Professional Documents
Culture Documents
UNTUK DINAS
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
2004
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi i
Daftar Lampiran iv
Kata Pengantar viii
1. Pendahuluan ix
2. Informasi Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan 1
A. Kewajiban Memiliki NPWP/NPPKP 1
B. Kewajiban Setelah Memperoleh NPWP 4
C. SPT Tahunan PPh 6
D. Penetapan dan Ketetapan Pajak 8
E. Utang Pajak 10
F. Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan dan Pencatatan. 11
G. Keberatan dan Banding 14
H. Imbalan Bunga 16
I. Pengurangan, Penghapusan dan Pembatalan 17
J. Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan 17
Pajak Penghasilan 19
A. Subjek Pajak 19
B. Objek Pajak 22
C. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak 26
D. Penilaian Harta dan Persediaan Barang 30
E. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan 31
F. Penyusutan dan Amortisasi 31
G. Norma Penghitungan Penghasilan Kena Pajak 34
H. Tarif Umum Pajak 36
I. Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan 36
J. Kredit Pajak Luar Negeri ( PPh Pasal 24 ) 41
K. Pembayaran Sendiri Angsuran Bulanan Dalam Tahun Berjalan
( PPh Pasal 25 ) 42
L. Perhitungan Pajak Penghasilan Pada Akhir Tahun Bagi Wajib
Pajak Dalam Negeri dan BUT 43
M. Penghasilan Tertentu Yang Dikenakan Pajak Tersendiri ( Pasal
4 Ayat 2 ) 44
i
N. Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Subjek PajakLuar Negeri
Non-BUT ( PPh Pasal 26 ) 45
O. Ketentuan Khusus Anti Penghindaran Pajak ( Anti Avoidance
Rules ) 46
ii
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 103
A. Subjek Pajak 103
B. Objek Pajak 103
C. Tarif Pajak 106
D. Dasar Pengenaan dan Cara Penghitungan Pajak 106
E. Saat, dan Tempat Pajak Terutang 107
F. Pembayaran, Penetapan, dan Penagihan 108
G. Keberatan, Banding, dan Pengurangan 110
H. Pengembalian Kelebihan Pembayaran 113
I. Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB 114
J. Ketentuan Bagi Pejabat 115
Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan 116
A. Pemeriksaan 116
B. Penyidikan 122
C. Penagihan 125
Lain-lain 134
Sekretariat 139
A. Kepegawaian 139
B. Lain - lain 151
iii
Daftar Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Penerimaan Perpajakan 153
Lampiran 2 Grafik Penerimaan Pajak Beberapa Periode Tahun
1994 s.d. 2003 154
Lampiran 3 Penerimaan Pajak Dan PDRB Th 2002 Kanwil I (DJP
Sumatera Bagian Utara) 155
Lampiran 4 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil I DJP Th
2002 156
Lampiran 5 Kanwil II (DJP Sumatera Bagian Tengah) 157
Lampiran 6 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil II DJP Th
2002 158
Lampiran 7 Kanwil III (DJP Sumatera Bagian Selatan) 159
Lampiran 8 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil III DJP Th
2002 160
Lampiran 9 Kanwil IV+V+VI (DJP Jakarta Raya I+II+III) 161
Lampiran 10 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil IV+V+VI
DJP Th 2002 162
Lampiran 11 Penerimaan Pajak Dan Peredaran Usaha Tahun 2002
Kanwil VII (DJP Jakarta Jaya Khusus) 163
Lampiran 12 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil VII DJP
Th 2002 164
Lampiran 13 Kanwil VIII+IX (DJP Jawa Bagian Barat I+II) 165
Lampiran 14 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil VIII+IX
DJP Th 2002 166
Lampiran 15 Kanwil X (DJP Jawa Tengah dan DIY) 167
Lampiran 16 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil X DJP Th
2002 168
Lampiran 17 Kanwil XI+XII (DJP Jawa Bagian Timur I+II 169
Lampiran 18 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XI+XII
DJP Th 2002 170
Lampiran 19 Kanwil XIII (DJP Kalimantan Barat+Kalimantan
Tengah) 171
Lampiran 20 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XIII DJP
Th 2002 172
Lampiran 21 Kanwil XIV (DJP Kalimantan Timur+Kalimantan
iv
Selatan) 173
Lampiran 22 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XIV DJP
Th 2002 174
Lampiran 23 Kanwil XV (DJP Sulawesi Selatan+Sulawesi
Tenggara) 175
Lampiran 24 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XV DJP
Th 2002 176
Lampiran 25 Kanwil XVI (DJP Sulawesi Utara+Sulawesi Tengah) 177
Lampiran 26 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XVI DJP
Th 2002 178
Lampiran 27 Kanwil XVII (DJP Bali+NTB+NTT) 179
Lampiran 28 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XVII DJP
Th 2002 180
Lampiran 29 Kanwil XVIII (DJP Maluku+Papua) 181
Lampiran 30 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XVIII
DJP Th 2002 182
Lampiran 31 Penerimaan Pajak dan Peredaran Usaha Th 2002
Kanwil XIX DJP Wajib Pajak Besar 183
Lampiran 32 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Kanwil XIX DJP
Tahun 2002 184
Lampiran 33 Penerimaan Pajak dan PDRB Tahun 2002 Nasional 185
Lampiran 34 Grafik Penerimaan Pajak Per KLU Nasional Tahun
2002 186
Lampiran 35 Perbandingan Penerimaan Pajak dan PDRB Nasional
Tahun 2002 187
Lampiran 36 SPT Orang Pribadi Tahun 2002 188
Lampiran 37 SPT PPh Badan Tahun 2002 189
Lampiran 38 Data Keberatan PPh (Tahun 2002 – 2003) 190
Lampiran 39 Grafik Data Keberatan PPh Tahun 2002 191
Lampiran 40 Grafik Data Keberatan PPh Tahun 2003 192
Lampiran 41 Data Keberatan PPN/PPnBM dan PTLL (Tahun 2002
– 2003) 193
Lampiran 42 Grafik Data Keberatan PPN/PPnBM dan PTLL
Tahun 2002 194
Lampiran 43 Grafik Data Keberatan PPn/PPnBM dan PTLL Tahun
2003 195
Lampiran 44 Data Keberatan PBB (Tahun 2002 – 2003) 196
Lampiran 45 Grafik Data Keberatan PBB Tahun 2002 197
v
Lampiran 46 Grafik Data Keberatan PBB Tahun 2003 198
Lampiran 47 Data Keberatan BPHTB (Tahun 2002 – 2003) 199
Lampiran 48 Grafik Data Keberatan BPHTB Tahun 2002 200
Lampiran 49 Grafik Data Keberatan BPHTB tahun 2003 201
Lampiran 50 Data Usulan Pencekalan (Tahun 2002 – 2003) 202
Lampiran 51 Grafik Data Usulan Pencekalan (Tahun 2002 – 2003) 203
Lampiran 52 Data Tunggakan Wajib Pajak (Tahun 2002 – 2003) 204
Lampiran 53 Grafik Data Tunggakan Pajak (Tahun 2002 – 2003) 205
Lampiran 54 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Nasional 10 Tahun
Terakhir 206
Lampiran 55 Grafik Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Nasional 10
tahun Terakhir 207
Lampiran 56 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (Tahun 2002) 208
Lampiran 57 Jumlah Instansi Vertikal, Jumlah SDM Berdasarkan
Eselon, Jumlah SDM Berdasarkan Pendidikan 209
Lampiran 58 Grafik Jumlah Instansi Vertikal 210
Lampiran 59 Grafik Jumlah SDM Berdasarkan Eselon 211
Lampiran 60 Grafik Jumlah SDM Berdasarkan Pendidikan 212
Lampiran 61 Rekapitulasi Penjatuhan Hukuman Disiplin Tahun
2003 Periode Januari s.d. Desember 2003 213
Lampiran 62 Grafik Rekapitulasi Penjatuhan Hukuman Disiplin
Tahun 2003 215
vi
KATA PENGANTAR
vii
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam menjalankan kegiatan organisasinya, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) menetapkan Visi dan Misi untuk memberikan arah bagi
perjalanan organisasi. Dengan Visi :‘Menjadi Model Pelayanan
Masyarakat Yang Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan
Kelas Dunia, Yang Dipercaya dan Dibanggak an Masyarakat’ merupakan
transformasi gambaran menantang tentang keadaan masa depan
organisasi DJP yang Ditjen Pajak ingin menjadi realitas melalui
komitmen dan tindakan oleh segenap jajaran DJP.
Untuk mendukung visi sebagaimana diuraikan di atas, unit
operasional di tingkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) harus mampu
memberikan upaya pelayanan prima kepada stakeholders yang terdiri dari
masyarakat Wajib Pajak pada umumnya, dan instansi pemerintah lain
yang terkait dengan kegiatan perpajakan pada khususnya. Dengan
pelayanan prima dimaksudkan sebagai pelayanan aparat perpajakan yang
mampu memberikan kepastian hukum, keadilan dan transparansi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Kemampuan memberikan pelayanan prima akan mendorong
kesadaran masyarakat bahwa pajak memegang peranan penting. Pajak
sebagai andalan utama kemandirian dalam pembiayaan pembangunan
akan semakin disadari sebagai hal yang perlu untuk didukung
keberhasilannya. Dengan kesadaran tersebut diharapkan masyarakat akan
memberikan dukungan terhadap kinerja organisasi DJP, yang pada
akhirnya akan mampu meningkatkan pola kerja aparat perpajakan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Salah satu upaya peningkatan kemampuan memberikan
pelayanan prima adalah dengan memberikan dukungan bagi pejabat pajak
dalam keseragaman dalam menjawab pertanyaan dari masyarakat dan
instansi pemerintah lain yang terkait dengan bidang perpajakan.
Kecepatan dan keseragaman menjawab pertanyaan akan memberikan
persepsi bahwa pejabat pajak mampu dan menguasai permasalahan
viii
dengan baik. Oleh karena itu dalam penyusunan Buku Informasi
Perpajakan ini diupayakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dirangkum
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul dari masyarakat.
Jawaban dari pertanyaan tersebut juga didasarkan pada peraturan dan
ketentuan yang ada. Meskipun disajikan dalam bentuk ringkasan, buku ini
diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang
disampaikan masyarakat.
Sistematika
Buku Informasi Perpajakan ini dibuat dengan merangkum
berbagai jenis pertanyaan yang disampaikan masyarakat. Dalam
penyusunannya, materi Informasi Perpajakan dibagi dalam 2 bagian besar
yaitu yang menyangkut Ketentuan Perpajakan dan yang mengenai
Administrasi Umum.
