You are on page 1of 86

Pendahuluan

Sejak zaman penjajahan, bangsa Indonesia telah memiliki kepedulian terhadap pendidikan.
Namun pelaksanaannya masih diwarnai oleh kepentingan politik kaum penjajah, sehingga tujuan
pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan dengan kepentingan mereka.

Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bangsa Indonesiapun menunjukan


kepeduliannya terhadap pendidikan. Hal itu terbukti dengan menempatkan usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan nasional bangsa Indonesia. Sebagaimana tertulis
dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi :

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
duniayang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (BP 7 Pusat, 1990:1).

Dengan demikian maka tujuan pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan dengan
kepentingan bangsa Indonesia, yang sekarang ini tujuan pendidikan tersebut dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional (UU sisdiknas)
BAB II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan suatu alat
untuk mencapainya, yaitu “segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya tujuan
pendidikan” (Barnadib, 1987:96).

Sehubungan dengan alat pendidikan ini, Ahmad Supardi (1989:9), membagi alat pendidikan ke
dalam dua bagian, yaitu :

1. Alat pisik, berupa segala perlengkapan pendidikan yang berupa sarana dan fasilitas dalam
bentuk konkrit, seperti bangunan, alat tulis dan baca dan lain sebagainya.
2. Alat non pisik, berupa kurikulum, pendekatan, metode dan tindakan berupa hadiah dan
hukuman serta uswatun hasanah atau contoh teladan yang baik dari pendidik.

Berdasarkan pembagian alat pendidikan yang dikemukakan Ahmad Supardi di atas, jelaslah
bahwa salah satu dari alat pendidikan diantaranya adalah kurikulum.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum harus mencerminkan kepada falsafah
sebagai pandangan hidup suatu bangsa, karena ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan
bangsa itu kelak, banyak ditentukan dan tergambarkan dalam kurikulum pendidikan bangsa
tersebut.

Sering terjadi jika suatu negara mengalami perubahan pemerintahan, politik pemerintahan itu
mempengaruhi pula bidang pendidikan yang sering mengakibatkan terjadinya perubahan
kurikulum tang berlaku. Sebagai contoh sebelum Indonesia merdeka setidaknya telah terjadi dua
kali perubahan kurikulum, yang pertama ketika di jajah belanda kurikulum disesuaikan dengan
kepentingan politiknya. Kedua ketika dijajah Jepang kurikulum disesuaikan dengan kepentingan
politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan Asia Timur Raya. Kemudia setelah
Indonesia merdeka pra orde baru terjadi pula dua kali perubahan kurikulum, yang pertama
dilakukan dengan dikeluarkannya retjcana pelajaran tahun 1947 yang menggantikan seluruh
sistem pendidikan kolonial, kemudian pada tahun 1952 kurikulum ini mengalami
penyempurnaan dan dan diberinana rentjana Pelajaran terurai 1952.Perubahan kedua terjadi
dengan dikeluarkannya rentjana pendidikan tahun 1964, perubahan tersebut terjadi karena
merasa perlunya peningkatan dan pengejaran segala ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu alam dan matematika.

Saat orde baru terlahirpun kurikulum mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan pertama
terjadi dengan dikeluarkannya kurikulum 1968 yang didasari oleh adanya tuntutan untuk
mengadakan perubahan secara radikal pemerintahan orde lama dalam segala aspek kehidupan
termasuk pendidikan. Perubahan kedua terjadi dengan diterbitkannya kurikulum tahun 1975
(disempurnakan dengan kurikulum 1976 dan 1977). Perubahan ketiga terjadi dengan
diberlakuannya kurikulum tahun 1984. Dan Perubahan keempat terjadi Ketika di negara kita
diberlakukan Undang-undang Sistem pendidikan Nasional (UUSPN) pada tahun 1989 beserta
seperangkat peraturan pemerintah yang mengatur lebih lanjut pelaksanaan UUSPN tersebut,
menyebabkan perlunya pembuatan atau penyusunan kurikulum yang sesuai dengan rumusan
pasal-pasal yang tercantum dalam UUSPN dan peraturan pemerintahnya. Maka pada Tahun 1994
di negara kita diberlakukan kurikulum baru sesuai dengan keputusan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993.

Perubahan dan perbaikan kurikulum itu wajar terjadi dan memang harus terjadi, karena
kurikulum yang disajikan harus senantiasa sesuai dengan segala perubahan dan perkembangan
yang terjadi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Subandijah (1993:3), bahwa :

Apabila kurikulum itu dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
kurikulum dalam kedudukannya harus memiliki sipat anticipatori,  bukan hanya sebagai
reportorial. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus dapat meramalkan kejadian di masa yang akan
datang, tidak hanya melaporkan keberhasilan peserta didik.

Sifat kurikulum yang harus senantiasa adaptif dan antisipatif ini sesuai dengan Sabda Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi :

‫علموا اوالدكم فانهم مخلقون غير زمنكم‬


Artinya : “Didiklah anak-ankmu itu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk mengisi
masa yang bukan masamu”

Seiring dengan terjadinya perubahan politik dan bergantinya rezim orde baru dan terjadinya
amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945 menyebabkan eksistensi Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dirasakan tidak lagi
memadai dan tidak lagi sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut
dipandang perlu menyempurnakan UUSPN tersebut, dan pada tahun 2003 dengan persetujuan
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia
menetapkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
kemudian lebih dikenal dengan UU SISDIKNAS.

Sesuai dengan tuntututan UU SISDIKNAS pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah


nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyebabkan kurikulum yang
berlaku di sekolah adalah kurikulum yang sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Agar kurikulum yang digunakan di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan maka
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi yang di dalamnya memuat tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Untuk sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Agama
tidak ketinggalan Menteri Agamapun mengeluarkan Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun
2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bhasa
Arab di Madrasah.

Arah Baru Kurikulum Pendidikan Nasional

Lahirnya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 boleh dikatakan sebagai awal lahirnya arah baru
pendidikan Indonesia dimana kurikulum yang dibuat mengarah kepada pencapaian kompetensi
siswa baik kompetensi Kognitif, Afektif, maupun Psikomotor. Berikut ini pasal-pasal yang
terdapat dalam UU SISDIKNAS   yang terkait secara langsung dengan kurikulum. Dalam UU
SISDIKNAS terdapat 4 pasal dan 10  ayat yang berbicara tentang kurikulum, yaitu :

Pasal 1 ayat 19

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, da bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pasal 36 ayat 1, 2 dan 3

(1)          Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2)          Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsipdiversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
(3)          Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:

1. Peningkatan Iman Dan Takwa;


2. Peningkatan Akhlak Mulia;
3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Dan Minat Peserta Didik;
4. Keragaman Potensi Daerah Dan Lingkungan;
5. Tuntutan Pembangunan Daerah Dan Nasional;
6. Tuntutan Dunia Kerja;
7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni;
8. Agama;
9. Dinamika Perkembangan Global; Dan
10. Persatuan Nasional Dan Nilai-Nilai Kebangsaan.

Pasal 37 ayat 1 dan 2

(1)          Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

1. Pendidikan Agama;
2. Pendidikan Kewarganegaraan;
3. Bahasa;
4. Matematika;
5. Ilmu Pengetahuan Alam;
6. Ilmu Pengetahuan Sosial;
7. Seni Dan Budaya;
8. Pendidikan Jasmani Dan Olahraga;
9. Keterampilan/Kejuruan; Dan
10. Muatan Lokal.

(2)          Kurikulum Pendidikan Tinggi Wajib Memuat:

1. pendidikan agama;
2. pendidikan kewarganegaraan; dan
3. bahasa.

Pasal 38 ayat 1, 2, 3, dan 4

(1)   Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
Pemerintah.

(2)   Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan
dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
(3)   Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

(4)   Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan
tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap
program studi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama
meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti
penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang


kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Depdiknas, Tahun 2004).

Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

(1) pemilihan kompetensi yang sesuai;

(2) spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian


kompetensi;

(3) pengembangan sistem pembelajaran.

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.(Depdiknas, Tahun 2004).
Setidaknya ada dua versi Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah ada di Indonesia setelah
lahirnya UU SISDIKNAS no 20 tahun 2003, yaitu KBK tahun 2004 yang tidak pernah disyahkan
menteri pendidikan Nasional walaupun telah menelan biaya milyaran rupiah dan KBK tahun
2006 yang selanjutnya lebih dikenal dengan KTSP.

Nanang Rijono, dalam situs pribadinya menatakan bahwa  banyak kalangan, termasuk aparat
Depdiknas dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat statement bahwa Kurikulum 2004
(atau KBK) tidak terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh Mendiknas melalui
Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006. Saya tidak tahu, apakah penyataan
mereka itu dimaksudkan untuk “menghibur guru” agar tidak resah menghadapi perubahan
kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004 ini masih dalam taraf ujicoba yang lebih luas sejak
tahun pembelajaran 2004/2005 dan belum semua sekolah sudah menerapkan secara utuh
Kurikulum 2004. Namun apa daya, kini sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006.
Sehingga muncullah statement yang “menghibur” tersebut.

Hal ini adalah ironis, karena menunjukkan pemahaman yang sangat dangkal mereka terhadap
Kurikulum 2006 tersebut. Saya menduga mereka hanya “mengulang-ulang” pernyataan dari
BSNP, aparat Pusat Kurikulum, Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum
2006 tidak mendapat tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah, atau gejolak
yang meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka sudah melakukan
pembandingan secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya mereka akan mengatakan
bahwa Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda secara nyata, secara signifikan.
Memang harus diakui dalam beberapa hal ada kesamaan atau kemiripan antara keduanya.

Berikut ini kami sajikan perbedaan dan persamaan antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006
(perhatikal tebel) :

Perbandingan KBK 2004 dan 2006

ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006


1. Landasan  Tap MPR/GBHN  UU No. 20/2003 –
Hukum Tahun 1999-2004 Sisdiknas
 UU No. 20/1999 –  PP No. 19/2005 – SPN
Pemerintah-an  Permendiknas No.
Daerah 22/2006 – Standar Isi
 UU Sisdiknas No  Permendiknas No.
2/1989 kemudian 23/2006 – Standar
diganti dengan UU Kompetensi Lulusan
No. 20/2003
 PP No. 25 Tahun
2000 tentang
pembagian
kewenangan

2.  Bukan dengan  Peraturan Mendiknas RI


ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
Implementa Keputusan/ No. 24/2006 tentang
si / Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Mendiknas RI Menteri No. 22 tentang SI
Pelaksanaan  Keputusan Dirjen dan No. 23 tentang SKL
Dikdasmen
Kurikulum No.399a/C.C2/Ke
p/DS/2004 Tahun
2004.
 Keputusan
Direktur Dikme-
num No.
766a/C4/MN/2003
Tahun 2003, dan
No. 1247a/
C4/MN/2003
Tahun 2003.

3. Ideologi  Liberalisme  Liberalisme Pendidikan :


Pendidik- Pendidikan : terciptanya SDM yang
terciptanya SDM cerdas, kompeten,
an yang yang cerdas, profesional dan kompetitif
Dianut kompeten,
profesional dan
kompetitif

4. Sifat (1)  Cenderung  Cenderung Desentralisme


Sentralisme Pendidikan : Kerangka
Pendidikan : Dasar Kurikulum disusun
Kurikulum oleh Tim Pusat; Daerah
disusun oleh Tim dan Sekolah dapat
Pusat secara rinci; mengembangkan lebih
Daerah/Sekolah lanjut.
hanya
melaksanakan

5. Sifat (2)  Kurikulum  Kurikulum merupakan


disusun rinci oleh kerangka dasar oleh Tim
Tim Pusat (Ditjen BSNP
Dikmenum/
Dikmenjur dan
Puskur)

6.  Berbasis  Berbasis Kompetensi


Pendekatan Kompetensi
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
 Terdiri atas : SK,  Hanya terdiri atas : SK
KD, MP dan dan KD. Komponen lain
Indikator dikembangkan oleh guru
Pencapaian

7. Struktur  Berubahan relatif  Penambahan mata


banyak pelajaran untuk Mulok
dibandingkan dan Pengem-bangan diri
kurikulum untuk semua jenjang
sebelumnya (1994 sekolah
suplemen 1999)  Ada pengurangan mata
 Ada perubahan pelajaran (Misal TIK di
nama mata SD)
pelajaran  Ada perubahan nama mata
 Ada penambahan pelajaran
mata pelajaran  KN dan IPS di SD dipisah
(TIK) atau lagi
penggabungan  Ada perubahan jumlah
mata pelajaran jam pelajaran setiap mata
(KN dan PS di pelajaran
SD)

8. Beban  Jumlah  Jumlah Jam/minggu :


Belajar Jam/minggu :  SD/MI 1-3 = 27/minggu
 SD/MI = 26-  SD/MI 4-6 = 32/minggu
32/minggu  SMP/MTs = 32/minggu
 SMP/MTs =  SMA/MA= 38-39/minggu
32/minggu  Lama belajar per 1 JP:
 SMA/SMK = 38-  SD/MI = 35 menit
39/minggu  SMP/MTs = 40 menit
 Lama belajar per 1  SMA/MA = 45 menit
JP:
 SD = 35 menit
 SMP = 40 menit
 SMA/MA = 45
menit

9.  Hanya sekolah  Semua sekolah /satuan


Pengemban yang mampu dan pendidikan wajib
gan memenuhi syarat membuat KTSP.
dapat  Silabus merupakan bagian
Kurikulum mengembangkan tidak terpisahkan dari
lebih Kurikulum KTSP
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
 Guru membuat  Guru harus membuat
lanjut silabus atas dasar Rencana Pelaksanaan
Kurikulum Pembelajaran (RPP)
Nasional dan
RP/Skenario
Pembelajaran

10. Prinsip 1. Keimanan, Budi 1. Berpusat pada potensi,


Pekerti Luhur, dan perkembangan,
Pengemban Nilai-nilai Budaya kebutuhan, dan
gan 2. Penguatan kepentingan peserta didik
Integritas Nasional dan lingkungannya
Kurikulum 3. Keseimbangan 2. Beragam dan terpadu
Etika, Logika, 3. Tanggap terhadap
Estetika, dan perkembangan ilmu
Kinestetika pengetahuan, teknologi,
4. Kesamaan dan seni
Memperoleh 4. Relevan dengan
Kesempatan kebutuhan kehidupan
5. Perkembangan 5. Menyeluruh dan
Pengetahuan dan berkesinam-bungan
Teknologi 6. Belajar sepanjang hayat
Informasi 7. Seimbang antara
6. Pengembangan kepentingan nasional dan
Kecakapan Hidup kepentingan daerah
7. Belajar Sepanjang
Hayat
8. Berpusat pada
Anak
9. Pendekatan
Menyeluruh dan
Kemitraan

11. Prinsip Tidak terdapat prinsip 1. Didasarkan pada potensi,


pelaksanaan kurikulum perkembangan dan kondisi
Pelaksanaan peserta didik untuk
menguasai kompetensi
Kurikulum yang berguna bagi dirinya.
2. Menegakkan lima pilar
belajar:
1. Memungkinkan
peserta didik
mendapat
pelayanan perbaik-
an, pengayaan,
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
dan/atau
percepatan sesuai
dengan potensi,
tahap
perkembangan,
dan kondisinya
dengan
memperhatikan
keterpaduan
pengembangan
pribadi peserta
didik yang
berdimensi ke-
Tuhanan,
keindividuan,
kesosialan, dan
moral.

 belajar untuk beriman dan


bertakwa kepada Tuhan
YME,
 belajar untuk memahami
dan menghayati,
 belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat
secara efektif,
 belajar untuk hidup
bersama dan berguna bagi
orang lain,
 belajar untuk membangun
dan menemukan jati diri,
melalui proses pembela-
jaran yang efektif, aktif,
kreatif & menyenangkan.

1. Dilaksanakan dalam
suasana hubungan peserta
didik dan pendidik yang
saling meneri-ma dan
menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat,
dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa
sung tulada
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
2. Menggunakan pendekatan
multistrategi dan
multimedia, sumber
belajar dan teknologi yang
memadai, dan meman-
faatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar.
3. Mendayagunakan kondisi
alam, sosial dan budaya
serta kekayaan daerah
untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian
secara optimal.
4. Diselenggarakan dalam
kese-imbangan,
keterkaitan, dan
kesinambungan yang
cocok dan memadai
antarkelas dan jenis serta
jenjang pendidikan.

12. 1. Bahasa Pengantar Tidak terdapat pedoman


Pedoman 2. Intrakurikuler pelaksanaan kurikulum seperti
3. Ekstrakurikuler pada Kurikulum 2004.
Pelaksanaan 4. Remedial,
pengayaan,
Kurikulum akselerasi
5. Bimbingan &
Konseling
6. Nilai-nilai
Pancasila
7. Budi Pekerti
8. Tenaga
Kependidikan
9. Sumber dan
Sarana Belajar
10. Tahap
Pelaksanaan
11. Pengembangan
Silabus
12. Pengelolaan
Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dalam KBK

Ketika kita berbicara Kurikulum berbasis Kompetensi maka pembahasan utama yang harus kita
lakukan adalah tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus ditempuh oleh
seorang peserta didik.

