You are on page 1of 121

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI

MAHASISWA PRAKTIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN KELAS
DI SEKOLAH-SEKOLAH LATIHAN
TAHUN 2004

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Wigiarto
NIM 5114000037
Pendidikan Teknik Bangunan
JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Juli 2005

Panitia Ujian
Ketua Sekretaris

Drs. Lashari, M.T. Drs. Supriyono


NIP. 131471402 NIP. 131571560

Pembimbing Penguji
Pembimbing I Penguji I

Drs. Supriyono Drs. Supriyono


NIP. 131571560 NIP. 131571560
Pembimbing II Penguji II

Drs. Sumiyadi, M.T. Drs. Sumiyadi, M.T.


NIP. 131287400 NIP. 131287400
Penguji III

Drs. Harijadi GBW, M.Pd.


NIP. 131404318
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik

Prof. Dr. Soesanto, M.Pd.


NIP. 130875753

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Berani Hidup, Berani Mati”

PERSEMBAHAN

untuk ibu bapakku tercinta,

untuk keluarga dan saudara-saudaraku tercinta,

untuk (Alm.) kakek nenekku tercinta,

untuk sahabatku Imam dan Badru,

untuk keluarga besar kos Tut Wuri Handayani ,

untuk rekan-rekan mahasiswa PTB.

iii
SARI

Wigiarto. 2005. Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program


Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang dalam Malaksanakan Pengelolaan Kelas di
Sekolah-Sekolah Latiahan Tahun 2004. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Drs. Supriyono, Pembimbing II: Drs. Sumiyadi.
Kata kunci: Kendala-Kendala, Mahasiswa Praktikan, Pengelolaan Kelas.

Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu


langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitan
dengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikan
dan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah di lapangan, salah satunya
mengenai kemampuan dalam mengelola kelas. Masalah yang dikaji dalam penelitian
ini adalah kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan dalam
melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dihadapi
mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah
latihan tahun 2004.Dalam penelitian ini subyek yang menjadi populasi adalah semua
mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNNES Semarang, yang telah melaksanakan atau menempuh
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tahun 2004, yaitu sebanyak 76 orang.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah teknik
kuesioner (angket) dan teknik dokomentasi. Analisa data yang digunakan adalah
analisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan pengelolaan kelas dari
mahasiswa dalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar
67.42%. Sikap siswa di dalam kelas kelas dalam kriteria cukup menjadi kendala
dengan tingkat persentase sebesar 60.48%. Fasilitas keadaan ruang kelas dalam
kriteria menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar 55.68%. Fasilitas buku-
buku pelajaran dalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentase
sebesar 65.15%. Fasilitas media pengajaran dalam kriteria cukup menjadi kendala
dengan tingkat persentase sebesar 63.92%. Bimbingan dan bantuan guru pamong
dalam kriteria cukup menjadi kendala dengan tingkat persentase sebesar 65.91%.
Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria menjadi kendala dengan
tingkat persentase sebesar 47.73%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan adalah
Mahasiswa praktikan hendaknya lebih siap dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar baik dari segi materi maupun metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar sehingga tercipta kondisi kelas yang optimal. Dalam rangka meningkatkan
sikap positif siswa terhadap mahasiswa praktikan, hendaknya mahasiswa praktikan
berusaha meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan siswa melalui sistem
pengajaran yang efektif Bagi pihak-pihak sekolah latihan hendaklah mengusahakan
menambah atau menyempurnakan berbagai fasilitas yang dimiliki, baik mengenai

iv
fasilitas keadaan ruang kelas, buku-buku pelajaran, maupun media pengajaran
sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif. Bagi guru pamong
dalam membimbing mahasiswa praktikan hendaknya lebih intensif dalam proses
bimbingan terutama dalam hal pengelolaan kelas. Bagi dosen pembimbing
hendaknya dalam proses bimbingan juga lebih intensif dan peka terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan terutama apabila ada masalah
yang harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Penelitian ini masih terbatas
pada deskriptif kendala-kendala dalam pelaksanaan pengelolaan kelas, oleh karena
itu perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi pada masalah-masalah yang dihadapi
oleh mahasiswa praktikan dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL).

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta seluruh alam

semesta, karena dengan segala karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun.

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kendala-Kendala yang Dihadapi

Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 ini penulis mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Ari Tri Soegito, S.H, M.M. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Supriyo, M.Pd. Kepala UPT PPL Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Lashari, M.T. Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang.

5. Drs. Supriyono. Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan

dan petunjuk sehingga tersusunnya skripsi ini.

6. Drs. Sumiyadi, M.T. Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan petunjuk sehingga tersusunnya skripsi ini.

7. Drs. Harijadi GBW, M.Pd. Dosen Penguji.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sepurna dan masih banyak

kekurangan pada isi maupun tata tulisnya, oleh karena itu pada kesempatan ini pula

penulis minta maaf yang sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

penulis harapkan agar tercipta karya tulis sejenis yang lebih baik.

vi
Penulis berharap mudah-mudahan hasil dalam penelitian ini dapat

memberikan sumbangan yang berarti dan berguna bagi perkembangan pendidikan

pada umumnya dan peningkatan kualitas pelaksanaan PPL pada khususnya.

Semarang, Juli 2005

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ iii

SARI.................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Permasalahan ...................................................................................... 3

1.3 Penegasan Istilah................................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

1.6 Sitematika Skripsi ............................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengelolaan Kelas ............................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Pengelolaan............................................................... 9

2.1.2 Pengertian Kelas ........................................................................ 9

2.1.3 Pengertian Pengelolaan Kelas ..................................................... 10

2.2 Fungsi Guru dalam Pengelolaan Kelas................................................. 12

2.3 Kepribadian Guru dalam Pengelolaan Kelas......................................... 13

viii
2.4 Disiplin Kelas...................................................................................... 13

2.5 Kondisi dan Situasi Proses Belajar Mengajar ....................................... 14

2.5.1 Kondisi Emosional ..................................................................... 15

2.5.2 Kondisi Fisik .............................................................................. 20

2.6 Media/sumber Pengajaran ................................................................... 21

2.7 Praktik Pengalaman Lapangan............................................................. 23

2.7.1 Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan................................... 23

2.7.2 Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan ........................................ 24

2.7.3 Fungsi Praktik Pengalaman Lapangan......................................... 24

2.7.4 Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan ....................................... 24

2.7.5 Status Praktik Pengalaman Lapangan ......................................... 25

2.8 Kerangka Berpikir............................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi............................................................................................ 28

3.2 Sampel.............................................................................................. 29

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 30

3.4 Rancangan Penelitian ........................................................................ 31

3.5 Teknik Pengambilan Data.................................................................. 32

3.5.1 Metode Dokumentasi ............................................................... 33

3.5.2 Metode Angket ........................................................................ 33

3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................... 34

3.6.1 Persiapan Penelitian.................................................................. 34

3.6.2 Proses Penelitian ...................................................................... 35

ix
3.6.3 Tahap Akhir Penelitian ............................................................. 38

3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian..................................... 39

3.8 Analisis Data..................................................................................... 39

3.8.1 Editing ..................................................................................... 40

3.8.2 Skoring .................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 43

4.1.1 Variabel Mahasiswa ................................................................. 44

4.1.2 Variabel Siswa ......................................................................... 48

4.1.3 Variabel Fasilitas ...................................................................... 51

4.1.4 Variabel Pembimbing................................................................ 59

4.2 Pembahasan Penelitian ...................................................................... 67

4.2.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas................................................. 68

4.2.2 Sikap Siswa di Dalam Kelas ..................................................... 70

4.2.3 Fasilitas di Sekolah Latihan ...................................................... 71

4.2.4 Bimbingan di Sekolah Latihan .................................................. 73

4.2.5 Faktor Dominan ....................................................................... 76

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan........................................................................................... 77

5.2 Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 82

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Deskriptif Faktor Pelaksanaan Pengelolaan Kelas ................................. 44

Tabel 4.2. Indikator Kelancaran Praktikan dalam Menyampaikan Materi Pelajaran 45

Tabel 4.3. Indikator Tipe kepemimpinan yang Praktikan Terapkan dalam

Pelaksanaan PBM ................................................................................. 46

Tabel 4.4. Indikator Tindakan yang Diambil Praktikan dalam Mengatasi Siswa yang

Mengganggu Kelas.............................................................................. 47

Tabel 4.5. Indikator Usaha Praktikan dalam Menciptakan Suasana Humor............ 47

Tabel 4.6. Deskriptif Faktor Sikap Siswa Di Dalam Kelas..................................... 48

Tabel 4.7. Indikator Sikap Siswa Di Sekolah Latihan Apabila Diberi Kesempatan

untuk Bertanya.................................................................................... 49

Tabel 4.8. Indikator Perhatian Siswa Di Sekolah Latihan Terhadap Praktikan dalam

Melaksanakan KBM............................................................................ 50

Tabel 4.9. Indikator Siswa yang Membuat Gaduh di Dalam Kelas atau Mengganggu

Siswa Lain ......................................................................................... 51

Tabel 4.10. Deskriptif Faktor Keadaan Ruang kelas.............................................. 51

Tabel 4.11. Indikator Pencahayaan Ruang Kelas dalam Menunjang Pelaksanaan

PBM ................................................................................................. 52

Tabel 4.12. Indikator Kemampuan Praktikan dalam Memperhatikan Setiap Individu

(Siswa) dalam KBM.......................................................................... 53

Tabel 4.13. Deskriptif Faktor Buku-buku Pelajaran .............................................. 54

Tabel 4.14. Indikator Buku Paket yang Disediakan Sekolah untuk Siswa.............. 55

xi
Tabel 4.15. Indikator Penggunaan Sumber atau Literatur Lain Selain Buku Paket

dalam PBM ...................................................................................... 55

Tabel 4.16. Deskriptif Faktor Media Pengajaran ................................................... 56

Tabel 4.17. Indikator Kesulitan Praktikan dalam Mendapatkan Media Pengajaran. 57

Tabel 4.18. Indikator Penyediaan Media Pengajaran oleh Sekolah dalam Menunjang

Pelaksanaan PBM .............................................................................. 58

Tabel 4.19. Indikator Penggunaan Media Lain Selain Papan Tulis......................... 58

Tabel 4.20. Indikator Manfaat Media Pengajaran dalam Memperlancar Komunikasi

antara Praktikan dengan Siswa dalam Pelaksanaan PBM.................... 59

Tabel 4.21. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong.................... 60

Tabel 4.22. Indikator Kesempatan Observasi Pelaksanaan KBM yang Diberikan

Guru Pamong pada Praktikan............................................................ 61

Tabel 4..23. Indikator Bantuan Guru Pamong kepada Praktikan dalam Menghadapi

Siswa yang Mengganggu PBM......................................................... 61

Tabel 4.24. Indikator Bimbingan yang Dilaksanakan Guru Pamong pada Praktikan

......................................................................................................... 62

Tabel 4..25. Indikator Saran Khusus Guru Pamong pada Praktikan dalam

Menghadapi Problem Siswa yang Mengganggu di Kelas .................. 63

Tabel 4.26. Indikator Konsultasi dengan Guru Pamong yang Praktikan Laksanakan

........................................................................................................ 63

Tabel 4.27. Indikator Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Guru Pamong .. 64

Tabel 4.28. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing ........... 64

xii
Tabel 4.29. Indikator Bimbingan yang Dilakukan Dosen Pembimbing Setelah

Praktikan Berpartisipasi Mengajar ..................................................... 65

Tabel 4.30. Indikator Saran Khusus yang Diberikan Dosen Pembimbing kepada

Praktikan dalam Menghadapi Problem Siswa..................................... 66

Tabel 4.31. Indikator Jumlah Konsultasi Praktikan dengan Dosen Pembimbing..... 67

Tabel 4.32. Indikator Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Dosen

Pembimbing ...................................................................................... 67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Mahasiswa PPL Tahun 2004 .................................................. 83

Lampiran 2. Kisi-kisi Angket ................................................................................ 86

Lampiran 3. Lembar Pengantar Kuesioner Penelitian ............................................ 88

Lampiran 4. Kuesioner (Angket) Penelitian........................................................... 89

Lampiran 5. Hasil Ujicoba Instrument................................................................... 97

Lampiran 6. Perhitungan Validitas Angket............................................................ 98

Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas Angket......................................................... 105

Lampiran 8. Penentuan Kriteria pada Analisis Deskriptif Persentase...................... 107

Lampiran 9. Distribusi Jawaban Responden .......................................................... 114

Lampiran 10 Hasil Penelitian. ............................................................................... 115

Lampiran 11. Harga Interpretasi Nilai r ................................................................ 117

Lampiran 12. Harga Kritik dari r Product Moment ............................................... 118

Lampiran 13. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ............................................... 119

Lampiran 14. . Surat Permohonan Ijin Penelitian................................................... 120

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus

dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan lapangan

dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di tempat

latihan lainnya.

Tugas-tugas yang harus dilaksanakan mahasiswa praktikan dalam

melaksanakan PPL harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena

kesiapan calon pendidik dapat dilihat dari tingkat keberhasilan mahasiswa dalam

melaksanakan PPL.

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan meliputi : praktik mengajar, praktik

administrasi, praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat

kokurikuler dan/atau ekstra kurikuler yang berlaku di sekolah/tempat latihan (UPT

PPL 2004:3).

Masalah pokok yang dihadapi guru baik pemula maupun yang sudah

berpengalaman adalah kemampuan dalam mengelola kelas. Aspek pengajaran yang

paling sering didiskusikan oleh pakar pendidikan dan para pengajar adalah

mengelola kelas. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, pengelolaan kelas

merupakan masalah tingkah laku kompleks dan guru menggunakannya untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga siswa


2

dapat mencapai tuntutan pengajaran secara efektif dan memungkinkan mereka dapat

belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi

pengajaran yang efektif. Tugas utama bagi guru yang paling sulit adalah mengelola

kelas. Oleh karena itu, mahasiswa praktikan sebagai calon guru dituntut harus dapat

menguasai pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar yang efektif.

Mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengajaran terutama dalam

mengelola kelas di sekolah latihan masih mendapat beberapa kendala karena masih

kurangnya pengalaman di lapangan dan persiapan sebelum melaksanakan praktik

mengajar Hal ini dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa Program Studi

Pendidikan Teknik Banguinan yang telah melaksanakan Praktik Pengalaman

Lapangan di sekolah latihan.

Walaupun pada kenyataannya mahasiswa sudah dibekali dengan berbagai

persiapan dini sebelum melaksanakan praktik baik materi maupun kesiapan lainnya,

praktikan masih juga mendapat kendala-kendala dalam mengelola kelas sehingga

pengalaman yang didapatkan dalam praktik mengajar tidak dapat diperoleh secara

maksimal.

Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu

langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitan

dengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikan

dan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah lapangan, salah satunya

mengenai kemampuan mengelola kelas. Untuk itulah masalah tersebut sangat

penting untuk diteliti sebagai usaha membantu mencari jalan keluar memecahkan

masalah yang ada.


3

Penelitian mengenai pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan yang telah

dilakukan masih belum dapat menjawab permasalahan pokok yang sebenarnya

dihadapi oleh mahasiswa praktikan yaitu dalam mengelola kelas. Hal ini disebabkan

pembatasan masalah yang terlalu luas sehingga tidak dapat mengungkap masalah

pokok yang menjadi tujuan penelitian tersebut. Untuk itulah penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa praktikan dalam

mengelola kelas dengan pembatasan masalah yang cukup representatif.

Berdasarkan asumsi dan pandangan tersebut di atas serta rencana populasi ini,

maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Penulis mengambil judul

“Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan

Tahun 2004."

1.2 PERMASALAHAN

Permasalahan yang peneliti ajukan adalah;

Kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun

2004 ?
4

1.3 PENEGASAN ISTILAH

Istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian yang berjudul ” Kendala-kendala

yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam

melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004”, adalah

sebagai berikut:

a. Kendala-kendala artinya halangan-halangan atau rintangan-rintangan

(Poerwodarminta 1984:474).

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah halangan-halangan atau rintangan-

rintangan yang dihadapi mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004

pada saat melaksanakan PPL.

b. Mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang adalah mahasiswa

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang yang melaksanakan atau telah menempuh

PPL tahun 2004.

c. Melaksanakan yaitu mengerjakan, melakukan, menjalankan (rancangan),

mempraktikan (teori), menyampaikan harapan atau cita-cita (Poerwodarminta

1984:553).

Jadi melaksanakan adalah mengerjakan sesuatu perbuatan sengaja yang terdiri

dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Yang dimaksud dalam


5

penelitian ini adalah mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

yang mengerjakan, melakukan, menjalankan, mempraktikan pengelolaan kelas di

sekolah-sekolah latihan tahun 2004.

d. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas

dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang

seluas-luasnya kepada setiap personel untuk melakukan kegiatan kreatif yang

terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien

untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas (Nawawi, 1986: 2).

Dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan oleh mahasiswa

praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang di sekolah-sekolah latihan tahun

2004.

e. Sekolah-sekolah latihan yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang

merupakan lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan yang dipakai

mahasiswa praktikan program studi Pendidikan Teknik Bangunan dalam

melaksanakan kegiatan PPL.

f. Universitas Negeri Semarang adalah lembaga pendidikan tinggi yang salah satu

misi utamanya menyiapkan tenaga terdidik untuk siap bertugas dalam bidang

pendidikan, baik sebagai guru maupun tenaga kependidikan lainnya yang

tugasnya bukan sebagai tenaga pengajar (UPT PPL 2004:ii).

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan Kendala-

Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik


6

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam

Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada

penelitian tersebut adalah halangan-halangan atau rintangan-rintangan yang dihadapi

mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang melaksanakan atau telah

menempuh PPL tahun 2004 dalam mengerjakan, melakukan, menjalankan,

mempraktikan pengelolaan kelas di Sekolah Menengah Kejuruan yang digunakan

sebagai sekolah latihan.

Untuk mempermudah proses penelitian ini, maka masalah yang ada dibatasi

mengenai Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru atau

guru praktikan dalam mengurus kelasnya. Hal ini mencakup kegiatan-kegiatan

menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi yang optimal bagi terselenggaranya

proses belajar mengajar yang efektif.

Aspek-aspek pengelolaan kelas yang dimaksud di sini adalah dikuasainya

situasi mengajar yang baik, sehingga dapat dikuasainya situasi belajar mengajar yang

lebih baik, memperhatikan suasana kelas sehingga jalannya pelajaran tidak terganggu

dengan cara menjaga ketertiban dan disiplin siswa, menciptakan suasana emosional

yang lebih baik, dengan menunjukkan sikap dan perhatian kelas dan anak, pada

umumnya belum dilaksanakan mahasiswa dengan baik (Purnomo 1988/1989:40).

Dalam pengelolaan kelas ini memperhatikan faktor mahasiswa praktikan,

siswa, fasilitas dan pembimbing dalam lingkup proses kegiatan belajar mengajar di

kelas.
7

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui kendala-kendala apa yang dihadapi mahasiswa praktikan Program

Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-

sekolah latihan tahun 2004.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Secara akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai:

a. Bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru, agar selalu berusaha

meningkatkan kemampuan profesionalnya terutama mengenai kemampuan

mengelola kelas, sehingga akan memperlancar pelaksanaan tugasnya.

b. Bahan pertimbangan bagi guru pamong maupun dosen pembimbing PPL dalam

rangka melaksanakan tugasnya melakukan bimbingan PPL secara efektif dan

berkualitas.

1.6 SISTEMATIKA SKRIPSI

Sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagian pengantar

skripsi, meliputi: halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, sari,

kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, serta isi skripsi yang terdiri

dari lima bab yaitu:

Bab I Pendahuluan , yang berisi tentang latar belakang, permasalahan,

penegasan istilah/batasan masalah , tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.


8

Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari kajian pustaka yang merupakan dasar

penting bagi penulisan dalam menerapkan teori-teori yang digunakan untuk

menyusun skripsi sehingga penelitian yang dilakukan mempunyai landasan yang

kuat. Sumber landasan teori adalah buku-buku referensi, kamus, maupun hasil

penelitian yang relevan. Pada intinya landasan teori dalam penelitian ini

membicarakan tentang pengelolaan kelas, yaitu meliputi pengelolaan kelas, fungsi

guru dalam pengelolaan kelas, kepribadian guru dalam pengelolaan kelas, disiplin

kelas, kondisi dan situasi belajar mengajar, media/sumber pengajaran, Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL).

Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang penjelasan mengenai metode

yang akan diterapkan dalam penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel

penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan data,

prosedur penelitian, dan analisa data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang hasil

perhitungan data dan pembahasan tentang hasil penelitian.

Bab V Penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran. Yang berisi tentang

simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran penelitian yang terkait dengan hasil

penelitian.

Selain itu juga disertakan daftar pustaka pada bagian akhir skripsi dan

lampiran-lampiran yang mendukung pembahasan skripsi.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengelolaan Kelas

2.1.1 Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management. Istilah Inggris

tersebut lalu dibahasa Indonesiakan menjadi manajemen atau menejemen.

Pengelolaan berarti penyelenggaraan (Poerwodarminta 1984:412).

Pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar segala sesuatu

yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien (Soekarno 1996:81).

Jadi pengelolaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan atau ketrampilan

untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-

kegiatan orang lain.

2.1.2 Pengertian Kelas

Kelas dalam arti tradisional, menunjukkan suatu ruang (dibatasi empat

dinding) atau tempat siswa belajar. Tiap bangunan sekolah dibagi atas ruangan-

ruangan kelas yang sekaligus menunjukkan urutan tingkatannya. Kelas dalam arti

luas dapat diartikan sebagai kegiatan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

siswa-siswa dalam suatu ruangan untuk suatu tingkat tertentu pada waktu atau jam

tertentu (Ametembun 1981:2).

Kelas dapat pula diartikan sebagai ruangan di sekolah yang digunakan untuk

interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru (Nurbahri 1986:2).


10

Dalam dikdaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu

sekelompok siswa pada waktu sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang

sama. Dari batasan pengertian tersebut, maka ada persyaratan untuk menjadikan

kelas. Syaratnya yaitu adanya sekelompok siswa pada waktu yang sama bersama-

sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama, yang dimaksud disini

adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara

tradisional (Suharsimi 1992:17-18).

Kelas adalah suatu kelompok siswa yang melakukan kegiatan belajar bersama

yang mendapat pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas

pada hakekatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan

terbentuk secara formal yang berada di bawah satu pimpinan, yaitu guru.

2.1.3 Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam

menyelenggarakan kelasnya. Hal ini mencakup kegiatan-kegiatan menciptakan dan

memelihara kondisi-kondisi yang optimal bagi terselenggaranya proses belajar

mengajar yang efektif. Pengelolaan yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi

terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif (Ametembun 1981:3).

Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan

guru/wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan

yang seluas-luasnya kepada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tesedia dapat dimanfaatkan secara

efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum

dan perkembangan siswa. (Nurbahri 1986:1).


11

Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.

Oleh karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar. Maka, agar memberikan dorongan dan

rangsangan terhadap siswa dalam belajar, kelas perlu dikelola sebaik-baiknya.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar tercapai kondisi

yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar yang diharapkan (Suharsimi

1992:57-58).

Pengelolaan kelas menunjuk kepada berbagai kegiatan yang sengaja

dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi

yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Dalam kaitan ini termasuk

juga kegiatan mengatur orang dan tingkah lakunya., mengatur ruangan dan benda-

benda untuk mencapai berbagai kemudahan dalam belajar (Joni 1990:3-4).

Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain adalah kegiatan-kegiatan

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terselenggaranya

proes belajar mengajar (Usman 1989:88).

Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok

kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat

sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dengan mengelola kelas produksinya

harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas

pada hakekatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan
12

pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan

belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

2.2 Fungsi Guru Dalam Pengelolaan Kelas

Fungsi guru dalam praktik penyelenggaraan kelasnya yaitu:

a. Fungsi Instruksional

Sepanjang sejarah keguruan, tugas dan fungsi guru adalah mengajar, sedang

fungsi instruksional guru yaitu: (1) menyampaikan sejumlah keterangan-

keterangan dan fakta-fakta kepada siswa-siswanya, (2) memberikan tugas kepada

siswa, (3) memeriksa atau mengoreksi pekerjaan siswa (Ametembun 1981:4).

b. Fungsi Educational

Fungsi educational ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini

setiap guru Indonesia harus berusaha mendidik siswa-siswanya menjadi manusia

dewasa yang pancasilais (Ametembun 1981:4)

c. Fungsi Managerial

Fungsi managerial guru adalah guru yang sanggup memimpin kelasnya

(Ametembun 1981:5).

Guru yang setiap hari berhubungan dengan siswa-siswanya mengemban tugas

sebagai pendidik yang berkewajiban membantu pertumbuhan dan perkembangan

siswa mewujudkan kedewasaan masing-masing. Bantuan itu tidak sekedar mengenai

aspek intelektual, akan tetapi berkenaan juga dengan aspek sikap, minat,

perkembangan emosi, dan perkembangan sosial. Ilmu pengetahuan berupa materi

pelajaran adalah alat dan bukan tujuan didalam proses pendidikan siswa. Di

lingkungan sekolah siswa-siswa harus dibantu agar dapat memanfaatkan materi


13

pengetahuan itu bagi kehidupannya baik sebagai individu , maupun sebagai anggota

masyarakat, bangsa dan negara.

2.3 Kepribadian Guru dalam Pengelolaan Kelas

Dalam rangka mengelola kelas, kepribadian seorang guru yang berdiri di

depan kelas sangatlah dominan. Justru karena kelas merupakan wadah perpaduan

dari berbagai sifat pribadi yang berbeda-beda ada yang agresif, tenang, sabar,

pendiam, dan sebagainya. Guru dapat menciptakan integritas kelas yaitu dapat

menjalin persatuan dan kesatuan kelas secara harmonis, dan ini justru harus

memancar dari kepribadian guru sebagai suri tauladan bagi siswa-siswanya. Jadi

beberapa sifat guru yang perlu dimiliki dan perlu dikembangkan demi efektifitas

pekerjaan sebagai guru adalah tampang yang simpatik, hubungan manusiawi yang

baik, dan kepercayaan pada diri (Ametembun 1981: 313).

Dalam karya profesi keguruan terutama dalam rangka mengelola kelas,

kepribadian merupakan faktor penting bahkan sangat menentukan kesuksesan atau

kegagalan seorang guru. Bagaimanapun lengkap dan modernnya alat-alat

perlengkapan kelas namun faktor manusialah yang menentukan.

2.4 Disiplin Kelas

Masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam

pengelolaan kelas seorang guru. Bahkan ia merupakan suatu kriteria penting dalam

menilai kualitas kepemimpinan seorang guru. Disiplin adalah suatu keadaan tertib di

mana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk kepada peraturan-

peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan senang hati. Jadi disiplin kelas
14

adalah keadaan tertib dimana guru dan siswa-siswa yang tergabung dalam suatu

kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan

senang hati. Seorang guru harus menyadari bahwa suasana yang tertib dalam suatu

kelas merupakan prasyarat mutlak bagi proses belajar mengajar yang efektif

(Ametembun 1981:9).

Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan atau

kemerdekaan siswa, tetapi sebaliknya ingin memberikan kebebasan yang lebih

kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi jika kebebasan siswa

terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak,

mengalami frustasi dan kecemasan. Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk

mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat

berjalan dengan optimal (Joni 1980:21).

Dengan demikian disiplin yang berdaya guna untuk menumbuhkan ketertiban

di dalam kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis. Disiplin kelas bukanlah

sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar siswa melaksanakan tata tertib kelas

yang ditetapkan oleh guru dan peraturan sekolah. Disiplin dalam hal ini adalah usaha

membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik

dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif.

2.5 Kondisi dan Situasi Proses Belajar Mengajar

Salah satu faktor yang dapat mendorong berlangsungnya proses belajar

mengajar secara lebih baik adalah penyediaan kondisi dan situasi yang

menguntungkan. Kondisi yang dimaksud bisa berupa kondisi emosional dan kondisi

fisik.
15

2.5.1 Kondisi Emosional

Suasana emosional di dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup

besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya

tujuan belajar.

2.5.1.1 Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana

emosional di dalam kelas. Bila seorang guru menerapkan tipe kepemimpinan yang

otoriter, maka akan menghasilkan sikap siswa yang apatis. Tapi dipihak lain juga

akan menumbuhkan sifat yang agresif. Tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya

akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktifitas akan

menjadi menurun. Aktifitas proses belajar mengajar akan sangat bergantung pada

guru dan menuntut banyak perhatian dari guru.

Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laizerfaire (bebas terbatas), tipe

kepemimpinan ini biasanya tidak produktif, walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada

siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe

kepemimpinan ini, biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada.

Tipe ini paling cocok bagi siswa yang aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak

selalu menunggu pengarahan.

Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan pada sikap demokratis,

yang lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan

dasar saling memahami dan saling percaya. Sikap ini dapat membantu menciptakan

suasana yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang

optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun
16

tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problem pengelolaan kelas

bisa dibatasi sedikit mungkin (Joni 1980: 7-8).

Seorang guru yang melaksanakan kepemimpinan demokratis di lingkungan

kelasnya , pada umumnya lebih berhasil dalam menciptakan suasana emosional yang

baik di dalam kelas. Daripada seorang guru yang menerapkan tipe kepemimpinan

yang otoriter dan tipe kepemimpinan yang laizerfaire. Dewasa ini tipe

kepemimpinan yang otoriter murni sulit untuk diterima di lingkungan bidang

pendidikan, karena mengakibatkan lembaga pendidikan termasuk juga kelas sebagai

unit kerja akan berlangsung secara statis dan tidak memungkinkan anak-anak

berkembang secara maksimal sesuai dengan bakat minat dan kemampuan masing-

masing anak. Sedangkan tipe kepemimpinan laizerfaire kurang dapat diwujudkan di

lingkungan suatu kelas untuk menciptakan dinamika kelas yang positif karena setiap

personal tidak bergerak kearah tujuan yang sama.

2.5.1.2 Sikap Guru

Menunjukkan sikap tanggap, guru yang menunjukkan sikap tanggap, sikap

tanggap ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya memandang secara

seksama, cara ini dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang

serta interaksi secara pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk

bercakap-cakap, bekerjasama dan menunjukkan rasa persahabatan.

a. Gerak mendekati, gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau

individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan

terhadap tugas serta aktifitas siswa. Gerak mendekati hendaknya dilakukan


17

secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau memberikan

kritikan dan hukuman (Usman 1989:91).

b. Kewajiban guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah

bertanggungjawab dan memperhatikan semua siswa dan dalam segala

kesempatan. Perlu diusahakan agar guru dapat memperhatikan apa yang sedang

dilakukan oleh semua siswa. Tidak seharusnya bagi guru untuk terlalu terlibat

pada kegiatan seorang atau beberapa orang siswa saja. Apabila diperlukan guru

hendaknya menjauhi tempat duduknya sendiri dengan menghabiskan waktunya

untuk keliling melihat bagaimana siswa bekerja dan memperhitungkan kecepatan

kemajuannya. Dengan demikian maka guru tidak terlibat dalam kegiatan siswa,

akan tetapi selalu siap membantu bila diperlukan (Popham dan Eva 1981:123).

c. Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan siswa. Apabila ada siswa

yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketidak acuhan, guru dapat

memberikan reaksi dalam bentuk teguran.(Usman 1981:124).

d. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang

biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru dapat membuatnya

takut dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang melanggar

disiplin tersebut, tanpa perlu menegur (Popham dan Eva 1981:123).

e. Memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat kenakalan kecil, guru dapat

memberinya isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat itu dapat berupa petikan

jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan. Isyarat-isyarat ini akan membuat si

pelanggar untuk menghentikan perbuatannya (Popham dan Eva 1981:124).


18

f. Tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus luwes tidak perlu

menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu,

tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa hasil yang baik. Misalnya

apabila guru mengira bahwa siswa itu minta diperhatikannya. Jika menurut

perkiraan masalah itu tidak menggangu kelas, maka sebaiknya diabaikan saja.

Tetapi jika ada kemungkinan teman-teman terganggu atau tergoda oleh situasi

tersebut, maka guru perlu bertindak (Popham dan Eva 1981:124).

g. Menggunakan teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik ini, apabila

dihadapkan pada perilaku siswa yang jelas tidak dapat dikendalikan. Contoh yang

paling terkenal yaitu situasi dimana para remaja, biasanya gadis-gadis terkikih-

kikih. Hal semacam itu sering menular dan berlangsung terus walaupun si

pelanggar sendiri bermaksud sendiri menghentikannya. Tindakan yang efektif

dengan mempersilahkan seorang siswa yang tidak terkendalikan itu pergi keluar.

Jangan berniat mengusir selamanya, cukuplah bila ia diperkenankan

mengendalikan dirinya diluar lalu boleh kembali ke kelas (Popham dan Eva

1981:125).

2.5.1.3 Sikap Siswa yang Mengganggu Kelas

a. Menarik perhatian orang lain. Tingkah laku siswa yang mencari perhatian

misalnya suka pamer, melawak dan membuat onar.

b. Mencari kekuasaan. Sikap siswa yang selalu mencari pertentangan pendapat, tak

mau diperintah, berbohong atau tidak mau berbuat apapun sama sekali (Soekarno

1996:83).
19

Berhubung dengan hal tersebut ada teknik sederhana untuk mengenali sikap

siswa yang menggangu kelas, yaitu:

a. Jika guru merasa terganggu dengan tingkah laku seorang siswa, ini tanda bahwa

siswa tersebut mencari perhatian.

b. Jika guru merasa terancam / dikalahkan, itu berarti tingkah laku siswa mencari

kekuasaan (Soekarno 1996:83).

Di dalam kelas guru dituntut menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar

(PBM) dengan situasi yang hidup dan produktif. Guru harus mengusahakan

persaingan yang positif dan mencegah konflik yang merugikan. Sebagai pengelola di

dalam kelas guru harus mampu menguasai dan memahami masalah-masalah

pengelolaan kelas (yang mengganggu disiplin kelas).

