You are on page 1of 76

Wahabi Yang Mengaku Salafi

Dari alBanna jr
Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuh
Salam Perjuangan
Alhamdulillah saya merupakan salah seorang pengunjung tetap TKO dan sentiasa mengikuti
forum yang disediakan. Akhir-akhir ini saya dapati terdapat ramai di kalangan forumer yang
suka membangkitkan persoalan khilafiah di samping membid'ahkan perkara-perkara yang
berkaitan. Walaupun golongan salaf merupakan generasi yang terbaik di dalam sejarah Islam
dari segi ketaatan serta kepatuhan mereka terhadap hukum-hukum Islam tanpa ada karenah tetapi
golongan hari ini yang mendakwa diri mereka salafi tidak membawa manhaj serta adab-adab
yang sepatutnya dimiliki oleh golongan ini.
Walaupun telah banyak hujah-hujah serta sandaran yang kukuh oleh forumer yang lain, mereka
yang mendakwa sebagai 'salaf' ini (saya tidak mengiktiraf ke'salaf'an mereka) masih berada di
awang-awangan dengan membawa ayat-ayat (bukan hujah) yang menyakitkan hati.
Kepada golongan yang kontra kepada mereka, saya selaku seorang yang beriman kepada Allah
'Azza Wa Jalla dan RasulNya mengajak agar jangan di'endorse'kan kesilapan mereka kepada
golongan salaf kerana golongan ini adalah golongan yang diakui oleh Nabi S.A.W sebagai
generasi Umat Islam yang terbaik ( daripada kurun pertama hingga ke tiga Hijrah).
Pada saya, mereka ini bukanlah golongan salaf tetapi golongan kerana tidak membawa adab-
adab yang sewajarnya dimiliki bagi golongan ini.
Alhamdulillah, saya ada terbaca di dalam http://www.dakwah.info/v2/?p=87 mengenai
penjelasan Dr Yusuf alQardhawi mengenai perkara ini.. dan juga
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Kontemporer/Toleransi1.html (yang ini saya tak paste
kerana terlalu panjang)
Harap saudara moderator dapat menyiarkannya di dalam ruang forum TKO
Salam Ukhuwwah
alBanna jr
http://www.fr204.blogspot.com/

