You are on page 1of 87

Diktat Manajemen

Penangkapan Ikan

PUKAT PANTAI (BEACH SEINE)

Definisi Alat Tangkap Pukat Pantai


Pukat pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat
tangkap yang masih tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat
tepi. Dalam arti sempit pukat pantai yang dimaksudkan tidak lain
adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti payang, yaitu
berkantong dan bersayap atau kaki yang dalam operasi
penangkapanya yaitu setelah jaring dilingkarkan pada sasaran
kemudian dengan tali panjang (tali hela) ditarik menelusuri dasar
perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke
pantai. Pukat pantai juga sering disebut dengan krakat. Di
beberapa daerah di jawa juga dikenal dengan nama “puket”,
“krikit”, dan atau “kikis”.

Sejarah Alat Tangkap Pukat Pantai


Daerah penyebaran alat tangkap pukat pantai terdapat
hampir di seluruh daerah perikanan laut Indonesia, walaupun di
tiap daerah punya nama dan ciri tersendiri, namun hal ini pada
dasarnya hanya bertujuan untuk memudahkan pengenalan alat
tangkap ini di masing-masing daerah. Misalnya alat tangkap pukat
pantai yang beroperasi di teluk Segara Wedi yang labih dikenal
dengan krakat prigi karena terdapat di perairan prigi kabupaten
Trenggalek Jawa Timur. Krakat ini sudah digunakan untuk
menangkap ikan sejak jaman belanda atau sekitar tahun 30-an.
Pada masa itu harga bahannya masih relative mahal, oleh karena

1
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

itu baru para pegawai pemerintah Hindia Belanda saja yang


memiliki. Sedangkan bahan untuk membuatnyapun masih
sederhana, alat ini pada masa itu terbuat dari benang kapas
dicampur dengan getah bakau pada bagian jaringnya, dan tali
penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat yang hanya
dapat mencapai kurang labih selama 2 tahun.
Daerah penangkapan yang bertambah luas dan jauh jaraknya
disebabkan dengan adanya persaingan dengan alat tangkap pukat
cincin dan payang yang beroperasi di perairan yang sama
sehingga jumlah ikan menjadi terbatas. Selain itu derasnya erosi
di wilayah pesisir karena kurangnya pelindung menyebabkan
perairan pantai terdekat menjadi dangkal.
Bagian pelampung pada pukat pantai pada masa
pemerintahan Hindia Belanda itu masih terbuat dari kayu dan
pemberatnya dari batu dan tanah liat yang dibakar, tatapi
sekarang sudah berkembang menjadi bahan sintetis karena lebih
awet dan mudah perawatanya. Jumlah pemilik pukat pantai dan
nelayan buruh yang mengoperasikan juga bertambah banyak dan
terus berkembang.

Prospektif Alat Tangkap Pukat Pantai


Dalam perkembanganya pukat pantai terus mengalami
kemajuan baik dalam hal distribusinya maupun bentuknya.
Walaupun di masing-masing daerah mungkin akan mempunyai
nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai
dengan keinginan penduduk setempat. Penggunaan tenaga kerja

2
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

yang cukup banyak sekitar 36 orang merupakan ciri positif dari


pukat pantai bila dikaitkan dengan lapangan kerja dan perluasan
kesempatan kerja. Mereka biasanya tidak dituntut untuk memiliki
ketrampilan tertentu kecuali tenaga yang cukup untuk menarik
jaring. Meskipun tergolong dalam alat tangkap tradisional namun
pukat pantai termasuk dalam alat tangkap tradisional penting yang
dapat memberikan hasil tangkap yang cukup baik. Menurut data
statistik perikanan tahun 1986 jumlah pukat tapi mencapai 9.740
unit dengan jumlah seluruh alat penangkap 452.845 unit dan
dengan jumlah produksi mencapai 75.363 ton. Daerah
penyebaranya hampir terdapat di seluruh daerah perikanan laut
Indonesia. Hal tersebut dapat menunjukkan perkembangan dari
alat tangkap pukat pantai yang cukup baik.

Konstruksi Alat Tangkap


Konstruksi Umum Alat Tangkap Pukat Pantai
Pada prinsipnya krakat atau pukat pantai terdiri dari
bagian bagian seperti : kantong, sayap atau kaki dan tali panjang
(slambar, hauling line). Bagian kantong berbentuk kerucut, bisa
dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis seperti
waring karuna, nilon, dan bahan dari plastik. Pada mulut di
kantong kanan-kirinya dihubungkan dengan kaki atau sayap,
sedang pada bagian ujung belakang yang disebut ekor diberi tali
yang dapat dengan mudah dibuka dan diikatkan untuk
mengeluarkan hasil tangkapn. Bagian kaki atau sayap dibuat dari
bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Besar mata

3
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

bagian kaki bervariasi mulai dari 6,5 cm pada ujung depan dan
mengecil pada bagian pangkalnya. Pada bagian ujung depan kaki
diberi atau dihubungkan dengan kayu cengkal (brail or preader).
Pada tiap ujung kaki, yaitu pada ris atas dan bawah diikatkan tali
yang telah diikatkan pada kayu cengkal kemudian disambungkan
dengan tali hela (tali slambar, hauling line) yang panjang dan
dapat dibuat menurut kebutuhan. Pada bagian atas mulut dan kaki
diikatkan pelampung. Ada tiga macam pelampung yang sering
digunakan yaitu: pelampung raja, pelampung biasa dan
pelampung. Sedangkan pada ris bawah diikatkan dua macam
pemberat yaitu dari timah dan pemberat dari rantai besi yang
jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan.

Detail Konstruksi Alat Tangkap Pukat Pantai


Pukat pantai terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong
(bag), badan (shoulder) dan sayap (wings). Masing-masing bagian
masih terdiri atas beberapa sub bagian lagi.
1. Sayap (Wings)
Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring,
berjumlah sepasang terletak pada masing-masing sisi jaring.
Masing-masing sayap terdiri atas:
a. Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya
terbuat dari polyethyline
b. Gembungan, yang terdapat di tengah dan biasanya juga
terbuat dari polyethyline

4
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

c. Clangap, yang berada di dekat badan dan biasanya juga


terbuat dari polyethyline atau bahan sintetis lainnya.
2. Kantong (Bag)
Kantong berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan,
berbentuk kerucut pada ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-
ikan tidak lolos. Biasanya masih dibantu dengan kebo kaos untuk
membantu menampung hasil tangkapan. Kantong terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda.
Kantong terdiri dari dua bagian, pada umumnya bagian depan
berukuran mata sekitar 14 mm, berjumlah sekitar 290 dan
panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira-kira memiliki ukuran
mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4
m.
3. Badan (Shoulder)
Bagian badan jaring terletak di tengah-tengah antara
kantong dan kedua sayap. Berbentuk bulat panjang berfungsi
untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap agar masuk ke
kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran
mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan
panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian
belakang.
Kedudukan pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh
keberadaan pelampung dan pemberat pukat pantai.
1. Pemberat (Sinker)
Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan pada
bagian bawah alat tangkap. Fungsinya agar bagian-bagian yang

5
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap pada posisinya


meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu
membuka mulut jaring kearah bawah.
2. Pelampung (Floats)
Sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan
untuk memberi daya apung atau untuk mengapungkan dan
merentangkan sayap serta membuka mulut jaring ke atas pada
alat tangkap pukat pantai.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai
juga menggunakan tali temali. Tali tamali yang terdapat dalam
pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
1. Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik
jaring pukat pantai pada setiap operasi penangkapan. Tali ini
ditarik dari pantai oleh nelayan dengan masing-masing sayap
ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung dengan panjang
dan besarnya pukat pantai.
2. Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada
bagian atas dan pelampung. Tali ini terletak pada kedua sayap
3. Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada
bagian bawah dan pemberat. Tali ini terletak pada kedua sayap
jaring.

6
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

7
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Karakteristik Alat Tangkap Pukat Pantai


Alat tangkap pukat pantai termasuk jenis pukat yang
berukuran besar. Banyak dikenal di daerah pantai utara Jawa,
Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan, Pelabukan Ratu,
Maringge (Sumatra Selatan). Bentuknya seperti payang dan
bersayap. Prinsip pengoperasiannya adalah menelusuri dasar
perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke
pantai. Dalam pengoperasiannya pukat pantai yang berukuran
besar memerlukan tenaga sampai puluhan orang lebih. Kantong
pada pukat pantai biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari
katun maupun bahan sintetis lain. Hasil tangkapan yang diperoleh
dengan alat tangkap pukat pantai biasanya jenis-jenis ikan pantai
yang hidup di dasar dan termasuk juga jenis udang. Dalam
pengoperasiannya kapal atau perahu yang digunakan bervariasi.
Sampai sekarang penggunaan alat tangkap pukat pantai ini terus
menerus mengalami perkembangan baik dalam hal perubahan
model maupun penyebaran atau distribusinya.

