You are on page 1of 16

REVISI

HAKEKAT MATERI PENDIDIKAN ISLAM

Makalah
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Semester Genap
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen: Dr. H. A. Janan Asifuddin, M.A

Oleh:
Nor Rahman Khasani, S. Ag
NIM: 08.223.1016

KONSENTRASI MKPI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009

HAKEKAT MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(Tinjauan Filosofis dan Paedagogis)

Oleh: Nor Rahman Khasani, S. Ag

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu out put


yang mengarah kepada pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dan berdisiplin tinggi.1 Pada intinya pendidikan proses
rekayasa membangun kepribadian. Manusia sebagai subjek pendidikan
memiliki potensi berubah dan mengubah. Berbagai faktor yang
mempengaruhi manusia baik faktor alamiah maupun faktor ilmiah, secara
disengaja atau tidak, akan menentukan keberadaan kepribadian manusia.

Konsep tentang pendidikan yang baik adalah yang mampu


menjawab tantangan zaman. Bagaimanakah dengan konsep pendidikan
Islam. Menurut Sajjad Husain, pendidikan Islam adalah suatu pendidikan
yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa, sehingga
dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap
segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan
sangat sadar akan nilai etis Islam.2 Perumusan tentang konsep materi
pendidikan Islam ini tidak lepas dari konsep dasar dan tujuan dalam
pendidikan Islam yang berlandaskan kepada pola pikir atau sudut pandang
yang islami, yaitu sudut pandang yang berprinsip pada al-Quran dengan
pola menurut yang dicontohkan Rasul Allah.

1
Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Suatu Analisa
Fenomenologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 35.
2
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, Crisis Muslim Education", Terj. Rahmani
Astuti, Krisis Pendidikan Islam, (Bandung: Risalah, 1986), hlm. 2.

2
Pemahaman tentang eksistensi alam dan manusia merupakan dasar
dalam memahami wawasan tentang konsep materi pendidikan Islam.
Falsafah tentang alam dan manusia di dalam Islam yang didasarkan atas
asas ketuhanan juga termasuk acuan dalam konsep pendidikan Islam, dalam
arti bahwa Allah adalah Tuhan, di samping sebagai Khaliq , Ia berperan
sebagai Rab, yaitu pengatur alam. Maka keberadaan alam merupakan
eksistensi Allah berdasarkan hukum-hukum-Nya. Hukum Allah tentang al
kaun, alam semesta yang terhampar luas selalu tunduk pada sunatullah,
yaitu patuh mengikui hukum Allah. Peredaran matahari pada mustaqarnya,
begitu pula planet-planet lain seperti bumi, bulan dan bintang, semua
beredar pada orbit yang telah ditetapkan oleh Allah penciptanya, sehingga
antara satu dengan lainnya berjalan secara teratur mengikuti sunnatullah.

Berdasarkan fitrahnya, manusia itu putih bersih yang dibekali


potensi. Potensi dasar yang dibawa sejak lahir berupa pendengaran,
penglihatan, perasaan dan alat-alat indra lainnya adalah sarana untuk
menerima pengetahuan. Dengan fitrah yang dibawa sejak lahir itu pula
manusia berpotensi untuk menerima berbagai pengaruh yang akan
membentuk kepribadian manusia. Manusia juga dilengkapi dengan akal.
Dengan akal manusia mampu mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya, baik potensi alamiah maupun potensi ilmiah.

Pengetahuan manusia yang hanya berdasarkan pada pengamatan


indrawi yang bersudut pandang empiris, dan pengamatan batin yang
bersudut pandang intuitif akan melahirkan manusia yang pragmatis. Untuk
memberikan arahan yang benar kepada manusia dalam menentukan
pilihannya, Allah memberikan pedoman, yaitu wahyu-Nya atau ajaran yang
disampaikan melalui para Rasulullah.

Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan melalui Rasulullah,


merupakan landasan konsepsional bagi manusia dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar, baik lingkungan manusia maupun lingkungan alam.