PEMIKIRAN SALAFI
Yang dimaksud dengan “Pemikiran Salafi” di sini ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang
tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. Yakni para Sahabat dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur’an dan
tuntunan Nabi SAW.
Kriteria Manhaj Salafi yang Benar
Adalah suatu manhaj yang secara global berpijak pada prinsip berikut :
Berpegang pada nash-nash yang ma’shum (suci), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh.
Mengembalikan masalah-masalah “mutasyabihat” (yang kurang jelas) kepada masalah
“muhkamat” (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang
qath’i.
Memahami kes-kes furu’ (kecil) dan juz’i (tidak prinsipil), dalam kerangka prinsip dan masalah
fundamental.
Menyerukan “Ijtihad” dan pembaharuan. Memerangi “Taqlid” dan kejumudan.
Mengajak untuk ber-iltizam (memegang teguh) akhlak Islamiah, bukan meniru trend.
Dalam masalah fiqh, berorientasi pada “kemudahan” bukan “mempersulit”.
Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti.
Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan.
Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan formalitinya.
Menekankan sikap “ittiba’” (mengikuti) dalam masalah agama. Dan menanamkan semangat
“ikhtira’” (kreativiti dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.
Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya
generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek. Sehingga mereka mendapat pujian langsung
dari Allah di dalam Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh
sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada generasi sesudah mereka.
Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan
keluhuran (ihsan). Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban robbani yang
manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.
Citra “Salafiah” Dirosak oleh Pihak yang Pro dan Kontra
Istilah “Salafiah” telah dirosak citranya oleh kalangan yang pro dan kontra terhadap “salafiah”.
Orang-orang yang pro-salafiah - baik yang sementara ini dianggap orang dan menamakan dirinya
demikian, atau yang sebagian besar mereka benar-benar salafiyah - telah membatasinya dalam
skop formaliti dan kontroversial saja, seperti masalah-masalah tertentu dalam Ilmu Kalam, Ilmu
Fiqh atau Ilmu Tasawuf. Mereka sangat keras dan garang terhadap orang lain yang berbeda
pendapat dengan mereka dalam masalah-masalah kecil dan tidak prinsipil ini.
Sehingga memberi kesan bagi sementara orang bahwa manhaj Salaf adalah cara “debat” dan
“polemik”, bukan manhaj konstruktif dan praktikal. Dan juga mengesankan bahwa yang
dimaksud dengan “Salafiah” ialah mempersoalkan yang kecil-kecil dengan mengorbankan hal-
hal yang prinsipil. Mempermasalahkan khilafiah dengan mengabaikan masalah-masalah yang
disepakati. Mementingkan formaliti dan kulit dengan melupakan inti dan jiwa.
Sedangkan pihak yang kontra-salafiah menuduh faham ini “mundur”, senantiasa menoleh ke
belakang, tidak pernah memandang ke depan. Fahaman Salafiah, menurut mereka, tidak
menaruh perhatian terhadap masa kini dan masa depan. Sangat fanatik terhadap pendapat sendiri,
tidak mau mendengar suara orang lain. Salafiah sinonim dengan anti pembaharuan, mematikan
kreativiti dan daya cipta. Serta tidak mengenal moderate dan pertengahan.
Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini merosakkan citra salafiah yang hakiki dan penyeru-penyerunya
yang asli. Barangkali tokoh yang paling menonjol dalam mendakwahkan “salafiah” dan
membelanya mati-matian pda masa lampau ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta
muridnya Imam Ibnul-Qoyyim.
Mereka inilah orang yang paling patut mewakili gerakan”pembaruan Islam” pada masa mereka.
Kerana pembaharuan yang mereka lakukan benar-benar mencakup seluruh disiplin ilmu Islam.
Mereka telah menumpaskan fahaman “taqlid”, “fanatisme madzhab” fiqh dan ilmu kalam yang
sempat mendominasi dan mengekang pemikiran Islam selama beberapa abad.
Namun, di samping kegarangan mereka dalam membasmi “ashobiyah madzhabiyah” ini, mereka
tetap menghargai para Imam Madzhab dan memberikan hak-hak mereka untuk dihormati. Hal itu
jelas terlihat dalam risalah “Raf’l - malaam ‘anil - A’immatil A’lam” karya Ibnu Taimiyah.
Demikian kuatnya serangan mereka terhadap “tasawuf” karena penyimpangan-penyimpangan
pemikiran dan aqidah yang tersebar di dalamnya. Khususnya di tangan pengasas madzhab “Al-
Hulul Wal-Ittihad” (penyatuan). Dan penyelewengan perilaku yang dilakukan para orang jahil
dan yang menyalahgunakan “tasawuf” untuk kepentingan pribadinya. Namun, mereka menyadari
tasawuf yang benar (shahih). Mereka memuji para pemuka tasawuf yang ikhlas dan robbani.
