakan tissue roll.
4. Mengamati dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 100x dan minyak imersi.
5. Menggambar dan mencatat hasil yang diamati.
B. Pengecatan Negatif
1. Membersihkan gelas objek dengan alcohol 70 % agar bebas lemak.
2. Mengambil 1 ose yang digunakan umntuk mengambil biakan, meletakkan biakan pada objek
gelas kemudian mencampur dengan 1-2 tetes nigrosin.
3. C, selanjutnya menarik objek gelas tersebut dengan arah yang berlawanan hingga membentuk
film tipis.Dengan menggunakan objek gelas lain menyentuhkan sisi objek gelas tersebut pada
sampel tersebut sehingga membentuk sudut 300
4. Membiarkan hingga mengering lalu mengamati diubawah mikroskop dengan pembesaran 100x
dan menggunakan minyak imersi.
5. Menggambar dan mencatat hasil pengamatan.
C. Pengecatan Gram
1. Menyiapkan preparat olesan bakteri Bacillus cereus, Eshcericia coli dan Salmonella typii lalu
fiksasi pada pembakar spirtus.
2. Meneteskan larutan gram A sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri, membiarkan selama 1
menit.
3. Mencuci dengan air mengalir dan mengeringkan dengan tissue roll dengan hati-hati.
4. Meneteskan larutan gram B, membiarkan selama 1 menit.
5. Mencuvi dengan air dan keringkan.
6. Meneteskan larutan gram C, membiarkan selama 30 detik.
7. Mencuci dengan air dan keringkan.
8. Menetesi dengan larutan gram D, membiarkan selama 30 detik, mencuci dengan air dan
mengeringkan dengan tissue.
9. Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan menggunakan minyak imersi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
A. Pengecatan Sederhana
Pengecatan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan
latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan
cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal violet. Pada pengecatan
sederhana digunakan bakteri Bacillus cereus dan Salmonella typii. Setelah pengecatan diperoleh
bakteri tersebut berwarna ungu, yang berarti bakteri tersebut menyerap zat warna cat tersebut
sehingga Nampak pada mikroskop. Zat warna yang umunya digunakan yakni yang bersifat alkalin
(kromatofornya bermuatan +).
B. Pengecatan Negatif
Pada pengecatan ini digunakan cat asam nirosin (tinta cina). Pengecatan ini dilakukan untuk
mewarnai latar belakang preparat sedangkan bakteri sendiri tidak terwarnai serta untuk mengamati
ukuran, bentuk, dan tata letak sel. Setelah pengamatan dibawah mikroskop diperoleh preparat
mikroba berwarna hitam sedangkan bakteri sendiri tidak berwarna (berwarna putih) dan berbentuk
basil (batang).
C. Pengecatan Gram
Pengecatan gram termasuk pengecatan diferensial yang digunakan untuk membedakan bakteri
gram negative dan bakteri gram positif. Pada pengecatn ini digunakan 3 jenis bakteri yaitu Bacillus
cereus, Salmonella typii dan Eshericia coli.. Pengecatan ini menggunakan 4 jenis larutan yaitu
Kristal violet sebagai cat utama, larutan iodine sebagai pengintensifan cat utama, alcohol asam
untuk pencucian dan safranin sebagai cat penutup. Berdasarkan percobaan diperoleh Bacillus
cereus dan Salmonella typii bersifat gram positif yang berarti bakteri dapat mengikat dengan kuat
cat utama cristal violet berwarna ungu, pada saat bakteri Gram positif ditambahkan dengan kristal
violet maka gram positif akan mengabsorbsi larutan tersebut hanya pada dinding sel, dengan
pemberian larutan lugol maka kristal violet akan masuk sampai ke inti sel, pemberian alkohol
menyebabkan pori-pori dinding sel mengecil sehingga warna ungu tertahan di dalam sel
disebabkan oleh rendahnya kandungan lipid. Sedangkan bakteri Eschericia coli bersifat gram
negative karena tidak dapat mengikat kuat cat utama dan dapat diwarnai oleh cat lawan yakni
merah dari pewarna safranin.
Perbedaan gram (+) dan gram (-)
Sifat Gram (+) Gram (-)
• Komposisi Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
• Ketahanan terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan
• Penghambatan warna Lebih dihambat Kurang dihambat
• Ketahanan terhadap fisik Lebih tahan Kurang tahan
• Kebutuhan Nutrien Kompleks Relatif
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
- Pewarnaan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan pengecatan gram,
pengecatan sederhana dan pengecatan negative.
- Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel bakteri dengan
menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet, pewarnaan gram digunakan
untuk membedakan antara bakteri gram (+) dan gram (-) dengan lebih dari satu zat warna
sedangkan pewarnaan negative berguna untuk mewarnai latar belakang preparat dan bakteri
sendiri tidak terwarnai.
- Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan menghasilkan warna merah dan bakteri gram
positif akan menghasilkan warna ungu.
V.2 Saran
Saran untuk laboratorium agar percobaan berikutnya keanekaragaman bakteri yang digunakan
dapat bertambah lagi sehingga hasil yang diperoleh dapat bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses
pada tanggal 14 April 2009, Makassar.
Fauziah., 2008, www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf. diakses
pada tangan 04 April 2009, Makassar.
Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Penganta-tentang-bakteri.htm.di akses pada tanggal 08
maret 2009, Makassar.
Rizki., 2008, http ://ngecat bakterimakul-rizki.blogspot.com/2008/02/materi- kuliah.html. diakses
pada tanggal 04 April 2009, Makassar.
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Yulneriwanti., 2008, http://01-bakteri.html. diakses pada tanggal 08 Maret 2009. Makassar.
http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-
mikroorganisme/
ilmu mikrobiologi oligodinamik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau
masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan
tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat.
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai
pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni
yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni
tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai
pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.

Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible


artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan
sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme
yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter
lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba
(Sofa, 2008). Dalam pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan
kondisi lingkungan yang dapat mendukung proses
perkembangbiakkannnya, maka dibutuhkan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain untuk melengkapi tugas
mikrobiologi, juga agar pembaca dapat memahami dan mengetahui
bagaimana factor-faktor lingkunagan mempengaruhi pertumbuhan
mikrobe.

1.3 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

- Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap pertumbuhan mikrobe?

- Bagaimana pengaruh faktor kimia terhadap pertumbuhan mikrobe?


