Professional Documents
Culture Documents
Create By:
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kewarganegaraan.
Pada kesempatan kali ini, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam
penyusunan tugas makalah ini.
Dalam makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan maka dari itu kami mohon kepada pembaca maupun semua pihak yang
membantu penyusunan makalah ini untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun, sehingga kesalahan maupun kekurangan dalam makala ini bisa kami
perbaiki pada tugas berikutnya.
Penulis
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.4 Metode Penelitian..............................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................7
2.1 Kemiskinan.........................................................................................................7
2.2 Pembagian Tinggkat Kemiskinan........................................................................8
2.3 Masyarakat.........................................................................................................9
BAB III OBJEK PENELITIAN................................................................................................11
3.1 Objek yang Diteliti............................................................................................11
BAB IV ANALISIS...............................................................................................................21
4.1 Kriteria Kemiskinan..........................................................................................21
4.2 Faktor Penyebab Kemiskinan...........................................................................21
4.3 Undang-Undang yang Mengatur Mengenai Kemiskinan..................................24
4.4 Starategi Pengentasan Kemiskinan..................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................27
5.1 Keimpulan........................................................................................................27
5.2 Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
Enampuluh lima Tahun Negeri Indonesia ini merdeka dan terlepas dari jajahan
dan Indonesia pun kini menjadi sebuah negara yang mandiri dan mancoba bangkit
menjadi negara yang aman dan sejahtera. Pemerintahan pun terbentuk untuk mengatur
tata negara agar negara ini menjadi sebuah negara maju dan dapat mensejahterakan
rakyatnya.
Enampuluh lima Tahun Indonesia ini berdiri tapi masih banyak rakyatnya yang
masih merasa belum merdeka, sebab adanya kemiskinan yang dialami oleh sebagian
dari mereka. Sesuai dengan UUD 1945 yang ingin mensejahterakan rakyat Indonesia
ternyata masi belum dapat dikatakan berhasil. Segala bentuk strategipun dilakukan
mulai dari beberapa program diantaranya BLT, PNPM Mandiri, KUR, dan lain-lain telah
dilakukan pemerintah tapi belum dapat menekan angka kemiskinan.
Angka kemiskinan pada tahun 2010 ini yang dikutip pada situs depertemen
menkokesra Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Maret 2010
turun ke angka 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia.
Namun, penurunannya jauh lebih kecil daripada penurunan angka kemiskinan antara
Maret 2008 ke Maret 2009.
Dalam kutipan tersebut dijelaskan pada Maret 2009 jumlah penduduk miskin
mencapai 32,53 juta jiwa. Sementara di Maret 2008 mencapai 34,96 juta jiwa.
Perbandingan penurunan angka kemiskinan dari Maret 2008 dan Maret 2009 mencapai
2,43 persen.
Dari kutipan diatas telah diketahui angka kemiskinan saat ini yang terjadi dari
segala cara program yang pemerintah berikan, ternyata hanya dapat menekan sebagian
kecil jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia ini. Dan kami mencoba untuk mengetahui
penyebab dan permasalahan yang terjadi didalamnya yang menyebapkan angka
kemiskinan saat ini masih cukup tinggi.
Selain itu makalah ini digunkan sebagai salah satu syarat memperoleh nilai pada
mata kuliah Kewarganegaraan
Mentode yang kami lakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengabungkan
beberapa metode berupa, peninjauan di lapangan, wawacara dari beberapa sample
orang miskin , serta mengumpulkan berbagai teori baik dari buku maupun media
internet.
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan
dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara
berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan relatif,
kemiskinan kultural dan kemiskinan absolut. Seseorang yang tergolong miskin relatif
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
Biro Pusat Statistik (BPS) membagi tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah
rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari
52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di
lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai
kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan).
Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan
perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk.
Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang
disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi
wilayah pedesaan dan perkotaan.
Daerah Pedesaan :
a) Miskin : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar
beras per orang pertahun
Daerah perkotaan:
a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar beras
per orang per tahun.
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar
2.3 Masyarakat
Dalam makalah ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah orang-orang yang
kurang mampu (miskin) yang ada di sekitaran Kawasan Pendidikan Telkom.
a. Daftar Pertanyaan
Berikut adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada setiap sampel dalam
wawancara :
7. Apakah harapan ibu/bapak terhadap pihak kampus yang ada di sekitar tempat
tinggal ibu/bapak ?
Alasan Bapak Dadang melakukan pekerjaan tersebut karena sulit untuk mencari
pekerjaan sedangkan beliau tidak mempunya keahlian yang memadai apalagi beliau
hanya tamatan SD sehingga semakin sulit untuk beliau untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Sedangkan penghasilan rata-rata perhari beliau adalah kurang lebih Rp.
20,000. Penghasilan tersebut terkadang tidak cukup untuk menghidupi keluarga sehari-
hari.
Rumah yang mereka tempati sangat sederhana dan bukan merupakan rumah
mereka sendiri, melainkan rumah orangtua Bapak Dadang, meskipun rumah mereka
terpisah dari rumah orangtua nya yang kebetulan rumahnya berhadap-hadapan. Mereka
telah tinggal di rumah tersebut selama, kurang lebih 4 tahun. Karena rumah mereka
berada di pinggir kali, maka seringkali ketika hujan rumah mereka terendam banjir.
Harapan dari keluarga Bapak Dadang dan Ibu Garsini adalah mereka berharap
agar ada pihak yang membantu mereka. Mereka berharap mendapatkan pekerjaan dan
rumah yang lebih layak, yang tidak terkena banjir ketika hujan besar. Selain itu, mereka
juga berharap ada pihak yang membantu untuk menyekolahkan kedua anak mereka.
