You are on page 1of 11

PT ANEKA TAMBANG Tbk.

A. Maksud dan Tujuan


 Maksud
Mengapa dilakukan eksplorasi? Alasan kebutuhan manusia, teknologi,
pasar. Secara ringkas yang dimaksud dengan eksplorasi di sini adalah
suatu rentetan kegiatan (dalam hal ini penyelidikan yang melibatkan
berbagai macam metode seperti geologi, geofisika, geokimia atau yang
lain) untuk mengetahui jenis dan keterdapatan suatu endapan bahan galian
atau tambang sampai menghitung besaran bahan galian itu sendiri.
Kegiatan ini biasanya menggunakan metode atau cara tertentu.

 Tujuan
Tujuan eksplorasi secara bertahap adalah mencari kemungkinan adanya
bahan tambang, (jenis, lokasi atau keberadaannya), memperkirakan
sebarannya baik secara lateral maupun vertikal, mengetahui bentuk tubuh
bahan galian dan sebaran bahan berharga atau bijihnya, sehingga
diketahui dimensi atau ukurannya, dan akhirnya mengestimasikan
besarnya sumber daya bahan galiannya. Sedangkan tujuan akhir dari
eksplorasi adalah mengestimasikan besarnya cadangan sehingga dapat
ditentukan nilai ekonomi suatu endapan bahan galian.
Untuk itu diperlukan kegiatan yang bersistem, bertahap dan menggunakan
cara atau metode tertentu.

B. Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). PT. Aneka Tambang sendiri mempunyai 6 (enam) Unit Bisnis
atau produksi yang salah satunya adalah Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor. Tambang Emas Pongkor terletak di Sorongan, Desa Bantarkaret,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Dapat dicapai
dari kota Bogor melalui jalan darat beraspal sekitar ± 54 Kilometer kearah Barat
Daya, dengan luas areal penambangan ± 6.047 Ha.
Sedangkan untuk mencapai lokasi penambangan yang dapat dengan
menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalan tambang
sepanjang ± 54 Km yang mempunyai lebar rata-rata 7,00 – 15,00 meter, dimana
waktu yang dapat tempuh perjalanan sekitar ± 5 – 6 jam. Untuk menuju ke
lokasi tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan rute Bandung – Cianjur –
Puncak – Bogor – Leuwiliang – Pongkor ± 160 Km.

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah

C. Geologi Daerah Pongkor


Menurut Bemmelen (1949), Jawa Barat dibagi menjadi lima zona fisiografi
yaitu : Dataran Rendah Pantai Jakarta, Zona Bandung, Zona Bogor,
Pegunungan Bayah dan Pegunungan Selatan.
Dari sudut pandang tektonik Lempeng, pada zaman Tersier Jawa Barat
Utara merupakan suatu cekungan belakang busur (foreland basin) dan
busur magmatic di bagian selatannya (Katili, 1974; Asikin, 1974 dan Hamilton,
1979). Busur magmatik telah mengalami migrasi ke arah Selatan sejak zaman
kapur atas, miosen sampai kuarter (Asikin,1974).
Sejarah geologi regional daerah penelitian ini dapat ditelusuri dari Miosen
Akhir hinggga Holosen. Sampai Miosen Akhir di daerah bagian Utara terjadi
penurunan sehinggga membentuk cekungan laut dangkal hingga darat.
Kedalaman cekungan itu terendapkan Formasi Bojongmanik dan batuan
epiklastika Tuf Cisangka, sedangkan dibagian selatan terjadi orogenesis yang
menyebabkan perlipatan lemah terhadap Formasi Badui, Formasi Sereweh dan
unit batuan yang lebih tua.
Pada pasca Miosen Akhir atau selama Pliosen Awal dan Pliosen Tengah
terjadi pengangkatan, sehingga Kubah Bayah menjadi daratan dan di bagian
utara dan tengah terbentuk Formasi Genteng, Formasi Cimanceuri dan batuan
epiklastika dari Tuf Malingping dan Tuf Citorek.
Selama Pliosen Akhir sampai Pliosen Tengah terjadi orogenesis yang
menyebabkan terjadi perlipatan dengan arah Timur-Barat dan Timur Laut- Barat
Daya, sesar turun, sesar geser diagonal dengan arah Utara-Selatan, Timur Laut-
Barat Daya dan Barat Laut-Tenggara. Sedangkan di bagian Selatan terjadi
pengkubahan lanjutan terhadap Kubah Bayah yang diikuti oleh sesar diagonal
dengan arah Timur-Barat atau Utara-Selatan.
Selama kala Plistosen, di bagian Utara dan setempat di daerah bagian
tengah atau selatan, secara bergantian terjadi penurunan dan pengangkatan
yang diikuti oleh pengendapan Formasi Bojongmanik dan kegiatan Gunung api
yang menghasilkan endapan batuan Gunung api Endut, batuan Gunung api
Kuarter, Breksi Tapos dan ekstrusi Lava Halimun dan batuan basalt. Akhirnya
selama Holosen hingga Recent terendapkan pantai dan aluvium yang menindih
dengan tidak selaras di semua batuan lebih tua.
Geologi daerah Pongkor merupakan jalur batuan gunung api memanjang
dari Barat ke Timur yang lebarnya berkisar 30-40 km dan merupakan jalur
gunung api yang masih aktif. Daerah penyebaran gunung api merupakan suatu
rangkaian pegunungan yang relatif berelief dengan ketingggian 500 – 2200 m
diatas permukaan laut dan umumnya masih tertutup hutan primer. Aktivitas
magmatisma daerah Pongkor dicerminkan oleh terdapatnya proses erupsi basalt
– andesit yang tersingkap di Gunung Pongkor. Andesit basaltik merupakan
erupsi tertua yang terdapat di daerah Pongkor, sedangkan yang termuda adalah
batuan Andesit Gunung Singa berumur 1,2611 ± 0,95 juta tahun. kemungkinan
masih ada juga tetangga-tetangga lokasi Pongkor yang mempunyai potensi
mineralisasi yang masih tersembunyi di bawah fenomena topografi yang
berkaitan dengan evolusi pertumbuhan gunung api yaitu pada level-level elevasi
yang pada saat ini tidak tersingkap di permukaan.
Satuan batuan tufa breksi menyebar dibagian selatan terutama di
sepanjang Sungai Cikaniki. Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa
yang mengandung emas. Satuan batuan tufa breksi terutama disusun oleh tufa,
tufa lapili, tufa breksi, aglomerat dan sisipan lempung.
Sisipan batu tufaan lebih banyak ditemukan jika semakin ke Barat Laut.
Tufa breksi disusun oleh komponen-komponen andesit, batu lempung lanauan,
batuan tersilisifikasi dan tufa yang berbentuk menyudut sampai membundar
tanggung berukuran 2-3 cm. Komponen-komponen terdapat dalam matriks yang
disusun oleh mineral batuan berukuran halus.
Skala 1 : 33000