- Bagaimana pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan mikrobe?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FAKTOR ABIOTIK YANG MEMPENGARUHI MIKROBE A.
Faktor-faktor Alam
Faktor-faktor alam terdiri dari:

1. Pengaruh Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam
kehidupan. Beberapa jenis mikrobe dapat hidup pada daerah temperatur
yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya
batas daerah temperatur bagi kehidupan mikrobe terletak antara 0°C-
90°C, dan kita kenal ada temperatur. minimum, optimum, dan
maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah dimana
kegiatan mikrobe -dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah
temper tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas
mikroba,tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yangpaling minimal.
Sedangkan temperatur yang paling baik bagi kegiatan hidup
dinamakantemperatur optimum.
Untuk menentukan temparatur maut bagi mikrobe, ada beberapa
pedoman seperti berikut ini:

 · Temperatur maut/Titik Kematian Termal {Thermal Death


Point) adalah temperatur serendah-rendahnya yang dapat
membunuh mikrobe yang berada di medium standar selama
10 menit pada kondisi tertentu.
 · Laju Kematian Termal {Thermal Death Rate) adalah kecepatan
Kematian mikrobe akibat pemberian temperatur. Hal ini karena
bahwa tidak semua spesies mati bersama-sama pada suatu
temperatur tertentu.
 · Waktu Kematian Termal (Thermal Death Time) merupakan
waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikrobe
pada suatu temperatur yang tetap.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikrobe dapat dibagi
menjadi tiga golongan utama, yaitu:
 Mikrobe psikrofil/ karyofil (oligotermik), yakni golongan mikrobe
yang dapat tumbuh pada 0 – 30°C, dengan temparatur optimum 10 -15°C.
Kebanyakan dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di
daratan maupun di lautan
 Mikrobe mesofil (mesotermik), adalah golongan mikroba
yang dapat hidup dengan baik temperatur 5 – 60°C, sedang
temperatur optimumnya 25 – 40°C. Umumnya mikroba
mesotermik hidup dalam alat pencernaan.
 Mikrobe termofil (palitermik), yaitu golongan mikroba
yang tumbuh ada temperatur 40 – 80 °C, dan temperatur
optimumnya 55 -65°C Golongan mikrobe ini terutama terdapat
di sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang
bertemperatur tinggi.
2. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
Mikrobe mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas
85%, sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban
yang rendah di bawah 80%. Kadar air bebas di dalam larutan (a ) w

merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan


tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai
a untuk bakteri pada umumnya terletak di antara 0,90 – 0,99,
w

sedangkan bakteri halofilik mendekati 0,75.


Keadaaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma,
yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan secara
perlahan-lahan menyebabakan perusakan sel akibat pengaruh tekanan
osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.

Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena


kekeringan antara lain adalah:

• Pengeringan dalam keadaan terang pengaruhnya lebih buruk daripada


dalam gelap.

• Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau temperatur kamar (± 26°C)


lebih jelek daripada pengeringan pada temperatur titik beku
• Pengeringan pada udara efeknya lebih buruk daripada di dalam vakum
atau di tempat yang berisi nitrogen.
• Bakteri yang dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan
lebih lama daripada pada gesekan pada kaca obyek.

3. Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik


Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan mikrobe
karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium yang paling cocok bagi
kehidupan mikrobe adalah medium yang isotonik terhadap isi sel mikrobe.
Larutan garam atau larutan gula yang agakpekat mudah menyebabkan
plasmolisis. Sebaliknya, mikrobe yang ditempatkan di air suling (aquades)
akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya sel mikrobe
tersebut, hal ini dinamakan plasmoptisis. Berdasarkan hal ini, maka
pembuatan suspensi bakteri dengan menggunakan air murni tidak dapat
digunakan.
Beberapa mikrobe dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau
kadar gula yang tinggi, misal ragi yang osmofil (dapat tumbuh padaz
kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikrobe dapat bertahan di dalam
substrat dengan kadar garam sampai 30%, golongan ini bersifat haloduri
4. Pengaruh Sinar
Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada
mikrobe yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan
gelombang pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikrobe. Sedangkan
sinar dengan gelombang panjang mempunyai daya
fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Bila energi
radiasi diabsorpsi oleh sel mikroorganisme akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel.
5. Pengaruh Penghancuran secara Mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil. Untuk
menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm; dan untuk
mematikan diperlukan tenaga sebesar 6.000 atm, dan untuk membunuh
sporanya diperlukan tekanan 12.000 atm. Mengguncang-guncangkan
bakteritidak membawa kematian, kecuali kalau bakteri itu dicampur
dengan benda keras, seperti pecahan kaca, tanah radiolaria, tanah
foraminifera, dan sebagainya.Untuk memecahkan bakteri diperlukan
pengguncangan 9.000 kali per detik. Proses-proses ini sering digunakan
untuk melepaskan enzim-enzim dan endotoksin yang terkandung di dalam
bakteri. Pada umumnya, protoplasma serta komponen-komponen sel
hanya dapat diselidiki lebih lanjut jika ada dalam keadaan lepas sel {cell
free system).
2.2 Faktor-Faktor Kimia
1. Penggunaan Antiseptik dan Disinfektan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:

• Rongga yang cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi,


sehingga seluruh permukaan alat tersebut dapat berkontak
dengan disinfektan.
• Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisida).

• Lamanya disinfeksi harus tepat, alat-alat yang didisinfeksi jangan


diangkat sebelum waktunya.

• Biia untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat mudah menguap


sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.

• Pengenceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan


dan setiap kali harus dibuat pengenceran baru. Disinfektan yang sudah
menunjukkan tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan harus diganti
dengan yang baru.

• Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah


berkontak dengan disinfektan.
2. Beberapa Disinfektan dan Antiseptik
a. Logam-logam Berat

Logam berat berfungsi sebagai antimikrobe oleh karena dapat


mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-
logam berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya
antimikrobe dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja
dapat membunuh mikrobe dinamakan daya oligodinamik. Tetapi
garam dari logam berat ini mudah merusak kulit, merusak alat-alat yang
terbuat dari logam, dan harganya mahal.
b. Fenol dan Senvawa-senyawa Sejenis
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister di dalam
ruang bedah sebagai germisida, untuk mencegah timbulnya infeksi
pascabedah. Pada konsentrasi yang rendah (2 -4%), daya bunuhnya
disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan
selain itu juga merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan
permukaannya. Fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan
aktivitas atau khasiat suatu disinfektan.