Dalam bagian ketentuan perpajakan pertanyaan dan jawaban yang
dirangkum dibagi dalam bagian-bagian yang membahas secara berturut-
turut:
1. Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
2. Pajak Penghasilan
3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
4. Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
5. Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan
6. Lain-lain
Sedangkan dalam bagian Adminstrasi Umum pertanyaan dan jawaban
yang dirangkum dibagi dalam bagian-bagian yang membahas secara
berturut-turut:
1. Kepegawaian
2. Prosedur penjatuhan hukuman disiplin
3. Prosedur pengaduan
4. Aspek pelayanan umum
Mengingat Buku Informasi Perpajakan ini merupakan pegangan
bagi pejabat pajak dalam memberikan penjelasan prima seyogyanya buku
ini terus diupdate. Dengan demikian materi informasi yang disampaikan
akan selalu sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Proses
ix
updating dilakukan pada bulan April dan Oktober setiap tahun, dengan
cara mengganti suatu bagian yang memang harus diganti.
Disamping itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses
updating, masukan dan saran dari pejabat pajak yang merupakan pemakai
dari buku ini sangat dibutuhkan. Oleh karena itu setiap masukan dan
saran sehubungan dengan Buku Informasi Perpajakan ini agar dapat
dialamatkan ke Sekretariat Tim Penyusunan Buku Informasi Perpajakan
(Bagian Organta, Sekretariat Direktorat Jenderal) Jalan Gatot Subroto
nomor 40-42 Jakarta 12190, telepon (021) 525 2695, fax (021) 5252695
atau melalui e-mail : sekretariatBIP@yahoo.com
x
--1- -
4. Apa saja fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ?
Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak:
· Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak;
· Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan;
· Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan;
· Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam pengisian SSP;
· Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
--2- -
9. Perubahan data apa saja, yang dapat diberitahukan Wajib Pajak untuk
dapat dilakukan perubahan data Wajib Pajak ?
Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data Wajib Pajak:
a. Perbaikan data karena kesalahan data hasil komputer;
b. Perubahan nama WP karena penggantian nama, disyaratkan adanya
keterangan dari instansi yang berwenang;
c. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal;
d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor (misalnya NPWP
cabang tidak sama dengan NPWP Pusat);
e. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis dari WP atau
fotocopy akte perubahan;
f. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha WP;
g. Perubahan bentuk Badan;
h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal yang mengakibatkan
kewajiban jenis pajaknya berubah;
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan NPPKP karena dipenuhinya
persyaratan yang ditentukan;
11. Apakah persyaratan yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk menghapus
dan mencabut NPWP ?
Syarat penghapusan dan pencabutan NPWP:
a. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan
adanya fotocopy akte/laporan kematian dari instansi yang berwenang;
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek Pajak
apabila sudah selesai dibagi disyaratkan adanya keterangan tentang
selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris;
d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya
akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi
--4- -
yang berwenang;
e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan
statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang
dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak
memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP;
f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
9. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk
dapat membetulkan sendiri SPT Tahunan ?
Syarat bagi Wajib Pajak untuk dapat membetulkan sendiri SPT
Tahunan PPh:
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan atas kemauan sendiri:
a. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan dalam jangka waktu dua tahun
sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, dan Tahun Pajak:
· menyampaikan pernyataan secara tertulis;
· melunasi pajak yang kurang dibayar;
· ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran
--8- -
Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar
maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman
lelang di surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.
6. Apa saja hak-hak Wajib Pajak yang berkaitan dengan Pelunasan utang
pajak ?
Hak-hak Wajib Pajak yang berkaitan dengan pelunasan utang pajak:
a. Meminta juru sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak Negara
b. Menerima Salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan
c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang
d. Sebelum Pelaksanaan lelang, mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi
utang pajak termasuk biaya penyitaan, iklan, dan biaya pembatalan lelang
dan melaporkan pelunasan tersebut kepada Kepala KPP yang bersangkutan.
1. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk dapat
menyelenggarakan pembukuan ?
Syarat-syarat penyelenggaraan pembukuan/pencatatan:
a. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara teratur
keadaan kas dan bank, daftar utang piutang, daftar persediaan barang, dan
membuat neraca dan perhitungan laba rugi pada setiap akhir Tahun Pajak;
c. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;
d. Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta
dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas Wajib Pajak harus disimpan selama sepuluh tahun.
e. Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan di Indonesia.
· Wajib Pajak Orang Pribadi, di tempat kegiatan atau di tempat tinggal
· Wajib Pajak Badan, di tempat kedudukan
7. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan apakah Wajib Pajak masih
tetap berkewajiban melunasi utang pajaknya ?
Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
8. Apabila Wajib Pajak merasa kurang puas dengan Putusan Keberatan, apa
yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak selanjutnya ?
Jika Wajib Pajak masih kurang puas juga atas keberatannya maka ia dapat
mengajukan Banding.
14. Dalam hal apa imbalan bunga dapat diberikan kepada Wajib Pajak ?
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.
1. Jenis ketetapan pajak apa saja yang diberikan imbalan bunga sehubungan
dengan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding ?
Imbalan bunga hanya diberikan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Tidak diberikan imbalan bunga, karena dalam Pasal 27A Undang-undang KUP
diatur dengan tegas bahwa imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak
hanya diberikan sepanjang utang pajak tersebut sebagaimana dimaksud dalam
SKPKB atau SKPKBT.
6. Sanksi apa saja yang dikenakan kepada pihak ketiga berkaitan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan ?
Sanksi terhadap pihak ketiga berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan :
a. Pihak ketiga yang dengan sengaja :
- Tidak memberikan keterangan/bukti;
- Memberikan keterangan/bukti yang tidak benar;
diancam pidana selama-lamanya satu tahun dan denda setinggi-
tingginya sepuluh juta rupiah
b. Pihak ketiga yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit
penyidikan tindak pidana perpajakan diancam penjara selama-lamanya tiga
tahun dan denda setinggi-tingginya sepuluh juta rupiah.
PAJAK PENGHASILAN
- - 19 - -
PAJAK PENGHASILAN
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
· penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya.
· bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
· dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
· royalti.
· sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
· penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
· keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
· keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
· selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
· premi asuransi.
· iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
· tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Diliha t dari sumber mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada
Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris,
aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
b. penghasilan dari usaha dan kegiatan;
c. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak
gerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta
atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;
d. penghasilan lain -lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain
sebagainya.
Karena Undang -undang ini menganut pengertian penghasilan yang luas (
global income tax ), maka semua jenis penghasilan yang diterima atau
diperole h dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar
pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam satu tahun pajak suatu
usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebut
- - 24 - -
Tarif Penyusutan
Kelompok Masa
Garis Saldo
Harta Berwujud Manfaat
Lurus Menurun
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tdk Permanen 10 tahun 10%
(contoh )
Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan yang mempunyai
potensi 10.000.000 ton kayu sebesar Rp 500.000.000,00 diamortisasi sesuai
dengan persentase satuan produksi yang direalisasikan dalam tahun yang
bersangkutan. Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi
mencapai 3.000.000 ton yang berarti 30% dari potensi yang tersedia,
maka walaupun jumlah produksi pada tahun tersebut mencapai 30% dari
jumlah potensi yang tersedia, besarnya amortisasi yang diperkenanka n
untuk dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun tersebut paling tinggi
adalah 20% dari pengeluaran atau sebesar Rp 100.000.000,00.
Pengeluaran sebelum operasi komersial dikapitalisasi dan diamortisasi
sesuai dengan tabel masa manfaat dan tarif amortisasi.
Pengertian pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial adalah
biaya -biaya yang dikeluarkan sebelum operasi komersial, misalnya, biaya
studi kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak termasuk biaya -
biaya operasional yang sifatnya rutin, seperti gaji pegawai, biaya rekening
listrik dan telepon, dan biaya kantor lainnya. Untuk pengeluaran
operasional yang rutin ini tidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan
sekaligus pada tahun pengeluaran.
- - 34 - -
Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak lainnya, maka nilai
sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumla
yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun
terjadinya pengalihan tersebut.
( contoh )
PT X mengeluarkan biaya unt uk memperoleh hak penambangan minyak dan
gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp 500.000.000,00. Taksiran jumlah
kandungan minyak di daerah tersebut adalah sebanyak 200.000.000 barel.
Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000 barel, PT X
menjua l hak penambangan tersebut kepada pihak lain dengan harga
sebesar Rp 300.000.000,00.
Penghitungan penghasilan dan kerugian dari penjualan hak tersebut dan
pembukuannya adalah sebagai berikut:
Harga perolehan Rp 500.000.000,00
Amortisasi yang telah dilakukan :
100.000.000 / 200.000.000 barel (50%) Rp 250.000.000,00
Nilai sisa buku harta Rp 250.000.000,00
Harga jual harta Rp 300.000.000,00
Dalam pembukuan, nilai sisa buku sebesar Rp 250.000.000,00 dicatat
sebagai kerugian sedang harga jual sebesar Rp
300.000.000,00 dicatat sebagai penghasilan.
· Apabila terjadi pengalihan harta dalam rangka bantuan sumbangan atau
hibah berupa harta tak berwujud yang memenuhi syarat sebagai bukan
Objek Pajak, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
4. Wajib Pajak tertentu mana saja yang dikenakan pajak dengan Norma
Penghitungan Khusus ?
· Perusahaan pelayaran dan penerbangan internasional.
· Perusahaan asuransi luar negeri.
· Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi.
· Perusahaan dagang asing.
· Perusahaan yang melakukan investasi dengan pola ‘bangun -guna-serah’
( build-operate -transfer ).
· Wajib Pajak tertentu lainnya.
- - 36 - -
1. Berapa tarif umum PPh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri ?
2. Berapa tarif umum PPh Wajib Pajak badan dalam negeri dan BUT ?
7. Penghasilan apa saja yang dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final
dan berapa tarifnya ?
· Penghasilan berupa honorarium dan imbalan lain yang dibebankan
kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, yang diterima oleh
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil ( kecuali Golongan II/d ke
bawah ), Anggota TNI/POLRI ( kecuali berpangkat Pembantu Letnan
Satu ke bawah ) dan pensiunan, dikenakan tarif sebesar 15%.
· Penghasilan berupa hadiah undian, dikenakan tarif sebesar 25%.
· Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana
pensiun, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dikenakan tarif progresif
sebesar 5% sampai dengan 25%.
· Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.
· Dalam hal-hal tertentu, yaitu:
ü Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
ü Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
ü SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah
lewat batas waktu yang ditentukan;
ü Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan Pajak Penghasilan;
ü Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan
sebelum pembetulan;
ü terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak,
cara penghitungan besarnya angsuran bulanan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal Pajak.