Dalam KBK tahun 2004 untuk mata pelajaran PAI (kita ambil contoh di jenjang SMP), Standar
Kompetensi yang disajikan sangat sederhana tapi cukup mendalam dan mencerminkan standar
kompetensi pendidikan Islam yang menyeluruh, untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

No Standar Kompetensi
1 Mengamalkan ajaran AL Qur’an /Hadits dalam kehidupan sehari-hari
2 Menerapkan aqidah Islam dalam kehidupan sehari-hari
3 Menerapkan akhlakul karimah (akhlaq mulia) dan menghindari akhlaq tercela
dalam kehidupan sehari
4 Menerapkan syariah (hukum Islam) dalam kehidupan sehari-hari)
5 Mengambil Manfaat dari Sejarah Perkembangan (peradaban) Islam dalam
kehidupan sehari-hari.

Kelima Standar Kompetensi di atas berlaku untuk semua tingkat dari kelas VII s.d Kelas IX dan
masing-masing dari kelima standar kompetensi tersebut diuraikan lagi  menjadi beberapa
kompetensi dasar yang memiliki cakupan materi yang cukup dalam dan luas.  Sebagai contoh
untuk standar kompetensi dasar yang pertama di kelas VII diurai ke dalam lima kompetensi
Dasar yaitu :

1.1. Siswa mampu membaca, mengartikan dan menyalin surat adduha

1.2. Siswa mampu membaca, mengartikan dan menyalin surat Al Adiyat

1.3. Siswa mampu menerapkan hukum bacaan Alif lam syamsiyah dan Alif lam qamariyah

1.4. Siswa mampu mempraktikan hukum bacaan Nun mati dan Tanwin dan mim mati

1.5. Siswa mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadits tentang Rukun Islam.

Sementar dalam KBK tahun 2006 (KTSP), setandar kompetensi yang disajikan untuk mata
pelajaran pendidikan Agama Islam sangat banyak tapi bobotnya amat dangkal, untuk kelas VII
terdapat 14 SK, untuk kelas VIII terdapat 15 SK, dan untuk kelas IX terdapat 13 SK.

Ada satu pertanyaan yang mungkin mengganjal di hati kita mengapa Standar Kompetensi dalam
KBK 2006 ini dangkal, jawabannya adalah karena Standar Kompetensi yang disajikan dalam
KBK 2006 adalah Kompetensi dasar dalam KBK 2004. Sebagai Contoh Perhatikan Tabel berikut
ini :

Kelas VII, Semester I


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Al-Qur’an 1.1  Menjelaskan hukum bacaan bacaan
”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah
1. Menerapkan Hukum
bacaan ”Al” 1.2   Membedakan  hukum bacaan bacaan
Syamsiyah dan ”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah
”Al”Qomariyah
1.3    Menerapkan bacaan bacaan ”Al”
Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah  dalam
bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan
benar
Aqidah 2.1   Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan sifat-sifat Allah
1. Meningkatkan
keimanan kepada 2.2   Menyebutkan arti ayat-ayat Al-
Allah SWT melalui Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat
pemahaman sifat- Allah SWT
sifatNya
2.3   Menunjukkan tanda-tanda adanya
Allah SWT

2.4   Menampilkan perilaku sebagai


cermin keyakinan akan sifat-sifat Allah
SWT
1. Memahami Asmaul 3.1   Menyebutkan arti ayat-ayat Al-
Husna Qur’an yang berkaitan dengan 10 Asmaul
Husna

3.2   Mengamalkan isi kandungan 10


Asmaul Husna
Akhlak 4.1   Menjelaskan pengertian tawadhu,
ta’at, qana’ah dan sabar
1. Membiasakan perilaku
terpuji 4.2   Menampilkan contoh-contoh
perilaku  tawadhu, ta’at, qana’ah dan
sabar

4.3   Membiasakan perilaku tawadhu,


ta’at, qana’ah dan sabar
Fiqih 5.1   Menjelaskan ketentuan –ketentuan
mandi wajib
1. Memahami ketentuan
– ketentuan thaharah 5.2   Menjelaskan perbedaan hadas dan
(bersuci) najis
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami tatacara 6.1   Menjelaskan ketentuan –ketentuan
shalat shalat wajib

6.2   Memperaktikkan shalat wajib


1. Memahami tatacara 7.1   Menjelaskan pengertian shalat
shalat jamaah dan jama’ah dan munfarid
munfarid (sendiri)
7.2   Memperaktikkan shalat jama’ah dan
shalat munfarid
Tarikh dan kebudayaan 8.1   Menjelaskan sejarah Nabi
Islam Muhammad SAW

1. Memahami sejarah 8.2   Menjelaskan misi nabi Muhammad 


Nabi Muhammad untuk semua manusia dan bangsa
SAW

Dari kedua contoh perbandingan kurikulum di atas jelaslah bahwa ternyata ke dalaman standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh KBK 2004 jauh lebih menyeluruh
dibanding dengan KBK 2006, belum lagi kesulitan yang akan dirasakan guru saat menyusun
RPP dimana ketentuan pembuatan RPP adalah  satu KD satu RPP. Coba perhatikan SK yang
pertama terdapt tiga KD, berarti dari ketiga KD itu harus dibuat satu RPP dan satu RPP disajikan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Padahal ketiga KD di atas dapat disajikan satu kali
pertemuan (2 jam pelajaran).

Penutup

Demikianlah pembahasan tentang Analisis Kebijakan Pendidikan Islam bidang kurikulum yang
sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan ini. Untuk menyempurnakan makalah ini kami
berharap kritik dan saran yang membangun dari semua peserta diskusi sore hari ini.

Wallahu ‘alam

Daftar Bacaan

1. Drs. H. Abdurrahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah, Darma Bakti, Jakarta 1984.


2. Ahmad Sadali dkk, Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan, CV Kuningan Mas, Jakarta,
1989
3. Ahmad Supardi, Ilmu Pendidikan Islam, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung 1988
4. BP7 Pusat, Undang-Undang Dasar, P4, GBHN, Jakarta, 1990
5. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Gravindo Persada, Jakarta 1993
6. Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, FIP IKIP, Yogyakarta,
1987
7. Depdiknas, Kurikulum 2004 SMP Mata Pelajaran PAI, Jakarta, 2004
8. Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Jakarta, 2003
9. Depdiknas, Peraturan Pemerintah no 19 Tahun 2005, Jakarta, Depdiknas, 2005

10.  Depag, Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 2008, Jakarta, Depag, 2008

11.  Dr. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Kencana, Jakarta, 2009

12.  Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Isl;am , Kalam Mulia, Jakarta, 2008

13.  http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-ktsp-
memang-berbeda-secara-signifikan/

14.  http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanan-kurikulum-nasional-
pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/

Catatan :

Makalah diatas telah disajikan dalam diskusi kelas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan
Islam dengan Dosen Pengampu Prof.Dr. Abudin Nata pada tanggal 13 Januari 2009.

PEDOMAN PENYUSUNAN KTSP - Presentation Transcript

1. PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP)


2. LANDASAN
o UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
o PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
o Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
o Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
o Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22
dan 23/2006
3. 1. PENGERTIAN
o Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
4. 2. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
o Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
o Peningkatan potensi , kecerdasan , dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik
o Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
o Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
o Tuntutan dunia kerja
o Perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi , dan seni

Silakan pilih menu yang tersedia

5.
o Agama
o Dinamika perkembangan global
o Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
o Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
o Kesetaraan Jender
o Karakteristik satuan pendidikan

Silakan pilih menu yang tersedia PANDUAN RPP PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL

6.
o Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

ACUAN OPERASIONAL KTSP 2.1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia PANDUAN KTSP
PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

7.
o Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat,
kecerdasan intelektual, emosional, spritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.2 Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS
PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

8.
o Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut
untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
daerah.

2.3 Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan ACUAN OPERASIONAL KTSP
PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

9.
o Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan
daerah dan nasional.

2.4 Tuntutan pembangunan daerah dan nasional ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP
PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

10.
o Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki
dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia
kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.5 T untutan dunia kerja ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS
PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

11.
o Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2.6 Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni ACUAN OPERASIONAL KTSP
PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

12.
o Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat
beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah

ACUAN OPERASIONAL KTSP 2.7 Agama PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN
MAPEL PANDUAN RPP

13.
o Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan
dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.

2.8 Dinamika perkembangan global ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP PANDUAN
SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

14.
o Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.9 Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP
PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

15.
o Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.

2.10 Kondisi sosial budaya masyarakat setempat ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP
PANDUAN SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

16.
o Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong
tumbuh kembangnya kesetaraan jender.

2.11 Kesetaraan Jender ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP PANDUAN SILABUS
PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP
17.
o Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas
satuan pendidikan.

2.12 Karakteristik Satuan Pendidikan ACUAN OPERASIONAL KTSP PANDUAN KTSP PANDUAN
SILABUS PERBANDINGAN MAPEL PANDUAN RPP

18. 3. Komponen KTSP


o Tujuan Pendidikan Sekolah
o Struktur dan Muatan Kurikulum (mata pelajaran. Muatan lokal, Pengembangan Diri,
Beban Belajar, Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan kelulusan, Penjurusan,
Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global).
o Kalender Pendidikan
o Silabus dan RPP
19.
o ISI / MUATAN
o KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
o (KTSP)
20. KTSP DOKUMEN 1
o BAB I . Pendahuluan
o BAB II . Tujuan Pendidikan
o BAB III. Struktur dan Muatan
o Kurikulum
o BAB IV. Kalender Pendidikan
21. KTSP DOKUMEN II
o A. Silabus dan RPP Dari SK/KD yang dikembangkan pusat.
o Silabus dan RPP Dari SK/KD yang dikembangkan Sekolah (Mulok, Mapel Tambahan)
22.
o KTSP
o (Dokumen 1)
23. Bab I. PENDAHULUAN
o Latar Belakang (dasar pemikiran penyusunan KTSP)
o Tujuan Pengembangan KTSP
o Prinsip Pengembangan KTSP
o SESUAI KARAKTERISTIK SEKOLAH
24. Bab II. TUJUAN
o Tujuan pendidikan (Disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan)
o Visi Sekolah
o Misi Sekolah
o Tujuan Sekolah
25. BAGAIMANA MENYUSUN VISI, MISI, TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN
o TAHAP 1 : HASIL BELAJAR SISWA
o apa yg hrs dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah
mereka menamatkan sekolah.
o TAHAP 2 : SUASANA PEMBELAJARAN
o suasana pembelajaran seperti apa yg dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu.
o TAHAP 3 : SUASANA SEKOLAH
o suasana sekolah – sebagai lembaga/organisasi pembelajaran – seperti apa yg diinginkan
untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa.
26. BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KTSP
o Meliputi Sub Komponen:
 Mata pelajaran
 Muatan lokal
 Kegiatan Pengembangan diri
 Pengaturan beban belajar
 Ketuntasan Belajar
 Kenaikan Kelas, dan kelulusan
 Penjurusan
 Pendidikan kecakapan Hidup
 Pendidikan berbasis Keunggulan Lokal dan Global
 Cat : Untuk PLB/PK ditambah dengan Program Khusus
27. 1. Mata Pelajaran
o Berisi “ S truktur Kurikulum Tingkat Sekolah ” yang disusun berdasarkan kebutuhan
siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL.
o Pengembangan Struktur Kurikulum dilakukan dengan cara antara lain:
o mengatur alokasi waktu pembelajaran “tatap muka” seluruh mata pelajaran wajib dan
pilihan Ketrampilan/
o Bahasa asing lain).
o Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu atau menambah mata pelajaran baru.
o Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal dalam
o struktur kurikulum.
o Tidak boleh mengurangi mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi.
28. 2. Muatan Lokal
o Berisi tentang: Jenis, Strategi Pemilihan dan pelaksanaan Mulok yang diselenggarakan
oleh sekolah.Dalam pengembangannya mempertimbangkan hal-hal sbb:
 Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah.
29.
 Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
 Substansi yang akan dikembangkan, materi nya tidak sesuai menjadi bagian dari
mapel lain, atau terlalu luas substansinya sehingga harus dikembangkan
menjadi Mapel tersendiri;
 Merupakan mata pelajaran wajib yang tercantum dalam Struktur kurikulum;
30.
o Bentuk penilaiannya kuantitatif (angka).
o Setiap sekolah dapat melaksanakan mulok lebih dari satu jenis dalam setiap semester,
mengacu pada: minat dan atau karakteristik program studi yang diselenggarakan di
sekolah
o Siswa boleh mengikuti lebih dari satu jenis mulok pada setiap tahun pelajaran, sesuai
dengan minat dan program Mulok yang diselenggarakan sekolah.
31.
o Substansinya dapat berupa program keterampilan produk dan jasa, Contoh:
 Bidang Budidaya : Tanaman Hias, Tanaman Obat, Sayur, pembibitan ikan hias
dan konsumsi, dll.
 Bidang Pengolahan : Pembuatan Abon, Kerupuk, Ikan Asin, Baso dll.
 Bidang TIK dan lain-lain : Web Desain, Berkomunkasi sebagai Guide, akuntansi
komputer, Kewirausahaan dll.
32.
o Sekolah harus menyusun SK, KD dan Silabus untuk Mata pelajaran Mulok yang
diselenggarakan oleh sekolah.
o Pembelajarannya dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau tenaga ahli dari luar
sekolah yang relevan dengan substansi mulok.
33. 3. Kegiatan Pengembangan Diri
o Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta
didik, dan kondisi sekolah.
o Dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:
o - Bimbingan konseling , (kehidupan pribadi, sosial,
o kesulitan belajar, karir ), dan atau
o - Ekstra kurikuler , Pengembangan kreativitas, kepribadian siswa, seperti: Kepramukaan,
Kepemimpinan, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) .
34.
o Bukan Mata Pelajaran dan tidak perlu dibuatkan SK, KD dan silabus.
o Dilaksanakan secara terprogram, rutin, spontan dan keteladanan.
o Penilaian dilakukan secara kualitatif (deskripsi), yang difokuskan pada “Perubahan sikap
dan perkembangan perilaku peserta didik setelah mengikuti kegiatan pengembangan
diri”.
35. Contoh Penilaian Pengembangan Diri:
o Keg. KIR, mencakup penilaian: sikap kompetitif, kerjasama, percaya diri dan mampu
memecahkan masalah, dll.
o Keg. Keolahragaan, mencakup penilaian: Sikap Sportif, Kompetetitif, Kerjasama, disiplin
dan ketaatan mengikuti SPO, dll.
36.
o Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh guru kelas atau mata
pelajaran, konselor atau Guru BK atau tenaga kependidikan lain.
o Penjabaran alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran per minggu ,
diserahkan kepada masing- masing pembimbing dan sekolah.
o Perlu dibuat program kerja yang sistematis dan komprehensif sebagai bagian dari
program kerja sekolah dan atau program kerja OSIS.
37. 4. Pengaturan Beban Belajar
o Berisi tentang jumlah beban belajar per Mata Pelajaran, per minggu per semester dan
per Tahun Pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang
tercantum dalam Struktur Kurikulum.
o Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap Mata Pelajaran pada semester ganjil
dan genap dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan Kebutuhan, tetapi jumlah Beban
belajar per tahun secara keseluruhan tetap.
38.
o Alokasi waktu kegiatan praktik diperhitungkan sbb:
o 2 Jam Pelajaran (JPL) praktik di sekolah setara dengan 1 JPL tatap muka, dan 4 JPL
praktik di luar sekolah setara dengan 1 JPL tatap muka (bagi Sekolah Menengah
Kejuruan).
o Sekolah dapat menambah maksimal 4 JPL per minggu
o Alokasi waktu penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sebanyak 0-
50% untuk SMP/MTs/SMPLB waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan.
o Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan
peserta didik dalam mencapai kompetensi.
39. 5. Ketuntasan Belajar
o Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) per mata pelajaran yang ditetapkan
oleh sekolah dengan memper-timbangkan hal-hal sbb:
 Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100 %, dgn batas
kriteria ideal minimum 75 %.
 Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) per MP dengan
mempertimbangkan: kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas dan
SDM.
 Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah batas kriteria ideal, tetapi secara
bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal .
40. 6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
o Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan, serta strategi
penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah.
Program disusun mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
 Panduan kenaikan kelas yang akan disusun oleh Dit. Pembinaan terkait
 Sedangkan ketentuan kelulusan akan diatur secara khusus dalam peraturan
tersendiri.
41. 7. Pendidikan Kecakapan Hidup
o Bukan mata pelajaran tetapi substansinya merupakan bagian integral dari semua mata
pelajaran.
o Tidak masuk dalam struktur kurikulum secara khusus.
o Dapat disajikan secara terintegrasi dan atau berupa paket/modul yang direncanakan
secara khusus.
o Substansi kecakapan hidup meliputi:
 Kecakapan personal, sosial, akademik dan atau vokasional.
 Untuk kecakapan vokasional, dapat diperoleh dari satuan pendidikan ybs, antara
lain melalui mata pelajaran Keterampilan.
42.
o Bila SK dan KD pada mata pelajaran keterampilan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa
dan sekolah, maka sekolah dapat mengembangkan SK, KD dan silabus keterampilan lain
sesuai dengan kebutuhan sekolah .
o Pembelajaran mata pelajaran keterampilan dimaksud dilaksanakan secara komprehensif
melalui Intra kurikuler.
o Pengembangan SK,KD, silabus, RPP dan bahan ajar dan penyelenggaraan pembelajaran
keterampilan vokasional dapat dilakukan melalui kerjasama dengan satuan pendidikan
formal/non formal lain.
43. 8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
o Program pendidikan yang dikembangkan dengan memanfaatkan keunggulan lokal dan
kebutuhan daya saing global.
o Substansinya mencakup aspek: Ekonomi, Budaya, Bahasa, TIK, Ekologi, dan lain-lain,
yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
o Dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang terintegrasi, atau menjadi
mapel Mulok.
o Dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan atau satuan
pendidikan nonformal.
44.
o Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah, yang disusun
berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat,
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Standar Isi.

