You are on page 1of 28

Potret Kemiskinan

Create By:

Andi Didik Wira Putra


Anita Tata Griyana
Binsar Yan Indra Sitinjak
Rahmat Ramdani
Rika Prastika
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kewarganegaraan.
Pada kesempatan kali ini, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam
penyusunan tugas makalah ini.
Dalam makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan maka dari itu kami mohon kepada pembaca maupun semua pihak yang
membantu penyusunan makalah ini untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun, sehingga kesalahan maupun kekurangan dalam makala ini bisa kami
perbaiki pada tugas berikutnya.

Bandung, 15 Desember 2010

Penulis

TELKOM POLITECHNIK Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.4 Metode Penelitian..............................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................7
2.1 Kemiskinan.........................................................................................................7
2.2 Pembagian Tinggkat Kemiskinan........................................................................8
2.3 Masyarakat.........................................................................................................9
BAB III OBJEK PENELITIAN................................................................................................11
3.1 Objek yang Diteliti............................................................................................11
BAB IV ANALISIS...............................................................................................................21
4.1 Kriteria Kemiskinan..........................................................................................21
4.2 Faktor Penyebab Kemiskinan...........................................................................21
4.3 Undang-Undang yang Mengatur Mengenai Kemiskinan..................................24
4.4 Starategi Pengentasan Kemiskinan..................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................27
5.1 Keimpulan........................................................................................................27
5.2 Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28

TELKOM POLITECHNIK Page 3


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Enampuluh lima Tahun Negeri Indonesia ini merdeka dan terlepas dari jajahan
dan Indonesia pun kini menjadi sebuah negara yang mandiri dan mancoba bangkit
menjadi negara yang aman dan sejahtera. Pemerintahan pun terbentuk untuk mengatur
tata negara agar negara ini menjadi sebuah negara maju dan dapat mensejahterakan
rakyatnya.
Enampuluh lima Tahun Indonesia ini berdiri tapi masih banyak rakyatnya yang
masih merasa belum merdeka, sebab adanya kemiskinan yang dialami oleh sebagian
dari mereka. Sesuai dengan UUD 1945 yang ingin mensejahterakan rakyat Indonesia
ternyata masi belum dapat dikatakan berhasil. Segala bentuk strategipun dilakukan
mulai dari beberapa program diantaranya BLT, PNPM Mandiri, KUR, dan lain-lain telah
dilakukan pemerintah tapi belum dapat menekan angka kemiskinan.
Angka kemiskinan pada tahun 2010 ini yang dikutip pada situs depertemen
menkokesra Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Maret 2010
turun ke angka 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia.
Namun, penurunannya jauh lebih kecil daripada penurunan angka kemiskinan antara
Maret 2008 ke Maret 2009.
Dalam kutipan tersebut dijelaskan pada Maret 2009 jumlah penduduk miskin
mencapai 32,53 juta jiwa. Sementara di Maret 2008 mencapai 34,96 juta jiwa.
Perbandingan penurunan angka kemiskinan dari Maret 2008 dan Maret 2009 mencapai
2,43 persen.
Dari kutipan diatas telah diketahui angka kemiskinan saat ini yang terjadi dari
segala cara program yang pemerintah berikan, ternyata hanya dapat menekan sebagian
kecil jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia ini. Dan kami mencoba untuk mengetahui
penyebab dan permasalahan yang terjadi didalamnya yang menyebapkan angka
kemiskinan saat ini masih cukup tinggi.

TELKOM POLITECHNIK Page 4


1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini kami mencoba mengidentifikasi permasalahan mengenai


kemiskinan :

 Apakah definisi dari kemiskinan?

 Apakah definisi kemiskinan menurut para ahlih

 Apa saja faktor ± faktor penyebab kemiskinan di Indonesia?

 Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan?

 Kemiskinan dalam UUD

 Bagaimana strategi pengentasan kemiskinan yang dilakukan


pemerintah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain :

 Untuk mengetahui lebih lanjut definisi dari kemiskinan

 Untuk mengetahui definisi kemiskinan menurut para ahli.

 Untuk mengetahui faktor - faktor penyebab kemiskinan.

 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan.

 Untuk mengetahui posisi kemiskinan dalam konteks UUD

 Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pengentasan kemiskinan

 Selain itu makalah ini digunkan sebagai salah satu syarat memperoleh nilai pada
mata kuliah Kewarganegaraan

TELKOM POLITECHNIK Page 5


1.4 Metode Penelitian

Mentode yang kami lakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengabungkan
beberapa metode berupa, peninjauan di lapangan, wawacara dari beberapa sample
orang miskin , serta mengumpulkan berbagai teori baik dari buku maupun media
internet.

