You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat


besar, tapi tidak didukung oleh jumlah lapangan pekerjaan yang mengakibatkan
banyaknya pengganguran di era globalisasi ini. Karena itu, perlu pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghadapinya.
Pendidikan di sekolah dan di luar sekolah berperan sebagai penunjang
pembangunan sumber daya manusia, harus secara jelas ikut membantu dan
membentuk peserta didik menjadi aset bangsa. Sebagai aset bangsa peserta didik
diharapkan menjadi manusia produktif yang berpenghasilan, juga menjadi manusia
yang mampu menciptakan produk-produk unggulan. Sekolah Menengah Kejuruan,
khususnya Kimia Analisis berharap agar dapat menghadapi tantangan dan tuntutan
yang muncul pada kondisi sekarang ini serta dapat memfokuskan siswa pada
kehandalan dalam bekerja.
Dalam sektor Industri, perlu adanya kerjasama antara sekolah dengan dunia
Industri, dimana Industri turut membantu pembekalan melalui Prakerin.
Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu program kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia Nusa Bangsa Bogor yang bertujuan
menciptakan tenaga analis yang siap kerja dengan harapan peserta didik dapat
menyesuaikan diri dengan dunia kerja sehingga dapat menjadi analis yang terampil,
kreatif, dan ulet.

1.2. Maksud dan Tujuan pelaksanaan Prakerin


Maksud Praktek Kerja Industri adalah untuk mencetak dan mempersiapkan
tenaga Analis Kimia yang berjiwa perintis, memiliki kemampuan kerja yang
professional dan disiplin, mampu memimpin dan siap pakai serta mempunyai
peranan besar dalam mengembangkan dan memajukan sektor Industri Kimia di
Indonesia.
Tujuan pelaksanaan Prakerin yaitu :
1. Siswa dapat menerapkan teori dan praktek yang telah didapat dari sekolah selama
pendidikan.
2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat beradaptasi dengan suasana dan
lingkungan kerja sebenarnya.
3. Meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan instrument kimia analisis yang
lebih modern
4. Menumbuhkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka
memasuki lapangan Industri
5. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang berkaitan dengan dunia
kerja antrara lain : Strukur Organisasi, disiplin, lingkungan dan system kerja.
6. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan keterampilan dan
keahlian dibidang masing-masing.

1.3 Tinjauan umum


Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang penulis lakukan berada di perusahaan
yang bergerak dalam bidang industri makanan yaitu PT. Indofood CBP Sukses
Makmur divisi Noodle cabang Surabaya Jl. Raya Cangkring Malang KM.32
Kec.Beji Kab.Pasuruan

1.3.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan


PT. Indofood CBP Sukses Makmur merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri makanan. Perusahaan yang berdiri pada 14 Agustus 1990 di
Jakarta ini diberi nama PT. Panganjaya Intikusuma.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur divisi Noodle cabang Cibitung didirikan
pada tahun 1992 dengan nama awal PT. Inti Pangan Persada dan mengubah
namanya menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk empat tahun kemudian. Lalu
pada 1 Oktober 2009, perusahaan ini menganti namanya kembali menjadi PT.
Indofood CBP Sukses Makmur.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur cabang Cibitung merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang pembuatan mie instan yang dikemas dalam kemasan plastic
dengan tambahan bumbu dan minyak bumbu. Baik bumbu dan minyak bumbu serta
bahan pelengkap lainnya tidak diproduksi diperusahaan ini melainkan diproduksi
oleh perusahaan yang masih termasuk dalam Indofood group yang berlokasi di
Semarang, Cikampek, dan Surabaya yang kemudian di supply ke Indofood cabang
Cibitung .
Divisi mie instan merupakan divisi terbesar di Indofood, pabriknya tersebar di
14 kota besar di Indonesia yaitu : Pekanbaru, Lampung, Medan, Palembang,
Jakarta, Cibitung, Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin,
Pontianak, Manado dan Makasar.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur
divisi noodle ini dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
• Normal Noodle : Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura
• Snack Noodle : Anak Mas
• Cup Noodle : Pop Mie
• Dried Noodle : Mie Telur cap 3 ayam
• Bihun : Pop Bihun
Perusahaan ini dengan cepat dapat berkembang. Pada awal berdiri tahun 1992
PT. Indofood CBP Sukses Makmur hanya memiliki satu pabrik (plant 1) kemudian
di tahun 1996 didirikan pabrik kedua (plant 2) dan terakhir pada tahun 2001
didirikan lagi pabrik ketiga (plant 3) yang dikhususkan untuk produksi bihun.
Dengan visi “menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan dan
consumen products bermerk terkemuka bagi jutaan konsumen di Indonesia dan juga
di berbagai penjuru dunia.” PT. Indofood CBP Sukses Makmur telah mendapatkan
berbagai sertifikasi dan penghargaan diantaranya : ISO 9001:2000,HACCP,
Setifikasi Halal Indonesia dan Malasyia, dan SNI untuk menjamin kualitas produk
yang dihasilkan.
Pemasaran produk PT. Indofood CBP Sukses Makmur cabang Cibitung adalah
daerah Jakarta dan sekitarnya. Selain itu produksi perusahaan juga diekspor ke
berbagai negara diantaranya Eropa, Timur Tengah, Inggris, Nigeria, Amerika,
Jepang, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Brunei, Singapura, Australia.
1.3.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle cabang Cibitung ini
beralamat di Kampung Jarakosta, Desa Sukadanau RT 05/RW 02 No.1 Cikarang
Barat, Bekasi 17520. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Utara : berbatasan dengan Pabrik seasoning PT. Indo Sentra Pelangi dan
pemukiman penduduk.
Selatan : berbatasan dengan Pabrik Gas Samator
Timur : berbatasan dengan Jalan Raya dari Kampung Jarakosta
Barat : berbatasan dengan pemukiman penduduk, jalan tol dan sawah.