· Khusus bagi Wajib Pajak baru, bank, BUMN / BUMD, dan Wajib Pajak
tertentu lainnya termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu,
cara penghitungan besarnya angsuran bulanan diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
· Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang bertolak ke luar negeri, wajib
membayar pajak ( Fiskal Luar Negeri ) yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
· Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, angsuran bulanan
merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan ( menjadi bersifat final pada akhir tahun ), kecuali apabila
Wajib Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh penghasilan
lain yang tidak dikenakan PPh final.
sebagai PKP, tidak termasuk Pengusaha Kecil kecuali Pengusaha Kecil tersebut
memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
7. Apakah terdapat pula jenis barang dan jenis jasa yang dikecualikan dari
pengenaan PPN?
Ada. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN adalah:
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya, yaitu :
a. minyak mentah (crude oil );
b. gas bumi;
c. panas bumi;
d. pasir dan kerikil;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak;
dan
- - 50 - -
3. Bila Pajak Masukan belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa
Pajak yang sama, apakah masih dapat Pajak Masukan tersebut dikreditkan
dalam Masa Pajak yang lain?
Dalam hal Faktur Pajak lambat diterima atau belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran dalam Masa Pajak yang sama, masih dapat dikreditkan pada Masa
Pajak yang tidak sama paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa
Pajak yang bersangkutan sepanjang Pajak Masukan tersebut tidak dibebankan
sebagai biaya.
- Dalam hal Pajak Masukan tersebut dapat diketahui dengan pasti dari
pembukuan maka yang dapat dikreditkan adalah hanya atas perolehan
BKP dan atau JKP yang nyata-nyata digunakan untuk unit atau kegiatan
yang atas penyerahannya terutang PPN;
- Dalam hal Pajak Masukan tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti
dari pembukuan maka yang dapat dikreditkan adalah sebanding dengan
jumlah peredaran yang terutang PPN terhadap peredaran seluruhnya.
G. RESTITUSI ( 250304 )
Restitusi terjadi apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali.
2. Siapakah yang dimaksud dengan Wajib Pajak Patuh dan apa kriteria
tertentu Wajib Pajak Patuh?
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu
sebagaimana ditetapkan dengan Menteri Keuangan yang dapat diberikan
pembayaran pendahuluan pengembalian kelebihan pajak.
Kriteria tertentu Wajib Pajak Patuh adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah
memperoleh ijin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena tindak pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam hal Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau BPKP harus
dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau dengan pendapat Wajar
dengan Pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi
rugi fiskal.
Apabila Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, maka laporan audit
harus:
a. disusun dalam bentuk panjang (long form report ).
b. menyajikan rekonsialiasi laba rugi komersial dan fiskal.
Apabila Laporan Keuangan tidak diaudit oleh Akuntan Publik, Wajib Pajak
dapat mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh
- - 57 - -
a. menyelenggarakan pembukuan;
b. dalam hal Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang
paling banyak 5% (lima persen).
b. Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dimasukkan dan
dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
c. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean terutang pajak adalah:
- tempat tinggal atau tempat kedudukan dan
- tempat kegiatan usaha.
d. Tempat lain yang ditetapkan dengan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
- bagi PKP yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar dan yang terdaftar di
KPP BUMN ditetapkan tempat terutang pajak hanya di tempat PKP
terdaftar (otomatis terpusat di KPP WP Besar dan KPP BUMN).
1. Apabila PKP terutang pajak pada lebih dari satu tempat kegiatan usaha,
dapatkah PKP memohon untuk memilih salah satu tempat kegiatan usaha
atau lebih sebagai tempat terutang pajak (pemusatan PPN)?
Dapat
Bagi PKP yang menyampaikan SPT Masa dengan e-filling dapat melakukan
pemusatan PPN dengan cara memberitahukan kepada KPP yang membawahi
lokasi tempat terutang pajak yang akan dipilih sebagai tempat terutang pajak
4. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk penetapan salah satu
tempat usaha sebagai tempat pemusatan PPN bagi PKP selain Pedagang
Eceran dan Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN dan
PPn BM dengan Media Elektronik (e-filing) ?
- Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dipusatkan tidak
menyelenggarakan administrasi penjualan dan administrasi pembelian.
Semua administrasi dilakukan di tempat pemusatan Pajak Pertambahan Nilai
terutang;
- Fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan hanya melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli barang atau
penerima jasa atas perintah tempat pemusatan Pajak Pertambahan Nilai;
- Semua Faktur Pajak dan atau Faktur Penjualan diterbitkan oleh tempat
pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang;
- Tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tidak membuat Faktur Pajak dan
atau Faktur Penjualan, kecuali Faktur Pajak dan atau Faktur Penjualan yang
dicetak berdasarkan data yang diinput secara on line dari Kantor Pusat atau
tempat pemusatannya; dan
- Kantor Cabang Unit yang dipusatkan hanya mengadministrasi persediaan
dan administrasi kegiatan perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak untuk keperluan operasional kantor atau unit bersangkutan yang
dananya berasal dari kas-kecil (petty cash).
Hal ini diperkenankan untuk meringankan beban administrasi PKP. Faktur Pajak
Gabungan yang merupakan Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat
pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan atau JKP.
Faktur Pajak yang diterbitkan setelah melewati batas waktu tersebut di atas tidak
dapat dianggap sebagai Faktur Pajak Standar. Dengan demikian, bagi PKP yang
menerima Faktur Pajak tersebut tidak dapat mengkreditkan PPN yang
dibayarnya sebagai Pajak Masukan
PKP yang menerbitkan Faktur Pajak terlambat dikenakan sanksi 2% dari DPP.
Dalam hal pengembalian BKP terjadi masih dalam Masa Pajak yang sama
dengan terjadinya penyerahan BKP tersebut, tidak perlu dibuatkan Nota Retur,
melainkan dapat dilakukan dengan pembatalan atau perbaikan Faktur Pajak atas
penyerahan BKP tersebut.
2. Kapan PPN harus dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut PPN?
PPN harus dipungut adalah pada saat dilakukan pembayaran oleh Pemungut
PPN kepada PKP Rekanan, disetor ke kas negara melalui kantor penerima
pembayaran paling lambat 7 hari setelah berakhirnya bulan terjadinya
pembayaran tagihan, kemudian dilaporkan dalam SPT Masa Pemungut PPN
pada Masa Pajak paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya bulan
dilakukan pembayaran tagihan.
3. Kapan PKP Rekanan melaporkan PPN yang dipungut oleh Pemungut PPN?
PKP Rekanan melaporkan PPN yang dipungut oleh Pemungut PPN pada SPT
Masa PPN Masa Pajak diterimanya pembayaran dari Pemungut PPN.
4. Dalam hal apakah PPN dan PPn BM tidak dipungut oleh Pemungut PPN?
PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh Pemungut PPN dalam hal :
a. Pembayaran yang jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.000.000,00 yang tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah. PPN dan PPnBM yang
terutang untuk jumlah pembayaran tersebut disetor sendiri oleh Rekanan
yang bersangkutan.
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah.
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak
yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, PPN yang
terutang tidak dipungut dan atau dibebaskan dari pengenaan PPN.
d. Pembayaran atas penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
e. Pembayaran atas rekening telepon.
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan.
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN
Fasilitas di bidang PPN dan PPnBM adalah PPN dan PPnBM yang terutang
dibebaskan atau tidak dipungut, baik sebagian atau seluruhnya, sementara waktu
atau selamanya.
2. Kepada siapakah fasilitas PPN dan PPnBM terutang tidak dipungut atau
dibebaskan diberikan?
Fasilitas PPN dan PPnBM terutang tidak dipungut atau dibebaskan, diberikan
terhadap :
a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean,
seperti Kawasan Berikat, KAPET;
b. Penyerahan BKP/JKP Tertentu;
c. Impor BKP Tertentu;
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
5. Atas kegiatan apakah PPN & PPnBM terutang tidak dipungut di Kawasan
Berikat selain Kawasan Berikat P. Batam?
PPN dan PPnBM yang terutang tidak dipungut di Kawasan Berikat atas:
a. Impor barang modal atau peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai
oleh Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) termasuk PKB merangkap
PDKB (Pengusaha Di Kawasan Berikat);
b. Impor barang modal dan peratan pabrik yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;
c. Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
- - 65 - -
7. Atas kegiatan apakah PPN & PPnBM terutang tidak dipungut di Kawasan
Berikat Pulau Batam?
PPN dan PPn BM yang terutang tidak dipungut di KB Pulau Batam atas :
a. penyerahan BKP antar Pengusaha di KB Daerah Industri Pulau Batam
sepanjang BKP tersebut akan digunakan untuk menghasilkan BKP yang
diekspor;
b. penyerahan BKP dari PKP di luar Pulau Batam kepada Pengusaha di KB
Daerah Industri Pulau Batam sepanjang BKP tersebut akan digunakan untuk
menghasilkan BKP yang diekspor;
c. impor BKP oleh Pengusaha di KB Daerah Industri Pulau Batam sepanjang
BKP tersebut akan digunakan untuk menghasilkan BKP yang diekspor.
PKP yang melakukan penyerahan wajib membuat Faktur Pajak dengan dibubuhi
cap ”PPN dan atau PPnBM Tidak Dipungut”
- - 66 - -
Atas impor BKP, Dirjen BC membubuhkan cap “PPN dan atau PPnBM Tidak
Dipungut pada setiap lembar PIB pada saat penyelesaian dokumen”.
Atas penyerahan BKP dan atau impor BKP selain yang dimaksud di atas, dan
atas penyerahan JKP di/ke/dari Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam
terutang PPN dan atau PPn BM dan pengenaannya dilakukan secara bertahap,
yaitu :
1 Tahap Pertama, mulai 1 Januari 2004, PPN dan PPn BM dikenakan atas :
a. kendaraan bermotor segala jenis;
b. rokok dan hasil tembakau lainnya;
c. minuman yang mengandung alkohol.
2 Tahap Kedua, mulai 1 Maret 2004, PPN dan PPn BM dikenakan atas barang
elektronik segala jenis.
3 Tahapan selanjutnya, akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
9. Apa yang dimaksud dengan Gudang Berikat? dan atas kegiatan apakah
fasilitas PPN & PPnBM terutang tidak dipungut yang diberikan di Gudang
Berikat?
Gudang Berikat (GB) adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas-batas
tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan,
penyortiran, pengepakan, pemberian merek/label, pemotongan, atau kegiatan
lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor
untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat
atau reekspor tanpa adanya pengolahan.
Fasilitas PPN dan PPnBM yang terutang tidak dipungut diberikan atas kegiatan:
a. impor barang dan peralatan oleh Pengusaha GB dalam rangka pembangunan
dan kegiatan Gudang Berikat;
b. impor barang dan bahan oleh Pengusaha GB.
- - 67 - -
10. Jenis kegiatan PPN dan PPnBM apakah yang mendapat fasilitas
dibebaskan?