8
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Gambar Tekhnis

a
A. Kantong. B. Sayap/Kaki.
a. Kayu perentang (spreader), pj. 1 m;
b.Tali Kendali (Bridle), pj. 3 m;
c. Slamber (Haul line), pj. 150-200 m.

9
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Bahan dan Spesifikasinya


Seperti yang telah disebutkan pada konstruksi maupun
detail konstruksi, pada prinsipnya pukat pantai terdiri dari bagian-
bagian kantong yang berbentuk kerucut yang bisa dibuat dari
bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring
karuna, nilon bahan dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian
kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan
sintetis lainnya. Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan
pelampung. Pelampung ini kebanyakan terbuat dari bahan sintetis
yang bersifat mudah mengapung atau tidak tenggelam dan
biasanya berbentuk silinder. Sedangkan pada ris bawah diikatkan
pemberat yang bisa terbuat dari timah atau dapat pula digunakan
rantai besi. Pada masa dahulu masih digunakan pemberat yang
terbuat dari bahan liat maupun batu. Namun sekarang sudah
jarang digunakan karena daya awetnya rendah.

Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat
pantai terutama jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan demersal
dan udang antara lain yaitu; pari (rays), cucut (shark),teri
(Stolepharus spp), bulu ayam (Setipinna spp), beloso (Saurida
spp), manyung (Arius spp), sembilang (Plotosus spp), krepa
(Epinephelus spp), kerong-kerong (Therapon spp), gerot-gerot
(Pristipoma spp), biji nangka (Parupeneus spp), kapas-kapas
(Gerres spp), petek (Leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah
(Psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp).

10
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Sedangkan untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini


sudah diatur sesuai dengan undang-undang no. 16 tahun 1964
tentang pembagian hasil usaha perikanan tangkap untuk operasi
penangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar,
nelayan penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha
bersih.

Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan
yang cocok untuk penangkapan ikan dimana alat tangkap dapat
kita operasikan secara maksimum. Syarat-syarat suatu daerah
dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan bila :
1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah
3. Secara ekonomis daerah sangat berharga atau kondisi dan
posisi daerah perlu diperhitungkan.
Pada umumnya krakat atau pukat pantai banyak dikenal
dan dipergunakan di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap,
Pangandaran, Labuhan, Pelabuhan Ratu, Marigge (Sumatra
Selatan), dan banyak pula digunakan di daerah Jawa. Sedangkan
distribusi pukat pantai ini meliputi daerah Labuhan, Teluk
Panganten, Jakarta, Cirebon, Brebes, Pemalang, Tegal,
Pekalongan, Semarang, Jepara, Juana, Rembang, Tuban,
Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Banyuwangi,
Muncar, Sepanjang Pantai Madura, Lampung, Prigi, Pangandaran,
Teluk Betung, Maringge, Seputih dan lain-lainnya.

11
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Biasanya daerah penangkapan untuk alat pukat pantai


ditentukan berdasarkan tanda-tanda alamiah seperti terlihatnya
buih-buih dipermukaan perairan atau adanya burung yang
menyambar-nyambar, namun kebanyakan nelayan menggunakan
cara dengan mencoba menurunkan jaring pada daerah yang sudah
biasa dijadikan daerah penangkapan oleh nelayan pukat pantai di
masing-masing daerah.
Dulu ketika jumlah unit pukat pantai masih terbatas, penggunaan
daerah penangkapan tidak pernah menjadi permasalahan antara
pemilik pukat pantai. Namun seiring dengan berkembangnya
jumlah pemilik pukat pantai maka pada masing-masing daerah
atau wilayah penangkapan dikenal adanya sistem pembagian
daerah penangkapan pukat pantai dengan membagi daerah
penangkapan menjadi beberapa bagian dan pada tiap bagian
berlaku adanya pembagian jadwal operasi.

Alat Bantu Penangkapan


Selain bagian-bagian dari pukat pantai sendiri, dalam
pengoperasiannya pukat pantai masih menggunakan alat bantu
penangkapan diantaranya adalah :
1. Perahu
Perahu yang dipergunakan dalam pengoperasian pukat
pantai ini bervariasi. Akan tetapi biasanya berukuran panjang 5-6
m, lebar 0.6 m dan dalam atau tinggi 0.7 m. Perahu ini ada yang
dilengkapi dengan katir/sema (outriggers) maupun tidak. Ada
yang dilengkapi dengan motor dan ada juga yang tanpa motor

12
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

(perahu dayung). Untuk perahu dayung biasanya terbuat dari


bahan kayu. Kelebihan dari material kayu selain harganya lebih
murah, tehnologinya sederhana, material mudah didapat,
pembentukannya mudah ringan dan perawatanya juga mudah.
2. Pelampung Berbendera
Pelampung berbendera ini berfungsi sebagai tanda posisi
kantang pukat pantai di perairan dan sebagai petunjuk bagi
mandor tentang keseimbangan posisi jaring antara kiri dan kanan.
Sehingga dengan melihat bendera, mandor dapat dengan mudah
mengetahui kapan posisi penarik harus bergeser dan seberapa
jauhnya jarak pergeseran.
3. Kayu Gardan
Kayu garden ditancapkan dengan kokoh di pantai. Fungsi
dari kayu ini adalah sebagai penggulung tali penarik dan sebagai
tempat untuk menambatkan tali penarik. Kayu ini terbuat dari
kayu pohon yang kuat misalnya kayu kopi, kayu waru dan
sebagainya.

Teknik Operasi Alat Tangkap Pukat Pantai


Tahap Persiapan
Kira-kira sebanyak 6 orang nelayan naik ke perahu yang
ditambat di dekat pantai untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan bagi operasional penangkapan. Jaring dan tali
disusun sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan penarik
untuk mempermudah operasi penangkapan terutama pada waktu
penawuran (setting). Urut-urutan susunan alat dalam perahu

13
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

mulai dari dasar adalah sebagai berikut : gulungan tali penarik I,


sayap I, badan, kantong, sayap II dan teratas adalah gulungan tali
penarik II. Diatur pula letak pelampung pada bagian sisi kanan
menghadap kearah laut dan pemberat di sebelah kiri menghadap
kearah pantai. Salah satu ujung tali hela (penarik) diikatkan pada
patok kayu di pantai kemudian perahu dikayuh menjauhi pantai.
Tahap Penawuran (Setting)
Perahu dikayuh menjauhi pantai sambil menurunkan tali
hela II yang ujungnya telah diikatkan pada patok di daratan
pantai. Apabila syarat-syarat fishing ground telah ditemukan dan
jarak sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali hela) dari
pantai, perahu mulai bergerak ke kanan sambil menurunkan
jaring. Penurunan jaring diusahakan agar membentuk setengah
lingkaran menghadap garis pantai. Urutan penurunan dari perahu
sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan kantong serta
sayap I, kemudian tali hela diulur sambil mengayuh perahu
mendekati pantai dan pada saat mendekati pantai ujung tali
penarik yang lain dilempar ke pantai dan diterima oleh sekelompok
nelayan yang lain. Setelah kedua ujung tali penarik berada di
pantai, masing-masing ujung ditarik oleh sekelompok nelayan
yang berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu
perahu kembali kelaut untuk mengambil tali kantong dan
mengikuti jaring hingga ke pantai selama penarikan jaring.
Kecapatan perahu dalam menebarkan jaring dapat dihitung
dengan mengetahui jarak yang telah ditempuh perahu dan
lamanya waktu penebaran. Sedangkan kecepatan penawuran

14
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dapat diperoleh dengan menghitung panjang pukat pantai dibagi


dengan lama penawuran.
Tahap Penarikan (Hauling)
Ketika ujung tali hela I telah sampai di pantai, penarikan
jaring dimulai. Jarak antara ujung tali penarik I dan II kurang lebih
500 m, masing-masing ditarik oleh nelayan berjumlah sekitar 13
orang. Sambil secara bertahap saling mendekat bersamaan
dengan mendekatnya jaring ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-
kira sebanyak 4 kali dengan perpindahan ke 4 pergeseran
dilakukan terus menerus hingga akhirnya bersatu. Ketika sayap
mulai terangkat di bibir pantai, penarikan di komando oleh
seorang mandor untuk mengatur posisi jaring agar ikan tidak
banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu dikayuh menuju
ujung kantong yang diberi tanda dengan bendera yang terpasang
pada pelampung. Salah satu dari crew penebar mengikatkan kebo
kaos pada bagian ujung kantong. Kebo kantong tersebut
dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar jaring
tidak rusak akibat terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo
kaos tersebut nelayan berenang mengikuti jaring sampai ke
pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat dihitung dengan cara
membagi panjang keseluruhan dengan lamanya penarikan.
Tahap Pengambilan Hasil Tangkap
Sayap dan badan pukat pantai terus ditarik dan bila kedua
bagian ini telah berada di daratan pantai, kantong ditarik dan hasil
tangkapan dikeluarkan dari kantong. Selanjutnya ikan yang
jenisnya bermacam-macam tersebut disortir dengan memisahkan

15
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dan memasukkanya kedalam keranjang tempat yang telah


disediakan. Selain itu sebagian nelayan ada yang menaikkan tali
penarik dan jating ke daratan untuk dirawat atau mempersiapkan
pengoperasian tahap berikutnya.

