You are on page 1of 15

DISTRIBUSI OBAT DI RUMAH SAKIT

Ni Putu Eka Sulastini (1008515006)


Ni Komang Siskayanti (1008515029)
Ni Made Pety Wulandari (1008515049)
Tjok I. Agung Mirah S. (1008515050)
Luh Nyoman Inten Wulandari (1008515054)
 
PENDAHULUAN

• Salah satu bentuk pelayanan rurnah sakit yang paling utama adalah memberikan pengobatan demi
menjaga mutu pelayanan rurnah sakit, obat-obatan harus selalu tersedia apabila dibutuhkan
terlebih lagi apabila dibutuhkan segera datarn situasi yang gawat/darurat (misalnya seperti operasi
darurat, obat tambahan untuk pasien yang kritis). Persediaan (inventori) obat-obatan di rumah
sakit ditangani oleh pihak Instalasi Farrmasi. Instalasi farrnasi nnenangani persediaan obat dengan
pencatatan dan monitor berbagai jenis transaksi, seperti penjualan, pengadaan dan distribusi obat.
• Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan
seorang apoteker sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
547/MenKes/SK/VI/1994 dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian
(Siregar, 2004). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/ MenKes/SK/XI/1992
tentang pedoman organisasi rumah sakit umum bab IV pasal 41, instalasi merupakan fasilitas
penyelenggara palayanan penunjang medis, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan,
pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Instalasi Rumah Sakit meliputi instalasi rawat
jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi,
farmasi, gizi, patologi dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
• Adapun tugas seorang apoteker di rumah sakit adalah melaksanakan kegiatan kefarmasian seperti
mengawasi pembuatan, pengadaan, pendistribusian obat/ perbekalan farmasi serta berperan
dalam program pendidikan dan penelitian, pembinaan kesehatan masyarakat melalui pemantauan
keamanan, efektifitas, efisiensi biaya dan ketepatan penggunaan obat oleh pasien.
Distribusi obat

