You are on page 1of 9

KINERJA LINK DENGAN SAMBUNGAN BAUT

PADA STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK


Muslinang Moestopo
Aulia Mirza

1. PENDAHULUAN

Perencanaan struktur bangunan mensyaratkan kekuatan, kekakuan dan stabilitas struktur dan komponen-
komponennya. Struktur bangunan tahan gempa mensyaratkan pula daktilitas dan kemampuan menyerap
dan memencarkan energi gempa yang ditunjukkan oleh kurva histeretik yang ‘gemuk’ dan stabil. Untuk
struktur rangka baja, selama ini dikenal tiga jenis konfigurasi yang umum digunakan, yaitu struktur rangka
pemikul momen (SRPM), struktur rangka berpengaku konsentrik (SRBK) dan struktur rangka berpengaku
eksentrik (SRBE). Masing-masing konfigurasi memiliki kelebihan masing-masing dalam fungsinya sebagai
struktur tahan gempa.

Dalam fase elastik ,dimana struktur belum mengalami kelelehan pada seluruh komponennnya saat memikul
kombinasi beban, termasuk beban gempa rencana, SRBK sangat ideal ,karena memiliki kekuatan dan
kekakuan elastik yang sangat tinggi diantara ketiga jenis rangka baja. Sementara itu, dalam hal perilaku
inelastik, dimana salah satu atau lebih komponen struktur telah mengalami kelelehan, SRPM lebih unggul,
dengan daktilitas dan penyerapan energi yang paling tinggi.

SRBK
SRBE

SRPM

Gambar 1 Kurva Beban-Perpindahan Sistem Rangka Baja

Kelebihan masing-masing rangka SRBK dan SRPM diakomodasi dengan munculnya SRBE. Sistem portal ini
diperkenalkan tahun 70-an yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Popov 3,4). SRBE memiliki
daktilitas yang lebih tinggi dibanding SRBK. Hal ini disebabkan adanya elemen link yang berfungsi sebagai
penyerap energi ketika struktur menerima beban lateral (gempa). Penyerapan energi ini diwujudkan dalam
bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut. Sementara itu,dengan adanya bresing, kekuatan dan kekakuan
elastik dari SRBE lebih tinggi dibanding SRPM.

Tujuan perencanaan, yang membatasi kelelehan hanya pada link saja, diterapkan melalui konsep
Perencanaan Berbasis Kapasitas atau Capacity-Based Design. Dengan pendekatan ini, ukuran link
disesuaikan untuk memikul beban lateral gempa yang ditentukan menurut aturan perencanaan 1). Sementara
itu, komponen struktur lainnya dari rangka yang ditinjau, direncanakan berdasarkan gaya dalam yang
diakibatkan link, yang telah leleh dan mengalami strain-hardening. Dengan perkataan lain, komponen struktur
lainnya direncanakan sesuai kapasitas dari link. Dengan membuat link menjadi kompoen terlemah dalam
sebuah SRBE, perencana dapat “memaksa” kelelehan daktail terjadi di elemen link, sementara menghindari
mekanisme kegagalan getas pada komponen struktur lainnya.

Kelelehan yang terjadi pada link idapat berupa kelelehan geser atau lentur yang cukup besar. Karena elemen
ini diijinkan mengalami deformasi yang cukup besar, maka sistem bresing direncanakan untuk tidak
mengalami kelelehan baik tarik maupun tekuk. Hal ini dimaksudkan agar kestabilan elemen link terjaga
dengan baik. Ciri khas sistem ini adalah sistem pengaku yang diletakkan diagonal, akan tetapi salah satu atau
kedua ujung batang pengaku terletak pada jarak tertentu dari pertemuan balok dan kolom.
Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 1
e
M V

V M

Gambar 2 Gaya-gaya pada elemen link

Link adalah elemen yang berperilaku sebagai balok pendek yang pada kedua sisinya bekerja gaya geser
dengan arah yang berlawanan serta momen yang diakibatkan oleh gaya geser tersebut. Karena gaya geser
yang bekerja berlawanan arah dan dengan asumsi tidak ada beban gravitasi, momen yang bekerja pada
ujung-ujung elemen link mempunyai besar dan arah yang sama (Gambar 2). Kedua gaya tersebut yang akan
mengakibatkan terjadinya plastifikasi pada elemen link.

