Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Eka Putra
3212081025
JURUSAN KIMIA
2010
ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT DENGAN BERBAGAI METODE
1. Uji Molisch
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi
heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi
molish.
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini untuk
semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam
etanol 95%. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau
hanya membentuk lapisan.
H2SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan
pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent
Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.
Reaksi yang terjadi adalah :
Prosedur
1. Masukkan 15 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih
2. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurkan dengan baik.
3. Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H 2SO4 pekat melalui dinding
tabung supaya tidak bercampur.
4. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan yang
menandakan reaksi positif karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan tes terhadap larutan glukosa, galaktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, arabinosa,
larutan 1% amilum dan selulosa (kapas) yang disuspensikan dalam air.
Skema Kerja
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi
(yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana
alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula
pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample
makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan
dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna
menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau
coklat (kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga
tidak bersifat pereduksi.
Pengamatan yang dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan mengamati
perubahan warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-macam
tergantung dari konsentrasi karbohidrat ayng dipakai, larutan dapat berwarna hijau, hijau
kebiruan dan kuning.
Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan
terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian positif, sedangkan
pada maltosa dan laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa endapan merah bata
hal ini menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya, tetapi pada
pengujian terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan bahwa
hasil uji negatif mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki gula pereduksi yang
dapat mereduksi reagen benedict.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang
mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula
pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit
diabetes.
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
2+ -
R—C—H + Cu 2OH → R—C—OH + Cu2O
Pereaksi Benedict : Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak
100 gram natrium karbonat anhydrous (Na 2CO3), 173 gram natrium sitrat, dan 17.3 gram
tembaga (II) sulfat pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Prosedur
1. Masukkan 3 tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih
2. Tambahkan 2 mL pereaksi Benedict, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan warna endapannya.
4. Pembentukan warna endapan hijau, kuning, atau merah menunjukan reaksi positif
karbohidrat.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan glukosa, galaktosa, maltosa,
fruktosa, laktosa, sukrosa dan larutan amilum.
Skema Kerja
3. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol kondisi-
kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini, karbohidrat direduksi
pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila didihkan cukup lama
hingga terjadi hidrolisis.
Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri dari tembaga asetat dan asam asetat
glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida merupakan agen pereduksi yang
lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen Barfoed yang ada dalam keadaan
asam, sedangkan monosakarida merupakan agen pereduksi yang kuat dan mampu
membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed dalam keadaan asam karena itu uji Barfoed ini
digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida pereduksi dalam
suatu sampel.
Pada proses pengujian, larutan dipanaskan, pemanasan terhadap sampel membantu asam
asetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang kemudian akan
mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada menjadi indikasi perbedaan
terhada monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi.
Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro oksida
(Cu2O) pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit sedangkan
disakarida pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah bata kupro oksida
(Cu2O) dalam kurun waktu sepuluh sampai dua belas menit.
Pereaksi Barfoed : Larutkan 48 gram kristal tembaga asetat dalam 900 mL air, kemudian
tambahkan 50 mL asam laktat 8,5%. Selanjutnya tambahkan air sampai volume 1000 mL.
Prosedur
1. Masukkan 1 mL larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang masih kering dan
bersih.
2. Tambahkan 1 mL pereaksi Barfoed, kemudian dikocok.
3. Masukan kedalam penangas air selama 3 menit.
4. Dinginkan dalam air mengalir.
5. Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
6. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
7. Lakukan percobaan ini dengan larutan glukosa, galaktosa, laktosa, sukrosa dan maltosa.
Skema Kerja
Prosedur
1. Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang telah diisi
2 mL pereaksi Seliwanoff.
2. Masukan kedalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna yang
terjadi.
3. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
4. Lakukan percobaan ini dengan larutan fruktosa, glukosa, dan sukrosa.
5. Terjadinya perubahan warna merah dan endapan menunjukan reaksi positif untuk
ketosa, bila endapan dilarutkan dalam alcohol terjadi larutan berwarna merah.
Skema Kerja
Dalam tabung reaksi,
Beberapa tetes larutan uji karbohidrat
5. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan heksosa. Aldehida
dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag). Pereaksi tollens,
pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat.
Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi
oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
Pereaksi Tollens mengandung ion diamminperak(I), [Ag(NH 3)2]+. Ion ini dibuat dari larutan
perak (I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium hidroksida ke dalam
larutan perak (I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan perak (I) oksida, dan selanjutnya
tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk melarutkan ulang endapan tersebut.
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal. Endapan perak pada uji ini akan
menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi
Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak.