TELKOM POLITECHNIK Page 6


BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan
dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara
berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan relatif,
kemiskinan kultural dan kemiskinan absolut. Seseorang yang tergolong miskin relatif
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

TELKOM POLITECHNIK Page 7


kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya. Kemiskinan
Absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang
cukup untuk memenuhi kebutuha dasar. Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil
minimum tertentu atau dibawah garis kemiskinan internasional´.Garis tersebut tidak
mengenal tapal batas anatar negara, tidak tergantung pada tingkat pendapatan per
kapita di sutau negara ,dan juga memperhitungkan perbedaan tingkat harga antar
negara dengan mengukur penduduk miskin sebagai orang yang hidup kurang dari Rp
10.000,- perhari. (Todaro, 2006)

2.2 Pembagian Tinggkat Kemiskinan

Biro Pusat Statistik (BPS) membagi tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah
rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari
52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di
lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai
kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan).
Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan
perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk. 
Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang
disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi
wilayah pedesaan dan perkotaan.
Daerah Pedesaan :
a) Miskin : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar
beras per orang pertahun
Daerah perkotaan:
a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar beras
per orang per tahun.
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar

TELKOM POLITECHNIK Page 8


beras per orang per tahun.
c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan
seseorang kurang dari US$1 per hari. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN): mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan
Keluarga Sejahterara I (KS 1). Kriteria Keluarga Pra KS yaitu keluarga yang tidak
mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik, minimum
makan dua kali sehari, membeli lebih dari satu stel pakaian per orang per tahun, lantai
rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat ke Puskesmas bila sakit. Kriteria Keluarga
Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak berkemampuan untuk melaksanakan
perintah agama dengan baik, minimal satu kali per minggu makan daging/telor/ikan,
membeli pakaian satu stel per tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 m2 per anggota
keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua
anak berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga
mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga bulan.

2.3 Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang


membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural
intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap
masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari
masyarakat agrikultural tradisional.

TELKOM POLITECHNIK Page 9


Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom,
dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman,
sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society
mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan
yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

TELKOM POLITECHNIK Page 10


BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Objek yang Diteliti

Dalam makalah ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah orang-orang yang
kurang mampu (miskin) yang ada di sekitaran Kawasan Pendidikan Telkom.
a. Daftar Pertanyaan
Berikut adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada setiap sampel dalam
wawancara :

1. Berapa banyak jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah


ibu/bapak?

2. Apakah pekerjaan ibu/bapak sehari-hari ?

3. Apakah alasan ibu/bapak menjalani pekerjaan tersebut ?

4. Berapakah penghasilan yang dihasilkan dalam sehari atau sebulan dari


pekerjaan tersebut ?

5. Apakah pendidikan terakhir dari ibu/bapak ?

6. Apakah pendidikan anggota keluarga/anak dari ibu/bapak ?

7. Apakah harapan ibu/bapak terhadap pihak kampus yang ada di sekitar tempat
tinggal ibu/bapak ?

b. Hasil Wawancara dari Sampel


Berikut ini adalah hasil wawancara dari sampel yang kami wawancarai di
sekitaran Kawasan Pendidikan Telkom.

1. Keluarga Bapak Dadang dan Ibu Garsini

TELKOM POLITECHNIK Page 11


Keluarga ini mempunyai 4 anggota keluarga, yaitu bapak, ibu dan dua orang
anak. Bapak Dadang bekerja serabutan, terkadang bekerja sebagai kuli bangunan
sedangkan Ibu Garsini bekerja sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak-anak dan
mengurus rumah. Anak pertama Bapak Dadang masih bersekolah kelas 2 SD sedangkan
anak bungsunya masih belum sekolah (4 tahun).

Alasan Bapak Dadang melakukan pekerjaan tersebut karena sulit untuk mencari
pekerjaan sedangkan beliau tidak mempunya keahlian yang memadai apalagi beliau
hanya tamatan SD sehingga semakin sulit untuk beliau untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Sedangkan penghasilan rata-rata perhari beliau adalah kurang lebih Rp.
20,000. Penghasilan tersebut terkadang tidak cukup untuk menghidupi keluarga sehari-
hari.

