Professional Documents
Culture Documents
Adminiatrasi suatu lembaga pendidikan merupakan suatu sumber utama manajemen dalam
mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya suatu tujuan terpenting
pada lembaga pendidikan tersebut. Yang sangat diperlukan oleh para pelaku pendidikan untuk
melakukan tugas dan profesinya. Kepala Sekolah dan guru disekolah sangat memerlukan data-
data tentang Siswa, kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari.
Pengaws tingkat MTs/SMP/SMPLB memerlukan data-data tersebut sebagai bahan sarana
supervisi. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya Dinas Penididikan mulai tingkat kecamatan
sampai propinsi memerlukan data-data tersebut untuk pelaporan yang lebih tinggi, untuk
melakukan pembinaan, serta untuk menyusun rencana atau program pendidikan pada masa
mendatang. Di tingkat pusat (nasional) data pendidikan diperlukan untuk perencanaan yang lebih
makro, melakukan pembinaan, pengawasan, penilaian (evaluasi), dan keperluan administrasi
lainnya.
Data pendidikan yang terdapat disekolah sangat banyak macam dan jenisnya. Ada yang
bersifat relatif tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan gambaran perubahan data
dari waktu ke waktu, perlu dilakukan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan dengan
menggunakan sistem yang baku dalam satu sistem. Agar pencatatan data lebih akurat dan benar
sesuai yang diharapkan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa yang menjadi
tugasnya. Di lembaga pendidikan tingkat menengah hampir sebagian besar belum ada tenaga
administrasi sesuai yang diharapkan. Kepala Sekolah sebagai administrtor di lingkungan sekolah
yang dipimpinnya, dalam melaksanakan tugas administrasi dibantu oleh guru dengan cara
membagi tugas administrasi mereka. Agar dalam melaksanakan tugas administrasi dan
pelaporan, cepat dan benar diperlukan pedoman administrasi sekolah dasar.
Setelah melihat pengertian manajemen, maka nampak jelas bahwa setiap organisasi termasuk
organisasi pendidikan seperti Sekolah akan sangat memerlukan manajemen untuk
mengatur/mengelola kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik dalam pencapaian
tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan
dengan diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan menunjukan suatu
keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya manajemen
semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.
Oteng Sutisna (1989:382) menyatakan bahwa Administrasi pendidikan hadir dalam tiga bidang
perhatian dan kepentingan yaitu :
hal ini makin memperkuat bahwa manajemen pendidikan mempunyai bidang dengan cakupan
luas yang saling berkaitan, sehingga pemahaman tentangnya memerlukan wawasan yang luas
serta antisipatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat disamping pendalaman
dari segi perkembangan teori dalam hal manajemen.
Dalam kaitannya dengan makna manajemen Pendidikan berikut ini akan dikemukakan beberapa
pengertian manajemen pendidikan yang dikemukakan para ahli. Dalam hubungan ini penulis
mengambil pendapat yang mempersamakan antara Manajemen dan Administrasi terlepas dari
kontroversi tentangnya, sehingga dalam tulisan ini kedua istilah itu dapat dipertukarkan dengan
makna yang sama.
Menurut Engkoswara (2001:2) wilayah kerja manajemen pendidikan dapat digambarkan secara
skematik sebagai berikut :
Perorangan
Garapan SDM SB SFD
Fungsi
TPP
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Kelembagaan
Gambar di atas menunjukan suatu kombinasi antara fungsi manajemen dengan bidang garapan
yakni :
Sumber Daya manusia (SDM),
Sumber Belajar (SB), dan
Sumber Fasilitas dan Dana (SFD),
sehingga tergambar apa yang sedang dikerjakan dalam konteks manajemen pendidikan dalam
upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan secara Produktif (TPP) baik untuk perorangan maupun
kelembagaan Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan kerangka kelembagaan
dimana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dilihat dari tingkatan-tingkatan suatu organisasi dalam hal ini sekolah, administrasi
pendidikan dapat dilihat dalam tiga tingkatan yaitu:
Tingkatan Institusi (Institutional level),
Tingkatan Manajerial (managerial level), dan
Tingkatan Teknis (technical level) (Murphy dan Louis, 1999).
Tingkatan institusi berkaitan dengan hubungan antara lembaga pendidikan (sekolah) dengan
lingkungan eksternal,
Tingkatan manajerial berkaitan dengan kepemimpinan, dan organisasi lembaga (sekolah),
dan
Tingkatan teknis berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan demikian manajemen
pendidikan dalam konteks kelembagaan pendidikan mempunyai cakupan yang luas,
disamping itu bidang-bidang yang harus ditanganinya juga cukup banyak dan kompleks dari
mulai sumberdaya fisik, keuangan, dan manusia yang terlibat dalam kegiatan proses
pendidikan di sekolah
Menurut Consortium on Renewing Education (Murphy dan Louis, ed. 1999:515) Sekolah
(lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang perlu dikelola untuk keberhasilan
pendidikan yaitu :
1. Integrative capital (modal integrative)
2. Human capital (modal manusia)
3. Financial capital (modal keuangan)
4. Social capital (modal social)
5. Political capital (modal politik)
1. Modal integratif adalah modal yang berkaitan dengan pengintegrasian empat modal lainnya
untuk dapat dimanfaatkan bagi pencapaian program/tujuan pendidikan.