Kresol (kreolin) lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol adalah
disinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol, lisol lebih banyak
digunakan daripada desinfektan lainnya.
Karbol adalah nama lain dari fenol. Seringkali orang mencampurkan
bau-bauan yang sedap, sehingga disinfektan menjadi lebih menarik.
c. Alkohol

Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk
sterilisasi dan disinfeksi. Alkohol mendenaturasikan protein dengan jalan
dehidrasi, dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karena itu, membran
sel sel akan rusak, dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etanol
murni kurang daya bunuhnya terhadap mikrobe. Jika dicampur dengan
air murni, efeknya menjadi lebih baik. Alkohol 50 – 70% banyak
dipergunakan sebagian disinfektan.

Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan sebagai disinfektan,


yaitu metanol (CH OH),etanol (CH CH OH), dan isopropanol
3 3 2

(CH ) CHOH). Menurut ketentuan, semakin tinggi berat molekulnya,


3 2

semakin meningkat pula daya disinfektannya. Oleh karena itu, diantara


ketiga jenis alkohol tersebut isopropil alkohol adalah yang paling banyak
digunakan. Yang banyak dipergunakan dalam praktek adaiah larutan
alkohol 70 – 80% dalam air. Konsentrasi di atas 90% atau di bawah 50%
biasanya kurang efektif kecuali untuk isopropil alkohol yang masih tetap
efektif sampai konsentrasi 99%. Waktu yang diperlukan untuk membunuh
sel-sel vegetatif cukup 10 menit, tetapi untuk spora tidak.
d . Aldehid

Cara bekerjanya aldehid ialah dengan cara membunuh sel mikroba dengan
mendenaturasikan protein. Larutan formaldehid (CH O) 20% dalam 65-
2
70% alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila aiat-alat
direndam selama 18 jam. Akan tetapi karena meninggalkan residu, maka
alat-alat tersebut harus dibilas dulu sebelum dipakai.
Senyawa lain aldehid, yakni glutaraldehid merupakan solusi seefektif
formaldehid, terutama bila pHnya 7,5 atau lebih. Stafilokokus dan Iain-
lain sel vegetatif akan dimatikan dalam waktu 5 menit, Mycobacterium
tuberculosis dan virus dalam waktu 10 menit, sedangkan untuk
membunuh spora diperlukan 3-12 jam. Senyawa tersebut
bersifatnontoksik dan tidak iritatif bagi manusia.
e. Yodium

Larutan yodium, baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat
antiseptik dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit
sebelum proses pembedahan.

f. Klor dan Senyawa Klor

Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah lama
klorin dikenal sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik. Klorin
dijadikan standar pengolahan air minum di seluruh lingkungan.
Sayangnya kebanyakan senyawa klorin diinaktifkan bahan-bahan organik
dan beberapa katalisator logam.
g. Peroksida

Peroksida hidrogen (H O ) merupakan antiseptik yang efektif nontoksik.


2 2

Molekulnya tidak stabit dan apabila dipanaskan akan teurai menjadi air
dan oksigen, dengan reaksi kimia sebagai berikut :
2 H O —► 2 H O + O
2 2 2 2

h. Zat Warna

Beberapa zat warna dapat menghambat pertumbuhan


kur (bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna
rosan Akriflavin (campuran derivat akridin dengan senyawa I
mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah lama dipergunakan
untuk mengobati infeksi traktus urinar Mekanisme kerjanya disebabkan
karena akridin mampu bere dengan ADN mikrobe.
i. Deterjen
Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri
(bakterisida), tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya
menjadi besar sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion
(deterjen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Deterjen tidak
hanya bersifat bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida.
Terutama bakteri yang bersifat Gram positif.

j. Suifonamida

Sejak tahun 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang


mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan
tidak memiliki sifat tidak merusak jaringan manusia. Mtkrobe yang peka
terhadap suifonamida, antara lain Streptococcusyang mengganggu
tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus.Penggunaan obat ini bila tidak dengan
aturan, akan menimbulkan gejala-gejala alergi dan berakibat kekebalan
bagi mikrobe-mikrobe tertentu.
k. Antibiottka

Antibiotika adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau
dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam
jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Antibiotika tersebar di alam, dan memegang
peranan penting dalam mengatur populasi mikrobe dalam tanah, air,
limbah, dan kompos. Antibiotika berbeda dalam susunan kimia dan cara
kerjanya. Antibiotika yang kini banyak digunakan, kebanyakan dari
genus Bacillus, Penicillium, dan Streptomyces.
http://asepwandi.wordpress.com/ilmu-mikrobiologi-oligodinamik/
Pendahuluan

Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di

dalam pelarut-pelarut organik.

Fungsi lipid

Ada beberapa fungsi lipid di antaranya:

1. Sebagai penyusun struktur membran sel

Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran

material-material.

1. Sebagai cadangan energi

Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa

1. 3. Sebagai hormon dan vitamin

Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi

proses-proses biologis

Jenis-jenis lipid

Terdapat beberapa jenis lipid yaitu:

1. Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
2. Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
3. Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
4. Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam

Asam lemak

Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun rumus

umum dari asam lemak adalah:

CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH

Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24. Ada dua macam

asam lemak yaitu:

1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid)

Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap

1. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)


Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap

Struktur asam lemak jenuh

Struktur asam lemak tak jenuh

Asam-asam lemak penting bagi tubuh

Simbol Nama
Struktur Keterangan
numerik Umum

Sering terikat dengan


atom N terminal dari
Asam
14:0 CH3(CH2)12COOH membran plasma
miristat
bergabung dengan
protein sitoplasmik

Asam Produk akhir dari sintesis


16:0 CH3(CH2)14COOH
palmitat asam lemak mamalia

Asam
16:1D9 palmitolea CH3(CH2)5C=C(CH2)7COOH
t

Asam
18:0 CH3(CH2)16COOH
stearat

Asam
18:1D9 CH3(CH2)7C=C(CH2)7COOH
oleat

Asam CH3(CH2)4C=CCH2C=C(CH2)7CO
18:2D9,12 Asam lemak esensial
linoleat OH

Asam CH3CH2C=CCH2C=CCH2C=C(C
18:3D9,12,15 Asam lemak esensial
linolenat H2)7COOH

Assam
20:4D5,8,11,1 CH3(CH2)3(CH2C=C)4(CH2)3COO Prekursor untuk sintesis
4 arakhidon
H eikosanoid
at

Asam stearat Asam oleat Asam

arakhidonat

Beberapa contoh struktur asam lemak

Gliserida netral (lemak netral)

Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi dasar

dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak atau minyak).
Setiap gliserol mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam lemak yang tidak

harus sama. Jika gliserol berikatan dengan 1 asam lemak disebut monogliserida,

jika berikatan dengan 2 asam lemak disebut digliserida dan jika berikatan dengan

3 asam lemak dinamakan trigliserida. Trigliserida merupakan cadangan energi

penting dari sumber lipid.