Bahkan dalam bidang ini, mereka meninggalkan warisan yang sangat berharga, yang tertuang
dalam dua jilid dari “Majmu’ Fatawa” karya besar Imam Ibnu Taimiyah. Demikian pula dalam
beberapa karangan Ibnu-Qoyyim. Yang termasyhur ialah “Madarijus Salikin syarah Manazil As-
Sairin ila Maqomaat Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”, dalam tiga jilid.
Mengikut Manhaj Salaf Bukan Sekadar Ucapan Mereka
Yang perlu saya tekankan di sini, mengikut manhaj salaf, tidaklah berarti sekadar ucapan-ucapan
mereka dalam masalah-masalah kecil tertentu. Adalah suatu hal yang mungkin terjadi, anda
mengambil pendapat-pendapat salaf dalam masalah yang juz’i (kecil), namun pada hakikatnya
anda meninggalkan manhaj mereka yang universal, integral dan seimbang. Sebagaimana juga
mungkin, anda memegang teguh manhaj mereka yang kulli (universal), jiwa dan tujuan-
tujuannya, walaupun anda menyalahi sebagian pendapat dan ijtihad mereka.
Inilah sikap saya pribadi terhadap kedua Imam tersebut, yakni Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnul-
Qoyyim. Saya sangat menghargai manhaj mereka secara global dan memahaminya. Namun, ini
tidak berarti bahwa saya harus mengambil semua pendapat mereka. Jika saya melakukan hal itu
berarti saya telah terperangkap dalam “taqlid” yang baru. Dan bererti telah melanggar manhaj
yang mereka pegang dan perjuangkan sehingga mereka disiksa karenanya. iaitu manhaj “nalar”
dan “mengikuti dalil”. Melihat setiap pendapat secara objektif, bukan memandang orangnya.
Apa ertinya anda protes orang lain mengikut (taqlid) Imam Abu Hanifah atau Imam Malik, jika
anda sendiri taqlid kepada Ibnu Taimiyah atau Ibnul-Qoyyim Juga termasuk menzalimi kedua
Imam tersebut, hanya menyebutkan sisi ilmiah dan pemikiran dari hidup mereka dan
mengabaikan segi-segi lain yang tidak kurang penting dengan sisi pertama.
Sering terlupakan sisi Robbani dari kehidupan Ibnu Taimiyah yang pernah menuturkan kata-
kata: “Aku melewati hari-hari dalam hidupku dimana suara hatiku berkata, kalaulah yang
dinikmati ahli syurga itu seperti apa yang kurasakan, pastilah mereka dalam kehidupan yang
bahagia”.
Di dalam sel penjara dan penyiksaannya, beliau pernah mengatakan: “Apa yang hendak
dilakukan musuh terhadapku? Kehidupan di dalam penjara bagiku merupakan khalwat
(mengasingkan diri dari kebisingan dunia), pengasingan bagiku merupakan rekreasi, dan jika aku
dibunuh adalah mati syahid”.
Beliau adalah seorang laki-laki robbani yang amat berperasaan. Demikian pula muridnya Ibnul-
Qoyyim. Ini dapat dirasakan oleh semua orang yang membaca kitab-kitabnya dengan hati yang
terbuka.
Namun, orang seringkali melupakan, sisi “dakwah” dan “jihad” dalam kehidupan dua Imam
tersebut. Imam Ibnu Taimiyah terlibat langsung dalam beberapa medan pertempuran dan sebagai
penggerak. Kehidupan dua tokoh itu penuh diwarnai perjuangan dalam memperbarui Islam.
Dijebloskan ke dalam penjara beberapa kali. Akhirnya Syaikhul Islam mengakhiri hidupnya di
dalam penjara, pada tahun 728 H. Inilah makna “Salafiah” yang sesungguhnya.
Bila kita alihkan pandangan ke zaman sekarang, kita temukan tokoh yang paling menonjol
mendakwahkan “salafiah”, dan paling gigih mempertahankannya lewat artikel, kitab karangan
dan majalah pembawa missi “salafiah”, ialah Imam Muhammad Rasyid Ridha. Pem-red majalah
“Al-Manar’ yang selama kurun waktu tiga puluh tahun lebih membawa “bendera” salafiah ini,
menulis Tafsir “Al-Manar” dan dimuat dalam majalah yang sama, yang telah menyebar ke
seluruh pelosok dunia.
Rasyid Ridha adalah seorang “pembaharu” (mujaddid) Islam pada masanya. Barangsiapa
membaca “tafsir”nya, sperti : “Al-Wahyu Al-Muhammadi”, “Yusrul-Islam”, “Nida’ Lil-Jins Al-
Lathief”, “Al-Khilafah”, “Muhawarat Al-Mushlih wal-Muqollid” dan sejumlah kitab dan
makalah-makalahnya, akan melihat bahwa pemikiran tokoh yang satu ini benar-benar merupakan
“Manar” (menara) yang memberi petunjuk dalam perjalanan Islam di masa modern. Kehidupan
amalinya merupakan bukti bagi pemikiran “salafiah”nya.
Beliaulah yang merumuskan sebuah kaidah “emas” yang terkenal dan belakangan dilanjutkan
Imam Hasan Al-Banna. Yaitu kaidah :
“Mari kita saling bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati. Dan mari kita saling
memaafkan dalam masalah-masalah yang kita berbeda pendapat.”
Betapa indahnya kaidah ini jika dipahami dan diterapkan oleh mereka yang meng-klaim dirinya
sebagai “pengikut Salaf”.
(disalin dari buku “Aulawiyaat Al Harokah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qodimah” karya
Dr.Yusuf Al Qordhowi, edisi terjemahan Penerbit Usamah Press)
Sumber : http://salafiwahhabi.blogspot.com/2007/12/wahabi-yang-mengaku-salafi.html