Luas area pabrik PT.Indofood CBP Sukses Makmur ini sekitar 25,75 hektar
digunakan untuk bangunan pabrik, unit pengolah limbah dan berbagai sarana
hubungan industrial.
Unit pengolah limbah yang digunakan Waste Water Treatment (WWT)
untuk pengolahan limbah cair dan incinerator untuk pengolahan limbah padat.
Berbagai fasilitas industrial yang ada adalah Kantin. Poliklinik, Koperasi,
Mushola ,Tempat olahraga dan kesenian serta Bank dan ATM BCA .

1.3.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan gambaran fungsi dan tanggungjawab tugas
dan kewajiban serta kekuasaan yang ada pada perusahaan agar personil mudah
dalam melaksanakan aktifitasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
PT. Indofood CBP Sukses makmur dipimpin oleh seorang General Manager
(GM) yang membawahi lima department yaitu Factory Manager (FM), Branch
Process Development Quality Control Manager (BPDQCM), Branch Personal
Manager (BPM), Area and Sales Promotion Manager (ASPM), dan Finance and
Accounting Manager (FAM) .
a. Factory Manager (FM)
Factory Manager (FM) membawahi lima sub departemen yaitu Production
Manager (PM) yang memimpin departemen produksi, Factory Technic Manager
(TM) yang memimpin departemen teknik, Warehouse Manager (WHM) yang
memimpin departemen Warehouse, Production Planning and Inventory Control
(PPIC) yang memimpin departemen PPIC, Purchasing Officer yang memimpin
departemen Purcahsing
b. Branch Process Development Quality Control Manager (BPDQCM)
BPDQC Manager merupakan suatu departemen yang menangani
pengawasan mutu, mulai dari bahan baku, proses hingga produk jadi serta
melakukan inovasi dan modifikasi produk. Departemen ini memiliki beberapa
tugas yaitu:
1. menjamin mutu dari bahan baku sampai produk jadi di pasar
2. memperbaiki mutu proses dan produk
3. menangani keluhan konsumen, melaksanakan audit system mutu
4. mengkordinasikan kegiatan kalibrasi alat lab, produksi dan gudang.
BPDQC Manager membawahi QC Proses Supervisor dan QC Raw
Material and Finish Good Supervisor.
1. QC Proses Supervisor
Tugas dan tanggung jawab:
1. Menjamin dan mengendalikan mutu
proses produksi
2. Memonitoring shelf life produk
3. Menjalankan hasil standarisasi
proses
QC Proses Supervisor membawahi seksi, yaitu:
1.1. QC Proses Section Supervisor yang membawahi
1.1.1 QC Analis
1.1.2 QC Field
1.1.3 Admin
2. QC Raw Material and Finish Good Supervisor
Tugas dan tanggung jawab:
Mengendalikan mutu bahan baku dan barang jadi
Melakukan monitoring barang yang terdapat di gudang
QC RM/FG supervisor membawahi seksi, yaitu :
2.1 QC Raw Material and Finish Good Section Supervisor membawahi
2.1.1 QC Analis
2.1.2 QC Field
2.1.3 Admin
c. Finance and Accounting Manager (FAM)
FAM bertugas untuk menangani bidang keuangan perusahaan.
d. Branch Personnel Manager (BPM)
BPM bertugas untuk menangani tenaga kerja atau SDM yang ada di perusahaan.
e. Area and Sales Promotion Manager (ASPM)
ASPM bertugas untuk menangani bidang promosi dan penjualan produk.

1.4 Ketenagakerjaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur cabang Cibitung mempunyai jumlah tenaga
kerja kurang lebih 2076 orang dari seluruh plant.

1.4.1 Sistem dan jam kerja karyawan


Pembagian waktu kerja untuk karyawan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja
adalah 40 jam kerja dalam satu minggu.
Karyawan staff bekerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dari senin hingga
jumat. Sedangkan karyawan staff yang berhubungan dengan proses produksi
bekerja dari senin hingga sabtu dengan jam kerja pada pukul 08.00 sampai pukul
17.00 pada hari senin sampai jumat dan pukul 08.00 sampai pukul 14.00 pada hari
sabtu dengan waktu istirahat selama 1 jam pada pukul 12.00 sampai pukul 13.00.
Kegiatan produksi dilakukan selama 24 jam pada hari senin hingga jumat.
Sehingga pembagian jam kerja QC proses mengikuti jumlah regu kerja yang terdiri
dari 3 shift. Masing-masing shift memiliki 7 jam kerja selama satu sehari, dengan
pembagian waktu yaitu shift satu dimulai pada pukul 7.00 sampai pukul 14.30, shift
dua dimulai pada pukul 14.30 sampai pukul 22.00, dan shift tiga dimulai pukul
22.00 sampai pukul 06.00 WIB. Sedangkan pada hari sabtu pembagian jam kerja
pada masing-masing shift yaitu shift satu dimulai pukul 07.00 sampai pukul 12.00,
shift dua dimulai pukul 12.00 sampai pukul 17.00, shift tiga dimulai pukul 17.00
sampai pukul 22.00 WIB. Pada hari minggu hanya dilakukan uji alkali.

1.5 Gambaran umum proses produksi


1.5.1 Persiapan Produksi
Sebelum masuk kedalam proses produksi terlebih dahulu dilakukan persiapan
produksi yang meliputi pembuatan larutan alkali dan pengiriman tepung.

1. Pembuatan Alkali
Larutan Alkali adalah suatu campuran dari air dan bahan tambahan makanan
lain seperti antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, penguat flavour, dll.
Larutan alkali dibuat berdasarkan pada jenis flavour yang akan diproduksi pada
line tertentu. Pembuatan larutan alkali dilakukan pada sebuah tangki alkali yang
didalamnya terdapat pengaduk yang digerakkan dengan motor, dimana
penggerak tersebut berfungsi untuk mengaduk campuran air dan bahan
tambahan makanan sehingga dihasilkan larutan alkali yang homogen. Kemudian
larutan alkali ditampung disebuah alat penampung (weighing tank). Larutan
yang telah dibuat digunakan untuk satu kali batch pengadukkan. Dari weighing
tank, larutan alkali kemudian dialirkan ke dalam mixer pembuat adonan.

