You are on page 1of 11

Kimia Dasar 

BAB I

STOIKIOMETRI

I.1. Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia

D alam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk


membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa


dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.

Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak
terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan
bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan bahwa energi dan massa
saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi
energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan,
termodinamika, dan kinetika.

Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi massa. Hukum


perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia murni tersusun dari
unsur-unsur dengan formula tertentu kita sekarang mengetahui bahwa susunan struktural
unsur-unsur ini juga penting.

Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-zat kimia tersebut
akan ada dalam proporsi yang berbentuk bilangan bulat kecil (misalnya 1:2; O:H dalam air
= H2O); walaupun dalam banyak sistem (terutama biomakromolekul dan mineral) rasio ini
cenderung membutuhkan angka besar, dan sering diberikan dalam bentuk pecahan.
Senyawa seperti ini dikenal sebagai senyawa non-stoikhiometrik.

Hukum kimia modern lain menentukan hubungan antara energi dan transformasi.
a. Dalam kesetimbangan, molekul yang ditemukan dalam campuran ditentukan oleh
transformasi yang mungkin terjadi dalam skala waktu kesetimbangan, dan memiliki
suatu rasio yang ditentukan oleh energi intrinsik molekul. Semakin kecil energi
intrinsik, semakin banyak molekul.

1
Bab I. Stoikiometri 

b. Mengubah satu struktur menjadi struktur lain membutuhkan asupan energi untuk
melampaui hambatan energi; hal ini dapat timbul karena energi intrinsik molekul
itu sendiri, atau dari sumber luar yang secara umum akan mempercepat perubahan.
Semakin besar hambatan energi, semakin lambat proses berlangsungnya
transformasi.
c. Ada struktur antara atau transisi hipotetik, yang berhubungan dengan struktur di
puncak hambatan energi. Postulat Hammond-Leffer menyatakan bahwa struktur ini
menyerupai produk atau bahan asal yang memiliki energi intrinsik yang terdekat
dengan hambatan energi. Dengan menstabilkan struktur antara hipotetik ini melalui
interaksi kimiawi adalah salah satu cara untuk mencapai katalisis.
d. Semua proses kimia adalah terbalikkan (reversible) (hukum keterbalikkan
mikroskopis) walaupun beberapa proses memiliki bias energi, mereka pada
dasarnya takterbalikkan (irreversible).

Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:


1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
3. Hukum Perbandingan Tetap (Proust – 1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle – Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)

I.1.1. Hukum Boyle (1662)

Robert Boyle (25 Januari 1627 - 30 Desember 1691) adalah ahli fisika Inggris, pengarang,
Bapak Ilmu Kimia, penemu hukum Boyle, penemu pompa hampa udara, penemu konsep
atom, orang pertama di dunia yang membedakan unsur dari senyawa, asam dari alkali,
orang pertama di dunia yang menemukan pentingnya udara bagi pernafasan, pembakaran,
dan kehidupan, orang pertama di dunia yang menemukan bahwa suara tak dapat merambat
di dalam tabung hampa. Boyle menekankan pentingnya eksperimen yang cermat bagi
perkembangan ilmu. Ia membuat eksperimen dengan luas tentang proses pemanasan
logam. Ia menemukan gejala penguapan dan pembekuan.

Masa Belajar. Boyle lahir di Puri Limore di Propinsi Munster, Irlandia, pada tanggal 25
Januari 1627. Karena lahir di Irlandia, ia sering di sebut ahli fisika dan kimia Irlandia. Ia
tidak tamat SD dan tidak pernah kawin. Ia meninggal di London pada tanggal 30
Desember 1691 pada umur 64 tahun. Ia berasal dari keluarga besar dan berpengaruh. Anak
ayahnya ada 15 orang dan ia anak yang ke 7. Ayahnya mendapat gelar bangsawan, ialah
Earl of Cork. Boyle anak yang sangat cerdas dan sangat rajin sekali belajar. Segera setelah
ia dapat membaca ia lalu belajar bahasa Latin dan Prancis.