Struktur trigliserida sebagai lemak netral

Apa yang dimaksud dengan lemak (fat) dan minyak (oil)? Lemak dan minyak

keduanya merupakan trigliserida. Adapun perbedaan sifat secara umum dari

keduanya adalah:

1. Lemak

- Umumnya diperoleh dari hewan

- Berwujud padat pada suhu ruang

- Tersusun dari asam lemak jenuh

1. Minyak

- Umumnya diperoleh dari tumbuhan

- Berwujud cair pada suhu ruang

- Tersusun dari asam lemak tak jenuh

Fosfogliserida (fosfolipid)

Lipid dapat mengandung gugus fosfat. Lemak termodifikasi ketika fosfat

mengganti salah satu rantai asam lemak.

Penggunaan fosfogliserida adalah:

1. Sebagai komponen penyusun membran sel


2. Sebagi agen emulsi

Struktur dari fosfolipid

Fosfolipid bilayer (lapisan ganda) sebagai penyusun membran sel

Lipid kompleks

Lipid kompleks adalah kombinasi antara lipid dengan molekul lain. Contoh

penting dari lipid kompleks adalah lipoprotein dan glikolipid.

Lipoprotein
Lipoprotein merupakan gabungan antara lipid dengan protein.

Gabungan lipid dengan protein (lipoprotein) merupakan contoh dari lipid

kompleks

Ada 4 klas mayor dari lipoprotein plasma yang masing-masing tersusun atas

beberapa jenis lipid, yaitu:

Perbandingan komposisi penyusun 4 klas besar lipoprotein

1. Kilomikron

Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain,

kecuali ginjal

1. 2. VLDL (very low – density lypoproteins)

VLDL mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan


lemak

1. 3. LDL (low – density lypoproteins)

LDL berperan mengangkut kolesterol ke jaringan perifer

1. 4. HDL (high – density lypoproteins)

HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati.

Ilustrasi peran masing-masing dari 4 klas besar lipoprotein

Lipid non gliserida

Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung dengan

molekul-molekul non gliserol. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah sfingolipid,

steroid, kolesterol dan malam.

Sfingolipid

Sifongolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari lemak. Penggunaan

primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun selubung mielin serabut saraf.

Pada manusia, 25% dari lipid merupakan sfingolipid.

Struktur kimia sfingomielin (perhatikan 4 komponen penyusunnya)

Kolesterol

Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran

plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon.


Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plaque

pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena

arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan

gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke.

Struktur dasar darikolesterol

Kolesterol merupakan bagian dari membran sel

Steroid

Beberapa hormon reproduktif merupakan steroid, misalnya testosteron dan

progesteron.

Progesteron dan testosteron

Steroid lainnya adalah kortison. Hormon ini berhubungan dengan proses

metabolisme karbohidrat, penanganan penyakit arthritis rematoid, asthma,

gangguan pencernaan dan sebagainya.

Kortison

Malam/lilin (waxes)

Malam tidak larut di dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam sering digunakan

sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain. Malam merupakan

ester antara asam lemak dengan alkohol rantai panjang.

Ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk malam

Metabolisme lipid

Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral,

yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil

dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang

masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal

(vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui

jalur ini.

Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar

berada di sisi dalam


Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air,

maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan

ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan

monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul

berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron

ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava,

sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian

ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.

Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut trigliserida

Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi

asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol


tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan

trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan

energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk

ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses

pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut

ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut

sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam

lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka
asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol

menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu

tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik

asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan.

Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil

KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan

protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat

sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi,

asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya

dapat disimpan sebagai trigliserida.

Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami

kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami


steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak

juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat

dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat

menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis

metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.

Gliserol

Kolesterol

Aseto asetat

hidroksi butirat

Aseton

Steroid

Steroidogenesis

Kolesterogenesis

Ketogenesis

Diet

Lipid

Karbohidrat

Protein
Asam lemak

Trigliserida

Asetil-KoA

Esterifikasi

Lipolisis

Lipogenesis

Oksidasi beta

Siklus asam sitrat

ATP

CO2

H 2O

+ ATP

Ikhtisar metabolisme lipid

Metabolisme gliserol

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi.

Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu

glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP

membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai


respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur

glikolisis.

Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol

Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)

Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang

dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak

harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan

Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA

sintetase (Tiokinase).

Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.

Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan

bantuan senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.

Membran mitokondria interna

Karnitin palmitoil transferase II

Karnitin

Asil karnitin

translokase

KoA

Karnitin

Asil karnitin

Asil-KoA
Asil karnitin

Beta oksidasi

Membran mitokondria eksterna

ATP + KoA

AMP + PPi

FFA

Asil-KoA

Asil-KoA sintetase

(Tiokinase)

Karnitin palmitoil transferase I

Asil-KoA

KoA

Karnitin

Asil karnitin

Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui

mekanisme pengangkutan karnitin


Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai

berikut:

• Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh
enzim tiokinase.
• Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria
menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut
bisa menembus membran interna mitokondria.
• Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan
karnitin keluar.
• Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan
KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di
membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
• Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi beta.

Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5

tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir

berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat.

Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak dioksidasi menjadi keton.

Oksidasi karbon β menjadi keton

Keterangan:

Frekuensi oksidasi β adalah (½ jumlah atom C)-1

Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah (½ jumlah atom C)

Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap proses

pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi β dan setiap 2 atom C yang

diputuskan adalah asetil KoA.

Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat

Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih

dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-

2P)

Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap

perubahan sebagai berikut:

1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai


respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi
rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P(+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA
yang telah kehilangan 2 atom C.

Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu

kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak

atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali

dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya

hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.

Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus

asam sitrat.

Penghitungan energi hasil metabolisme lipid

Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta

suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C,

maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan

oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta,

berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C,

maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah.

Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing akan

menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP. Dengan

demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil

-2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus

Kreb’s) = 78 ATP.

Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya

asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi

butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetil-

KoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis.

Proses ketogenesis

Lintasan ketogenesis di hati

Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan

kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk

disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis).

Gambar Lintasan kolesterogenesis


Sintesis asam lemak

Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-

sintesis asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai

penyusun struktur membran. Pada manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi

menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai dengan degradasinya

(oksidasi beta).

Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein)

digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di

dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk

sintesis.

Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut.

Tahap-tahap sintesis asam lemak

Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali

Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan

adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:

- Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.

- Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk

disimpan.

- Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari

glukosa.

- Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di

dalam tubuh.

Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan

degradasi trigliserida

Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan

trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi

gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat

metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk

memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta).


06/02/2010 Ditulis oleh zaifbio | BIOKIMIA | 8 Komentar

KLASIFIKASI MIKROBA KLASIFIKASI DAN PERANAN


MIKROBA DALAM KEHIDUPAN
ABSTRAK

Klasifikasi dan identifikasi adalah dua hal yang berbeda tetapi saling

berhubungan dalam taksonomi. Klasifikasi dapat diidentifikasikan sebagai

penyusunan organisme kedalam grup taksonomi(taksa) dengan berdasarkan

persamaan atau hubungan. Klasifikasi organisme prokariota seperti bakteri

memerlukan pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan juga teknik

observasi, sifat biokimia, fisiologi, genetik dan morfologi yang sering penting

untuk menggambarkan sebuah takson. Mikroorganisme merupakan suatu

kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata

telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti

mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri

dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara

pengelompokan atau pengklasifikasian.

Key word: Klasifikasi, identifikasi,mikroba, mikroorganisme.

PENDAHULUAN

Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat

dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk

dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia

mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga

diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian.

Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali digunakan atau

dipertukarkan dengan taksonomi. Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi

atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang

disebut taksa (tunggal, takson) tetapi penyusunan taksonomi mikroorganisme

mensyaratkan diidentifikasi sebagai mana mestinya dan diberi nama. Kegiatan

secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian penamaan dan

pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba.

Menyusun sistematik dalam dunia mikroorganisme bukanlah pekerjaan yang

mudah kesulitan pertama yang kita hadapi ialah menentukan apakah mikroba itu
golongan hewan atau golongan tumbuhan. Setelah leeuwenhoek menyelami

dunia mikroorganisme , sarjana Zoologi seperti Muller (1773) dan erlenberg

(1838) menggolongkan bakteri pada protozoa. Baru pada tahun (1873), Cohn

sarjana botani bangsa Jerman, mengetahui adanya ciri-ciri yang menyebabkan ia

lebih condong menggolongkan bakteri (salah satu mikroorganisme) pada

tumbuhan. Klasifikasi bakteri secara agak lengkap pada tahun 1875, dan sejak itu

diadakan penyempurnaan secara berangsur-angsur sampai sekarang.

Banyak kesulitan dalam mengklasifikasikan mikroorganisme. Misalnya dalam

klasifikasi bakteri. Kriteria dalam kalasifikasi berbeda dengan mengklasifikasikan

tumbuhan tingkat tinggi dan hewan tingkat tinggi yang didasarkan terutama pada

sifat-sifat marfologisnya. Tetapi hal ini sulit dilaksanakan pada bakteri, sehingga

klasifikasi bakteri di dasarkan sebagian pada sifat-sifat morfologi, dan sifat-sifat

fisiologinya termasuk imunologi.

Banyak bakteri di bawah mikroskop menunjukkan bentuk morfologi yang sama,

tetapi sifat-sifat fisiologi mereka berlainan sama sekali. Ada beberapa golongan

bakteri yang sama bentuknya, tetapi yang satu dapat mencernakan asam amino

tertentu, sedangkan yang lainnya tidak. Ada pula suatu golongan yang dapat

menyebabkan suatu penyakit, sedang golongan yang lain tidak. Maka jelaslah

bahwa kesukaran kita untuk menetapkan spesies berdasarkan sifat-sifat

morfologi saja.

Rumusan Masalah

Adakah peranan penting mikroba bagi kehidupan.

Tujuan

Ø Mengetahui klasifikasi dan identifikasi suatu mikroorganisme

Ø Mengetahui manfaat mikroorganisme bagi kehidupan.

PEMBAHASAN

Klasifikasi dan Identifikasi

Dalam semua cabang biologi diperluan pencirian, klasifikasi dan identifikasi.

Klasifikasi merupakan proses untuk mengenali dan mengelompokkan organisme

hidup. Klasifikasi merupakan bagian dari bidang ilmu sistematik. Tujuan klasifikasi

ialah mengatur kedudukan dari berbagai organisme di alam. Jika diketahui ciri-ciri
suatu mikroorganisme, maka dapat dilakukan perbandingan sehingga terlihat

persamaan dan juga perbedaan dnegan organisme lainnya. Hal ini dapat

disamakan dengan membuat tabel periodik bagi unsur kimia sehingga terlihat

keterkaitan antara unsur kimia tersebut.

Klasifikasi dan identifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu

karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Oleh karena ukurannya yang sangat

kecil, tidaklah mungkin bagi kita untuk mempelajari 1 mikroorganisme saja,

sehingga yang dipelajari adalah karakkteristik suatu biakan yang merupakan

populasi dari suatu mikroorganisme.

Ciri-ciri utama dari suatu mikroorganisme dikelompokan sebagai berukut : .

1. Morfologi

Mikroba pada umumnya sangat kecil : ukurannya dinyatakan dalam mikrometer (


m) .

1 m = 0,001 mm

Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop untuk melihat mikroba.

Mikroskop yang digunakan tergantung pada kecermatan yang diinginkan oleh

peneliti.

2. Sifat Kimiawi

Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlauan kimiawi,

maka sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh,

bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya, Sedangkan

bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram positif terdapat

asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram negatif. Dinding sel

fungsi dan algae berbeda dari bakteri. Pada kelompok virus, pembagian dilakukan

berdasaran asam inti yang dikandung, apakah merupakan DNA atau RNA

3. Sifat Biakan

Zat hara yang diperlukan oleh setiap mikroorganisme berbeda ada

mikroorganisme yang hanya dapat hidup dan tumbuh bila diberikan zat hara

yang kompleks (serum, darah). Sebaliknya ada pula yang hanya memerlukan

bahan inorganik saja atau bahan organik (asam amino, karbohidrat, purin,
pirimidin, vitamin, koenzim) selain itu beberapa mikroorganisme hanya dapat

tumbuh pada sel hidup, berupa inang, telur, bertunas, biakan jaringan.

4. Sifat Metabilisme

Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi kimiawi yang

disebut metabolisme. Berbagai macam reaksi yang terjadi dalam metabolisme

dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme

5. Sifat Antigenik

Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentu antibodi yang

mengikat antigen. Antigen merupakan bahan kimia tertentu dari sel mikroba.