2. Pengiriman tepung
Pengiriman tepung dapat dilakukan 2 cara yaitu Screw (secara manual)
dan SILO (secara otomatis)
a. Screw
Suatu proses penyupplian tepung terigu yang berasal dari gudang
bahan baku yang dimasukkan ke dalam hopper secara manual.
Kemudian tepung terigu tersebut akan disaring dengan menggunakan
sieveter dengan tujuan menyaring kotoran seperti benang dari kemasan
zak dan kayu dari palet. Kemudian terigu yang telah terbebas dari
kotoran tersebut dibawa oleh screw yang akan menuju mixer.
b. Silo
Suatu proses penyupplian tepung terigu yang dilakukan secara
otomatis. Tepung terigu yang berasal dari gudang bahan baku
dimasukkan ke tangki penampungan (buffer) sebelum penimbangan
berlangsung. Kemudian tepung yang sudah disesuaikan
jumlahnya/sudah diprogram (sesuai dengan jenis mie yang akan
diproduksi) secara otomatis masuk ke dalam mixer.

1.5.2 Tahapan Proses Produksi


Pada proses pembuatan mie instan terdapat tujuh tahapan yang harus dilewati,
meliputi Mixing (Pencampuran), Pressing (pengepresan). Slitting (pembentukkan
untaian), Steaming (pengukusan), cutting (pemotongan), frying (pengorengan),
cooling (pendinginan), wrapping/packing (pengemasan).

1. Mixing
Proses mixing adalah proses awal pada pengolahan mie. Pada tahap ini
tepung terigu yang sudah berada di alat mixer dicampurkan dengan air dan
bahan tambahan ( larutan alkali yang sudah dibuat sesuai dengan jenis mie
yang akan diproduksi ) agar menjadi suatu adonan. Air yang dicampurkan
harus sesuai, sehingga adonan tidak terlalu lembek atau terlalu keras.
Pada proses ini pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pengamatan
terhadap cemaran, jumlah alkali yang ditambahkan , jumlah penambahan air
serta kadar air pada adonan.

2. Pressing
Pada Proses Pengepresan (Pressing) adonan terigu beserta campurannya
dibentuk menjadi suatu lembaran. Adonan dilewatkan pada pressing roll yang
memiliki tingkat ketebalan yang berbeda-beda untuk mendapatkan lembaran
panjang dengan ketebalan tertentu yang sesuai dengan standart. Adonan yang
berjalan dari pressing roll pertama sampai dengan yang terakhir menyebabkan
bentuk lembaran semakin tipis hingga mencapai ketebalan tertentu sesuai
dengan jenis mie yang akan diproduksi.
Pada Proses Pressing ini pemeriksaan yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui cemaran dan ketebalan untaian.

3. Slitting
Setelah melalui roll press , maka adonan mie akan dibentuk suatu untaian
dengan menggunakan alat sillter. Dengan mengatur kecepatan laju alat sillter
untaian akan lebih merapat. Jadi mie yang terbentuk terlihat lebih rapi, rapat
dan lebih padat. Kemudian adonan yang berbentuk untaian diubah menjadi
bentuk gelombang dengan menggunakan waving net.
Pemeriksaan yang dilakukan pada tahap ini adalah bentuk untaian dan
bentuk gelombang mie yang dihasilkan.

4. Steaming
Steaming merupakan proses pengukusan atau pemasakan mie
menggunakan uap panas yang dialirkan boiler ke dalam steam box. Pada tahap
ini berlangsung proses gelatinisasi. Gelatinisasi adalah proses penyerapan air
kedalam granula pati. Tujuan dari proses ini agar mie tergelatinisasi dengan
sempurna sehingga tekstur mie menjadi empuk dan elastis.
Proses pemeriksaan yang terjadi pada proses ini adalah pengukuran
tekanan, suhu, waktu steam, serta cemaran. Pengukuran tekanan menjadi hal
yang penting pada proses ini karena jika tekanan terlalu tinggi bisa
menyebabkan mie menjadi lengket dan waktu steaming juga berpengaruh
terhadap penetrasi panas dalam mie, jika waktu steaming semakin lama maka
panas yang berpenetrasi akan semakin baik dan merata.
5. Cutting
Setelah melakukan steaming, mie dibentuk menjadi bentuk segi empat
dengan proses cutting yang dilakukan dengan melewatkan mie pada alat cutter
yang bergerak dengan kecepatan tertentu sehingga ukuran panjang mie sesuai
dengan standart yang telah ditentukan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada tahap ini adalah kecepatan cutter,
panjang mie yang telah terpotong, berat mie basah untuk setiap line serta
cemaran asing.

6. Frying
Proses Frying merupakan proses dimana mie yang telah disteam akan
digoreng menggunakan minyak goreng yang sebelumnya telah dilakukan
penyaringan dan pemanasan yang telah ditambahkan dengan antioksidan.
Tujuan dari proses ini adalah untuk menurunkan kadar air yang berasal dari
proses pengukusan (steaming).
Beberapa factor yang mempengaruhi proses penggorengan adalah kondisi
minyak goreng, suhu dari luar ataupun dari alat-alat penggorengan,
temperature penggorengan serta waktu penggorengan.
Parameter mutu yang digunakan dalam proses ini adalah waktu
penggorengan, berat mie kering setiap jalur, susut mie, jumlah antioksidan
yang ditambahkan pada minyak serta menganalisa FFA (asam lemak bebas)
minyak goreng.