Sumber : Satuan Kerja Eksplorasi dan Pengukuran

Gambar 2.2
Peta Geologi Daerah Gunung Pongkor dan Sekitarnya
Berdasarkan data geologi yang dimiliki oleh UBPE Pongkor, beberapa
sesar yang terdapat pada lokasi ini antara lain adalah :
1. Sesar Cikaniki 2. Sesar Cisarua.
3. Sesar Cihalang 4. Sesar Cidurian.
5. Sesar Curubitung 6. Sesar Ciguha.
7. Sesar Pr Pogor. 8. Sesar Ciurug.
9. Sesar Gunung Singa 10. Sesar Telukwaru.
Pada lokasi tambang Gudang Handak, struktur geologi sebelum
mineralisasi secara umum berarah ke Utara, hal ini didasarkan arah urat kuarsa
yang telah diinterpretasikan dari singkapan di permukaan dan hasil pemboran.
Struktur geologi di daerah Gudang Handak ini mengalami perulangan, hal ini
didasarkan ciri fisik urat kuarsa (bisa dilihat pada sub bab alterasi dan
mineralisasi). Struktur setelah mineralisasi yaitu berupa zona kekar dan
hancuran.

D. Genesa Keterbentukan Endapan Emas di PT. ANTAM Tbk


Endapan emas yang terdapat di PT. ANTAM Tbk berasal dari batuan
beku yaitu Andesit. Dimana emas ini keterdapatannya akibat adanya proses
larutan hidrotermal yang menerobos kedalam rekahan-rekahan batuan beku
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk komposisi mineral dan
menghasilkan mineral emas.