2.5.1.4 Pembinaan Raport

Sekali lagi ditekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan siswa dalam

masalah pengelolaan kelas sangat penting. Dengan hubungan baik antara guru dan

siswa, diharapkan senantiasa siswa gembira, penuh gairah dan semangat bersikap

optimistik dalam belajar yang sedang dilakukan. Misalnya guru yang berusaha

menciptakan suasana humor. Rasa humor guru dalam hubungan dengan siswa akan

mempunyai pengaruh yang positif dalam pengelolaan kelas, sepanjang rasa humor

itu berstruktur dengan baik. Rasa humor ini pun dapat merupakan saluran dari

berbagai tekanan emosional (Joni 1980:9).

Guru harus berusaha menciptakan suasana emosional yang baik di dalam

kelas. Sehingga terbentuk hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Di sini
20

guru adalah fungsi pembentukan hubungan pribadi itu. Jadi peranan guru adalah

menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

2.5.2 Kondisi Fisik

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh terhadap perbuatan

belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal

mendukung meningkatkan intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai

pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.

a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan siswa bergerak leluasa tidak

berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang

lainnya pada saat melaksanakan kegiatan belajar.

b. Penataan tempat duduk siswa.

Keadaan tempat duduk yang dipergunakan oleh siswa dapat mempengaruhi

proses belajar. Kalau tempat duduknya bagus, dalam arti siswa dapat duduk dengan

tenang dan nyaman, maka siswa dapat belajar dengan tenang pula. Akan tetapi kalau

tempat duduk sudah rusak tidak ada sandarannya maka proses belajar siswa akan

mendapat hambatan (Sukewi 1989:75).

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan

terjadinya tatap muka, dimana dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku

siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar

mengajar. Beberapa pengaturan tempat duduk antara lain yaitu berbaris berbanjar,

pengelompokan terdiri dari 8 sampai 10 siswa, setengah lingkaran atau membentuk


21

lingkaran, individu yang biasa terjadi di ruangan praktik, laboratorium (Joni

1980:120).

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya.

Ruang belajar yang pengap akan menyebabkan kebosanan bekerja

(melaksanakan kegiatan belajar), apalagi kalau ruangan itu gelap (Wijaya dan

Rusyan 1991:120).

Maka sangatlah wajar apabila para guru mengetahui tentang fasilitas-fasilitas

fisik yang dibutuhkan untuk situasi kelas yang baik. Misalnya ruangan kelas yang

cerah atau terang dengan udara yang segar dan bunyi atau suara tidak menggema

(Ametembun 1981:77).

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa, jendela harus cukup besar,

sehingga memungkinkan hangat sinar matahari masuk. Dengan ventilasi yang baik

memungkinkan siswa belajar dengan baik yaitu siswa dapat melihat tulisan dengan

jelas, baik tulisan di papan tulis maupun di buku bacaan, cahaya harus datang dari

kanan, tidak menyilaukan.

2.6 Media/sumber Pengajaran

Media atau sumber-sumber pengajaran ialah segala macam alat atau situasi

yang memperkaya atau memperjelas pemahaman siswa terhadap apa yang

dipelajarinya, yang memperkaya pengalaman mereka (Soelaiman 1979:265).

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.

a. Berkenaan dengan media pengajaran bagi siswa antara lain:

(a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.


22

(b) Bahkan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

(c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan

guru tidak kehabisan tenaga apabila guru mengajar untuk setiap mata

pelajaran.

(d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga beraktifitas lain, seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lainnya.

b. Berkenaan dengan taraf berfikir siswa

Taraf berfikir siswa mengikuti perkembangan dimulai dari taraf berfikir

kongkrit menuju berfikir kompleks. Melalui media pengajaran hal-hal yang

kompleks dapat disederhanakan.

Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar dibedakan

menjadi beberapa jenis, yaitu:

(a) Media grafik/media dua dimensi seperti gambar, foto, bagan, poster, kartu dan

lain-lain.

(b) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model pahat, model

penampang, model susun, model kerja dan lain-lain.

(c) Model proyeksi seperti slide, film strip, dengan OHP.

Untuk dapat menggunakan media/sumber pengajaran dengan baik, perlu

memperhatikan hal-hal atau langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.


23

(b) Membuat alat bantu pekerjaan yang sederhana, dengan maksud agar mudah

didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda,

(c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar

mengajar, misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain-lain.

(d) Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.

(e) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

(f) Kemampuan menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman

lapangan (Wijaya dan Rusyan 1991:136).

2.7 Praktik Pengalaman Lapangan

Salah satu kelompok pengetahuan yang memberikan pada pendidikan guru

ialah kelompok pengetahuan profesional, yang bertujuan memberi kualifikasi

profesional kepada calon guru, demikian Soelaiman berpendapat. Kelompok ini

terdiri dari dua macam program yaitu mengenai teori pendidikan untuk membekali

pengetahuan teori dan praktik mengajar yang membekali calon guru dengan

pengalaman praktis untuk menjadi guru. Sedangkan Rokhman mengemukakan

bahwa pada umumnya program pendidikan guru dibagi atas dua bagian yaitu ilmu

keguruan dan praktik keguruan. Tujuan dari praktik keguruan tersebut adalah untuk

menyiapkan calon guru agar mampu dan siap menerima serta menjalankan tugasnya

sebagai seorang guru yang baik (Soelaiman 1979:330).

2.7.1 Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus

dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori


24

yang diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan

lapangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di

tempat latihan lainnya.

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan meliputi: praktik mengajar, praktik

administrasi, praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat

kokurikuler dan/atau ekstra kurikuler yang berlaku di sekolah/tempat latihan (UPT

PPL 2004:3).

2.7.2 Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan

Praktik Pengalam Lapanagn bertujuan membentuk mahasiswa praktikan agar

menjadi calon tenaga kependidikan yang profesional, sesuai dengan prinsip-prinsip

pendidikan berdasarkan kompetensi, yang meliputi kompetensi profesional,

kompetensi personal, dan kompetensi kemasyarakatan (UPT PPL 2004:4).

2.7.3 Fungsi Praktik Pengalaman Lapangan

Praktik Pengalaman Lapangan berfungsi memberikan bekal kepada

mahasiswa praktikan agar mereka memiliki kompetensi profesional, kompetensi

personal, dan kompetensi kemasyarakatan (UPT PPL 2004:4).

2.7.4 Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan

Praktik Pengalaman Lapanagn mempunyai sasaran agar mahasiswa praktikan

memiliki seperangkat pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dapat menunjang

tercapainya penguasaan kompetensi profesional, kompetensi personal, dan

kompetensi kemasyarakatan.
25

2.7.5 Status Praktik Pengalaman Lapangan

Mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan merupakan bagian integral dari

kurikulum pendidikan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi yang termasuk

di dalam struktur program kurikulum Universitas Negeri Semarang. Oleh karena itu

Praktik Pengalaman Lapangan wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program

Kependidikan Universitas Negeri Semarang (UPT PPL 2004:5).

2.8 Kerangka Berpikir

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus

dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

diperoleh dalam semester-semester sebelumnya, sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan ketrampilan lapangan

dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di tempat latihan

lainnya.

Masalah pokok yang dihadapi guru baik pemula maupun yang sudah

berpengalaman adalah kemampuan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas

merupakan masalah tingkah laku kompleks dan guru menggunakannya untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga siswa

dapat mencapai tuntutan pengajaran secara efektif dan memungkinkan mereka dapat

belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi

pengajaran yang efektif. Tugas utama bagi guru yang paling sulit adalah pengelolaan

kelas.

Pengelolaan kelas yaitu kepemimpinan atau ketatalaksanaan guru dalam

menyelenggarakan kelasnya. Hal ini menyangkut kegiatan-kegiatan menciptakan dan


26

memelihara kondisi yang optimal bagi terselenggaranya proses belajar mengajar

yang efektif. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi

terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif.

Aspek-aspek pengelolaan kelas yang dimaksud di sini adalah dikuasainya

situasi mengajar yang baik, sehingga dapat dikuasainya situasi belajar mengajar yang

lebih baik, memperhatikan suasana kelas sehingga jalannya pelajaran tidak terganggu

dengan cara menjaga ketertiban dan disiplin siswa, menciptakan suasana emosional

yang lebih baik, dengan menunjukkan sikap dan perhatian kelas dan anak pada

umumnya belum dilaksanakan mahasiswa dengan baik, serta pemanfaatan fasilitas

yang ada guna mendukung proses kegiatan belajar mengajar.

Peningkatan kualitas Praktik Pengalaman Lapangan merupakan salah satu

langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Berkaitan

dengan hal itu, agar PPL berkualitas maka diperlukan adanya perbaikan-perbaikan

dan pembinaan-pembinaan seperlunya sesuai masalah lapangan, salah satunya

mengenai pengelolaan kelas.


27

Peningkatan
Kualitas Mahasiswa
Praktikan

Kendala-kendala
Mahasiswa Masalah Pengelolaan
Praktikan Kelas

Variabel:Mahasiswa
Tabulasi dan Input Data Siswa
Analisa Data Fasilitas
Pembimbing

Pembahasan
Masalah

v Tidak menjadi kendala


Kriteia v Cukup menjadi kendala
Kendala-Kendala
v Menjadi kendala
v Sangat menjadi kendala

Perbaikan dan Pembinaan


Kualitas Mahasiswa
Praktikan

Gbr.1.1. Bagan Sistem Alur Kerangka Berpikir


28

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu metode atau cara yang tepat sangat diperlukan dalam setiap tindakan

untuk melaksanakan arah atau rencana yang telah ditentukan. Hal ini ditujukan agar

segala rencana tersebut dapat dilaksanakan secara tepat dan berdaya guna. Demikian

pula yang telah dilakukan dalam suatu penelitian senantiasa ditujukan untuk

memecahkan masalah-masalah secara ilmiah, dan sebagai hasil penelitian tersebut

dapat diuji dan dibuktikan secara ilmiah. Hasil penelitian dipandang memiliki bobot

ilmiah apabila dalam pelaksanaan penelitian ilmiah tesebut mempergunakan metode

dan langkah yang tepat serta benar disesuaikan dengan kerangka penelitian ilmiah.

Mengenai bobot ilmiah sutu penelitian dikemukakan oleh seorang ahli dalam bidang

penelitian yaitu “…
.tinggi rendahnya suatu hasil dari research tidak diukur besar

kecilnya pembiayaan melainkan terutama tergantung dari aspek-aspek metodologi

dan hasilnya” (Hadi 2001:51).

Adapun aspek-aspek yang akan dibahas dalam metode penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.1 Populasi

Dalam bahasa penelitian seluruh sumber data yang memungkinkan,

memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian disebut populasi atau

univers. Jika seluruh sumber data atau populasi diteliti atau diungkap informasinya,

kesimpulan yang diperoleh dapat dipercaya, akan tetapi peluangnya sangat kecil
29

mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan lain-lain (Sudjana dan Ibrahim

2001:84).

Dalam penelitian ini subyek yang menjadi populasi adalah semua mahasiswa

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

UNNES Semarang, yang telah melaksanakan atau menempuh Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) pada tahun 2004, yaitu sebanyak 76 orang, (Lampiran 1 halaman

83).

Mengingat jumlah mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terbatas

dan relatif kecil, sehingga dapat dijangkau oleh kemampuan peneliti. Maka seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian, oleh karena itu penelitian ini merupakan

penelitian populasi. Teknik sampling yang dipergunakan adalah teknik total

sampling, yaitu mengambil semua populasi sebagai teknik penelitian.

3.2 Sampel

Dalam pengambilan sampel penelitian, apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi

(Suharsimi 1998:120).

Karena populasi dalam penelitian ini jumlahnya kurang dari 100 orang maka

subjek atau populasinya diambil semua, sehingga penggambilan sampel penelitian

menggunakan tehnik total sampling.


30

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek yang sedang di teliti atau diselidiki (Hadi

2001:4). Menurut ahli yang lain, menyebutkan bahwa variabel penelitian adalah

gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian (Suharsimi 1998:111).

Jadi variabel penelitian menurut penulis adalah segala sesuatu yang dijadikan

sebagai obyek pengambilan data di dalam suatu penelitian.

Berdasarkan pada permasalahan yang akan di ungkap, maka variabel yang

menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Kendala-Kendala yang Dihadapi

Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004.

Selanjutnya variabel dalam penelitian ini diidentifikasi untuk memperoleh

variabel yang lebih kecil dengan cara memecah-mecah variabel menjadi sub variabel.

Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi

yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan

oleh peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator penelitian

(Suharsimi 1998:104).

Kategori, indikator, sub variabel dalam penelitian ini disusun berdasarkan

teori yang relevan dengan menyesuaikan terhadap permasalahan yang akan

diungkap.

Dari kategorisasi tersebut maka dalam penelitian ini diperoleh variabel-

variabel yaitu: variabel mahasiswa, variabel siswa, variabel fasilitas dan variabel

pembimbing.
31

Variabel-variabel tersebut selanjutnya diperinci menjadi sub-sub variabel

yang lebih kecil yaitu:

a. Variabel mahasiswa, mencakup:

Pelaksanaan pengelolaan kelas

b. Variabel siswa, mencakup:

Sikap siswa di dalam kelas

c. Variabel fasilitas, meliputi:

1) Keadaan ruang kelas

2) Buku-buku pelajaran

3) Media pengajaran

d. Variabel pembimbing, meliputi:

1) Bimbingan dan bantuan guru pamong

2) Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing

Indikator-indikator tersebut akan digunakan untuk mengungkapkan

informasi tentang Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program

Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-

Sekolah Latihan Tahun 2004 yang di akan disusun dalam item-item pertanyaan

yang terdapat pada instrumen penelitian ini yaitu angket atau kuesioner.

3.4 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan
32

untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-

keterangan secara faktual dalam suatu kelompok atau daerah.

Survei adalah cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu

dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan dan jumlahnya biasanya besar.

Dalam metode survei juga dikerjakan dalam menangani situasi atau masalah yang

serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana (Suharsimi 1998:92).

Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, yaitu untuk mengetahui

perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena

sosial tertentu, umpamanya interaksi sosial, dan lain-lain (Singarimbun 1985:4).

Penelitian semacam ini, tidak untuk menguji hipotesis. Dan biasanya

berusaha untuk mengungkapkan jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa

dan bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi

tentang variabel, bukan informasi tentang individu-individu.

Dengan demikian pertanyaan-pertanyaanya disusun untuk memberikan

informasi tentang variabel-variabel dan bukan untuk menghubungkan satu variabel

dengan variabel yang lainnya. Sekalipun informasi tersebut mengandung dan

menunjukkan adanya hubungan antara variabel. Pertanyaan lebih bersifat

memancing informasi untuk pemecahan masalah (Sudjana dan Ibrahim 2001:75).

3.5 Teknik Pengambilan Data

Tehnik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini terdiri

dari 2 bagian yaitu :

a. Metode dokumentasi

b. Metode Angket.
33

3.5.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini sifatnya hanya membantu

melengkapi saja, yaitu untuk memperoleh informasi tentang daftar peserta PPL yang

dijadikan populasi, nama dan lokasi sekolah latihan yang dipergunakan untuk

mengetahui lokasi sekolah latihan.

3.5.2 Metode Angket

Kuesioner atau angket sebagai alat pengumpul data di gunakan untuk

mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi,

keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu atau responden. Caranya, melalui

pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu atau responden oleh

peneliti (Sudjana dan Ibrahim 2001:102).

Ahli lain menyebutkan bahwa “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” (Suharsimi 1998:140).

Angket memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul data

dalam suatu penelitian. Keuntungan angket adalah tidak memerlukan hadirnya

peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden, dapat

dijawab oleh responden dengan tidak ada batas waktu, dapat dibuat anonim

sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab, dan dapat di

buat standar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar

sama.

Sedangkan kelemahan angket yaitu kadang responden kurang teliti dalam

menjawab pertanyaan sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab,


34

sehingga sukar dicari validitasnya, walaupun dibuat anonim, kadang-kadang

responden sengaja memberikan jawaban tidak betul atau kurang jujur, sering tidak

kembali terutama jika dikirimkan lewat pos dan waktu kembalinya tidak bersamaan

bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat (Suharsimi

1998:141-142 ).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner

langsung tertutup dengan menggunakan pilihan ganda. Kuesioner tertutup adalah

apabila item pertanyaan dalam angket tersebut sudah tersedia jawabannya dan

responden tinggal memilihnya (Suharsimi 1998:141).

