You are on page 1of 6

ETIKA PEKERJAAN SOSIAL

Konsep pekerjaan sosial tidak lepas dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat baik
individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat. Meskipun tumbuhnya diawali oleh pekerjaan
sukarela, namun ternyata pekerjaan sosial menjadi profesi karena kemudian didasari oleh ilmu,
nilai dan keterampilan.

Profesi pekerjaan sosial berasal dari berbagai sumber termasuk: adicita kemanusiaan
(humanitarian, philanthropism, altruisme); adicita kehidupan bersama (kebebasan, persamaan,
dan keadilan); adicita keimanan: (menolong orang yang mendapat kesusahan). (Holil Soelaiman,
2005)

Etika umum sebagai sumber moral


dalam menentukan pola pemenuhan
keperluan masyarakat. Etika yang
dimaksud adalah etika sosial yang lebih
mengkhususkan kepada kesusilaan
dalam memenuhi keperluan hidup
bersama atau kehidupan sosial antara
sesama individu lainnya.

Etika sosial adalah suatu ilmu mengenai


kesusilaan dalam pergaulan hidup
masyarakat. Etika sosial memberi
kerangka kepada anggota masyarakat
tentang bagaimana pela tingkah laku
hidup bersama dengan anggota lainnya.

Nilai dan Etika Pekerjaan Sosial

Definisi

Nilai (value) berasal dari bahasa Latin, yaitu valere yang artinya, “menjadi kuat”, atau menjadi
terhormat (Reamer, 1999:10). Pada dasarnya, nilai memiliki pengertian yang berbeda-beda
disesuaikan dengan konteksnya. Soetarso (1968:32-33) mengatakan bahwa nilai adalah
kepercayaan, pilihan, atau asumsi tentang yang baik untuk manusia. Nilai bukan menyangkut
keadaan dunia ini atau apa yang diketahui pada saat ini, tetapi bagaimanakah seharusnya atau
sebaiknya dunia ini. Sarah Banks (2001:6) mengungkapkan dalam kehidupan sehari-hari, nilai
dapat berarti agama, politik atau prinsip-prinsip ideologi, keyakinan atau sikap. Namun, apabila
dihubungkan dengan pekerjaan sosial, maka nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat
prinsip etik/moral yang fundamental dimana pekerja sosial harus berkomitmen. Misalnya, dalam
pekerjaan sosial ada nilai untuk menghargai keunikan dan perbedaan, privacy, menjaga
kerahasiaan, dan perlindungan (dalam Huda, 2009:135-136).
Jika nilai berbicara tentang sesuatu yang baik dan buruk maka etika (ethics) terkait benar (right)
atau salah (wrong). Jadi, etika bersifat eksplisit dan konkret. Secara bahasa, etika memiliki
pengertian yang sama dengan moralitas. Menurut Keraf (1998:14), moralitas berasal dari kata
Latin mos, (jamaknya mores) yang artinya ‘adat istiadat’ atau ‘kebiasaan’. Sedangkan etika
sendiri berasal dari kata ethos (jamaknya ta etha) yang juga berarti ‘adat istiadat’ atau
‘kebiasaan’. Perbedaannya adalah dalam konteks tertentu etika dapat dipahami secara lebih luas
daripada moralitas. Sebab etika dapat dipahami sebagai filsafat moral, yaitu suatu ilmu yang
membahas dan mengkaji nilai dan norma. Magnis (1987:14) menyebutkan bahwa etika adalah
sebuah ilmu dan bukan ajaran. Sebagai sebuah ilmu, etika mempunyai bidang kajian yang luas
dibandingkan dengan moralitas. Etika berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi
pedoman dan pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupannya. Pedoman dan penganhan
hidup tersebut dapat berupa perintah maupun larangan yang bersifat tegas dan konkret. Karena
itulah dalam konteks profesi (seperti halnya pekerjaan sosial) ada sebuah aturan dan norma yang
mengikat yang disebut sebagai kode etik (dalam Huda, 2009:136-137).