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan


Hal-hal yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu
operasi penangkapan diantaranya adalah :
1. Penentuan fishing ground yang tepat
2. Pengaturan posisi pukat pantai yang digunakan

3. Kecepatan penebaran dan penaikkan jaring

4. perawatan, daya awet serta efektifitas pukat pantai yang


digunakan
5. Lamanya waktu pengoperasian
6. Kondisi perahu dan alat bantu lainnya.

16
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

CANTRANG

Definisi Alat Tangkap Cantrang


George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat
tangkap cantrang dalam pengertian umum digolongkan pada
kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di
Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai
payang tetapi ukurannya lebih kecil.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk
menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang
cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian
utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau
kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.

Sejarah Alat tangkap Cantrang


Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap
dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards,
jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan
satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor
Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining,
para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di
dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat
ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground
lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).

17
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai


nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap
Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan kapal
yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman
menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada setiap
penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan
istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal
tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai
payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil
tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu untuk menangkap
sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang.
Dibanding trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih
sederhana dan pada waktu penankapannya hanya menggunakan
perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang
hampir sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap
yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai
sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di
Indonesia cantrang banyak digunakan oleh nelayan pantai utara
Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian utara (Subani dan
Barus, 1989)

Prospektif Alat Tangkap Cantrang


Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan
penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun 1980, maka
cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal,

18
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini


hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl.
Konstruksi Alat Tangkap Cantrang
1. Konstruksi Umum
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari
bagian-bagian :
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jaring yang merupakan
tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong
diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan
tidak mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara
sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk
menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk
menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum
masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian
kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing)
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan
sambungan atau perpanjangan badan sampai tali
salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan
mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang
berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:

19
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

1) Pelampung (float): tujuan umum


penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya
apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada
bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut
jaring dapat terbuka.

2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris


bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang
dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap
berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun
mendapat pengaruh dari arus.

3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi


sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring,
badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.

4) Tali Ris Bawah (Ground Rope) :


berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring
dan pemberat.
e) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.

20
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

2. Detail Konstruksi

21
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

1. Umbal dari bambu (panjang 1,2 m, Ø 14 cm); 2. Antang dari


bambu (panjang 0,8, Ø 10 cm); 4. Kolo dari bambu (panjang 0,6,
Ø 8 cm); 5. Pemberat dari batu/timah (berat 0,4 kg).
Tali-temali dan lain-lain :

22
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

a. Penganjuran dari ijuk, panjang 150 m, Ø 1,4 cm

b. Kelatan dari ijuk, panjang 300 m (lebih kecil dari kelatan)


c. Ris atas (headrope)
d. Ris bawah (footrope)
e. Cakak bawah
f. Cakak atas
Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus
(1989). Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai
payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil
tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap
sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi
bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya
hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai
sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada
Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian.
Panjang jaring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada
ujung kaki sekitar 8-12 m.

23
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

3. Gambar Teknis

G
F
D F

1 2 3 4 5 6 E
7
8
9

A B C
Keterangan:
Bagian Bahan Mesh size
A. Kantong Polyethylene 2 cm
B. Badan
1. Polyethylene 2,5 cm
Pejasan Polyethylene 3 cm
2. Polyethylene 3 cm
Sontek Polyethylene 4 cm
3. Polyethylene 5 cm
Setonjuk Polyethylene 6 cm
4.
Sampok
5.
Kelobung
6.
Cangkeman

24
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

C. Sayap
7 Polyethylene 7 cm
8 Polyethylene 8 cm
9 Polyethylene 8 cm
D. Bibir Bawah
E. Bibir Atas
F. Tali Selambar Kuralon Ø tali 1 inchi
G. Pelampung Tanda Bola

4. Bahan Dan Spesifikasinya


a. Kantong
Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada
bagian kantong 1 inchi.
b. Badan
Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring
minimum 1,5 inchi.
c. Sayap
Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata
jaring sebesar 5 inchi.
d. Pemberat
Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
e. Tali ris atas
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
f. Tali ris bawah
Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
g. Tali penarik

25
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan


diameter 1 inchi.

Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya
yang tertangkap adalah jenis ikan dasar (demersal) dan udand
seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari,
cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus,
1989).

Daerah Penangkapan
Langkah awal dalam pengoperasian alat tangkap ini adalah
mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut
Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan
dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah
sepanjang tahun.

2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah


dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah
dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin
kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.

26
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap


Cantrang hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa
(1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain
adalah sebagai berikut:
 Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka
perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun
Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-
benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring
ditarik, misalnya kapal yang tenggelam, bekas-bekas
tiang dan sebagainya.

 Dasar perairan mendatar, tidak terdapat


perbedaan depth yang sangat menyolok.

 Perairan mempunyai daya produktivitas


yang besar serta resources yang melimpah.

Alat Bantu Penangkapan


Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN.
(Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu garden untuk menarik
warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan
garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal
(ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring
sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang
baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan

27
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk
di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.

Teknik Operasi (Setting Dan Houling)


1. Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan
terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai
mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-
bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu
diperhatikan terlebih dahulu arah mata angin dan arus. Kedua
faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan
mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan
mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya
akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus
menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka
dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran
dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan
pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan
tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah
pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan

28
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

diturunkan → sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan →


kantong → badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu
ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan
pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal
bergerak melingkar menuju pelampung tanda.

3. Hauling

Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jaring


dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali
salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap
berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada
saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat
jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan
sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan
antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin
karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu
yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali
penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan
mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong
jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar
perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama
pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali salambar sebelah
kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah
kanan → mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin

29
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan → jaring


mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat setelah
naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin
gardan dimatikan → bagian jaring sebelah kiri dipindahkan
kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal → badan
jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas
kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling
selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan
semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak
mengalami kesulitan.

30
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Umpal Pelampung Umpal
Menuju ke
Penarikan
Pelampung
Tali Tali
Jangkar
Kelatan
Jaring
Mendekati
±
ke300
arah
m.
akhir
umpal yang
perahu dimulai penyelesaian
Jangkar
pertama penarikan jaring
Keterangan : diturunkan
I.-II. Cara Penurunan Jaring Dist.: Utara Jawa
a. Umpal dan pelampung diturunkan Diktat(Randu
Jatim Manajemen
Putih/
b. Kaki jaring sebelah kiriPenangkapanDringu,
Ikan Mlaten/ Nguling,
c. Kantong Probolinggo); Madura;
d. Kaki jaring kanan-pelampung Jabar; Jateng; Lampung
III. Jangkar mulai diturunkan, penarikan
jaring dimulai.
IV. Penarikan Jaring mendekati penyelesaian

31
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan


1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi
penangkapan.
2. Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap.
Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga
mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat
operasi penangkapan dilakukan.

32
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

PAYANG

Definisi Alat Tangkap


Payang adalah “Pukat Kantong Lingkar” yang secara garis
besar terdiri atas bagian kantong (bag/belly), badan/perut
(body), dan kaki/sayap (leg/wing). Pada bagian bawah
kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedang pada bagian
atas pada jarak tertentu diberi pelampung.
Besar mata mulai bagian ujung kantong sampai ujung kaki
berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm sampai ± 40 cm.
Berbeda dengan jaring Trawl dimana bagian bawah mulut jaring
lebih menonjol ke belakang, maka Payang justru bagian atas
mulut jaring yang menonjol ke belakang. Hal ini disebabkan
karena Payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap
jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas
air atau di kolom air dan mempunyai sifat cenderung lari ke
lapisan bawah bila telah terkurung jaring.
Sejarah Alat Tangkap
Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah
lama dikenal nelayan Indonesia. Munculnya Payang mungkin
bersamaan atau jauh sebelumnya dengan berdirinya organisasi-
organisasi “Perkumpulan Penangkapan Ikan Laut“ di pantai utara
Jawa, seperti: Misoyo Mino (1912) di Tegal, Soyo Sari (1916) di
Brebes, Upoyo Mino (1916) di Batang, Mino Soyo (1918) di
Pekalongan, Soyo Sumitro (1918) di Indramayu, dan masih
banyak lagi perkumpulan-perkumpulan perikanan lain yang

33
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

tumbuh sekitar tahun 1920-1930an. Selama kurun waktu tahun


1920 hingga sekarang, alat tangkap Payang telah mengalami
perkembangan hingga menjadi Payang yang kita kenal sekarang
ini.
Di Sendang Biru, Payang mulai dikenal sekitar tahun 1974.
Alat tangkap ini diperkenalkan oleh nelayan-nelayan andon dari
Puger. Mereka beroperasi disekitar perairan Sendang Biru, dan
kemudian menjual ikan hasil tangkapannya di daerah tersebut.
Karena hasil tangkap Payang ini rata-rata lebih banyak, nelayan
Sendang Biru tertarik untuk menggunakannya.
Prospektif Alat Tangkap
Payang termasuk alat tangkap yang produktifitasnya tinggi
dan dikenal hampir di seluruh daerah perikanan laut di Indonesia.
Meskipun termasuk alat tangkap tradisional, keberadaannya untuk
perikanan laut di Indonesia sampai saat ini tetap dianggap penting
baik dilihat dari produktifitasnya maupun penyerapan tenaga
kerja. Hal ini terlihat dalam statistik perikanan (1986) dimana
payang tercatat 14.617 unit, sedangkan Pukat Cincin yang
dianggap produktif jumlahnya hanya 5.762 unit. Jumlah seluruh
alat penangkap ikan laut Indonesia tercatat 425.845 unit (1986).