3
Mengikuti kehendak Allah berarti mengikuti hukum-hukum dan tata aturan-
Nya yang terdapat di dalam al-Quran. Dengan demikian maka seseorang
dikatakan bertuhan Allah manakala ia menggunakan al-Quran sebagai
pedoman dalam kehidupannya. Konsep dasar inilah yang dijadikan
pedoman tujuan pendidikan agama Islam dan sekaligus sebagai landasan
untuk menyusun materi pendidikan agama Islam. Dari penjelasan di atas,
secara filosofis materi pendidikan agama Islam sangat terkait dengan
pedoman hidup manusia, tujuan hidup manusia dan tujuan pendidikan
secara universal. Hal ini sejalan dengan an-Nahlawi bahwa Pendidikan
Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang
berpedoman pada syariat Allah.3

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian

Salah satu komponen pendidikan sebagai suatu sistem adalah


materi. Materi pendidikan ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan
kepada peserta didik dalam suatu sistem institusional pendidikan.4 Maka
materi pendidikan merupakan seperangkat bahan yang dijadikan sajian
dalam aktivitas pendidikan. Perumusan tentang materi pendidikan
didasarkan atas konsep dasar dan tujuan pendidikan. Terbentuknya
kepribadian yang Qurani sebagai mana dikemukakan di atas adalah tujuan
dalam pendidikan Islam. Dengan demikian secara filosofis rumusan tetang
materi pendidikan Islam adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian
dalam upaya mengembangkan kepribadian yang selaras dengan al-Quran,
yaitu manusia yang bertakwa dalam arti patuh terhadap Allah dan
Rasulullah.5 Hal ini sesuai dengan QS. Al-Anfal: 20, Al-Hujurat : 13, Al-
Syura: 25.
3
Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalabih fi Baiti wa
Madrasati wal Mujtama', Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 26.
4
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007),
hlm. 133.

4
2. Konsep Materi Pendidikan Islam

Untuk mengembangkan atau membangun kepribadian tersebut


maka konsep pokok materi pendidikan dalam Islam, secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu 1) Sumber daya ilahiyah (wahyu)
yang mengacu kepada al-Quran sebagai landasan konsepsional dan Sunnah
Rasul sebagai landasan operasional; 2) Sumber daya alami, yang mengacu
kepada benda alam sekitar; 3) Sumber daya insani, yang mengacu kepada
manusia.6

a) Landasan Konsepsional

Al-Quran berisi tuntunan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan.


Allah telah mengajarkan kepada manusia tentang ketauhidan, keimanan,
cara berakhlak, beribadah, dan bermuamalah yang benar. Kalam ilahi
mengajarkan manusia secara bijaksana melalui ibrah para umat
terdahulu. Menurut Achmadi teologi Islam al-Quran diyakini memiliki
kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal dan eternal
(abadi), sehingga secara aqidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu
sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia
kapan dan dimanapun.7

Tauhid merupakan nilai fundamental. Dengan dasar tauhid seluruh


kegiatan pendidikan agama Islam dijiwai oleh norma-norma ilahiyah
yang sekaligus dimotivasi sebagai ibadah. Dengan ibadah pekerjaan
pendidikan lebih bermakna, tidak hanya makna material tetapi juga
makna spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Ruslan sebagaimana dikutip
Abudin Nata, bahwa tauhid di sini harus dipahami dalam kerangka yang
5
Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidikan-
islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2009, akses pukul 20.17
6
Ibid.
7
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 81.

5
terpadu antara yang bercorak theocentris da anthropocentris. Yakni
tauhid yang di dalam fokusnya hanya tertuju pada mengesakan Allah
semata, namun dalam prakteknya berimplikasi ke dalam pola pikir, tutur
kata, dan sikap seseorang yang meyakininya.8