Sejarah dan Perkembangan

Dalam sejarah dan perkembangannya, nilai dalam pekerjaan sosial menapaki beberapa tahapan
perkembangan (Reamer, 1999:5; dalam Huda, 2009:138-141):

Pertama, dimulai pada akhir abad XIX (Abad 19) suatu masa ketika pekerjaan sosial belum
resmi disebut sebagai profesi. Selama masa ini pekerjaan sosial cenderung fokus tentang apa
yang dianggap bermoral dan tidak bermoral dari seorang klien ketimbang fokus kepada moral
atau etika profesi dan praktisi.

Kedua, tahapan ini dimuali pada awal abad XX suatu era progresif dalam pekerjaan sosial
yang ditandai dengan berdirinya settlement house pada akhir abad XIX. Settlement house adalah
suatu organisasi sosial yang bergerak lebih humanis untuk mereformasi lingkungan dan sistem
daripada melakukan perbaikan terhadap manusianya. Nilai yang berkembang dalam tahapan ini
pun bergeser dari masalah moral menyangkut klien kepada kebutuhan untuk melakukan
reformasi sosial yang disesain untuk mengurangi berbagai permasalahan sosial. Misalnya,
berkaitan dengan perumahan, perawatan kesehatan, sanitasi, pengangguran, kemiskinan, dan
pendidikan.

Ketiga, tahapan ini dimulai pada akhir tahun 1940-an dan awal 1950-an. Nilai yang
berkembang pada masa ini cenderung mengedepankan nilai-nilai atau etika yang berkaitan
dengan profesionalisme pekerjaan sosial. hal ini berbeda jika dibandingkan dengan masa
sebelumnya yang cenderung menonjolkan nilai dan moralitas yang berkaitan dengan klien. Ini
adalah pergeseran penting yang terjadi dalam sejarah perkembangan nilai dalam pekerjaan sosial.
kondisi ini dapat dimengerti karena pada masa ini pekerjaan sosial telah menjadi profesi
tersendiri, sehingga aktivitas pertolongan dilakukan dengan memegang pronsip-prinsip
profesionalisme tertentu. Pada masa ini juga pekerjaan sosial muali mengadopsi kode etik, yaitu
sebuah prinsip-prinsip nilai dan etika yang harus di pegang dan dipatuhi oleh para pekerja sosial.
adapaun nilai-nilai yang berkembang pada periode ini misalnya, martabat dan kehormatan,
keunikan, harga diri seseorang, self-determination, keadilan, dan persamaan.
Terakhir, pada tahun 1960-an nilai yang berkembang pada masa ini menonjolkan konstruk etik
tentang keadilan sosial, hak, dan reformasi. Setting kehidupan sosial dan ekonomi global yang
makin kompleks menuntut pergeseran nilai yang harus ditegakkan oleh profesi pekerjaan sosial.
Maka dari itu, nilai tentang persamaan sosial, hak kesejahteraan, hak asasi manusia, diskriminasi,
dan penindasan menjadi tema-tema nilai dominan yang berkembang pada masa ini. Tetapi bukan
berarti pergeseran nilai ini menghapuskan nilai-nilai yang ada pada tahapan sebelumnya, sebab
sifat perkembangan nilai dalam hal ini adalah saling melengkapi satu sama lain.