• Distribusi obat adalah penyerahan obat sejak


setelah sediaan disiapkan oleh instalasi
farmasi rumah sakit sampai dengan
dihantarkan kepada perawat, dokter, atau
profesional pelayanan kesehatan lain untuk
diberikan kepada penderita
• Untuk mendukung efektifitas dan efisiensi kinerja tiap bagian maupun organisasi secara keseluruhan, dalam
penyaluran kebutuhan logistik harus memperhatikan dan mengimplementasikan beberapa asas penyaluran
logistik.
• Beberapa asas tersebut adalah sebagai berikut:
• Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan.
• Penyampaian logistik hendaknya sesuai dengan jenis dan spesifikasi logistik yang telah ditetapkan sehingga secara
fungsional dapat mencapai batas yang optimal, baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas.
• Ketepatan nilai logistik yang disampaikan.
• Ketepatan penyampaian logistik sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan berarti tidak kurang ataupun lebih dari
nilai yang telah ditetapkan semula. Hal ini terkait dengan pertimbangan pelaksanaan program efisiensi bagian dan
organisasi secara keseluruhan.
• Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan.
• Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan berarti bagian distribusi tidak menyampaikan logistik kebagian dengan
jumlah kurang atau lebih dari permintaan atau kebutuhan.
• Ketepatan waktu penyampaian.
• Apabila distribusi logistik tidak tepat waktu, terlambat misalnya, jelas akan menghambat aktivitas organisasi
karena seharusnya bagian dapat melakukan kegiatan operasional.
• Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan.
• Untuk mendukung kelancaran aktivitas suatu bagian dalam organisasi hendaknya barang yang disampaikan
merupakan barang yang siap pakai (ready for use) sehingga kondisi barang tersebut harus baik bukan barang yang
rusak.
Jalur Pelayanan Distribusi Obat di
Rumah Sakit
• Pasien Rawat Jalan
• Pasien/Keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh
dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien. Distribusi obat pada
pasien rawat jalan tampak sama dengan pelayanan di Apotek Umum tetapi berbeda dari jumlah yang besar dari
pasien rawat jalan di Farmasi. Baik di farmasi rumah sakit maupun di apotek umum, resep ditulis oleh dokter dan
pasien membawanya ke farmasi/apotek dimana ditulis oleh dokter dan pasien membawanya ke farmasi/apotek
harus menggunakan kartu bernomor untuk mengenali pasien dan mengerjakan resepnya. Begitu seterusnya
seperti pelayanan resep di apotek.
• Pelayanan resep pasien rawat jalan:
• Menerima resep pasien
• Lakukan skrining resep meliputi administrasi, pharmaceutical dan klinik
• Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga
• Pasien diberi nomor antrian
• Tulis nomor struk (print out) pada resep dan satukan resep dengan print out
• Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep dengan print out
• Siapkan obat sesuai dengan resep
• Buat etiket dan cocokkan dengan resep
• Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk salinan resep dan kuitansi (jika diminta oleh pasien)
• Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari,
waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping obat yang mungkin timbul setelah penggunaan obat
dan jika diperlukan pengatasan pertama terhadap efek samping yang ditimbulkan
• Catat nama pasien, alamat dan no telp pasien
• Buat catatan khusus tentang pasien
Pasien Rawat Inap
• Pendistribusian obat adalah proses penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk penderita tertentu sampai ke daerah tempat
penderita dirawat. Pada dasarnya ada 4 jenis distribusi obat untuk pasien rawat inap yaitu:
• Sistem distribusi obat resep individu (Individual Prescription)
• Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan
pasien. Sistem distribusi obat resep individu menyatakan bahwa obat pasien dipenuhi berdasarkan resep obat dokter untuk tiap pasien. Sistem
ini biasanya digunakan oleh rumah sakit kecil. Dengan tujuan agar memudahkan cara untuk menarik pembayaran obat. Dalam sistem ini, semua
obat yang diperlukan untuk pengobatan didispensing dari IFRS.
• Keuntungan sistem ini adalah:
• Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker
• Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat
• Adanya legalisasi persediaan
• Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang juga dapat memberi keterangan kepada perawat berkaitan dengan obat penderita.
• Memberi kesempatan interaksi professional antara apoteker, dokter, perawat, penderita.
• Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan.
• Mempermudah penagihan biaya obat penderita.
• Kelemahan sistem ini adalah:
• Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya
• Obat dapat terlambat ke pasien
• Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada penderita
• Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat
• Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat
• Kemungkinan kesalahan obat
• Gambar 1. Sistem Distribusi obat Individual
Prescription
Sistem distribusi obat persediaan
lengkap di ruang (Total floor Stock)
• Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap diruangan, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruangan penyimpanan obat
diruang tersebut, kecuali obat yang jarang digunakan untuk obat yang sangat mahal. Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-
masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-
obat emergensi.
• Dalam sistem distribusi obat lengkap di ruangan, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dan ruang penyimpanan obat di ruang tersebut,
kecuali obat yang jarang digunakan atau obat yang sangat mahal. Biasanya setiap 1 minggu sekali, IFRS memeriksa persediaan obat di ruangan
• Keuntungan sistem ini adalah:
• Obat yang dibutuhkan cepat tersedia.
• Meniadakan obat yang return.
• Pasien tidak harus membayar obat yang lebih.
• Tidak perlu tenaga yang banyak.
• Pengurangan penyalinan kembali resep obat
• Kelemahan sistem ini adalah:
• Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket.
• Persediaan obat di ruangan harus banyak.
• Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
• a. Kesalahan obat meningkat, karena obat tidak dikaji oleh apoteker
• b. Persediaan obat di unit perawat meningkat
• c. Pencurian obat meningkat
• d. Meningkatnya kerusakan obat
• e. Menambah modal investasi
• f. Meningkatkan kerugian karena kerusakan obat.
Sistem distribusi obat kombinasi resep
individual (Individual Prescription) dan
persediaan di ruang (Floor Stock)
• Pada sistem ini, rumah sakit menggunakan sistem penulisan resep
pesanan obat secara individual sebagai sarana utama untuk
penjualan obat tetapi juga memanfaatkan floor stock secara
terbatas. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
– Metode pengiriman pesanan obat dari dokter ke apotek
• Resep ditulis pada kertas resep oleh dokter
• Pesanan obat pada catatan pasien ditulis oleh personil RS yg bertugas di pos
perawatan
• Tembusan catatan pasien atau chart order mengenai obat dikirim ke farmasi
– Catatan pemberian obat
• Formulir yang digunakan perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan
kepada pasien
• Pharmacy patient profile
• Lembaran yang digunakan farmasis untuk meninjau pengobatan, menyiapkan
obat untuk dikirim, membuat catatn penagihan
Sistem distribusi obat dosis unit (Unit
Dose Dispensing/UDD)
• Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dan pengendalian obat
yang dikoordinasikan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam rumah sakit,
dimana obat dikandung dalam kemasan unit tunggal, didispensing dalam bentuk
siap konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan
dosis, dihantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan penderita pada setiap
waktu.
• Sistem unit dose dispensing mempunyai tujuan perspektif kepedulian terhadap
pasien. Sistem UDD dapat memperkecil terjadinya kesalahan pengobatan. Obat
dibagikan dalam bentuk paket unit dose (dibungkus secara terpisah untuk masing-
masing dosis), biasanya dikemas dalam persediaan 24 jam.
• Pada sistem UDD salah satu administrasi yang dilakukan adalah patient drug profil,
caranya adalah dengan melalui pemantauan kerasionalan obat yang meliputi
ketepatan indikasi, ketepatan dosis, ketepatan pasien, ketepatan obat, dan
waspada terhadap efek samping obat. Dengan adanya patient drug profil farmasis
dapat membantu dokter dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan. Dalam
hal ini farmasis berperan dalam memantau mengevaluasi pemakaian obat dalam
hal cara pemakaian, dosis, indikasi, efek samping obat, dan interaksi obat serta
rekapitulasi harga.
• Sistem UDD ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
• a. Keuntungan bagi pasien.
• Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik karena pelayanan obat dilakukan secara teratur untuk tiap kali dosis pengobatan sehingga pemakaian obat oleh pasien lebih
terkontrol.
• Pasien hanya membayar obat dan alat kesehatan yang digunakan saja.
• Pasien mendapat obat dengan kerasionalan yang dapat terjaga.
• Pasien lebih cepat mendapat obat.
• b. Keuntungan bagi perawat
• Semua obat yang dibutuhkan pasien dibagikan perawat dipersiapkan oleh farmasi sehingga mempunyai banyak waktu untuk merawat pasien.
• Meniadakan duplikasi pemesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan.
• Perawat mempunyai kesempatan memeriksa obat-obat yang telah dikemas oleh bagian farmasi sebelum diberikan kepada pasien sehingga memperkecil peluang terjadinya kesalahan.