Dalam hubungan ini di samping dasar tauhid tersebut masih


terdapat dasar-dasar lainnya, namun sebenarnya hanya merupakan
penjabaran dari prinsip-prinsip tauhid tersebut, karena pada dasarnya
seluruh nilai dalam Islam berpusat pada tauhid (teosentrisme). Perlu
disadari bahwa pemusatan pada Tuhan pada hakekatnya bukan untuk
kepentingan Tuhan, tetapi sebaliknya justru untuk kepentingan mausia.
Allah memerintahkan manusia agar berjihad dan bersyukur, namun
semua kebaikannya untuk manusia sendiri. (QS. Al Ankabut: 6,
Luqman: 40), demikian pula perintah beribadah dan beramal saleh
sebagaimana yang dinyatakan dalam (QS. Al Baqarah: 263 dan 267; Ali
Imran: 97; Al-An’am: 133; Ibrahim: 8; an Naml: 40; al Fathir: 15; dan
Muhammad: 36), tujuannya bukan untuk memenuhi kebutuhan Allah,
melainkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dengan demikian materi pendidikan agama Islam, sebagai


pedoman pokok awal adalah penanaman tauhid dan keimanan kepada
Allah SWT.

b) Sunnah Rasul Sebagai Landasan Operasional

Para rasul adalah figur objektif dalam mengembangkan konsepsi


ilahiah. Sunnah mereka, dalam arti sikap dan tingah lakunya adalah pola
kongkret dalam operasionalisasi misi ilahiah yang tepat, dan telah
terbukti dalam perjalanan sejarah. Karena itu dalam upaya menumbuh-
kembangkan sumber daya ilahiah di muka bumi, Sunnah para Rasul

8
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),
hlm. 61.

6
sampai kapanpun merupakan landasan operasional dalam melakukan
segala aktivitasnya, baik yang berkaitan dengan pembinaan pandangan
maupun pembinaan penataan sikap. Jika tidak maka eksistensi akurasi
nilai-nilai ilahiah akan mandul.9

Hadis Rasul pada dasarnya adalah catatan atau data tentang


Sunnah Rasul yang kini telah diabadikan. Sunnah para Rasul sebelum
Nabi Muhammad datanya dikemukakan oleh Allah dalam wahyu-Nya.
Sedangkan hadis tetang Sunnah Rasulullah Muhammad sebagai
oeperasionalisasi al-Quran diketahui melalui periwayatan para
sahabatnya, yang kini datanya telah dibukukan dalam kitab-kitab hadis.

Dengan demikian hadis Rasul sebagai landasan operasional akan


lebih memperjelas implementasi materi pendidikan Islam, dan ini sangat
penting dipelajari untuk memudahkan memahami al Quran.

c) Sumber Daya Alami

Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari alam sekitar.


kepedulian manusia terhadap alam akan membawa manfaat bagi
kepentingan kehidupan manusia. Bumi dengan seluruh isinya, flora,
fauna, yang hidup di darat maupun di laut, benda-benda alam, dalam
bentuk padat, cair maupun gas yang terdapat di perut bumi sebagai
barang tambang, diciptakan oleh Allah untuk manusia.

Telah diutarakan di muka bahwa keberadaan alam selain manusia,


diatur berdasarkan hukum kauniah, yang bersifat pasti. Dengan hukum
kauniah tersebut obejektivitas tentang alam akan diketahui oleh manusia
melalui pendekatan empiris, yaitu melalui pengamatan langsung.10

9
Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidikan-
islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2009, akses pukul 20.17
10
Ibid.

7
Prinsip pokok pendidikan tentang alam, bahwa setiap yang
diperlukan oleh manusia akan habis jika manusia tidak merawat atau
memeliharanya. Benda-benda alam, padat, cair, maupun gas merupakan
sumber daya alam fisik yang tidak terhitung nilainya bagi manusia.
Pengetahuan tentang benda-benda padat dengan struktur atomnya;
benda gas dengan kandungannya; air dengan berbagai unsurnya,
merupakan sumber yang bermanfaat bagi manusia jika manusia mau
memanfaatkannya. Semua yang terhampar di persada dunia dan di
angkasa menuntut perhatian manusia yang mau memanfaatkannya.
Sebaliknya ketidak pedulian terhadap semuanya itu akan menimbulkan
berbagai malapetaka bagi manusia, baik secara langsung, maupun tidak
langsung. Ragam alam yang terhampar di persada dunia demikian
banyak, tidak mungkin setiap orang mempunyai kemampuan untuk
menjangkau secara menyeluruh .