Rumah yang mereka tempati sangat sederhana dan bukan merupakan rumah
mereka sendiri, melainkan rumah orangtua Bapak Dadang, meskipun rumah mereka
terpisah dari rumah orangtua nya yang kebetulan rumahnya berhadap-hadapan. Mereka
telah tinggal di rumah tersebut selama, kurang lebih 4 tahun. Karena rumah mereka
berada di pinggir kali, maka seringkali ketika hujan rumah mereka terendam banjir.

Harapan dari keluarga Bapak Dadang dan Ibu Garsini adalah mereka berharap
agar ada pihak yang membantu mereka. Mereka berharap mendapatkan pekerjaan dan
rumah yang lebih layak, yang tidak terkena banjir ketika hujan besar. Selain itu, mereka
juga berharap ada pihak yang membantu untuk menyekolahkan kedua anak mereka.

TELKOM POLITECHNIK Page 12


Keluarga Bapak Dadang dan Ibu Garsini

TELKOM POLITECHNIK Page 13


2. Keluarga Ibu Ani

Keluarga ini mempunyai 5 orang anggota keluarga, yang terdiri dari Bapak, Ibu
dan 3 orang anak. Pekerjaan sang bapak adalah satpam di sebuah kos-kosan mahasiswa
dan pekerjaan sang ibu, selain mengurus rumah tangga juga sebagai tukang cuci yang
biasa menerima layanan cuci baju untuk mahasiswa. Anak pertama mereka sudah lulus
SMA dan berniat untuk mencari pekerjaan, anak yang kedua dan ketiga masih
bersekolah, kelas 6 SD dan kelas 2 SD.

Alasan bapak dan ibu melakukan pekerjaan tersebut karena sulitnya mencari
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka. Meskipun sang bapak berpendidikan
STM tetapi sepertinya masih sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya, sedangkan Ibu Ani sendiri berpendidikan hanya tamatan SD. Penghasilan
Ibu Ani perbulan, kira-kira sebesar Rp.500,000, yang terdiri dari hasil mencuci pakaian
mahasiswa yang dikenakan biaya Rp.50,000/bulan untuk setiap mahasiswa, sedangkan
penghasilan sang bapak kurang lebih Rp.750,000/bulan dari pekerjaan beliau sebagai
satpam.

Rumah mereka sekeluarga sangat sederhana, meskipun halamannya cukup luas.


Rumah mereka terletak di pinggir sawah yang hanya dibatasi oleh tembok beton.
Mereka tinggal di rumah tersebut sudah cukup lama, sekitar 8 tahun.

Keluarga Ibu Ani sangat berharap agar pihak kampus dan para mahasiswa yang
ada disekitar mereka lebih peduli kepada masyarakat yang kurang mampu seperti
mereka. Mereka juga berharap agar para mahasiswa bisa lebih bersikap baik, sopan dan
ramah kepada warga sekitar.

TELKOM POLITECHNIK Page 14


TELKOM POLITECHNIK Page 15
Keadaan rumah keluarga Ibu Ani

TELKOM POLITECHNIK Page 16


3. Keluarga Ibu Iis

Keluarga Ibu Iis hanya terdiri dari 2 orang anggota keluarga, yaitu Ibu Iis sendiri
dan seorang putranya. Putra Ibu Iis berusia 23 tahun dan pendidikan terakhirnya hanya
sampai kelas 2 SMP. Hal itu terjadi karena Ibu Iis tidak sanggup membiayai sekolah
putranya. Sebenarnya Ibu Iis mempunyai 3 anak, namun 2 anak lainnya dibawa serta
bersama dengan bapaknya karena Ibu Iis dan suaminya telah bercerai.

Pekerjaan Ibu Iis sendiri adalah seorang tukang cuci keliling dari rumah ke
rumah, terkadang membantu pekerjaan orang lain sebagai pembantu. Pendapatan
perhari yang di dapatkan Ibu Iis dari pekerjaannya kurang lebih berkisar dari Rp.25,000 –
Rp.30,000. Pendidikan terakhir Ibu Iis adalah tamatan SD, sehingga beliau sulit
mendapatkan pekerjaan karena beliau tidak mempunyai keahlian yang memadai.

Rumah beliau berada di pinggir sawah, sangat sederhana, dan tidak terlalu luas.
Beliau sendiri sudah tinggal disitu kurang lebih selama 5 tahun dan merupakan pindahan
dari kota asalnya, yaitu kota Garut.