Adapun alasan menggunakan metode kuesioner langsung adalah sebagai

berikut :

a. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri .

b. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah

sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

c. Bahwa apa yang dikatakannya benar dan dapat dipercaya.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

3.6.1.1 Penyusunan Instrumen Penelitian

Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian adalah

mengadakan pembatasan materi yang digunakan untuk menyusun instrumen yang

mengacu pada ruang lingkup tentang Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa

Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
35

Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di

Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004. Dalam tahap ini kuesioner yang telah disusun

akan diungkap tentang faktor-faktornya, antara lain :

a. Variabel mahasiswa, mencakup:

- Pelaksanaan pengelolaan kelas

b. Variabel siswa, mencakup:

- Sikap siswa di dalam kelas

c. Variabel fasilitas, meliputi:

- Keadaan ruang kelas

- Buku-buku pelajaran

- Media pengajaran

d. Variabel pembimbing, meliputi:

- Bimbingan dan bantuan guru pamong

- Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing

3.6.2 Proses Penelitian

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi hal-hal sebagai

berikut :

3.6.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.2.1.1 Validitas

Untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas instrumen maka dilakukan

kegiatan uji coba dengan sasaran sebagai sampel penelitian. Validitas adalah suatu
36

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen

(Suharsimi 1998:160).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Validitas yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah validitas logis, artinya

dalam menyusun instrumen sesuai teori, seperti dengan cara memecah variabel

menjadi sub-sub variabel, baru kemudian menyusun pertanyaan (Suharsimi

1996:159). Untuk mencari validitas masing-masing faktor angket digunakan rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson:

N × ∑ XY − (∑ X ) × (∑ Y )
rXY =
{N × ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N × ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Keterangan:

rXY = koefisien korelasi X dan Y

X = skor faktor

Y = skor total faktor (Arikunto 1998:171).

Analisis validitas angket menggunakan rumus korelasi product moment,

dimana pengujian validitas dilakukan dengan cara menentukan validitas faktor.

Untuk menentukan valid tidaknya instrumen suatu faktor adalah dengan

mengkorelasikan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) pada taraf signifikan 5 %

atau taraf kepercayaan 95 %.

Dari uji validitas instrumen dengan 10 responden didapatkan harga rXY

masing-masing faktor > harga r tabel. Apabila rXY > rtabel maka angket tersebut valid.

Pada α = 5% dengan n = 10 diperoleh rtabel = 0,632. karena rXY > rtabel, maka dapat
37

disimpulkan bahwa angket tersebut memiliki tingkat validitas tinggi. Dengan

demikian instrumen tersebut dapat mengukur dan mengungkap data yang

diinginkan..

3.6.2.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen

tersebut sudah baik (Suharsimi 1998:170).

Sehingga dapat dikatakan disini bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan atau keampuhan instrumen.

Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas internal yaitu reliabilitas yang

diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Suharsimi

1998 :152).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha yaitu :

 k  Σσ f 
2

r11 =   1− 
 k − 1  σt 
2

dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya faktor

Σσf2 = Jumlah varians faktor

σt2 = Varians total. (Suharsimi 1998:193).

Dari uji reliabilitas instrumen dengan 10 responden didapatkan harga r11 = 0.939.

Selanjutnya adalah mengkonsultasikan pada harga r tabel. Apabila r11 > rtabel maka

angket tersebut reliabel. Pada α = 5% dengan n = 10 diperoleh rtabel = 0,632. Karena


38

r11 > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel. Untuk

mengetahui tingkat reliabilitas, nilai r11 dikonsultasikan dengan tabel harga

interpretasi nilai r (lampiran 13 hal.122). Berdasarkan tabel harga interpretasi nilai r,

tingkat reliabilitas angket berada pada rentang 0,800 – 1 berarti instrumen tersebut

mempunyai reliabilitas tinggi.

Sehingga angket tersebut mempunyai tingkat kepercayaan tinggi untuk dapat

digunakan sebagai alat pengumpul data.

Karena dalam mengisi angket uji coba, responden tidak mengalami kesulitan

dan setelah diuji validitas dan reliabilitasnya memenuhi syarat untuk dijadikan

sebagai alat pengumpul data, maka angket tersebut dapat langsung ditindak lanjuti

untuk digunakan sebagai kuesioner penelitian.

3.6.2.2 Tahap Penyebaran dan Penarikan Kuesioner

Tahap ini dilakukan setelah instrumen selesai diuji cobakan, kuesioner

disebarkan secara langsung dengan cara mendatangi dan secara langsung bertemu

dengan responden. Pemberian jawaban terhadap kuesioner diberikan secara langsung

dihadapan peneliti, dengan alasan agar jawaban yang diinginkan benar-benar berasal

dari responden tanpa ada pengaruh dari pihak lain. Setelah selesai kuesioner

langsung dikembalikan kepada peneliti.

3.6.3 Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data, data yang diperoleh

dari responden setelah terkumpul diteliti yang kemudian dimasukkan dalam

penskoringan. Data yang terkumpul berupa data kuantitatif yaitu data yang berupa
39

angka-angka atau bilangan-bilangan. Setelah selesai dilakukan pengklasifikasian

terhadap hasil skoring maka dilakukan pembahasan untuk mengungkap persentase

dari masing-masing faktor kuesioner.

3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian

Selama proses melakukan penelitian ini banyak faktor yang sangat

mempengaruhi jalannya penelitian, faktor-faktor tersebut antara lain adalah :

a. Penyebaran angket memakan banyak waktu, karena angket harus ditunggu dan

langsung dikembalikan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa angket harus

dijawab berdasarkan pemahaman yang dimiliki responden pada saat itu.

Sehingga jawaban yang diinginkan benar-benar murni sesuai dengan

pemahaman yang mereka miliki dan keaslian jawaban dapat terjamin.

b. Kesibukan, baik responden maupun peneliti memberikan pengaruh yang besar

tehadap penyelesaian penyebaran angkat secara cepat.

3.8 Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan salah satu langkah yang

terpenting dalam suatu penelitian, apabila analisis salah, maka dalam pengambilan

kesimpulan tentu akan salah juga. Untuk menganalisis data diperlukan tehnik analisis

yang sesuai dengan data yang akan dianalisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel

frekuensi, karena data-data yang akan di analisis berupa frekuensi, maka cara

menganalisisnya dapat menggunakan teknik statistik (Hadi 2002:315).


40

Menurut seorang ahli dalam bidang penelitian menyebutkan bahwa data yang

bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran

diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan

dan diperoleh persentase. Pencarian persentase dilaksanakan untuk mengetahui status

sesuatu yang dipersentasekan dalam kalimat yang bersifat kualitatif (Suharsimi

1998:246).

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah kegiatan pendahuluan dari analisis

kuantitatif yang meliputi :

3.8.1 Editing

Merupakan suatu proses yang dilakukan setelah semua kuesioner

dikembalikan dan terkumpul semua, kemudian dikoreksi apakah jawaban–jawaban

dalam kuesioner tersebut telah terisi semua atau belum. Proses editing dapat

dilakukan juga setelah kuesioner selesai di jawab responden langsung pada saat itu

juga.

3.8.2 Skoring

Merupakan kegiatan berupa pemberian nilai atau skor pada item jawaban

dalam daftar pertanyaan atau angket, untuk memperoleh data kuantitatif yang

kemudian dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau kategori dari tiap-

tiap aspek atau variabel.

Untuk keperluan analisis ini terlebih dahulu jawaban yang akan diberikan

oleh responden diberi skor, dengan pedoman sebagai berikut :

a. Jawaban a. diberi skor 4

b. Jawaban b. diberi skor 3


41

c. Jawaban c. diberi skor 2

d. Jawaban d. diberi skor 1

Penggunaan analisis data statistik ini dengan pertimbangan bahwa dengan

menggunakan analisis ini akan lebih efektif dalam mengerjakannya dan bentuknya

lebih sederhana, sehingga mudah dipahami dan diketahui oleh orang lain yang

membacanya.

Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Deskriptif Persentase

(%) atau disebut prosentages corection. Adapun rumus Deskriptif Persentase adalah

sebagai berikut :

n
DP = x100%
N

Keterangan :

DP = Deskriptif Persentase (%)

n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)

N = Skor Ideal / Jumlah total nilai responden (Ali 1993:186).

Untuk menentukan kategori/jenis Deskriptif Persentase yang diperoleh

masing-masing komponen dalam variabel, dari perhitungan Deskriptif Persentase

kemudian ditafsirkan kedalam kalimat.

Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut :

a. Menentukan angka persentase tertinggi

Skormaksimal
x100%
Skormaksimal

b. Menentukan angka persentase terendah

skor min imal


x100%
skormaksimal
42

c. Menentukan rentang persentase

d. Menentukan interval kelas persentase

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh

(dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan kriteria

deskriptif persentase (Lampiran 8 hal.107).


43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pengolahan data hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh dari responden

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner tentang indikator

Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan

Tahun 2004 berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-

angka atau bilangan-bilangan.

Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil

perhitungan dari jawaban responden terhadap pertanyaan tentang indikator Kendala-

Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam

Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 dihitung

dengan menggunakan analisis data statistik dengan rumus deskriptif persentase.

Hasil analisis data disajikan dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan dengan

jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Hasil persentase tersebut

kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah dalam memahami hasil akhir dalam mengkualifikasikan hasil

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel

Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan


44

Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang dalam Melaksanakan Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan

Tahun 2004 berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing indikator pada

variabel yang ada.

4.1.1 Variabel Mahasiswa

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang Dihadapi

Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel mahasiswa

dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.

4.1.1.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

Data pelaksanaan pengelolaan kelas dijaring dengan menggunakan 4 butir

pertanyaan, yaitu butir 1 sampai butir 4, perolehan hasil seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Deskriptif Faktor Pelaksanaan Pengelolaan Kelas


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
1 Kelancaran praktikan dalam menyampaikan 202 19.13 %
materi pelajaran
2 Tipe kepemimpinan yang praktikan terapkan 183 17.33 %
dalam pelaksanaan PBM
3 Tindakan yang diambil praktikan dalam 180 17.05 %
mengatasi siswa yang mengganggu kelas
4 Usaha praktikan dalam menciptakan suasana 147 13.92 %
humor
712 67.42 %
Kriteria Cukup menjadi kendala
45

Hasil perhitungan data pelaksanaan pengelolaan kelas diperoleh skor sebesar

712. Skor tersebut mencapai 67.42 % dari skor maksimal sebesar 1056, berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup

menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan

dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 cukup

mendapatkan kendala dari faktor pelaksanaan pengelolaan kelas dari mahasiswa.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 1, yang mengungkap apakah pada

saat melaksanakan proses belajar mengajar, praktikan mampu menyampaikan materi

pelajaran dengan lancar, sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas ?

Jawaban dari 66 praktikan (responden) adalah 25.76% menyatakan ya lancar, karena

sudah mempersiapkan diri, 54.54% menyatakan kadang-kadang tidak lancar karena

belum terbiasa berbicara di depan kelas, 19.70% menyatakan kurang lancar karena

kurang persiapan diri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kelancaran Praktikan dalam Menyampaikan Materi Pelajaran


No. Kelancaran praktikan dalam menyampaikan Jumlah %
materi pelajaran Responden
a Ya Lancar, karena sudah mempersiapkan diri. 17 25.76%
b Kadang-kadang tidak lancar karena belum 36 54.54%
terbiasa berbicara di depan kelas.
c Kurang lancar karena kurang mempersiapkan 13 19.70%
diri.
d Sering tidak lancar karena sering gugup dan 0 0.00%
gemetar.
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 2 mengungkap tipe kepemimpinan apa yang praktikan

terapkan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan


46

pengelolaan kelas) untuk menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas

dari praktikan (responden) adalah 24.24% menyatakan menerapkan tipe

kepemimpinan yang demokratis, 30.30% menerapkan tipe kepemimpinan yang

berdisiplin, 43.94% menerapkan tipe kepemimpinan yang bersifat laizerfaire, dan

1.52% menerapkan tipe kepemimpinan yang bersifat otoriter. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat seperti pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Tipe kepemimpinan yang Praktikan Terapkan dalam Pelaksanaan PBM
NO. Tipe kepemimpinan yang praktikan terapkan Jumlah %
dalam pelaksanaan PBM Responden
a Tipe kepemimpinan yang demokratis. 16 24.24%
b Tipe kepemimpinan yang berdisiplin. 20 30.30%
c Tipe kepemimpinan yang bersifat laizerfaire. 29 43.94%
d Tipe kepemimpinan yang bersifat otoriter 1 1.52%
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 3, mengungkap tindakan apa yang diambil praktikan bila ada

siswa yang mengganggu ketertiban kelas, misalnya ada siswa yang membuat gaduh

di dalam kelas atau mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan adalah 12.12%

menyatakan dengan menggunakan pesan non verbal baik berupa isyarat tangan,

bahu, kepala, alis dsb, 51.52% menyatakan dengan cara mendekati siswa tersebut,

33.33% menyatakan dengan cara menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan

pada waktu itu, dan 3.03% menyatakan dengan menyuruhnya keluar kelas Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.4.


47

Tabel 4.4 Tindakan yang Diambil Praktikan dalam Mengatasi Siswa yang
Mengganggu Kelas
NO. Tindakan yang diambil praktikan dalam Jumlah %
mengatasi siswa yang mengganggu kelas Responden
a dengan menggunakan isyarat non verbal, baik 8 12.12%
berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dsb
b dengan cara mendekati siswa tersebut 34 51.52%
c dengan cara menegur atau memberi ceramah 22 33.33%
tentang kesalahan pada waktu itu
d dengan menyuruhnya keluar kelas 2 3.03%
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 4, mengungkap usaha praktikan dalam mempertahankan

kondisi kelas yang optimal di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti

pelaksanaan pengelolaan) apakah praktikan berusaha menciptakan suasana humor ?

Jawaban dari praktikan adalah 6.06% menyatakan selalu, agar siswa tidak bosan

dalam mengikuti pelajaran, 21.21% menyatakan sering agar siswa tidak bosan dalam

mengikuti pelajaran, 62.12% menyatakan kadang-kadang bila diperlukan, dan

10.61% menyatakan jarang karena hanya mengganggu saja. Untuk lebih jelasnya

dapa dilihat seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Usaha Praktikan dalam Menciptakan Suasana Humor


NO. Usaha praktikan dalam menciptakan suasana Jumlah %
humor Responden
a Selalu, agar siswa tidak bosan mengikuti 4 6.06%
pelajaran
b Sering, agar siswa tidak tegang dalam 14 21.21%
mengikuti pelajaran
c Kadang-kadang bila diperlukan 41 62.12%
d Jarang karena hanya mengganggu saja 7 10.61%
Jumlah 66 100,00%
48

4.1.2 Variabel Siswa

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang Dihadapi

Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel siswa

dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.

4.1.2.1 Sikap Siswa di dalam Kelas

Data sikap siswa di dalam kelas dijaring dengan menggunakan 3 butir

pertanyaan, yaitu butir 5 sampai butir 7, perolehan hasil seperti pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Deskriptif Faktor Sikap Siswa Di Dalam Kelas


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
5 Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberi 169 21,34 %
kesempatan untuk bertanya
6 Perhatian siswa di sekolah latihan terhadap 165 20,83 %
praktikan dalam melaksanakan KBM
7 Siswa yang membuat gaduh di dalam kelas 145 18,31 %
atau mengganggu siswa lain
479 60,48 %
Kriteria Cukup menjadi kendala

Hasil perhitungan data sikap siswa di dalam kelas memperoleh skor sebesar

479. Skor tersebut mencapai 63,61 % dari skor maksimal 792, berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi

kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap siswa di dalam kelas cukup

menjadi kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di

sekolah-sekolah latihan.
49

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 5 yang mengungkap bagaimana sikap

siswa di dalam kelas di sekolah latihan apakah mendukung dilaksanakiannya proses

belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila diberi

kesempatan untuk bertanya? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 6.06%

menyatakan siswa memberikan respon aktif bertanya, 43.94% menyatakan sebagian

siswa menggunakan kesempatan bertanya, dan 50.00% menyatakan hanya sedikit

siswa yang menggunakan kesempatan bertanya. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat

seperti pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Sikap Siswa Di Sekolah Latihan Apabila Diberi Kesempatan untuk
Bertanya
NO. Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberi Jumlah %
kesempatan untuk bertanya Responden
a Siswa memberi respon aktif bertanya. 4 6.06%
b Sebagiab besar siswa menggunakan 29 43.94%
kesempatan bertanya.
c Hanya sedikit siswa yang bertanya 33 50.00%
d Siswa diam saja 0 0.00%
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 6 mengungkap, bagaimana perhatian siswa di sekolah

latihan, ketika praktikan melaksanakan proses belajar mengajar? Jawaban dari

praktikan (responden) adalah 7.58% menyatakan siswa sangat memperhatikan dan

selalu aktif bertanya, 48.48% menyatakan siswa cukup memperhatikan dan siswa

selalu menulis materi pelajaran yang praktikan sampaikan, 30.30% menyatakan

siswa kurang memperhatikan dan ada beberapa siswa yang mengantuk dan 13.64%

menyatakan siswa jarang memperhatikan dan mereka berbicara sendiri. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.8.


50

Tabel 4.8. Perhatian Siswa Di Sekolah Latihan Terhadap Praktikan dalam


Melaksanakan KBM
NO. Perhatian siswa di sekolah latihan terhadap Jumlah %
praktikan dalam melaksanakan KBM Responden
a Siswa sangat memperhatikan dan selalu 5 7.58%
aktif bertanya.
b Siswa cukup memperhatikan dan selalu 32 48.48%
menulis materi pelajaran
c Siswa kurang memperhatikan dan ada yang 20 30.30%
mengantuk
d Siswa jarang yang memperhatikan dan 9 13.64%
mereka berbicara sendiri.
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 7 mengungkap selama praktikan melaksanakan proses

belajar mengajar (dalam arti melaksanakan pengelolaan kelas) apakah ada siswa

yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain? Jawaban dari

responden adalah 4.54% menyatakan tidak ada siswa yang membuat gaduh di dalam

kelas, 22.73% menyatakan jarang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas dan

60.61% menyatakan kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas

dan 12.12% menyatakan sering ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.