BAB. IV Kalender Pendidikan

45.
o KTSP
o DOKUMEN II
46. SD
o SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK (Kelas I, II dan III)
o SILABUS MATA PELAJARAN (Kelas IV, V dan VI)
o SILABUS MUATAN LOKAL dan MAPEL LAIN (jika ada)
47. Mekanisme PENYUSUNAN KTSP
o Analisis
o Kekuatan/ kelemahan
o Peluang/ tantangan
o Dokumen Standar isi, SKL, Panduan KTSP
o Pembentukan Tim
o Penyusunan Draft
o Revisi dan Finalisasi

Naskah KTSP Diberlaku- kan

48.
o Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah.
Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan atau lokakarya sekolah/madrasah dan atau
kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pelajaran baru.
o Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan
penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi. Langkah yg lebih rinci dari masing-
masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
49. Selesai

2.
Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).

Konsep Dasar KTSP


Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional  pendidikan


untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) adalah sebagai berikut:

 KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik
daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
 Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan.
 Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang
otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan
pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber
belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling
dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan
satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-
kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan
berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat
daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang
tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah
perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-
program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.

Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan
kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam
pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan sewasa ini.
Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan
tujuh hal sebagi berikut.

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua
peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.

Landasan KTSP
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23
Tahun 2006

Ciri-ciri KTSP
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program
pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber
daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

Sumber Buku: 
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007)
b. Inti dari sebuah kurikulum ?
Kekuatan di dalam kurikulum sangat penting bagi kelangsungan hidup seseorang.kurikulum di
kenalkan sejak dini atau sejak masih kanak2 di dalam sebuah lembaga pendidikan.Manfaat-
manfaat kurikulum :
Kurikulum meningkatkan kemampuan indivudu seseorang di dalam pembelajaran di sebuah
lembaga pendidikan.
Kurikulum mempunyai rangkaian pengalaman dan usaha untuk menikmati kehidupan
maksimum di dalam pembelajaran.
Kurikulum memiliki semua kemampuan anak-anak di dalam bimbingan guru.
Kurikulum mempunyai seluruh kemampuan rencana yang di arahkan oleh bidang pendidikan
kurikulum.
Kurikulum berisi suatu statemen tujuan yang di arahkan khusus.
 Kurikulum adalah suatu isi urutan unit mengatur sedemikian rupa sehingga pengaturan
pembelajaran tiap unit terpenuhi sebagai tindakan tunggal, unit tersebut menyajikan uraian yang
di tetapkan.
 Kurikulum direncakan semua pembelajaran di mana sekolah yang bertanggung jawab atas
rencana pembelajaran tersebut. Dan lain lain.

Kurikulum memiliki berbagai macam-macam tipe yaitu :


o Kurikulum ideologi.
o Kurikulum formal.
o Kurikulum yang di rasa.
o Kurikulum operasional.
o Kurikulum pengalaman.
Tipe-tipe kurikulum di atas adalah yang di gunakan di dalam lembaga pendidikan indonesia.

Tipe-tipe kurikulum yang di gunakan lembaga luar negri :


Kurikulum rekomendasi
Kurikulum tertulis
Kurikulum pendukung
Kurikulum pengajaran
Kurikulum penguji
Kurikulum pembelajaran

Kurikulum juga memiliki sebuah komponen-komponen yang sangat penting bagi bidang
pendidikan. Komponen-komponen kurikulum adalah :
Kebijakan kurikulum
Dasar-dasar kurikulum
Bidang pengajaran
Program pengajaran
Bahan-bahan pengajaran
Unit pengajaran
Dan pelajaran
Kurikulum tersembunyi sering di sebut juga dengan kurikulum yang tidak di pelajari di dalam
tipe-tipe maupun komponen-komponen kurikulum. Kurikulum tersembunyi banyak di gunakan
di dalam lembaga pendidikan luar negri. Kurikulum tersembunyi sangat bermanfaat bagi
lembaga pendidikan di karenakan dapat menghasilkan perubahan di dalam nilai-nilai, persepsi,
dan perilaku siswa. Kurikulum tersembunyi juga memiliki aspek-aspek yang sangat penting
kepada pembentukan sifat alami sekolah. Di amerika serikat sendiri kurikulum tersembunyi di
cerminkan ideologi kapitalis demokratis yang tidak dapat di acuhkan atau sangat penting di
dalam ideologi demokrasi. Aspek-aspek kurikulum tersembunyi dapat di ubah oleh pendidik.
Macam-macam kategori kurikulum tersembunyi yang dapat di ubah oleh pendidik adalah :
variabel organisasi, variabel sistem sosial dan variabel kultur [kebudayaan].
Di dalam penggunaan variabel organisasi yang terdapat pada kurikulum tersembunyi adalah
seluruh keputusan yang bagaimana guru atau pembimbing pendidikan dapat mengatur para
murid atau anak didiknya.di dalam variabel organisasi terdapat empat macam kelompok :
perhatian kelompok pengajar, promosi dan kebijakan, penggolongan kemampuan dan pekerjaan
yang mengikuti jalan kurikulum.
Di dalam pengguna variabel sisten sosial yang terdapat di kurikulum tersembunyi berguna untuk
mebangun kerjasama perorangan dan kelompok di dalam bidang pendidikan. Dan dapat juga
membentuk sikap-sikap positif dan prestasi para siswa ataupun para anak didik.
Di dalam pengguna variabel kultur [kebudayaan] yang terdapat di kurikulum tersembunyi
mencakup dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai, teori, dan maksud
atau arti. Faktor-faktor pokok di dalam variabel kultur memainkan suatu peranan penting
dihubungkan dengan peningkatan prestasi atau peningkatan sikap para pengajar maupun siswa
atau anak didik.
Di dalam kurikulum tersembunyi sendiri masih terdapat perdebatan-perdebatan kecil.
Diantaranya penggunaan kurikulum tersembunyi tersebut masih dalam tahap pengenalan. Ada
juga yang mengusulkan penggunaan kurikulum tersembunyi di ajarkan dalam lembaga
pendidikan di karenakan kurikulum tersembunyi tersebut dapat meningkatkan suatu prestasi bagi
siswa atau anak didiknya.
Banyak yang memandang rendah ataupun remeh tentang teori kurikulum di dalam dunia
pendidikan. Teori kurikulum sendiri mempunyai banyak pengaruh di dalam bidang pendidikan.
Salah satunaya menyediakan suatu konsep yang sangat konseptual untuk meneliti proposal
kurikulum, memperjelas praktek kurikulum dan sangat berpengaruh pada perubahan kurikulum
itu sendiri. Tidak semua teori kurikulum itu memberi pengarahan yang lembut di dalam praktek
dunia pendidikan. Banyak pendidik yang menemukan kesulitan di dalam penggunaan
pendekatan teori di dalam membuat analisa bekesinambungan, evaluasi dan revisi kurikulum
yang beguna untuk memecahkan masalah tentang pengetahuan teknologi dan sosiologi.
Di dalam konsep pendidikan yang di berikan kepada sekolah atau lembaga pendidikan itu
mencakup kurikulum dan teori kurikulum. Fungsi teori kurikulum sendiri sangat penting bagi
konsep pendidikan yang di berikan kepada sekolah ataupun lembaga pendidikan. Banyak para
ilmuan yang mencoba untuk membuang atau menghilangkan kurikulum teori tersebut, tetapi para
ilmuan tidak dapat melepas egunaan kurikulum teori tersebut di karenakan teori kurikulum tidak
dapat lepas dari suatu susunan kurikulum itu sendiri. Kurikulum teori sendiri sangat berkaitan
dengan suatu konsep bidang pendidikan yang sangat sistematis dan memperjelas tentang gejala-
gejala perspektif kurikulum itu sendiri.
Didalam membentuk atau membuat teori kurikulum meliputi : teori dasar, teori pengetahuan dan
teori umum.
Teori dasar adalah langkah awal pembentukan suatu teori di dalam kurikulum itu sendiri. Di
golongkan teori dasar di karenakan menyediakan penjelasan deskriptif dan unsur-unsur yang
dapat di artikan sendiri.
Teori pengetahuan adalah teori yang sudah melalui tahap uji.dan sangat berguna untuk
menerangi, meramalkan dan mengendalikan.
Teori umum adalah yang menjelaskan keseluruan sebuah teori kurikulum meskipun banyak yang
menganggap itu suatu arti yang dangkal tetapi teori kurikulum tidak di pandang remeh di dalam
susunan kurikulum.
Peran kepemimpinan di (dalam) meninjau ulang hubungan antar[a] teori dan praktek akan
merupakan suatu unsur rumit di masa akan datang, sukses atau kegagalan kurikulum berubah dan
itu berdampak pada sekolah atau lembaga pendidikan. Area tinjauan ulang untuk para pemimpin
kurikulum masa depan [perlu] meliputi yang berikut:
Pengembangan kurikulum [yang] historis belajar
Teori Arus dan praktek bidang
Dimensi mikro dan makro di (dalam) kurikulum
Etos dan pertimbangan budaya
Proses kurikulum berubah
Dampak teknologi kurikulum
Model dan proses disain intervi
Model dan proses mengembangkan belajar strategi
Identifikasi Dan Implementasi [dari;ttg] sesuai mengajar metoda
Model Dan Teknik penilaian dan proses evaluasi
Kebutuhan Pengembangan staff
Aplikasi produk dan disain kurikulum [yang] praktis per siswa untuk bekerja program

Kepemimpinan tanggung-jawab dan peran administratif ketika memerlukan untuk mencari


tantangan yang baru untuk menyusun kurikulum. para pemimpin bidang pendidikan [siapa] yang
memahami proses tinjauan ulang kurikulum [itu] adalah untuk yang mendukung perubahan, dan
akan merumuskan strategi intervi baru adalah suatu kunci terbatas kepada sukses sekolah di
masa datang.
Penggolongan teori kurikulum yang di kemukakan oleh Eisner :
Sebagai teknologi, sebagai perwujudan diri, keterkaitan pembentuk sosial, dan sebagai
rasilnalisme akademis.
Didalam menyusun suatu teori kurikulum ada suatu struktur yang tidak dapat lepas dari susunan
pembentukan suatu kurikulum.susunan struktur yang tidak dapat lepas meliputi :
Struktur orientasi teori, nilai orientasi teori, isi orientasi teori, dan proses orientasi
teori.menerangkan suatu struktur yang tidak dapat di pisahkan dalam pembentukan suatu
kurkulum. Didalam struktur orientasi teori memiliki hubungan timbal balik di dalam suatu
kurikulum dan tidak dapat di hilangkan maupun di ubah. Struktur orientasi teori juga bertujuan
untuk menjelaskan fungsi-fungsi kegunaan kurikulum.
Nilai orientasi teori bertujuan menilai dan pengambil-alihkan kurikulum.maksud dari pengambil-
alihan kurikulum di bidang nilai orientasi teori bertujuan untuk membuat peka kepada para
pendidik tentang apa nilai-nilai pendidikan.di dalam nilai orientasi terori itu sendiri mempunyai
tujuan memberi kebebasan di setiap para siswa atau para anak didik untuk membentuk jati diri
nya sendiri. Nilai-nilai orientasi teori memiliki metodologi pemeriksaan seperti : psikoanalisa,
pemeriksaan filosofis, analisa sejarah, dan teori politik.
Isi orientasi teori bertujuan menentukan isi kurikulum itu sendiri secara alami. Isi kurikulum itu
sendiri memiliki suatu golongan-golongan atau pandangan-pandangan sendiri yang memacu
pada pemusatan di anak, pemusatan di bidang pendidikan, pemusatan di masyarakat.
Pembentukan isi orientasi teori sangat berhubungan erat kepada golongan-golongan atau
pandangan-pandangan isi kurikulum tersebut.
Proses orientasi teori bertujuan menguraikan kurikulum yang di kembangkan atau bagaimana
merekomendasikan sebuah kurikulum teori secara alami.

2. Bagaimana dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan?


Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah : Kurikulum operasional yang di susun dan di
laksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan [BNSP]. KTSP merupakan salah
satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan.
Pada sistem KTSP, sekolah memiliki ” full authoity dan responsibility” dalam menetapkan
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Sekolah dan
komite sekolah mengembangkan kurikulum tingakat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan pada kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan. Sedangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi.KTSP merupakan paradigma baru pengambangan kurikulum yang
memberi otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan melibatkan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Di dalam KTSP terdapat empat kategori
kurikulum yaitu : teori orientasi struktur, teori orientasi nilai, teori orientasi isi, dan teori
orientasi proses. Dari ke empat kategori kurikulum di atas saling berkaitan di dalam kurikulum.
Oleh karena itu KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan
tujuh hal sebagai berikut :
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi diri NYA
sehinggai DIA dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
untuk lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan di
kembangkan dan di dayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang di ambil oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan
sekolah karena pihak sekolah lah yang tau apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat serta lebih efisien dan efektif bila mana di
pantau oleh masyarakat setempat.
5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua
peserta didik dan masyarakat pada umumnya sehingga sekolahan akan berusaha semaksimal
mungkin dalam melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah yang lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inofatif dengan dorongan dari orang tua peserta
didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat serta mengakomodasikannya dalam KTSP