E. Sejarah Perusahaan PT. Antam Pongkor


Secara kronologis, berdirinya UBPE Pongkor dimulai pada tahun 1974,
dengan dilakukannya tahap awal yaitu Eksplorasi logam dasar (Pb dan Zn) pada
bagian Utara Gunung Pongkor, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, oleh Geologist Aneka Tambang. Kegiatan Eksplorasi ini
berlangsung selama 7 tahun (1974 – 1981).
Pada tahun 1981, dilakukan survey pendahuluan di daerah Pongkor, dan
ditemukan endapan urat kuarsa berkadar 4 - GPT Emas dan 126 - GPT Perak.
Pada tahun 1983 – 1988 kegiatan eksplorasi ditangguhkan, karena pada saat
yang bersamaan PT. ANTAM Tbk membutuhkan konsentrasi pada Unit
Pertambangan Emas Cikotok. Kegiatan eksplorasi kembali dilanjutkan pada
tahun 1988, kali ini dilakukan secara sistematik dan lengkap, demi memperoleh
data dan informasi yang lebih akurat dan terperinci.
Bersamaan dengan itu, tepatnya pada tahun 1990 – 1991, study
kelayakan dilakukan, dan dari hasil study ini, kemudian terbit Kuasa
Pertambangan Eksploitasi (KP DU 893/JABAR) seluas 4058 Ha, dengan
perincian sebagai berikut :
Tabel 2.1 Luas KP DU 893/JABAR
LUAS
NO AREA
(Ha)
1 Kawasan Taman nasional 150
2 Hutan Lindung 275
3 Hutan Produksi 2025
4 Tanah Milik 1635
Sumber : Kuasa Pertambangan Eksploitasi UBPE Pongkor 1991

Setelah kedua proyek tersebut selesai, pada tahun 1994, dilakukan


commisioning pabrik pengolahan emas, kemudian pertambangan emas di
Gunung Pongkor mulai beroperasi dengan nama “ Unit Pertambangan Emas
Pongkor ”.
Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 2000, Unit Pertambangan Emas
Pongkor mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksploitasi nomor KW 98 PP 0138,
seluas 6047 Ha, kurang lebih 2000 Ha lebih luas dari kuasa penambangan
sebelumnya (1991).
Sejalan dengan restrukturisasi yang dilakukan PT. ANTAM Tbk pada
tahun 2000, Unit Pertambangan Emas Pongkor berubah menjadi Unit Bisnis
Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor secara strategis lebih mandiri, sejalan
dengan semangat PT. ANTAM Tbk untuk melaksanakan desentralisasi.

F. METODA-METODA LANGSUNG
1. Sumur Uji
 Pengertian
Sumur uji merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan
pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan
endapan -endapan berlapis.
 Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan
lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal,
serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang
dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
 Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas
zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-
masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan
sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya,
sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman
bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 meter atau
sampai menembus batuan dasar.

 Peralatan
Alat gali seperti cangkul, sekop, blencong, dan lain sebagainya serta
meteran.

 Prosedur Pengambilan Data


• Buatlah rebahan keempat dindingnya.
• Berilah tanda posisi dinding (U – Utara, B – Barat, S – Selatan, T –Timur).
• Cantumkan nomor sumur uji.
• Pemerian setiap dinding :
 Jenis batuan atau bahan galian.
 Ketebalan batuan dan/atau bahan galian.
 Bentuk tubuh bijih dan/atau sebarannya.
 Posisi (jurus dan kemiringan).
 Hasil Data
Data dan informasi sumur uji (dalam bentuk gambar) dikorelasikan satu
sama lain sehingga tergambar bentuk endapan bahan galian.

2. Parit Uji
 Pengertian
Parit uji merupakan bentuk galian atau lubang eksplorasi yang memanjang
dengan kedalaman yang tidak begitu besar.
o Parit uji digunakan untuk penyelidikan bahan galian yang tidak begitu
dalam, untuk menyingkap tanah penutup, untuk pengambilan percontoh
dan lain sebagainya.
o Parit uji digunakan untuk menyingkap bahan galian yang berpola
memanjang (merupakan sistem atau kumpulan urat).
o Parit uji berbentuk memanjang dengan lebar sekitar 1 – 1,5 m dan
kedalaman sampai 5 m.
o Dokumentasi dilakukan terhadap salah satu atau kedua dinding
paritan dan dasarnya dengan cara membuat rebahan dinding paritan.
o Pemerian dinding paritan dilakukan sebagaimana pemerian terhadap
batuan dan bahan galian.
o Pemercontoh dilakukan dengan cara alur di dinding atau dasar
paritan.

 Peralatan
Alat gali seperti cangkul, sekop, blencong, dan lain sebagainya serta
meteran.

 Prosedur Pengambilan Data


• Buatlah rebahan kedua dinding memanjangnya.
• Berilah tanda posisi dinding (U – Utara, B – Barat, S – Selatan, T –
Timur).
• Cantumkan nomor parit uji.
• Pemerian masing-masing dinding :
 Jenis batuan atau bahan galian.
 Ketebalan batuan dan/atau bahan galian.
 Bentuk tubuh bijih dan/atau sebarannya.
 Posisi (jurus dan kemiringan).

 Hasil Data
Data dan informasi parit uji (dalam bentuk gambar) dikorelasikan satu sama
lain sehingga tergambar bentuk endapan bahan galian.
DAFTAR PUSTAKA

Muchsin, A Machali, Diktat Eksplorasi, Universitas Islam Bandung, 2006

You might also like