Untuk lebih jelasnya seperti pada tabel 4.9.


51

Tabel 4.9. Siswa yang Membuat Gaduh di Dalam Kelas atau Mengganggu Siswa
Lain
NO. Siswa yang membuat gaduh di dalam Jumlah %
kelas atau mengganggu siswa lain Responden
a tidak ada siswa yang membuat gaduh di 3 4.54%
dalam kelas
b jarang siswa yang membuat gaduh di 15 22.73%
dalam kelas
c kadang-kadang ada siswa yang membuat 39 60.61%
gaduh di dalam kelas
d sering ada siswa yang membuat gaduh di 8 12.12%
dalam kelas
Jumlah 66 100,00%

4.1.3 Variabel Fasilitas

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang

Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel fasilitas

dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.

4.1.3.1 Keadaan ruang kelas

Data keadaan ruang kelas dijaring dengan menggunakan 2 butir pertanyaan,

yaitu pertanyaan butir 8 dan butir 9, perolehan hasil seperti pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Deskriptif Faktor Keadaan Ruang kelas


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
8 Pencahayaan ruang kelas dalam menunjang 180 34.09 %
pelaksanaan PBM
9 Kemampuan praktikan dalam memperhatikan 114 21.59 %
setiap individu (siswa) dalam KBM
294 55.68 %
Kriteria Menjadi kendala
52

Hasil perhitungan data keadaan ruang kelas diperoleh skor sebesar 295. Skor

tersebut mencapai 55.68% dari skor maksimal 528. Berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori menjadi kendala. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa keadaan ruang kelas menjadi kendala bagi

mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah – sekolah

latihan tahun 2004.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 8, yang mengungkap tentang

pencahayaan ruang kelas apakah menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar

mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)? Jawaban dari praktikan

(responden) adalah 10.61% menyatakan sangat menunjang karena ventilasi baik,

54.54% menyatakan cukup menunjang karena ventilasi cukup baik, 31.82%

menyatakan kurang menunjang karena ventilasi kurang baik, dan 0.03% menyatakan

tidak menunjang karena ventilasi tidak baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

seperti pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Pencahayaan Ruang Kelas dalam Menunjang Pelaksanaan PBM


NO. Pencahayaan ruang kelas dalam menunjang Jumlah %
pelaksanaan PBM Responden
a sangat menunjang karena ventilasi baik 7 10.61%
b cukup menunjang karena ventilasi cukup 36 54.54%
baik
c kurang menunjang karena ventilasi kurang 21 31.82%
baik
d kurang menunjang karena ventilasi tidak 2 3.03%
baik
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 9 mengungkap tentang keadaan fisik ruang kelas. Ditinjau

dari lingkungan fisik ruang kelas apakah praktikan dalam melaksanakan proses
53

belajasr mengajar mampu memusatkan perhatian pada setiap individu ? Jawaban dari

praktikan (responden) adalah 3.03% menyatakan ya, mampu karena tempat duduk

guru memakai kursi yang tinggi, 7.58% menyatakan ya, mampu karena di depan

kelas lantainya lebih tinggi (seperti panggung), 48.48% menyatakan ya, mampu

karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa, dan 40.91%

menyatakan kurang, karena di depan kelas lantainya tidak tinggi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Kemampuan Praktikan dalam Memperhatikan Setiap Individu (Siswa)


dalam KBM
NO. Kemampuan Praktikan dalam Jumlah %
Memperhatikan Setiap Individu (siswa) Responden
dalam KBM
a Ya, mampu karena tempat duduk guru 2 3.03%
memakai kursi yang tinggi.
b Ya, mampu karena di depan kelas 5 7.58%
lantainya lebih tinggi (seperti panggung).
c Ya, mampu karena tempat duduk guru 32 48.48%
sejajar dengan tempat duduk siswa.
d Kurang, karena di depan kelas lantainya
tidak tinggi 27 40.91%
Jumlah 66 100,00%

4.1.3.2 Buku-buku Pelajaran

Data buku-buku pelajaran di jaring dengan menggunakan 2 butir pertanyaan,

yaitu pertanyaan butir 10 dan pertanyaan butir 11, perolehan hasil seperti pada tabel

4.13.
54

Tabel 4.13. Deskriptif Faktor Buku-buku Pelajaran


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
10 Buku paket yang disediakan sekolah 149 28.22%
untuk siswa
11 Penggunaan sumber atau literatur lain 195 36.93%
selain buku paket dalam PBM
344 65.15%
Kriteria Cukup Menjadi kendala

Hasil perhitungan data buku-buku pelajaran diperoleh skor sebesar 344. Skor

tersebut mencapai 65.15% dari skor maksimal sebesar 528, berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi kendala.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa buku-buku pelajaran cukup menjadi

kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas pada

sekolah-sekolah latihan tahun 2004.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 10 yang mengungkap apakah buku

paket untuk siswa yang disediakan oleh sekolah memadai untuk dilaksanakannya

proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)? Jawaban dari

praktikan (responden) adalah 12,12% menyatakan ya, sangat memadai karena semua

siswa mendapat buku, 22.73% menyatakan ya, cukup memadai karena sebagian

besar siswa yang mendapat buku paket, 43.94% menyatakan kurang memadai,

karena hanya sebagian saja siswa yang mendapat buku paket, dan 21.21%

menyatakan tidak memadai karena sekolah tidak menyediakan. Untuk lebih lebih

lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.14.


55

Tabel 4.14. Buku Paket yang Disediakan Sekolah untuk Siswa


NO. Buku paket yang disediakan sekolah untuk Jumlah %
siswa Responden
a Memadai karena semua siswa mendapat 8 12.12%
buku paket.
b Cukup memadai karena sebagian siswa 15 22.73%
mendapat buku
c Kurang memadai karena hanya sebagian 29 43.94%
siswa yang mendapat buku paket.
d Tidak memadai karena sekolah tidak 14 21.21%
menyediakan
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 11 mengungkap, dalam mempertahankan kondisi kelas yang

optimal, selain menggunakan buku paket apakah praktikan selalu menggunakan

sumber atau literatur lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 31.82%

menyatakan selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran,

31.82% menyatakan sering, agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti

pelajaran, 36.36% menyatakan kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Penggunaan Sumber atau Literatur Lain Selain Buku Paket dalam PBM
NO Penggunaan sumber atau literatur lain selain Jumlah %
. buku paket dalam PBM Responden
a Selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalam 21 31.82%
mengikuti pelajaran
b Sering agar siswa tidak bosan dalam mengikuti 21 31.82%
pelajaran.
c Kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan 24 36.36%
d Tidak pernah karena sudah cukup dengan buku 0 0.00%
paket
Jumlah 66 100,00%
56

4.1.3.3 Media Pengajaran

Data media pengajaran dijaring dengan menggunakan 4 butir pertanyaan,

yaitu pertanyaan butir 12 sampai butir 15, perolehan hasil seperti pada tabel 4.16.

Tabel 4.16. Deskriptif Faktor Media Pengajaran


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
12 Kesulitan praktikan dalam mendapatkan 161 15.25 %
media pengajaran
13 Penyediaan media pengajaran oleh sekolah 168 15.91 %
dalam menunjang pelaksanaan PBM
14 Penggunaan media lain selain papan tulis 146 13.83 %
15 Manfaat media pengajaran dalam 200 18.94 %
memperlancar komunikasi antara praktikan
dengan siswa dalam pelaksanaan PBM
675 63,92 %
Kriteria Cukup Menjadi kendala

Hasil perhitungan data media pengajaran memperoleh skor sebesar 675. skor

tersebut mencapai 63.92% dari skor maksimal sebesar 1056. Berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori cukup menjadi

kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pengajaran cukup menjadi

kendala bagi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas pada

sekolah-sekolah latihan tahun 2004.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 12 yang mengungkap apakah

praktikan merasa kesulitan dalam mendapatkan media pengajaran yang dibutuhkan

(yang menunjang proses belajar mengajar atau pelaksanaan pengelolaan kelas)?

Jawaban dari praktikan (responden) adalah 28.79% menyatakan tidak merasa

kesulitan, karena sekolah sudah menyediakan, 10.61% menyatakan tidak merasa

kesulitan karena bisa membuat sendiri, 36.36% menyatakan agak sulit karena

memakan banyak waktu dan biaya dalam pembuatannya, dan 24.24% menyatakan
57

sulit karena sekolah tidak menyediakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti

pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Kesulitan Praktikan dalam Mendapatkan Media Pengajaran


NO. Kesulitan praktikan dalam mendapatkan Jumlah %
media pengajaran Responden)
a Tidak merasa kesulitan karena sekolah 19 28.79%
sudah menyediakan.
b Tidak merasa kesulitan karena bisa 7 10.61%
membuat sendiri
c Agak sulit karena memakan banyak waktu 24 36.36%
dan biaya dalam pembuatannya
d Sulit karena sekolah tidak menyediakan 16 24.24%
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 13 mengungkap apakah media atau alat pengajaran yang

disediakan oleh sekolah jumlahnya menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar

mengajar sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas? Jawaban dari

praktikan (responden) adalah 4.55% menyatakan menunjang karena semua media

pengajaran sudah tersedia, 48.48% menyatakan cukup menunjang karena sebagian

besar media pengajaran sudah tersedia, 43.94% menyatakan kurang menunjang

karena hanya sebagian saja media pengajaran yang sudah tersedia dan 3.03%

menyatakan tidak menunjang karena sekolah tidak menyediakan media pengajaran.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.18.


58

Tabel 4.18. Penyediaan Media Pengajaran oleh Sekolah dalam Menunjang


Pelaksanaan PBM
NO. Penyediaan media pengajaran oleh sekolah Jumlah %
dalam menunjang pelaksanaan PBM Responden
a Menunjang karena semua media 3 4.55%
pengajaran yang sudah tersedia
b Cukup menunjang karena sebagian besar 32 48.48%
media pengajaran sudah tersedia
c Kurang menunjang karena hanya sebagian 29 43.94%
media pengajaran yang sudah tersedia
d Tidak menunjang karena sekolah tidak 2 3.03%
menyediakan media pengajaran
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 14 mengungkap, di dalam mempertahankan kondisi kelas

yang optimal, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan

pengelolaan kelas) apakah praktikan menggunakan media lain selain papan tulis?

Jawaban dari praktikan (responden) adalah 7.58% menyatakan selalu agar siswa

lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran, 12.12% menyatakan sering agar

siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, 72.24% menyatakan kadang-

kadang, sesuai dengan kebutuhan, dan 6.06% menyatakan tidak pernah karena sudah

cukup dengan papan tulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.19.

Tabel 4.19. Penggunaan Media Lain Selain Papan Tulis


NO. Penggunaan media lain selain papan tulis Jumlah %
Responden
a Selalu agar siswa lebih memperhatikan 5 7.58%
dalam mengikuti pelajaran
b Sering agar siswa tidak bosan dalam 8 12.12%
mengikuti pelajaran
c Kadang-kadang, sesuai dengan kebutuhan 49 74.24%
d Tidak pernah karena sudah cukup dengan 4 6.06%
papan tulis
Jumlah 66 100,00%
59

Pertanyaan butir 15 mengungkap apakah dengan media pengajaran tersebut

pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)

yang praktikan laksanakan (komunikasi antara praktikan dengan siswa) menjadi

efektif? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 24.24% menyatakan ya karena

siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, 54.55% menyatakan ya, karena

memperlancar komunikasi dengan para siswa dan 21.21% menyatakan ya, karena

suasana menjadi hangat dan bersahabat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti

pada tabel 4.20.

Tabel 4.20. Manfaat Media Pengajaran dalam Memperlancar Komunikasi antara


Praktikan dengan Siswa dalam Pelaksanaan PBM
NO. Manfaat media pengajaran dalam Jumlah %
memperlancar komunikasi antara praktikan Responden
dengan siswa dalam pelaksanaan PBM
a Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti 16 24.24%
pelajaran
b Memperlancar komunikasi dengan para 36 54.55%
siswa
c Suasana menjadi hangat dan bersahabat 14 21.21%
d Menggunakan media, walaupun banyak 0 0.00%
memakan waktu dan bertele-tele
Jumlah 66 100,00%

4.1.4 Variabel Pembimbing

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase Kendala-Kendala yang

Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam Melaksanakan

Pengelolaan Kelas di Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004 pada variabel - variabel

dihitung secara parsial tiap indikator yang ada.


60

4.1.4.1 Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong

Data bimbingan dan bantuan Dosen Pembimbing dijaring dengan

menggunakan 6 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan butir 16 sampai butir 21,

perolehan hasil seperti pada tabel 4.21.

Tabel 4.21. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
16 Kesempatan observasi pelaksanaan KBM 178 11.24 %
yang diberikan guru pamong pada praktikan
17 Bantuan guru pamong kepada praktikan 183 11.55 %
dalam menghadapi siswa yang mengganggu
PBM
18 Bimbingan yang dilaksanakan guru pamong 169 10.67 %
pada praktikan
19 Saran khusus guru pamong pada praktikan 165 10.42 %
dalam menghadapi problem siswa yang
mengganggu di kelas
20 Konsultasi dengan guru pamong yang 212 13.38 %
praktikan laksanakan
21 Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu 137 8.65 %
guru pamong
1044 65.91%
Kriteria Cukup Menjadi kendala

Hasil perhitungan data bimbingan dan bantuan guru pamong diperoleh skor

sebesar 1044. Skor tersebut mencapai 65.91% dari skor maksimal sebesar 1584.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori

cukup menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

pengelolaan kelas mahasiswa praktikan pada sekolah-sekolah latihan cukup menjadi

kendala dalam hal bimbingan dan bantuan guru pamong.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 16 yang mengungkap, apakah

praktikan diberi kesempatan oleh guru pamong untuk mengadakan observasi


61

pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)

yang dilakukan teman praktikan? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 12.12%

menyatakan ya, setiap kali teman praktikan mengajar, 56.06% menyatakan pernah

beberapa kali, 21.21% menyatakan pernah satu kali, dan 10.61% menyatakan tidak

pernah. Untuk lebih jelasnya dapat diliaht seperti pada tabel 4.22.

Tabel 4.22. Kesempatan Observasi Pelaksanaan KBM yang Diberikan Guru


Pamong pada Praktikan
NO. Kesempatan observasi pelaksanaan KBM Jumlah %
yang diberikan Guru Pamong pada praktikan Responden
a Setiap kali teman praktikan mengajar 8 12.12%
b Pernah beberapa kali 37 56.06%
c Pernah satu kali 14 21.21%
d Tidak pernah 7 10.61%
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 17 mengungkap, bila praktikan menghadapi problem siswa

yang mengganggu pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan

pengelolaan kelas) apakah guru pamong memberikan bantuan untuk

menyelesaikannya? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 6.06% menyatakan

ya, setiap kali ada siswa yang mengganggu, 68.18% menyatakan ya, pernah beberapa

kali, 22.73% menyatakan ya, pernah satu kali dan 3.03% menyatakan tidak pernah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.23 sebagai berikut.

Tabel 4.23. Bantuan Guru Pamong kepada Praktikan dalam Menghadapi Siswa
yang Mengganggu PBM
NO. Bantuan Guru Pamong kepada praktikan dalam Jumlah %
menghadapi siswa yang mengganggu PBM Responden
a Setiap kali teman praktikan mengajar 4 6.06%
b Pernah beberapa kali 45 68.18%
c Pernah satu kali 15 22.73%
d Tidak pernah 2 3.03%
Jumlah 66 100,00%
62

Pertanyaan butir 18 mengungkap, setelah praktikan melaksanakan proses

belajar mengajar apakah guru pamong mengadakan bimbingan? Jawaban dari

praktikan (responden) adalah 12.12% menyatakan guru pamong selalu memberikan

saran perbaikan serta pengarahan, 37.88% menyatakan guru pamong sering

memberikan saran perbaikan serta pengarahan, 43.94% menyatakan kadang-kadang

memberi saran perbaikan dan pengarahan, dan 6.06% menyatakan jarang memberi

saran perbaikan dan pengarahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel

4.24 berikut ini.

Tabel 4.24. Bimbingan yang Dilaksanakan Guru Pamong pada Praktikan


NO. Bimbingan yang dilaksanakan Guru Jumlah %
Pamong pada praktikan Responden
a Selalu memberikan saran perbaikan dan 8 12.12%
pengarahan
b Sering memberi saran perbaikan dan 25 37.88%
pengarahan
c Kadang-kadang memberi saran perbaikan 29 43.94%
dan pengarahan
d Jarang memberi saran perbaikan dan 4 6.06%
pengarahan
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 19 mengungkap, apakah guru pamong di sekolah latihan

memberi saran khusus, yang membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila

menghadapi problem siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas atau

mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 13.64%

menyatakan selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya,

27.27% menyatakan guru pamong sering memberikan saran dan pengarahan serta

cara mengatasinya, 54.55% menyatakan Kadang-kadang memberikan saran dan


63

pengarahan serta cara mengatasinya, dan 4.54% menyatakan Jarang memberikan

saran dan pengarahan serta cara mengatasinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

seperti pada tabel 4.25.