Perilaku link sebagai penyerap energi gempa diperlihatkan dengan jelas dalam kajian sebelumnya yang
dilakukan penulis 5)., seperti terlihat pada Gambar 3. Dalam gambar terlihat bahwa kerusakan link terlihat
signifikan, sementara komponen lainnya pada struktur rangka baja berpengaku eksentrik, yaitu kolom,
pengaku, dan balok, tidak mengalami kerusakan.

Gambar 3 Kerusakan Link pada SRBE

Makalah ini memaparkan sebagian dari hasil penelitian lanjut yang dilakukan oleh penulis, yang mengkaji
perilaku link dengan sambungan baut pada struktur rangka baja berpengaku eksentrik, untuk memungkinkan
penggantian link setelah gempa besar terjadi. Secara khusus disampaikan hasil pengujian laboratorium yang
dilakukan terhadap spesimen link, yang meliputi kekuatan, kekakuan, dan disipasi energi yang diperlihatkan
oleh link dengan sambungan baut.

2. LINK DENGAN SAMBUNGAN BAUT

Setelah perilaku link terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kinerja struktur tahan gempa, maka upaya
berikutnya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomis dari struktur bangunan,
terutama yang berada dalam daerah rawan gempa.
Mengingat kerusakan pada struktur direncanakan hanya terjadi pada link, maka usaha perbaikan struktur
pasca gempa pun terfokus pada penggantian link yang telah ”rusak” atau leleh. Sambungan baut pada kedua
ujung link (Gambar 4 (b)) merupakan cara efektif dalam menekan biaya dan waktu perbaikan struktur pasca
gempa. Dengan adanya sambungan baut, link dapat dilepas dan dipasang dengan melepas dan memasang
baut pada ujung-ujung link. Hal ini akan lebih cepat dibanding dan mudah dibandingkan melakukan hal yang
sama pada link konvensional, dimana link menggunakan las sebagai sambungan di kedua ujungnya.

Untuk menjamin kemudahan dalam penggantian link, maka sambungan baut pada ujung-ujung link tidak
boleh mengalami kerusakan, baik pada plat ujung maupun pada baut. Oleh karena itu, perencanaan
sambungan baut harus mengakomodasi kuat ultimat link, termasuk akibat tegangan leleh sebenarnya (hasil
uji tarik kupon) yang mungkin lebih besar dari tegangan leleh nominal dan strain-hardening.

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 2


(a) (b)
Gambar 4 (a) Konfigurasi Struktur Rangka Berpengaku Eksentrik (b) Link

Baut-baut yang digunakan harus mampu memikul kombinasi gaya tarik dan geser yang timbul akibat gaya-
gaya yang bekerja pada ujung-ujung link. Gaya-gaya ujung link ini berupa gaya geser dan momen pada
kondisi ultimat, yaitu pada saat terjadi strain-hardening. Perencanaan sambungan baut berdasarkan Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), untuk baut yang memikul
gaya geser terfaktor ,Vu, dan gaya tarik terfaktor ,Tu, secara bersamaan harus memenuhi persyaratan:

Vu
fuv = < r1 φv fub m …..(*)
n Ab
Tu
φf Tn = φf Ab ft > …..(*)
n
ft < f1 – r2 fuv < f2 …..(*)

dimana: φ = faktor reduksi kekuatan untuk fraktur ( =0,75 )


fub = kuat tarik ultimat/putus baut (MPa)
Ab = luas penampang baut (mm2)
n = jumlah baut
m = jumlah bidang geser baut
ft = tegangan tarik yang diperbolehkan selama bekerjanya geser.