2. Modal manusia adalah sumberdaya manusia yang kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan bagi kepentingan proses pendidikan/pembelajaran.
3. Modal keuangan adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan dan memperbaiki proses
pendidikan.
4. Modal sosial adalah ikatan kepercayaan dan kebiasaan yang menggambarkan sekolah sebagai
komunitas.
5. Modal politik adalah dasar otoritas legal yang dimiliki untuk melakukan proses
pendidikan/pembelajaran.
Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampak bahwa salah satu fungsi
penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini
mencakup dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu
proses tersebut, dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan
kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses
belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001).
Dengan demikian nampak bahwa Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam
manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah guru,
karena keterlibatannya yang langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu
Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukan
bagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan, dan kinerja guru merupakan sesuatu yang
harus mendapat perhatian dari fihak manajemen pendidikan di sekolah agar dapat terus
berkembang dan meningkat kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun
akan meningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan
sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini.
3. Manajemen sekolah
Manajemen sekolah adalah pengelolaan sekolah yang dilakukan dengan dan melalui
sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Dua hal yang
merupakan inti dari manajemen sekolah adalah aspek dan fungsi. Manajemen dipandang sebagai
aspek meliputi kurikulum, tenaga/sumberdaya manusia, siswa, sarana dan prasarana, dana, dan
hubungan masyarakat. Manajemen dipandang sebagai fungsi meliputi pengambilan keputusan,
pemformulasian tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengkomunikasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, supervisi, dan pengendalian.
Dengan pola pemikiran manajemen sekolah yang meliputi aspek dan fungsi seperti tersebut
diatas, maka manajemen sekolah meliputi semua fungsi yang diterapkan pada semua aspek
sekolah. Artinya, sekolah menerapkan pengambilan keputusan, perumusan tujuan, perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengkomunikasian, pelaksanaan, pengkoordinasian,
supervisi, dan pengendalian pada semua aspek sekolah yang terdiri dari kurikulum,
tenaga/sumberdaya manusia, siswa, sarana dan prasarana, dana, dan hubungan masyarakat.
Mengingat perubahan terletak pada inisiatif dan komitmen dari para tenaga kependidikan yang
bekerja di sekolah, maka manajemen sekolah yang dimaksud adalah manajemen berpusat pada
sekolah atau yang dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS adalah suatu model
manajemen yang bertolak dari kemampuan, kesanggupan, dan kebutuhan sekolah, dan bukannya
perintah serta petunjuk dari lapisan birokrasi atasan, dengan catatan bahwa apa yang dilakukan
oleh sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Oleh karena itu, MBS
membolehkan adanya keragaman dalam pengelolaan sekolah yang didasarkan atas kekhasan dan
kemandirian sekolah itu sendiri. Dalam MBS, semua kegiatan harus dikaitkan dengan tujuan
yang akan dicapai oleh sekolah (peningkatan kualitas, produktivitas, efektivitas, efisiensi,
relevansi, dan inovasi) dan dilakukan menurut prinsip-prinsip MBS yang antara lain meliputi
kemandirian, kemitraan/partisipasi, semangat kebersamaan, tanggungjawab,
transparansi/keterbukaan, keluwesan/ fleksibilitas, akuntabilitas, dan keberlanjutan. Mengingat
MBS berprinsip pada partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, maka pelibatan
masyarakat melalui wadah yang disebut Komite Sekolah merupakan upaya yang harus dilakukan
oleh sekolah. Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari besar kecilnya dukungan mereka
terhadap sekolah, baik berupa finansial, moral, jasa (pemikiran, keterampilan), dan
barang/benda. Mengingat uniknya prinsip-prinsip MBS tersebut, maka diperlukan seorang
kepala sekolah yang memiliki sifat-sifat sebagai manajer profesional.
Standar: Manajemen sekolah dilaksanakan menurut aspek dan fungsi manajemen secara utuh.
Aspek-aspek manajemen sekolah yang dimaksud meliputi kurikulum, tenaga/sumberdaya
manusia, siswa, sarana dan prasarana, dana, dan hubungan masyarakat. Ada bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa sekolah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang dibuktikan oleh
penerapan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah yaitu kemandirian, kemitraan/partisipasi,
semangat kebersamaan, tanggungjawab, transparansi/ keterbukaan, keluwesan/fleksibilitas,
akuntabilitas, dan sustabilitas.