Tabel 4.25. Saran Khusus Guru Pamong pada Praktikan dalam Menghadapi Problem
Siswa yang Mengganggu di Kelas
NO. Saran khusus Guru Pamong pada praktikan Jumlah %
dalam menghadapi problem siswa yang Responden
mengganggu di kelas
a Selalu memberikan saran dan pengarahan 9 13.64%
serta cara mengatasinya
b Sering memberikan saran dan pengarahan 18 27.27%
serta cara mengatasinya
c Kadang-kadang memberikan saran dan 36 54.55%
pengarahan serta cara mengatasinya
d Jarang memberikan saran dan pengarahan 3 4.55%
serta cara mengatasinya
Jumlah 66 100,00%

Pertanyaan butir 20 mengungkap, berapa kali konsultasi dengan guru pamong

yang praktikan laksanakan? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 36.36%

menyatakan setiap kali penampilan, 50.00% menyatakan setiap dua kali penampilan,

12.12% menyatakan berkonsultasi dengan guru pamong setiap tiga kali penampilan,

dan 1.52% menyatakan setiap empat kali penampilan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat seperti pada tabel 4.26.

Tabel 4.26. Konsultasi dengan Guru Pamong yang Praktikan Laksanakan


NO. Konsultasi dengan Guru Pamong yang Jumlah %
praktikan laksanakan Responden
a Setiap kali penampilan 24 36.36%
b Setiap 2 kalli penampilan 33 50.00%
c Setiap 3 kali penampilan 8 12.12%
d Setiap 4 kali penampilan 1 1.52%
Jumlah 66 100.00%
64

Pertanyaan butir 21 mengungkap berapa jumlah partisipasi mengajar yang

ditunggu guru pamong? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 16.67%

menyatakan 8 kali atau lebih, 6.06% menyatakan 6-7 kali penampilan, 45.45%

praktikan menyatakan 4-5 kali penampilan, dan 31.82% menyatakan 3 kali

penampilan atau kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.27.

Tabel 4.27. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Guru Pamong


NO. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Jumlah %
Ditunggu Guru Pamong Responden
a 8 kali atau lebih 11 16.67%
b 6-7 kali penampilan 4 6.06%
c 4-5 kali penampilan 30 45.45%
d 3 kali penampilan atau kurang 21 31.82%
Jumlah 66 100.00%

4.1.4.2 Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing

Data bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dijaring dengan

menggunakan 4 butir pertanyaan, yaitu pertanyaan butir 22 sampai butir 25 dan

perolehan hasil seperti pada tabel 4.28.

Tabel 4.28. Deskriptif Faktor Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing


No. Indikator Keterangan
Butir Skor %
Soal
22 Bimbingan yang diadakan dosen pembimbing 125 11.84 %
setelah praktikan berpartisipasi mengajar
23 Saran khusus yang diberikan dosen 126 11.93 %
pembimbing kepada praktikan dalam
menghadapi problem siswa
24 Jumlah konsultasi praktikan dengan dosen 145 13.73 %
pembimbing
25 Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu 108 10.23 %
dosen pembimbing
504 47.73 %
Kriteria Menjadi kendala
65

Hasil perhitungan data bimbingan dan bantuan dosen pembimbing diperoleh

skor 504. skor tersebut mencapai 47.73% dari skor maksimal 1056. berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan setelah dikonsultasikan termasuk kategori menjadi

kendala. Dengan demimkian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan dalam

melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 tidak

mendapat kendala dalam hal bimbingan dan bantuan dosen pembimbing.

Hal ini tertuang dalam pertanyaan butir 22 mengungkap, apakah setelah

praktikan melaksanakan partisipasi mengajar dosen pembimbing selalu mengadakan

bimbingan? Jawaban dari praktikan ( responden) adalah 6.06% menyatakan dosen

pembimbing selalu memberikan saran perbaikan dan pengarahan, 12.12%

menyatakan dosen pembimbing sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan,

46.97% menyatakan dosen pembimbing kadang-kadang memberikan perbaikan dan

pengarahan, dan 34.85% menyatakan dosen pembimbing jarang memberikan saran

perbaikan dan pengarahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel 4.29.

Tabel 4.29. Bimbingan yang Dilakukan Dosen Pembimbing Setelah Praktikan


Berpartisipasi Mengajar
NO. Bimbingan yang dilakukan Dosen Pembimbing Jumlah %
setelah praktikan berpartisipasi mengajar Responden
a Selalu memberikan saran perbaikan dan 4 6.06%
pengarahan
b Sering memberikan saran perbaikan dan 8 12.12%
pengarahan
c Kadang-kadang memberikan perbaikan dan 31 46.97%
pengarahan
d Jarang memberikan saran perbaikan dan 23 34.85%
pengarahan
Jumlah 66 100.00%
Pertanyaan butir 23 mengungkap, apakah dosen pembimbing memberikan

saran khusus yang membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan proses


66

belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya dalam

menghadapi problem siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas atau

mengganggu siswa lain? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 9.09%

menyatakan selalu memberikan saran pengarahan dan cara mengatasinya, 9.09%

menyatakan dosen pembimbing sering memberikan saran dan pengarahan serta cara

mengatasinya, 45.46% menyatakan Kadang-kadang memberikan saran pengarahan

dan cara mengatasinya, dan 36.36% menyatakan jarang memberikan saran

pengarahan dan cara mengatasinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada

tabel 4.30.

Tabel 4.30. Saran Khusus yang Diberikan Dosen Pembimbing kepada Praktikan
dalam Menghadapi Problem Siswa
NO. Saran Khusus yang diberikan Dosen Jumlah %
Pembimbing kepada praktikan dalam Responden
menghadapi problem siswa
a Selalu memberi saran pengarahan dan cara 6 9.09%
mengatasinya
b Sering memberikan saran pengarahan dan 6 9.09%
cara mengatasinya
c Kadang-kadang memberikan saran 30 45.46%
pengarahan dan cara mengatasinya
d Jarang memberikan saran pengarahan dan 24 36.36%
cara mengatasinya
Jumlah 66 100.00%

Pertanyaan butir 24 mengungkap, berapa kali praktikan berkonsultasi dengan

dosen pembimbing? Jawaban dari praktikan (responden) adalah 9.09% menyatakan

empat kali atau lebih, 22.73% menyatakan tiga kali, 46.97% menyatakan sebanyak

dua kali, dan 21.21% menyatakan satu kali atau tidak pernah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat seperti pada tabel 4.31.


67

Tabel 4.31. Jumlah Konsultasi Praktikan dengan Dosen Pembimbing


NO. Jumlah konsultasi praktikan dengan dosen Jumlah %
pembimbing Responden
a Empat kali atau lebih 6 9.09%
b Tiga kali 15 22.73%
c Dua kali 31 46.97%
d Satu kali atau tidak pernah 14 21.21%
Jumlah 66 100.00%

Pertanyaan butir 25 mengungkap tentang jumlah partisipasi mengajar yang

ditunggu dosen pembimbing? Jawaban dari praktikan adalah 4.54% menyatakan

empat kali atau lebih, 6.06% menyatakan tiga kali, 37.88% menyatakan dua kali, dan

51.52% menyatakan satu kali atau tidak pernah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

seperti pada tabel 4.32.

Tabel 4.32. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Ditunggu Dosen Pembimbing


NO. Jumlah Partisipasi Mengajar yang Jumlah %
Ditunggu Dosen Pembimbing Responden
a Empat kali atau lebih 3 4.54%
b Tiga kali 4 6.06%
c Dua kali 25 37.88%
d Satu kali atau tidak pernah 34 51.52%
Jumlah 66 100.00%

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pengelolaan kelas, sikap siswa siswa di dalam kelas, buku-buku

pelajaran, media pengajaran, bimbingan dan bantuan guru pamong termasuk kategori

62.50%-81.25% dalam kriteria cukup mendapat kendala. Sedangkan keadaan ruang

kelas, bantuan dan bimbingan dosen pembimbing termasuk kategori 43.75%-62.50%

dalam kriteria mendapat kendala.


68

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas

mahasiswa praktikan program studi Pendidikan Teknik Bangunan jurusan Teknik

Sipil FT UNNES di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 cukup mendapat kendala

baik dari mahasiswa, sikap siswa di dalam kelas, fasilitas buku-buku pelajaran,

fasilitas media pengajaran maupun bantuan dan bimbingan guru pamong.

Mahasiswa praktikan mendapat kendala dari fasilitas keadaan ruang kelas dan dari

bantuan dan bimbingan dosen pembimbing.

4.2.1 Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

Pelaksanaan pengelolaan kelas memperoleh persentase jawaban sebesar

67.42% dalam kategori cukup menjadi kendala.

Pada waktu melaksanakan proses belajar mengajar dalam menyampaikan

materi pelajaran, praktikan rata-rata menyatakan kadang-kadang lancar, karena

belum terbiasa berbicara di depan kelas sehingga pelaksanaan pengelolaan kelas

cukup terganggu. Kalau sekarang masih ada penilaian dari pihak tertentu yang

mengatakan penguasaan materi pelajaran kurang, mungkin merupakan kasus dan

bukan rata-rata atau kriteria yang mereka gunakan adalah kriteria guru yang sudah

berpengalaman selam lima tahun.

Upaya dalam menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas,

praktikan rata-rata menerapkan tipe kepemimpinan yang bersikap laizerfaire. Tipe

kepemimpinan yang cenderung pada laizerfaire (bebas terbatas), tipe kepemimpinan

ini biasanya tidak produktif, walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada siswa lebih

banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam tipe

kepemimpinan ini, biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada.
69

Tipe ini paling cocok bagi siswa yang aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak

selalu menunggu pengarahan. Tipe kepemimpinan laizerfaire kurang dapat

diwujudkan di lingkungan suatu kelas untuk menciptakan dinamika kelas yang

positif karena setiap personal tidak bergerak kearah tujuan yang sama

Tindakan yang praktikan lakukan bila ada siswa yang mengganggu ketertiban

kelas, rata-rata praktikan dengan cara mendekati siswa. Tindakan ini dilakukan jika

dengan menggunakan isyarat non-verbal siswa masih membuat gaduh. Teknik

mendekati ini biasanya cukup efektif bila seorang siswa mulai bertingkah. Kehadiran

guru dapat membuatnya takut, dan akan menghentikan dari perbuatan mengganggu

ketertiban kelas, tanpa perlu menegur. Namun apabila siswa tetap tidak

menghiraukan, tindakan yang dilakukan praktikan selanjutnya adalah dengan cara

menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan yang dibuat pada saat itu.

Usaha dalam mempertahankan kondisi kelas yang optimal di dalam

melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas)

praktikan rata-rata kadang-kadang berusaha menciptakan suasana humor bila

diperlukan. Rasa humor guru dalam hubungan dengan siswa akan berpengaruh

positif dalam pengelolaan kelas. Sepanjang rasa humor tersebut berstruktur dengan

baik. Rasa humor inipun dapat merupakan saluran dari berbagai tekanan emosional.

Dengan demikian mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan

tahun 2004 cukup mendapat kendala pada faktor pelaksanaan penyelenggaraan kelas.
70

4.2.2 Sikap Siswa di Dalam Kelas

Sikap siswa di dalam kelas memperoleh persentase jawaban sebesar 63,61%

dalam kategori cukup mendapat kendala. Praktikan rata-rata menyatakan sikap siswa

di dalam kelas (dalam proses belajar mengajar) bila diberi kesempatan bertanya,

hanya sedikit siswa yang memberikan respon aktif bertanya atau jarang siswa yang

memberikan respon aktif bertanya.

Selama praktikan melaksanakan praktik mengajar, pada umumnya siswa

cukup memperhatikan dan siswa selalu menulis materi pelajaran yang disampaikan

praktikan.

Selama praktikan melaksanakan proses belajar menagajar, rata-rata praktikan

menyatakan kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas. Ini bisa

dimaklumi, karena mahasiswa praktikan baru pertama kali melaksanakan kegiatan

belajar mengajar yang sesungguhnya. Sehingga belum begitu mampu menghadapi

sikap siswa yang melanggar disiplin kelas. Di dalam kelas guru dituntut

menyelengarakan proses belajar mengajar dengan situasi yang hidup dan produktif.

Guru harus mengusahakan persaingan yang positif dan mencegah konflik yang

merugikan sehingga tecipta suasana kelas yang kondusif.

Dengan demikian faktor sikap siswa di dalam kelas cukup menjadi kendala

bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan Teknik

Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam

melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun 2004.


71

4.2.3 Fasilitas di Sekolah latihan

4.2.3.1 Fasilitas Keadaan Ruang kelas

Fasilitas keadaan ruang kelas memperoleh persentase jawaban sebesar

55.68% dalam kriteria mendapat kendala. Ditinjau dari pencahayaan ruang kelas,

rata-rata praktikan menyatakan cukup menunjang karena ventilasi cukup baik. Tapi

sebagian siswa juga menyatakan bahwa pencahayaan ruang kelas di sekolah latihan

kurang menunjang karena ventilasi kurang baik. Ventilasi harus cukup menjamin

kesehatan siswa, jendela harus cukup besar, sehingga memungkinkan hangat sinar

matahari masuk. Dengan ventilasi yang baik memungkinkan siswa belajar dengan

baik yaitu siswa dapat melihat tulisan dengan jelas, baik tulisan di papan tullis

maupun di buku bacaan, cahaya harus datang dari kanan, tidak menyilaukan.

Praktikan rata-rata menyatakan mampu memusatkan perhatian pada setiap

siswa, karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa. Ada sebagian

praktikan menyatakan, bahwa praktikan kurang mampu memusatkan perhataian pada

setiap siswa karena di depan kelas lantainya tidak tinggi. Hal ini menyebabkan

praktikan mengalami kesulitan dalam mengontrol tingkah laku siswa di dalam kelas.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor keadaan ruang kelas menjadi

kendala bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan tahun

2004.
72

4.2.3.2 Fasilitas Buku-buku Pelajaran

Fasilitas buku-buku pelajaran memperoleh persentase 65.15% dalam kriteria

cukup menjadi kendala. Dikatakan demikian karena buku-buku yang disediakan oleh

sekolah kurang memadai, sehingga proses belajar mengajar berjalan kurang efektif.

Siswa jarang yang memiliki buku pegangan sendiri sehingga siswa hanya mencatat

materi pelajaran yang disampaikan oleh praktikan.

Rata-rata praktikan selain menggunakan buku-buku paket, mereka juga

menggunakan sumber atau literatur lain yang berhubungan dengan materi yang

disampaikan. Hal ini dilakukan karena materi yang ada pada buku paket tidak

sepenuhnya dapat melengkapi materi yang ada.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fasilitas buku-buku pelajaran cukup

menjadi kendala bagi mahasiswa praktikan mahasiswa praktikan Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan

tahun 2004.

4.2.3.3 Fasilitas Media Pengajaran

Fasilitas media pengajaran memperoleh persentase jawaban sebesar 63.92%

dalam kriteria cukup menjadi kendala.

Dikatakan demikian karena media pengajaran yang disediakan oleh sekolah

kurang memadai, sehingga kurang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar

(dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas). Rata-rata praktikan menyatakan bahwa

media pengajaran yang dibutuhkan cukup sulit didapatkan karena di sekolah kurang

memadai.
73

Rata-rata prakttikan juga menyatakan bahawa media atau alat yang

disediakan oleh sekolah jumlahnya kurang menunjang karena hanya sebagian saja

media pengajaran yang sudah tersedia. Di dalam usaha mempertahankan kondisi

kelas yang optimal, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti

pelaksanaan pengelolaan kelas), praktikan rata-rata menyatakan kadang-kadang

menggunakan media lain selain papan tulis sesuai dengan kebutuhan.

Dengan media pengajaran yang praktikan gunakan, praktikan rata-rata

menyatakan bahwa pengajaran menjadi lebih efektif karena memperlancar

komunikasi dengan para siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan

tahun 2004 cukup mendapat kendala dalam hal penyediaan media pengajaran.

4.2.4 Bimbingan di Sekolah Latihan

4.2.4.1 Bimbingan dan Bantuan Guru Pamong

Bimbingan dan bantuan guru pamong memperoleh persentase jawaban

sebesar 65.91% dalam kriteria cukup mendapat kendala.

Praktikan rata-rata diberi kesempatan beberapa kali oleh guru pamong untuk

mengadakan observasi pelasanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan

pengelolaan kelas) yang dilakukan oleh praktikan lain. Hal ini dimaksudkan agar

praktikan dapat belajar dari pengalaman mengajar praktikan lainnya sekaligus

sebagai studi banding dalam praktik mengajar oleh praktikan.


74

Apabila praktikan menghadapi problem siswa yang mengganggu proses

belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas), praktikan rata-rata

menyatakan bahwa guru pamong pernah beberapa kali memberikan bantuan untuk

menyelesaikannya.