Antibodi ini bersifat sangat spesifik terhadap antigen yang menginduksinya. Oleh

karena mikroorganisme memiliki antigen yang berbeda, maka antibodi dapat

digunakan untuk mencirikan (rapid indentification) terhadap mikroorganisme.

Reaksi ini sangat sepesifik sehingga dapat disebut sebagai lock and key system.

6. Sifat Genetik

DNA kromosomal mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan spesifik bagi

mikroorganisme tersebut sehingga dapat digunakan untuk pencirian

mikroorganisme.

Susunan basa DNA

Untuk perbandingan di gunakan mol % G+C

7. Patogenitas

Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan

penyakit merupakan ciri khas mikroorganisme tersebut selain itu terdapat pula

bakteri yang memakan bakteri lainnya (Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag)yang

menginfesi dan menghancurkan bakteri.

8. Sifat Ekologi

Habitat merupakan sifat yang mencirikan mikroorganisme. Mikroorganisme yang

hidup di lautan berbeda dengan air tawar. Mikroorganisme yang terdapat dalam

rongga mulut berbeda dengan saluran pencernaan.


Perkembangan Klasifikasi

Pada klasifikasi “Five-kingdom System. Pembagian didasarkan pada cara

pengambilan zat hara yaitu :

a. Forosintesis

b. Absorpsi

c. Ingesti

Prokariot termasuk dalam Monera, cara mengambilan zat hara tidak melalui

ingesti. Yukariot uniseluler termasuk protista, ketiga macam pengambilan zat

hara terlihat dalam kelompok ini. Mucroalgar bersifat forosintetik, Protozoa

dengan ingesti dan protista lainnya dengan absorpsi. Selain itu ada pula yang

melakukan kombinasi. Mikroorganisme masuk dalam :

a. Monera (bacteria dan cyanobacteria)

b. Protista (microalgae dan protozoa)

c. Fungsi (yeasts dan mold)

Tabel. Perkembangan Klasifikasi

Two-Kingdom system Four-Kingdom System Five-Kingdom system

Lennaeus Capeland Whitaker


Animalia Monera Monera

Plantae Protoctista Protista

Metaphyta Plantac

Metazoa Fungsi

Animalia

Koefisien Kesamaan

Kesamaan ini dapat dinyatakan dalam derajat kesamaan atau perbedaan. Derajat

perbedaan sangat berguna oleh karena menunjukkan beberapa banyak

organisme yang diteliti berbeda dengan organisme lain. Dengan mengetahui

koefisien kesamaan dapat disusun Cluster dari organisme yang serupa


Beberapa metode utuk menentukan derajat kesamaan

a. Cluster analysis

b. Phenogram / dendrogram

c. Ordination methods

Menggunakan Principal component analysis

d. Similarity Matrix

Keterkaitan Sifat Genetik

Metode klasifikasi yang paling cermat adalah keterkaitan sifat genetika anta

organisme. Metode ini paling obyektif dan didasarkan pada DNA. Pada tahun

1960, cabang ilmu yang disebut biologi molekuler menggunakan teknik untuk

melihat kesamaan DNA antar organisme. Pada mulanya kesamaan yang

dibadingkan hanyalah % mol G + C saja. Organisme yang berkaitan erat memiliki

% G +C yang sama, sebaliknya organisme yang jauh berbeda memiliki nilai % G

+ C yang berbeda pula. Namun demikian, organisme yang tidak berkaitan

mungkin saja memiliki % G + C yang sama. Oleh karena itu dicari metode

perbandingan yang lebih cermat dengan cara membandingkan urutan dari

nukleotida. Urutan nukleotida inilah yang merupakan ciri dasar suatu organisme.

Metode yang sering digunakan untuk melihat keterkaitan genetik adalah :

1. Homologi DNA

DNA dipanaskan sehingga terurai menjari untaian tunggal. Untaian tunggal ini

kemudian dicampur dengan organisme lainnya dan didinginkan kembali. Bila dua

organisme ini berkaitan erat maka akan terbentuk Heterodupleks. Ini berarti

untaian dari satu organisme akan berpasangan dengan untaian dari organisme

lainnya. Bila tidak ada keterkaitan tidak akan terlihat heterodupleks. Metode ini

paling berguna dalam tingkat klasifikasi species.

1. Homologi RNA ribosom dan ribosomal RNA oligonukleotida

Dua organisme dapat saja tidak erat kaitannya, tetapi masih memperlihatkan

homologi DNA. rRNA yang disandi oleh sebagian DNA yang disebut sebagai RNA

sistron. Pada bakteri ternyata rRNA cistron ini “highlyy conserved” lestari. Ini

berarti bahwa selama evolusi cistron ini memperlihatkan perubahan yang lebih

sedikit di badingkan dengan bagian DNA yang lain


Taksonomi Mikroba

a. Dasar Pengelompokan

Taksonomi merupakan cara atau upaya pengelompokan jasad hidup di dalam

kelompok atau takson yang sesuai. Pertama kali pengelompokan ini hanya untuk

lingkungan tumbuh-tumbuhan dan hewan, tetapi ternyata bahwa untuk mikroba

pun dapat digunakan.

Mikroba sesuai dengan bentuk dan sifatnya termasuk kedalam Dunia tumbuh-

tumbuhan. Sehingga kalau sebelumnya dunia tersebut hanya terbagi kedalam

dua kelompok besar yaitu :

1. Monocotyledoneae, yaitu tumbuh-tumbuhan yang mempunyai keping biji

tunggal.

2. Dicotyledoneae, yaitu tumbuh-tumbuhan yang mempunyai keping biji dua,

maka sekarang akan bertambah dengan 1 kelompok besar lainnya.

3. Acotyledoneae, atau tumbuh-tumbuhan tanpa keping biji, yaitu

Cryptogamae (kriptos = tersembunyi/tidak ada atau tidak nampa, gamae = alat

perkembangbiak).

Mikroba termasuk kedalam kelompok ke-3 tersebut sesuai dengan sifat alat untuk

perkembangbiakannya.