Diposkan oleh Sholeh Hasan di 3/03/2010 12:13:00 PM

Mencermati Pelaksanaan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah
Tatag Yuli Eko Siswono
Jurusan Matematika FMIPA
Universitas Negeri Surabaya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah mulai diterapkan pada sekolah-
sekolah di Indonesia sejak tahun 2006. KTSP berbeda dengan kurikulum yang berlaku
di Indonesia sebelumnya. Pemerintah telah mengupayakan pelaksanaan KTSP ini
melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, pelatihan pengembangan, maupun penataran-
penataran pada tingkat nasional maupun daerah-daerah, sehingga sampai saat ini
kurikulum tersebut sudah tersebar cukup merata di sekolah-sekolah. Sekarang
bagaimana pelaksanaan kurikulum tersebut?
Makalah ini mendeskripsikan hasil pengamatan dan wawancara terhadap guru dan
pihak yang terkait yang berada pada 40 sekolah (SD, SDLB, SMP, SMPLB, MTs,
SMA, MA, dan SMK) di Surabaya, Sidoarjo, Tuban, Mojokerto, Jombang, Gresik,
Lamongan, dan Bangkalan. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan penyusunan
KTSP dan kendalanya, kegiatan belajar mengajar termasuk penilaiannya, sarana dan
prasarana, serta dampak penetapan standar kelulusan terhadap penerapan
pembelajaran. Hasilnya sekolah yang sudah menyusun kurikulum sendiri 52,5%, dan
47,5% belum menyusun kurikulum sendiri. Alasan tidak membuat kurikulum tersebut,
antara lain karena tidak adanya dana, belum ada pelatihan, kurang memahami KTSP,
dan sarana-prasarana yang terbatas. Guru-guru menyusun RPP hanya bersifat
adminstratif belum banyak yang sesuai dengan pelaksanaan di kelas. Pada beberapa
sekolah, patokan kelulusan pada UNAS berdampak pada pembelajaran yang hanya
memusatkan pada ketuntasan materi bukan pada kompetensi yang diharapkan. Tetapi
pada sekolah yang lebih ”maju”, kondisi itu tidak berpengaruh karena sudah disiapkan
program pembimbingan di luar jam pelajaran untuk persiapan UNAS.
Kata kunci: KTSP, UNAS, penilaian, KKM
PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah mulai diterapkan pada sekolah-sekolah
di Indonesia sejak tahun 2006. Jika diterapkan mulai pada tingkat kelas awal, maka saat ini paling
tidak di SD sudah sampai pada siswa kelas 2, SMP kelas 8, dan SMA/SMK pada siswa kelas 11. Hal
yang berbeda dari KTSP dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia sebelumnya adalah kurikulum
tersebut dikembangkan oleh satuan pendidikan sendiri. Pengembangannya dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik,
1
tetapi tetap mengacu pada standar nasional pendidikan. Pemerintah menetapkan kerangka
dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai acuan yang harus diikuti setiap
satuan pendidikan. Pemerintah telah mengupayakan pelaksanaan KTSP ini melalui kegiatan-kegiatan
sosialisasi, pelatihan pengembangan, maupun penataran-penataran pada tingkat nasional maupun
daerah-daerah, sehingga sampai saat ini kurikulum tersebut sudah tersebar cukup merata di sekolah-
sekolah.
Banyak keraguan tentang pelaksanaan kurikulum tersebut di lapangan pada awalnya. Seperti
dikatakan Prof. Mansyur Ramly, Kepala Balitbang Depdiknas (2007) yang menjelaskan seiring
dengan diberlakukannya KTSP, pada masa transisi ini banyak sekolah yang belum menerapkan
kurikulum buatan sendiri. Kendalanya, banyak guru yang tidak tahu bagaimana menyusun kurikulum
model KTSP. Oleh karena itu, lanjut Ramly, sambil menunggu kesiapan guru dan tenaga pelaksana
di lapangan, Balitbang Depdiknas telah menyediakan dua paket kurikulum model KTSP, yakni
model umum yang berisi kerangka acuan dan model kurikulum lengkap yang langsung bisa
diaplikasikan di sekolah. Dijelaskan bahwa banyak guru yang kebingungan dengan model KTSP
karena sudah lama guru menerima kurikulum dalam bentuk jadi dari pemerintah pusat. Padahal,
KTSP menuntut kreativitas untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal.
Sekarang, setelah berselang masa selama 2 tahun, bagaimana kondisi di lapangan? Apakah sekolah
dengan kreativitas gurunya sudah mengembangkan kurikulum secara mandiri? Kalau belum, apakah
masalahnya sama seperti yang ditengarai itu? Bagaimana kemungkinan solusi dari masalah tersebut?
Ramly (2007) mengatakan bahwa pada prinsipnya model KTSP bukan kurikulum baru,
hanya modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. Jadi bukan berarti kita ganti kurikulum.
Targetnya pada 2008 semua sekolah sudah bisa menyusun kurikulum model KTSP ini. Pernyataan
ini merupakan tantangan untuk dijelaskan sampai sejauh mana target ketercapaiannya saat ini. Selain
itu, pernyataan ini merupakan paradoks yang kenyataannya kurikulum diganti tetapi dikatakan tidak
ganti atau sekedar ganti nama saja. Apakah paradoks tersebut terjadi di lapangan atau bagaimana
pendapat guru terhadap pelaksanaan kurikulum itu?
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum
tidak akan bermakna, jika tidak diterapkan dalam pembelajaran dan sebaliknya, pembelajaran tidak
akan efektif jika tanpa kurikulum
2
yang jelas sebagai acuan (Sanjaya, 2008). Ini berarti bahwa pembelajaran yang efektif dari
segi produk maupun proses harus didasarkan pada acuan berupa kurikulum yang tepat, sesuai dengan
perkembangan psikologi, teori belajar, teknologi informasi, maupun penemuan di bidang-bidang
pengetahuan. Prinsip pembelajaran dalam KTSP mendasarkan pada sejumlah prinsip yang termuat
pada PP No. 19 tahun 2005 yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi ruang yang cukup untuk pengembangan
prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Dengan kata lain pembelajaran harus mendorong siswa untuk aktif sesuai dengan gaya belajarnya,
guru perlu kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajarannya. Bagaimana kenyataan di lapangan
setelah pemberlakuan KTSP, apakah guru terdorong untuk berusaha mengembangkan pembelajaran
sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan, yaitu pembelajaran yang mengaktifkan siswa? Apakah
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang berusaha dicari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan.
Masalah krusial lain yang berkaitan dengan KTSP adalah pelaksanaan ujian nasional (UN).
Marcellino (2007) mengatakan bahwa KTSP yang dibuat sesuai kreativitas guru, dan kondisi muatan
lokal sangat kontradiktif dengan penyelenggaraan ujian nasional (UN). Prinsip UN yang sentralistik,
justru menghambat otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulumnya. KTSP juga
menyesuaikan dengan konteks kultural dari sekolah itu berada dalam komunitas tersebut. Atas dasar
ini, bobot mutu pendidikan yang direalisasikan pada suatu mata pelajaran tertentu, dari satu sekolah
tertentu dengan kondisi finansial tertentu akan berbeda dengan sekolah lain di daerah lain dengan
kondisi finansial yang lain pula. Pemahaman ini yang memicu sekolah untuk memprioritaskan pada
aspek hasil dari ujian nasional daripada aspek manfaat atau proses pendidikan yang diselenggarakan.
Apalagi kondisi sekolah yang bervariasi dalam sarana prasarana ataupun sumber daya semakin
menguatkan kontradiksi itu. Sebenarnya bagaimana kenyataan di lapangan? Apakah ujian nasional
dan penetapan standar kelulusan memberi dampak pada penekanan kegiatan pembelajaran di kelas?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang akan di jawab dalam pembahasan tulisan ini.
Tulisan ini mendeskripsikan hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa sekolah di
Surabaya, Sidoarjo, Tuban, Mojokerto, Jombang, Gresik,
3
Lamongan, dan Bangkalan. Sasaran observasi tidak dilakukan secara purposive sampling,
karena tujuannya menggali informasi secara kualitatif pelaksanaan dan kendala-kendala yang
dihadapi sekolah. Sekolah tersebut terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang meliputi SD, SDLB,
SMP, SMPLB, MTs, SMA, MA, dan SMK sebanyak 40 sekolah. Pembahasan ini dapat
dikategorikan sebagai penelitian deskriptif yang lebih bersifat kualitatif. Data yang digunakan adalah
data sekunder dari laporan hasil observasi dan wawancara oleh mahasiswa S1 Jurusan Matematika
angkatan 2004 dan 2005 pada tahun 2007 dan 2008. Data hasil studi ini dianalisis dengan tahapan,
yaitu reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah kegiatan yang mengacu
pada proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi
data mentah di lapangan. Pemaparan data meliputi pengklasifikasi dan identifikasi data, yaitu
menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik
kesimpulan dari data tersebut. Menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan
menverifikasi kesimpulan tersebut.
Pertanyaan penelitian yang diajukan meliputi (1) Apakah sekolah sudah menyusun kurikulum
sendiri sesuai dengan KTSP 2006? Jika belum, apa saja kendalanya; (2) Apakah RPP yang disusun
guru menunjukkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa (inovatif); (3) Apakah guru melaksanakan
pembelajaran sesuai RPP yang dirancang?; (4) Apakah guru sudah menerapkan pembelajaran aktif
yang berpusat pada siswa? Berapa persen dari seluruh kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
dilakukan?; (5) Bagaimana cara penilaian yang dilakukan?; (6) Untuk menentukan kriteria
ketuntasan minimal (KKM), apakah dianalisis sesuai dengan pedoman pada KTSP 2006? Jika tidak,
mengapa demikian?; (7) Bagaimana sarana dan prasarana sekolah itu?; (8) Apakah adanya ujian
akhir nasional (UAN) dengan penetapan skor tertentu memberi dampak pada penerapan
pembelajaran inovatif?
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi KTSP di beberapa sekolah,
pelaksanaan pembelajaran berdasar KTSP, dan penilaian, serta dampak ujian nasional yang berkaitan
dengan proses pembelajaran bagi sekolah. Penelitian ini tidak menggeneralisasi tentang pelaksanaan
KTSP di suatu wilayah, tetapi memberikan gambaran/deskripsi pelaksanaan beberapa sekolah yang
menjadi sasaran penelitian.
4
KAJIAN TEORI
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu kurikulum sebagai mata
pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program
pembelajaran (Sanjaya, 2008:4). Pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran dianggap sebagai
pandangan tradisional, karena dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah terjadi
pergeseran fungsi sekolah. Sekolah mempunyai beban yang semakin kompleks yang tidak hanya
membekali siswa dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Sekolah dituntut mengembangkan
minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta memenuhi dunia pekerjaan.
Tuntutan baru yang dibebankan masyarakat kepada sekolah mengakibatkan pergeseran
makna kurikulum. Kurikulum tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran, tetapi dipandang sebagai
pengalaman belajar. Kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun
di luar sekolah yang berada pada tanggung jawab guru atau sekolah. Pandangan ini sebenarnya juga
dipengaruhi oleh penemuan-penemuan dan pandangan dari psikologi belajar. Oleh karena itu, belajar
bukan hanya mengumpulkan sejumlah pengetahuan, tetapi proses perubahan tingkah laku. Perubahan
tersebut terjadi karena siswa memiliki pengalaman belajar. Dengan demikian, untuk memahami
kurikulum tidak cukup hanya melihat dokumen tertulisnya saja, tetapi bagaimana proses
pembelajaran yang dilakukan siswa di sekolah maupun luar sekolah. Hal tersebut berkaitan dengan
evaluasi keberhasilan pelaksanaan kurikulum, yaitu bahwa pencapaian target pelaksanaan kurikulum
tidak hanya dilihat dari kemampuan siswa menguasai isi atau materi, tetapi harus dilihat dari proses
atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar. Kurikulum sebagai pengalaman belajar ini dianggap
sebagai konsep yang luas, sehingga maknanya menjadi kabur dan tidak fungsional. Ketidaksepakatan
terhadap pengertian ini melahirkan kurikulum sebagai suatu program atau rencana untuk belajar.
Kurikulum sebagai perencanaan belajar dikemukakan oleh Taba (dalam Sanjaya, 2008:8).
Kurikulum adalah suatu rencana untuk belajar, sehingga apa yang diketahui tentang proses belajar
dan pengembangan individu mengacu pada sebuah bentuk kurikulum. Kurikulum adalah
perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar dan hasil yang diharapkan. Pengertian ini sejalan
dengan UU No. 20 tahun
5
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.. Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua aspek, yaitu
sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi dan cara pelaksanaan rencana itu. Kurikulum sebagai
rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru.
Kurikulum sebagai pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaanya digunakan sebagai upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif, serta
peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya, 2008). Peran konservatif kurikulum berkaitan
dengan peran dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang mewarisi nilai-
nilai dan budaya masyarakat. Peran kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai
warisan masa lalu. Peran kreatif kurikulum karena sekolah sesuai tuntutan perkembangan zaman
memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru dan inovatif. Hal tersebut karena
masyarakat tidak statis tetapi dinamis yang mengalami perubahan. Kurikulum harus mampu
menjawab setiap tantangan sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat. Peran
kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa
mengembangkan potensi yang dimiliki serta dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang selalu
bergerak dan berubah. Peran kritis dan evaluatif dari kurikulum didasarkan pandangan bahwa tidak
semua nilai dan budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman harus dimiliki setiap anak
didik. Tidak semua budaya dan nilai-nilai lama yang dipertahankan. Dengan demikian kurikulum
berperan menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang bermanfaat untuk kehidupan anak
didik.
KTSP merupakan kurikulum terbaru yang diharapkan memiliki peran konservatif, kreatif,
maupun kritis dan evaluatif dalam penerapannya saat ini. KTSP merupakan penyempurnaan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau dikenal dengan Kurikulum 2004. KTSP tetap sebagai
kurikulum berbasis kompetensi karena berlandaskan pada UU RI no.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional
pendidikan yang salah satu berupa standar kompetensi lulusan (Bab X, pasal 36).
6
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan merupakan ciri yang
berbeda dari kurikulum yang digunakan sebelumnya. Kurikulum sebelumnya lebih bersifat
sentralistik (terpusat), sedang KTSP merupakan kurikulum yang desentralistik dengan
memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah. KTSP sebagai kurikulum operasional masih
tetap mengacu standar isi maupun kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan demikian dapat dipahami bahwa KTSP sebagai kurikulum
yang bersifat operasional paling tidak memiliki tiga makna. Pertama, dalam pengembangannya tidak
lepas dari ketetapan-ketetapan yang disusun pemerintah secara nasional melalui BSNP. BSNP
menetapkan standar nasional pendidikan, seperti standar isi, standar kompetensi lulusan, proses,
ataupun penilaian. Kedua, pengembangan KTSP harus memperhatikan ciri khas daerah, sesuai UU
No 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 2 bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik. Ketiga, pengembangan KTSP memberikan peluang dan keleluasaan pada guru ataupun
sekolah menciptakan strategi dan metode pembelajaran, media, maupun evaluasi sesuai kondisi dan
karakteristik siswa di sekolah.
Pemaknaan KTSP sebagai kurikulum operasional yang seharusnya dikembangkan sendiri
oleh sekolah menjadi kabur dalam implementasi dan pelaksanaannya. Karena orientasi kurikulum
yang masih dipandang sebagai isi dari mata pelajaran, maka adanya standar kompetensi dan
kompetensi dasar tiap mata pelajaran sudah cukup bagi guru melaksanakan pembelajaran tanpa harus
mengembangkan kurikulum sendiri. Selain itu, kecenderungan budaya global yang disebarkan
melalui media dan teknologi informasi menyurutkan penonjolan budaya, ciri, maupun potensi daerah
yang berbeda. Kurikulum dikembangkan dengan tujuan yang seragam sesuai tuntutan global.
Misalkan suatu sekolah mendapatkan emas pada olimpiade matematika dan diberitakan secara
nasional maupun internasional, maka semua sekolah meniru berupaya mendapatkan prestasi dalam
olimpiade, sehingga kurikulumnya diarahkan mencapai hal itu.
Pada kurikulum sebelum KTSP, guru dibebankan tugas administratif membuat perencanaan
pembelajaran yang dikenal dengan nama rencana pelajaran
7
(RP) dan satpel (satuan pelajaran). Pada KTSP, guru juga diminta membuat silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta kelengkapannya. Isi dari perencanaan pembelajaran
itu paling tidak berisi uraian kegiatan inti dan proses pembelajaran yang menuntut strategi, metode,
media yang sesuai dengan karakteristik siswa serta mengaktifkan siswa. Untuk itu pada kurikulum
sekarang maupun sebelumnya, peluang dan keleluasaan menciptakan inovasi pembelajaran
sebenarnya sama. Dengan demikian tidak ada jaminan KTSP akan mendorong pengembangan
strategi pembelajaran yang inovatif dan efektif, jika tidak ada kesadaran diri, motivasi, maupun
keyakinan untuk mengubah cara pandang (paradigma) dalam pembelajaran.
B. Pembelajaran dalam KTSP
Keterkaitan suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model (Oliva dalam
Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model berkaitan (the interlocking model),
model konsentris (the concentric model), dan model siklus (the ciclical model). Model dualistik
memandang bahwa antara kurikulum dan pembelajaran sebagai sesuatu yang terpisah. Kurikulum
yang seharusnya sebagai input dan pedoman menata pembelajaran, serta pembelajaran yang
seharusnya sebagai balikan dalam proses penyempurnaan tidak tampak. Model berkaitan memandang
antara kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem yang memiliki hubungan. Antara kurikulum
dan pembelajaran ada bagian-bagian yang berpadu atau berkaitan. Model konsentris memandang
bahwa kurikulum dan pembelajaran memiliki hubungan dengan kemungkinan salah satu bagian dari
yang lainnya. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan pembelajaran sebagai sesuatu yang
saling pengaruh dan memiliki hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar dalam proses
pelaksanaan pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran dapat mempengaruhi keputusan untuk
kurikulum sendiri.
KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran sebagai suatu komponen
yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya mengikuti model siklis. KTSP digunakan sebagai
pedoman yang minimal digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan dan indikator kompetensi yang harus dimiliki siswa.

8
2. Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan dan
kompetensi.
3. Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan.
4. Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi melalui evaluasi atau penilaian.