PPN & PPnBM terutang dibebaskan dari pengenaan atas:
a. Impor dan atau penyerahan BKP tertentu dan atau JKP tertentu
b. Impor dan atau penyerahan BKP strategis
c. Impor dan atau penyerahan BKP/JKP Kepada Perwakilan Negara
Asing/Badan International serta Pejabat/Tenaga Ahlinya berdasarkan azas
timbal balik.
3. Apakah atas kegiatan membangun sendiri PPN terutang yang telah disetor
harus dilaporkan? Bila ya kemana?
PPN atas kegiatan membangun sendiri yang telah disetor harus dilaporkan
dengan cara sebagai berikut :
- bagi pengusaha (OP atau Badan) yang bukan Pengusaha Kena Pajak
melaporkan bukti setoran pajak (Surat Setoran Pajak) ke Kantor Pelayanan
Pajak lokasi bangunan didirikan.
- - 68 - -
b. Badan
ð menggunakan DPP sebesar harga jual
ð PPN yang terutang 10% x harga jual
ð PPN disetor = PK – PM
ð PM dapat dikreditkan
6. Bagaimana perlakuan PPN atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam
rangka menjalankan pemerintahan secara umum?
Atas penyerahan Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum :
a. terutang PPN, jika :
Jasa yang disediakan oleh instansi pemerintah yang juga dapat dilakukan
oleh bentuk usaha lain, sepanjang tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan
- - 69 - -
Atas penyerahan Jasa Penyelenggara Kegiatan di dalam Daerah Pabean dan atas
pemanfaatan Jasa Penyelenggara Kegiatan yang berasal dari luar Daerah Pabean,
di dalam Daerah Pabean dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
9. Bagaimana fasilitas PPN dan PPnBM atas Proyek Pemerintah yang dibiayai
dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri?
Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri,
mendapat fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut yang dilakukan oleh
Kontraktor Utama. Dalam hal proyek tersebut didanai sebagian oleh dana
APBN/APBD/lainnya dan sebagian lagi oleh pinjaman luar negeri/hibah, maka
fasilitas tersebut hanya berlaku atas bagian Proyek Pemerintah yang dananya
dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar negeri.
Atas PPN dan PPnBM yang tidak dipungut sehubungan dengan impor oleh
Kontraktor Utama tidak perlu dibuatkan Surat Setoran Pajak.
- - 71 - -
Atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang tidak dipungut tersebut, Kontraktor
Utama wajib membuat Faktur Pajak yang dibubuhi cap "PPN dan PPn BM tidak
dipungut"
10. Bagaimana perlakuan PPN atas penyerahan jasa keagenan tiket kepada
perusahaan penerbangan?
Perlakuan PPN atas penyerahan jasa keagenan tiket kepada perusahaan
penerbangan:
a. PPN terutang adalah 10% x DPP.
b. Dasar Pengenaan Pajak atas jasa keagenan adalah jumlah imbalan jasa
keagenan yang diterima atau seharusnya diterima oleh perusahaan jasa
keagenan.
c. Yang bertanggung jawab atas pemungutan PPN terutang atas penyerahan
jasa keagenan adalah :
- Atas penyerahan jasa keagenan oleh perusahaan jasa keagenan kepada
Pemungut PPN (Badan-badan Tertentu dan Bendaharawan Pemerintah
serta KPKN), pajak yang terutang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh
Pemungut PPN.
- Atas penyerahan jasa keagenan oleh Pemungut PPN kepada Pemungut
PPN, pajak yang terutang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh
Pemungut PPN yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak.
- Atas penyerahan jasa keagenan kepada perusahaan angkutan yang
bukan Pemungut PPN, pajak yang terutang dipungut, disetor dan
dilaporkan oleh perusahaan jasa keagenan.
11. Bagaimana perlakuan PPN atas Jasa Boga (Catering)? Dan Apa yang
dimaksud dengan objek pajak restoran dan jasa boga?
a. Atas penyerahan Jasa Boga (Catering) dikenakan PPN. DPP atas
penyerahan jasa boga atau katering adalah sebesar semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Jasa Boga atau Katering.
Dengan demikian, PPN terutang atas penyerahan jasa boga atau katering
10% x DPP.
b. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan
pembayaran. Tidak termasuk Pelayanan usaha jasa boga atau katering.
c. Objek Jasa Boga atau Katering adalah penyediaan makanan dan atau
minuman lengkap dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya, untuk
- - 72 - -
12. Bagaimana perlakuan PPN atas service charge dalam rangka kegiatan
persewaan ruangan?
a. Atas service charge dalam rangka kegiatan persewaan ruangan dikenakan
PPN. Ada (2) dua elemen utama dalam kegiatan jasa persewaan ruangan
yaitu sewa dan service c harge .
b. Service charge adalah balas jasa yang menyebabkan ruangan yang disewa
tersebut dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penyewa.
Service charge dapat terdiri dari biaya listrik, air, keamanan, kebersihan dan
biaya administrasi.
c. Dasar Pengenaan Pajak atas service charge dalam rangka kegiatan
persewaan ruangan sejak tanggal 3 Juni 2003 (Faktur Pajak Standar yang
dibuat/diterbitkan setelah 3 Juni 2003) adalah sebesar nilai penggantian,
yakni sebesar nilai tagihan service charge yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pemberi jasa.
d. PPN Terutang adalah 10% x DPP.
14. Apabila Instansi Pemerintah memberikan Jasa Kena Pajak kepada Instansi
Pemerintah Lainnya apakah PPN yang terutang harus dipungut oleh
Instansi Pemerintah yang melakukan penyerahan?
Atas penyerahan JKP oleh Instansi Pemerintah kepada Instansi Pemerintah
Lainnya yang pembayarannya melalui KPKN atau Bendaharawan Pemerintah
tidak dipungut PPN sepanjang :
- pembayaran tersebut berasal dari APBN atau APBD; dan
- Instansi Pemerintah yang menyerahkan JKP memasukkan pembayaran yang
diterima ke dalam mata anggaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
dari Instansi Pemerintah tersebut.
15. Bagaimana perlakuan PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau
JKP dari Luar Daerah Pabean ?
Perlakuan PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari Luar
Daerah Pabean:
a. Atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari Luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh orang pribadi
(Non-PKP) atau badan (PKP) dikenakan PPN.
b. PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari
luar Daerah Pabean dipungut oleh orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, pada
saat dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar
Daerah Pabean.
c. PPN yang dipungut harus disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah bulan terjadinya pemungutan dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak yang sama
dengan bulan penyetoran.
- - 74 - -
17. Bagaimana perlakuan atas PPN yang dipungut lebih besar atau lebih kecil
dari yang seharusnya terutang, atau tidak seharusnya terutang?
Perlakuan atas PPN yang dipungut lebih besar atau lebih kecil atau tidak
seharusnya terutang:
a. Pajak yang dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang atau tidak
seharusnya terutang dimana pajak yang salah dipungut tersebut telah
disetorkan dan dilaporkan, maka PKP yang memungut pajak tersebut tidak
dapat meminta kembali Pajak yang salah dipungut tersebut. Yang dapat
meminta kembali pajak yang salah dipungut tersebut adalah pihak yang
terpungut dengan syarat Pajak yang salah dipungut tersebut belum
dikreditkan atau belum dibebankan sebagai biaya.
b. Pihak yang terpungut adalah importir, pembeli barang, penerima jasa, atau
pihak yang memanfaatkan barang tidak berwujud atau jasa dari luar Daerah
Pabean.
c. Dalam hal pajak yang dipungut lebih kecil dari yang seharusnya terutang
maka pihak yang melakukan penyerahan harus memungut kekurangan pajak
tersebut. Pemungutan kekurangan pajak tersebut dapat dilakukan dengan
cara perbaikan Faktur Pajak (untuk penyerahan BKP/JKP) dengan
menggunakan SSP (untuk impor dan pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP
dari Luar daerah Pabean di dalam Daerah Pabean).
- - 75 - -
18. Dalam hal terjadi retur Jasa Kena Pajak? Apakah atas PPN yang telah
disetor dan dilaporkan dapat dikurangkan atau dikembalikan?
Dalam hal terjadi retur Jasa Kena Pajak, maka PPN yang telah terlanjur dipungut,
disetor dan dilaporkan oleh PKP yang melakukan penyerahan dapat dikurangkan
dengan cara perbaikan Faktur Pajak atas yang berkenaan dengan penyerahan
JKP tersebut. Sebagai konsekuensinya baik PKP yang melakukan penyerahan
maupun PKP yang menerima penyerahan JKP harus memperbaiki SPT Masa
PPN Masa Pajak Faktur Pajak yang diperbaiki tersebut dilaporkan.
21. Barang-barang apa saja yang termasuk BKP Tertentu yang Bersifat
Strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan PPN?
Barang-barang yang termasuk BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang atas
impornya dibebaskan dari pengenaan PPN adalah:
a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan;
- - 76 - -
22. Barang-barang apa saja yang termasuk BKP Tertentu yang Bersifat
Strategis yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN?
Barang-barang yang termasuk BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN adalah:
a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan;
c. barang hasil pertanian oleh petani atau kelompok petani;
d. bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan;
e. air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum;
f. listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 watt.
23. Apa yang dimaksud dengan bibit dan atau benih yang dibebaskan dari
pengenaan PPN?
Bibit dan atau benih yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bibit dan atau
benih sebagaimana didefenisikan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
135/KMK.05/1997, bahwa yang dimaksud dengan bibit dan benih adalah segala
jenis tumbuhan atau hewan yang nyata-nyata untuk dikembangbiakan lebih
lanjut dalam rangka pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan.
24. Apakah batasan bahan baku makanan ternak yang dibebaskan dari
pengenaan PPN?
Bahan baku makanan ternak yang dibebaskan dari pengenaan PPN tidak
termasuk Pelengkap Makanan Ternak (Feed Suplement) dan Imbuhan Makanan
Ternak (Feed Additive).
25. Apakah defenisi barang hasil pertanian yang dibebaskan dari pengenaan
PPN?
Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di
bidang :
a. pertanian, perkebunan dan kehutanan;
b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
c. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya.
Yang diserahkan oleh petani atau kelompok petani. Petani adalah orang yang
melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
- - 77 - -
26. BKP Tertentu apa saja yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan
PPN?
BKP Tertentu yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan PPN adalah:
a. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat
angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang
diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI)
atau Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) atau oleh pihak lain
yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untuk
melakukan impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di
dalam negeri, yang diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan
dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen
Pertahanan, TNI atau POLRI;
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN);
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
d. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,
kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan
Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional, atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional,
sesuai dengan kegiatan usahanya;
e. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional,
dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat
udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa
perawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional;
f. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT
(PERSERO) Kereta Api Indonesia, dan komponen atau bahan yang diimpor
oleh pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang
digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk
- - 78 - -
27. BKP tertentu apa saja yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan
PPN?