2
Kimia Dasar 

Pada umur 8 tahun ia bersekolah di SD Eton, sebuah sekolah yang terkenal dan sebagian
muridnya terdiri dari anak-anak orang kaya.Tapi rupanya boyle terlalu pandai bila
bersekolah dengan anak-anak seusianya. Ia bosan di sekolah tersebut. Maka ia terpaksa
keluar dan belajar sendiri di rumah dengan bimbingan seorang guru. Kemudian ia
mengadakan perjalanan keliling Eropa, antara lain ke Prancis, Swiss, dan Itali. Di Prancis
ia membaca karya-karya Descarter. Di Itali ia membaca karya-karya Galileo. Waktu itu
Galileo masih hidup meskipun sudah tua.

Galileo meninggal pada tahun 1642 ketika boyle berumur 15 tahun. Tapi tulisan-tulisan
Galileo membakar semangat Boyle hingga seluruh hidupnya ia curahkan untuk
perkembangan ilmu dan agama. Ketika di Geneva, Swiss ia sangat terkesan oleh kilat dan
halilintar yang sangat hebat, hingga sejak itu ia kagum akan besarnya kekuasaan Tuhan.

Di Inggris ia tinggal bersama Katherine, kakak perempuanya yang sekarang sudah menjadi
nyonya Ranelagh. Katherine memperkenalkan Boyle kepada orang-orang penting, antara
lain kepada Samuel Hartlih, pembaru pendidikan dan pertanian Hartlib meyakinkan boyle
bahwa system pendidikan pada waktu itu salah, lebih-lebih di universitas-universitas di
Inggris masih membebek ajaran Aristoteles yang tidak selalu benar. Hartlib mendorong
Boyle supaya mencari kebenaran ilmiah lewat eksperimen, bukan hanya dengan teori saja.
Untunglah Boyle tidak pernah duduk di universitas. Dengan demikian,ia terselamatkan dari
sistem pendidikan yang kurang menguntungkan.

Pompa Hampa Udara. Karena gangguan perang saudara, pada tahun 1654 Boyle pindah ke
Oxford. Disini ia mendirikan laboratorium sederhana Ia mulai mengadakan eksperimen
dengan sungguh-sungguh. Pada tahun 1657 Boyle mendengar penemuan dan eksperimen
Guericke, ahli fisika Jerman. Guericke menemukan pompa hampa udara pada tahun 1650.
Guericke menemukan bahwa cahaya dapat menerobos tabung hampa udara tapi bunyi
tidak. Boyle segera meminta bantuan Robert Hooke untuk membuat pompa hampa
udara.Boyle dan Hooke adalah orang yang menemukan pompa hampa udara yang pertama
di Inggris. Boyle mengadakan eksperimen seperti Guericke. Ia juga menemukan bahwa
bunyi tidak dapat menerobos tabung udara Tapi eksperimen Boyle tidak berhenti hanya
sampai disini.

Hukum Boyle 1622. Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat
berkembang bila dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal
sebagai hukum Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding
terbalik dengan tekananya”

Ahli kimia pertama. Dalam sejarah ilmu kimia terdapat beberapa tahap, antara lain tahap
alkemi, tahap ilmu kimia. dan tahap ilmu kimia modern Boyle adalah bapak ilmu kimia,
sedangkan Lavoisier adalah bapak ilmu kimia modern. Mengapa Boyle disebut bapak ilmu
kimia? Karena ia mengadakan eksperimen secara ilmiah. Karena ia menemukan konsep
atom. Karena ia dapat membedakan unsur senyawa dan campuran. Ia dapat membedakan

3
Bab I. Stoikiometri 

asam, basa dan alkali. Para ahli sebelumnya tidak dapat. Misalnya Aristoteles, ahli filsafat
Yunani yang terbesar, mengira air, tanah, api, dan udara, adalah unsur.