DAFTAR ISI
 
 
Bab 1
 
Sebuah  pengantar  

 Dalil-dalil larangan mensesatkan, mengkafirkan sesama muslimin !

                                                                                     
Bab 2
 
Siapa golongan Wahabi/Salafi dan bagaimana fahamnya ? 

 Sekelumit pengantar tentang sekte Wahabi/Salafi


 Riwayat singkat Muhammad Ibnu Abdul Wahhab
 Memonopoli ajaran Tauhid dan pengkafiran terhadap para ulama
 Penentangan terhadap Muhammad Ibnu Abdul Wahhab.
 Apakah Syeikh Sulaiman Ibnu Abdul Wahhab telah bertobat ?
 Tauhid Rububiyyah
 Tauhid Uluhiyyah
 Definisi Ibadah berdasarkan pemahaman Al-Qur’an
 Tolok ukur Tauhid dan Syirik?
 Apakah Kemampuan atau Ketidak-mampuan merupakan tolok ukur Tauhid dan Syirik?
 Apakah Al-Qur’an hanya bisa diartikan secara tekstual atau literal?
 Tajsim/Penjasmanian dan Tasybih/Penyerupaan Allah swt kepada makhluk-Nya
 Siapakah Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani
 Al-Albani melemahkan beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim dan....
 Nama-nama ulama (berbagai madzhab) pengeritik al-Albani

Bab 3
 
Masalah taqlid (ikut-ikutan) kepada Imam Madzhab

 Dalil kewajiban bertaqlid ketika tidak mampu berijtihad


 Pembelaan al-Albani pada Syeikh Khajandi
 Dialog antara Dr.Sa'id Ramdhan al-Buuti dengan anti madzhab
 Tidak boleh mencari-cari keringanan ajaran yang paling mudah dan ringan dari Ulama

Bab 4
 
Bid’ah yang diperselisihkan

 Apa yang dimaksud Bid'ah dalam hadits Rasulallah saw?


 Contoh-contoh Bid’ah yang diamalkan para Sahabat pada zaman Nabi saw.
 Dalil-dalil yang berkaitan dengan Qadha dalam Sholat
 Sholat sunnah Qabliyah (sebelum) sholat Jum’at
 Mengangkat tangan waktu berdo'a
 Menyebut nama Rasulallah saw.dengan awalan kata sayyidina
 Mengusap wajah seusai berdo'a
 Penggunaan Tasbih waktu berdzikir bukanlah bid'ah sesat
 Keterangan singkat mengenai membaca Qunut dalam sholat Shubuh