Pembelajaran di kelas yang mendasarkan pada karakteristik siswa dan potensi daerah
mempengaruhi isi dari KTSP untuk tiap satuan pendidikan pada masing-masing daerah. KTSP yang
dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip (BSNP, 2006), yaitu (1)
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
(2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
(4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar
sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-
prinsip ini yang dapat memberi warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masing-
masing daerah sesuai potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik, dan
lingkungannya. Perbedaan atau keragaman yang terjadi harus tetap terpadu, relevan dengan
kehidupan nyata, serta sesuai dengan kepentingan nasional. Subtansi kurikulum harus mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi bidang keilmuan, teknologi, maupun seni yang disajikan secara
berkesinambungan untuk menunjang pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik belajar
sepanjang hayat.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal berikut (BSNP, 2006), yaitu (1) peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia, (2) pengembangan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, (3) keragaman potensi dan karakteristik daerah
dan lingkungan, (4) tuntutan pengembangan daerah dan nasional, (5) tuntutan dunia kerja, (6)
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (7) agama, (8) dinamika perkembangan global,
(9) persatuan dan nilai-nilai kebangsaan, (10) kondisi sosial budaya masyarakat setempat, (11)
kesetaraan jender, dan (12) karakteristik satuan pendidikan. Acuan operasional pelaksanaan KTSP ini
menunjukkan bahwa keterkaitan kurikulum dan pembelajaran juga mengikuti model siklik.
Keragaman agama, potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, karakteristik satuan pendidikan,
kecerdasasan
9
dan minat, tuntutan dunia kerja, jender, serta perkembangan global mempengaruhi model dan
strategi pembelajaran yang dikembangkan masing-masing satuan pendidikan pada masing-masing
daerah.
KTSP berisi 4 komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur
program dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan,
seperti pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 pasal 26. Struktur dan muatan KTSP pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005
pasal 6 dan 7. Kalender pendidikan disusun sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Berdasar silabus tersebut, guru mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Strategi-strategi pembelajaran yang
inovatif dan melibatkan siswa dimunculkan pada silabus dan RPP itu.
Kegiatan pembelajaran pada penerapan KTSP harus dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran
yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006:16). Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di kelas paling sedikit mempertimbangkan interaksi antar semua komponen yang terlibat,
menggunakan pendekatan bervariasi, dan berpusat pada siswa. BSNP (2006:3) juga menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum (KTSP) ditujukan antara lain agar dapat memberi kesempatan
peserta didik untuk belajar membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
10
Dalam pelaksanaan di lapangan, apakah acuan kegiatan pembelajaran yang inovatif (dalam
artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan strategi yang bervariasi) seperti yang
dicanangkan KTSP sudah diterapkan oleh guru? Pertanyaan ini perlu untuk dijawab mengingat
ukuran keberhasilan dari suatu kurikulum termasuk bagaimana kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan, sekaligus keberhasilan keluaran dari proses tersebut.
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dilakukan evaluasi atau penilaian. Dalam KTSP
ditetapkan dan diatur pada standar penilaian yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomer 19
Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
C. PENILAIAN DAN PENETAPAN KKM
Evaluasi (evaluation), asesmen atau penilaian (assesment), pengukuran (measurement)
merupakan istilah yang saling berkaitan dan bermakna berbeda. Evaluasi berkaitan dengan
pengambilan keputusan maupun pertimbangan (judgment) terhadap sesuatu. Penilaian merupakan
bagian dari evaluasi yang lebih luas dari sekedar pengukuran. Pengukuran pada umumnya berkaitan
dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur.
Print (dalam Sanjaya, 2008:337) menggambarkan hubungan evaluasi, penilaian, dan
pengukuran dalam diagram berikut.
Berdasar diagram itu, pengambilan keputusan berupa evaluasi
dilakukan mulai dari pengumpulan data dengan pengukuran.
Data yang terkumpul kemudian dilakukan interpretasi melalui
penilaian. Hasil penilaian tersebut dikumpulkan sebagai bahan
untuk pengambilan keputusan melalui evaluasi.
Dalam pembahasan ini lebih difokuskan pada penilaian, karena istilah ini yang digunakan
dalam standar pendidikan nasional dan berkaitan dengan KTSP.
Penilaian (penilaian pendidikan) menurut Popham (1995:3) diartikan sebagai suatu upaya
formal untuk menentukan status siswa yang berkenaan dengan ketertarikan terhadap variabel-
variabel pendidikan. Variabel pendidikan dapat berupa pengetahuan tentang materi pelajaran,
keterampilan-keterampilan yang perlu Evaluasi (judgment) Penilaian (data interpretation )
Pengukuran (data collection)
11
dikuasai, dan sikap-sikap positif dalam pendidikan. Pengertian ini menekankan bahwa
penilaian sebagai suatu upaya “formal”, karena seorang manusia selalu memberikan status atau
penilaian terhadap orang lain. Guru juga melakukan pertimbangan informal terhadap siswa yang
bukan termasuk penilaian, seperti secara sepintas menunjuk seseorang siswa untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan atau berdasar perasaannya memilih seorang siswa untuk mengerjakan
soal yang diberikan. Penilaian dalam pengertian ini berarti luas yang gunanya tidak sekedar
mendiagnosis kelemahan dan kekuatan siswa, memonitor kemajuan siswa, memeringkatkan siswa,
dan menentukan efektivitas pembelajaran, tetapi juga digunakan untuk memberikan citra publik
terhadap efektifitas pendidikan, membantu guru dalam evaluasi proses yang dilakukannya, dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Muijs dan Reynolds (2008:367) menjelaskan penilaian mengacu pada semua informasi yang
dikumpulkan tentang siswa di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan formal, esai, dan pekerjaan
rumah, atau secara informal melalui observasi atau interaksi. Sedang evaluasi mengacu pada proses
pertimbangan (judging), memberi nilai (valuing), and memeringkatkan (ranking). Pengertian
penilaian ini lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang dibuat oleh Popham (1995).
Penilaian (asesmen) dikatakan sebagai kegiatan pengumpulan data dari murid tertentu, sedang
evaluasi sebagai kegiatan memberi pertimbangan, memberikan nilai, dan memeringkatkan siswa.
Dalam pengertian penilaian oleh Popham (1995), pengertian evaluasi ini masih termasuk kegiatan
penilaian.
Pengertian penilaian yang lebih mengacu pada proses kegiatan di kelas dirumuskan oleh
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2004:11). Evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan
penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk
melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau
tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgment). Penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian) kemampuan siswa. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar siswa. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau
usaha
12
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai
karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara
penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam
kondisi yang memenuhi syarat tertentu yang jelas. Khusus pengertian penilaian pada pengertian ini
semakna dengan yang dikemukakan oleh Muijs dan Reynolds (2008) yang mengacu pada usaha
pengumpulan informasi tentang siswa. Selanjutnya secara khusus dirumuskan pengertian penilaian
kelas, yaitu merupakan penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian untuk
mendapatkan nilai kualitatif maupun aktifitas pengukuran untuk mendapakan nilai kuantitatif.
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian
nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan
potret/profil kemampuan siswa sesuai daftar kompetensi yang ditetapkan kurikulum (Balitbang
Depdiknas, 2004:11).
Pengertian penilaian, evaluasi, ulangan, dan ujian yang lebih mengikat adalah yang tertuang
pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional (pasal 1)
berikut. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Ulangan adalah
proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan
dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Pengertian penilaian
ini merupakan pengesahan dari pengertian yang diungkap oleh Balitbang Depdiknas (2004:11).
Pengertian itu yang akan digunakan dalam pembahasan tulisan ini.
Penilaian berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran. Pada KTSP yang merupakan
kurikulum berbasis kompetensi, penilaian merupakan kegiatan integral dalam proses pembelajaran,
sehingga disebut penilaian berbasis kelas. Kegiatan
13
penilaian tersebut merupakan kegiatan yang tidak terpisah dengan pembelajaran dan
dilakukan secara terus menerus dalam setiap pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Orientasi penilaian bukan hanya pada hasil (product oriented) tetapi juga pada proses (process
oriented). Hal lain bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi yang menyeluruh,
artinya dalam penilaian guru dapat mengembangkan berbagai jenis penilaian, baik berupa
pengukuran dan pengujian tingkat kognitif, psikomotor, maupun afektif.
Penilaian pada KTSP beorientasi pada penilaian yang mengacu kriteria (penilaian acuan
kriteria atau criterion-referenced asssesment) bukan mengacu pada norma/standar (penilaian acuan
norma atau norm- referenced asssesment). Hasil belajar siswa ditentukan berdasar pada kriteria yang
telah ditetapkan untuk penguasaan kompetensi. Dengan kata lain, penilaian mengacu pada
kurikulum. Penilaian acuan norma tidak sepenuhnya ditinggalkan, karena digunakan seperti memilih
siswa dalam rombongan belajar yang sama, atau menyeleksi siswa untuk mewakili lomba tertentu.
BSNP (2006:17-18) memberikan rambu-rambu penilaian dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti
semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang
telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

14
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di
bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
Pada penerapan KTSP seharusnya cara penilaian mengacu pada hal-hal di atas, seperti
penggunaan berbagai jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur.
Kenyataannya, apakah cara penilaian sudah menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri? Kemudian bagaimana menentukan batas
kriteria ketuntasan minimalnya (KKM)? Apakah sudah dianalisis mengikuti ketentuan pada KTSP?
KKM merupakan batas minimal seorang siswa mencapai ketuntasan belajar. Ketuntasan
belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik
serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan
diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal (BSNP, 2006:12). Melihat syarat penentuan KKM harus mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata, dan kemampuan sumber daya dukung tersebut, maka untuk menentukan harus
dianalisis.
Pada materi sosialisasi KTSP yang dikeluarkan depdiknas (2007) ditunjukkan bagaimana
cara menganalisis KKM tersebut. Kriteria penetapan KKM meliputi: (1) kompleksitas indikator
(kesulitan dan kerumitan), (2) daya dukung (sarana/prasarana, kemampuan guru, lingkungan, dan
biaya), dan (3) intake siswa (masukan kemampuan siswa). Penafsiran masing-masing kriteria itu
dapat menggunakan skor (1,2, atau 3) sesuai dengan bobotnya, atau skor dalam suatu
rentang/interval, atau

15
pertimbangan professional judgment. Pada kurikulum sebelum KTSP, ketuntasan belajar
ditetapkan oleh pusat, sehingga guru pada suatu sekolah tanpa melakukan analisis dapat langsung
menggunakan batas ketuntasan itu. Bagaimana sekarang, apakah adanya kurikulum yang memberi
ruang terhadap pertimbangan kondisi siswa dalam penilaian di kelas mengubah cara pandang guru?
Pertanyaan tersebut yang diupayakan untuk diketahui jawabannya.

D. UJIAN NASIONAL DAN DAMPAK PADA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Erat kaitannya dengan penilaian adalah ujian yang dilakukan secara nasional atau dikenal
Ujian Nasional. Ujian nasional merupakan kewajiban penilaian oleh pemerintah pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana dikatakan pada PP No 19 tahun 2005 pasal 63 tentang
standar pendidikan nasional.
Pada peraturan pemerintah tersebut dikatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan,
dan pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian tersebut digunakan untuk
menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Sedang,
penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Karena sifat penilaiannya yang nasional, maka seolah-olah menjadi tujuan akhir dari suatu
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Apalagi jika melihat kegunaan ujian
nasional itu, seperti disebutkan pada pasal 68 (PP Nomer 19 tahun 2005), yaitu sebagai salah satu
pertimbangan untuk: (a) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, (b) dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan
16
berikutnya, (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan,
(d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Kegunaan ujian nasional ini menjadi tugas berat bagi siswa, orang
tua, guru, sekolah, dinas pendidikan setempat. Beban bagi siswa dan orang tua karena ujian nasional
menjadi indikator penentuan kelulusan dari sekolah dan mencari sekolah pada jenjang berikutnya.
Bagi guru, ujian nasional menjadi indikator proses pendidikan yang dilakukan selama ini apakah
sudah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Bagi sekolah dan dinas setempat menjadikan
ujian nasional sebagai indikator untuk menunjukkan mutu sekolah di mata masyarakat dan
pemerintah.
Sistem penilaian ini akan mengarahkan suatu proses pembelajaran pada fokus persiapan ujian
nasional. Hal tersebut seperti dikatakan Berends dalam Muijs & Reynolds, (2008:360) bahwa sistem-
sistem akuntabilitas negara mempertajam trend waktu yang lebih banyak digunakan untuk penilaian,
sehingga hampir seluruh pengajaran diarahkan pada persiapan-persiapan tes yang diwajibkan. Hasil
pengamatan peneliti di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa paling tidak sekolah selalu mempunyai
suatu program berupa bimbingan belajar untuk persiapan ujian nasional. Apakah ini berarti
mengindikasikan fokus tujuan belajar hanya untuk ujian nasional yang hanya mengukur aspek
kognitif? Untuk menjawab perlu dilakukan penelusuran untuk mengetahui pandangan sekolah
ataupun guru-guru terhadap proses pembelajaran yang seharusnya dan kaitannya dengan ujian
nasional. Apakah ujian nasional kontradiktif dengan rambu-rambu pembelajaran pada KTSP?
Marcellino (2007) pada harian Suara Pembaruan (24 February 2007) mengatakan bahwa
ujian nasional kontradiktif dengan KTSP. Prinsip UN yang sentralistik, justru menghambat otonomi
sekolah dalam mengembangkan kurikulumnya. KTSP merupakan paradigma baru dalam dunia
pendidikan dan memberi tempat pada demokratisasi untuk penentuan kurikulum pendidikan yang
sesuai dengan konteks komunitas lokasi sekolah berada, konteks finansial, atau SDM dari sekolah
yang bersangkutan. KTSP juga menyesuaikan dengan konteks kultural dari sekolah itu berada dalam
komunitas tersebut. Konskuensinya materi pokok yang dikembangkan di sekolah beragam.
Perbedaan materi mungkin terjadi antar sekolah yang berada dalam satu wilayah, baik dari sisi
muatan maupun kedalamannya. Di pihak lain, butir soal UN mengukur muatan tertentu dan
kedalaman materi yang
17
sama di seluruh Indonesia. Masalah UN ini sebenarnya telah lama menjadi polemik yang
tidak hanya pada masa KTSP, tetapi pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Masalah tersebut mulai
dari perlu tidaknya adanya UN, kriteria penentuan kelulusan, ataupun dampak dari UN secara
langsung maupun tidak langsung. Batas kelulusan pada tahun pelajaran 2007/2008 mensyaratkan
siswa harus memiliki nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan
tidak ada nilai di bawah 4,25 dan khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian
Kejuruan Minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN; atau memiliki nilai minimal
4,00 pada salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00, dan khusus untuk
SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan minimum 7,00 dan digunakan untuk
menghitung rata-rata UN. Kriteria tersebut memicu pro-kontra pada sebelum maupun sesudah
dilaksanakan ujian tersebut. Kriteria ini lebih meningkat dari tahun pelajaran 2006/2007 yaitu
memiliki nilai rata-rata minimum 5,00 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada
nilai di bawah 4,25; dan khusus untuk SMK nilai mata pelajaran kompetensi kejuruan minimum 7,00
dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN; atau memiliki nilai minimum 4,00 pada salah
satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing
minimum 6,00; dan khusus untuk SMK nilai mata pelajaran kompetensi kejuruan minimum 7,00.
Permasalahan juga muncul karena mata pelajaran yang diujikan dari Bahasa Indonesia, Matematika,
dan Bahasa Inggris ditambah dengan mata pelajaran IPA atau mata pelajaran bidang/jurusan di SMA.
Dari sisi pemerintah merupakan hak dan kewajiban dari pemerintah untuk mengawasi
penyelenggaraan pendidikan dan menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 10 dan 11, UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional). UN memang sentralistik karena merupakan amanat undang-undang yang mengikat seluruh
warga negara tetapi tetap memberikan wewenang pada guru dan sekolah melakukan penilaian. UN
hanya mencakup beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan. Mata pelajaran tersebut dipilih karena peran sentralnya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan siswa selanjutnya. Penentuan beberapa mata pelajaran ini tentu
membawa konskuensi tersendiri bagi guru mata pelajaran tersebut dan bagi guru mata pelajaran yang
tidak diujikan secara nasional, terutama dalam proses pembelajaran.
18
Fokus pembahasan ini tidak pada polemik perlu tidaknya ujian nasional tetapi lebih
menekankan pada dampak atau konskuensi dari pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Apakah
sekolah tergiring untuk memusatkan energinya pada persiapan ujian nasional atau menyiapkan dalam
arti proses, seperti meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada keberhasilan ujian
nasional. Dengan kata lain, apakah pembelajaran yang diselenggarakan berbasis standar ujian
nasional atau pembelajaran yang berbasis tujuan nasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGEMBANGAN KTSP DI SEKOLAH
Sekolah yang dijadikan sasaran penelitian sebanyak 40 sekolah yang berada di Surabaya,
Sidoarjo, Tuban, Mojokerto, Jombang, Gresik, Lamongan, dan Bangkalan. Komposisi sekolah
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Sasaran Penelitian dan Sekolah yang Status Banyak Sudah Belum
sudah menyusun KTSP Jenjang Sekolah Menyusun Menyusun
SD Negeri 5 2 3
Swasta 2 2 0
SDLB 1 1 0
SMP Negeri 8 7 1
Swasta 5 3 2
SMPLB 3 0 3
SMA Negeri 5 2 3
Swasta 5 2 3
MTs Negeri 1 0 1
MA Negeri 1 1 0
Swasta 1 0 1
SMK Negeri 1 1 0
Swasta 1 0 1
Farmasi 1 0 1
Total 40 21 19
PENDIDIKAN (KTSP) MATA PELAJARAN QUR’AN HADIST

Bab 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, informasi dan komunikasi

semakin lancar, terbukanya informasi dan komunikasi di masyarakat memberikan dampak

terhadap kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dengan segala

permasalahannya. Melalui pendidikan, perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat akan

terpelihara dan terjaga dengan baik. Dengan pendidikan, simbiosis mutualisme akan terjalin erat

antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan hidup guna

mencari kehidupan yang diarahkan pada kemajuan dan perkembangan ke arah yang lebih baik

dari kehidupan sebelumnya.

Pendidikan memberi peran penting dalam kehidupan manusia. Pergeseran atas kebutuhan

pendidikan ini seiring dengan kemajuan zaman dan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, informasi dan komunikasi

semakin lancar. Terbukanya informasi dan komunikasi di masyarakat memberikan dampak

terhadap kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dengan segala

selukbeluknya. Melalui pendidikan, perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat akan

terpelihara dan terjaga dengan baik. Dengan pendidikan, simbiosis mutualisme akan terjalin erat

antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan hidup guna
mencari kehidupan yang diarahkan pada kemajuan dan perkembangan ke arah yang lebih baik

dari kehidupan sebelumnya.