BKP tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN adalah:
- Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok
boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah;
- Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat
angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patroli dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang
diserahkan kepada Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI, dan
komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan
amunisi oleh PT. (PERSERO) PINDAD untuk keperluan Departemen
Pertahanan, TNI atau POLRI;
- Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN);
- Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
- Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,
kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau
keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan
Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional, atau
Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;
- Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka
pemberian jasa perawatan atau reparasi Pesawat Udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional;
- - 79 - -
- Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh
PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia dan komponen atau bahan yang
diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api
Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang,
peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan
digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;
- Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data
batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk
mendukung pertahanan Nasional yang diserahkan kepada Departemen
Pertahanan atau TNI.
28. JKP Tertentu apa saja yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan
PPN?
JKP Tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN:
a. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan
Nasional, atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau,
dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi:
- Jasa persewaan kapal;
- Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa
labuh;
- Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal;
b. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang
meliputi:
- Jasa persewaan pesawat udara;
- Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara;
c. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO)
Kereta Api Indonesia;
d. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan berupa
rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok
boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya dan
pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;
e. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat
sederhana; dan
f. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang
dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional.
29. Atas impor barang apa saja yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk
maka PPN dan PPnBM nya tidak dipungut?
- - 80 - -
Yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, tidak dipungut PPN dan PPn BM.
BKP yang dimaksud tersebut adalah:
a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada
Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indoensia dan
tidak memegang paspor Indonesia;
c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau
kebudayaan;
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam
itu yang terbuka untuk umum;
e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya;
g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
h. barang pindahan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri,
mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik Indonesia
yang bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, sepanjang
barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari
Perwakilan Republik Indonesia setempat;
i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan Pabean;
j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
k. perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
31. Jenis kendaraan bermotor apa saja yang tidak dikenakan PPnBM?
Jenis kendaraan bermotor yang tidak dikenakan PPnBM adalah CKD, sasis,
untuk pengangkut barang, kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder sampai dengan 250 CC dan kendaraan untuk pengangkutan 16 (enam
belas) orang atau lebih termasuk pengemudi.
pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima oleh pihak untuk siapa
dokumen itu dibuat (bukan pada saat ditandatangani), misalnya kuitansi,
cek, dan sebagainya.
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak :
pada saat selesainya dokumen itu dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan
tandatangan yang bersangkutan, misalnya surat perjanjian jual beli, sewa
menyewa, dan sebagainya.
c. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri :
pada saat dokumen itu digunakan di Indonesia
Bea Meterai yang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang terutang dan
ditambah denda sebesar 200% dari yang kurang dilunasi/terutang;
c. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri yang akan digunakan di Indonesia.
- kolam renang;
- pagar mewah;
- tempat olah raga;
- galangan kapal, dermaga;
- taman mewah;
- tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
- fasilitas lain yang memberikan manfaat.
3 Bagaimana perlakuan atas Objek PBB yang digunakan oleh negara untuk
penyelenggaraan pemerintahan ?
Objek PBB yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
· Berdasarkan SPPT yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBB-
nya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.
· Berdasarkan SKP yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBB-
nya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP.
2. Berapa denda yang dikenakan kepada Wajib Pajak yang belum melunasi
utang PBB-nya setelah lewat jatuh tempo ?
PBB terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang
dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
7. Apakah upaya yang dapat dilakukan apabila STP PBB telah lewat jatuh tempo
dan tidak dilunasi ?
- 96 -
Apabila STP PBB tidak dibayar setelah lewat jatuh tempo ditagih dengan Surat
Paksa (SP) berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa setelah terakhir diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000.
J. PENGURANGAN (250304 )
· Perubahahan peraturan;
· Surat Keputusan Pemberian Pengurangan;
· Surat Keputusan Penyelesaian Keberatan;
· Putusan Banding;
· Kekeliruan pembayaran.
L. LAIN-LAIN (250304 )
sebagai salah satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan
hakim tersebut;
10. penggabungan usaha, yaitu penggabungan dari dua badan usaha atau
lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan
usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung;
11. peleburan usaha, yaitu penggabungan dari dua atau lebih badan usaha
dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan
usaha yang bergabung tersebut;
12. pemekaran usaha, yaitu pemisahan suatu badan usaha menjadi dua
badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan
mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru
tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang lama;
13. hadiah, yaitu suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah
dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
hukum kepada penerima hadiah.
c. hak guna bangunan (HGB), yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka
waktu yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
d. hak pakai, yaitu hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak
bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. hak milik atas satuan rumah susun, yaitu hak milik atas satuan yang bersifat
perseorangan dan terpisah. Hak milik atas satuan rumah susun meliputi juga
hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang semuanya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang
bersangkutan.
f. hak pengelolaan, yaitu hak menguasai dari Negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara
lain, berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan
tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari
tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak
ketiga.
o Yang dimaksud dengan tanah dan atau bangunan yang digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan
guna kepentingan umum adalah tanah dan atau bangunan yang digunakan
- 106 -
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan
BPHTB yang dipakai adalah NJOP PBB.
o Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga yang terjadi dan telah
disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
o Dalam hal NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan belum ditetapkan,
besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (SSB).
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari
jumlah kekurangan BPHTB tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan sejak saat terutangnya BPHTB.
11. Berapa lama jangka waktu pelunasan SKBKB, SKBKBT, STB dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, maupun Putusan
Banding yang menyebabkan jumlah BPHTB yang harus dibayar
bertambah?
· BPHTB terutang dalam SKBKB, SKBKBT, STB dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, maupun Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah BPHTB yang harus dibayar bertambah harus dilunasi
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima oleh Wajib
Pajak;
· Apabila sampai dengan jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud
tidak atau kurang dibayar, dapat ditagih dengan Surat Paksa, yaitu surat
perintah membayar pajak dan tagihan yang berkaitan dengan pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mempunyai
kekuatan sama dengan putusan pengadilan (parate executie).
4. Apa sanksi bagi Kepala Kantor Lelang Negara yang tidak melaporkan
pembuatan risalah lelang ke KPPBB ?
Dikenakan sanksi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
- 116 -
A. Pemeriksaan (250304)
9. Dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa diwakili oleh kuasanya, apakah
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kuasa dari Wajib Pajak
· Menyerahkan surat kuasa khusus yang asli;
· Menguasai ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan, yang dibuktikan
dengan memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
atau ijazah formal pendidikan dibidang perpajakan yang diterbitkan oleh
lembaga pendidikan negeri/ swasta dengan status disamakan dengan negeri;
· Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lain di bidang keuangan negara
11. Apakah pemeriksaan dapat dilakukan oleh pemeriksa yang berbeda dalam
waktu yang bersamaan ?
Dapat. Apabila jenis pajak yang diperiksa atau tahun pajaknya atau lokasi
tempat pemeriksaannya berbeda/tidak sama.
15. Apakah suatu kewajiban perpajakan yang telah di SKP bisa diperiksa
kembali oleh pihak fiskus?
Setiap SKP bisa diperiksa kembali atau dibetulkan kecuali bila telah lewat waktu
(daluwarsa 10 tahun). Kewajiban perpajakan yang telah di SKP akan diperiksa
kembali bila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum
diungkap. Data baru artinya data itu berasal dari temuan pemeriksa dari sumber
lain dan atau data yang semula belum diungkap adalah data yang belum
disampaikan oleh WP dalam laporan pajaknya. Bila data baru/data yang semula
belum diungkap itu berasal dari temuan pemeriksa sendiri maka disamping
pokok pajak, WP juga harus membayar sanksi kenaikan 100 % dan ditetapkan
via SKPKBT. Tetapi bila data baru/data yang semula belum diungkap itu
disampaikan sendiri oleh WP maka sanksi kenaikan tidak dikenakan.
16. Apa kriteria Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan ulang ?
· Terdapat data baru atau data yang semula belum terungkap
· Adanya laporan pengaduan yang masuk dari masyarakat
· Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Dirjen Pajak
- 120 -
22. Apakah pemeriksa pajak berhak meminta fotokopi rekening koran bank
yang bukan atas nama perusahaan itu sendiri,?
Petugas pemeriksa pajak hanya boleh memeriksa dan meminjam dokumen
pembukuan yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang sedang diperiksanya (WP yang
tercantum dalam Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, sesuai dengan tahun pajak
dan jenis pajak-nya). Jadi dia tidak berhak meminta fotokopi rekening koran atas
nama pribadi pegawai perusahaan yang sedang diperiksa, tetapi dimungkinkan
bagi pemeriksa untuk meminta keterangan tertulis dari pihak ketiga (termasuk
pegawai/sekretaris dari perusaahaan yang sedang diperiksa) sehubungan dengan
transaksi yang pernah terjadi antara perusahaan yang sedang diperiksa dengan
pihak ketiga tersebut
24. Apakah Wajib Pajak mempunyai hak untuk meminta dasar koreksi dari
Pemeriksa Pajak?
Pemeriksa berkewajiban memberikan dasar koreksi pemeriksaan pajak apabila
diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan keberatan
B. Penyidikan ( 250304 )
administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
C. PENAGIHAN ( 250304 )
13. Apa yang harus dilakukan oleh jurusita apabila dilarang memasuki tempat
Wajib Pajak?
- Memberi penjelasan kepada Wajib Pajak/PP bahwa tindakannya
menghalangi pelaksanaan tugas jurusita adalah berlawanan dengan hukum
dan dapat diancam pidana.
- Berdasarkan Hukum Pidana, jurusita tidak dapat memaksa Wajib Pajak
untuk memberi ijin memasuki tempatnya. Agar jurusita tidak melanggar
hukum pidana, ia harus meminta bantuan kepada Kepolisian untuk bersama-
sama melakukan penyitaan.
- Mengadukan Wajib Pajak/PP ke Polsek/Polres setempat mengenai adanya
pelanggaran pasal 212.
14. Apakah KPP/KPPBB dapat melakukan lelang atas aset yang disita, namun
tidak diberikan dokumen/sertifikat atas aset tersebut?
Dapat, sepanjang prosedur penyitaan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Hak Penanggung Pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada
pembeli dan kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik
sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak. Risalah lelang tersebut
memberikan perlindungan hukum bagi pembeli lelang karena berfungsi sebagai
akte jual beli. Disamping itu Badan Pertanahan Nasional menjamin bahwa dalam
proses pendaftaran tanah, Risalah Lelang yang diterbitkan oleh Kantor Lelang
Negara menggantikan sertifikat sebelumnya.
15. Apakah KPP dapat melakukan penyitaan dan penjualan/lelang atas aset
yang dijaminkan Wajib Pajak kepada Bank?
KPP dapat menyita kalau bank belum menyita dan melelang aset Wajib Pajak
yang telah diletakkan hak tanggungan, guna membayar utang pajaknya lebih
dahulu sebelum membayar hutang yang lain termasuk hak tanggungan dan
jaminan fidusia.