Bab 5
 
Ziarah Kubur, Membaca Al-Qur’an, Talqin dan Tahlil untuk orang mati 

 Dalil-dalil Ziarah kubur 


 Ziarah kubur bagi wanita 
 Adab berziarah dan berdo'a didepan pusara Rasulallah saw.
 Pembacaan Al-Qur’an di kuburan untuk orang yang telah wafat
 Keterangan dari Ustadz Quraish Shihab
 Pahalanya membaca Al-Qur’an
 Amalan orang hidup yang bermanfaat bagi si mayyit
 Kehidupan ruh-ruh manusia yang telah wafat
 Talqin (mengajari dan memberi pemahaman/peringatan) mayyit yang baru dimakamkan   
 Tahlil/Yasinan
 Keterangan singkat tentang Haul (peringatan tahunan)
 Dalil-dalil orang yang membantah dan jawabannya
 Pahala sedekah untuk orang yang telah wafat 
 Pahala Puasa dan Sholat untuk orang yang telah wafat 
 Pahala Haji untuk orang yang telah wafat
 Membaca Al-Qur'an untuk orang yang telah wafat
 Keterangan singkat sholat jenazah yang ghoib
 Membangun masjid disisi kuburan
 Memberi penerangan terhadap kuburan
 Membangun kubbah diatas kuburan

Bab 6
 
Faedahnya kumpulan/majlis dzikir dan dalilnya

 Dalil-dalil dzikir dan uraian para pakar Islam mengenai majlis dzikir 


 Dalil mereka yang melarang dzikir secara jahar  dan jawabannya

Bab 7
 
Sekelumit macam-macam makalah  

 Benarkan sayidah Aisyah ra umur 9 tahun waktu dinikahi Rasulallah saw?


 Fatwa-fatwa para ulama tentang paham Hulul atau Ittihad (menyatunya Allah swt dengan hamba-
Nya)
 Fatwa-fatwa para ulama mengenai ilmu Tarekat, Hakekat, Ma’rifat
 Fatwa-fatwa para ulama mengenai pengertian Wali (waliyullah)
 Siapakah Syeikh Siti Jenar?
 Berjabatan tangan antara lelaki dan wanita ajnabiyyah (bukan muhrim)
 Sekelumit tentang berjabat tangan seusai sholat
 Kewajiban membaca Al-Fatihah didalam sholat baik untuk ma’mum maupun imam.
 Kewajiban Membaca Basmalah di Awal surat Al-Fatihah
 Tidak mengerak-gerakkan jari telunjuk ketika Tasyahhud
 Tata cara singkat Haji dan ‘Umrah dan urutannya
 Keterangan singkat mengenai Ru'ya Hilal
 Keterangan singkat mengenai ibadah Puasa Ramadhan  

   

Bab 8
 
Maulidin Nabi Muhammad saw.serta mengagungkan Nabi saw. 

 Keterangan singkat mengenai peringatan Maulidin Nabi saw.


 Cara-cara memperingati hari-hari Allah
 Nama-nama kitab yang menulis riwayat hidup Rasulallah saw.
 Dalil-dalil dan manfaat yang berkaitan dengan peringatan Maulidin Nabi saw.          
 Pendapat para Ulama dan tokoh cendekiawan Muslim
 Masalah berdiri waktu pembacaan Maulid
 Sekelumit makalah
 Sekelumit tentang peringatan Isra dan Mi'raj Rasulallah saw.   
 Mengagungkan Nabi Muhammad saw.
 Syair-syair untuk Nabi saw. dari para sahabat 
 Mencampur aduk antara Ta’dhim/Pengagungan dan Ibadah
 Sekelumit tentang peringatan Isra dan Mi'raj Rasulallah saw.   
 Rasulallah saw bukan manusia biasa, tapi manusia sempurna/Kaamil 

