You are on page 1of 5

Khotbah

Tema: Mengambil Hikmah Hijrah

.ُ‫أن الَ اِلهَ اِالهللا‬ ْ ‫ أ ْشهَ ُد‬. َ‫اص ْين‬ ِ ‫َض ال َع‬ َ ‫ َوأ ْبغ‬. َ‫ وأ َحبَّ الطَّائِ ِع ْين‬. َ‫ أل َح ْم ُد هّلِل ِ ال ِذي َجزَى ال َعا ِملِ ْين‬.ِ ‫أل َح ْم ُد هّلِل‬
‫ َو َعلَى‬.‫ك ال ُم ْستَقِي ِْم‬ َ ‫اط‬ ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح ّم ٍد الهَا ِدي اِلَى ص َر‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.ِ‫أن ُم َح ّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬ َّ ‫َوأ ْشهَ ُد‬
‫أن‬َّ ‫ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اتَّقُوْ هللاَ الّ ِذي ال اِلهَ ِس َواهُ َوا ْعلَ ُموا‬.‫ أ َّما بَ ْع ُد‬.‫ك ْالقَ ِوي ِْم‬ َ ِ‫ فِي َسبِ ْيل‬  َ‫صحْ بِ ِه َوال ُم َجا ِه ِد ْين‬ َ ‫آلِ ِه َو‬
َ‫ َولَ ِكنِّ هللا‬.‫ك اِالَّ لِ ُخ ْس َرانِ ُك ْم َوهَاللِ ُك ْم‬َ ِ‫ فَال يَ ُكوْ نُ ذل‬.‫ْصيَ ِة‬ ِ ‫الظ ْل ِم َو ْال َمع‬
ُّ ِ‫ َونَهَا ُك ْم ب‬.‫وال ِعبَا َد ِة‬
ْ ‫هللاَ أ َم َر ُك ْم بِالطَّا َع ِة‬
َ
‫ أِل َّن هللاَ َجزَى‬.‫ت‬ ِ ‫ت َواجْ تَنِبُوا ع َِن ال َّسيِّئَا‬ َ
ِ ‫ فَأ ِط ْيعُوْ هُ َوا ْع َملُوا الصَّالِ َحا‬.‫يَرْ َح ُم ُك ْم َوأ ْن َز َل نِ َع َمهُ َعلَ ْي ُك ْم‬
ْ َ َّ َ
‫ َو َعذبَ ُك ْم بِ َس ّي ِء أف َعالِ ُك ْم‬.‫ح أ ْع َمالِ ُك ْم‬ َ ِ‫ أَثَابَ ُك ْم ب‬.‫أَ ْع َمالَ ُك ْم‬. 
ِ ِ‫صال‬
‫ُوا ِمن‬ ْ ‫ُوا َوأُ ْخ ِرج‬
ْ ‫ فَالَّ ِذينَ هَا َجر‬،‫َّحي ِْم‬ ِ ‫ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬،‫َّجي ِْم‬ ِ ‫ان الر‬ ِ ‫ط‬ َ ‫أَ ُعوْ ُذبِاهَّللا ِ ِمنَ ال َّش ْي‬: ‫قَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى‬
‫ت تَجْ ِري ِمن تَحْ تِهَا‬ ُ ُ ْ ُ‫وا َوقُتِل‬
ٍ ‫وا أل َكفِّ َر َّن َع ْنهُ ْم َسيِّئَاتِ ِه ْم َوأل ْد ِخلَنَّهُ ْم َجنَّا‬ ْ ُ‫وا فِي َسبِيلِي َوقَاتَل‬ ْ ‫ار ِه ْم َوأُو ُذ‬
ِ َ‫ِدي‬
َّ ‫هّللا‬ ‫هّللا‬
ِ ‫األ ْنهَا ُر ثَ َوابا ً ِّمن ِعن ِد ِ َو ُ ِعن َدهُ ُحسْنُ الث َوا‬
‫ب‬ َ

   
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Melalui mimbar khutbah ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada para
jama’ah sekalian, marilah kita bersama-sama senantiasa meningkatkan kadar
ketaqwaan kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan
menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya.
Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya.
Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam golongan
muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di sisi Ilahi.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Masih di bulan Muharram ini memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan nikmatnya kepada kita semua. Yaitu dengan menggunakan nikmat
itu ke jalan yang di ridloi-Nya. Bersyukur atas nikmatnya, maka Allah pun akan
menambah nikmat itu. Sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT
berfirman:

‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِن َشكَرْ تُ ْم ألَ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab–Ku sangat pedih.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Sebagai upaya meningkatkan iman dan taqwa kepadanya, maka melalui datangnya
Tahun Baru Hijriyah ini kita menengok sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi
SAW. Dan para sahabat-sahabat beliau menegakkan agama Allah.

Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW, dan
para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui
tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya.
Mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar
Nabi SAW menghentikan dakwahnya.

Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin keras, namun sungguh suatu
keajaiban, semakin keras penindasan dan semakin keras penganiayaan, islam pun
semakin berkembang. Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar
atau menjadi murtad, bagaimanapun kerasnya kekejaman dan penganiayaan yang
mereka lakukan.

Makin hari kekejaman itu semakin menjadi-jadi, dan kemudian mencapai puncaknya.
Mereka sepakat untuk menangkap dan membunuh Nabi SAW. Dalam keadaan
genting itulah, Rasulullah mendapat perintah hijrah ke madinah. Maka berhijrahlah
beliau bersama para sahabat menuju kota yatsrib, yang sekarang menjadi kota
madinah.