“Education is need for life”. Kalimat tersebut telah menjadi prinsip oleh sebagian orang

yang sadar atas kebutuhan pendidikan. Memenuhi kebutuhan pendidikan tak sekedar naik kelas

atau lulus. Seperti yang diungkapkan Ahmad Tafsir bahwa ‘pendidikan adalah usaha untuk

meningkatkan diri dalam berbagai aspeknya’.

Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengantarkan manusia untuk mencapai

keberhasilan hidup, baik kehidupan duniawi atau ukhrowi dalam rangka memenuhi kebutuhan

jasmani dan rohaninya. Sejalan dengan itu, ‘Pendidikan Islam dengan sendirinya merupakan

suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba

Allah SWT’ (Nur Uhbiyati 1997, hlm .13).

Dalam prinsip kenegaraan, “Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan

bangsa dan negara”( Depag RI 2004, hlm.1). Sehingga dipandang sangat urgen untuk

dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Pembangunan Nasional di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal ini dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan

sejahtera, yang didukung oleh manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,

sehat, mandiri, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan visi Pendidikan Nasional tersebut diperlukan peningkatan dan

penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan dan


perkembangan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,

dengan keimanan sebagai inti. Dalam kerangka ini pula diberlakukan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003.

Dengan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaannya,

madrasah merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional dan salah satu bentuk

satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Meskipun demikian, madrasah

tetap memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri, sehingga dalam konteks kurikulum, perlu

menampakkan karakteristik tersebut. Pencitraan kualitas outcome dan output-nya pun harus

menunjukkan karakteristik tersendiri, sehingga citra madrasah tidak termarginalkan. Oleh karena

itu, pembelajaran madrasah perlu dirumuskan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga di

satu sisi memiliki relevansi dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dalam mewujud-

kan tujuan Pendidikan Nasional, di sisi lain mencerminkan eksistensi dan jati diri madrasah

sebagai satuan pendidikan Islam yang menjadi bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional

tersebut.

Madrasah Tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan menengah pertama dituntut untuk

melaksanakan program pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam

pelaksanaannya, pengembangan kurikulum Madrasah Tsanawiyah harus mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional dengan prinsip diversifikasi

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik (Anonimus 2003, 18-20).

Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh

pemerintah, pengembangannya “termasuk di dalamnya mata pelajaran Qur’an Haditsdiserahkan

pada tingkat satuan pendidikan.


Pada tingkat menengah, para peserta didik (siswa) diharapkan tidak sekedar mengetahui

ajaran-ajaran dasar Islam, tetapi juga memiliki kemampuan dan ketrampilan studi ke-Islam-an,

sehingga untuk mereka diberikan pelajaran gramatika “Bahasa Arab” yang lebih tinggi sesuai

dengan keperluan studi al-Qur’an, untuk memperkuat mata pelajaran Qur’an Hadist.

Core (inti) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ‘yakni menciptakan dan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan’ patutlah menjadi tujuan semua madrasah dalam

mewujdkan karakteristiknya, sehingga mata pelajaran Qur’an Haditsdalam struktur kurikulum

pendidikan dasar dan menengah, atau Madrasah Aliyah, atau Sekolah Menegah Umum berciri

khas agama Islam sebagai mata pelajaran pokok harus diikuti setiap siswa dalam semua jurusan,

karena fungsinya yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan membentuk manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara fungsional mata pelajaran Qur’an Haditsdiberikan dalam upaya

mentranformasikan berbagai doktrin keagamaan dalam aspek-aspek aqidah, ibadah dan akhlaq,

yang sangat diperlukan para siswa dalam upaya membangun citra keimanan dan ketaqwaan

mereka, melalui sumber ajarannya yang otentik, tidak sekedar pemikiran-pemikiran keagamaan

yang telah terstruktur dalam ilmu-ilmu keagamaan, baik ilmu kalam, fiqh maupun akhlaq.

(Anonimus 1999, hlm 2)

Mata pelajaran tersebut juga diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

baca al-Qur’an, tidak sekedar dalam aspek kelancarannya, tapi juga kefasihan dan kemahirannya

sesuai dengan ketentuan-ketentuan cara baca al-Qur’an yang telah diatur dalam ilmu baca al-

Qur’an dengan baik (ilmu tajwid, ilmu maqra dan ilmu makharij al-huruf). Juga diarahkan untuk

memiliki kemampuan menulis kalimat al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan
gramatika Bahasa Arab, serta sesuai pula dengan tradisi tulis Arab yang telah dikembangkan

para ahli Bahasa Arab.

Mata pelajaran Qur’an Haditsdisampaikan melalui Proses Belajar Mengajar. Menurut

Oemar Hamalik, Karakteristik interaksi belajar-mengajar dalam pendekatan proses belajar-

mengajar meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan pembelajaran. Dalam sudut pandangnya,

Oemar Hamalik menjelaskan bahwa mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan kepada

peserta didik (Umar Halik 2007, hlm 25-27).

Pendapat tersebut didasari atas berbagai latar belakang masalah dan fenomena yang

kompleks. Pembelajaran, tujuan pembelajaran, guru, mengajar, pengajaran, siswa dan peserta

didik dimaknai dari berbagai sudut pemikiran.

Pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada berbagai permasalahan yang perlu

mendapat penanganan secepatnya, diantaranya berkaitan dengan masalah relefansi atau

kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Dalam kerangka

inilah pemerintah menggagas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai tindak

lanjut kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan disentralisasi. Istilah Kurikulum

satuan Pendidikan yang disingkat KTSP merupakan kurikulum operasional yang

pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan. Dengan demikian melalui

KTSP ini pemerintah berhadap jurang pemisah antara pendidikan dan pembangunan, serta

kebutuhan dunia kerja dapat segera teratasi (Mulyasa 2006, hlm. 19)

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut :


1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk

mewujutkan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan di kembangkan dengan prinsip

diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Secara lengkap, pengertian pembelajaran dapat dirumuskan: “Pembelajaran ialah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.(Muhammad Surya 2004, hlm. 7)

Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah:

Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini

mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku

dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah

perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran.

Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.

Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah

meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu

meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif atau motorik. Misalnya seorang siswa

disebut telah mengalami pembelajaran dalam musik, maka siswa itu berubah dalam hal

pemahamannya tentang musik, alat-alat musik, memiliki kemampuan dalam memainkan alat-alat

musik dengan baik, dan sebagainya. Pembelajaran yang hanya menghasilkan perubahan satu atau
dua aspek perilaku saja, disebut sebagai pembelajaran sebahagian (partial learning) dan bukan

pembelajaran lengkap (complete learning).

Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna

bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas

itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran

bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian

aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan. Pembelajaran tidak dapat dilepaskan

dengan interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, selama proses pembelajaran itu

berlangsung, individu akan senantiasa berada dalam berbagai aktivitas yang tidak terlepas dari

lingkungannya. Dengan demikian, suatu pembelajaran yang efektif adalah apabila pelajar-pelajar

melakukan perilaku secara aktif.

Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada

sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran

itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.

Atas dasar prinsip ini, maka pembelajaran akan terjadi apabila individu merasakan adanya

kebutuhan yang mendorong dan ada sesuatu yang perlu dicapai untuk memenuhi kebutuhannya.

Dengan kata lain, pembelajaran merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

tujuan. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.

Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah

kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan bentuk

interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi

nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran, pada dasarnya merupakan
pengalaman. Hal ini berarti bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya

tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang

berarti.

Mengamati konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan Oemar Hamalik di

atas sehubungan dengan peningkatan kualitas dan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran

Qur’an Haditsdalam mentransformasikan nilai, tidak dapat berlangsung dengan sendirinya.

Proses itu harus didukung oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang tidak terpenuhi itulah menjadi

permasalahan, yang kemudian kita kenal dengan sebutan problematika pembelajaran. Untuk

mengetahui secara pasti problematika pembelajaran itu perlu diteliti lebih jauh, agar memberi

solusi kreatif yang baik.

Sebagian ahli pendidikan Islam memandang bahwa problematika pendidikan di Indonesia

terletak pada lemahnya mutu kecerdasan out put. Bagi pendidikan informal dan non formal,

problematika ini dianggap umum dan biasa saja, karena kurikulumnya memang hanya

memprioritaskan keterlaksanaanya proses belajar, income dari siswa, dll.

Karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan ini akan menghadapi kendala. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian Implimentasi KTSP terutama kesiapan madrasah dari sisi

manajemen, kesiapan guru dalam menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP)

penilaian pengajaran serta penguasaan hasil belajar dan sumber bahan, yang diungkapkan dalam

judul “ Implimentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran al Qur’an Haditsdi

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Enim.

Rumusan Masalah
Dengan mendasarkan pada latar belakang sebagaimana diuraikan diatas maka masalah yang

muncul berkenaan dengan Implimentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran al

Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Enim diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Bagaimana implementasi KTSP mata pelajaran Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTs.N) Muara Enim?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat bagi implementasi KTSP mata pelajaran Qur’an

Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Muara Enim?

Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah :

1. Untuk memperoleh deskripsi mengenai implementasi KTSP mata pelajaran Qur’an


Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Muara Enim.

2. Untuk memperoleh deskripsi mengenai faktor pendukung dan penghambat bagi


implementasi KTSP mata pelajaran Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTs.N) Muara Enim.

Kegunaan Penelitian

1. Implikasi Teoritis

a. Sumbangsih dalam pengembangan ilmu pendidikan khususnya teori implementasi


KTSP mata pelajaran Qur’an Hadist.

b. Sebagai penelitian awal tentang implementasi KTSP mata pelajaran Qur’an Hadist.

2. Implikasi Praktis

c. Berguna bagi pemerintah khususnya Departemen Agama mulai dari tingkat pusat sampai
dengan tingkat satker di daerah dalam menentukan kebijakan implementasi KTSP mata
pelajaran Qur’an Hadist.
d. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi lembaga pendidikan, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, kepala madrasah serta praktisi pendidikan dalam upaya menyusun
KTSP mata pelajaran Qur’an Hadist.

Kerangka Pemikiran

Mata pelajaran Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran wajib sejak madrasah

ibtidaiyah hingga madrasah aliyah. Mata pelajaran tersebut secara keseluruhan tercantum dalam

kurikulum. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang merupakan ciri dari Kurikulum 2004 didesain

untuk menjamin berlangsungnya proses pendidikan yang kondusif bagi berkembangnya potensi

peserta didik, sehingga mereka mampu hidup mandiri dan harmonis di tengah-tengah masyarakat

yang majemuk.(Departemen Agama RI2005,hlm 3).

Sesuai dengan kerangka pikir di atas, kurikulum Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah

(MTs) dikembangkan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Lebih menitik beratkan target kompetensi daripada penguasaan materi.

2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.

3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk

mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

(Departemen Agama RI 2005, hlm 3)

Kurikulum Qur’an HaditsMadrasah Tsanawiyah yang dikembangkan dengan pendekatan

tersebut diharapkan mampu meneguhkan keimanan dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah

SWT, kecakapan hidup, kemampuan bekerja dan bersikap ilmiah, sekaligus menjamin

pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.


Dalam konteks madrasah, agar lulusannya memiliki keunggulan kompetitif dan

komparatif, kurikulum madrasah dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini

dilakukan agar madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai

perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi.

Dengan cara seperti itu, madrasah tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya.

Da1am konteks ini, peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai

landasan bagi pengembangan spiritual dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat penting.

Asumsinya adalah jika pendidikan agama termasuk Qur’an Haditsyang dijadikan landasan

pengembangan nilai spiritual dilakukan efektif, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.

Mata pelajaran Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari

pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan

watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara substansi mata pelajaran Qur’an Hadits

memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan

nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tanggung jawab yang besar itu menunjukkan semakin besarnya persoalan-persoalan

yang menjadi problema pembelajaran Qur’an Hadits semakin kompleks. Problema

pembelajaran Qur’an Hadits itu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

pembelajarannya. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain meliputi instrumental input, raw

input, teaching-learning proccess dan environmental input.(Ngalim Purwanto 1986, hlm.106)

Gambaran di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan

baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar

mengajar (teaching-learning process). Terhadap didalam kegiatan pembelajaran itu turut


berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan

(environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan

dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki

(output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran

tertentu. Hal ini dapat dipahami karena pendidikan merupakan satu kesatuan system dimana

sejumlah komponen yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

Di dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau

raw input adalah siswa; sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis

maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya dan

sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah : minatnya, tingkat kecerdasannya,

bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya dan sebagainya.

Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan

dimanipulasikan adalah: kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran,

sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam

keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan

paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input

inilah yang menentukan bagaimana kegiatan pembelajaran itu akan terjadi di dalam diri si

pelajar.

Karakteristik siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Enim juga mempengaruhi pola

pembelajaran. Usia rata-rata siswa MTs kelas VII, VIII dan IX adalah 13-15 tahun. Hal ini

menunjukan bahwa siswa berada pada masa remaja awal. Secara psikologis hal ini

mempengaruhi mereka saat belajar. Masa ini ditandai dengan berkembangnya sikap dependen
kepada orang tua ke arah independen, minat seksualitas dan kecenderungan untuk merenung atau

memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika dan isu-isu moral.

Pubertas merupakan bagian dari masa remaja, tetapi ia tidak sinonim dengan remaja.

Pubertas mengacu kepada perkembangan fisik dan seks, sedangkan remaja mengacu kepada

keseluruhan aspek perkembangan. Para ahli mengemukakan ciri-ciri remaja antara lain:

1. Remaja adalah periode peralihan antara masa siswa ke masa dewasa. Remaja menunjukkan

ciri-ciri fisik dan kejiwaan yang penting antara pubertas dan dewasa. Remaja juga mencakup

pencarian kebebasan dalam emosi, sosial dan ekonomi. Periode ini adalah saat individu

menggunakan kemampuan untuk menerima dan memberi, untuk berkomunikasi dengan

orang-orang lain dan memercayai mereka serta untuk belajar mengenai apa yang merusak atau

apa yang baik bagi dirinya sendiri dan orang-orang lain (Elizabeth B. Hurlock,. 1956, p. 14.).

2. Menurut Adams, remaja sering kali dilukiskan dengan sebutan setengah siswa setengah

dewasa. Ia menunjukkan ciri-ciri positif dan negatif, dan sering kali dalam bentuk campuran

yang membingungkan. Remaja berjuang untuk memperoleh kebebasan, tetapi bersama itu ia

ingin memperoleh pijakan rasa aman, dan ia sering kali menunjukkan rasa ingin tahu yang

semakin dewasa terhadap dirinya sendiri dan lingkungan.

3. Menurut Zakiah Daradjat, dalam hal sikap remaja terhadap agama ada bermacam-macam,

yaitu: ada yang percaya turut-turutan, percaya dengan kesadaran, percaya tapi agak ragu-ragu

(bimbang), dan ada yang tidak percaya sama sekali atau cenderung kepada atheis.

Kecenderungan remaja untuk ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan sebenarnya ada

dan dapat dipupuk, asal lembaga-lembaga keagamaan itu dapat mengikutsertakan remaja-

remaja dan memberi kedudukan yang pasti kepada mereka.


Di sisi lain, saat ini remaja banyak dihadapkan pada lingkungan dan budaya yang

bernuansa pragmatisme, hedonisme, sekularisme dan isme-isme lain yang mengajarkan bahwa

yang benar dan baik ialah yang berguna, dan yang berguna itu biasanya lebih bernuansa fisik dan

materialis. Demikian pula mereka diliputi oleh hedonisme, yang mengajarkan bahwa yang benar

ialah sesuatu yang menghasilkan kenikmatan, tugas manusia ialah menikmati hidup ini sebanyak

dan seintensif mungkin. Ironisnya, yang ditemukan ialah bahwa kenikmatan tertinggi dan paling

berkesan ialah kenikmatan seksual. Itulah sebabnya pada zaman ini dapat disaksikan hampir

semua kegiatan hidup dan produk manusia diarahkan ke penikmatan seksual. Pergaulan seks

bebas merupakan fenomena yang datang dari paham ini.

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang di

susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, potensi sekolah/madrasah,

karaakteristik madrasah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta

didik. (Mulyasa 2006, hlm 8).

Untuk mengimplementasikan suatu program baru dalam hal kurikulum tingkat satuan

pendidikan di MTs Negeri Muara Enim, tidak terlepas dari kendala dan rintangan. Oleh karena

itu untuk meminimalkan adanya kendala dalam proses implimentasi tersebut perlu adanya

persiapan-persiapan yang dilakukan yaitu :

1. Kesiapan materi/sumber daya alamiah madrasah, bentuk persiapan materi madrasah dapat

dilihat dari dimensi perangkat kurikulum, sarana madrasah, keuangan, dan lingkungan

madrasah yang mencakup lingkungan fisik seperti gedung dan lingkungan sosial.

2. Kesiapan non materi/ sumber daya madrasah bentuk persiapan non materi madrasah dapat

dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala madrasah, guru, siswa dan orang tua siswa. Fokus
kajian yang dimunculkan hanya sebatas pada peran yang di berikan masing-masing dimensi

dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. (Joko Susilo 2007, hlm 180).

Tujuan pembelajaran al Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam membaca al Qur’an.