Kira-kira pada tahun 400 SM, Demokritos, ahli filsafat Yunani, mengutarakan bahwa
semua benda terdiri dari atom. Tapi selama hampir 2000 tahun pendapat itu dilupakan
orang, karena para ahli lebih suka mengikuti ajaran Aristoteles yang teryata keliru Menurut
Aristoteles semua benda terdiri dari air, tanah, udara, dan api. Paracelcus, ahli fisika Swiss
berpendapat bahwa semua benda terdiri dari merkuri, belerang dan garam. Van Helmont,
ahli kimia Belgia mengira bahwa semua benda terdiri dari udara dan air.

Pada tahun 1661 Boyle menghidupkan kembali ajaran Demokritos. Ia mengungkapkan


dalam bukunya yang berjudul The Sceptical Chymist (Ahli Kimia Yang Sangsi). Dalam
bukunya itu Boyle menyerang ajaran Aristoteles dan Paracelsus. Ia mencela Aristoteles
yang memandang benda dari segi forma dan kualitas. Boyle menyatakan bahwa semua
benda terdiri dari atom, Adanya zat yang beraneka ragam disebabkan karena jumlah atom,
kedudukan atom, gerak atom, dan susunan atom. Karena jasa Boyle, ilmu fisika dan kimia
diluruskan ke jalur yang benar.
P1.V1 = P2.V2
Contoh : 1 mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm
1 mol gas H2 dengan volume 30 liter. Pada temperatur yang sama
dengan gas CO2, berapa tekanannya?
Jawab : Diketahui : P1 = 1,5 atm
V1 = 10 liter
V2 = 30 liter
Ditanya : P2?
Jawab : P1.V1 = P2.V2
1,5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm

I.1.2. Hukum Lavoiser (1783)

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah
suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum
digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu
sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antonie Lavoisier pada tahun 1789. Oleh
karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail

4
Kimia Dasar 

Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah membuktikannya
dalam eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya
buoyan atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa
menjadi kunci penting dalam merubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan
memahami bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan
studi kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses
dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia, teknik
kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan
massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu
sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi,
dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika
suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa
dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa
dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam
hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa
dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”
Contoh:
39 gram Kalium direaksikan dengan 36,5 gram HCl.
Berapakah zat hasil reaksi?
Bila BA K = 39; BA Cl = 35,5; BA H = 1
Jawab: 2 K + 2 HCl 2 KCl + H2
mol Kalium = 39 / 39
= 1 mol

I.1.3. Hukum Proust (1799)

Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama. Dengan
kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. Bersama dengan hukum
perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap adalah hukum dasar
stoikiometri.
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.”

Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust, setelah serangkaian
eksperimen di tahun 1797 dan 1804. Hal ini telah sering diamati sejak lama sebelum itu,

5
Bab I. Stoikiometri 

namun Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari hukum ini dan mengemukakannya
Pada saat Proust mengemukakan hukum ini, konsep yang jelas mengenai senyawa kimia
belum ada (misalnya bahwa air adalah H2O dsb.). Hukum ini memberikan kontribusi pada
konsep mengenai bagaimana unsur-unsur membentuk senyawa. Pada 1803 John Dalton
mengemukakan sebuah teori atom, yang berdasarkan pada hukum perbandingan tetap dan
hukum perbandingan berganda, yang menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur
membentuk senyawa.
Contoh : Berapakah Ca: O dalam senyawa CaO?
Jawab : Ca : O = BA Ca : BA O
= 40 : 16
=5:2

I.1.4. Hukum Gay Lussac (1802)

Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada hubungan antara
volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi topik pembicaraan di
kota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre César Charles (1746-1823), seorang
navigator balon yang terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap,
volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan
hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang
kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus
(Gambar 6.2). Karena alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac.
Baik hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak
terjadi pengembunan.

Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles. Dengan


mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol pada
temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol sekitar -273°C
(nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada
tekanan tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas
1 dan 2 terhadap temperatur akan berpotongan di V = 0.

Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) mengusulkan pada


temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa gerakan dan
dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan dengan volumenya
pada temperatur kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur
Kelvin, yang didefinisikan dengan persamaan berikut.
273,2 + °C = K
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur absolut, dan 0 oK disebut dengan
titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum Charles dapat
diungkapkan dengan persamaan sederhana

6
Kimia Dasar 

V = bT (K)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.

Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut pandang ini, nol
absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan molekular gas akan
berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan percobaan. Temperatur terendah yang
pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.

Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan yang
sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum Avogadro). Hal ini sama
dengan menyatakan bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan
volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah
molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa
atom gas, dengan mudah didapat.
“Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya
berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai
bilangan bulat dan sederhana.”
Contoh : Berat 1 liter suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P dan T yang
sama beratnya 7,5 gram.
Berapa berat molekul tersebut?
Jawab : V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
V1 xn2
n1 =
V2
1x0,25
2 /x =
10
20
X= = 80
0,25

I.1.5. Hukum Boyle – Gay Lussac (1802)

"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari
volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan".
Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
Contoh : 1 mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15 liter pada
temperatur 27oC. Berapakah volume gas pada tekanan 3 atm
dengan temperatur 30oC?
Penyelesaian :
Diketahui : V1 = 15 liter T1 = (273 + 27) = 300oK

7
Bab I. Stoikiometri 

P1 = 2 atm T2 = (273 + 30) = 303oK


P2 = 3 atm
Ditanya : V2 = ?

Jawab : P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2


2 x 15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 = 10,1 liter

I.1.6. Hukum Dalton (1803)

Berdasarkan teori atom Dalton, kita dapat mendefinisikan atom sebagai unit terkecil dari
suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia. Dalton membayangkan suatu
atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Tetapi, serangkaian penyelidikan yang
dimulai pada tahun 1850-an dan dilanjutkan pada abad IXX (kesembilan belas) secara jelas
menunjukkan bahwa atom sesungguhnya memiliki struktur internal: yaitu atom tersusun
atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi, yang disebut partikel subatom. Penelitian
tersebut mengarah pada penemuan tiga partikel subatom-elektron, proton, dan neutron.
“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan
massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang
tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”
Contoh: MnO : Mn2O7 (Mr Mn = 55, O = 16)
Berat O = 8 gram
55
Mn = x8 = 6,19 gram (dalam MnO)
55 + 16
55
Mn = x8 = 5,05 gram (dalam MnO2)
55 + 32
2 x55
Mn = = 3,96 gram (dalam Mn2O7)
(16 x7) + (2 x55)

I.1.7. Hukum Avogadro (1811)

Adalah hukum gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro,
yang pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:

“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
memiliki jumlah partikel yang sama pula.”

8
Kimia Dasar 

Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama.
Pada keadaan STP (0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter
Contoh: Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan
tekanan tetap, di mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram
(Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 54 = 0,5 mol
Mol O2 = 40 / 32 = 1,25 mol
1 mol C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter
2

I.1.8. Hukum Gas Ideal (1834)

Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahas hubungan antara
volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori
kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama
tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik gas
bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada
strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik
kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.

Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.


1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi,
volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak
hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan
memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan
memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat
pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.

9
Bab I. Stoikiometri 

Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.

Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah
Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan untuk
mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad XVII
oleh Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati
bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume
gas, yang terjebak dalam tabung gelas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan
berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.

Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan
banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan hubungan antara
volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas


Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)

Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P (6.4)
atau
PV = nRT (6.5)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal
atau lebih sederhana persamaan gas ideal.

Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta
fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam
sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih
sering digunakan.
PV = n.R.T

Keterangan: V = Volume
P = Tekanan

10
Kimia Dasar 

n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur
Contoh:
Hitung volume 1 mol gas pada keadaan standar
(0oC pada tekanan 1 atm = 273oK).
Jawab : PV = n. RT
1 x V = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4

11

You might also like