7. Cooling
Cooling atau proses pendinginan merupakan suatu proses dimana mie
yang telah melalui proses frying didinginkan/ ditiriskan di cooling box dengan
suhu tertentu.
Tujuan dari proses cooling adalah untuk menurunkan suhu mie agar mie
pada saat dikemas tetap terjaga kerenyahannya . Tujuan lain dari proses
cooling ini juga untuk mengurangi kadar minyak yang dihasilkan dari proses
frying agar mie tidak berminyak.
Parameter mutu yang dilakukan pada proses cooling ini meliputi
pengukuran waktu pendinginan mie, bentuk mie dan cemaran . Selain itu
dilakukan juga analisa berupa kadar lemak dan kadar air mie tujuannya untuk
mengetahui mie mudah patah atau tidak.

8. Wrapping dan Packing


Setelah dilakukan proses cooling, mie akan di wrapping dan
packing.Wrapping merupakan pembungkusan mie dengan kemasan yang
sesuai dengan mie yang telah dibuat. Kemudian mie yang telah dikemas diberi
kode produksi dan tanggal kadarluarsa mie.
Pada packing mie yang telah terkemas dan diberi kode produksi,
kemudian ditumpuk pada karton kemasan sejumlah yang telah ditentukan,
kemudian mie diberi lakban.
Tujuan dari pemberian kemasan adalah untuk melindungi produk dari
kotoran, debu dan penggangu lainnya yang dapat menurunkan kualitas mie.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan adalah kode produksi,
mutu karton, kondisi pengeleman, berat rata-rata dan cemaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Mie Instan


Mie Instan merupakan salah satu makanan berenergi tinggi yang terbuat dari
tepung terigu, air, dan garam. Makanan ini sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat
di dunia terutama di Asia karena makanan ini mengenyangkan, mudah dibuat dan
harganya lebih ekonomis. (Google, 2007)
Mie Instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung
terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan dapat dihidangkan setelah dimasak
dan diseduh dengan air mendidih paling lama empat menit (SNI-01-3551-2000).
Proses pembuatan mie instan diawali dengan mencampurkan tepung terigu
dengan larutan alkali (campuran beberapa komponen yang dicampurkan dengan air)
pada proses Mixing. Selanjutnya adonan dibentuk menjadi lembaran adonan yang
semakin tipis hingga mencapai ketebalan tertentu dalam proses Pressing. Kemudian
menuju proses Slitting dimana adonan mie dijadikan untaian atau gelombang dengan
jumlah serta lebar untaian sesuai jenis mie yang dibuat, selanjutnya menuju proses
Cutting, dimana adonan tersebut dipotong dengan panjang yang telah ditentukan.
Berikutnya adonan tersebut berjalan menuju steam box yang merupakan alat yang
digunakan untuk pengukusan dalam proses Steaming yang selanjutnya menuju proses
Frying dimana mie akan dikukus dengan suhu tertentu dan kemudian didinginkan
pada proses Cooling. Adonan yang sudah berbentuk mie selanjutnya di beri bumbu
dan dikemas sesuai rasa yang telah ditentukan pada proses Wrapping, dan terakhir
mie instan dimasukkan kedalam karton dalam proses Packing sebelum dipasarkan.
Mutu mie instan yang berkualitas baik adalah mie yang memiliki gigitan relative
kuat, kenyal dan permukaan tidak lengket. Mutu mie instan juga ditentukan
berdasarkan warna, tekstur, dan cara masak untuk penyajian.
Jenis Parameter pengujian Mie Instan

2.1.1 Kadar Air


Kadar air adalah banyaknya air yang hilang jika dipanaskan pada kondisi
uji tertentu. Terdapat dua metode untuk menentukan Kadar Air pada bahan
pangan yaitu metode pemanasan langsung dan metode Xylol.
Metode pemanasan langsung digunakan untuk seluruh produk makanan
kecuali bila produk tersebut mengandung komponen atau zat yang mengalami
dekomposisi pada suhu pemanasan 105-110oC atau produk tersebut
mengandung komponen atau zat yang mudah menguap. Sedangkan pada
metode Xylol dapat digunakan untuk produk yang mengandung air dan
minyak terbang (volatile oil) dimana keduanya dapat menguap, walaupun
jumlahnya relative sedikit tapi metode ini cukup cepat dan efisien.
Penetapan Kadar Air pada Mie Instan cenderung memakai metode
pemanasan langsung karena sifat air dari Mie instan sendiri yang mudah
menguap.
Air dalam makanan terdapat dalam tiga bentuk yaitu air bebas yang
terdapat pada lapisan bahan makanan, air yang terikat pada permukaan, dan
air yang membentuk ikatan dengan struktur Kristal.
Pada pemanasan 105oC hanya mengukur kadar air bebas yang terdapat
pada bahan pangan . Kadar Air dalam suatu bahan terutama makanan perlu
ditetapkan, karena makin tinggi kadar air dalam suatu bahan makanan, makin
besar kemungkinan bahan tersebut cepat rusak atau tidak tahan lama.
Kadar air yang tinggi dapat mengalami penurunan kualitas mutu selama
prose penyimpanan, yaitu perubahan warna lebih cepat, kerusakan karena
mikroorganisme dan daya simpan yang rendah.
Kadar Air maksimum yang boleh terkandung pada produk pangan darurat
salah satunya makanan padat adalah sebesar 9.5%. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalisir kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme.
(Brisske, 2004)

2.1.2 Kadar Lemak


Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh
disamping zat gizi yang lain seperti karbonhidrat, protein, vitamin dan mineral
yang mudah dicerna .
Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida.
Termasuk sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah larutannya
dalam pelarut organic atau sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air.
Kadar lemak pada mie Instan ditentukan dengan mengekstraksi mie
menggunakan pelarut organic yaitu petroleum benzene yang didasarkan pada
perbedaan titik didih dan berat jenis.
Penggunaan pelarut petroleum benzene didasarkan pada sifat dari pelarut
tersebut yang dapat melarutkan minyak dalam mie. Disamping murah
petroleum benzene juga tidak terlalu mencemari lingkungan. Pelarut ini juga
memiliki bau yang tidak tajam serta petroleum benzene lebih bisa melarutkan
minyak karena titik didih yang pelarut itu miliki lebih rendah dari pelarut
organic lain.
Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau ester dari gliserol dan
asam –asam lemak .
Struktur pembentukkan lemak :

2.1.3 AV (Acid Value) / Bilangan Asam


Bilangan asam didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak. Bilangan asam
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak.
Bilangan asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada
dalam minyak akibat reaksi hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses
fisika atau reaksi enzimatis.
Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang
terhidrolisis.
Penentuan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan KOH-alkohol
ditambah dengan indikator phenilpetalin (PP).