• c. Keuntungan bagi farmasis
• Menciptakan pemeriksaan ganda dengan memberi kesempatan pada farmasis untuk melakukan pemantauan pengobatan pasien sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan obat.
• Memperluas ruang lingkup pengawasan farmasis di seluruh rumah sakit.
• Farmasis dapat keluar dari unit farmasinya dan mengunjungi bangsal-bangsal untuk menjalankan tugasnya, yaitu konsultasi obat.
• Farmasi merupakan mitra kerja dokter yang berperan sebagai drug consultan dan drug informan bagi dokter.
• d. Keuntungan bagi dokter
• Dokter mempunyai partner dalam memberikan pengobatan kepada pasien.
• Kemungkinan kesalahan dalam penulisan resep atau penggunaan obat dapat ditelaah oleh farmasis sehingga mengurangi resiko yang mungkin terjadi.
• Dokter dibantu farmasis dalam memberikan informasi obat kepada pasien.
• e. Keuntungan bagi manajemen rumah sakit secara umum
– Pemanfaatan tenaga profesional yang lebih efisien.
– Meniadakan kemungkinan terjadinya kebocoran dan pemborosan obat.
• Keterbatasan Sistem Distribusi Obat dosis unit:
• a. Semua apoteker praktik klinik harus cakap dan bekerja secara efektif dengan asisten apoteker dan teknisi lainnya.
• b. Apoteker bertanggung jawab untuk pelayanan distribusi dan pelayanan klinik.
• c. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf berpraktik dalam lokasi yang banyak.
• d. Lebih banyak alat diperlukan, misalnya pustaka informasi obat, lemari pendingin, rak obat dan alat untuk meracik.
• e. Jumlah dan keakutan penderita menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi kapasitas ruangan dan personel dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil.
• Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara:
• Sentralisasi
• Semua obat diserahkan dan disalurkan dari farmasi pusat.
• Desentralisasi
• Farmasi di desentralisasikan ke farmasi-farmasi cabang, masing-masing melayani
satu atau lebih pos perawatan. Masing-masing cabang menyediakan dan
menyalurkan persediaan obatnya sendiri.
• Gabungan sentralisasi dan desentralisasi
• Farmasi mempunyai cabang farmasi seperti sistem desentralisasi tetapi hanya dosis
obat untuk pertolongan pertama dan untuk kasus darurat saja yang diberikan di
cabang. Dosis berikutnya diberikan di farmasi pusat, semua pelaksanaan lain yang
terpusat seperti pengemasan dan pengolahan bahan-bahan intravenus juga dari
farmasi pusat.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi di
luar Jam Kerja
• Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh:
• Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam
• Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
• Sistem pelayanan distribusi :
• a. Sistem persediaan lengkap di ruangan
• Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.
• Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat.
• Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi.
• b. Sistem resep perorangan
• Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
• c. Sistem unit dosis
• Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang
berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa.
• Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada:
• Apotek rumah sakit dengan sistem resep perorangan
• Satelit farmasi dengan sistem dosis unit
• Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan
•  
• Sistem distribusi obat harus menjamin:
• Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat
• Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat
• Kemasan yang menjamin mutu obat
• Metode pengiriman obat dari dokter ke farmasi:
• RESEP
• dokter menuliskan di atas kertas blanko resep Rumah Sakit.
• CHART
• catatan tentang pasien, disalin oleh personil yang jaga di ruang
perawatan dalam dokumen daftar permintaan obat, kemudian
dokumen tersebut dikirim ke Farmasi untuk dibuatkan drug
profile dan dimintakan pembayaran ke pasien
• Tembusan Chart Order
• Farmasis menerima salinan pesanan obat, tidak perlu disalin ulang
untuk mendapatkan, obat bisa segera didapatkan.
• Distribusi untuk obat i.v admixture, TPN, sitostatika dan radiofarmaka
• Distribusi untuk obat i.v admixture, TPN, sitostatika dan radiofarmaka
sama dengan sistem UDD.
• Penyiapan i.v admixture:
– Dokter menuliskan pesanan larutan iv, cairan yg diinginkan, additive yg
dipakai, kadar, kecepatan aliran obat, waktu mulai dan lama pengobatan
– Pesanan dikirim ke unit Farmasi, diperiksa kecocokan dosis, kepekaan obat
dan stabilitas obat, tentukan masa kadaluarsanya.
– Memberi etiket dan menulis lembaran profile
– Menyiapkan larutan oleh Apoteker dibantu AA
– Larutan jadi diperiksa oleh farmasis
– Pengiriman ke tempat pasien
– Penyimpanan di tempat pasien
– Pemberian obat kepada pasien

You might also like