Untuk baut mutu tinggi (A-325) :


f1 = 807 MPa
f2 = 621 MPa
r1 = 0.4 dan r2 = 1.9 , untuk baut dengan ulir pada bidang geser
r1 = 0.5 dan r2 = 1.5 , untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

3. PROGRAM EKSPERIMENTAL

a. Spesimen

Sebagai langkah awal dari rangkaian penelitian mengenai perilaku link dengan sambungan baut, kajian
dilakukan tehadap spesimen link seperti terlihat pada Gambar 5. Untuk memberikan gaya-gaya yang bekerja
pada link, spesimen akan dipasang pada tumpuan dan akan dibebani pada salah satu ujungnya dengan
menggunakan aktuator. Kedua ujung link akan disambung dengan menggunakan sambungan baut-plat ujung
tipe flush.

Jumlah dan karakteristik tiap spesimen ditunjukkan pada Tabel 1. Penyambungan antara link yang berupa
profil IWF 200x100 dengan plat ujung dilakukan dengan menggunakan las penetrasi penuh, untuk menjamin
agar keruntuhan tidak terjadi pada las. Hal yang sama juga dilakukan untuk menyambung plat pengaku
dengan spesimen. Spesimen merupakan link yang direncanakan pada bangunan sederhana dua lantai,
dengan mengikuti ketentuan perencanaan berdasarkan SNI 7) dan AISC1). Perencanaan sambungan
menghasilkan sambungan dengan 6 buah baut A-325 berdiameter 20mm seperti terlihat pada Gambar 5.

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 3


(a) (b)

Gambar 5 Spesimen a) spesimen keseluruhan, b) sambungan tipe flush

Tabel 1 Data Spesimen


Baut
Tebal plat
Spesimen Profil Diameter
Jumlah (mm)
(mm)
M20 IWF 20 12 20
M22 200x100 22 12 20

Spesifikasi bahan didapat dari uji tarik kupon dari IWF 200x100 dan plat ujung.Pengujian dilakukan dengan
Universal Testing Machine (UTM) merk Dartec dengan kapasitas pembebanan 1500 kN. Hasil uji tarik kupon
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Spesifikasi Bahan


fy fu E εy
Sumber Bagian
(MPa) (MPa) (MPa) ( strain)
Sayap 368 525 213811 1876
Profil 200x100
Badan 440 560 203578 1865
Plat (20mm) Plat Ujung 340 465 204069 1801

b. Instrumentasi dan Setup


Setup dilakukan untuk memodelkan gaya-gaya yang bekerja pada link seperti laiknya pada struktur yang
sebenarnya. Pemodelan dalam setup spesimen disesuaikan dengan peralatan yang tersedia di Laboratorium
Kelompok Riset Struktur Bangunan, Pusat Rekayasa Industri – ITB (dahulu Laboratorium Mekanika Struktur,
Pusat Penelitian Antar Universitas, ITB). Set up pengujian terlihat pada Gambar 6.

(a) (b)

(c)
Gambar 6 (a) Set-up pengujian (b) Spesimen terpasang (c) Set-up di laboratorium

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 4


Pengujian dilakukan pada Loading Frame dengan kapasitas aktuator sebesar 1000 kN dan stroke maksimum
sebesar 200 mm. Karena pembebanan yang dilakukan adalah siklik, maka kapasitas stroke dibagi menjadi
masing-masing 100mm untuk tarik dan tekan. Data pengujian berupa data beban dan perpindahan, direkam
dengan menggunakan Data Logger TDS-302.

c. Pembebanan

Pembebanan quasi-statik siklik dilakukan dengan kontrol perpindahan (displacement control) dengan
menggunakan pola pembebanan yang disyaratkan oleh AISC1) . Uji kualifikasi sambungan link ini harus
dilakukan dengan mengendalikan sudut rotasi total, γtotal , yang dialami oleh link sesuai dengan besaran sudut
yang ditentukan dalam persyaratan tersebut. Dengan menggunakan hubungan : γtotal = δ / e, maka
pembebanan pada dilakukan dengan mengikuti pola dan besar perpindahan seperti terlihat pada Gambar 7.