Harapan Ibu Iis ke depannya adalah beliau berharap agar mendapatkan


pekerjaan tetap untuk memperbaiki kehidupannya dan berharap agar anaknya dapat
segera mendapat pekerjaan karena sudah lama anaknya mencari pekerjaan tetapi
belum ada yang menerimanya bekerja.

TELKOM POLITECHNIK Page 17


Keadaan rumah Ibu Iis

TELKOM POLITECHNIK Page 18


4. Keluarga Bapak Maman

Keluarga ini terdiri dari 2 anggota keluarga, yaitu Bapak Maman sendiri dan
istrinya. Keduanya sudah berusia lanjut. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah memungut
dan mengumpulkan sampah dan barang-barang bekas untuk dijual kembali.

Pendapatan perhari mereka berkisar antara Rp.5,000 – Rp.20,000. Tetapi


terkadang, dalam sehari mereka tidak mendapat uang sama sekali. Mereka melakukan
pekerjaan ini karena mereka tidak mempunyai anak untuk membantu pekerjaan
mereka. Selain itu, mereka juga tidak mempunyai keahlian. Apalagi mereka berdua
hanya tamatan SD. Bapak Maman dan istrinya terpaksa masih bekerja untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari.

Rumah mereka sangat sederhana sekali dan mereka sering berpindah-pindah


tempat tinggal. Hal itu mereka lakukan karena terkadang mereka tergusur ataupun
kontrak rumah mereka sudah habis dan tidak sanggup membayar.

Pada usia mereka yang senja, Bapak Maman berharap agar pemerintah lebih
memperhatikan nasib rakyat yang kurang mampu dan sudah lanjut usia seperti mereka,
sebab sebenarnya mereka sudah tidak mampu lagi untuk mencari penghasilan bagi
kehidupan mereka.

5. Keluarga Ibu Saidah

Keluarga Ibu Saidah terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu bapak, ibu dan 2 orang
anak. Pekerjaan sang bapak adalah pemulung dan Ibu Saidah sendiri merupakan seorang
pembantu rumah tangga. Anak pertama mereka berusia 17 tahun masih bersekolah di
SMA dan yang terakhir masih kelas 1 SMP.

Bapak dan Ibu Saidah melakukan pekerjaan mereka, yaitu pemulung dan
pembantu rumah tangga karena hanya itulah keahlian yang mereka punyai. Mereka
berdua hanya tamatan SD sehingga tidak mempunyai keahlian yang lain lagi.
Pendapatan suami Ibu Saidah perharinya kurang lebih sekitar Rp.30,000 dan pendapatan

TELKOM POLITECHNIK Page 19


Ibu Saidah perbulan yaitu Rp.500,000. Meskipun hanya berpenghasilan pas-pasan tapi
mereka berusaha untuk tetap menyekolahkan anak-anak mereka.

Ibu Saidah sangat berharap agar biaya sekolah anak-anak tidak dibebani oleh
biaya-biaya yang tidak penting dan berharap agar pemerintah semakin meningkatkan
program Sekolah Gratis agar anak-anak mereka dapat terus melanjutkan sekolahnya.

TELKOM POLITECHNIK Page 20


BAB IV ANALISIS
4.1 Kriteria Kemiskinan

Menurut sifatnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan sementara


dan kemiskinan kronis Penduduk miskin sementara adalah mereka yang menjadi miskin
karena gejolak perekonomian atau bencana Bila kondisi perekonomian membaik
mereka dapat segera keluar dari kemiskinan Indikasi adanya kemiskinan sementara
terlihat pada kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada saat krisis
ekonomi dan pada saat kenaikan harga BBM.

4.2 Faktor Penyebab Kemiskinan

Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah


sebagai berikut:
a. Laju Pertumbuhan Penduduk.

Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun


menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun
1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk
tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta
jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah
sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang
perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit.
Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4
terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesiasemakin terpuruk
dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak
sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah
dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat
penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

TELKOM POLITECHNIK Page 21


b. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.

Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah
penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda
disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh
Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang
atausemua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja.
Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan
dalam katergori bebabn ketergantungan. Tenaga kerja (manpower) dipilih pula
kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja.
Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan
yang mencari pekerjaan. Seangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja
adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya
bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi
bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.
Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu
pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang
mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan
memang sedang bekerja maupun orang yang memilki pekerjaan namun sedang
tidak bekerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangguran adalah orang yang
ridak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari
pekerjaan. Pengangguran semacam ini oleh BPS dikatergorikan sebgai pengangguran
terbuka. (Dumairy, 1996)

c. Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan.


Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria

TELKOM POLITECHNIK Page 22


ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang
dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah
(penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk
berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan
distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah
menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap
sedang atau moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12
hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin
menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional makan ketimpangan
kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup
merata. (Dumairy, 1996)
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka
lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada
sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini disebut
juga sebagai ketimpangan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat
menyebabkan inefisiensi ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat
pendapatan rata - rata bearapa pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan
menyebabkan semakin kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan pinjaman atau sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat
menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien. Ketimpangan yang tinggi
menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada pendidikan tinggi dengan
mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar, dan kemudian menyebabkan
kesenjangan pendapatan yang semakin melebar. (Todaro, 2006)

c. Tingkat pendidikan yang rendah.


Rendahnya kualitas penduduk juga merupakansalah satu penyebab
kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi
terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang mempunyai
skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan

TELKOM POLITECHNIK Page 23


merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor
produksi lain. ( Irawan, 1999)
e. Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat
miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak
dapatmemutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di
negaranya.

4.3 Undang-Undang yang Mengatur Mengenai Kemiskinan

Dalam UUD 1945 terdapat banyak pasal yang mengatur mengenai kemiskinan.
Pasal-pasal tersebut diantaranya adalah :

a. Pasal 34 ayat 1,2 dan 3 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:

1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.


2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
b. Pasal 28C UUD 1945 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
c. Pasal 28H UUD 1945 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa::
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

TELKOM POLITECHNIK Page 24


2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
d. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa : Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
e. Pasal 31 UUD 1945 yang UUD 1945 yang menyebutkan bahwa: :
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.

Dari beberapa pasal yang menjerat mengenai kemiskinan, jelas terisi kandungan
amanah yang seharusnya di laksanakan oleh pemerintah, namun nyatanya kemiskinan
masi saja menjadi bagian hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Dalam Undang-
Undang dasar jelas bahwa pemerintah di haruskan untuk memelihara fakir miskin dan
menghilangkan kemiskinan, namun nyatanya pemerintah sampai saat ini masi belum
mampu melaksanakan amanah yang tertauang dalam Undang-Undang Dasar Indonesia.

4.4 Starategi Pengentasan Kemiskinan

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program
penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran
bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin
dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan
sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.

Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah


ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan
untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi

TELKOM POLITECHNIK Page 25


produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat
permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan
korupsi dalam penyalurannya.

Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan


untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya
sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), serta
dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas),pelatihan keterampilan masyarakat dan lain sebagainya .

TELKOM POLITECHNIK Page 26


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Keimpulan

Kemiskinan terjadi disebapkan oleh beberapa factor antara lain:

 Tingkat pendidikan yang rendah

 Tidak mempunyai keahlian khusus

 Perhatian pemerintah yang kurang

 Laju pertumbuhan penduduk

 Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan

 Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.

5.2 Saran

Untuk mengatasi kemiskinan ini kami sarankan kepada pihak yang


terkait untuk dapat member solusi dari factor penyebap kemiskinan tersebut.
Dimana diketahui bahwa banyak UUD kemiskinan yang tidak berjalan dengan
semestinya.

Beberapa saran yang dapat kami berikan yaitu :

 Memberikan Sekolah gratis bagi orang miskin hingga tinggkat SMU

 Memberikan keterampilan khusus yang bersifat dapat menghasilkan


benefit kepada mereka yang tingkat pendidikan mereka rendah.

 Mencipatakan lapangan kerja baru yang dapat menyerap para


pengganguran

 Pemberantasan korupsi yang dapat merugikan orang banyak dan


pemerintah.

TELKOM POLITECHNIK Page 27


DAFTAR PUSTAKA

Andi Blog. Kemiskinan. Online : (http://id.shvoong.com/social-


sciences/sociology/2043096-pe1ngertian-miskin-dari-berbagai-sumber/)
[2008]. 12/12/2010.

Wikipedia. Masyarakat. Online : (http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat ) [2000].


12/12/2010.

Depertemen Badan Statistik. Tingkat Kemiskinan. Online :


(http://www.depertemenstatistik.gov) [2010]. 12/12/2010.

Revan Hukum Blog. UUD45. Online : (http://revan-


hukum.blogger.com/hukum/UUD-45) [2010]. 12/12/2010

TELKOM POLITECHNIK Page 28

You might also like