2.2 Minyak Goreng


Minyak goreng adalah hasil akhir (Refined Oils) dari sebuah proses
permunian minyak nabati (golongan yang bisa dimakan) dan terdiri dari beragam
jenis senyawa trigliserida. Untuk menganalisis karakteristik dari suatu minyak
goreng maka jumlah kandungan asam lemak inilah yang dipakai sebagai tolak ukur.
(Google, 2008)
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan pangan.
Dalam penggorengan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas,
menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan.
Sepertinya halnya semua lemak , minyak sayur merupakan senyawa ester dari
gliserin dan campuran dari berbagai jenis asam lemak, tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organic. Banyak minyak sayur yang dikonsumsi secara
langsung, ataupun digunakan secara langsung sebagai bahan campuran di dalam
makanan. Minyak cocok untuk keperluan memasak karena minyak mempunyai titik
nyala yang tinggi. (Tambun, 2006).
Minyak goreng yang dipakai dalam proses penggorengan dalam pembuatan
mie instan adalah minyak sawit. Minyak ini diperoleh dari pengolahan buah kelapa
sawit . Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan
inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau
kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp
dan lapisan paling dalam disebut endosperm. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan
kulit biji (testa), endosperm dan embrio.
Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel)
mengandung minyak sebesar 44% dan endocarp tidak mengandung minyak.
(Pasaribu, 2004)

Berikut ini tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam lemak
dari minyak kelapa sawit (Pasaribu, 2004) :

Minyak sawit dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak berfungsi sebagai


penghantar panas, menambah cita rasa makanan, memperbaiki tekstur makanan dan
sumber energi untuk kebutuhan tubuh dan sangat popular saat ini. Minyak sawit
memiliki komponen aktif yang sangat berguna bagi kesehatan.
Minyak sawit mengandung sedikit asam lemak jenuh seperti asam miristik dan
asam laurik, tetapi banyak sekali mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu
asam oleat, asam tidak jenuh ganda seperti asam lemak linoleat, asam lemak
linolenat.
Minyak sawit memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan
dengan minyak zaitun dan VCO. Selain mengandung provitamin A yaitu α dan β
karoten minyak sawit mengandung berbagai jenis mineral yang terdiri atas riboflavin,
fosfor, potassium, kalsium, magnesium, mangan, retinal, dan licopen. (Arghainc,
2008)

Sebab-sebab dari kerusakan lemak atau minyak yaitu :


1). Penyerapan bau
Lemak bersifat mudah menyerap bau, apabila bahan pembungkus dapat
menyerap lemak maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau yang berasal dari baguan lemak yang rusak ini
akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang mengakibatkan seluruh
lemak menjadi rusak.
2). Hidrolisis
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi ini direaksikan cepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim sejenis
protein. Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan dengan asam lemak
rendah(mentega, minyak kepala sawit, dan minyak kelapa). Hidrolisis sangat
menurunkan mutu minyak goreng. Selama penyimpanan dan pengolahan lemak
atau minyak asal lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan proses
pemurnian untuk menghasilkan minyak yang lebih baik.
3). Oksidasi dan ketengikan
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh factor-faktor yang dapat mempercepat
reaksi seperti cahaya, panas, peroksida dan enzim-enzim.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal bebas lemak tidak jenuh
mengalami oksidasi dan menjadi tengik yang disebabkan oleh pembentukan
senyawa hasil pemecahan hidro peroksida yang bersifat sangat tidak stabil dan
mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai C yang lebih pendek yang bersifat
volatile dan menimbulkan bau tengik dan lemak.
Proses ketengikkan pada minyak dapat dicegah dengan menambahkan
antioksidan seperti tokoferol, BHA, BHT dan lain-lain.

Jenis Parameter pengujian minyak goreng :

2.2.1. FFA (Free Fatty Acid) / Asam lemak bebas


Asam lemak bebas / FFA adalah asam lemak yang berada sebagai asam
bebas tak terikat sebagai trigliserida. Dalam bahan pangan keberadaan asam
lemak bebas denagn kadar tinggi tidak diinginkan, karena asam lemak bebas
dapat menyebabkan bahan pangan menjadi mudah tengik dan tidak layak
untuk dikonsumsi.
Ketengikan biasanya disebabkan oleh pemanasan yang berulang-ulang
dengan suhu yang tinggi yang dapat mengakibatkan bahan pangan tidak layak
untuk dikonsumsi.
Prinsip dari analisa FFA adalah pelarutan dengan pelarut organic. Dan
dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah isopropanol yang telah
dinetralkan dengan larutan basa.
Banyaknya kandungan asam lemak bebas yang ada pada minyak
goreng dapat menurunkan kualitas dari minyak itu sendiri.

2.3. Shelf Life


Shelf life merupakan bentuk pengawasan mutu mie instan selama umur
penyimpanan. Pemeriksaan shelf life merupakan salah satu factor penting dalam
bidang pengawasan mutu. Selain itu produk shelf life dapat digunakan sebagai
acuan jika terjadi penyimpangan pada barang yang telah diluncurkan ke pasar,
jadi dapat segera dilakukan recall.
Shelf life produk pangan merupakan suatu parameter ketahanan produk
selama penyimpanan terutama jika kondisinya beragam (syarieg et al, 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan produk yang telah
dikemas adalah sifat alami produk terkemas, kondisi atmosfer lingkungan
sekitar produk (kelembaban dan suhu) serta ketahanan bahan pengemas
terhadap gas, air dan bau.