34
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Konstruksi Alat Tangkap


1. Konstruksi Umum

Konstruksi Alat Tangkap Payang

35
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Keterangan:

- 1 : Kantong

- 2 : Kantong

- 3 : Badan

- 4 : Badan

- 5 : Badan

- 6 : Badan

- 7 : Badan

- 8 : Sayap ada 3
bagian dari ujung badan

- 9,10 : Selambar

- 11,12,13,14,15 : Pelampung bola

- 16 : Tali ris atas

- 17 : Tali ris bawah

- 18 : Pemberat

36
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

2. Detail Konstruksi

Keterangan :
A. Kantong
B. Perut
C. Kaki / Sayap

i.
Kantong, bahan dari karuna
ii.
Ranggamanis, # 1 cm, 700 mata
iii.
Rang tetik, # 1,5 cm, 700 mata
iv.
Rang petak, # 2 cm, 700 mata

37
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

v.
Rang bagat, # 7,5 cm, 700 mata
vi.
Rang halam, # 4,5 cm, 700 mata
vii.
Rang alet, # 6,5 cm, 600 mata
viii.
Empat nyare, # 7,5 cm, 500 mata
ix.
Klobang, # 8,5 cm, 500 mata
x.
Sulam, # 10 cm, 400 mata
xi.
Dasar:
- dasar, # 13 cm, 300 mata
- dasar, # 18 cm, 300 mata

3. Karakteristik
Alat tangkap payang berupa “Pukat kantong lingkar”
yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong ( bag ),
badan / perut ( body or belly ) dan kaki / sayap ( leg / wing ).
Namun ada juga pendapat yang hanya membagi bagian
Payang menjadi dua bagian, yaitu bagian kantong dan kaki.
Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang
tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri, sesuai dengan
kebiasaan di daerahnya masing-masing. Besar mata jaring dari

38
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi


mulai dari 1 cm sampai kurang lebih 40 cm.
Sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk menangkap ikan
pelagis yang bergerombol yang nampak diatas perairan, baik
yang tidak menggunakan alat Bantu pengumpul ikan maupun
yang menggunakan alat Bantu pengumpul ikan berupa lampu
ataupun rumpon, maka bagian bawah mulut jaring lebih
menonjol ke depan, sehingga dapat menghadang ikan yang
melarikan diri ke bawah. Agar gerombolan ikan dapat masuk
ke dalam kantong, maka mulut jaring harus dapat membuka
dengan baik mulai dari permukaan perairan sampai kedalaman
tertentu, sehingga ikan-ikan yang berada dalam area lingkaran
tidak dapat meloloskan diri melebihi kedalaman mulut jaring
bagian bawah. Membukanya mulut jaring disebabkan oleh
adanya dua buah gaya yang berlawanan, yaitu gaya apung
dari pelampung yang terdapat pada tali ris dan gaya berat
( tenggelam ) dari pemberat yang terdapat pada tali ris
bawah. Untuk menghadang gerombolan ikan yang terdapat
pada area lingkaran agar masuk ke dalam kantong maka
digunakan dua buah sayap.

4. Gambar Teknis

39
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

5. Bahan dan Spesifikasinya

40
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Alat tangkap Payang terbuat dari berbagai bahan, jaring


berbahan PVC ( Polyvinileclorine ), pelampungnya adalah
plastik berbentuk bola dan pemberatnya adalah batu.

A. Bagian Kantong
- Panjang : 5-6 meter
- Mesh size : 0,3-0,6 cm
- Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )
- Warna : Hijau
B. Bagian Badan
- Panjang : 25 meter
- Mesh size : 1,6-8 cm
- Bahan : PE (Polyethilene)
- Warna : Coklat
C. Bagian Sayap
- Panjang : 90 meter
- Mesh size : 10-30 cm
- Bahan : PE (Polyethilene)
- Nomor benang : 400 D/15
D. Pelampung
- Berat : 2 ons
- Diameter : 15 cm
- Bahan : Plastik berbentuk bola
- Jumlah : 12 buah per sayap
- Jarak antar pelampung : 1,5 meter
E. Pemberat

41
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

- Bahan : Batu
- Berat : 2 kg
- Jumlah : 10 buah per sayap
- Jarak antar pemberat : 8 meter

Hasil Tangkap
Hasil tangkap dari jaring Payang adalah ikan-ikan
permukaan. Terutama ikan-ikan pelagis kecil, yaitu ikan Layang,
Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh, dan lain-lain. Hasil
tangkapan Payang untuk tahun 1986 berjumlah 152.782 ton,
sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak
1.922.781 ton (1986).

Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan di Indonesia hampir seluruhnya
merupakan daerah operasi jaring Payang. Namun yang paling
banyak dipakai di pantai utara Jawa, termasuk Madura, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Payang dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia
dengan nama yang berbeda-beda, antara lain : Payang (Jakarta,
Tegal, Pekalongan, Batang, dan daerah lain di pantai utara Jawa),
Payang Uras (Selat Bali dan sekitarnya), Payang Ronggeng (Bali
utara), Payang Gerut (Bawean), Payang Puger (Puger), Payang
Jabur (Padelengan/Madura, Lampung), Pukat Nike (Gorontalo),
Pukat Banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), Pukat Tengah
(Sumatera Barat), Jala Lompo (Kalimantan Tomur, Sulawesi

42
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Selatan), Panja/Pajala Muna, Buton, Luwuk, Banggan),dan lain-


lain.

Alat Bantu Penangkapan


Pengoperasian alat tangkap Payang dapat menggunakan alat
Bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam hari
dan alat Bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari
penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya
menggerombol disekitar lampu sehingga alat tangkap payang
dapat digunakan secara efisien. Begitu juga dengan rumpon yang
banyak digunakan oleh nelaya-nelayan Indonesia. Penggunaan
rumpon sebagai alat Bantu penangkapan dengan payang meliputi
95 persen lebih.

Teknik Operasi
Penangkapan dengan Payang dapat dilakukan demgan kapal
layar maupun dengan kapal motor, tapi pada masa sekarang pada
umumnya menggunakan kapal bermotor. Penggunaan tenaga
berkisar antara 6 orang untuk Payang berukuran kecil, dan 16
orang untuk Payang berukuran besar.
Prinsip pengoperasian alat tangkap Payang adalah melingkari
gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan yang
terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut lalu
menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga
pada waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring dapat
membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan untuk

43
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali selambar / tali
hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah gerombolan ikan.

Hal-hal yang Mempengaruhi Hasil


Penangkapan
Hasil penangkapan dengan Payang dapat dipengaruhi oleh
kecepatan membukanya jaring, timing pelepasan jaring, dan
kondisi / keadaan laut pada saat pelepasan jaring.
Jaring Payang harus dapat membuka dengan cepat agar ikan
tidak mempunyai kesempatan untuk lolos. Waktu membukanya
jaring secara maksimal juga harus tepat pada saat jaring dekat
dengan gerombolan ikan, jika terlalu lambat jaring belum
membuka maksimal pada saat melewati gerombolan ikan dan jika
terlalu cepat, jaring akan butuh waktu lebih lama untuk sampai
pada gerombolan ikan, hal ini akan menyebabkan ikan dapat lebih
mudah untuk lolos.
Kondisi alam seringkali berubah-ubah, terutama di lautan
yang sering berubah dalam waktu yang relatif singkat. Pada waktu
pengoperasian Payang, keadaan ombak, arah dan kecepatan arus
air laut, angin, hujan dan bulan sangat berpengaruh terhadap
keberadaan ikan, jauh-dekatnya ikan dari permukaan dan teknis
pengoperasian jaring.
Hal lain yang mempengaruhi hasil penangkapan adalah
keberuntungan/ nasib nelayan. Pada suatu saat hasil penangkapan
nelayan bisa melimpah dan mendapatkan banyak ikan, namun
pada saat yang lain para nelayan tidak mendapat hasil tangkapan.