Peristiwa hijrah ini terjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnmya mereka
tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani  oleh lawan. Peristiwa hijrah akan
tetap relevan atau cocok dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun
yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap
cocok dijadikan rujukan kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari
peristiwa tersebut. Diantaranya:

Pertama, hijrah merupakn perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman para


sahabat sudi meniggalakn kampong halaman, meninggalkan harta benda mereka.
Karena iman mereka rela berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda
akidah. Iman yang mereka pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman
batin, kalau batin sudah merasa tentram dan terasa bahagia, maka bagaimanapun
pedihnya penderitaan dzahir yang mereka alami tidak akan terasa. Itulah mengapa
sebabnya para sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka melakukan
perjalanan dari mekkah menuju madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam
memperingati tahun baru hijriyah ini, masihlah kita tanamkan keimanan dalam diri
kita  sebagaimana imannya para sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk amal-amal
saleh dalam kehidupan ini.

Para jamaah, iman akan membuat hidup seseorang jadi terarah. Kekuasaan dan
kebebasan berfikir harus ada imbangannya. Allah tidak harus ada imbangannya. Allah
tidak hanya menganugerahkan akal pada amnesia, tapi juga hati. Kita memang butuh
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan keimanan akan membuat
manusia semakin sadar akan hakikat dirinaya, timbul pengakuan sebagaimana
tersebut dalam surah Ali imran ayat 191:

ِ َ‫َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ هَذا ب‬


‫اطل‬

Artinya: “Ya Tuhan kami tiada sia-sia Engkau menciptakan ini.”

Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu. Makhluk yang bernama Malaikat
cuma dianugerahakan akal saja tanpa nafsu, karena itu tidak ada malaikat yang
mendurhakai allah, sehingga wajar kalau tiap hari berbuat salah. Sedangkan manusia
di beri kedua-duanya akal sekaligus nafsu. Jika akal yang menguasai dirinya maka
kebenaran  akan menang dan meningkat ke derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang
mengendalikan dirinya maka sifat-sifat binatang yang menghiasi perilakunya.
Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Hal ini seperti yang difirmankan oleh
Allah dalam surh At-Tin ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

َ ‫ ثُ َّم َر َد ْدنَاهُ أَ ْسفَ َل‬.‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإْل ِ ن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬ 
  َ‫سافِلِين‬

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Hikmah kedua adalah bahwasanya hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu
hijrah, dorongan sahabat untuk ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah SAW
sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa menyatakan
bahwa amal-amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi tiap orang apa yang
diniatkannya.

Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai peringatan hijrah dan
langkah memasuki tahun baru hijriah.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Kemudian hikmah ketiga adalah bahwa hijrah adalah perjalanan ukhuwah.

Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah menyambut
orang-orang mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana
ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi
Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Maka bersatulah orang-orang muhajirin dan
orang anshar sebagai saudara yang diikat oleh akidah. Dalam surah Al-Hujarat ayat 10
Allah Swt berfirman :

ٌ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوة‬

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”


 
Dan kaum muhajirin dan anshar ini mendapat jaminan dari Allah akan masuk surga. 
Sebagaimana dalam surah At-taubah ayat 100 Allah Swt berfirman :

ْ ‫َّض َي هّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرض‬


ُ‫ُوا َع ْنه‬ ِ ‫ان ر‬ ٍ ‫ار َوالَّ ِذينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْ َس‬ِ ‫ص‬ َ ‫اج ِرينَ َواألَن‬ ِ َ‫َوالسَّابِقُونَ األَ َّولُونَ ِمنَ ْال ُمه‬
‫ك ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬
َ ِ‫ت تَجْ ِري تَحْ تَهَا األَ ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أَبَداً َذل‬
ٍ ‫َوأَ َع َّد لَهُ ْم َجنَّا‬

Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk i ‫س‬lam) di


antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah

Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi SAW yang dapat saya sampaikan
dalam khutbah ini. Sebegai penutup saya ingin menyampaikan dua kisah penting yang
dapat kita petik dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16
hari dengan mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir
tepat di atas kepala dan baru melanjutkan perjalanan sore harinya. Betapa Nabi sangat
menaruh belas kasih kepada sesama mahluk Allah.

Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama
Suroqoh bin Malik yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming
hadiah seratus unta dan wanita cantik untuk bisa membunuh Nabi, minimal bisa
menggagalkan perjalanan ke Madinah.

Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan jatuh.
Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan itu
terjadi sampai tiga kali.

Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh
yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan sesuatu perihal Tuhan
Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah ayat Al-Quran surat Al-Ihlas. Pada ayat
pertama berbunyi,

‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬

“Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa."

Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan
barang-barang perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun beliau
menolak.

Inilah pelajaran pertama, bahwa seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu
dari orang lain karena kepemimpinannya.

Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat
Abu Bakar dan dua orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli
perbekalan. Perkemahan itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma'bad
yang ternyata dalam keadaan serba berkekurangan.

Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus kerontang. "Jangankan susu
Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada," kata Umi Ma'bad kepada Nabi.

Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras kantong susunya dan dengan
izin Allah hewan itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi
susu kepada Abu Bakar, kedua kepada Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika
kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar, baru kemudian Nabi meminumnya.
Banyak perintiwa penting dalam hijrah, namun dari peristiwa yang barusan kita
diajarkan bahwa semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan rakyatnya.

Umi Ma'bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. "Kenapa Anda tidak minum
terlebih dahulu?" Nabi menjawab:

ِ ‫خَا ِد ُم ْاألُ َم ِم‬


ً ‫آخ ُرهُ ْم ُشرْ با‬

Nabi mengajarkan bahwa, pelayan umat itu semestinya minumnya belakangan,


mendahulukan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi.

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬


ِ ‫ َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَا‬.‫آن ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫بَا َر‬

You might also like