Mekanisme kemunduran mutu produk dapat dipengaruhi oleh :


a. Uap air
Mie instan merupakan salah satu jenis pangan kering yang rentan
terhadap uap air karena dapat mengurangi kerenyahannya. Pertukaran
kelembaban dengan sekitar dapat menyebabkan perubahan pada fisik, rasa
dan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme.

b. Oksidasi dan hidrolisa


Mie instan merupakan makanan ringan yang mengandung cukup
banyak lemak. Oleh karena itu oksidasi sangat berpengaruh dalam
kemunduran mutu produk karena dapat menyebabkan ketengikan pada
lemak. Sedangkan uap air yang masuk dalam bahan juga akan
mengakibatkan terjadinya hidrolisa pada lemak dan meningkatkan
kandungan asam lemak bebas pada mie instan tersebut.
c.Suhu
Suhu memiliki pengaruh ganda dalam bahan pengemas dan kecepatan
oksidasi lemak. Suhu yang rendah dapat memudahkan transisi air dari
udara sekitar ke dalam produk terkemas, sedangkan suhu tinggi akan
memudahkan terjadinya oksidasi pada lemak yang terkandung dalam mie.

Pemeriksaan pada shelf life dilakukan untuk IQC (Ingredient Quality


Control), PQC (Process Quality Control), dan OQC (Outgoing Quality Control).
Barang yang diperiksa pada monitoring IQC yaitu seasoning dan
ingredient, meliputi analisa fisik, organoleptik, dan kimia (kadar air dan FFA
minyak bumbu).
Pada PQC bahan yang akan dianalisa shelf life yaitu mie. Lama
penyimpanan sample tergantung dari umur produk dan produk dimusnahkan
setelah rasa kadaluarsa berakhir. Pemeriksaan dilakukan baik secara fisik,
organoleptik maupun kimia. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap adanya
cemaran. Pemeriksaan organoleptik meliputi rasa, bau, tekstur, dan warna.
Sedangkan pemeriksaan kimia meliputi kadar air dan AV (Bilangan asam).
OQC akan memonitoring mie instan produk jadi selama barang masih
terdapat di gudang dan dihentikan bila barang telah keluar dari gudang.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKERIN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pada tahun ajaran 2010/2011 SMK Analis Kimia Nusa Bangsa melaksanakan
Prakerin pada semester VII. Waktu pelaksanaan Prakerin ini selama ± 4 bulan, yaitu
dimulai pada tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Oktober 2011.
Adapun lembaga atau institusi yang dijadikan tempat Prakerin adalah PT.
Indofood CBP Sukses Makmur tepatnya di bagian QC proses P.2.

3.2 Alat, Bahan, dan Metode Kerja

3.2.1 Penentuan Kadar Air pada Mie Instan dan Bumbu Mie

A. Tujuan
Penetapan ini bertujuan untuk menentukan kadar air pada Mie Instan
dengan menggunakan metode pemanasan langsung.
B. Prinsip Kerja
Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan kecuali bila
produk tersebut mengandung komponen atau zat yang mengalami
dekomposisi pada suhu pemanasan 105 ± 2 oC atau produk tersebut
mengandung zat yang mudah menguap.
Penetapan ini relative sederhana dimana contoh ditimbang pada suhu
105 ± 2 oC dalam oven kemudian hilangnya berat dalam contoh dihitung
sebagai kadar air.
C. Alat
1. Neraca Analitik pembacaan 0,1 mg
2. Oven listrik dengan suhu 105 ± 2 oC
3. Desikator
4. Cawan / botol timbang
5. Penjepit
6. Spatula
D. Bahan
1. Sampel (Mie Instan)
E. Cara Kerja
1. Dikeringkan cawan / botol timbang beserta tutupnya dalam oven dengan
suhu 105 ± 2 oC selama 30 menit.
2. Didinginkan dalam desikator kemudian timbang sampai ketelitian 0,1
mg.
3. Ditimbang 2-5 g contoh yang telah disiapkan ke dalam botol timbang.
4. Dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 ± 2 oC selama 3 jam (botol
timbang dalam keadaan terbuka)
5. Didinginkan dalam desikator selama 30-45 menit
6. Ditimbang botol beserta isinya sampai ketelitian 0,1 mg.

3.2.2 Penetapan Kadar Lemak pada Mie Instan

A. Tujuan
Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kadar Lemak yang
terkandung pada Mie Instan dengan menggunakan metode Soxlet.
B. Prinsip Kerja
Sampel yang telah dihaluskan dimasukkan dalam huls kemudian
dengan menggunakan alat soxlet sample diekstrak dengan pelarut organic
yaitu petroleum benzene. Ekstraksi lemak bebas dengan pelarut non polar,
bagian bahan yang terekstrak dibagi contoh adalah kadar lemak yang
ditentukan.
C. Alat
1. Labu Lemak
2. Alat Soxlet
3. Pemanas Listrik
4. Oven listrik dengan suhu 105 ± 2 oC
5. Penangas air
6. Neraca Analitik
7. Huls
8. Kapas
D. Bahan
1. Petroleum benzene
2. Thimble bebas lemak
3. Kapas bebas Lemak
4. Batu didih
E. Cara Kerja
1. Contoh dihaluskan sampai cukup halus (< 1 mm)
2. Ditimbang dengan teliti 2 – 4 g contoh,
3. Dimasukkan ke dalam thimble dan tutup rapat dengan kapas dijaga
jangan sampai bocor
4. Diekstrak dengan menggunakan petroleum benzene dalam alat soxlet
selama 4 jam
5. Diatur suhu penangas air dimana labu didih dipanaskan pada suhu 60 –
70 oC.
6. Dimasukkan thimble berisi contoh ke dalam soxlet.
7. Labu lemak berisi batu didih yang digunakan sebelumnya telah
diketahui bobot tetapnya.
8. Disulingkan dan keringkan labu lemak yang berisi residu lemak /
minyak dalam oven pada suhu 105 ± 2 oC sampai tidak berbau pelarut
selama 3 jam.
9. Didinginkan dalam desikator selama 30 – 45 menit.
10. Ditimbang labu berisi minyak.