44
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

PURSE SEINE

Definisi Purse Seine


Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat
tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau
“tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut /
tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring.
Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak
berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan
melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring
bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul
di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang
lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan
akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai
dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Di Jepang purse seine dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1) One Boat Horse Sardine Purse Seine
2) Two Boat Sardine Purse Seine
3) One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4) Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5) One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6) Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3), (5)
merupakan purse seine yang banyak digunakan.

45
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Sejarah Purse Seine


Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa
oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama
dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil
dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973/1974) dan
berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya
di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan
tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine.
Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang
potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya
bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang
digunakan untuk usaha perikanannya.

Prospektif Purse Seine


Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan
sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah
penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh
yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai
selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari
diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi
penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran
penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung,
layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng, cumi-
cumi.

46
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Konstruksi Alat Tangkap


Konstruksi Umum

47
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Karakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi
lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin
menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat
sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal
lebih besar, dengan demikian area operasi menjadi lebih luas dan
HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan melingkari
gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat
dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika kapal
mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser
pekerjaan menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll
pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.

Bahan dan Spesifikasinya


 Bagian jaring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang
membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang
jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2. jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3. jaring kantong, #3/4”
srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang
fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan
terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung
dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang
pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran

48
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20
mata.
 Tali temali
1. tali pelampung.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
2. tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3. tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4. tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5. tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6. tali slambar
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
 Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni
synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan
kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah
sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah
lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
 Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang
pada tali pemberat.
 Cincin

49
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm,


digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang
panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini
dilakukan tali kolor (purse line).

Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse
seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang
berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal
(gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface)
dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang
berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat
mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan
volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini
dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh
jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah
Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang,
kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng,
cumi-cumi dll.

Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan
kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan
dari laut

50
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan


air
3) Kondisi laut bagus
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa /
Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).

Alat Bantu Penangkapan


• Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk
mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi
penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti
purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam,
seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya
masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian
dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak
terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan
bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media
hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha
mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.

• Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai
pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah
laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama,

51
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor


(pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman
30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-
angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat
yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-
angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine
dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan,
rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan
bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes)
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar,
tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan
dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret”
(Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu
rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon
dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada
beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan
menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui
pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-
akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan
cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari
rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah
sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon
pindah beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.

52
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali


mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali
slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung
rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di
depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang
nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar
rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga
dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon
maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di
halau dengan menggunakan galah dari satu sisi perahu.

Teknik Penangkapan (Setting dan Moulting)


Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal
(buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping
kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih
dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-
pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air
laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan
permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat
riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat
permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara
yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan
menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal
tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam

53
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke


permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai
alat bantu (fish finder, dll) waktu operasinyapun tidak lagi
terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika
gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke
permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya.
Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari
gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi
ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang
digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal,
kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan
yang menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula
swimming direction, swimming speed, density; hal-hal ini perlu
dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan,
kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas
diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan
ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi
tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya
sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang
dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari
perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan
bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri
mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth
yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan

54
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung


dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri
ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan
ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan
ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine
ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan
tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah
dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri
dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line
adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan
dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering
tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi
tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini,
dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain
sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line
serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul
diserok / disedot ke atas kapal.

Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan


Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan
kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti
banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air,
maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan
(diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik

55
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

perhatian atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya
agak berjauhan.

Adanya gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar
jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-
faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus
menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering
light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering
lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik
perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih besar
karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian
rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap (tudung) yang
baik atau dengan menempatkan under water lamp.

Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan
penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena
cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu
diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke
dalam air.

56
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan
dampak positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu,
misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus
kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana
saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak
begitu kuat.

Ikan dan Binatang Buas


Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay
lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil.
Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan
yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular laut,
lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi
kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang
tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang
bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan
kawanan ikan yang akan ditangkap.
Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal
digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam
karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu
menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap
gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam
di bawah lampu.

57
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan


Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat
segera terkepung.
Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai
melarikan diri ke bawah.

58
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

PURSE SEINE TWO BOATS

Definisi Purse seine Two Boats


Prinsip umum menangkap ikan dengan purse seine adalah
dengan melingkari sesuatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah
itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikan ikan-ikan
akan terkumpul di bagian kantong. Dengan perkataan lain dengan
memperkecil ruang lingkup gerak ikan, ikan-ikan tidak dapat
melarikan diri dan ahirnya tertangkap. (Subani dan Barus,1986)
Purse seine merupakan alat tangkap ikan yang terbuat dari
gabungan beberapa helai jaring yang dijahit menjadi satu. tepi
bagian atas diapungkan dipermukaan perairan dengan sejumlah
pelampung, sedangkan tepi bagian bawah diberi pemberat serta
terdapat sejmlah tali yang dipasang melalui lubang-lubang cincin
dimana dimana cincin ini telah terikat dengan tetap pada jaring
bagian bawah.
Purse seine disebut juga sebagai pukat cincin karena alat
tangkap ini dilengkapi dengan cincin atau tali kerut yang dilakukan
didalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut atau tali kolor ini penting
terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya
tali kerut tesebut jaring tersebut jaring yang semula tidak
berkantong akan terbentuk kantong pada akhir penangkapan.
Jadi purse seine Two Boats merupakan alat tangkap purse
seine yang pada waktu melakukan operasi penangkapan dilakukan
dengan bantuan dua kapal, yang prinsip kerjanya yaitu dengan
cara melingkari suatu gerombolan ikan oleh salah satu kapal dan

59
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

kapal yang lain sebagai penarik. Kapal-kapal ini sering disebut


dengan kapal jaring dan kapal selerek.

Sejarah Perse seine two boats


Menurut Maryuto (1982), sebagian para ahli perikanan
menganggap bahawa alat tangkap Purse seine berasal dari
Amerika dan pertama kali digunakan pada tahun 1826, kemudian
menyusul Swedia pada tahun 1880, yang selanjutnya barulah
Jepang memperkenalkan purse seine yang digunakan untuk
menangkap ikan sardine
Purse seine yang sering disebut dengan Pukat cincin sejak
lama telah dikenal oleh masarakat nelayan di indonesia walaupun
dengan nama dan konstruksi yang berbeda di tiap daerah, seperti
pukat lnggar, pukat sengin, gae dan giop. Pukat cincin/ purse
seine pertama kali dikenal di Indonesia yang diperkenalkan
pertama kali di daerah pantai utara jawa oleh BPPL pada tahun
1970 dalam rangka kerjasama dengan para pengusaha perikanan
di Batang (pak jadjuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian
diaplikasikan di Muncar (1973/1974) dan selanjutnya mengalami
perkembangan pesat.
Purse seine dua kapal merupakan hasil perkembangan dari
pengoperasian dengan satu kapal, nelayan mengembangkan purse
seine dua kapal banyak terdapat daerah Pantai Utara
Jawa/Jakarta, Cirebon, Batang, Penalang, Tegal, Pekamongan,
Muncar. Nelayan mengembangkan purse seine yang semula
dengan satu kapal menjadi dua kapal dalam pengoperasian

60
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dengan tujuan akan mendapatkan hasil tangkap yang lebih banyak


dan pengoperasiannya lebih efisien dan melakukan Modifikasi
terhadap alat tangkapnya tetapi prinsip kerjanya sama

Prospektif Purse seine Two boats


Prinsip utama pengoperasian perse seine dua kapal adalah
dengan cara melingkari gerombolan ikan, gerombolan ikan
biasanya memiliki kepadatan antar 0,5 – 5 Kg /m3. suatu jumlah
yang jutaan kali lebih padat dari pada kepadatan ikan yang
terdapat diseluruh lautan dunia. (Fridman, 1988) pengoperasian
purse seine menjadi lebih tidak menguntungkan apabila kepadatan
gerombolan ikan didalam air dibawah 1 kg/m3, namun tergantung
juga dari harga ikan dan kondisi techno economic yang lain.
Banyaknya hasil tangkapan sekali setting (tebar) dari
purse seine tergantung dari pada ukuran alat dan kapal. Hasil
tangkapan berkisar mulai dari 0,25 sampai 0,5 ton persetting
(tebar) untuk alat ukuran kecil sampai mencapai ratusan ton ikan
Hering Untuk purse seine ukuran besar dinegara Eropa Utara,
Amerika dan Jepang hal ini telah menunjukkan bahwa begitu
efektifnya hasil tangkapan ikan dengan menggunakan purse seine
dengan dua kapal. Untuk daerah-daerah di Indonesia alat tangkap
Purse seine juga sama efektifnya dan tidak terlalu jauh dengan
daerah-daerah di Eropa atau Jepang yang membedakan hanyalah
penambahan teknologi atau alat bantu dalam pengoperasian
sehingga menjadikan proses penangkapan lebih efisien.