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak termasuk yang
penguasaannya ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan
utang tertentu.
- 129 -
16. Apakah KPP/jurusita dapat melakukan sita atas aset yang telah telah disita
oleh Pengadilan Negeri atau Instansi lain yang berwenang ?
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
17. Bagaimana dengan pelunasan hutang pajak Wajib Pajak dalam hal aset
Wajib Pajak / Penanggung Pajak telah disita Pengadilan Negeri atau
instansi lain?
Apabila Pengadilan Negeri/polisi/BPPN telah melakukan penyitaan terhadap
aset Wajib Pajak tersebut, maka jurusita segera menyampaikan salinan Surat
Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan kepada instansi tersebut,
dengan permintaan agar hasil penjualan/lelang aset yang disita PN/instansi lain
tersebut untuk pelunasan utang pajak.
22. Bagaimana dengan pelunasan hutang pajak Wajib Pajak yang dinyatakan
pailit oleh pengadilan?
- Apabila Wajib Pajak telah dinyatakan pailit sebelum penyitaan dilakukan,
maka jurusita tidak dapat secara langsung menyita aset Wajib Pajak. Jurusita
menyampaikan Surat Paksa kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai
Harta Peninggalan.
- Apabila jurusita telah melaksanakan penyitaan atas aset Wajib Pajak
sebelum Wajib Pajak dinyatakan pailit oleh PN, maka barang yang telah
disita dapat dilelang.
Wajib Pajak yang dinyatakan pailit oleh pengadilan masih mempunyai
kewajiban untuk melunasi hutang pajaknya.
23. Apabila Wajib Pajak yang masih mempunyai utang pajak dinyatakan bubar
atau dilikuidasi oleh pengadilan, bagaimana dengan pelunasan utang pajak
Wajib Pajak?
Surat Paksa (SP) diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk
melakukan pemberesan, atau likuidator.
Wajib Pajak yang dinyatakan bubar atau dalam likuidasi oleh pengadilan masih
mempunyai kewajiban untuk melunasi utang pajaknya. KPP menyerahkan
salinan SP dan SPMP kepada likuidator atau orang/badan yang melaksanakan
pemberesan.
- 131 -
24. KPP telah menyita aset WP tetapi belum dijual/dilelang, karena nilainya
kecil tidak sebanding dengan utang pajak dan biaya iklan pengumuman,
bagaimana tindak lanjutnya?
- KPP melakukan penyitaan tambahan sampai mencukupi untuk pelunasan
utang pajak.
- Dilanjutkan penjualan/lelang aset yang disita.
36. Apakah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak/Penanggung
Pajak yang disandera?
Wajib Pajak dapat melakukan gugatan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi
melalui Pengadilan Negeri.
Apabila ternyata Pengadilan Negeri mengabulkan gugatan tersebut, maka DJP
berkewajiban untuk merehabilitasi nama baik Penanggung Pajak dan
memberikan ganti rugi sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu) per hari selama
Penanggung Pajak disandera.
- 134 -
LAIN-LAIN (250304)
1. Apakah ada cara lain bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri selain di
KPP dan KP4?
Selain di KPP dan KP4, Wajib Pajak dapat menggunakan sarana pendaftaran
secara on-line dengan internet melalui e-registration di www.pajak.go.id
Dengan adanya e-registration, Wajib Pajak dapat melakukan pendaftaran kapan
dan dimana saja tanpa perlu datang ke KPP. Pada saat mendaftar melalui
internet, Wajib Pajak akan langsung mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar
Sementara yang berisi keterangan Wajib Pajak dan NPWP serta KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.
8. Berapa lama saya akan mendapatkan SKT dan Kartu NPWP asli yang
dikeluarkan KPP dan kemana saya harus mengambilnya?
SKT dan Kartu NPWP asli diterbitkan oleh KPP sepajang KPP telah menerima
secara lengkap formulir dan persyaratannya dari Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat
mengambilnya di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
langsung me- “load” data SPTnya ke Database DJP tanpa melalui KPP,
disamping itu Wajib Pajak hanya menyampaikan SPT Induk dan Berita Acara
yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak dan pengiriman data SPT dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja dalam batasan waktu yang ditentukan
13. Dapatkah fasilitas “dial up” untuk mengakses layanan e-filling Jika di
kantor kami telah terkoneksi dengan jaringan internet, apakah kami dapat
meng-akses layanan e-filing tanpa menggunakan dial up?
Harus tetap menggunakan fasilitas dial up
Saat ini layanan e-filling dengan cara dial up connection, kedepannya
direncanakan layanan e-filling akan tersedia di internet, sehingga memudahkan
wajib pajak untuk mengakses e-filling.
14. Jika Wajib Pajak menggunakan layanan e-filing, apakah masih harus
melapor ke KPP?
Ya.
Pada prinsipnya layanan e-filing adalah mengirimkan file SPT ke DJP,
sedangkan pelaporannya masih harus dilakukan dan masih terikat dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu dilaporkan sebelum tanggal 20 setiap
bulannya, Yang dilaporkan ke KPP adalah SPT Induk (tanpa lampiran) dan
Berita Acara yang telah ditandatangani serta kelengkapan SPT lainnya (SSP,
Surat Lainnya).
15. Apa yang dapat dilakukan Wajib Pajak jika terjadi kesalahan pengiriman
data SPT melalui layanan e-filing?
Apabila belum melewati batasan tanggal pengiriman, dapat dilakukan
pengiriman ulang data SPT, sedangkan apabilan sudah lewat batasan tanggal
pengiriman dapat mengirimnya dalam bentuk SPT pembetulan.
18. Jika kami melakukan pengiriman data SPT berkali-kali melalui layanan e-
filing, berita acara mana yang harus dilaporkan ?
Berita acara dari pengiriman data SPT yang terakhir. Hal ini karena diasumsikan
yang dikirim terakhir oleh Wajib Pajak adalah data yang up to date
19. Jika pada saat pengiriman data, terjadi masalah sehingga mengakibatkan
berita acara tidak tercetak, apa yang harus dilakukan ?
Harus dilakukan pengiriman ulang data SPT, namun apabila kegagalan tetap
terjadi berulang-ulang, segera hubungi petugas yang bertanggung-jawab di KPP.
23. Dalam satu PC, apakah bisa digunakan untuk mengiput data e-SPT untuk
beberapa WP/NPWP ?
Bisa.
Input data e-SPT dalam satu PC untuk beberapa WP/NPWP dilakukan dengan
cara :
a. Meng-copy database kosong kedalam beberapa folder sesuai dengan jumlah
WP.
b. Ketika melakukan perekaman, ODBC disesuaikan dengan database yang
akan diakses.
- 138 -
24. Apakah yang harus dilakukan, jika akan merekam data SSP namun tidak
memiliki NTPP ?
Mengisikan ‘0’ sebanyak 16 digit pada kolom NTPP dengan tujuan agar data
dapat direkam melalui sistem MP3.
- 139 -
SEKRETARIAT
A. Kepegawaian ( 250304 )
3. Apa saja kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi oleh Pegawai Negeri
Sipil?
Kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil adalah:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri
sendiri serta menghindarkan segala sesuatu yang mendesak kepentingan
Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan
Pegawai Negeri Sipil;
d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan
sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e. Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
- 140 -
b. Menyalahgunakan wewenangnya;
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharga milik
Negara;
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik
Negara secara tidak sah;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan Negara;
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas
dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya;
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga
yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan
atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil;
i. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau
martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayaninya;
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui
karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak
lain;
n. Bertindak selaku perantara bagi suatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Pemerintah;
o. Memiliki saham modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya;
p. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan sahamnya tidak dalam
ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian
rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak
langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan,
menjadi direksi, pimpinan, atau komisaris perusahaan swasta bagi yang
berpangkat Pembina (Gol. IV/a) ke atas atau yang memangku jabatan eselon
I;
- 142 -
i. Inspektur Jenderal
j. Ketua Bapepam h. Pembebasan jabatan Yang memangku
k. Kepala BAF jabatan struktural
eselon IV, V dan
l. Kepala BAKUN yang setingkat di
m. Kepala Bintek lingkungan
n. Kepala BPPK masing-masing
4. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman Hari ke-30 (tiga puluh) terhitung
disiplin tidak hadir pada waktu penyampaian mulai tanggal yang ditentukan untuk
keputusan hukuman disiplin penyampaian keputusan hukuman
disiplin
10. Hukuman apa saja yang dapat dikenakan atas pelanggaran peraturan
disiplin oleh Pegawai Negeri Sipil ?
Tingkat
No Hukuman Jenis Hukuman Disiplin
Disiplin
1. Hukuman a. Teguran lisan
Disiplin Ringan b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Hukuman a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling
Disiplin Sedang lama 1 (satu) tahun
b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji
berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun
c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1
(satu) tahun
3. Hukuman a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat
Disiplin Berat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun
b. Pembebasan dari jabatan
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil
12. Apakah sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan
oleh yang berwajib?
Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat yang berwajib
karena disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan dikenakan
pemberhentian sementara sampai mendapat putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
13. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, tindakan apa
yang harus dilakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut?
Perlakuan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan pemeriksaan oleh
pihak berwajib atas dakwaan yang ditujukan kepadanya sebagaimana tabel di
bawah ini:
No. Hasil Perlakuan Terhadap PNS Yang Sebelumnya
Pemeriksaan Telah Diberhentikan Sementara
1. Terbukti Tidak a. PNS tersebut direhabilitasikan yaitu diaktifkan dan
bersalah dikembalikan pada jabatan semula terhitung sejak
ia dikenakan pemberhentian sementara;
b. Selama masa diberhentikan untuk sementara ia
berhak mendapat gaji penuh serta penghasilan-
penghasilan lain yang berhubungan dengan
jabatannya.
2. Terbukti a. Dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak
Bersalah diberhentikan karena dihukum penjara atau
kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun;
B. Lainnya (250304 )
1. Apabila dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terdapat
tindakan dari aparat pajak yang menyimpang atau masyarakat merasa
kurang atau tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan, bagaimana cara
menyampaikan pengaduan masyarakat agar perbuatan aparat/oknum
tersebut dapat ditindaklanjuti?
Pengaduan masyarakat dapat disampaikan ke Kotak Pos 5000, Kotak Pos 111
JKTM 12700, Komisi Ombudsman dengan alamat Jalan Adityawarman No. 43
Kebayoran Baru Jakarta 12160, telepon (021) 7258574-78 fax (021) 7258579
e-mail : ombudsman@ombudsman.or.id, dan Inspektorat Jenderal dengan alamat
Gedung A Departemen Keuangan Lt IX s.d. XII Jalan Dr Wahidin nomor 1 Jakarta
10710 Tromol Pos 3132, telepon (021) 386 5430 fax (021) 3847448 (sesuai flow
chart dibawah), pengaduan yang masuk kemudian akan disampaikan ke Direktur
Jenderal Pajak untuk ditindaklanjuti.
