Professional Documents
Culture Documents
KLASIFIKASI BELANJA
DAN
PERHITUNGAN BIAYA AKTIVITAS
Deddi Nordiawan*
JAKARTA, 1 JUNI 2009
* Penulis adalah Dosen FEUI, Trainer di LPEM UI, Konsultan Keuangan Daerah di
Medina Consulting, dan peneliti di Yayasan Prabandha
TABLE OF CONTENTS
2
1. LATAR BELAKANG
Pengelolaan keuangan daerah merupakan sebuah proses yang terdiri atas beberapa
tahapan dimulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban. Keseluruhan proses tersebut dilaksanakan secara simultan
melibatkan berbagai pihak dalam struktur pemerintahan daerah dan meliputi ribuan
bahkan jutaan transaksi. Tahapan-tahapan itu juga dituntut agar terlaksana secara
efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
Reformasi keuangan daerah yang ditandai yang dilaksanakan dalam 10 tahun terakhir
mencoba menempatkan keseluruhan proses pengelolaan keuangan daerah tersebut
dalam struktur yang dianggap lebih efisien dan efektif. Salah satu konsekuensi dari
reformasi adalah modernisasi pendekatan penganggaran dari yang sebelumnya
tradisional menjadi pendekatan kinerja. Bahkan dalam ketentuan paling akhir, kita
diamanatkan untuk melakukan proses penganggaran menggunakan pendekatan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM/MTEF).
Dengan tuntutan seperti itu, dibutuhkan kebijakan tentang klasifikasi belanja yang tepat,
yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat belanja-belanja apa saja yang
terkait dengan kegiatan dengan output tertentu dan belanja-belanja apa saja yang tidak
terkait kinerja.
3
Belanja Langsung terdiri atas belanja pegawai (non gaji), belanja barang dan jasa, dan
belanja modal.
Menurut Freeman dan Shoulders, hal-hal pokok dalam pendekatan ini dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:
4
menyusun anggaran dengan pendekatan performance atau kinerja. Bentuk
anggaran yang dihasilkan akan diuraikan dan diklasifikasikan secara bertingkat
mulai dari fungsi, unit organisasi, kegiatan, hingga jenis belanja.
• Hasil perhitungan biaya per unit input dan output acapkali tidak akurat karena
beberapa faktor eksternal organisasi seringkali berubah dan sulit
diprediksikan secara tepat.
• Pengumpulan data yang berguna untuk menentukan biaya per unit sulit
tercapai karena laporan anggaran yang dihasilkan pada umumnya tersusun
dari suatu sistem pencatatan yang berdasarkan pendekatan belanja, bukan
berdasarkan full cost;
• Pertanggungjawaban masing-masing unit organisasi sering bias. Hal ini
terjadi karena suatu kegiatan seringkali melibatkan lebih dari satu unit
organisasi sehingga kontribusi masing-masing unit organisasi yang terlibat
terhadap keberhasilan atau kegagalan kegiatan tersebut tidak bisa
diidentifikasikan secara jelas;
• Lebih menonjolkan pada proses yang dapat dikuantifikasikan dan kurang
memperlihatkan tujuan atau hasil akhir yang sifatnya kualitatif.4
3
Disadur dan disarikan dari McKinney, Jerome B. (1986). Effective Financial Management in Public and
Nonprofit Agencies : A Practical and Integrative Approach. Westport, Connecticut : Quorum Books, Greenwood
Press, Inc. Halaman 207.
5
2.2. Biaya
Dari penjelasan tersebut, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
2. Biaya yang terkait dengan aktivitas secara langsung, yaitu biaya-biaya ini
secara kasat mata sudah jelas untuk aktivitas tertentu.
3. Biaya yang terkait dengan aktivitas tetapi secara tidak langsung, yaitu
adanya suatu kondisi dimana secara kasat mata kita tidak bisa menjelaskan
biaya tersebut untuk aktivitas yang mana.
6
1. Simplify Method. Kita gunakan satu rate untuk semua biaya tidak langsung
yang ada, kemudian berdasarkan rate itu kita tetapkan proprosinya untuk
setiap kegiatan.
indikator kinerja, adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program
dan kegiatan yang direncanakan
7
capaian (target) kinerja , merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai
yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari
setiap program dan kegiatan
analisis standar belanja, merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan
biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan
standar satuan harga, adalah harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku
disuatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
standar pelayanan minimal, adalah tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
3.2. Belanja
1. Belanja menurut urusan pemerintahan yang terdiri dari belanja urusan wajib
dan belanja urusan pilihan
4. Belanja menurut kelompok belanja yaitu terdiri dari belanja tidak langsung
dan belanja langsung.
Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
9
6. belanja bagi hasil, yaitu digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil
yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan;
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja
terdiri dari:
2. Belanja barang dan jasa, yaitu belanja yang digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
(duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program
dan kegiatan pemerintahan daerah; dan
10
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Klasifikasi pada nomor 1-3 tidak menimbulkan masalah karena lebih merupakan
atribut. Sedangkan pendekatan 4 dan 5 harus kita pilih mana yang menjadi
kelompok belanja utama. Dengan pemahaman tersebut, kita mempunyai dua
alternative sebagai berikut:
11
Atau ….