61
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Konstruksi Purse seine


Konstruksi umum
Purse seine merupakan alat tangkap yang ikan yang
terbuat dari gabungan beberapa helai jaring yang dijahit menjadi
satu. tapi bagian atas diapungkan dipermukaan perairan dengan
sejumlah pelampung, sedangkan tepi bagian bawah diberi
pemberat serta terdapat sejumlah tali yang dipasang melalui
lubang-lubang cincin dimana dimana cincin ini telah terikat dengan
tetap pada jaring bagian bawah.
Purse seine mempunyai bentuk kontruksi yang berbeda
ditiap-tiap daerah, konstruksi umum berdasarkan fridman (1988)
bahwa Purse seine secara umum terdiri atas beberapa komponen
penting antara lain: bagian jaring, srampatan (selvedge), tali
temali, pelampung, pemberat dan cicin.
Banyak hal yang membedakan suatu bentuk dari tiap-tiap
masing-masing komponen terutama ada jaring, pada bagian jaring
bisa terdapat kantong (pocket), lama kelamaan berubah dan
tenyata bahwa jaring tanpa kantong lebih praktis. Pada garis
besarnya jaring terdiri dari bag, cork line (floating line), win led
line (sinker line), purse line, purse ring, bridle. Dengan menarik
purse line, jaring pada bagian bawah akan menutup.
Bentuk purse seine pada umumnya adalah segi empat
Kadangkala bentuk jaringnya lebih dalam pada bagian tengah
kemudian mengecil setelah dekat pada bagian sayap dan kantong.
Tali pemberat yang lebih panjang dari pada tali pelampung, lebih
cepat tenggelam, tetapi tali pemberat yang lebih pendek dari tali

62
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

pelampung akan dapat lebih cepat lebih dikerutkan dan dapat


meningkatkan pengaruh menyerok dari purse seine. Jaring yang
diangkat dengan menggunakan power block memerlukan panjang
yang harus relatif sama antara tali pemberat dan tali pelampung.
Pada tiap-tiap konstuksi dari purse seine banyak
mengalami perubahan tehadap bentuk konstruksi awal, hal ini
disebabkan karena terjadi modifikasi terhadap konstruksi secara
umum terhadap purse seine. Bentuk-bentuk tersebut disesuaikan
dengan kondisi dan lokasi penangkapan ikan, jika penangkapan
dilakukan pada daerah dengan kedalaman yang semakin dalam
maka kostruksinya akan mengalami modifikasi yang lebih baik
terutama masalah kekutan jaring, kecepatan tenggelam, daya
apung dan kekuatan tali penarik. Sehingga dibutuhkan kekuatan
pada masing-masing komponen utamanya.

Detail Konstuksi
Pada komponen utama pada purse seine adalah jaring,
srampatan (selvedge), tali temali, pelampung, pemberat dan
cincin. Sehingga dapat dijelaskan secara detail pada tiap
komponen konstuksi utama, antara lain adalah:
1. Bagian jaring
Pada bagian jaring, dalam pembentukan nama-nama dari
komponenya belum jelas karena pada setiap daerah memiliki
nama yang berbeda, pada jaring komponennya dibagi menjadi tiga
bagian antara lain adalah: jaring utama (nillon 210 D/9,# 1inci

63
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

1”), Jaring sayap (Nillon 210 D/6,# 1 inci 1” ), jaring kantong (#


¾ inci ¾).
2. Serampatan
Serampatan /selvedge dipasang pada bagian pingggiran
jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu
dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. bagian ini
langsung dihubungkan dengan tali temali. Serampatan dipasang
pada bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran
mata yang sama yakni PE 380 (12,#1 Inci , 1”) sebanyak 20,25
dan 20 mata.
3. Tali temali
Komponen pembentuknya adalah: Tali pelampung (PE,Ǿ10
mm,) dengan panjang 420 m, Tali ris atas (PE,Ǿ 6 mm dan 8 mm)
dengan panjang 420 m, Tali ris bawah (PE,Ǿ 6mm dan 8 mm),
Tali pemberat (PE,ø 10 mm) dengan panjang 450 m, Tali kolor
(kuralon PE,ø 26 mm) dengan panjang 500 m, tali slmbar
(PE,ø27mm ) Dengan panjang bagian kanan 38 m dan kiri 15 m.
4. Pelampung
Ada dua pelampung dengan bahan yang sama yakni
sintetic rubber (SR) pelampung Y-50 di pasng di pinggir kiri dan
kanan 600 buah dan pelampung Y- 80 dipasang ditengah 400
buah. Pelampung yang di pasang dibagian tengah lebih rapat
dibandingkan dengan bagian yang pinggirnya.
5. Pemberat
Pemberat pada purse seine terbuat dari besi dengan
diameter lubang 11,5 cm, digantungkan pada tali pemberat

64
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dengan seutas tali yang yang panjangnya satu meter dengan


dengan jarak tiga meter setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan
tali kolor (purse line).

Karakteristik
Jaring Purse seine mempunyai karakteristik tersendiri
karena setiap daerah bentuk purse seine mempunyai perbedaan
dengan daerah lainnya. Pada umumnya di indonesia menggunakan
tipe muncar karena awalnya purseine berkembang didaerah
muncar dengan pesat.
Sedangkan untuk secara umumnya bentuk yang dan
dimuncar mengikuti bentuk konstruksi purse seine tipe Amerika,
Tetapi dalam tiap waktu bentuk purse tidak akan tetap tetapi
selalu mengalami perubahan akibat hasil dari modifikasi yang
dilakukan oleh nelayan setempat. Perbedaan antar bentuk dari tipe
jepang dengan tipe Amerika adalah dilihat dari tali kolor bawahnya
kalu tipe Amerika mempunyai bentuk tali kolor yang lurus
sedangkan pada tipe Jepang membentuk gelombang.

65
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Gambar teknis
Adapun gambar teknis dari konstruksi purse seine adalah :

Keterangan :

66
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

a. Bodi j. Tali kang

b. Sayap k. Tali Pelampung

c. Kantong bagian atas l. Tali penguat ris


atas

d. Kantong bagian bawah m. Tali ris atas

e. Selvegde bagian bawah n. Tali ris bawah

f. Selvegde bagian atas o. Tali Penguat ris


bawah

g. Pelampung p. Tali Pemberat.

h. Pemberat q. Tali kolor

i. Cincin

Bahan dan Spesifikasi


Bahan yang digunakan dalam pembuatan purse seine dua
kapal adalah:
a) Tali temali
- Tali Pelampung
Tali pelampung ini terbuat dari Polyetheline, berdiameter
8mm, dengan bentuk pintalan S dan panjangnya 350 m.
Tali pelampung ini dipasang terpisah dari tli ris atas dan
berfungsi untuk menempatkan pelampung sehingga
tersususun teratur sesuai dengan jarak yang kita inginkan.
- Tali ris atas

67
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Tali ris atas terbuat dari bahan polyetelene, berdiameter 8


mm, warna biru dengan panjang 350 m, serta mempunyai
arah pintalan ke kiri (Z). Yang berfungsi untuk untuk
menempatkan tali penggantung jaring agar jaring berada
pada posisi yang tepat.
- Tali Ris bawah
Tali ris bawah ini terbuat dari bahan nilon, berdiameter 8
mm, berwarna biru, dengan arah pintalan kekiri (Z). Tali
ris bawah termasuk tali samping pada purse seine
bersama-sama dengan tali pemberat menempatkan
pemberat pada kedudukan yang tetap.
- Tali penguat ris atas
Tali ris atas ini berbahan dari nilon yang ber diameter 6
mm. Dengan rah pintalan kekanan (S). yang berfungsi
untuk memperkuat tali ris atas.
- Tali Pemberat
Tali ini berbahan dari poly eteline, yang berdiameter 10
mm, berwarna biru yang masing masing panjangnya 80
cm, mempunyai bentuk kaki tunggal dan berfungsi untuk
menggantung cincin pada tali ris bawah dan pemberat.
- Tali Kolor
Yaitu tali yang masuk kedalam lubang tiap cincin. Tali ini
berfungsi untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian
bawah pada waktu operasi setelah jaring selesai
dilingkarkan. Bahan dari tali ini adalah polyetelene dengan
panjang 370 m.