Studi tentang alam yang selama ini dikembangkan, telah


diinformasikan oleh Allah melalui ayat-ayat al Quran antara lain: QS.
Al Mulk: 15, al Baqarah: 29 dan 60, Luqman: 20, dan lain-lain.

d) Sumber Daya Insani

Telah diinformasikan oleh Allah dalam al-Quran bahwa manusia


dicipta dalam keadaan fitrah, kemudian dibekali potensi dasar berupa
panca indera, akal dan hati. Dengan panca indera manusia dapat
beraktivitas untuk bekerja, dengan akal manusia dapat berfikir ketika
mengamati, meneliti benda-benda alam sekitar, dengan hati manusia
dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil.

Kata insan bentuk jamaknya al-nas asal kata anasa yang


mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Atas dasar ini kata
tersebut mengandung kata petunjuk adanya kaitan substansial antara
manusia dengan kaitan penalarannya itu manusia dapat mengambil

8
pelajaran dari apa yang dilihatnya, ia dapat pula mengetahui yang benar
dan yang salah, dan terdorong untuk minta izin menggunakan sesuatu
yang bukan miliknya.11 Hal ini dapat dilihat dalam QS. Thaha:10, al-
Nisa: 6, al-Nur: 27.

Kata al-insan dalam al-Quran juga digunakan dalam hubungan


kegiatan yang amat luas. Misalnya unutk menerima pelajaran dari
Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya (al-Alaq: 1-5), bahwa
manusia mempunyai musuh yang nyata, yaitu syaithan (Yusuf: 5),
bahwa manusia agar pandai menggunakan waktu (al-ashr: 1-3), manusia
hanya mendapatkan bagian yang dikerjakan (al-Najm: 39), bahwa
manusia mempunyai keterikatan dengan moral atau sopan santun (al-
Ankabut: 8). Selanjutnya tentang kegitan bidang peternakan (al-
Qashash: 8), bidang pengolahan besi (al-Hadid: 25), bidang pelayaran
(al-Naqarah: 164), bidang perubahan sosial (Ali Imran: 140), bidang
kepemimpinan (al-Baqarah: 124), tentang ibadah (al-Baqarah: 21),
tantangan menembus ruang angkasa (al-Rahman: 33), dan lain-lain.

Keterangan di atas menunjukkan manusia adalah makhluk yang


dibekali potensi lengkap, hal ini senada apa yang disampaikan Abudin
Nata bahwa manusia adalah makhluk berpikir dan berbudaya. Semua
kegitan manusia didasari dan berkaitan dengan kapasitas akalnya dan
aktualitas dalam kehidupan konkret, yaitu perencanaan, tindakan dan
akibat-akibat, atau perolehan perolehan yang ditimbulkan oleh
perbuatan tersebut. 12

Dari penelasan di atas secara filsofis materi pendidikan agama


telah mengandung asas-asas umum yang menjadi landasan
pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam. Menurut at Thoumy

11
Musa Asy,ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran, (Yogyakarta:
Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992), hlm. 19.
12
Abudin Nata, Filsafat ..., hlm. 86.

9
asas-asas tersebut adalah: asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan
asa sosial.13

3. Materi Pendidikan Islam (Filosofis dan Paedagogis)

Materi pendidikan juga lebih dikenal dengan istilah kurikulum,


sedangkan kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya disusun
secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.14
Demikian pula materi pendidikan Islam juga terkait dengan kurikulum,
karena materi pendidikan Islam merupakan bagian dari kurikulum.
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diberikan
kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar
mampu beradaptasi dengan lingkungan. Kurikulum tersebut disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.15

Sejalan dengan itu JM. Muslimin mengatakan bahwa isi (materi)


merupakan bagian dari batang tubuh kurikulum, karena anatomi tubuh
kurikulum terdiri dari: tujuan, isi (materi), proses dan evaluasi.16

Athiyah A. menyatakan, pendidikan agama adalah untuk mendidik


akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadillah (keutamaan),
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan
mereka untuk kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.17

13
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) hlm. 523.
14
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat ..., hlm. 134.
15
Abudin Nata, Filsafat ..., hlm. 216.
16
Moh. Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami A.
Ghoni & Djohar Bahri LIS, (Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity, Project [IISEP], 2008),
hlm. 157.
17
Kusmana, JM. Muslimin (ed), Paradigma baru Pendidikan Restrospeksi dan
Proyeksi Mordenisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 15.

