You are on page 1of 3

Konsep-konsep dalam hubungan internasional

Konsep-konsep level sistemik

Hubungan internasional sering dipandang dari pelbagai level analisis, konsep-konsep


level sistemik adalah konsep-konsep luas yang mendefinisikan dan membentuk
lingkungan (milieu) internasional, yang dikarakterkan oleh Anarki.[rujukan?]

Kekuasaan

Konsep Kekuasaan dalam hubungan internasional dapat dideskripsikan sebagai tingkat


sumber daya, kapabilitas, dan pengaruh dalam persoalan-persoalan internasional.[rujukan?]
Kekuasaan sering dibagi menjadi konsep-konsep kekuasaan yang keras (hard power) dan
kekuasaan yang lunak (soft power), kekuasaan yang keras terutama berkaitan dengan
kekuasaan yang bersifat memaksa, seperti penggunaan kekuatan, dan kekuasaan yang
lunak biasanya mencakup ekonomi, diplomasi, dan pengaruh budaya.[rujukan?] Namun, tidak
ada garis pembagi yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut.[rujukan?]

Polaritas

Polaritas dalam Hubungan Internasional merujuk pada penyusunan kekuasaan dalam


sistem internasional.[rujukan?] Konsep tersebut muncul dari bipolaritas selama Perang
Dingin, dengan sistem internasional didominasi oleh konflik antara dua negara adikuasa
dan telah diterapkan sebelumnya.[rujukan?] Sebagai akibatnya, sistem internasional sebelum
1945 dapat dideskripsikan sebagai terdiri dari banyak kutub (multi-polar), dengan
kekuasaan dibagi-bagi antara negara-negara besar.[rujukan?] Runtuhnya Uni Soviet pada
1991 telah menyebabkan apa yang disebut oleh sebagian orang sebagai unipolaritas,
dengan AS sebagai satu-satunya negara adikuasa.[rujukan?] Beberapa teori hubungan
internasional menggunakan ide polaritas tersebut.[rujukan?] Keseimbangan kekuasaan adalah
konsep yang berkembang luas di Eropa sebelum Perang Dunia Pertama, pemikirannya
adalah bahwa dengan menyeimbangkan blok-blok kekuasaan hal tersebut akan
menciptakan stabilitas dan mencegah perang dunia.[rujukan?] Teori-teori keseimbangan
kekuasaan kembali mengemuka selama Perang Dingin, sebagai mekanisme sentral dalam
Neorealisme Kenneth Waltz.[rujukan?] Di sini konsep-konsep menyeimbangkan
(meningkatkan kekuasaan untuk menandingi kekuasaan yang lain) dan bandwagoning
(berpihak dengan kekuasaan yang lain) dikembangkan.[rujukan?] Teori stabilitas hegemonik
juga menggunakan ide Polaritas, khususnya keadaan unipolaritas.[rujukan?] Hegemoni
adalah terkonsentrasikannya sebagian besar kekuasaan yang ada di satu kutub dalam
sistem internasional, dan teori tersebut berargumen bahwa hegemoni adalah konfigurasi
yang stabil karena adanya keuntungan yang diperoleh negara adikuasa yang dominan dan
negara-negara yang lain dari satu sama lain dalam sistem internasional.[rujukan?] Hal ini
bertentangan dengan banyak argumen Neorealis, khususnya yang dikemukakan oleh
Kenneth Waltz, yang menyatakan bahwa berakhirnya Perang Dingin dan keadaan
unipolaritas adalah konfigurasi yang tidak stabil yang secara tidak terelakkan akan
berubah.[rujukan?] Hal ini dapat diungkapkan dalam teori peralihan Kekuasaan, yang
menyatakan bahwa mungkin suatu negara besar akan menantang suatu negara yang
memiliki hegemoni (hegemon) setelah periode tertentu, sehingga mengakibatkan perang
besar.[rujukan?] Teori tersebut mengemukakan bahwa meskipun hegemoni dapat mengontrol
terjadinya pelbagai perang, hal tersebut menyebabkan terjadinya perang yang lain.[rujukan?]
Pendukung utama teori tersebut, A.F.K. Organski, mengemukakan argumen ini
berdasarkan terjadinya perang-perang sebelumnya selama hegemoni Inggris. Portugis,
dan Belanda.[rujukan?]