60

40

20
δ (mm)

-20

-40

-60

Gambar 7 Pola Pembebanan Siklik Dengan Kontrol Perpindahan (δ)

4. ANALISIS HASIL

a . Kinerja Sambungan

AISC 1) , menetapkan beberapa persyaratan mengenai sambungan link sebagai berikut :

(1) Sambungan harus mampu melampaui sudut rotasi link maksimum berdasarkan panjang maksimum link.
(2) Kekuatan sambungan minimal sama dengan kuat geser nominal link, Vn.
(3) Tersedianya hasil pengujian siklik dengan pola pembebanan sesuai Appendix S, AISC1)

Perbandingan antara hasil pengujian kedua spesimen dengan persyaratan yang ditetapkan oleh AISC
dirangkum pada Tabel 3, yang memperlihatkan bahwa hasil pengujian dari kedua spesimen telah memenuhi
persyaratan.

Eksperimental
AISC
Besaran M20 M22
θmax (rad) 0.08 0.084 0.108
Vn (kN) 151.8 1) 254.2 2) 296.7 2)
Tabel 3 Perbandingan persyaratan AISC dengan hasil pengujian

keterangan : 1) Vn = Kuat Geser Nominal = 0.6 fy Aw


2) Kuat Geser Ultimat Spesimen

Gambar 8 memperlihatkan hubungan beban-perpindahan monotonik hasil pengujian. Dari gambar tersebut
dapat dilihat M22 memiliki kapasitas untuk memikul beban yang lebih tinggi dibanding M20. Hal ini
disebabkan ,pada kondisi leleh pertama, sambungan M22 memiliki kapasitas dalam memikul beban yang
lebih besar dibanding M20.

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 5


350

300

250

Beban (kN)
200

150

100
M22

50 M20

Vn
0
0 10 20 30 40 50 60
Perpindahan (m m )

Gambar 8 Deformasi Plat Ujung Spesimen

Ukuran penampang baut yang lebih besar memberikan nilai kekakuan tarik yang lebih tinggi pada baut. Hal
ini menghasilkan kekakuan sambungan M22 yang lebih tinggi dibandingkan sambungan M20, baik pada saat
link masih elastik maupun ketika link telah mencapai leleh.

300.00 300

200.00 200

100
100.00

B eb an (kN )
B e b a n (k N )

0
0.00 -60 -40 -20 0 20 40 60
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -100

-100.00
-200

-200.00 -300

-400
-300.00
Perpindahan (mm)
Peprindahan (mm)

(a) (b)
Gambar 9 Kurva Histeresis (a) M20 (b) M22

Hasil pengujian siklik menunjukkan M22 memiliki kurva histeresis yang lebih “gemuk” dibandingkan M20
(Gambar 9). Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi pinching pada kurva M20, yang
disebabkan oleh perpanjangan pada baut-baut pada baris atas dan bawah akibat momen yang bekerja pada
ujung-ujung link. Perpanjangan baut ini dipengaruhi oleh kekakuan tarik baut, yang merupakan fungsi luas
penampang baut itu sendiri .Walaupun memenuhi persyaratan untuk digunakan pada sambungan, namun
kekakuan tarik baut M20 lebih kecil dibanding M22.

90000
M20
80000
M22
70000 Poly. (M22)
Energi (kNmm)

60000 Poly. (M20)


50000

40000

30000

20000

10000

0
0 10 20 30 40 50 60
Perpindahan (mm)

Gambar 10 Penyerapan Energi Kumulatif

Kurva histeresis yang “gemuk” dan tidak adanya pinching menyebabkan penyerapan energi pada M22 lebih
tinggi dibanding M20. Ditinjau dari jumlah penyerapan energi kumulatif (Gambar 10), M22 menyerap 205%
lebih tinggi dibanding M20. Sebagian besar energi ini diserap ketika M22 mampu menempuh perpindahan 1
siklus penuh sejauh 54mm sebelum terjadi keruntuhan, sedangkan M20 runtuh setelah siklus ke 2 untuk
perpindahan 42mm. Perbandingan energi kumulatif pada akhir siklus ke 2 untuk 42mm, menunjukkan bahwa
M22 menyerap 60915 kNmm atau setara dengan 150% penyerapan energi kumulatif dari M20.