3.2.3 Penetapan kadar AV pada Mie Instan

A. Tujuan
Penetapan Kadar AV bertujuan untuk menentukan dan mengetahui
mutu minyak terhadap bilangan asam .
B. Prinsip Kerja
Pelarutan lemak atau minyak hasil ekstraksi dalam pelarut organic
yang sesuai (campuran etanol : eter = 1:1) dan telah dinetralkan,
selanjutnya asam lemak bebas yang terdapat dalam contoh dinetralkan
dengan larutan basa.
C. Alat
1. Burette dengan ketelitian 0.05 mL
2. Erlemeyer Flask
3. Penangas air
4. Hotplate
5. Neraca Analitik
6. Beaker glass
7. Corong
8. Oven
D. Bahan
1. Larutan KOH
2. Lar. Indicator PP dalam etanol 95%
3. Campuran etanol : dietileter (1:1) yang telah dinetralkan .
4. Larutan Petroluem benzene
E. Cara Kerja
1. Lakukan ekstraksi terhadap contoh produk untuk
mendapatkan minyak
2. Contoh minyak cair hasil ekstraksi dapat langsung ditimbang
3. Contoh minyak yang telah diekstraksi kemudian didestilasi
untuk menghilangkan pelarut (petroleum benzene)
4. Dikeringkan dioven dengan suhu 105 ± 2 oC sampai bau
pelarut hilang
5. Ditimbang contoh minyak yang telah kering
6. Ditambahkan 30 – 50 mL pelarut yang telah dinetralkan
dan kocok sampai larut
7. Ditambahkan beberapa tetes indicator PP
8. Bila minyak tidak larut, tempatkan campuran diatas
hotplate kemudian atur suhu pada 40 oC . Kocok contoh pelan-
pelan sambil dititrasi dengan larutan standar alkali KOH 0.05 N
dengan titik akhir titrasi berwarna pink tidak hilang sampai 30
menit

3.2.4 Penetapan kadar FFA pada Minyak goreng dan Minyak Bumbu

A. Tujuan
Untuk menentukan Kadar asam lemak bebas pada minyak goreng
yang telah dipakai.
B. Prinsip Kerja
Pelarutan lemak atau minyak dalam pelarut organic yang sesuai
dan telah dinetralkan, selanjutnya asam lemak bebas yang terdapat
dalam contoh dinetralkan dengan larutan alkali.
C. Alat
1. Buret
2. Labu erlemeyer
3. Pipet tetes
4. Neraca analitik
5. Pipet measuring
6. Bulp

D. Bahan
1. Isopropanol atau dietil eter : etanol (1:1) yang telah dinetralkan.
Penetralan dilakukan dengan menitrasi pelarur dengan KOH 0.05
N dengan menggunakan indicator PP
2. Larutan indicator phenolpethalein 1%
3. Larutan KOH 0.05 N
F. Cara Kerja
1. Ditimbang dengan teliti 3-5 gram contoh ke dalam erlemeyer
2. Ditambahkan 30-50 mL pelarut yang telah dinetralkan dan kocok
sampai larut
3. Tambahkan 2-3 tetes indicator phenolphthalein
4. Dititrasi dengan menggunakan larutan KOH 0.05 N . Titik akhir
titrasi tercapai bila warna campuran berubah menjadi pink dan
tidak hilang selama 30 detik.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1. Hasil Analisa


4.1.1. Mie Instan
4.1.1.1 Hasil Analisa Kadar Air dalam Mie Instan

Line Kode Berat Berat alat Berat Hasil Keterangan


alat Contoh + contoh akhir perhitungan
(gram) (gram) (gram) (%)
16.1 F7 4.9724 58.2179 58.0950 2.4716 12.00
16.2 46 4.9663 46.5503 46.4196 2.6317
16.3 3 4.7149 42.9189 42.7897 2.7402
16.4 BX 5.3303 46.9049 46.7598 2.7222
16.5 92 4.5874 45.5101 45.3745 2.9560
16.6 SSI 4.8814 53.6492 53.4937 3.1856
16.7 A7 4.8244 58.5974 58.4416 3.2294
16.8 KA 4.5962 39.9587 39.8279 2.8459

17.1 36 4.6299 62.2816 62.1525 2.7884


17.2 CQ 4.8575 54.7486 54.6085 2.8842
17.3 5 4.2039 44.3088 44.1896 2.8355
17.4 QR 5.3696 56.9415 56.7914 2.7954
17.5 MZ 4.5865 60.3969 60.2719 2.7254
17.6 83 4.4589 40.7856 40.6635 2.7383
17.7 66 3.9441 43.0489 42.9431 2.6825
17.8 2 4.9970 42.4998 42.3575 2.8477

4.1.1.2. Hasil Analisa AV (Acid Value) / bilangan asam pada Mie Instan
Line Kode Berat Berat Berat Volume Hasil FFA
alat Alat Contoh Akhir titrasi Perhitungan Mie
(gram) (gram) (gram) (ml) (%)
16.1 KAO 114.2031 4.3359 118.5390 0.73 0.557 0.254
16.2 HR 111.4766 3.8041 115.2807 0.64 0.557 0.254
16.3 RSL 109.1717 2.9617 112.1334 0.49 0.548 0.250
16.4 SRP 111.2762 3.5710 114.8463 0.59 0.547 0.250
16.5 X2 106.2844 3.6035 109.8879 0.59 0.542 0.247
16.6 TYS 116.5433 3.3532 119.8965 0.57 0.563 0.257
16.7 RZ 107.2242 3.4196 110.6438 0.52 0.503 0.230
16.8 2A 116.2161 4.1846 120.4007 0.67 0.530 0.242