Adanya pembatasan BL/BTL pada jenis-jenis belanja tertentu, seperti diatur dalam
Permendagri 13/2006, akan menimbulkan informasi yang salah, karena akan terjadi
hal-hal berikut ini:
12
Berdasarkan pembahasan di atas, maka seyogyanya klasifikasi belanja dibagi
berbasis biaya menjadi 4 (empat), sebagai berikut:
• Biaya Langsung, yaitu biaya yang terkait secara langsung atas pencapaian
suatu kinerja tertentu
• Biaya Tidak Langsung, yaitu biaya yang terkait secara tidak langsung atas
pencapaian suatu kinerja tertentu
• Biaya Tidak Terkait Capaian Kinerja
• Biaya Terkait Aset Tetap
Dengan demikian, antara belanja langsung dan belanja tidak langsung tidak memiliki
perbedaan dalam jenis-jenis belanja yang dicakupnya. Belanja barang dan jasa
misalnya, selama tidak memiliki keterkaitan secara langsung dapat dikategorikan
sebagai belanja tidak langsung. Begitu pula belanja gaji misalnya, jika dapat
diidentifikasi kterkaitannya secara langsung pada satu kegiatan saja, dapat
dikelompokkan sebagai belanja langsung.
Namun, kita menyadari bahwa perubahan menuju struktur tersebut tidaklah mudah,
karena komposisi tersebut menimbulkan kebutuhan teknis yang lebih complicated.
Sehingga, kita membutuhkan sebuah jalan tengah untuk mendapatkan perhitungan
dengan klasifikasi tersebut berdasar klasifikasi yang sekarang diatur dalam
peraturan yang ada.
Bagaimana kita mendapatkan perhitungan yang tepat berdasarkan apa yang sudah
diatur dlam Permendagri 13/2006? Pada dasarnya, secara ideal, kita dpat
melakukan perubahan struktur belanja sehingga menjadi lebih sesuai dengan
konsep belanja yang seharusnya. Namun, pilihan tersebut sepertinya menjadi terlalu
“mahal”. Oleh karena itu kita memerlukan panduan (shortcut) untuk mendapatkan
perhitungan biaya langsung dan tidak langsung berdasakan pengelompokan yang
ada.
Hal yang penting adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan klasifikasi yang
sudah ada untuk mendapatkan informasi yang lebih bermanfaat. Klasifikasi belanja
langsung dan belanja tidak langsung harus diikuti dengan panduan melakukan
perhitungan biaya aktivitas sehingga tujuan penerapan anggaran kinerja dapat
tercapai.
13
4. PERHITUNGAN BIAYA KEGIATAN
Belanja tidak langsung terbagi-bagi dalam beberapa jenis belanja, antara lain
belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, bantuan social, bantuan keuangan
dan seterusnya. Di antara belanja-belanja tersebut, terdapat unsur belanja yang
sifatnya kebijakan (discretionary) dan tidak terkait dengan kinerja. Oleh karena itu,
kita perlu memisahkan terlebih dahulu belanja-belanja yang bersifat kebijakan
tersebut untuk mendapatkan jumlah belanja tidak langsung yang siap untuk
dialokasikan.
Belanja
Kebijakan
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
Belanja Tidak Langsung
untuk Dialokasikan
Total belanja tidak langsung yang telah diidentifikasi dalam perhitungan di atas
kemudian dialokasikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada.
Belanja Tidak Langsung
untuk Dialokasikan
14
Proses pengalokasian pada bagan tersebut mempunyai kelemahan dalam hal
relevansi, karena terjadi semua kegiatan disamaratakan. Sebagai alternatifnya,
belanja tidak langsung dikelompokkan terlebih dahulu dalam rumpun urusan
mengacu pada pengaturan yang ada. Pada tahap berikutnya di kegiatan yang
jumlahnya banyak dikelompokkan berdasarkan relevansinya pada tiap-tiap rumpun.
BTL Rumpun A BTL Rumpun B
Biaya Langsung PAUD
PAUD
Rp. 5.142.350.000
Biaya Tidak
Langsung
Biaya Langsung Rp. 9.710.162.400
Pendidikan Dasar Pendidikan
Dasar
Rp. 6.269.800.000
15
Alokasi biaya tidak langsung untuk dua kegiatan di atas dihitung berdasarkan
proporsi Belanja Tidak Langsung (Gaji). Total biaya tidak langsung untuk dua
kegiatan ini adalah sebesar Rp. 9.710.162.400.
2.000.000.000
. 9.710.162.400 . 2.589.376.640
2.000.000.000 5.500.000.000
5.500.000.000
. 9.710.162.400 . 7.120.785.760
2000.000.000 5.500.000.000
16
5. KESIMPULAN
1. Struktur belanja dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang terbagi menjadi
belanja tidak langsung dan belanja langsung. Namun definisi yang diberikan
menjadi bias karena adanya penentuan jenis-jenis belanja yang harus masuk di
setiap pengelompokan tersebut. Merekomendasikan definisi belanja dan
batasannya sebagai berikut:
Dengan demikian, antara belanja langsung dan belanja tidak langsung tidak
memiliki perbedaan dalam jenis-jenis belanja yang dicakupnya. Belanja barang
dan jasa misalnya, selama tidak memiliki keterkaitan secara langsung dapat
dikategorikan sebagai belanja tidak langsung. Begitu pula belanja gaji misalnya,
jika dapat diidentifikasi kterkaitannya secara langsung pada satu kegiatan saja,
dapat dikelompokkan sebagai belanja langsung.
17