Keluarga ini mempunyai 5 orang anggota keluarga, yang terdiri dari Bapak, Ibu
dan 3 orang anak. Pekerjaan sang bapak adalah satpam di sebuah kos-kosan mahasiswa
dan pekerjaan sang ibu, selain mengurus rumah tangga juga sebagai tukang cuci yang
biasa menerima layanan cuci baju untuk mahasiswa. Anak pertama mereka sudah lulus
SMA dan berniat untuk mencari pekerjaan, anak yang kedua dan ketiga masih
bersekolah, kelas 6 SD dan kelas 2 SD.
Alasan bapak dan ibu melakukan pekerjaan tersebut karena sulitnya mencari
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka. Meskipun sang bapak berpendidikan
STM tetapi sepertinya masih sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya, sedangkan Ibu Ani sendiri berpendidikan hanya tamatan SD. Penghasilan
Ibu Ani perbulan, kira-kira sebesar Rp.500,000, yang terdiri dari hasil mencuci pakaian
mahasiswa yang dikenakan biaya Rp.50,000/bulan untuk setiap mahasiswa, sedangkan
penghasilan sang bapak kurang lebih Rp.750,000/bulan dari pekerjaan beliau sebagai
satpam.
Keluarga Ibu Ani sangat berharap agar pihak kampus dan para mahasiswa yang
ada disekitar mereka lebih peduli kepada masyarakat yang kurang mampu seperti
mereka. Mereka juga berharap agar para mahasiswa bisa lebih bersikap baik, sopan dan
ramah kepada warga sekitar.
Keluarga Ibu Iis hanya terdiri dari 2 orang anggota keluarga, yaitu Ibu Iis sendiri
dan seorang putranya. Putra Ibu Iis berusia 23 tahun dan pendidikan terakhirnya hanya
sampai kelas 2 SMP. Hal itu terjadi karena Ibu Iis tidak sanggup membiayai sekolah
putranya. Sebenarnya Ibu Iis mempunyai 3 anak, namun 2 anak lainnya dibawa serta
bersama dengan bapaknya karena Ibu Iis dan suaminya telah bercerai.
Pekerjaan Ibu Iis sendiri adalah seorang tukang cuci keliling dari rumah ke
rumah, terkadang membantu pekerjaan orang lain sebagai pembantu. Pendapatan
perhari yang di dapatkan Ibu Iis dari pekerjaannya kurang lebih berkisar dari Rp.25,000 –
Rp.30,000. Pendidikan terakhir Ibu Iis adalah tamatan SD, sehingga beliau sulit
mendapatkan pekerjaan karena beliau tidak mempunyai keahlian yang memadai.
Rumah beliau berada di pinggir sawah, sangat sederhana, dan tidak terlalu luas.
Beliau sendiri sudah tinggal disitu kurang lebih selama 5 tahun dan merupakan pindahan
dari kota asalnya, yaitu kota Garut.
Keluarga ini terdiri dari 2 anggota keluarga, yaitu Bapak Maman sendiri dan
istrinya. Keduanya sudah berusia lanjut. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah memungut
dan mengumpulkan sampah dan barang-barang bekas untuk dijual kembali.
Pada usia mereka yang senja, Bapak Maman berharap agar pemerintah lebih
memperhatikan nasib rakyat yang kurang mampu dan sudah lanjut usia seperti mereka,
sebab sebenarnya mereka sudah tidak mampu lagi untuk mencari penghasilan bagi
kehidupan mereka.
Keluarga Ibu Saidah terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu bapak, ibu dan 2 orang
anak. Pekerjaan sang bapak adalah pemulung dan Ibu Saidah sendiri merupakan seorang
pembantu rumah tangga. Anak pertama mereka berusia 17 tahun masih bersekolah di
SMA dan yang terakhir masih kelas 1 SMP.
Bapak dan Ibu Saidah melakukan pekerjaan mereka, yaitu pemulung dan
pembantu rumah tangga karena hanya itulah keahlian yang mereka punyai. Mereka
berdua hanya tamatan SD sehingga tidak mempunyai keahlian yang lain lagi.
Pendapatan suami Ibu Saidah perharinya kurang lebih sekitar Rp.30,000 dan pendapatan
Ibu Saidah sangat berharap agar biaya sekolah anak-anak tidak dibebani oleh
biaya-biaya yang tidak penting dan berharap agar pemerintah semakin meningkatkan
program Sekolah Gratis agar anak-anak mereka dapat terus melanjutkan sekolahnya.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah
penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda
disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh
Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang
atausemua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja.
Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan
dalam katergori bebabn ketergantungan. Tenaga kerja (manpower) dipilih pula
kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja.
Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan
yang mencari pekerjaan. Seangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja
adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya
bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi
bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.
Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu
pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang
mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan
memang sedang bekerja maupun orang yang memilki pekerjaan namun sedang
tidak bekerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangguran adalah orang yang
ridak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari
pekerjaan. Pengangguran semacam ini oleh BPS dikatergorikan sebgai pengangguran
terbuka. (Dumairy, 1996)
Dalam UUD 1945 terdapat banyak pasal yang mengatur mengenai kemiskinan.
Pasal-pasal tersebut diantaranya adalah :
Dari beberapa pasal yang menjerat mengenai kemiskinan, jelas terisi kandungan
amanah yang seharusnya di laksanakan oleh pemerintah, namun nyatanya kemiskinan
masi saja menjadi bagian hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Dalam Undang-
Undang dasar jelas bahwa pemerintah di haruskan untuk memelihara fakir miskin dan
menghilangkan kemiskinan, namun nyatanya pemerintah sampai saat ini masi belum
mampu melaksanakan amanah yang tertauang dalam Undang-Undang Dasar Indonesia.
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program
penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran
bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin
dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan
sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
5.1 Keimpulan
5.2 Saran