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 6


b . Perilaku Baut

Perilaku baut merupakan fokus dalam kajian ini. Ukuran baut yang digunakan pada spesimen M22 memiliki
luas penampang 21% lebih besar dibandingkan dengan pada spesimen M20. Dengan peningkatan luas
penampang baut, maka M22 memiliki kekakuan aksial tarik yang lebih tinggi juga, kurang lebih 21%. Hal
inilah yang menyebabkan kekakuan awal M22 lebih tinggi dan tidak terjadi slip sewaktu masih berada dalam
kondisi elastik. Kekakuan awal sambungan baut sangat dipengaruhi oleh kondisi pengencangan baut.
Pengencangan baut yang optimal, yaitu dengan gaya 70% dari kuat tarik nominal minimum baut ,fub, akan
menjamin kekakuan friksi yang tinggi antara kedua plat yaitu pelat-ujung dan dudukan, sehingga perpindahan
akibat pergeseran antar pelat, yang dikenal dengan slip, tidak terjadi.

Pelat ujung merupakan bagian dari sistem sambungan baut yang sejak awal direncanakan tidak mengalami
kelelehan. Namun pengamatan pasca-pengujian menunjukkan bahwa pelat telah leleh (Gambar 12), yaitu
memiliki deformasi permanen. Pada perencanaan-nya, daerah ujung (atas dan bawah) pelat berfungsi untuk
memikul momen akibat gaya tarik yang disalurkan oleh pelat sayap spesimen (P) pada Gambar 11.

Apabila beban P terus bertambah akibat meningkatnya gaya lateral pada struktur, maka pada pelat terjadi
kelelehan berupa sendi plastis sejarak d dari titik pusat sayap. Sendi plastis ini terjadi akibat kapasitas
momen pada penampang pelat telah terlampaui oleh momen pelat sebesar harga beban P dikalikan dengan
lengan momen d. Sendi plastis ini terletak antara pelat sayap dengan baut, dengan jarak kurang dari 40mm,
yaitu jarak antara sisi luar pelat sayap dengan tepi lubang baut terluar. Sementara itu, baut masih dalam
kondisi elastik.

Gambar 11 Mekanisme Deformasi Plat Ujung :(A) sebelum pembebanan ,(B) sebelum adanya perpanjangan baut,
(C) Setelah perpanjangan baut

Pembebanan yang lebih besar menyebabkan baut mengalami perpanjangan tarik yang berlebih akibat
momen (Gambar 11 (C)). Kondisi ini menyebabkan besarnya lengan momen yang bekerja pada penampang
pelat ujung bertambah menjadi d’ dan letak sendi plastis di pelat bergeser menjauhi pelat sayap, kurang lebih
sejarak 40mm + ½ diameter luar mur. Pada kondisi ini, gaya tarik P pada pelat sayap tidak dapat serta merta
meningkat, mengingat harga P d’ dibatasi oleh kapasitas momen pelat. Dengan demikian, spesimen M20
mengalami perpanjangan baut yang lebih besar, yang mengakibakan sendi plastis pada pelat bergeser
menjauhi pelat sayap, dan berakibat pada harga momen link yang lebih cepat turun daripada pada spesimen
M22. Hal ini menjelaskan gejala pinching pada kurva spesimen M20.