Peran Nilai dan Etika dalam Pekerjaan Sosial

Pentingnya peranan nilai dan etika dalam pekerjaan sosial menjadikan keduanya sebagai salah
satu fondasi pengetahuan mendasar yang harus dimiliki oleh pekerja sosial. tidak mungkin
aktivitas pertolongan dapat menjadi suatu profesi spesialis tanpa adanya pengetahuan bahwa
menolong orang adalah nilai yang baik. Ketika menolong orang dianggap sebagai suatu nilai
yang baik, maka secara etis perilaku digerakka untuk menolong seseorang yang membutuhkan
karena itu adalah kebenaran. Keyakinan-keyakinan tentang sesuatu yang baik menuntut pekerja
sosial untuk melakukannya karena perbuatan tersebut adalah benar. Sebaliknya, keyakinan-
keyakinan mengenai sesuatu yang buruk mencegah pekerja sosial sehingga menghindarinya
karena perbuatan tersebut adalah salah. Nilai dan etika pada akhirnya menjadi kunci petunjuk
terhadapa perbuatan baik buruk atau benar salah. Keyakinan tentang nilai yang benar juga
berperan sebagai petunjuk bagi pekerja sosial untuk memutuskan suatu perkara ketika terjadi
dilema etis dalam melakukan intervensi sosial (dalam Huda, 2009:141-142).

Bentuk Nilai dan Etika dalam Pekerjaan Sosial

Ada bermacam-macam nilai dan etika dalam pekerjaan sosial. Namun, secara umum dapat
dilihat dari kode etik NASW (National Association of Social Worker) antara lain (Reamer,
1999:26-27; dalam Huda, 2009:142-145):

Pelayanan (nilai)

Prinsip etiknya adalah pekerja sosial harus mengutamakan tujuan untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan dan memusatkan pada permasalahan sosial. prinsip pelayanan diletakkan
diatas kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan. Melayani klien baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat merupakan kewajiban dari pekerja sosial yang harus
diutamakan. Tanpa prinsip pelayanan, pekerjaan sosial tidak memiliki aktivitas profesional

Keadilan Sosial (nilai)

Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial wajib untuk menentang ketidakadilan sosial.
Tujuan inti pekerjaan sosial adalah menuju perubahan sosial yang lebih humanis dan mengarah
kepada kesejahteraan sosial. ketidakadilan sosial maupun penindasan yang terjadi dalam
masyarakat menjadi tanggung jawab pekerja sosial untuk mengubah keadaan tersebut.

Harkat dan Martabat Seseorang (nilai)


Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial menghormati harkat dan martabat seseorang.
Pekerjaan sosial merupakan profesi yang melibatkan diri langsung baik dalam setting individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat. Oleh sebab itu, setting keterlibatan langsung ini
menuntut dari para peker sosial untuk memiliki modal nilai yang menghargai orang lain dalam
melakukan interaksi sosial.

Mementingkan Hubungan Kemanusiaan (nilai)

Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial mengakui dan mengutamakan hubungan
kemanusiaan. Hubungan kemanusiaan (human relationship) adalah unsur yang sangat penting di
dalam proses perubahan sosial. maka dari itu, menjunjung tinggi hubunga kemanusiaan dan
kemasyarakatan harus dilakukan untuk mendukung perubahan sosial agar berjalan secara positif.
Hubunga kemanusiaan adalah bagian dari proses pertolongan.

Integritas (nilai)

Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial harus mempunyai perilaku yang dapat dipercaya.
Dalam batas tertentu, profesi pekerja sosial adalah seperti dokter, ‘mengobati’ dan
‘menyembuhkan’ individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang sedang sakit. Tanpa
adanya perilaku yang dapat dipercaya, pekerja sosial tidal dapat menjalankan profesi tersebut
dengan baik. Integritas setidaknya ditunjukkan dengan konsistensi pekerja sosial dengan misi
profesional, nilai, dan prinsip etika, dan standar etika dalam aktivitas pertolonga yang
dilakukannya.

Kompetensi (nilai)

Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial harus mempraktikkan keahlian profesionalismenya
dalam proses pertolongan yang dilakukan. Dalam hal ini pengetahuan dan skill yang memadai
harus dimiliki oleh pekerja sosial untuk menunjang kompetensi dari pekerja sosial. tanpa adanya
kompetensi tersebut menjadikan pekerja sosial tidak dapat profesional dan mencapai tujuannya
dengan baik. Sehingga adanya pengetahuan dan keahlian yang memadai juga menjadi dasar
kepemilikan yang sangat penting dalam profesi pekerjaan sosial.