2. Memahami ayat al Qur’an tentang akhlak kepada ibu bapak, sesame manusia, persatuan dan

persaudaraan, setan sebagai musuh manusia, berlaku dermawan, semangat keilmuan,

makanan yang halan lagi baik, sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan, sikap konsekwen

dan jujur.

3. Memahami akhlak terhadap ibu bapak, sesama manusia, dan perintah bertaqwa, meyakini

kebenaran Islam dan istiqomah, cinta kepada allah dan rasul-Nya, makanan yang halal lagi

baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah, rasul dan perintah. (Standar Isi MTs 2006,

hlm 10).

Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian ini berbentuk kualitatif. Peneliti memulainya dari suatu tahapan ke tahapan

berikutnya. Menurut Mohammad Ali, ada lima (5) langkah dalam penelitian pendidikan

kualitatif: merumuskan fokus masalah, menyusun kerangka kerja teoritis, mengumpulkan data,

menganalisis data dan menyusun, serta menarik kesimpulan (Mohammad Ali : 1993, hlm.163.)

Adapun Afif Muhammad menambahkan bahwa dalam menyusun penelitian yang menggunakan

pendekatan metode deskriptif dapat menempuh langkah-langkah: menetapkan komponen-

komponen atau aspek-aspek yang akan membentuk pemikiran tersebut atau apa yang disebut

dengan indikator-indikator (Afif Muhammad 2003, hlm. 43). Adapun langkah-langkah

pentahapan yang digunakan oleh penulis secara sederhana meliputi:


Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey lapangan. Menurut Nasution, metode

survey lapangan adalah suatu metode yang dilakukan untuk meneliti fenomena/gejala-gejala,

kejadian-kejadian dan kenyataan-kenyataan di lapangan, (Nasution,. 1988, hlm. 73). Dalam hal

ini, kondisi obyektif pelaksanaan KTSP mata pelajaran Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah

Negeri Muara Enim.

Dipendekatan yang dapat mendiskripsikan data tersebut adalah menggunakan penelitian

kualitatif. Sedangkan sasaran penelitian kualitatif menurut Leininger yang dikutip Sirozi (2004,

hlm. 90) tidak untuk mengukur sesuatu, melainkan untuk memahami sepenuhnya makna

fenomena dalam konteks dan untuk memberikan laporan tebal mengenai fenomena yang dikaji.

Lebih lagi, maksud penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk menghasilkan kesimpulan temuan

dari sampel besar sampai populasi dengan menggunakan verifikasi statistik.

Fokus penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang implimentasi KTSP mata

pelajaran qur’an hadits di MTs Negeri Muara Enim, serta untuk memperoleh deskripsi mengenai

faktor pendukung dan penghambat bagi implimentasi KTSP mata pelajaran Qur’an Haditsdi

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Enim. Oleh karena itu untuk mendapatkan data

yang lengkap, mendalam dan memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang akan diteliti

digunakan penelitian kualitatif.

Gambaran karakteristik yang dijelaskan tersebut sesuai dengan maksud dari penelitian

ini, karena yang diamati adalah responden dengan latar belakang implimentasi KTSP yang

diterapkan dalam proses pembelajaran Qur’an Hadist. Hal ini apabila menggunakan pendekatan
kuantitatif kurang sesuai karena penelitian ini bersifat independent, tidak berintegrasi langsung

dengan subyek sehingga akan sangat sulit sekali diungkapkan proses kegiatan yang berlangsung.

(Nasution. 1992, hlm 221) mengemukakan bahwa “ Pada hakekatnya penelitian kualitatif

mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami

bahasa serta tafsiran mereka sendiri tentang dunia yang ada disekitarnya.

Dengan menggunakan metode kualitatif, dapat ditemukan data yang tidak teramati dan

terukur secara kuantitatif, seperti nilai, sikap mental, kebiasaan, keyakinan dan budaya yang

dianut oleh seseorang atau kelompok dalam lingkungan tertentu. Demikian pula Mc. Cracken

dalam (Julia Brannen 1997.hlm 97.) mengemukakan bahwa : “ Di dalam penelirtian kualitatif

konsep dan kategorilah yang dipersoalkan bukan kejadian atau frekuensinya. Dengan kata lain

penelitian kualitatif tidak meneliti suatu lahan kosong, tetapi ia menggalinya”.

Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data dalam situasi yang wajar, langsung apa

adanya tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur lain dari luar lingkungan. Untuk itu peneliti

berhubungan langsung dengan situasi dan sumber data yang akan diselidiki. Peneliti tidak

menggunakan angka-angka, tetapi mengumpulkan data deskriptif dalam bentuk laporan dan

uraian untuk mencari makna, walaupun tidak menolak angka-angka sebagai penunjang

penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif selain sebagai perencana sekaligus juga sebagai

pelaksanan pengumpul data atau sebagai instrument (Moeloeng, 1998 : 121). Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi

Tujuan dari observasi adalah dengan mendiskripsikan seting yang diamati, tempat

kegiatan orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan makna apa yang diamati

menurut perspektif pengamat (Patton, 1990 : 202). Menurut Guba dan Lincoln (1981) ada

bebearapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan secara optimal,

karena : a). Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung b). Teknik

pengamatan sangat dimungkinkan pengamat melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian seperti keadaan yang sebenarnya. c). Pengamatan memungkinkan peneliti

mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh

dari data lapangan. d). Pengamatan merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data.

e). Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit dan

perilaku yang kompleks

Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan yang

tidak berperan serta (Moeleong, 1998 : 126). Pada pengamatan berperan serta, pengamat

melakukan dua peran sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi

dari kelompok yang diamati. Sedangkan pengamatan tanpa berperan serta pengamat hanya

melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan antara

peneliti yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 1998 : 135). Patton (1990 ) 135 – 136) mengemukakan pilihan teknik

wawancara, yaitu :
a). Wawancara pembicara informal (the informal conversational interview). Pertanyaan yang

diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri dan sponanitasnya dalam

mengajukan pertanyaan. Wawancara dilakukan pada latar alamiah.

b). Menggunakan petunjuk umum wawancara (the general interview guide approach).

Wawancara dilakukan berdasar pada kerangka dan garis besar pokok-pokok yang

dituangkan dalam pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks

wawancara sebenarnya.

c). Wawancara baku terbuka (the standardized open-ended interview). Wawancara ini

menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan

terjadinya bias-bias atau “kemencengan”.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik pertama dan kedua.

Wawancara informal banyak digunakan dengan para responden yang langsung merasakan akibat

dari pelaksanaan kebijakan pengembangan KTSP, baik itu kepada para dewan guru mata

pelajaran Qur’an Hadis atau guru agama lainnya.

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui : a) observasi (pengamatan)

lapangan secara langsung untuk mendapatkan data sebenarnya, b) wawancara secara terbuka,

namun sebagaian terstruktur dan mendalam, serta mengutamakan pandangan dan pendirian

responden, c) studi dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak diperoleh

melalui tehnik lainnya. Subyek yang menjadi sumber informasi dipilih sesuai dengan focus dan

tujuan penelitian. Untuk meliput sumber data, dibutuhkan adanya informan yang dipilih guna

mendapatkan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuannya, sehingga diperoleh

keadaan studi dalam konteks tertentu. Pemilihan informan dihentikan setelah variasi dan
kedalaman informasi telah diperoleh secara maksimal, yaitu ditandai dengan tidak adanya variasi

informasi baru yang diperoleh.

Metode wawancara digunakan guna memperoleh keterangan tentang kejadian yang oleh

peneliti tidak dapat diamati sendiri secara langsung, baik itu terjadi di masa lampau ataupun

karena tidak memungkinkan untuk hadir di tempat kejadian. Operasionalisasinya dilakukan

dengan mengadakan wawancara secara mendalam kepada berbagai informan lain sehubungan

dengan pokok masalah yang akan diteliti. Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data di lapangan

menggunakan alat bantu berupa alat rekam dan alat potret. Alat rekam yang digunakan adalah

kamera, karena mungkin peneliti tidak mampu mencatat secara langsung di lapangan hasil

wawancara dengan responden. Alat potret digunakan untuk mengambil gambar kejadian atau

situasi yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, asumsi yang digunakan dalam

memandang realitas adalah bahwa realitas bersifat menyeluruh ( holistik ), tidak dapat dipisah-

pisahkan ke dalam variable-variabel, seperti pada pandangan dengan menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Peneliti mengutamakan pengamatan kejadian apa adanya,

sehingga dalam metode penelitian ini tidak ada pilihan lain selain manusia sebagai instrument

utama penelitian. Bentuk instrument lain mungkin digunakan dalam penelitian, tetapi unsur

manusia adalah tetap merupakan instrument yang paling utama.

Instrumen pengumpulan data didalam penelitian ini, yaitu pengamatan dilakukan secara

langsung terhadap implementasi pelaksanaan KTSP Mata pelajaran Qur’an Haditsdi MTs Negeri

Muara Enim.
Teknik Analisis Data

Analisis data sebagai proses menguraikan data menjadi komponen-komponen yang

membentuknya yang dinyatakan oleh penjelasan responden. Data yang masuk kemudian

ditafsirkan, dijelaskan, dipahami, diramalkan, dan bahkan direvisi redaksinya. Teknis analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Hal ini mengacu pada

pendapat Gulo (2002, hlm. 29), bahwa analisis data bertujuan untuk mengetahui karakteristik

setiap variable dan menguraikan makna yang dinyatakan oleh penjelasan responden. Semua data

yang relevan dianalisis dan disampaikan dengan kata atau gambar.

Dalam model ini ada tiga komponen analisis, Pertama, tahap reduksi data, yaitu proses

pemilihan data kasar dan masih mentah yang diperoleh dari kajian dokumen dan wawancara.

Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian melalui tahapan membuat

ringkasan. Kedua, tahap penyajian data, berupa penyampaian informasi yang diperlukan dalam

penelitian berdasarkan data yang sudah direduksi dan disusun secara runtut, sehingga memberi

makna pada setiap rangkuman sesuai dengan materi pokok penelitian. Ketiga, tahap verifikasi

data, penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber sebagai

kesimpulan sementara sambil mencari data pendukung kesimpulan tersebut.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini disusun dalam lima bab, yaitu :

Bab 1 merupakan bagian pendahuluan. Dalam bagian ini dikemukakan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, langkah-langkah


penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan,

dan lokasi penelitian.

Bab 2 merupakan bagian kerangka teori yang berisi pengertian KTSP, dasar dan tujuan KTSP,

dasar kebijakan dan karakteristik KTSP, plus minus KTSP, model kurikulum Madrasah

Tsanawiyah, qur’an hadits sebagai mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah, model silabus

KTSP, Standar kompetensi lulusan MTs, RPP al qur’an hadist, prinsip pengembangan dan

pelaksanaan kurikulum MTs.standar kompetensi dan kompetensi dasar al qur’an hadist.

Bab 3 merupakan kondisi Umum MTsN Muara Enim yang meliputi sejarah singkat,

kondisi geografis, visi dan misi serta tujuan MTsN Muara Enim, keadaan bangunan, keadaan

guru, dan prestasi ujian nasional selama tiga tahun di MTs Negeri Muara Enim.

Bab 4 merupakan hasil penelitian yang memaparkan implementasi KTSP dari segi

perencanaan, pelaksanaan dan dari segi evaluasi mata pelajaran Qur’an haditsdi MTsN Muara

Enim. Selanjutnya juga bab ini membahas faktor pendukung dan penghambat bagi implimentasi

KTSP dari segi perencanaan, segi pelaksanaan dan dari segi evaluasi mata pelajaran qur’an

haditsdi MTs Negeri Muara Enim.

Bab 5 merupakan bagian akhir dari pembahasan penelitian ini, yaitu bagian penutup yang

memuat kesimpulan, dan saran-saran.

Sistematika penulisan ini nantinya sekaligus menjadi panduan bagi penulis untuk

menyusun hasil penelitian tesis. Untuk itu perlu dikemukakan bahwa secara teknis ukuran

jumlah halaman, tata letak (lay out) format halaman, penggunaan kutipan dan system referensi
penulisan hasil penelitian tesis ini menggunakan pedoman penulisan tesis yang disusun oleh

Sirozi et al. (2005). Panduan Penulisan Karya Ilmiah: menulis Tesis efektif dan Efisien.

Sedangkan khusus penulisan laporan Bab 4 bagian yang memaparkan temuan hasil

penelitian, untuk keperluan yang lebih praktis dan operasional bentuk gaya penulisan, penulis

mengembangakan dan menggunakan panduan yang disusun Abizar et.al. (1991), Buku Panduan

Penulisan.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada masalah implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) mata pelajaran Qur’an Haditsdi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Enim. Di

lokasi tersebut nampak adanya masalah yang relevan dengan penelitian ini. Hal ini dipilih

berdasarkan observasi studi pendahuluan peneliti, bahwa masalah yang menjadi fokus penelitian

yang sedang dikaji penulis, ada di tempat tersebut. Di samping itu pihak Madrasah Tsanawiyah

Negeri (MTsN) Muara Enim yang diwakili oleh kepala sekolah dan dewan guru memberikan

izin dan menyambut baik niat penulis untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Muara Enim,

serta siap membatu penelitian ini sampai selesai. Selain itu pihak Mapenda kantor Departemen