68
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

- Tali selambar
Terbuat dari bahan polyetelene berdiameter 10 mm,
berwarna biru dengan arah pintalan kekanan dan
mempunyai panjang 370 m.
b) kaki Penguat
Kaki penguat ini mengelilingi jaring utama yang bertujuan
agar jaring utama tiada cepat rusak atau cepat robek pada saat
dioperasikan. Bahan selvedge lebih kaku dari bahan jaring utama
seperti Polyetelene (PE).
d) Pemberat
Bahan Pemberat yang digunakan terbuat dari timah hitam,
dengan panjang 5,5 cm.berdiameter 3 cm, dan memiliki berat 250
gram. Jarak antara pemberat tali ris adalah 25 cm.

e) Pelampung
Bahan yang digunakan adalah KS 100. Bentuk umumnya
adalah oval , panjangnya 12 cm,diameter 9 cm dengan berat
sekitar 150 gram.
f) Cincin
Cincin yang digunakan adalah dari bahan besi yang dilapisi
denagan kuningan, berbentuk lingkaran dengan diameter 9,8 cm,
dipasang dengan tali cincin sepanjang tali ris bawah.

HASIL TANGKAPAN

69
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Dalam melakukan penangkapan ikan dengan


menggunakan Purse seine dua kapal hal yang penting untuk
diperhitungkan adalah bagaimana menentukan tempat gerombolan
ikan, yang selanjutnya dilakukan pelingkaran jaring dan siap untuk
melakukan penangkapan.
Hasil Tangkapan ikan yang utama didapat dengan
menggunakan purse seine berdasarkan Subani dan Barus (1986)
bahwa untuk didaerah Pulau Jawa dan sekitarnya purse seine
digunakan untuk menangkap jenis ikan: Layang (Decapterus spp),
Bentong (Caranx sp), kembung (Lasteriger sp), Lemuru
(Sardenilla sp). dan lain-lain.

DAERAH PENANGKAPAN
Tujuan utama dalam melakukan penangkapan adalah
mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, penagkapan
dengan menggunakan alat purse seine dengan dua kapal
dilakukan dengan cara mengintari/ mengelilingi gerombolan ikan,
Infomasi tentang gerombolan ikan sebelumnya harus mengetahui
sifat /karakteristik dari ikan tersebut. Data yang berhubungan erat
antara lain adalah bentuk gerombolan ikan, kecepatan migrasi
ikan, serta mengetahui waktu pemijahannya.

70
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Informasi tentang daerah tangkapan digunakan untuk


menentukan bentuk dan ukuran jaring serta kekuatanya. Data
kedalaman, keadaan dasar perairan, Temokilin, perubahan
salinitas, arus dan kondisi cuaca perlu dipakai. Kedalaman dan
keadaan dasar merupakan faktor yang penting dalam menentukan
kedalaman dan rancangan jaring untuk setiap areal penangkapan,
bila tali pemberat jaring bisa meyentuh dasar perairan. Termoklin
dan perubahan salinitas dapat merupakan faktor kendala bagi
beberapa species ikan dan kedalaman juga merupakan faktor
dalam menentukan kedalaman dan kecepatan tenggelam (sinking
speed) jaring. Dan yang penting bahwa ikan muncul dalam jumlah
yang banyak ketika musim yang cocok pada ikan tiba, misalkan
pada suatu daerah ikan lemuru akan muncul lebih dalam jumlah
yang banyak pada waktu musim penghujan akan dimulai sehingga
dalam melakukan penangkapan perlu memperhitungkan
waktu/musim ikan bermigrasi ataupun memijah dan dapat
memperhitungkan tempat yang cocok atau dalam melakukan
oprasi penangkapan.

ALAT BANTU PENANGKAPAN


Dalam penangkapan ikan dengan menggunakan purse
seine agar lebih efisien dalam melakukan penangkapan maka
diperlukan alat bantu dalam melakukan pengoperasian. Purse
seine dua kapal membutuhkan jenis kapal yang cukup besar
karena operasi yang dilakukan purse seine dengan dua kapal
berada pada daerah yang relatif lebih dalam.

71
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Adapun spesifikasi kapal yang digunakan dalam purse


seine dua kapal adalah untuk tipe Madura (golekan): Kapal Jaring
berukuran P x L x D = 11 x 2,7 x 1,5 m yang dilengkapi dengan
motor luar (out board motor). Perahu ini digunakan untuk
menjaring dan memuat hasil tangkapan, Kapal Slerek ukuran P x L
x D = 13 x 2,8 x 1,5 m yang dilengkapi dengan dua buah motor
luar (out board two motor), perahu pelak atau tempat lampu yang
berukuran P x L x D = 4 x 0,5 x 0,6 m yang biasanya
dipergunakan untuk lampu petromaks atau lampu lainya yang
mempunyai daya terang lebih baik agar ikan terkumpul disekitar
lampu tersebut yang selanjutnya siap untuk melakukan
penangkapan. Jumlah anak buah kapal yang dibutuhkan untuk
kapal slerek dibutuhkan 13 -15 orang sedangkan untuk perahui
jaring dibutuhkan sekitar 8 – 11 orang.
Alat bantu yang digunakan dalam penangkapan dengan
Purse seine adalah:
a) Roller : yaitu alat tempat lewatnya tali kolor/ purse line
saat ditarik oleh kapal, bertujuan agar tali kolor tersebut
tidak seberapa besar menerima gesekan dengan perahu.
b) Sampan/Perahu kecil : berfungsi untuk tempat lampu
dalam pengumpulan ikan
c) Serok : berfungsi untuk mengambil atau menyerok ikan-
ikan hasil tangkapan dari bagian jaring keatas perahu

TEKNIK OPERASI

72
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Purse seine yang pada umumnya merupkan jaring lingkar


atau yang sering disebut dengan jaring cincin sehingga pada
proses penangkapannya pun dilakukan dengan melingkari
gerombolan ikan.
Pada mulanya jaring dipasang dari bagian belakang kapal
(buritan) dan ada juga jaring diletakkan pada samping kapal.
Adapun urutan dalam teknik operasi penangkapan ikan dengan
menggunakan jaring cincin atau purse seine dua kapal adalah :
1. Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan
terlebih dahulu, hal ini dapat dilakukan berdasarkan
pengalaman-pengalaman seperti adanya perubahan warna
permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat
pada permukaan air, ikan-ikan yang melompat-lompat
dipermukaan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan, buih-buih dipermukaan
laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan. Hal–hal
tersebut dilakukan biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari terbenam, disaat–saat geromolan ikan-ikan teraktif
untuk naik kepermukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan
adanya alat bantu seper GPS yang dapat mengetahui posisi
ikan atau tempat gerombolan ikan sehingga lokasi
penangkapannyapun mudah ditentukan. Sehingga waktu
pemberangkatan kapal dapat dilakukan sewaktu waktu tidak
terbatas pada siang hari atau malam hari tetapi sewaktu
waktu.

73
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

2. Hal biasa yang dilakukan oleh nelayan daerah adalah


pengoperasian pada waktu malam hari, mengumpulkan ikan
atau menaikkan ikan kepermukaan laut dilakukan dengan
menggunakan cahaya. Biasanya dengan Fish finder bisa
diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar densitasnya.
Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan. Kuat
cahaya (light intensity) yang digunakan berbeda–beda,
tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya,
juga pada sifat phototaxisnya ikan yang menjadi tujuan
penangkapan.
3. Setelah soal Fish ditemukan perlu diketahui pula swimming
direction, swimming speed, density, hal ini dipertimbangkan
lalu diperhitungkan pula pola arah, kekuatan, kecepatan angin
dan arus sesudah hal-hal tersebut diperhitungkan barulah
jaring dipasang jaring dipasang harus lebih cepat agar ikan
tidak cepat lari atau lepas. Dalam waktu melingkari
gerombolan ikan, kapal dijalankan dengan cepat dengan
tujuan agar gerombolan ikan segera dapat terkepung, setelah
selesai mulailah purse line ditarik dengan demikian bagian
bawah jaring akan tertutup untuk mencegah agar ikan tidak
melarikan diri ke bawah, dapat dilakukan dengan pemberat
ataupun dengan menggerak-gerakkan galah, memukul-mukul
permukaan air, setelah purse line selesai barulah ditarik,
barulah float line serta tubuh jaring ( wing ), dan ikan ikan
diserok kekapal.

74
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI TANGKAPAN


Pengoperasian penangkapan ikan pasti akan mengalami
suatu kendala baik yang bersifat teknis ataupun non teknis yang
dapat mengurangi hasil tangkapan ikan. Hal- hal yang bersifat
teknis antara lain adalah kurang baiknya nelayan dalam
melakukan operasi sedangkan untuk hal non teknis antara lain
adalah lepas ikan dan kecepatan kapal untuk melingkari
gerombolan ikan.
Fridman mengatakan bahwa ikan dapat lolos dari jaring
disebabkan karena:
a. keluar melalui celah-celah diantara
dua ujung jaring
b. Kebawah melalui tali pemberat
ketika jaring sedang di tebar
c. kebawah melalui tali pemberat
ketika tali kerut sedang ditarik.
Jaring yang lebih panjang akan memerlukan waktu lebih
banyak waktu, yaitu mulai dari menurunkan jaring sampai dengan
menarik tali kerut sehingga memberi kesempatan lebih besar pada
ikan untuk meloloskan diri melalui celah, tetapi bisa juga karena
ikan merasa berdesak-desakan, mereka diam secara secara pasif
didalamnya sampai jaring selesai dikerutkan. Meloloskan diri
melalui tali pemberat tidak banyak dipengaruhi panjang tetapi
dapat menunjukkan bahwa kedalaman jaring tadi terlalu rendah
atau kecepatan tenggelam dari jaring kurang baik. Penangkapan

75
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

dikatakan berhasil dapat diketahui dicari hasil ikan yang didapat


setelah menangkap gerombolan ikan.