10
Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan
kepribadian muslim, menurut Zuhairini adalah:18

a. Pendidikan Keimanan kepada Allah SWT, (QS. Luqman: 13)

b. Pendidikan Akhlakul Karimah, (QS. Luqman: 14, dan 18-19)

c. Pendidikan Ibadah, (QS. Luqman: 17, al Baqarah: 21)

Selanjutnya menurut Dr. Asma Hasan yang dikutip Hamdani


Ihsan,19 prinsip-prinsip kurikulum (materi) ada 6 macam, yaitu:

a. Materi atau mata pelajaran harus memiliki pengaruh dalam


mencapai kesempurnaan jiwa dengan cara mengenal Tuhan Yang
Maha Esa (Tauhid).

b. Materi atau mata pelajaran harus mengandung nasehat untuk


mengikuti jalan hidup yang baik dan utama (akhlak).

c. Materi atau mata pelajaran harus memiliki pengaruh membentuk


kebiasaan melatih akal (penalaran).

d. Materi atau mata pelajaran harus memfungsikan otak untuk senang


(membudayakan) kepada bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan.

e. Materi atau mata pelajaran harus berfungsi mempersiapkan


seseorang guna memperoleh pekerjaan untuk penghidupan
(keterampilan).

f. Materi atau mata pelajaran harus berfungsi sebagai alat atau media
untuk mempelajari ilmu lain (bahasa)

18
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara & Depag, 2008),
hlm. 155.
19
Abudin Nata, Filsafat ..., hlm. 138.

11
4. Materi Pedidikan Islam di Keluarga

Materi Pendidikan Islam pada masa kanak-kanak menurut Ibnu


Khaldun mengajarkan al-Quran, sebab meresapnya al-Quran di dalam
hati akan memperkuat iman. Oleh karena al-Quran menjadi dasar
pengajaran yang patut didahulukan sebelum mengembangkan,
kemampuan-kemampuan yang lain.20 Sejalan dengan itu materi
pendidikan al Ghazali menekankan pada al-Quran beserta
kandungannya adalah merupakan ilmu pengetahuan. Isinya sangat
bermanfaat bagi kehidupan, membersihkan jiwa, memperindah akhlak,
dan mendekatkan diri kepada Allah.21 Berbeda dengan Ibn al-Araby, isi
materinya jika anak sudah berakal agar diajarkan iman, menulis dan
hitung, syair-syair Arab asli, ilmu tata bahasa, sedikit tentang sharaf,
dan hafalan al-Quran.22

Materi pendidikan Islam dalam keluarga dapat disesuaikan dengan


landasan dasar, fungsi dan tujuan yang termaktub dalam ilmu
pendidikan teoritis. Menurut Widodo S. Materi-materi yang perlu
didikkan kepada anak adalah: 23

a. Utamanya kepada anak dibekalkan pendidikan keimanan terlebih


dahulu, eksplisit sikap ketuhanan, ataupun pendidikan rohani-
spiritual.

b. Materi akhlak yang mulia, yang termasuk di dalamnya budi


pekerti, dan sikap sosial, serta pengetahuan tentang kehidupan
ukhrawi.

20
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah …, hlm. 497.
21
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), hal. 90.
22
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah …, hal. 495.
23
Ismail SM, Nurul Huda, Abdul Kholiq (ed), Paradigma Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar dengan Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001), hal. 47.

12
c. Materi pendidikan intelektual, yang menyangkut juga
kebudayaan, peradaban, sains, al-Quran, hadis, serta sejarah
kenabian.

d. Materi pendidikan keterampilan, yang berupa keterampilan


praktis profesional, atau lainnya.

e. Materi pendidikan jasmaniah, seperti olahraga, berenang,


berkuda, dan lain-lain.