Agama Kabupaten Muara Enim juga memberikan izin dan dukungan sepenuhnya.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR
KOMPETENSI
LULUSAN UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang : bahwa agar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dapat dilaksanakan di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara baik, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006
TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH DAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR
23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN UNTUK
SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan
berdasarkan pada :
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai
dengan Pasal 38;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 5
sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan Pasal 27;
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang
lebih tinggi dari Standar Isi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Standar Kompentesi Lulusan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
2
(3) Pengembangan dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
memperhatikan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang
disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP.
(5) Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar
dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Pasal 2
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mulai tahun ajaran 2006/2007.
(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan Peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah paling lambat tahun ajaran 2009/2010.
(3) Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah
melaksanakan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh dapat menerapkan secara menyeluruh
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah untuk semua
tingkatan kelasnya mulai tahun ajaran 2006/2007.
(4) Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba kurikulum 2004,
melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah secara
bertahap dalam waktu paling lama 3 tahun, dengan tahapan :
a. Untuk sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), dan sekolah dasar luar biasa (SDLB):
- tahun I : kelas 1 dan 4;
- tahun II : kelas 1,2,4, dan 5;
- tahun III : kelas 1,2,3,4,5 dan 6.
b. Untuk sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah kejuruan (MAK),
sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) :
- tahun I : kelas 1;
- tahun II : kelas 1 dan 2;
- tahun III : kelas 1,2, dan 3.
(5) Penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah
mendapat izin Menteri Pendidikan Nasional.
Pasal 3
(1) Gubernur dapat mengatur jadwal pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan khusus,
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan di provinsi masing-masing.
(2) Bupati/walikota dapat mengatur jadwal pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk satuan pendidikan dasar, disesuaikan dengan kondisi dan
kesiapan satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing.
(3) Menteri Agama dapat mengatur jadwal pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk satuan pendidikan madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah
tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), disesuaikan dengan
kondisi dan kesiapan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) BSNP melakukan pemantauan perkembangan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
3
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pada tingkat satuan pendidikan,
secara nasional.
(2) BSNP dapat mengajukan usul revisi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah sesuai dengan keperluan berdasarkan pemantauan hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 5
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah:
a. menggandakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta
mendistribusikannya kepada setiap satuan pendidikan secara nasional;
b. melakukan usaha secara nasional agar sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mendukung penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pasal 6
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
a. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun
BSNP, terhadap guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan lainnya yang relevan
melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan/atau Pusat Pengembangan dan
Penataran Guru (PPPG);
b. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan
panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun BSNP
kepada dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, dan dewan pendidikan;
c. membantu pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam penjaminan mutu satuan pendidikan dasar
dan menengah agar dapat memenuhi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, melalui LPMP.
Pasal 7
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional:
a. mengembangkan model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNP;
b. mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif;
c. mengembangkan dan mengujicobakan model kurikulum untuk pendidikan layanan khusus;
d. bekerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau LPMP melakukan pendampingan satuan pendidikan
dasar dan menengah dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah;
e. memonitor secara nasional penerapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, mengevaluasinya, dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan/atau
Menteri;
f. mengembangkan pangkalan data yang rinci tentang pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pasal 8
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi:
a. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, di
kalangan lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK);
b. memfasilitasi pengembangan kurikulum dan tenaga dosen LPTK yang mendukung pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
4
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pasal 9
Sekretariat Jenderal melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan
Menengah, kepada pemangku kepentingan umum.
Pasal 10
Departemen lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan dasar dan menengah :
a. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
sesuai dengan kewenangannya dan berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional;
b. mengusahakan secara nasional sesuai dengan kewenangannya agar sarana, prasarana, dan sumber
daya manusia satuan pendidikan yang berada di bawah kewenangannya mendukung pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
c. melakukan supervisi, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 11
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan :
a. Nomor 060/U/1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar;
b. Nomor 061/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Umum;
c. Nomor 080/U/1993 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan; dan
d. Nomor 0126/U/1994 tentang Kurikulum Pendidikan Luar Biasa;
dinyatakan tidak berlaku bagi satuan pendidikan dasar dan menengah sejak satuan pendidikan dasar dan
menengah yang bersangkutan melaksanakan Peraturan Menteri ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2
dan
Pasal 3.
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juni 2006
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
5
Lampiran: Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan
C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN
1. SEKOLAH DASAR (SD)/ MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)
a. Pendidikan Agama Islam SD/MI
1. Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat
Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq
2. Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha
dan Qadar
3. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela
4. Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui
tata cara pelaksanaan ibadah haji
5. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah
tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi
b. Pendidikan Agama Kristen SD
1. Memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya
2. Menanggapi kasih Allah dengan mengasihi orangtua, keluarga dan teman
3. Beribadah kepada Tuhan sebagai ucapan syukur melalui doa dan membaca Alkitab
4. Memelihara ciptaan Allah lainnya dalam hidup sehari-hari
c. Pendidikan Agama Katolik SD
1. Peserta didik menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai karunia Tuhan dan mengungkapkan
rasa syukurnya dengan berdoa, bernyanyi serta melakukan perbuatan-perbuatan nyata
2. Peserta didik memahami dan mencintai Allah sebagai Bapa Pencipta dan Penyelenggara seperti
dikisahkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan meneladani Yesus Kristus sebagai
Penyelamat hidup umat manusia.
3. Peserta didik memahami Gereja sebagai persekutuan Umat Allah dan sebagai Sakramen keselamatan
yang diutus ke dalam dunia dan Roh Kudus yang diutus Yesus sebagai jiwa Gereja yang senantiasa
menyertainya.
4. Peserta didik memahami hidup beriman yang terlibat dalam masyarakat sebagai perwujudan imannya.
d. Pendidikan Agama Hindu SD
1. Meyakini kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai Maha Pencipta, Tri Murti, Tri Purusa
dan Cadhu Sakti
2. Memahami ajaran Panca Sradha dan Tri Sarira
3. Memahami ajaran Susila yang meliputi: Tri Kaya Parisudha, Tri Mala, Catur Paramita, Tri Parartha,
Panca Yama, Panca Nyama Bratha, Catur Guru, Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan
sehari-hari
4. Mendemonstrasikan pemahaman sikap-sikap sembahyang Tri Sandhya dan sarana sembahyang
5. Menerapkan Panca Yadnya secara Nitya Karma dan Naimitika Karma dalam kehidupan sehari-hari
6. Memahami Weda sebagai kitab suci dan wahyu Sang Hyang Widhi (Tuhan)
7. Memahami orang suci agama Hindu dan tugas dan kewajiban orang suci
8. Memahami hari-hari suci keagamaan dan dasar-dasar hari suci (Wariga)
9. Mengenal pemimpin yang baik dan patut diteladani di wilayahnya
10. Memahami Bhuana Agung dan Bhuana Alit
11. Memahami tari-tari Keagamaan, lagu-lagu kerohanian (Yadnya), dan sejarah perkembangan Hindu
sebelum dan sesudah kemerdekaan
e. Pendidikan Agama Buddha SD
1. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam
moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna)
2. Memiliki kemampuan dasar untuk memahami dan meyakini agamanya serta menerapkannya dalam
bertutur, berbuat dan berperilaku
3. Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya
4. Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan masing-masing aliran
5. Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para siswa utama Buddha
6
6. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan masalah
7. Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama
8. Memahami lambang-lambang agama Buddha
9. Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di SMP
f. Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI
1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
2. Memahami dan menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
3. Memahami kewajiban sebagai warga dalam keluarga dan sekolah
4. Memahami hidup tertib dan gotong royong
5. Menampilkan sikap cinta lingkungan dan demokratis
6. Menampilkan perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari,
sesuai dengan nilai-nilai pancasila
7. Memahami sistem pemerintahan, baik pada tingkat daerah maupun pusat
8. Memahami makna keutuhan negara kesatuan Republik iIndonesia, dengan kepatuhan terhadap undangundang,
peraturan, kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, dan menghargai keputusan bersama
9. Memahami dan menghargai makna nilai-nilai kejuangan bangsa
10. Memahami hubungan Indonesia dengan negara tetangga dan politik luar negeri
g. Bahasa Indonesia SD/MI
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita,
deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita,
drama, pantun dan cerita rakyat
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan
perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato,
deskripsi peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil
pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun,
drama, dan puisi
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan
berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama
4. Menulis
Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun
h. Matematika SD/MI
1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari
2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta
menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari
3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit,
serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari
4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari
5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram),
mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari
6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan
7. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif
i. Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI
1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan
tertulis
2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia,
upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan
pada makhluk hidup
7
4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan
kegunaannya
5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya
6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, dan
hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia
j. Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI
1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam
kemajemukan keluarga
2. Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja
sama di antara keduanya
3. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi
4. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi
5. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan
ekonomi di Indonesia
6. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
7. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia Tenggara serta benuabenua
8. Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan
tindakan dalam menghadapi bencana alam
9. Memahami peranan Indonesia di era global
k. Seni Budaya dan Keterampilan SD/MI
Seni Rupa
1. Mengapresiasi dan mengekspresikan keartistikan karya seni rupa terapan melalui gambar ilustrasi
dengan tema benda alam yang ada di daerah setempat
2. Mengapresiasi dan mengekspresikan keartistikan karya seni rupa murni melalui pembuatan relief dari
bahan plastisin/tanah liat yang ada di daerah setempat
3. Mengapresiasi dan mengekspresikan keunikan karya seni rupa Nusantara dengan motif hias melalui
gambar dekoratif dan ilustrasi bertema hewan, manusia dan kehidupannya serta motif hias dengan
teknik batik
4. Mengapresiasi dan mengekspresikan keunikan karya seni rupa Nusantara dengan motif hias melalui
gambar dekoratif dan ilustrasi dengan tema bebas
5. Mengapresiasi dan mengekspresikan keunikan karya seni rupa Nusantara melalui pembuatan benda
kreatif yang sesuai dengan potensi daerah setempat
Seni Musik
1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan memperhatikan dinamika melalui
berbagai ragam lagu daerah dan wajib dengan iringan alat musik sederhana daerah setempat
2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan ansambel sejenis dan gabungan terhadap
berbagai musik/lagu wajib, daerah dan Nusantara
3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan menyanyikan lagu wajib, daerah dan
Nusantara dengan memainkan alat musik sederhana daerah setempat
Seni Tari
1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan memperhatikan simbol dan keunikan
gerak, busana, dan perlengkapan tari daerah setempat
2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari dengan memperhatikan simbol dan keunikan
gerak, busana, dan perlengkapan tari Nusantara
3. Mengapresiasi dan mengekspresikan perpaduan karya seni tari dan musik Nusantara
Keterampilan
1. Mengapresiasi dan membuat karya kerajinan daerah setempat dengan teknik konstruksi
2. Mengapresiasi dan membuat karya kerajinan dan benda permainan dengan teknik meronce dan
makrame
3. Mengapresiasi dan membuat karya kerajinan anyaman dengan menggunakan berbagai bahan
4. Mengapresiasi dan membuat karya benda mainan beroda dengan menggunakan berbagai bahan
l. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD/MI
1. Mempraktekkan gerak dasar lari, lompat, dan jalan dalam permainan sederhana serta nilai-nilai dasar
sportivitas seperti kejujuran, kerjasama, dan lain-lain
8
2. Mempraktekkan gerak ritmik meliputi senam pagi, senam kesegaran jasmani (SKJ), dan aerobik
3. Mempraktekkan gerak ketangkasan seperti ketangkasan dengan dan tanpa alat, serta senam lantai
4. Mempraktekkan gerak dasar renang dalam berbagai gaya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
5. Mempraktekkan latihan kebugaran dalam bentuk meningkatkan daya tahan kekuatan otot, kelenturan
serta koordinasi otot
6. Mempraktekkan berbagai keterampilan gerak dalam kegiatan penjelajahan di luar sekolah seperti
perkemahan, piknik, dan lain-lain
7. Memahami budaya hidup sehat dalam bentuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengenal
makanan sehat, mengenal berbagai penyakit dan pencegahannya serta menghindarkan diri dari narkoba
m. Bahasa Inggris SD/MI
1. Mendengarkan
Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam
konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional sangat sederhana
dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar
3. Membaca
Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks
deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah,
dan lingkungan sekitar
4. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca
yang tepat
3. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya


mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya,
sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip –
prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip
khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara


komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan
potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta
didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan
tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum

Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah
perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam
pengembangan kurikulum.

Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran - Presentation Transcript

1. galerysabar.blogspot.com KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


KURIKULUM: Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan PENGEMBANGAN KURIKULUM: Suatu proses
untuk membuat keputusan tentang tujuan, tentang bagaimana tujuan direalisasikan melalui
proses belajar-mengajar, dan apakah tujuan dan sarana tersebut serasi dan efektif
2. Kurikulum Pembelajaran Tujuan (Output) Proses Input Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran B
- Tajudin
3. Galerysabar.blogspot.com Tujuan Isi/ Bahan Cara/Strategi dan Organisasi Orientasi (diagnosis
kebutuhan) Evaluasi Implementasi Pengembangan Ujicoba Kurikulum Pengembangan Kurikulum
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum
o Peningkatan iman dan taqwa
o Peningkatan akhlaq mulia
o Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta
o Keragaman potensi daerah dan lingkungan
o Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
o Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
o Agama
o Dinamika perkembangan global
o persatuan nasional dan nilai-nilai keagamaan

galerysabar.blogspot.com
5. Kewenangan Pengembangan Kurikulum Pemerintah Pusat Kelompok/Satuan Pendidikan Komite
Sekolah Silabus Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Diknas/Depag Prop Diknas/Depag
Kab/Kota Koordinasi & Supervisi Dikmen Koordinasi & Supervisi Diksar galerysabar.blogspot.com
6. Kerangka Dasar Kurikulum 2004 (KBK) VISI Diksar: menghasilkan lulusan yang mempunyai dasar
karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kuat dan memadai untuk
mengemangkan potensi dirinya secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan
dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman Dikmen: menghasilkan lulusan yang mempunyai dasar karakter,
kecakapan, dan ketrampilan yang kuat untuk mengadakan hubungn timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi . galerysabar.blogspot.com
7. Kerangka Dasar Kurikulum 2004 (KBK) MISI
o Diksar:
o menanamkan dasar perilaku berbudi pekerti dan berakhlaq mulia
o menumbuhkn dasar kemahiran membaca, menulis, dan berhitung
o mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
o berpikir logis, kritis, dan kreatif
o menumbuhkan sikap toleran, tanggungjawab, kemandirian, dan
o kecakapan emosional
o memberikan dasar ketrampilan hidup, kewirausahaan, dan etos
o kerja
o Dikmen:
o memberikan kemampuan minimal bagi lulusan untuk melanjutkan
o pendidikan dan hidup dalam masyarakat
o menyiapkan sebagai besar warga negara menuju masyarakat
o belajar pada masa yang akan datang
o menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memahami
o dan menginternalisasi perangkat gagasan dan nilai masyarakat
o beradan dan cerdas.

galerysabar.blogspot.com

8. Kerangka Dasar Kurikulum 2004 (KBK) KOMPETENSI


o SMP/MTs:
o meyakini, memahami dan menjalankan ajar agama yg diyakini dlm kehidupan
o memahami dan menjalankan hak serta kewajiban untuk berkarya dan
o memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab
o berpikir secara logis, kritis, kreatif inovatif, memecahkan masalah, serta
o berkomunikasi melalui berbagai media
o menyenangi dan menghargai seni
o menjalankan pola hidup bersih, bugar, dan sehat
o berpartisipasi dlm kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga thd
o bangsa dan tanah air
o SMA/MA:
o meyakini, memahami dan menjalankan ajar agama yg diyakini dlm kehidupan
o memiliki dasar humaniora utk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan
o menguasai pengetahuan dan ketrampilan akademik serta beretos belajar
o untuk melanjutkan pendidikan
o mengalihgunakan kemampuan akademik dan ketrampilan hidup di masyarakat
o lokal dan global
o Berekspresi dan menghargai seni
o Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani
o Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dlm kehidupan bermasyarakat,
o berbangsa, dan bernegara secara demokratis.

galerysabar.blogspot.com

9. Struktur Program Kurikulum SMP 1 jam pel = 45 menit galerysabar.blogspot.com Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Kls VII Kls VIII Kls IX 1. Pend. Agama 2 2 2 2. Bhs & Sastra Indo. 6 6 6 3.
Matematika 6 6 6 4. Sains (Fis,Bio,Kim,Geografi fisik) 6 6 6 5. Pengetahuan Sosial (Ekon,
Geogsos) 3 3 3 6. Bhs. Inggris 4 4 4 7. Pend. Jasmani 2 2 2 8. Kesenian 2 2 2 9. Ketrampilan/TIK 2
2 2 10. Muatan Lokal (maks) 4 4 4 Jumlah (maks) 37 7 37
10. Struktur Program Kurikulum SMA (IPA) 1 jam = 45 menit, minm 30 jam/minggu, 34 mgu/smt
galerysabar.blogspot.com Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kls X Kls XI Kls XII 1. Pend. Agama 2 2 2
2 2 2 2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 - 3. Bhs & Sastra Indo. 4 4 3 3 3 3 4. Bhs. Inggris 4 4 4 4 4 4 5.
Matematika *) 4 4 5 5 5 5 6. Kesenian 2 2 2 2 - - 7. Pend. Jasmani 2 2 2 2 2 2 8. Sejarah 3 - 2 - 2 -
9. Geografi - 3 - 2 - 2 10.Ekonomi 2 2 - - - - 11.Sosiologi (termasuk Antropologi) 2 2 - - - - 12.Fisika
*) 3 3 5 5 5 5 13.Kimia *) 3 3 4 5 4 5 14.Biologi *) 3 3 5 4 5 4 15.TIK/Ketrampilan Jumlah 36 36 36
36 34 32
11. Struktur Program Kurikulum SMA (IPS) 1 jam = 45 menit, minm 30 jam/minggu, 34 mgu/smt
galerysabar.blogspot.com Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kls X Kls XI Kls XII 1. Pend. Agama 2 2 2
2 2 2 2. Kewarganegaraan *) 2 2 2 2 2 2 3. Bhs & Sastra Indo. 4 4 3 3 3 3 4. Bhs. Inggris 4 4 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4 4 4 6. Kesenian 2 2 2 2 - - 7. Pend. Jasmani 2 2 2 2 2 2 8. Sejarah *) 3 - 3 3
3 3 9. Geografi *) - 3 2 2 2 2 10.Ekonomi *) 2 2 5 5 5 5 11.Sosiologi (termasuk Antrpologi) *) 2 2 4
4 4 4 12.Fisika 3 3 - - - - 13.Kimia 3 3 - - - - 14.Biologi 3 3 - - - - 15.TIK/Ketrampilan - - 2 2 2 -
Jumlah 36 36 36 36 34 32
12. Struktur Program Kurikulum SMA (Bahasa) galerysabar.blogspot.com Mata Pelajaran Alokasi
Waktu Kls X Kls XI Kls XII 1. Pend. Agama 2 2 2 2 2 2 2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 3. Bhs Indo.
*) 4 4 4 4 4 4 4. Bhs. Inggris *) 4 4 6 6 6 6 5. Matematika 4 4 2 2 2 2 6. Kesenian 2 2 3 3 2 2 7.
Pend. Jasmani 2 2 2 2 2 2 8. Sejarah 3 - 3 3 3 3 9. Geografi - 3 - - - - 10.Ekonomi ) 2 2- - - - -
11.Sosiologi (termasuk Antrpologi) 2 2 - - - - 12.Fisika 3 3 - - - - 13.Kimia 3 3 - - - - 14.Biologi 3 3 - -
- - 15. Sastra Indonesia *) - - 4 4 4 4 16. Bhs Asing Lain (Arb,Jer,Perncis,Jpn,Mand) *) - - 5 5 5 4
17. TIK/Ketrampilan *) - - 3 3 2 2 Jumlah 36 36 36 36 34 32
13.
o Pendukung Pelaksanaan Kuikulum
o Kalender Pendidikan  hari efektif = 200-240 hari
o Diversifikasi Kurikulum  Kelompok Normal, Sedang, Tinggi
o Penyusunan Silabus (dpt dilakukan oleh sekolah)
o Keg. Kurikuler & pendekatan  5 atau 6 hari, pendekatan PAKEM,
o Belajar Tuntas, Konstruktivisme, Pemecahan Masalah, Berpikir Reflektif,
Multikecerdasan
o Keg. Ekstra Kurikuler  Pengayaan, Perbaikan, dan keg. lain
o Tenaga Guru  Guru MP yang bersertifikasi secara periodik
o Sumber & Sarana Belajar  Buku Terbitan pemerintah/swasta
o Bahasa pengantar  dpt menggunakan selain bahasa Indonesia
o Nilai-nilai Pancasila  dilakukan melalui berbagai keg. sekolah
o Pend. Budi Pekerti  bukan MP tetapi program pendidikan
o Akselerasi Belajar  dilakukan a.l. melalui modul atau lembar kerja
o Remidial & Pengayaan
o BK Pendidikan oleh Guru BP

galerysabar.blogspot.com

You might also like