Pengaduan
Masyarakat
Direktur Jenderal
Pajak
Tindak lanjut
- 152 -
Lampiran 1
Penerimaan Perpajakan
Tahun Pajak Penghasilan PPN dan PPnBM PBB & BPHTB Pajak Lainnya Jumlah
Anggaran Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
1994/1995 18.714 18.764 100,3 41.853 16.545 111,4 1.629 1.647 101,1 296 302 101,7 35.492 37.258 105,0
1995/1996 19.239 21.012 109,2 18.523 18.519 100,0 1.923 1.893 98,5 550 453 82,3 40.235 41.878 104,1
1996/1997 27.253 27.062 99,3 22.575 20.351 90,1 2.277 2.413 106,0 636 591 92,9 52.741 50.417 95,6
1997/1998 30.620 34.388 112,3 24.601 25.199 102,4 2.505 2.641 105,4 633 478 75,5 58.359 62.705 107,4
1998/1999 35.703 55.944 156,7 30.423 27.803 91,4 3.411 3.565 104,5 670 413 61,7 70.209 87.726 125,0
1999/2000 53.975 72.792 134,7 34.622 33.087 95,6 3.344 4.107 122,8 568 611 107,6 92.508 110.534 119,5
2000 44.189 38.421 86,9 27.002 35.232 130,5 3.431 4.456 129,9 1.139 837 73,5 75.761 78.946 104,2
2001 69.696 71.474 102,6 55.841 55.957 100,2 6.289 6.663 105,9 1.670 1.384 82,9 133.496 135.478 101,5
2002*) 87.200 84.461 96,9 67.800 65.244 96,2 7.531 7.986 106,0 1.455 1.469 100,9 163.986 159.159 97,1
2003**) 104.305 96.051 92,1 75.863 76.761 101,2 10.724 10.906 101,7 1.753 1.655 94,4 192.644 185.373 96,2
2004***) 120.835 86.273 10.697 1.614 219.421
Sumber : Nota Keuangan dan APBN TA 2003
Keterangan :
PDB Tahun 2000 adalah PDB 9 Bulan Penerimaan PPh Migas mulai Tahun Anggaran 2000
Realisasi Tahun 2000 adalah angka realisasi 9 bulan Tahun 2000 18.651,6 miliar
*)Belum termasuk rencana dan realisasi PPh Migas Tahun 2001 23.101,7 miliar
**)Realisasi tahun 2003 adalah realisasi sementara Revisi II Tahun 2002 17.032,8 miliar
***)APBN 2004 Tahun 2003 18.143,5 miliar
Tanggal Proses : 25-03-2004 Tahun 2004 (APBN 2004) 13.132,8 miliar
154
Lampiran 2
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000 2001 2002 2003
Rencana 35.492 40.235 52.741 58.359 70.209 92.508 75.761 133.496 163.986 192.644
Realisasi 37.258 41.878 50.417 62.705 87.726 110.534 78.946 135.478 159.159 185.373
Rencana Realisasi
155
Lampiran 3
PENERIMAAN PAJAK DAN PDRB TH 2002
KANWIL I (DJP SUMATERA BAGIAN UTARA)
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 342.120 7.554.782
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 331.823 -
Lampiran 4
331,823 264,967
48,705
342,120 394,245
19,838
394,581
826,288
459,479
288,359
Lampiran 5
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 439.681 10.563.794
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 152.571 8.108.424
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 270.131 -
Lampiran 6
270,131 472,614
152,571
612,871 559,827
214,072
439,681 809,837
512,264 42,871
Lampiran 7
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 365.355 18.459.434
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 401.090 4.241.023
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 188.367 8.839.706
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 197.035 -
Lampiran 8
152,513
1,026,334
365,355
325,714 9,545
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 9.510.986 60.469.474
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 813.325 25.331.417
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 3.013.804 -
Lampiran 10
230,465
349,657
3,013,804
3,723,973
813,325 58,508
1,327,600
4,839,511
1,054,933
9,510,986
(Rp.Juta)
PEREDARAN
KLU JENIS USAHA PAJAK
USAHA
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 2.519.058 38.598.832
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 9.077.690 121.580.979
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 1.883.563 19.399.597
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 12.396.167 -
Lampiran 12
346,187 8,367,373
12,396,167
1,883,563
10,807,323
9,077,690 664,127
7,129,779 710,448
2,519,058
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 1.142.209 41.283.457
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 2.148.361 8.079.296
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 1.119.985 21.632.235
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 1.101.809 -
Lampiran14
51,601
1,101,809
108,054
1,119,985
5,155,052
2,148,361
906,627 54,549
1,142,209
315,259
Lampiran 15
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 908.256 40.435.576
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 1.120.480 7.445.036
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 790.183 15.730.694
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 279.099 -
Lampiran 16
279,099
6,922
4,730
790,183
2,765,613
1,120,480
138,817 41,481
908,256
35,701
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 1.079.995 54.849.450
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 2.000.313 9.230.582
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 681.774 20.341.981
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 894.712 -
Lampiran 18
97,739
894,712 147,026
681,774
2,000,313
6,467,167
577,898
1,079,995
355,179
64,785
PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE KEMASYARAKATAN SOSIAL
KEGIATAN YG BELUM JELAS
171
Lampiran 19
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 977.562 6.992.597
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 187.255 1.485.628
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 109.017 3.291.586
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 60.057 -
Lampiran 20
128,198
109,017 60,057 102,351 44,840
719
187,255
126,049
58,853
977,562
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
173
Lampiran 21
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 459.490 9.172.130
LEMB. KEUANGAN,
8 80000 REAL ESTATE 402.338 1.856.524
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 115.682 3.144.739
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 378.884 -
Lampiran 22
378,884 512,395
115,682
402,338
984,692
364,286
459,490 107,365
540,663
40,392
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
175
Lampiran 23
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 39.545 7.243.091
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 161.562 5.160.071
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 184.111 -
Lampiran 24
6,800 55,887
184,111
179,162
8,290
161,562
156,336
39,545
369,998 27,197
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
177
Lampiran 25
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 93.954 3.115.898
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 82.906 3.598.816
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 130.518 -
Lampiran 26
18,322 29,738
130,518 73,742
5,985
82,906
125,459
158,671 93,954
67,333
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
179
Lampiran 27
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 366.678 10.404.194
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 158.930 6.476.577
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 227.954 -
Lampiran 28
3,844
58,358
19,285
227,954
169,978
158,930
366,678
575,096 176,093
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
181
Lampiran 29
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 125.725 2.647.466
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 80.763 2.606.678
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 157.034 -
Lampiran 30
157,034 24,619
219,573
80,763 9,583
11,161
150,414
295,735
134,743
125,725
(Rp.Juta)
PEREDARAN
KLU JENIS USAHA PAJAK
USAHA
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 634.339 70.480.219
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 16.199 1.801.682
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 160.599 -
Lampiran 32
160,599
16,199
61,404 658,650
898,715
639,042
634,339
78,524
4,000,607
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
185
Lampiran 33
PENERIMAAN PAJAK DAN PDRB TH 2002
NASIONAL
(Rp.Juta)
KLU JENIS USAHA PAJAK PDRB
PERDAGANGAN DAN
6 60000 JASA 19.122.312 258.887.268
KEMASYARAKATAN
9 90000 SOSIAL 6.696.946 169.596.865
KEGIATAN YG BELUM
10 00000 JELAS 19.783.737 -
Lampiran 34
6,696,946
35,706,558
23,769,090
1,041,535
11,930,547
19,122,312 5,469,491
PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN DAN JASA
ANGKUTAN LEMB. KEUANGAN, REAL ESTATE
KEMASYARAKATAN SOSIAL KEGIATAN YG BELUM JELAS
187
Lampiran 35
350,000,000
300,000,000
250,000,000
200,000,000
150,000,000
100,000,000
50,000,000
0
PERTANIAN INDUSTRI KONSTRUKSI ANGKUTAN KEMASYARAKATAN
PENGOLAHAN SOSIAL
PAJAK PDRB
188
Lampiran 36
SPT Orang Pribadi Tahun 2002
600
500
400
300
200
100
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kantor
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII Pusat
Lampiran 40
500
400
300
200
100
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kantor
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII Pusat
Lampiran 41
Data Keberatan PPN/PPnBM dan PTLL (Tahun 2002 - 2003)
Catatan :
Kanwil DJP Jawa Bagian Barat I dan Kanwil DJP Sulut & Sulteng s.d. Triwulan III (2003)
Kanwil DJP Sulut & Sulteng s.d. Triwulan III (2003)
Sumber : Direktorat PPN dan PTLL Direktorat Jenderal Pajak
Tanggal Proses : 25-03-2004
194
Lampiran 42
Kanwil XVIII
Kanwil XVII
Kanwil XVI
Kanwil XV
Kanwil XIV
Kanwil XIII
Kanwil XII
Kanwil XI
Kanwil X
Kanwil IX
Kanwil VIII
Kanwil VII
Kanwil VI
Kanwil V