Prosedur
1. Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang telah diisi
2 mL pereaksi Tollens.
2. Masukan kedalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna yang
terjadi.
3. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
4. Lakukan percobaan ini dengan larutan arabinosa, glukosa dan gummi arabikum.
Skema Kerja
Dalam tabung reaksi,
Beberapa tetes larutan uji karbohidrat
6. Uji Osazon
Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus
aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atau
osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik.
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan,
namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat
pada monomernya sudah tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air
mendidih.
Beberapa larutan uji menunjukkan reaksi positif dengan membentuk kristal berwarna
kuning yang disebut dengan osazon yaitu larutan fruktosa dan galaktosa dan larutan lainnya
tidak membentuk kristal osazon. Setelah diamati di bawah mikroskop, bentuk kristal dari
fruktosa adalah pentagonal sedangkan pada galaktosa segi empat runcing.
Prosedur
1. Masukkan 5 mL larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi.
2. Masukan campuran fenil hidrazon Na-asetat kering.
3. Kocok dan panaskan dalam penangas air selama 30 menit.
4. Dinginkan, kemudian diperiksa endapan yang terbentuk di bawah mikroskop.
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.
6. Lakukan percobaan ini dengan larutan arabinosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa,
dan galaktosa.
Skema Kerja
Dalam tabung reaksi,
5 mL larutan uji karbohidrat
7. Hidrolisa Sukrosa
Sukrosa adalah karbohidrat golongan disakarida yang terdiri dari dua unit monosakarida,
yaitu glukosa dan fruktosa. Dengan asam kuat encer sukrosa dapat dihidrolisa menjadi unit-
unit monosakaridanya. Hidrolisis sukrosa ini untuk membuktikan apakah hasil hidrolisis dari
sukrosa adalah glukosa dan fruktosa yaitu dengan cara setelah sukrosa dihidrolisis, larutan
yang telah dihidrolisis itu dites dengan test benedict untuk membuktikan glukosa dan test
seliwanoff untuk membuktikan ada fruktosa.
Hal ini menyebabkan uji Benedict dan uji Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan
hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa
hidrolisis sukrosa menghasilakn monosakarida.
Prosedur
1. Isi tabung reaksi dengan 5 mL larutan uji sukrosa.
2. Tambahkan 1 mL HCl 10%.
3. Masukan kedalam penangas air selama 15 menit.
4. Dinginkan perlahan-lahan, kemudian netralkan.
5. Tes hidrolisa dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
6. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya
Skema Kerja
+ 1 mL HCl 10%
Dinginkan
Netralkan
Tes hidrolisa
8. Hidrolisa Pati
Pati (starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar
tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (± 20%)
memilki strusktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air.
Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (± 80%) dengan struktur bercabang. Dengan
penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati dalam suasana
asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sedrhana.
Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghaislkan warna biru sampai tidak berwarna.
Pada percobaan ini akan terlihat bahwa pada hidrolisis pati ini glukosa akan terbentuk
sebagai zat akhir. Penambahan HCl pekat lalu pemanasan dimaksudkan agar hidrolisis
terjadi karena hidrolisis pati hanya terjadi dalam pemanasan dengan asam.
Prosedur
1. Masukkan 25 mL larutan pati 1% ke dalam sebuah gelas kimia.
2. Tambahkan 10 tetes HCl pekat, dan panaskan dalam penangas air.
3. Setiap 3 menit ambil satu tetes larutan dan tes dengan iodium.
4. Pada waktu yang sama diambil lagi 3 tetes larutan dan ditambahkan pereaksi Benedict
kemudian dipanaskan dalam penangas air, amati derajat reduksi yang terjadi dan
bandingkan dengan tes iodium.
Skema Kerja
25 ml larutan pati 1%
1 tetes larutan +
Pereaksi Benedict
Prosedur
1. Kedalam 1 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes larutan iodium.
2. Panaskan, kemudian dinginkan kembali.
3. Perhatikan baik-baik perubahan warna yang terjadi.
4. Kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan thiosulfat sampai warna hilang.
Skema Kerja
1 ml larutan pati 1%
Contoh sebanyak 5-10 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml serta
ditambah air aquades hingga tanda tera.
↓
Disaring dan dipipet 50 ml filtratnya, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml. Ditambahkan 10
ml Pb asetat setengah basa kemudian dikocok. Ditambahkan 10 ml Pb asetat setengah basa
kemudian dikocok. Bila timbul endapan putih berarti sudah cukup.
↓
Ditambahkan air hingga tanda tera, dikocok dan dibiarkan sekitar 30 menit dan kemudian
disaring.