Dari segi mikrobiologi sendiri, dunia Mikroba terbagi menjadi dua kelompok besar

lainnya, pembagian ini berdasarkan kepada ada tidaknya inti, baik yang sudah

terdiferensiasi ataupun yang belum. Yaitu :

1. Prokaryota, yaitu kelompok mikroba yang tidak mempunyai inti yang jelas

atau tidak terdiferensiasi. Kedalam kelompok ini termasuk :

a) Bakteria,

b) Mikro-alga biru-hijau (BGA = blue-green algae),

2. Karyota, yaitu kelompo mikroba yang sudah mempunyai inti yang jelas atau

sudah terdiferensiasi. Kedalam kelompok ini termasuk :

a) Jamur, termasuk didalamnya ragi,

b) Mikro-alga lainnya
Walaupun ada kelompok kehidupan atau jasad lain yang dianggap hirup

berdasarkan kepada bentuk dan sifatnya tidak sama dengan mikroba tetapi

mengingat kepentingan dan asosiasi kehidupannya, ada dua kelompok besar lain

yang umumnya dimasukkan kedalam Dunia Mikroba yaitu :

1. Protozoa

2. Virus

Klasifakasi Bakteri

Umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler, tidak mempunyai

klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner. Karena tidak

mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang saprofitik ataupun sebagai

jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar di mana-mana, sejak di udara, di

dalam tanah, didalam air, pada bahan-bahan, pada tanaman ataupun pada tubuh

manusia atau hewan.

Kriteria untuk Klasifikasi Bakteri

Kriteria sesuai untuk tujuan klasifikasi bakteri termasuk sifat-sifatnya telah

diterangkan dalam bab terdahulu, informasi yang penting dapat diketahui secara

mikroskopis dengan melihat lapisan sel dan ada atau tidaknya struktur khusus

misalnya spora atau flagella. Prosedur pewarnaan seperti pewarnaan gram dapat

memberikan perkiraan bakteri memiliki kekerabatan yang dekat. Hal ini

merupakan petunjuk awal bahwa keragaman kimiawi DNA dari organisme yang

berbeda dapat menjadi indikasi adanya kekerabata genetik. Studi fisik

membuktian bahwa kekerabatan DNA dari organisme yang sama dapat dikenal

dengan tingkat kemampuan kromosom DNA untuk dikawin silangkan.

Tabel . Tingkat Taksonomi

Tingkatan Resmi Contoh

Kingdom Prokaryotae

Divisi Gracilicutes

Klas Scotobacteria

Ordo Eubacteriales
Famili Entobacteriaceae

Genus Escherichia

spesies Coli

Penyusunan urutan DNA telah menjadi prosedur rutin di laboratorium dan

perbandingan susunan DNA diantara beragam gen dapat menggambarkan

hubungan mereka perbedaan susunan DNA diantara gen-gen yang tersebar

secara cepat dapat digunakan untuk menentukan jarak genetik dari gen-gen yang

berhubungan dekat, dan perbedaan susunan di antara gen-gen yang tersebar

secara lambat dapat digunakan untuk mengukur hubungan dalam kelompok

bakteri yang hubungannya jauh.

Ribosom memiliki pesan penting dalam sintesa protein. Gen penanda RNA

ribosom dan protein ribosom telah diturunkan melalui evolusi dan telah

disebarkan lebih lambat daripada gen kromosom lainnya. Perbandingan susunan

dari 165S RNA ribosom dari berbagai sumber biologis menunjukkan adanya

hubungan evolusi diantara organisme yang sangat beragam dan menunjukkan

adanya kingdom baru, yaitu Arecbaebacteria.

Penemuan terbaru, hibridisasi DNA dengan rangkaian oligonukleotida padat telah

digunakan untuk mengidentifikasi spesies.

Gambar Bentuk Sel Tunggal Bakteri(1)coccus,(2)batang,(3)spiral.

Klasifikasi Virus

a. Virus Bakterial

Bakterifage (fage) adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat

bereproduksi di dalam sel bakteri. Kemudahan relatif dalam penangannya dan

kesederhanaan infeksi fage bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model

bagi penelaahan patogenesitas virus maupun banyak masalah dasar di dalam

biologi, termasuk biologi seluler dan molekular serta imunologi

Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di

dalam selubung protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen


mencakup urutan umum sebagai berikut : adsorbsi partikel fage, penetrasi asam

nukleat, replikasi asam nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan

pembebasan partikel-partikel fage ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan

terjadinya lisis sel inang, fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi dan

mengidentifikasi bakteri patogenik.

b. Virus Hewan dan Tumbuhan

Virus hewan dan virus tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang sangat

kecil. Setiap virus mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi oleh

kapsid. Secara morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat ikosashedral,

halikal bersampul atau kompleks.

Proses replikasi virus dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang. Peristiwa

ini disusul dengan penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis komponen-


omponen virus dan perakitan serta pematangan virion. Proses ini diakhiri dengan

pembebasan virus dari sel inang.

Sistem yang secara paling luas digunakan untuk klasifikasi virus terlihat pada

sistem ini, yang diperkenalkan oleh A. Loff dan kawan-kawan dalam tahun 1962,

virus dikelompokkan menurut sifat virionnya yaitu semacam asam nukleat,

bentuk susunan kapsid, ada tidaknya selubung dan ukuran kapsid. Pembagian

lebih lanjut didasarkan atas sifat-sifat lain virion itu, seperti sejumlah untaian

asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti sejumlah untaian

asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti kedudukan tempat
sintesis virus di dalam sel dan hubungan timbal balik antara inang dan virus,

seperti digambarkan oleh kisaran inang. Sistem ini dimaksudkan untuk

menggambarkan klasifikasi alami atau filogenik, berarti sistem ini bukannya

mencoba menggambarkan hubungan evolisoner atara virus-virus. Hubungan

yang sama sekali tidak jelas melainkan sistem ini menggolongkan virus

berdasarkan susunan biasa sifat-sifat kimiawi dan strukturnya yang merupakan

sifat tetap yang dapat ditentukan dengan cermat.

Klasifikasi Jamur

Bentuknya sel tunggal (misal pada ragi), kemudian serat atau filamen (paling

banyak di dapatkan), sampai dengan telah membentuk tubuh lengkap yang

dinamakan tubuh-buah (misalkan pada jamur merang. Mushrooms, dan

sabagiannya). Seperti bakteria, Jasad ini tidak mempunyai klorofil, karena dia

hidup secara saprofik ataupun parasitik


Klasifikasi Alga-Hijau

Bentuknya sama seperti BGA, walaupun ada beberapa yang sudah mempunyai

tubuh lengkap dengan bagian-bagian yang dinamakan akar batang dan daun

walau semuanya bersifat semu (Chara dan Nitella).