Gambar 12 Deformasi Pelat Ujung Spesimen

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 7


5. KESIMPULAN

Beberapa hal penting dapat disampaikan sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam makalah ini:
a. Paramater diameter baut sangat berpengaruh pada kinerja link struktur baja berpengaku eksentrik,
baik dalam hal kekuatan, kekakuan, maupun disipasi energi.
b. Kekakuan tarik dari baut berdiameter lebih besar akan dapat mempertahankan besarnya momen
pada link, dengan cara mencegah bergesernya letak sendi plastis pada pelat sambung menjauhi
pelat sayap link.
c. Penggunaan baut dengan diameter lebih besar dari yang direncanakan, memberikan tambahan
kekakuan, kekuatan, dan disipasi energi yang signifikan.
d. Kajian mengenai kinerja link dengan sambungan baut pada struktur rangka baja berpengaku
eksentrik yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang mendukung penggunaan link yang dapat
diganti, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis struktur rangka baja tahan
gempa.

Daftar Pustaka

1. American Institute of Steel Construction, Seismic Provisions for Structural Steel Buildings, Chicago,
2005.
2. Bruneau M, Uang C.M. , Whittaker A. 1998. Ductile Design of Steel Structures, McGraw-Hill.
3. Engelhardt, M.D., and Popov, E.P. 1989. “Behaviour of Long Links in Eccentrically Braced Frames”.
Report No. UCB/EERC-89/01. Berkeley: Earthquake Engineering Research Centre. University of
California.
4. Kasai K., and Popov, E.P. 1986,”General Behaviour of WF Steel Shear Link Beams”. Journal of the
Structural Division. Vol.112, No 2: 362-382. February.ASCE.
5. Moestopo.M, 2003, On Improved Performance of Steel Braced Frames, AUN-Seed Net Report INA-106,
Bandung.
6. Moestopo.M and Khairulah, 2003, On Improved Performance of Eccentrically Braced Frames, 9th East
Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction, December, Bali.
7. Mirza, A. 2006. “Kinerja Disposable Link Pada Struktur Rangka Berpengaku Eksentrik Dibawah Beban
Siklik” ,Tesis Magister, Program Studi Teknik Sipil ITB , Bandung.
8. SNI 03-1729-2002,Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung,2002.
9. SNI 03-1726-2002,Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung,2002.
10. Stratan, A. and Dubina, D. “Bolted Links For Eccentrically Braced Steel Frames ”. The Polytechnica of
Timisoara. Romania,2002

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 8


KINERJA LINK DENGAN SAMBUNGAN BAUT
PADA STRUKTUR RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK
Muslinang Moestopo*)
Aulia Mirza**)

Abstrak

Kajian mengenai kinerja link dengan sambungan baut dipaparkan dalam makalah ini sebagai bagian dari
penelitian mengenai penggunaan link yang dapat diganti pada struktur baja berpengaku eksentrik, yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis struktur rangka baja tahan gempa.

Dua buah spesimen link dari sebuah bangunan struktur baja dua lantai direncanakan sesuai dengan
ketentuan SNI 03-1729-02 dan Seismic Provisions for Steel Structural Buildings (AISC, 2005). Link
direncanakan menggunakan sambungan baut, masing-masing dengan baut A-325 berdiameter 20 dan 22
mm. Pengujian laboratorium dilakukan dengan pembebanan siklik menggunakan kontrol perpindahan, dan
sesuai dengan ketentuan dalam Seismic Provisions for Steel Structural Buildings (AISC, 2005).

Hasil kajian menunjukkan kedua spesimen memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Penggunaan baut dengan
diameter yang lebih besar memungkinkan pelat sayap link tetap dapat memikul gaya tarik akibat momen
dengan lebih stabil, dibandingkan dengan spesimen dengan baut berdiameter lebih kecil. Kekakuan baut
dengan luas penampang lebih besar menambah kekakuan tarik baut, dan mencegah bergesernya letak sendi
plastis pada pelat sambungan menjauhi pelat sayap. Dengan demikian, pembebanan siklik pada link akan
menghasilkan kurva histeresis yang ’gemuk’ dan stabil, yang menunjukkan kekuatan, kekakuan, dan disipasi
energi yang lebih baik.
*

*) Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Peneliti Kelompok Riset Struktur Bangunan, Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung
**) Lulusan Program Magister Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung

Seminar HAKI 2006,Jakarta Agustus 2006 9

You might also like