Professional Documents
Culture Documents
Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling penting kondisi
badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua. Sikap yang baik, menyadari kemampuan
diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk menelusuri gua, jika kondisi atau kemampuan tidak
memungkinkan.
Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah “konservasi”.
Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun dan jangan bunuh apapun. Setiap buangan
yang ditinggalkan akan merusak lingkungan biologis gua yang sangat rapuh, misalnya sampah
karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua dan buang ke tempat pembuangan sampah.
Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh penelusur adalah tindakan tercela, karena untuk
merusakkan benda-benda dalam gua misalnya stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik
saja, sedangkan proses pembentukan benda-benda tersebut membutuhkan waktu ribuan bahkan
jutaan tahun.
Jika prinsip-prinsip di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka semboyan: take
nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time, terasa semakin berarti.
VI. PEMETAAN
Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan pemetaan
dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat petualangan. Meskipun
sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti penelitian Biologi,
Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya
pemetaan menduduki posisi yang paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak
melakukan penelitian Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang
wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’.
Begitu penting pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang
menyatakan bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata”.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau pendokumentasian. Dalam
hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik gua, misalnya bentuk atau denah
lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur,
sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua tersebut,
sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia akan mengetahui
denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia
sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi
penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau
mengeksplorasi suatu gua.
VI.1. Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang membaca peta
tersebut dengan mudah.
Sehingga sebuah peta gua harus Informatif, dan Komunikatif.
Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan disini, dalam hal ini
data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta
yang dibuat untuk kepentingan penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif
apabila dalam hasil akhirnya tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan
susunan yang jelas dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama.
Peta sebuah gua minimal menerangkan tentang;
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong, dan
kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang terdapat
di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun digambarkan
potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan administratifnya,
surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini termasuk penting mengingat
perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena lebih mudah
untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
7. Arah Utara Peta
8. Legenda, atau keterangan simbol.
Apabila sudah terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya sudah mampu
memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya.
Sebuah peta gua tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia ada beberapa
penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada kesepakatan federasi masing-masing.
Saat ini, yang lazim digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di Eropa, yang
memakai skala 1 sampai 6. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di tahap pendalaman.
Untuk mendapatkan informasi yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa prosedur
pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas prosedur-prosedur ini akan tampak merepotkan ketika
mengeksplorasi sebuah gua, namun sebenarnya kerepotan tersebut akan terbalas dengan hasil yang
nantinya kita dapatkan.