Didapatkan dimana-mana, terutama pada tanah yang lembab, pada air,

menempel pada tanaman ataupun bersifat endofitik (hidup di dalam jaringan

jasad lain). Misal pada Hydra, atau menempel pada tubuh jasad lain (kulit kura-

kura) sehingga kelihatannya hewan tersebut mempunyai klorofil karena

berawarna hijau. Ada beberapa yang hidup secara simbiosis dengan jamur

membentuk jasad baru yang disebut lichenes (lumut kerak).

Klasifikasi Alga-Biru Hijau

Berbentuk sel tunggal atau filamen (serat) yang disekelilingnya diselimuti oleh

seludang yang terdiri dari lendir (polisakharida), atau berbentuk koloni

sederhana.

Termasuk kedalam kelompok jasad yang fotosintetik karena mempunyai klorofil,

disamping pigmen lainnya seperti fikobilin (biru), fukosantin (coklat) dan

fukoeritrin (merah) hidup didalam air, di dalam tanah yang lembab atau

bersimbiosis dengan jasad lain, sejak paku-pakuan (Azolla) didalam rongga udara

daunnya, atau dengan tanaman tinggi (Cassuarina) dengan membentuk akar

karang

Peran mikroorganisme dalam khidupan

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil

(Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan

untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami

pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.

Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena

mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar

sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan

terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang

kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah

dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan

dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk

perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut


sudah ada.

Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah

ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat

(Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme

memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang

menguntungkan.

Peranan yang Merugikan

• Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan

Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium

diphtheriae penyebab dipteri.

• Penyebab kebusukan makanan (spoilage)

Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri
yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme

dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap

merupakan mikroorganisme pembusuk. Dalam pembusukan daging,

mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak protein-

protein. Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik

mampu merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada

dinding sel tumbuhan (Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir

(yeast) dan kapang (mould) dapat menyebabkan perubahan yang tidak

dikehendaki pada penampakan visual, bau, tekstur atau rasa suatu makanan.

Mikroorganisme ini dikelompokkan berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti

proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan hidupnya seperti termofilik,

halofilik, dll.

Peranan yang Menguntungkan

Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang

merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada

bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan

mikroorganisme yang patogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat

kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat yang dapat

diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. Penggunaan

mikroorganisme dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti

bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan. Beberapa manfaat yang dapat

diambil antara lain sebagai berikut:


Bidang pertanian

Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan

kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan.

Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan pengambilan khususnya

melalui akar. Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena adanya

mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa

genus bakteri secara sinergetik.

Kajian religi:

Surat An-Nur 45:

45. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari

hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua

kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan

apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surat An-Nahl 12:

12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan

bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi

kaum yang memahami (nya).

Surat Al-Baqaroh 164:

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam

dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi

manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu

Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala

jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum

yang memikirkan.

KESIMPULAN

Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat

dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk

dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain.


Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali digunakan atau

dipertukarka dengan taksonomi.

Mikroorganisme terbagi menjadi dua kelopok yaitu:

1. Karyota, yaitu kelompok mikroba yang sudah mempunyai inti yang jelas

atau sudah terdiferensiasi.

2. Prokaryota, yaitu kelompok mikroba yang tidak mempunyai inti yang jelas

atau tidak terdiferensiasi.

Ciri-ciri utama suatu mikroorganisme yaitu:

a) Morfologi

b) Sifat Kimiawi

c) Sifat Biakan

d) Sifat Metabilisme

e) Sifat Antigenik

f) Sifat Genetik

g) Patogenitas

h) Sifat Ekologi

Mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan

maupun yang menguntungkan yaitu:

Peranan yang Merugikan

• Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan

Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium

diphtheriae penyebab dipteri.

• Penyebab kebusukan makanan (spoilage)

Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri

yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme

dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap

merupakan mikroorganisme pembusuk.

Peranan yang Menguntungkan


Contoh dalam bidang pertanian mikroorganisme dapat digunakan untuk

peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan

hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. klasifikasi mikroba.(online) (http//www.pustaka.co.id) diakses

tanggal 22 Desember 2008.

Anonymous.2008.identifikasi mikroba.(online)(http//www.Pustaka.co.id) diakses

tanggal 22 Desember 2008.

Budiyanto Mak, 2008. Hand Out dan Klasifikasi Mikroba. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang

Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Suriawira U, 1995. Pangantar Mokrobiologi Umum. Bandung : Angkasa

02/26/2009 Ditulis oleh zaifbio | BIOKIMIA | 17 Komentar

Glukosa Darah
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga

sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah (Anoymous, 2008). Sedangkan

dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah

precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan , yaitu sukrosa, pati dan selulosa

(Lehninger, 1982). Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan

pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat

ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi

hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling

menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah (Anoymous,

2008)

Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis

gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan

glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin (Anoymous, 2005)


Pengaruh langsung dari masalah gula darah

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa

fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi

mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila

levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan

untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat

menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang

berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf

(Anoymous, 2008)

Gula Reduksi

Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini
dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang

mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).

Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa,

laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi

adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM, 2008).

Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula

yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu

(laktosa) melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat

memasuki siklus kreb’s untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan

komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan

jaringan saraf (Budiyanto, 2002).

Sedangkan salah satu ontoh dari gula reduksi adalah Sukrosa. Sukrosa adalah

senyawa yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula dan dihasilkan

dalam tanaman dengan jalan mengkondensasikan glukosa dan fruktosa. Sukrosa

didapatkan dalam sayuran dan buah-buahan, beberapa diantaranya seperti tebu

dan bit gula mengandung sukrosa dalam jumlah yang relatif besar. Dari tebu dan

bit gula itulah gula diekstraksi secara komersial (Gaman, 1992).

DAFTAR PUSTAKA

Anoymous. 2008. Gula Darah. (Online). (www.wikipedia.org). Diakses Tanggal 17

Oktober 2008.

Anoymous. 2008. Penolakan Insulin. (Online). (www.wikipedia.org). Diakses

Tanggal 17 Oktober 2008.


Anoymous. 2005. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Ranking ke-4 Di Dunia.

(www.depkes.go.id). Diakses Tanggal 17 Oktober 2008.

Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar- Dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang.

Gaman, P.M. dan K.B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan

Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press: Jogjakarta.

Lehninger, Albert. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta.

Team Laboratorium Kimia UMM. 2008. Penuntun Praktikum Biokimia Bioligi.

Laboratorium Kimia UMM: Malang

http://zaifbio.wordpress.com/category/biokimia/

You might also like