5. Materi Pedidikan Islam di Sekolah

Materi pendidikan agama Islam pada sekolah umum telah diatur


dalam Silabus PAI, Puskur Balitbang memberikan definisi, hakekat
Pendidikan Agama merupakan rumpun mata pelajaran yang
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang maha Esa, serta berakhlak mulia/budi
pekerti luhur dan menghormati penganut agama lain. Ruang lingkup
materi Pendidikan Agama Islam, terdiri dari aspek: Al Quran;
Keimanan/Aqidah; Akhlak Mulia; Fiqih Ibadah/Muamalah; dan Tarikh
Islam.24

Materi pendidikan agama di Madrasah diatur dalam Silabus yang


disusun sepenuhnya oleh Depatemen Agama. Masing-masing tingkatan
madrasah mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, muatan
volume materinya berbeda-beda. Secara umum materinya adalah: al-
Quran, Tafsir, Hadis, Tauhid, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab, kemudian
dijabarkan lagi ada Tajwid, Mustalah Hadis, Ushul Fiqh, Sejarah
Kebudayaan Islam, Akhlak, dan lain-lain

Di Madrasah diniyah memiliki spesifikasi khusus, dengan


penyajian materi seluruhnya pendidikan agama Islam. Tujuan yang akan

24
Puskur Balitbang Depdiknas, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun
Mata Pelajaran Pendidikan Agama, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007), hal. 3.

13
dicapai sebagaimana Madarasah Diniyah Muhammadiyah adalah
memberi bekal kepada anak-anak, supaya mempunai semangat untuk
mengamalkan segala tuntunan dan pengetahuan tentang Islam, setingkat
lebih tinggi dari pada yang diberikan di sekolah umum, serta dititik
beratkan kepada kecakapan membaca al Quran.25

Dewasa ini di sekolah-sekolah umum Islam terpadu telah


mengemas materi pendidikan agama Islam sedemikian rupa yang
disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Namun pada dasarnya volume
materi PAI nya lebih banyak dari sekolah umum dan terimplementasi
dengan baik meskipun dilaksanakan di celah-celah padatnya kegiatan
sekolah. Sehingga banyak diminati oleh masyarakat, karena
menganggap dapat memenuhi harapan orangtua yaitu pendidikan umum
dan pendidikan agama secara baik.

C. KESIMPULAN

1. Materi pendidikan Islam pada dasarnya tersusun mengacu kepada dasar


dan tujuan pendidikan Islam

2. Dasar Pendidikan Islam adalah al Quran dan hadis. Tujuan Pendidikan


Islam membentuk manusia yang berkepribadian Islami, bertakwa
kepada Allah dan Rasulullah, dan berakhlakul karimah.

3. Hakekat materi pendidikan Islam adalah ilmu-ilmu dalam al-Quran,


hadis, hukum alam (sunnatullah), manusia dan alam sekitar.

4. Secara paedagogis materi pendidikan Islam, yang tersusun di dalam


silabus PAI di sekolah atau madrasah.

5. Materi pendidikan Islam di sekolah dan madrasah harus


mempertimbangkan aspek, filosofis, paedagogis, psikologis dan
sosilogis.
25
Hamdani Ihsan dkk, Filsafat ..., hlm. 279.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Al Abrasyi, Moh. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terj. Bustami


A. Ghoni & Djohar Bahri LIS, Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity,
Project [IISEP], 2008.

Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj.


Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalabih fi Baiti


wa Madrasati wal Mujtama', Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di
Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Asy’ari, Musa, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran, Yogyakarta:


Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992.

Balitbang Depdiknas, Puskur, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun


Mata Pelajaran Pendidikan Agama, Jakarta: Balitbang Depdiknas,
2007.

Husain, Syed Sajjad dan Syed Ali Ashraf, Crisis Muslim Education, Terj.
Rahmani Astuti, Krisis Pendidikan Islam, Bandung: Risalah, 1986.

Ihsan, Hamdani, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Kholiq, Abdul, Ismail SM, Nurul Huda, (ed), Paradigma Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2001.

Kusmana, JM. Muslimin (ed), Paradigma baru Pendidikan Restrospeksi dan


Proyeksi Mordenisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan
Bintang, 1980.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

15
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta, Ciputat Pers, 2002.

Siregar, Marasudin, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Suatu Analisa


Fenomenologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Umar, Moh. Chudlori, http://fahdamjad.files.wordpress.com/2007/09/pendidi


kan-islam-kontemporer.pdf, minggu, 5 April 2009, akses pukul 20.17.

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara & Depag,
2008.

16

You might also like