Kanwil IV
Kanwil III
Kanwil II
Kanwil I
Lampiran 43
Kanwil XVIII
Kanwil XVII
Kanwil XVI
Kanwil XV
Kanwil XIV
Kanwil XIII
Kanwil XII
Kanwil XI
Kanwil X
Kanwil IX
Kanwil VIII
Kanwil VII
Kanwil VI
Kanwil V
Kanwil IV
Kanwil III
Kanwil II
Kanwil I
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Lampiran 45
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII
Lampiran 46
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII
Lampiran 47
Lampiran 48
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII
Lampiran 49
120
100
80
60
40
20
0
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kantor
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII Pusat
Lampiran 50
1 I 6 53.790.606
2 II 1 1.417.450
3 IV 5 36.369.497
4 V 12 82.361.738
5 VI 18 121.123.546
6 VII 18 431.662.349
7 XI 4 5.577.876
8 XII 5 30.638.444
9 XIV 1 5.926.329
10 XV 2 1.427.824
Jumlah 72 770.295.662
Lampiran 51
20
15
10
0
Kanwil I Kanwil II Kanwil IV Kanwil V Kanwil VI Kanwil VII Kanwil XI Kanwil XII Kanwil XIV Kanwil XV
Lampiran 52
Data Tunggakan Wajib Pajak (Tahun 2002 - 2003)
2002 2003
1 I 539.249.354 607.314.448
2 II 253.433.500 470.104.154
3 III 253.743.350 525.843.900
4 IV 2.037.788.749 2.163.509.201
5 V 1.462.949.171 2.251.303.190
6 VI 1.136.370.170 1.347.970.965
7 VII 6.283.068.918 11.60.592.124
8 VIII 533.707.489 682.194.975
9 IX 198.406.865 450.898.522
10 X 434.922.299 460.928.046
11 XI 539.772.870 617.459.716
12 XII 228.901.824 290.934.688
13 XIII 131.685.967 138.141.522
14 XIV 224.135.756 338.511.733
15 XV 156.495.883 238.760.086
16 XVI 109.361.611 155.791.627
17 XVII 152.559.966 172.632.750
18 XVIII 68.421.273 73.709.456
19 XIX 3.836.672.606 4.000.205.128
Lampiran 53
12,000,000,000
10,000,000,000
8,000,000,000
6,000,000,000
4,000,000,000
2,000,000,000
0
2002
Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil Kanwil
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX
2002 2003
206
Lampiran 54
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Bendaharawan Badan Orang Pribadi Wajib Pajak PPh Pasal 21 Wajib Pajak PPN
208
Lampiran 56
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (Tahun 2002)
Kantor Orang
No Bendaharawan Badan Jumlah
Wilayah Pribadi
1 Kanwil I 12.517 62.898 181.777 257.192
2 Kanwil II 12.339 54.880 111.958 179.177
3 Kanwil III 17.377 53.024 176.233 246.634
4 Kanwil IV 2.758 107.695 151.403 261.856
5 Kanwil V 920 86.431 140.245 227.596
6 Kanwil VI 1.838 63.322 55.209 120.369
7 Kanwil VII 331 14.856 10.835 26.022
8 Kanwil VIII 10.373 67.357 182.707 260.437
9 Kanwil IX 11.934 59.062 217.145 288.141
10 Kanwil X 19.228 61.207 176.653 257.088
11 Kanwil XI 6.587 51.700 110.071 168.358
12 Kanwil XII 8.780 32.779 127.886 169.445
13 Kanwil XIII 8.019 18.979 42.532 69.530
14 Kanwil XIV 10.583 36.093 79.947 126.623
15 Kanwil XV 12.218 33.565 82.433 128.216
16 Kanwil XVI 9.696 22.602 42.247 74.545
17 Kanwil XVII 14.960 39.940 102.412 157.312
18 Kanwil XVIII 10.244 21.879 36.201 68.324
19 Kanwil XIX 0 692 0 692
Jumlah 170.702 888.961 2.027.894 3.087.557
Sumber : Direktorat Informasi Perpajakan DJP
Tanggal Proses : 25-03-2004
209
Lampiran 57
1 Kanwil 15 18 19 24
4 Karikpa 55 55 55 55
1 Eselon II 25 28 28 37
1 Strata 3 8 7 7 7
Lampiran 58
200
150
100
50
0
2000 2001 2002 2003
Kanwil KPP KPPBB Karikpa KP4
211
Lampiran 59
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2000 2001 2002 2003
Eselon II Eselon III Eselon IV
212
Lampiran 60
20000
15000
10000
5000
0
2000 2001 2002 2003
Lampiran 61
REKAPITULASI PENJATUHAN
HUKUMAN DISIPLIN TAHUN 2003
PERIODE : JANUARI S/D DESEMBER 2003
NO JENIS HUKUMAN
JML
1 2 15
KEPMEN KEU
I NO.15/KMK.01/UP.6/1985
- Peringatan Pertama 290
- Peringatan Kedua 71
- Peringatan Ketiga 41
JUMLAH 402
II PP No 30 TAHUN 1980
Tingkat Ringan :
- Tegoran lisan 17
- Tegoran tertulis 12
Pernyataan tidak puas secara
- tertulis 4
Tingkat Sedang :
- Penundaan kenaikan gaji berkala 6
Penurunan gaji sebesar 1 kali
- kenaikan gaji berkala 8
- Penundaan kenaikan pangkat 3
Tingkat Berat :
- Penurunan pangkat 15
- Pembebasan jabatan 3
Pemberhentian dgn hormat tdk
- atas permintaan sendiri 0
Pemberhentian tidak dengan
hormat
- 1
214
1 2 3
PP No 32 TAHUN 1979
III
Pemberhentian dgn hormat tdk
- atas permintaan sendiri 3
Pemberhentian tidak dengan
- hormat 10
IV PP No 6 TAHUN 1976
Pemberhentian dengan hormat
- sebagai CPNS 2
V PP No 4 TAHUN 1966
Pemberhentian Sementara
(Skorsing) 0
SUB TOTAL (II S/D IV) 84
T O T A L ( I S/D IV) 486
Lampiran 62
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
KEPMEN KEU PP No 30 TAHUN 1980 PP No 32 TAHUN 1979 PP No 6 TAHUN 1976 PP No 4 TAHUN 1966
NO.15/KMK.01/UP.6/1985
Jenis Hukuman
216
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR : KEP- 32 /PJ./2004
TENTANG
PERUBAHAN SUSUNAN ANGGOTA TIM PENYUSUNAN BUKU SAKU PERPAJAKAN YANG
DIPERLUKAN DALAM RANGKA MEMBERIKAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DARI
PIHAK KETIGA
Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan Tim Penyusunan Buku Saku Perpajakan Yang
Diperlukan Dalam Rangka Memberikan Tanggapan Atas Pertanyaan Dari Pihak
Ketiga yang dibentuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-
16/PJ./2004, perlu dilakukan perubahan susunan anggota Tim;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan Susunan
Anggota Tim Penyusunan Buku Saku Perpajakan Yang Diperlukan Dalam Rangka
Memberikan Tanggapan Atas Pertanyaan Dari Pihak Ketiga;
c. bahwa dalam rangka penyusunan Buku tersebut, perlu menetapkan Tim Penyusunan
Buku Saku Perpajakan Yang Diperlukan Dalam Memberikan Tanggapan Atas
Pertanyaan Dari Pihak Ketiga;
Mengingat : 1. Hasil Rapat Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak tanggal 29 Desember 2003;
2. Rapat pleno pertama Tim enyusunan Buku Saku Perpajakan Yang Diperlukan
Dalam Rangka Memberikan Tanggapan Atas Pertanyaan Dari Pihak Ketiga tanggal
29 Januari 2004
MEMUTUSKAN :
Pasal I
Mengubah susunan anggota Tim Penyusunan Buku Saku Perpajakan Yang Diperlukan
Dalam Rangka Memberikan Tanggapan Atas Pertanyaan Dari Pihak Ketiga sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal II
Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada yang berkepentingan untuk diketahui dan
diindahkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 11 Februari 2004
Djazoeli Sadhani
NIP 060036043
217
TIM PENYUSUNAN BUKU SAKU PERPAJAKAN YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA MEMBERIKAN
TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DARI PIHAK KETIGA
I. Pembina : Direktur Jenderal
II. Penasehat : Sekretaris Direktorat Jenderal
III. Ketua : Tenaga Pengkaji DJP bidang Pelayanan
IV. Sekretaris : Kepala Bagian Organisasi dan Tatalaksana
V. Anggota :
Sub Tim Data dan Informasi Perpajakan :
A. Koordinator Direktur Informasi Perpajakan
B. Wakil Koordinator Kasubdit Reg. Pemantauan Data, Dit. Informasi
Perpajakan
C. Anggota : 1. Kasubdit Pembukuan dan Penerimaan Pajak,
Dit. PPSP
2. Kasubdit Metode dan Materi Penyuluhan,
Dit. Penyuluhan Perpajakan
3. Kasubdit Pelayanan dan Perpustakaan, Dit.
Penyuluhan Perpajakan
4. Kasubdit Penerimaan dan Penagihan, Dit.
PBB dan BPHTB
5. Kepala Bagian Kepegawaian, Sekretariat
Direktorat Jenderal Pajak
6. Kasi Metode dan Materi Penyuluhan PPh,
Dit. Penyuluhan Perpajakan
7. Kasi Registrasi Wajib Pajak, Dit. Informasi
Perpajakan
8. Kasi Penerimaan PBB, Dit. PBB dan BPHTB
9. Kasi Penerimaan PBB, Dit. PPSP
10. Kasubag Pemberhentian dan Pemensiunan
Pegawai, Bagian Kepegawaian, Sekretariat
Direktorat Jenderal
11. Kasubag Pengembangan, Bagian
Kepegawaian, Sekretariat Direktorat Jenderal
12. Koodinator Pelaksana Pembuatan Laporan,
Dit. PPSP
13. Koordinator Pelaksana Komunikasi Data I,
Dit. Informasi Perpajakan
14. Koordinator Pelaksana Analisis Kebutuhan
Pegawai, Bagian Kepegawaian
15. Koordinator Pelaksana Sarana Cetak II, Dit.
Penyuluhan Perpajakan
2. Sub Tim Peraturan Perpajakan :
A. Koordinator : Direktur Peraturan Perpajakan
B. Wakil Koordinator Kasubdit Dokumentasi dan Bantuan Hukum, Dit.
Peraturan Perpajakan
a. Sub Koordinator PPh
Ketua : Kasubdit Peraturan PPh, Dit. Peraturan Perpajakan
Anggota : 1. Kasubdit PPh Perseorangan,
Dit. PPh
2. Kasubdit Potput PPh, Dit. PPh
3. Kasi Peraturan PPh Potput, Dit. Peraturan
Perpajakan
4. Kasi Pemotongan PPh II, Dit. PPh
5. Kasi PPh OP II, Dit. PPh
6. Kasi PPh Badan I, Dit. PPh
7. Koordinator Pelaksana Peraturan PPh Badan I,
Dit. Peraturan Perpajakan
b. Sub Koordinator PPN
Ketua : Kasubdit PPN Jasa dan PTLL, Dit. PPN dan PTLL
218
Anggota : 1. Kasubdit Peraturan PPN dan PTLL, Dit.
Peraturan Perpajakan
2. Kasi Peraturan PPN Dagang, Dit. Peraturan
Perpajakan
3. Kasi PPN Jasa dan PTLL I, Dit. PPN dan PTLL
4. Kasi Dokumentasi PP, Dit. Peraturan
Perpajakan
5. Koordinator Pelaksana Pemantauan PPN
Perdagangan I, Dit. PPN dan PTLL
c. Sub Koordinator KUP dan PBB
Ketua : Kasubdit Peraturan PBB dan Umum, Dit. Peraturan
Perpajakan
Anggota : 1. Kasi Bantuan Hukum Non Pajak, Dit.
Peraturan Perpajakan
2. Kasi Perjanjian Asia Pasifik, Dit. Peraturan
Perpajakan
3. Kasi Peraturan PBB, Dit. Peraturan Perpajakan
4. Koordinator Pelaksana Ketentuan Umum
Perpajakan II, Dit. Peraturan Perpajakan
5. Koordinator Pelaksana Dokumentasi II, Dit.
Peraturan Perpajakan
Ttd
Djazoeli Sadhani
NIP 060036043