Nilai-nilai umum pekerjaan sosial


Landasan nilai profesi pekerjaan sosial mencerminkan keyakinan-keyakinan yang mendasar
tentang hakekat manusia, perubahan, dan kualitas yang melekat padanya: Karena persoalan
pokoknya ialah manusia dan perkembangan kemanusiaan, nilai-nilai pekerjaan sosial
harus manusiawi secara radikal yaitu nilai-nilai tersebut harus menyumbang bagi dan menyentuh
akar kondisi manusia. Nilai-nilai itu setidak-tidaknya harus mencakup kesetaraan, keadilan
sosial, membebaskan gaya hidup, akses kepada sumber-sumber sosial, dan pembebasan
kekuatan-kekuatan diri sendiri. Nilai-nilai ini menuntut pekerja sosial untuk berdiri sebagai
pembebas makhluk manusia dari situasi-situasi sosial yang membatasi, kuno,
dan menekan. (Hunter & Saleeby, 1977: 62, dalam DuBois & Miley, 2005: 112).
Elemen kunci dari landasan nilai pekerjaan sosial mendorong perubahan-perubahan dalam
pekerjaan sosial sebagai suatu profesi yang sedang berkembang. Komitmen profesi pekerjaan
sosial terhadap kualitas kehidupan, keadilan sosial,
TENTANG PEKERJAAN SOSIAL

Dikemukakan bahwa pekerjaan sosial sejatinya harus merupakan profesi utama dalam
pembangunan kesejahteraan sosial (PKS). Agar system dan mekanisme PKS dapat memberikan
kontribusi bagi pembangunan nasional secara maksimal, PKS perlu dilaksanakan secara
professional oleh para pekerja sosial yang memiliki kompetensi dan keahlian khusus
dibidangnya. Bab ini menjelaskan karakteristik pekerjaan sosial sebagai sebuah profesi
kemanusiaan yang berkiprah dalam arena atau bidang kesejahteraan sosial sebagai sebuah
profesi kemanusiaan yang berkiprah dalam arena atau bidang kesejahteraan sosial, termasuk
pemberdayaan masyarakat. Didalamnya dibahas pula mengenai konsep keberfungsian sosial
yang merupakan fokus perhatian intervensi pekerjaan sosial serta perspektif kekuatan sebagai
salah satu model pertolongan pekerjaan sosial.

Pekerjaan sosial adalah profesi kemanusiaan yang telah lahir cukup lama. Sejak kelahirannya
sekitar tahun 1800-an, pekerjaan sosial terus mengalami perkembangan sejalan dengan
tuntutan perubahan dan aspirasi masyarakat. Namun, demikian, seperti halnya profesi lain,
fondasi dan prinsip dasar pekerjaan sosial tidak mengalami perubahan.
Pekerjaan sosial adalah aktivitas professional untuk menolong individu, kelompok dan
masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial
dalam menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagai suatu aktivitas professional, pekerjaan sosial dilandasi oleh tiga komponen dasar yang
secara integratife membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial: kerangka pengetahuan,
kerangka keahlian, kerangka nilai. Ketiga komponen ini dibentuk dan dikembangkan secara
ekletik dari beberapa ilmu sosial. Nilai-nilai, pengerahuan dan keterampilan pekerjaan sosial
dapat dilihat dari definisi pekerjaan sosial terbaru.

