You are on page 1of 4

HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR’AN

SECARA BERANGSUR-ANGSUR
25 Maret 2008 Tinggalkan komentar Go to comments

Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam sekaligus satu
kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa
yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah:

1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam . Firman-Nya:

“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja?
Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)

Kata Abu Syamah, ayat itu menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an
secara berangsur-angsur. Tidak sekali turun langsung berbentuk kitab seperti kitab-kitab yang
diturunkan kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia dan tujuannya? Tujuannya
ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam . Sebab dengan turunnya
wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal
itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut,
yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering),
yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya
dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit
diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan,
ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.

2.Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an karena menurut mereka aneh
kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka
untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata
mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat
langsung satu kitab.

3.Supaya mudah dihapal dan dipahami. Memang, dengan turunnya Qur’an secara berangsur-
angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-
lebih bagi orang-orang yang buta huruf seperti orang-orang arab pada saat itu; Qur’an turun
secara berangsur-angsur tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami
ayat-ayatnya. Memang, ayat-ayat Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan
dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata:

“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an
kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)

4.Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya.
Dengan begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan
turunnya ayat-ayat Qur’an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa yang
sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang
disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah, dan ayat-ayat tentang li’an.

5.Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.


Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat
penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah yang
sangat pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang dipriorotaskan oleh
Al-Qur’an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitbnya, para
rasulnya, iman kepdaa hari akhir, kebangkitan dari kubur, dan surga neraka. Hal itu didukung
dengan dalil-dalil yang rasional yang tujuan untuk mencabut kepercayaan-kepercayaan
jahiliyah yang berpuluh-puluh tahun telah menancap di hati orang-orang musyrik untuk
ditanami/diganti dengan benih-benih akidah Islamiyah.

Setelah akidah Islamiya itu tumbuh dan mengakar di hati, baru Allah menurunkan ayat-ayat
yang memerintah berakhlak yang baik dan mencegah perbuatan keji dan mungkar untuk
membasmi kejahatan serta kerusakan sampai ke akarnya. Juga ayat-ayat yang menerangkan
halal haram pada makanan, minuman, harta benda, kehormatan, darah/pembunuh dan
sebagainya. Begitulah Qur’an diturunkan sesuai dengan kejadian-kejadian yang mengiringi
perjalanan jihad panjang kaum muslimin dalam memperjuangkan agama Allah di muka bumi.
Dan ayat-ayat itu tak henti-henti memotivasi mereka dalam perjuangan ini. Mari kita simak
contoh-contoh di bawah ini:
1. Surat Al An’am adalah surat makiyah karena turun di Mekah. Isinya menjelaskan perkara
iman, akidah tauhid, bahaya syirik, dan menerangkan apa yang halal dan haram, firman:

“Katakanlah: “Marilah saya bacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua orang
tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami yang akan
memberi rizki kamu dan mereka.” (Al An’am:152)

Kemudian, ayat-ayat yang menerangkan hukum-hukum secara rinci, baru menyusul turun di
Madinah; seperti tentang utang piutang dan pengharaman riba. Juga tentang zina, itu
diharamkan di Mekkah, yaitu ayat:

“Jangan kau mendekati zina. Karena sesungguhnya zina satu perbuatan keji dan seburuk-
buruk jalan.” (Al Isra:32)

Tapi, ayat-ayat yang merinci hukuman bagi orang yang melakukan zina turun di Madinah
kemudian.

2. Tentang undang-undang pengharaman khamer, yang pertama kali turun ialah ayat:

“Dan dari buah kurma serta anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang
baik …” (An-Nahl:67)

Kemudian yang turun berikutnya ialah ayat:

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah bahwa pada keduanya
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar dari pada
manfaatnya.” (Al-Baqarah:219)

Di dalam ayat itu dikatakan bahwa khamer itu mengandung manfaat yang temporal sifatnya,
dan bahayanya lebih besar bagi tubuh, bisa merusak akal, pemborosan harta benda, dan bisa
menimbulkan berbagai macam masalah kejahatan serta kemaksiatan di masyarakat. Setelah
itu turun ayat yang melarang mabuk ketika shalat.

“Hai orang-ornag yang beriman, janganlah kalian shalat ketika kalian dalam keadaan mabuk
sampai kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.” (An-Nisaa’:43)
Setelah mereka tahu dan menyadari bahwa mabuk saat shalat diharamkan, kemudian turun
ayat yang lebih tegas lagi:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamer, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Oleh
kraena itu, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al
Maidah:90)

Untuk lebih menjelaskan lagi bahwa turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, ialah apa
yang dikatakan Bunda Aisyah berikut:

“Sesungguhnya yang pertama kali turun ialah surat dari surat-surat mufashal yang di
dalamnya disebutkan perihal surga dan neraka, sehingga jika manusia telah kembali/masuk
Islam, maka turunlah surat yang menyebutkan tentang halal haram. Nah, sekiranya yang
mula-mula turun ialah ayat yang berbunyai: janganlah kamu minum khamer, pasti mereka
berkata: kami tidak akan meninggalkan kebiasaan minum khamer selama-lamanya. Dan
seandainya yang turun itu ayat yang berbunyi: jangan berzina, niscaya mereka menjawab:
kami tidak akan meninggalkan kebiasaan berzina selama-lamanya.” (HR.Bukhari)

((Sumber: “Pemahaman Al Qur’an”, Syaikh Muhammad Ibnu Jamil Zainu. Penerbit: Gema
Risalah Press, Bandung; Cet. Pertama: September 1997, hal.47-51))

You might also like