TRAWL

Definisi Alat Tangkap

76
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata


“trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang
bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan
kata “tarik“ ataupun “mengelilingi seraya menarik“. Ada yang
menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tapi karena hampir
semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik
ataupun ditarik, maka selama belum ada ketentuan resmi
mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata
”trawl” saja.
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja
melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata
“trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang
dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring
kantong yang ditarik di belakang kapal (baca : kapal dalam
keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk
menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga
ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.
Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya
(penurunan dan pengangkatan) jaring dilakukan dari bagian
belakang (buritan) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan
dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jaring
atau lebih.

Sejarah Alat Tangkap


Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl”
telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal

77
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak


sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat)
percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat
pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an
(periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring
trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan
Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan
Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula
dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh
YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut
tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda,
Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu
bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana
sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami
perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa
Belanda disebut schrol net.

Prospektif Alat Tangkap


Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan-
kemajuan pada main gear, auxillary gear dan equipment lainnya.
Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth swimming
layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut
jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan
dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang

78
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

pada otter board sehubungan dengan attack angel, perbandingan


panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.
Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang
beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp
trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-
lain sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing
intensity yang akan menyangkut perhitungan-perhitungan yang
rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak
segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada
sesuatu bentuk yang diharapkan.

Karakteristik
Berdasarkan letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal
kita mengenal adanya stern trawl, dimana jaring ditarik dari
buritan (dalam segi operasionalnya). Dimana banyak kapal trawl
yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik dari stern trawl
ini antara lain:
 Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi oleh angin dan
gelombang dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan
memutar letak kapal
 Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga
tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna
maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari jaring
memerlukan waktu yang lebih sedikit, yang berarti waktu
untuk jaring berada dalam air (operasi) lebih banyak

79
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

 Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari pengaruh


angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca
buruk sekalipun operasi masih dapat dilakukan dengan
mudah
 Pada stern trawl akibat dari screw current jaring akan
segera hanyut, demikian pula otter boat segera setelah
dilepas akan terus membuka
 Karena letak akan searah dengan garis haluan-buritan,
maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun
operasi masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain
posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih
mudah diduga
 Pada stern trawl, pada waktu hauling ikan-ikan yang
berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh
jaring, karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way,
dengan demikian jaring dapat terpelihara.

Hasil Tangkapan
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl
adalah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish.
Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double ring shrimp
trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut
jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek,
kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah,
kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung,
cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya.

80
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan


mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga
menentukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.

Daerah Penangkapan
Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat
fishing ground, antara lain sebagai berikut:
• Dasar fishing ground terdiri dari pasir, lumpur ataupun
campuran pasir dan Lumpur.
• Kecepatan arus pada mid water tidak besar (dibawah 3
knot) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar
• Kondisi cuaca, laut, (arus, topan, gelombang, dan lain-
lain) memungkinkan keamanan operasi
• Perubahan kondisi oceanografi terhadap mahluk dasar laut
relatif kecil dengan perkataan lain kontinyuitas recources
dijamin untuk diusahakan terus-menerus
• Perairan mempunyai daya produktifitas yang besar serta
recources yang melimpah.

Alat Bantu Penangkapan


Pada umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel
ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai
tenaga penggerak ada yang menggunakan steam engine ( 45-75
HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang memakai motor dari 60-
90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan warp, dan
untuk mengontrol panjang warp dipasang brake.

81
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Besar jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk


menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “panjang dari head
rope“ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.

Teknik Operasional ( Shooting & Hauling )


(1) kecepatan/lama waktu menarik jaring
Adalah ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan
yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita
dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya
mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang
dimaksudkan (bentuk terbukanya), kekuatan kapal untuk menarik
(HP), ketahanan air terhadap tahanan air, resistance yang makin
membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah, dan
lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan
yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot.
Kecepatan inipun berhubungan pula dengan swimming speed dari
ikan, keadaan dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain
sebagainya, yang setelah mempertimbangkan faktor-faktor ini,
kecepatan tarik ditentukan.
Lama waktu penarikan didasarkan kepada pengalaman-
pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak
sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek,
jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar
sekitar 3-4 jam, dan kadangkala hanya memerlukan waktu 1-2
jam.

82
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

(2) panjang warp


Factor yang perlu diperhatikan adalah depth, sifat dasar
perairan (pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya panjang warp
sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar
9M (depth minimum). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika
dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk
lumpu, maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi
dasar laut yang terdiri dari pasir keras (kerikil), adalah baik jika
warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sama
dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita
menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan
warp yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut;
bentuk warp pada saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi
merupakan suatu garis caternian. Pada setiap titik –titik pada warp
akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu sendiri, gaya
resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke samping
dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya
yang complicated ini ditularkan ke jaring (head rope and ground
rope), dan dari sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring.
Pada head rope bekerja gaya resistance dari bottom yang
berubah-ubah, gaya berat dari catch yang berubah-ubah semakin
membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang
diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang tidak

83
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar


(arus, angin, gelombang).
Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal,
bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth
tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-
ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun
bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya
haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan
lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak
naik ke atas (tidak mencapai dasar), warp terlalu panjang dengan
kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring
mengeruk lumpur. Daya tarik kapal (HP dari winch) diketahui
terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban
yang optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada
hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-
gaya yang complicated jika dihitung satu demi satu.
Hal Yang Mempengaruhi Kegagalan Tangkapan
Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan
operasi antara lain:
 Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga
hal lain maka jaring akan mengeruk lumpur
 Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal
 Jaring atau tali temali tergulung pada screw
 Warp putus
 Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam
pada lumpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan

84
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

 Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak


bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke
jaring
 Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke
dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.
 Dan lain sebagainnya.

DAFTAR PUSTAKA

85
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Anonymous,1976, Fisherman’s Manual, World Fishing, England.


__________,1975, FAO Catalogue of Smail Scale Fishing Gier,
FAO of UN.
Ayodyoa, A.U., 1972, Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
___________, 1975, Fishing Methods Diktat Kuliah Ilmu Tekhnik
Penangkapan Ikan, Bagian Penangkapan Fakultas
Perikanan IPB, Bogor.
___________, 1983, Metode Penangkapan Ikan. Cetakan
pertama. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Damanhuri, 1980, Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik
Penangkapan Ikan, Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya, Malang.
Dickson, 1959, The Use Of Danish Seine, Modern Fishing Gear Of
The World, Japan International Cooperation Agency,
Tokyo.
Fridman, !988, Perhitungan Dalam Merancang Alat Tangkap Ikan,
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.
Martosubroto, 1987, Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di
Indonesia, Direktorat Bina Sumberdaya Hayati, Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Muhammad, S. Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan Agus
Cahyono, 1997, Studi Pengembangan Paket Teknologi Alat
Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine) Dalam Rangka
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan

86
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004
Diktat Manajemen
Penangkapan Ikan

Lepas Pantai Utara Jawa Timur, Fakultas Perikanan


Universitas Brawijaya, Malang.
Nedelec W., 2000, Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan, Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.
Schmidt, Peter G.Jr., 1989, Fish Boats 2, Mc hills, London.
Subani, W., 1978, Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,
jilid I, LPPL, Jakarta.
Subani, W dan H.R. Barus, 1989, Alat Penangkapan Ikan dan
Udang Laut di Indonesia, Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Swandaru, 2000, Pengoperasian Alat Tangkap Purse seine dua
Kapal di Perairan Selat Bali. Laporan PKl, Fakultas
Perikanan Unibraw, Malang
The Gourack Ropework, Co., ltd., 1961. Deep Sea Trawling and
Wing Trawling.
Ward, george, ed., 1964. Stern trawling
Widodo, S., 2002, Identifikasi, Klasifikasi dan Inventarisasi Alat
Penangkapan dan Armada Perikanan di Kabupaten Jember,
Fakultas Perikanan Unibraw, Malang.
Www. Fao/Purseseine.Com
Www. Fisheries.Com
Www. Marine Aquarium.Com
Www. Pursenet.Com

87
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan
2004

You might also like