Guru pamong juga sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan

setelah praktikan melaksanakan partisipasi mengajar sebagai bentuk bimbingan

apakah ada koreksi dan perbaikan terhadap praktik mengajar yang telah

dilaksanakan.

Sebagian praktikan menyatakan bahwa guru pamong kadang-kadang

memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya apabila dalam

menghadapi problem siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu

siswa lain sehingga dapat membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas).

Sebagian praktikan rata-rata menyatakan mengadakan konsultasi dengan guru

pamong setiap dua kali penampilan, bahkan sebagian juga mengadakan konsultasi

pada setiap kali penampilan mengajar. Dengan semakin banyak intensitas konsultasi

atau bimbingan yang dilakukan oleh praktikan pada guru pamong maka kesulitan

maupun kendala yang dihadapi dapat mudah diatasi.

Sedangkan jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong,

praktikan rata-rata menyatakan 1 sampai 5 kali penampilan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas


75

Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di sekolah-sekolah latihan

tahun 2004 cukup mendapat kendala pada bimbingan dan bantuan guru pamong.

4.2.4.2 Bimbingan dan Bantuan Dosen Pembimbing

Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing memperoleh persentase jawaban

sebesar 47.73% dalam kriteria mendapat kendala. Setelah praktikan melaksanakan

partisipasi mengajar, dosen pembimbing kadang-kadang memberikan saran

perbaikan dan pengarahan.

Sebagian praktikan menyatakan bahwa dosen pembimbing kadang-kadang

memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya apabila dalam

menghadapi problem siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu

siswa lain sehingga dapat membantu kesuksesan praktikan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas).

Sebagian praktikan menyatakan berkonsultasi dengan dosen pembimbing

rata-rata dua kali. Sedangkan jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen

pembimbing adalah satu kali atau bahkan tidak pernah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa praktikan mahasiswa

praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang dalam melaksanakan pengelolaan kelas di

sekolah-sekolah latihan tahun 2004 mendapat kendala pada bimbingan dan bantuan

dosen pembimbing.
76

4.2.5 Faktor Dominan

Berdasarkan hasil penelitian, faktor praktikan dalam melaksanakan

pengelolaan kelas, faktor sikap siswa di dalam kelas, faktor fasilitas buku-buku

pelajaran, faktor fasilitas media pengajaran, dan faktor bimbingan dan bantuan guru

pamong dalam kriteria cukup menjadi kendala. Sedangkan faktor fasilitas keadaan

ruang kelas dan faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria

menjadi kendala.

Faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing memperoleh persentase

skor terkecil dengan kriteria menjadi kendala. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa faktor ini merupakan faktor dominan yang menjadi kendala dalam

melaksanakan pengelolaan kelas oleh mahasiswa praktikan pada sekolah-sekolah

latihan.
77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa kendala-

kendala yang dihadapi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas

di sekolah-sekolah latihan tahun 2004 adalah faktor praktikan dalam melaksanakan

pengelolaan kelas, faktor sikap siswa di dalam kelas, faktor fasilitas buku-buku

pelajaran, faktor fasilitas media pengajaran, dan faktor bimbingan dan bantuan guru

pamong dalam kriteria cukup menjadi kendala. Sedangkan faktor fasilitas keadaan

ruang kelas dan faktor bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dalam kriteria

menjadi kendala. Secara terperinci adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pengelolaan kelas dari mahasiswa dengan tingkat persentase sebesar

67.42%.

b. Sikap siswa di dalam kelas kelas dengan tingkat persentase sebesar 60.48%.

c. Fasilitas keadaan ruang kelas dengan tingkat persentase sebesar 55.68%.

d. Fasilitas buku-buku pelajaran dengan tingkat persentase sebesar 65.15%.

e. Fasilitas media pengajaran dengan tingkat persentase sebesar 63.92%.

f. Bimbingan dan bantuan guru pamong dengan tingkat persentase sebesar 65.91%.

g. Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing dengan tingkat persentase sebesar

47.73%.
78

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut maka saran yang dapat diberikan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa praktikan hendaknya lebih siap dalam penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar baik dari segi materi maupun metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar sehingga tercipta kondisi kelas yang optimal.

b. Dalam rangka meningkatkan sikap positif siswa terhadap mahasiswa praktikan,

hendaknya mahasiswa praktikan berusaha meningkatkan hubungan dan

kerjasama dengan siswa melalui sistem pengajaran yang efektif. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi guru dalam pengelolaan kelas,

menciptakan kondisi emosional dan kondisi fisik yang menguntungkan di dalam

kelas, serta mengoptimalkan fungsi media pengajaran dengan baik.

c. Bagi pihak-pihak sekolah latihan hendaklah mengusahakan menambah atau

menyempurnakan berbagai fasilitas yang dimiliki, baik mengenai fasilitas

keadaan ruang kelas, buku-buku pelajaran, maupun media pengajaran sehingga

dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif.

d. Bagi guru pamong dalam membimbing mahasiswa praktikan hendaknya lebih

intensif dalam proses bimbingan terutama dalam hal pengelolaan kelas.

e. Bagi dosen pembimbing hendaknya dalam proses bimbingan juga lebih intensif

dan peka terhadap permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan

terutama apabila ada masalah yang harus dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing.
79

f. Penelitian ini masih terbatas pada deskriptif kendala-kendala dalam pelaksanaan

pengelolaan kelas, oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi pada

masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa praktikan dalam melaksanakan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).


80

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Ametembun, N.A. 1981. Guru dan Administrasi Sekolah. Bandung: FIP IKIP
Bandung.

---------------------- 1981. Managemen Kelas. Bandung : FIP IKIP Bandung.

Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: ANDI

-----------------. 2002. Metodologi research Jilid 1. Yogyakarta: ANDI

Joni, Raka T. 1980. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pembinaan Pendidikan Guru
(P3G) Depdikbud.

Nawawi, Handari. 1986. Organisasi Kelas dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Nurbahri. 1986. Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar PMP. Jakarta:
Depdikbud Universitas Terbuka.

Poerwodarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Popham, W, James dan Eva L Baker. 1981. Bagaimana Mengajar Secara Sistimatis.
Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Purnomo, Daniel. 1988/1989. Identifikasi Pengembangan Ketrampilan Mengajar


Mahasiswa Program Diploma IKIP Semarang Dalam Kelas Praktik Tahun
Ajaran 1988/1989. Semarang: FIP IKIP Semarang.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.

Soekarno, Thomas. 1996. Manajemen Kelas dan Interaksi Manusiawi dalam Proses
Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.

Soelaiman, Darwis A. 1979. Pengantar Pada Teori dan Praktik Pengajaran.


Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
81

Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.

------------------------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sukewi. 1989. Pengelolaan Kelas. Semarang: IKIP Semarang PRESS.

UPT PPL. 2004. Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang. Semarang: Depdiknas
UNNES UPT PPL

Usman, Moh, Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wijaya, Cece dan Rusyan Tabrani. 1991. Kemapuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.
82
88

Lampiran 3
LEMBAR PENGANTAR
KUESIONER PENELITIAN

Dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul“Kendala-Kendala yang

Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam

Melaksanakan Pengelolaan Kelas pada Sekolah-Sekolah Latihan Tahun 2004.",

maka saya membutuhkan bantuan anda.

Bantuian yang saya maksud adalah kesediaan anda untuk menjawab seperti

terlampir berikut ini.

Oleh karena itu saya mohon agar jawaban anda benar-benar sesuai dengan

keadaan yang sebenar-benarnya, sehingga jawaban anda dapat saya gunakan untuk

analisa data denagan tepat dan obyektif.

Atas bantuan dan kesediaan anda saya ucapkan banyak terima kasih

Hormat saya

Wigiarto
NIM.5114000037
89

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Judul Penelitian: “Kendala-Kendala yang Dihadapi Mahasiswa Praktikan Program


Studi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dalam
Melaksanakan Pengelolaan Kelas pada Sekolah-Sekolah
Latihan Tahun 2004."

IDENTITAS RESPONDEN
NIM :

Petunjuk pengisian:
Ø Pilih salah satu alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara
memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada setiap butir
pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Ø Identitas dan jawaban responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Pertanyaan-pertanyaan :

I. Kuesioner untuk variabel mahasiswa

Ø Pelaksanaan pengelolaan kelas


1. Pada waktu anda melaksanakan proses belajar mengajar apakah anda mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan lancar, sehingga akan memperlancar
jalannya pengelolaan kelas ?
a. ya, lancar karena sudah mempersiapkan diri
b. kadang-kadang lancar, karena belum terbiasa berbicara di depan kelas
c. kurang lancar karena kurang mempersiapkan diri
d. sering tidak lancar, karena sering gugup dan gemetar
90

2. Untuk menumbuhkan suasana emosional yang baik di dalam kelas, tipe


kepemimpinan apa yang anda terapkan ?
a. tipe kepemimpinan guru yang bersikap demokratis
b. tipe kepemimpinan guru yang bersikap berdisiplin
c. tipe kepemimpinan guru yang bersikap laizerfaire*
d. tipe kepemimpinan guru yang bersikap otoriter

3. Selama anda melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan


pengelolaan kelas) tindakan apa yang anda lakukan bila ada siswa yang
mengganggu ketertiban kelas, misalnya ada siswa yang membuat gaduh di
dala m kelas atau mengganggu siswa lain ?
a. dengan menggunakan isyarat non verbal, baik berupa isyarat tangan, bahu,
kepala, alis dsb
b. dengan cara mendekati siswa tersebut
c. dengan cara menegur atau memberi ceramah tentang kesalahan pada waktu
itu
d. dengan menyuruhnya keluar kelas

4. Di dalam usaha mempertahankan kondisi kelas yang optimal dalam


pelaksanaan pengelolaan kelas, apakah anda berusaha menciptakan suasana
humor ?
a. selalu, agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa tidak merasa tegang dalam mengikuti pelajaran
c. kadang-kadang bila diperlukan
d. jarang karena hanya mengganggu saja

*Laizerfaire : bebas terbatas


91

II. Kuesioner untuk variabel siswa

Ø Sikap siswa di dalam kelas


5. Bagaimana sikap siswa di sekolah latihan anda, apakah mendukung
dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas) misalnya bila diberi kesempatan untuk bertanya ?
a. siswa memberikan respon aktif bertanya
b. sebagian siswa menggunakan kesempatan untuk bertanya
c. hanya sedikit siswa yang bertanya
d. siswa diam saja
6. Bagaimana perhatian siswa di sekolah latihan anda, ketika anda melaksanakan
praktik mengajar ?
a. sangat memperhatikan dan selalu aktif bertanya
b. cukup memperhatikan dan siswa selalu menulis materi pelajaran yang saya
sampaikan
c. kurang memperhatikan dan ada beberapa siswa yang mengantuk
d. jarang yang memperhatikan dan mereka berbicara sendiri (membuat
gaduh)

7. Selama anda melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti pengelolaan


kelas), apakah ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau
mengganggu siswa lain ?
a. tidak ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
b. jarang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
c. kadang-kadang ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
d. sering ada siswa yang membuat gaduh di dalam kelas
92

III. Kuesioner untuk variabel faslitas

A. Keadaan ruang kelas


8. Ditinjau dari pencahayaan ruang kelas, apakah menunjang untuk
dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas)?
a. sangat menunjang karena ventilasi baik
b. cukup menunjang karena ventilasi cukup baik
c. kurang menunjang karena ventilasi kurang baik
d. kurang menunjang karena ventilasi tidak baik

9. Ditinjau dari lingkungan fisik ruang kelas, apakah anda mampu memusatkan
perhatian pada setiap individu ?
a. ya, karena tempat duduk guru memakai kursi yang tinggi
b. ya, karena di depan kelas lantainya lebih tinggi (seperti panggung)
c. ya, karena tempat duduk guru sejajar dengan tempat duduk siswa
d. kurang, karena di depan kelas lantainya tidak tinggi

B. Buku-buku pelajaran
10. Apakah buku paket untuk siswa yang disediakan sekolah memadai /
menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) ?
a. ya, memadai karena semua siswa mendapat buku paket
b. ya, cukup memadai karena sebagian besar siswa mendaat buku paket
c. kurang memadai, karena hanya sebagian siswa yang mendapatkan buku
paket
d. tidak memadai, karena sekolah tidak menyediakan buku paket
93

11. Dalam mempertahankan kondisi kelas yang optimal selain menggunakan buku
paket, apakah anda selalu menggunakan sumber atau literatur lain ?
a. selalu, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran
c. kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan
d. tidak pernah karena sudah cukup dengan buku paket saja.

C. Media pengajaran
12. Apakah anda merasa kesulitan untuk mendapatkan media pengajaran yang
anda butuhkan ?
a. tidak, karena sekolah sudah menyediakan
b. tidak, karena biasa membuat sendiri
c. agak sulit karena banyak memakan waktu dan biaya dalam pembuatannya
d. ya, sulit karena sekolah tidak menyediakan.

13. Apakah dengan media atau alat pengajaran yang disediakan oleh sekolah
jumlahnya menunjang untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar,
sehingga akan memperlancar jalannya pengelolaan kelas ?
a. ya, menunjang karena semua media pengajaran sudah tersedia
b. ya, cukup menunjang karena sebagian besar media pengajaran yang sudah
tersedia
c. kurang menunjang karena hanya sebagian saja media pengajaran yang
sudah tersedia
d. tidak menunjang karena sekolah tidak menyediakan media pengajaran
94

14. Di dalam usaha mempertahankan kondisi kelas yang optimal, dalam


pelaksanaan proses belajar mengajar ( dalam arti pelaksanaan pengelolaan
kelas) apakah anda menggunakan media lain selain papan tulis ?
a. selalu, agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran
b. sering, agar siswa lebih memperhatikan dalam mengikukti pelajaran
c. kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan
d. tidak pernah karena sudah cukup dengan buku paket saja

15. Apakah dengan media pengajaran yang anda gunakan, pengajaran anda
(komunikasi anda dengan siswa) menjadi lebih efektif ?
a. ya, karena siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran
b. ya, karena memperlancar komunikasi dengan para siswa
c. ya, karena suasana menjadi hangat dan bersahabat
d. ya, walaupun banyak memakan waktu dan bertele-tele.

IV. Kuesioner untuk variabel pembimbing


A. Bimbingan dan bantuan guru pamong
16. Apakah anda diberi kesempatan oleh guru pamong untuk mengadakan
observasi pelaksanaan proses belajar mengajar (dalam arti pelaksanaan
pengelolaan kelas) yang dilakukan teman anda ?
a. ya, setiap kali teman saya mengajar
b. ya, pernah beberapa kali
c. ya, pernah satu kali
d. tidak pernah

17. Bila anda menghadapi problem siswa yang menggangu proses belajar
mengajar (dalam arti pelaksanaan pengelolaan kelas) apakah guru pamong
anda memberikan bantuan untuk menyelesaikannya ?
a. ya, setiap kali ada siswa yang mengganggu
b. ya, pernah beberapa kali
c. ya, pernah satu kali
d. tidak pernah
95

18. Apakah setelah anda melaksanakan partisipasi mengajar guru pamong


mengadakan bimbingan ?
a. selalu memberikan saran perbaikan dan pengarahan
b. sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan
c. kadang-kadang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
d. jarang memberikan saran perbaikan dan pengarahan

19. Apakah guru pamong anda memberikan saran khusus, yang membantu
kesuksesan anda dalam melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya dalam menghadapi problem siswa
yang membuat gaduh di dalam kelas atau menggangu siswa lain ?
a. selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
b. sering memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
c. kadang-kadang memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
d. jarang memberikan saran dan pengarahan

20. Berapa kalikah konsultasi dengan guru pamong yang anda laksanakan?
a. setiap kali penampilan
b. setiap dua kali penampilan
c. setiap tiga kali penampilan
d. setiap empat kali penampilan

21. Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong?


a. 8 kali penampilan atau lebih
b. 6-7 kali penampilan
c. 4-5 kali penampilan
d. 1-3 kali penampilan
96

B. Bimbingan dan bantuan dosen pembimbing


22. Apakah setelah anda melaksanakan partisipasi mengajar dosen pembimbing
mengadakan bimbingan ?
a. ya, selalu memberi saran perbaikan dan pengarahan
b. ya, sering memberikan saran perbaikan dan pengarahan
c. kadang-kadang memberikan saran perbaikan dan pengarahan
d. jarang memberikan saran perbaikan dan pengarahan

23. Apakah dosen pembimbing anda memberikan saran khusus yang membantu
kesuksesan anda dalam melaksanakan proses belajar mengajar (dalam arti
pelaksanaan pengelolaan kelas) misalnya bila menghadapi problem siswa yang
membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain?
a. selalu memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
b. sering memberikan saran dan pengarahan serta cara mengatasinya
c. kadang-kadang memberikan saran dan pengarahan serta cara
mengatasinya
d. jarang memberikan saaran dan perbaikan

24. Berapa kali anda berkonsultasi dengan dosen pembimbing ?


a. empat kali atau lebih
b. tiga kali
c. dua kali
d. satu kali atau tidak pernah

25. Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen pembimbing adalah ?