Pusat perhatian pengembangan masyarakat adalah orang-orang dan sumber-sumber


kemasyarakatan yang biasanya bermartra local. Program-program peningkatan pendapatan
masyarakat seperti usaha ekonomi produktif, kelompok usaha bersama, kredit mikro adalah
contoh konkrit penerapan metode pengembangan masyarakat. Sementara itu sasaran
perubahan analisis kebijakan sosial lebih luas lagi, yaitu pada keberfungsian system yang
mempengaruhi masyarakat yang akan dibantunya. Perumusan kebijakan dan peraturan yang
berkaitan dengan perlindungan sosial, jaminan sosial, pemerataan pendapatan adalah contoh
konkrit pendekatan analisis kebijakan sosial.

Focus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial melalui intervensi yang
bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan
sosial dan profesi lainnya. Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu
dengan berbagai system sosial di masyarakat, seperti system pendidikan, system keagamaan,
dst.

Banyak yang berpendapat bahea ketertinggalan pekerjaan sosial disebabkan oleh kurangnya
praktik dibendingkan dengan teori. Ketika di kelas atau dalam seminar diterangkan mengenai
konsep-konsep pekerjaan sosial, tidak sedikit yang bersifat apriori. Selain sikap ini merupakan
kekeliruan dalam memandang dan melakukan teori, penulis berargumen bahwa ketertinggalan
pekerjaan sosial bukan karena kekurangan aplikasi, melainkan kekurangan konsepsi dan model
teori. Secara paradigmatik, model pertolongan pekerjaan sosial sangat tergantung atau
dipengaruhi oleh beroperasinya 5C, yaitu Concept, Commitment, Capability, Connection, dan
Communication dalam proses dan praktek pekerjaan sosial.

APA IT PEKERJAAN SOSIAL


Apa yang mendorong anda untuk memilih pekerjaan social sebagai profesi anda? Kalau anda
seperti kebanyakan pekerja sosial, ingin bekerja dengan orang, ingin melakukan sesuatu yang
bermakna, ingin meniti karir yang membuat suatu perbedaan. Apa kualitas pribadi yang
mendorong anda untuk bekerja secara erat dengan orang lain? Kalau anda seperti kebanyakan
pekerja sosial, anda memiliki kualitas pribadi yang akan meningkatkan kompetensi anda sebagai
seorang profesional.
Seseorang memasuki profesi bantuan seperti pekerjaan social karena banyak alasan yang
berbeda. Bagi banyak orang, motivasi mereka ialah penghormatan yang tidak mementingkan
diri sendiri terhadap orang lain. Ada yang ingin membuat perbedaan dengan memperbaiki
kondisi-kondisi manusia dan mempromosikan keadilan sosial. Ada yang memasuki bidang
ini untuk membayar utang atas bantuan yang ia pernah terima.Walaupun mempertimbangkan
alasan-alasan yang berbeda ini untuk memasuki profesi ini, hampir tanpa kecuali, para
profesional pekerjaan sosial memperlihatkan kepedulian. Para pekerja sosial sering
mendeskripsikan diri mereka sebagai “pemberi bantuan” profesional—yang membantu orang
lain memecahkan masalah-masalah dan memperoleh sumberdaya5 sumberdaya, yang
memberikan dukungan selama krisis, dan yang memfasilitasi respons sosial terhadap
kebutuhankebutuhan. Mereka adalah kaum profesional dalam arti mereka telah memiliki
landasan pengetahuan dan keterampilanketerampilan yang disyaratkan, serta menganut nilai-nilai
dan etika profesi pekerjaan sosial.
Para profesional pekerjaan sosial memiliki orientasi yang sama terhadap nilai-nilai. Mereka
memandang orang lain dengan pandangan yang positif dan mendemonstrasikan suatu
kepedulian yang sejati atas kesejahteraan orang lain. Lagi pula kaum pemberi bantuan
profesional yang efektif optimistik akan potensi perubahan dan kehidupan pada umumnya.
Harapan yang realistik memotivasi proses-proses perubahan. Di atas itu semua, mereka memiliki
suatu visi masa depan yang didasarkan atas cita-cita keadilan sosial.

You might also like