Interdependensi

Banyak orang yang menyokong bahwa sistem internasional sekarang ini dikarakterkan
oleh meningkatnya interdepedensi atau saling ketergantungan: tanggung jawab terhadap
satu sama lain dan dependensi (ketergantungan) terhadap pihak-pihak lain.[rujukan?] Para
penyokong pendapat ini menunjuk pada meningkatnya globalisasi, terutama dalam hal
interaksi ekonomi internasional.[rujukan?] Peran institusi-institusi internasional, dan
penerimaan yang berkembang luas terhadap sejumlah prinsip operasional dalam sistem
internasional, memperkukuh ide-ide bahwa hubungan-hubungan dikarakterkan oleh
interdependensi.[rujukan?]

Dependensi

Teori dependensi adalah teori yang paling lazim dikaitkan dengan Marxisme, yang
menyatakan bahwa seperangkat negara Inti mengeksploitasi kekayaan sekelompok
negara Pinggiran yang lebih lemah.[rujukan?] Pelbagai versi teori ini mengemukakan bahwa
hal ini merupakan keadaan yang tidak terelakkan (teori dependensi standar), atau
menggunakan teori tersebut untuk menekankan keharusan untuk berubah (Neo-
Marxisme).[rujukan?]

Perangkat-perangkat sistemik dalam hubungan internasional

• Diplomasi adalah praktik komunikasi dan negosiasi antara pelbagai perwakilan


negara-negara. Pada suatu tingkat, semua perangkat hubungan internasional yang
lain dapat dianggap sebagai kegagalan diplomasi.[rujukan?] Perlu diingat,
penggunaan alat-alat yang lain merupakan bagian dari komunikasi dan negosiasi
yang tak terpisahkan di dalam negosiasi.[rujukan?] Pemberian sanksi, penggunaan
kekuatan, dan penyesuaian aturan perdagangan, walau bukan merupakan bagian
dari diplomasi yang biasa dipertimbangkan, merupakan perangkat-perangkat yang
berharga untuk mempermudah serta mempermulus proses negosiasi.[rujukan?]
• Pemberian sanksi biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil setelah
gagalnya diplomasi dan merupakan salah satu perangkat utama yang digunakan
untuk menegakkan pelbagai perjanjian (treaties).[rujukan?] Sanksi dapat berbentuk
sanksi diplomatik atau ekonomi dan pemutusan hubungan dan penerapan batasan-
batasan terhadap komunikasi atau perdagangan.[rujukan?]
• Perang, penggunaan kekuatan, sering dianggap sebagai perangkat utama dalam
hubungan internasional.[rujukan?] Definisi perang yang diterima secara luas adalah
yang diberikan oleh Clausewitz, yaitu bahwa perang adalah “kelanjutan politik
dengan cara yang lain.” Terdapat peningkatan studi tentang “perang-perang baru”
yang melibatkan aktor-aktor selain negara.[rujukan?] Studi tentang perang dalam
Hubungan Internasional tercakup dalam disiplin Studi Perang dan Studi Strategis.
[rujukan?]

• Mobilisasi tindakan mempermalukan secara internasional juga dapat dianggap


sebagai alat dalam Hubungan Internasional.[rujukan?] Hal ini adalah untuk mengubah
tindakan negara-negara lewat “menyebut dan mempermalukan” pada level
internasional.[rujukan?] Penggunaan yang terkemuka dalam hal ini adalah prosedur
Komisi PBB untuk Hak-hak Asasi Manusia 1235, yang secara publik
memaparkan negara-negara yang melakukan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia.[rujukan?]
• Pemberian keuntungan-keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik. Salah satu
contohnya adalah kebijakan memperbanyak keanggotaan Uni Eropa.[rujukan?]
Negara-negara kandidat diperbolehkan menjadi anggota Uni Eropa setelah
memenuhi kriteria Copenhagen.[rujukan?]

You might also like