a. empat kali atau lebih
b. tiga kali
c. dua kali
d. satu kali atau tidak pernah
120
Lampiran 11. Harga Interpretasi Nilai
r

Harga Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpelasi


Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak berkorelasi)
(Arikunto 1998:260)
Lampiran 12

Harga Kritik dari r Product Moment


N Interval Kepercayaan N Interval Kepercayaan N Interval Kepercayaan

(1) 95% 99% (1) 95% 99% (1) 95% 99%


(2) (3) (2) (3) (2) (3)

3 0,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345


4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317
6 0,811 0,917 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306
7 0,754 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296
8 0,707 0,874 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286
9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270
11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263
12 0,576 0,708 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256
13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230
14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210
15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194
16 0,497 0,623 39 0,316 0,408 200 0,138 0,181
17 0,482 0,606 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148
18 0,468 0,590 41 0,308 0,396 400 0,098 0,128
19 0,456 0,575 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115
20 0,444 0,561 43 0,301 0,389 600 0,080 0,105
21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097
22 0,423 0,537 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091
23 0,413 0,526 46 0,291 0,276 900 0,065 0,086
24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081
25 0,396 0,505 48 0,284 0,368
49 0,281 0,364
50 0,297 0,361
Sumber: (Suharsimi, 1997: 366)
98

Lampiran 6

Perhitungan Validitas Angket

1. Perhitungan Validitas Faktor 1

No. X Y X2 Y2 XY
1 14 88 196 7744 1232
2 15 88 225 7744 1320
3 15 83 225 6889 1245
4 12 80 144 6400 960
5 15 79 225 6241 1185
6 12 71 144 5041 852
7 11 69 121 4761 759
8 8 62 64 3844 496
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
118 720 1472 53664 8849

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 1 diketahui:
N = 10
X = 118
Y = 720
2
X = 1472
Y2 = 53664
XY = 8849
10 × 8849 − (118)(720)
rXY = = 0.926
{10 ×1472 − (118) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.926 sedang rtabel =0.632 dengan

taraf signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 1 valid


99

2. Perhitungan Validitas Faktor 2

No. X Y X2 Y2 XY
1 10 88 100 7744 880
2 11 88 121 7744 968
3 10 83 100 6889 830
4 8 80 64 6400 640
5 9 79 81 6241 711
6 8 71 64 5041 568
7 9 69 81 4761 621
8 9 62 81 3844 558
9 6 50 36 2500 300
10 6 50 36 2500 300
86 720 764 53664 6376

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 2 diketahui:
N = 10
X = 86
Y = 720
X2 = 764
Y2 = 53664
XY = 6376
10 × 6376 − (86 )(720)
rXY = = 0.872
{10 × 764 − (86) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.872sedang rtabel =0.632 dengan taraf

signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 2 valid


100

3. Perhitungan Validitas Faktor 3

No. X Y X2 Y2 XY
1 8 88 64 7744 704
2 7 88 49 7744 616
3 6 83 36 6889 498
4 8 80 64 6400 640
5 6 79 36 6241 474
6 6 71 36 5041 426
7 5 69 25 4761 345
8 6 62 36 3844 372
9 4 50 16 2500 200
10 4 50 16 2500 200
60 720 378 53664 4475

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 3 diketahui:
N = 10
X = 60
Y = 720
X2 = 7378
Y2 = 53664
XY = 4475
10 × 4475 − (60)(720 )
rXY = = 0.855
{10 × 7378 − (60) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.855 sedang rtabel =0.632 dengan

taraf signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 3 valid


101

4. Perhitungan Validitas Faktor 4

No. X Y X2 Y2 XY
1 6 88 36 7744 528
2 8 88 64 7744 704
3 6 83 36 6889 498
4 6 80 36 6400 480
5 7 79 49 6241 553
6 6 71 36 5041 426
7 5 69 25 4761 345
8 4 62 16 3844 248
9 4 50 16 2500 200
10 4 50 16 2500 200
56 720 330 53664 4182

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 4 diketahui:
N = 10
X = 56
Y = 720
X2 = 330
Y2 = 53664
XY = 4182
10 × 4182 − (56 )(720 )
rXY = = 0.867
{10 × 330 − (56) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.867sedang rtabel =0.632 dengan taraf

signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 4 valid


102

5. Perhitungan Validitas Faktor 5

No. X Y X2 Y2 XY
1 13 88 169 7744 1144
2 13 88 169 7744 1144
3 14 83 196 6889 1162
4 14 80 196 6400 1120
5 12 79 144 6241 948
6 11 71 121 5041 781
7 12 69 144 4761 828
8 10 62 100 3844 620
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
115 720 1367 53664 8547

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 5 diketahui:
N = 10
X = 115
Y = 720
X2 = 1367
Y2 = 53664
XY = 8547
10 × 8547 − (115)(720 )
rXY = = 0.937
{10 × 1367 − (115) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.937 sedang rtabel =0.632 dengan taraf

signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 5 valid


103

6. Perhitungan Validitas Faktor 6

No. X Y X2 Y2 XY
1 24 88 576 7744 2112
2 22 88 484 7744 1936
3 19 83 361 6889 1577
4 21 80 441 6400 1680
5 19 79 361 6241 1501
6 18 71 324 5041 1278
7 17 69 289 4761 1173
8 15 62 225 3844 930
9 12 50 144 2500 600
10 12 50 144 2500 600
179 720 3349 53664 13387

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 6 diketahui:
N = 10
X = 179
Y = 720
X2 = 3349
Y2 = 53664
XY = 13387
10 × 13387 − (179)(720 )
rXY = = 0.971
{10 × 3349 − (179) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.971 sedang rtabel =0.632 dengan

taraf signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 6 valid


104

7. Perhitungan Validitas Faktor 7

No. X Y X2 Y2 XY
1 13 88 169 7744 1144
2 12 88 144 7744 1056
3 13 83 169 6889 1079
4 11 80 121 6400 880
5 11 79 121 6241 869
6 10 71 100 5041 710
7 10 69 100 4761 690
8 10 62 100 3844 620
9 8 50 64 2500 400
10 8 50 64 2500 400
106 720 1152 53664 7848

Rumus yang digunakan:


N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rXY =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Dari tabel perhitungan Validitas faktor 7 diketahui:
N = 10
X = 106
Y = 720
X2 = 1152
Y2 = 53664
XY = 7848
10 × 7848 − (106 )(720 )
rXY = = 0.949
{10 × 1152 − (106) }{10 × 53664 − (720) }
2 2

Dari hasil perhitungan diperoleh rXY = 0.949sedang rtabel =0.632 dengan taraf

signifikansi 5%. Jadi rXY > rtabel

Berarti faktor 7 valid


105
Lampiran 7

Perhitungan Reliabilitas Angket

Rumus

 k  ∑ σ f 
2

r11 =   1 − 
 k − 1 σ t2 

Kriteria
Apabila r11 > rtabel , maka angket tersebut reliabel.

Perhitungan
1. Varians total

∑Y 2

(∑Y )
2

σ t2 = N
N

53664 −
(720 )
2

σ t2 = 10 = 182,400
10
2. Varians faktor

∑X2 −
(∑ X )2
σ 2f = N
N

1472 −
(118)2
σ 2f 1 = 10 = 7,960
10

764 −
(84 )
2

σ 2f 2 = 10 = 2,440
10

378 −
(60)
2

σ 2f 3 = 10 = 1,800
10

330 −
(56 )2
σ 2f 4 = 10 = 1,640
10
106

1367 −
(115)2
σ 2f 5 = 10 = 4,450
10

3349 −
(179 )
2

σ 2f 6 = 10 = 14,490
10

1152 −
(106)
2

σ 2f 7 = 10 = 2,840
10
∑ σ 2f = σ 2f 1 + σ 2f 2 + σ 2f 3 + σ 2f 4. + σ 2f 5 + σ 2f 6 + σ 2f 7

∑ σ 2f = 7,960 + 2,440 + 1,800 + 4,450 + 14,490 + 2,840 = 35,620

3. Koefisien reliabilitas
 7  35,620 
r11 =  1 −  = 0,939
 7 − 1 182,400 
Pada = 5% dengan N = 10 diperoleh rtabel = 0,632
Karena r11 > rtabel , maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
Lampiran 2
Kisi-kisi Angket

Variabel Penelitian Indikator Nomor


pertanyaan

1. Variabel Mahasiswa
Ø Pelaksanaan v Kelancaran praktikan dalam menyampaikan materi pelajaran 1
pengelolaan kelas v Tipe kepemimpinan yang praktikan terapkan dalam pelaksanaan PBM 2
v Tindakan yang diambil praktikan dalam mengatasi siswa yang mengganggu 3
kelas
v Usaha praktikan dalam menciptakan suasana humor 4

2. Variabel Siswa
Ø Sikap siswa di dalam v Sikap siswa di sekolah latihan apabila diberi kesempatan untuk bertanya 5
kelas v Perhatian siswa di sekolah latihan terhadap praktikan dalam melaksankan
KBM 6
v Siswa yang membuat gaduh di dalam kelas atau mengganggu siswa lain 7

3. Variabel fasilitas
a. Keadaan ruang kelas v Pencahayaan ruang kelas dalam menunjang pelaksanaan PBM 8
v Kemampuan praktikan dalam memperhatikan setiap individu (siswa) dalam 9
KBM

b. Buku-buku pelajaran v Buku paket yang disediakan sekolah untuk siswa 10


v Penggunaan sumber atau literatur lain selain buku paket dalam PBM 11

c. Media pengajaran v Kesulitan praktikan dalam mendapatkan media pengajaran 12


Variabel Penelitian Indikator Nomor
pertanyaan
v Penyediaan media pengajaran oleh sekolah dalam menunjang pelaksanaan 13
PBM
v Penggunaan media lain selain papan tulis 14
v Manfaat media pengajaran dalam memperlancar komunikasi antara praktikan 15
dengan siswa dalam pelaksanaan PBM

4. Variabel pembimbing v Kesempatan observasi pelaksanaan KBM yang diberikan guru pamong pada 16
a. Bimbingan dan praktikan
bantuan guru pamong

v Bantuan guru pamong kepada praktikan dalam menghadapi siswa yang 17


mengganggu PBM
v Bimbingan yang dilaksanakan guru pamong pada praktikan 18
v Saran khusus guru pamong pada praktikan dalam menghadapi problem siswa 19
yang mengganggu di kelas
v Konsultasi dengan guru pamong yang praktikan laksanakan 20
v Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu guru pamong 21

b. Bimbingan dan v Bimbingan yang diadakan dosen pembimbing setelah praktikan berpartisipasi 22
bantuan dosen mengajar
pembimbing v Saran khusus yang diberikan dosen pembimbing kepada praktikan dalam 23
menghadapi problem siswa
v Jumlah konsultasi praktikan dengan dosen pembimbing 24
v Jumlah partisipasi mengajar yang ditunggu dosen pembimbing 25
85

Lampiran 1

DAFTAR PENEMPATAN MAHASISWA PPL TAHUN 2004


PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL

No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan


1 OKTA PRASETYA 5114000030 SMK NEGERI 3 SEMARANG
2 JUNAIDY ABDILLAH 5114000021 SMK NEGERI 3 SEMARANG
3 NURUL H 5114000032 SMK NEGERI 3 SEMARANG
4 WAHYUNI 5114000045 SMK NEGERI 3 SEMARANG
5 EDI SUGIHARTO 5114000042 SMK NEGERI 3 SEMARANG
6 PUJI HANDOKO 5114000011 SMK NEGERI 3 SEMARANG
7 ANDI W 5114000040 SMK NEGERI 3 SEMARANG
8 ARI SUTRIYONO 5114000052 SMK NEGERI 3 SEMARANG
9 NOVITA K S 5119000001 SMK NEGERI 4 SEMARANG
10 WIGIARTO 5114000037 SMK NEGERI 4 SEMARANG
11 ENY MIRAWATI 5114000026 SMK NEGERI 4 SEMARANG
12 M. TASDIK 5114000010 SMK NEGERI 4 SEMARANG
13 ISMONO HADI P 5114000023 SMK NEGERI 4 SEMARANG
14 SUGIARSO 5114000012 SMK NEGERI 4 SEMARANG
15 FAIX NAZARUDIN 5114000013 SMK NEGERI 5 SEMARANG
16 ARIES GUNANTO 5114000001 SMK NEGERI 5 SEMARANG
17 HARRY PURWOKO 5114000020 SMK NEGERI 5 SEMARANG
18 AHMAD MALIK 5114000050 SMK NEGERI 5 SEMARANG
19 ROBY RAFIA ALAM 5114000033 SMK NEGERI 5 SEMARANG
20 SONY WIDYATMOKO 5114000006 SMK NEGERI 5 SEMARANG
21 MUSTARIYADI 5114000049 SMK NEGERI 5 SEMARANG
22 ARI SUDARMADJI 5114000041 SMK NEGERI 5 SEMARANG
23 ALEX ARIANTO 5114000039 SMK NEGERI 7 SEMARANG
24 HASAN UDIN 5114000029 SMK NEGERI 7 SEMARANG
25 AGUS DWI B 5114000017 SMK NEGERI 7 SEMARANG
86

No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan


26 SUPARNO 5114000043 SMK NEGERI 7 SEMARANG
27 GATOT HARSONO 5114000014 SMK NEGERI 7 SEMARANG
28 YUTI 5114000031 SMK NEGERI 7 SEMARANG
29 LUKMAN W 5114990023 SMK NEGERI 7 SEMARANG
30 URIP WIDODO 5114000008 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
31 PRIMA EMIRIANTI 5114000028 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
32 AGUNG HANDOKO 5114981978 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
33 SYAIFUL HUDA 5114000025 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
34 FREDI IRMAWAN 5114000003 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
35 DWI PUJI R 5114000002 SMK 1 NEGERI MAGELANG
36 SASI AGUSTUS S 5114000004 SMK 1 NEGERI MAGELANG
37 ADE IMAM T 5114000036 SMK 1 NEGERI MAGELANG
38 ARIF FITRIANTO 5114000024 SMK 1 NEGERI MAGELANG
39 M. NUR IKHSAN S 5114000005 SMK 1 NEGERI MAGELANG
40 PURWO D 5114000044 SMK 1 NEGERI MAGELANG

41 ANDOYO 5101401020 SMK NEGERI 3 SEMARANG


42 EKO YUNIANTO 5101401033 SMK NEGERI 3 SEMARANG
43 MUH IBNU BUDI S 5101401032 SMK NEGERI 3 SEMARANG
44 EKAMAI YANAWATI 5101401005 SMK NEGERI 3 SEMARANG
45 ARTHA CAROLINA 5101401022 SMK NEGERI 3 SEMARANG
46 ARI NUGRAHENI AM 5101401035 SMK NEGERI 3 SEMARANG
47 EKO WARDOYO 5101401022 SMK NEGERI 4 SEMARANG
48 ENDANG S 5101401005 SMK NEGERI 4 SEMARANG
49 MUH FERI A 5101401026 SMK NEGERI 4 SEMARANG
50 HERLAMBANG JA 5101401008 SMK NEGERI 4 SEMARANG
51 OWI W 5101401031 SMK NEGERI 4 SEMARANG
52 FAJAR EKO W 5101401004 SMK NEGERI 4 SEMARANG
53 AZHAR FARIDH 5101401012 SMK NEGERI 5 SEMARANG
87

No. Nama Mahasiswa NIM Sekolah Latihan


54 ADHI KURNIAWAN 5101401002 SMK NEGERI 5 SEMARANG
55 ANDRIAN S 5101401018 SMK NEGERI 5 SEMARANG
56 KASNO 5101401014 SMK NEGERI 5 SEMARANG
57 IDA NURMAWATI 5101401027 SMK NEGERI 5 SEMARANG
58 MUHAMMAD S 5101401019 SMK NEGERI 5 SEMARANG
59 ALI WARDONO 5101401017 SMK NEGERI 7 SEMARANG
60 ZAENAL ABIDIN 5101401015 SMK NEGERI 7 SEMARANG
61 RIMANG JATMIKO A 5101401042 SMK NEGERI 7 SEMARANG
62 SUPRIYADI 5101401024 SMK NEGERI 7 SEMARANG
63 HASTONO ELISSA 5101401030 SMK NEGERI 7 SEMARANG
64 BAYU W 5114000034 SMK NEGERI 7 SEMARANG
65 EDI PURMANTO 5101401025 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
66 DWI IRYANI 5101401023 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
67 TOHARI 5101401003 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
68 DIANA W 5101401039 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
69 OVAN YUDHA S 5101401011 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
70 HERY JUNIANTO 5101401010 SMK 1 ADIWERNA TEGAL
71 AHMAD HARUN 5101401036 SMK 1 NEGERI MAGELANG
72 AMIN S 5101401007 SMK 1 NEGERI MAGELANG
73 AGUS P 5101401029 SMK 1 NEGERI MAGELANG
74 MAHMUDATUS S 5101401041 SMK 1 NEGERI MAGELANG
75 NURYATNO 5101401038 SMK 1 NEGERI MAGELANG
76 SRIYATMI 5101401007 SMK 1 NEGERI MAGELANG

You might also like