17.1 AB 107.6936 2.4676 110.1612 0.40 0.537 0.245


17.2 NS 105.4772 4.1595 109.6367 0.56 0.446 0.203
17.3 17 107.1850 2.9195 110.1045 0.43 0.488 0.222
17.4 ZR 112.3868 3.0260 115.4128 0.44 0.481 0.220
17.5 DB 109.9815 3.2280 113.2095 0.45 0.461 0.211
17.6 XB 107.3172 2.6357 109.9529 0.38 0.477 0.218
17.7 DIL 108.8364 2.9698 111.8062 0.44 0.490 0.224
17.8 ZPS 110.1067 3.1651 113.2718 0.46 0.481 0.219

4.1.1.3. Hasil Analisa Kadar Lemak (FC) pada Mie Instan

Line Kode Berat Berat Berat Hasil Keterangan


Alat Alat Contoh Akhir Perhitungan
(gram) (gram) (gram) (%)
16.1 3Y 105.5563 3.5957 106.159 16.7616 13.30
0
16.2 30 114.7628 3.1746 115.291 16.6635
8
16.3 B 112.9695 3.2242 113.503 16.5653
6
16.4 UMR 108.3828 3.5610 108.968 16.4364
1
16.5 AMD 106.8174 3.2358 107.337 16.0702
4
16.6 14 112.8502 3.0861 113.344 16.0137
4
16.7 XL 108.3767 3.2690 108.911 16.3628
6
16.8 3 108.6406 3.7623 109.253 16.2826
2

17.1 52 110.1958 3.9044 110.821 15.9282


7
17.2 AMD 106.6267 3.7697 107.224 15.8474
1
17.3 30 114.3725 3.5264 114.930 15.8122
1
17.4 66 114.5415 3.7837 115.142 15.8786
3
17.5 KAO 114.6134 3.9185 115.226 15.6412
3
17.6 2A 116.5299 3.7488 117.131 16.0345
0
17.7 F1 104.0874 4.3324 104.754 15.3864
0
17.8 ELS 114.9076 3.9731 115.539 15.8970
2
4.1.2. Minyak Goreng
4.1.2.1. Hasil Analisa FFA Minyak Goreng

Line Kode Berat Volume Titrasi Hasil Perhitungan (%)


Alat Contoh (gr) (mL)
16 EXS 8.2669 1.09 0.199
17 P 6.7353 0.88 0.197
18 02 6.9239 0.99 0.216
19 66 6.1590 0.70 0.172
20 BB 7.1495 0.73 0.154
21 KX 6.1326 0.68 0.167
22 ZR 6.0620 0.66 0.164
23 007 6.0234 0.65 0.163
27 COY 6.4148 0.98 0.231

4.1.3 Shelf life


4.1.3.1 Hasil Analisa Kadar Air pada Mie Instan

Rasa Kode Berat Berat alat Berat Hasil Keterangan


alat Contoh + contoh akhir perhitungan
(gram) (gram) (gram) (%)
SPGS COD 4.0367 44.8879 44.5761 7.7241
SPGAB C1 4.5805 51.5984 51.2458 7.6978
RGA 27 4.5083 61.1556 60.8143 7.5705
OR H 4.0341 60.7006 60.4424 6.4004
GSE WB 3.6812 37.2762 36.9984 7.5465

4.1.3.2. Hasil Analisa Kadar Air bumbu


Rasa Kode Berat Berat alat Berat Hasil Keterangan
alat Contoh + contoh akhir perhitungan
(gram) (gram) (gram) (%)
OR 36 3.2919 59.9169 59.5832 10.1370 Kecap
KI 2.2882 43.9026 43.7622 6.1358 Bawang
91 3.8153 50.9715 50.9002 1.8688 Bumbu
SPGAB X2 6.0977 56.8045 56.0093 13.0409 Kecap
L28 2.9610 58.1602 57.9617 6.7038 Bawang
B 2.7626 47.4566 47.3842 2.6207 Bumbu
RGA C6 2.9841 54.4977 54.3084 6.3436 Kecap
4R 3.3616 46.4249 46.3269 2.9153 Bumbu
GSE C8 5.3662 51.8913 51.2889 11.2258 Kecap
F7 3.0824 52.6348 52.4310 6.6117 Bawang
5 3.6884 43.5049 43.3721 3.6005 Bumbu
SPGS TG 3.1261 47.5539 47.2506 9.7022 Kecap
14 3.7991 60.1182 59.9362 4.7906 Bumbu
X3 5.0698 52.5686 51.6697 17.7305 Sambal
OOO 6.4509 55.2661 54.8897 5.8348 Bawang

4.1.3.3. Hasil Analisa FFA pada minyak bumbu

Rasa Kode Berat Volume Titrasi Hasil Perhitungan (%)


Alat Contoh (gr) (mL)
OR BB 4.7523 0.80 0.254
SPGAB BIG 2.4491 0.58 0.358
RGA AG 5.8975 1.38 0.353
GSE EXS 1.6300 0.70 0.649
SPGS 66 6.0340 1.54 0.385

4.1.3.4. Hasil Analis AV (Acid Value)/bilangan asam pada Mie Instan

Rasa Kode Berat Berat Berat mL Hasil


Alat Awal Contoh Awal + Titrasi Perhitungan
(gram) (gram) Contoh (%) (%)
(gram)
SPGS AMD 106.0276 2.6664 108.6940 0.66 0.819
SPGAB X2 106.2810 3.0170 109.2980 0.72 0.790
RGA SRP 111.2724 2.2778 113.5502 0.50 0.727
OR XL 108.0410 2.3620 110.4030 0.44 0.617
GSE 17 107.1790 2.1680 109.3470 0.49 0.748

Keterangan :
SPGS  Supermie Goreng Sedap
SPGAB  Supermie Goreng Ayam Goreng
RGA  Sarimi Goreng Ayam
OR  Original Indomie
GSE  Goreng Satay

You might also like