Bab 9
 
Wasithah/Tawassul dan Tabarruk

 Sekelumit pengantar makna tawassul


 Ayat-Ayat al-Quran yang berkaitan dengan Tawassul / Istighotsah
 Tawassul dengan Nama-Nama Allah yang Agung
 Tawassul melalui Amal Saleh
 Tawassul melalui Do’a Rasul
 Tawassul melalui Do’a Saudara Mukmin
 Tawassul melalui Diri Para Nabi dan Hamba Saleh
 Tawassul melalui Kedudukan dan Keagungan Hamba Sholeh
 Hadits-Hadits tentang Legalitas/pembolehan Tawassul / Istighotsah
 Prilaku Salaf Saleh Penguat Legalitas Tawassul / Istighotsah
 Tawassul kepada Rasulallah saw. dikala wafatnya
 Pengertian tawassul menurut Ibnu Taimiyyah
 Muhammad Ibnu Abdul Wahhab Imamnya madzhab Wahabi/Salafi tidak mengingkari
tawassul
 Diantara dalil-dalil orang yang membantah dan jawabannya
 Tabarruk
 Berkah dan Tabarruk dalam al-Quran
 Dalil-dalil Tabarruk para Sahabat dari bekas air wudhu Nabi saw.
 Dalil Tabarruk anak-anak para Sahabat pada Nabi saw.
 Tabarruk para Sahabat dengan keringat, rambut dan kuku Nabi saw.
 Dalil Tabarruk para Sahabat dari gelas Nabi saw.
 Tabarruk para Sahabat dari tempat tangan dan bibir Nabi saw.
 Tabarruk Para Sahabat dari Peninggalan dan Tempat Shalat Nabi
 Tabarruk para Sahabat dari Tempat Shalat Nabi saw.
 Dalil Tabarruk dari Pusara (Kuburan) Rasulallah saw.
 Antar Para Sahabat pun Saling Bertabarruk
 Jenazah dan Kuburan/Pusara Ulama yang Diambil Berkah
 Golongan Wahabi/Salafi (pengingkar) mengisukan dan jawabannya

 
Bab 10
 
Amalan-amalan Nishfu Sya’ban& Bulan Rajab

 Cara ibadah, berdo’a pada malam nishfu Sya’ban


 Dalil-dalil orang yang membantah dan jawabannya
 Ibnu Taimiyyah menghidupkan malam nishfu Sya'ban dengan amalan khusus
 Amalan ibadah pada bulan Rajab

Bab 11
 
Kemuliaan Keturunan (Ahlul Bait) Rasulallah saw.

 Sekelumit sejarah dinasti Bani Umayyah dan dinasti Bani Abbasiyyah


 Dalil-dalil tentang kewajiban untuk mencintai Ahlul-Bait/Keturunan Rasulallah saw.
 Tafsir Singkat Surat Al-Kautsar
 Ramalan akan datangnya Rasul dalam catatan kitab Hindu, Kristen, Yahudi dan Persi
 Pendapat Syekh Ali Tantawi dan saudara Segaf Ali Alkaff/Jeddah
 Hadits yang diriwayatkan cucu Nabi saw. yang keenam
 Pendapat Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz                                         
 Pendapat Prof.Dr.HAMKA
 Hadits-hadits tentang akan munculnya Imam Al-Mahdi 
 Pendapat para ulama  tentang "Siapakah yang dimaksud Ahlul-Bait" ?
 Pengertian mengenai kata dzurriyyat atau keturunan 
 Keturunan yang dijuluki Syarif/Sayyid
 Kalimat hadits Al-Kisa’
 Keterangan mengenai hadits Tsaqalain & hadits Kitabullah wa Sunnati 
 Kalimat hadits Tsaqalain (dua bekal berat)  
 Hadits tentang kemuliaan dan kedudukan keturunan Rasul saw.                                        
 Kalimat hadits Safinah (Perahu)                                                                                                    
 Pendapat Imam Turmudzi tentang makna hadits Tsaqalain, Safinah
 Sanggahan/Jawaban para ulama terhadap pendapat Imam Turmudzi
 Peranan keturunan Nabi saw (‘Alawiyyin) termasuk Wali Songo dalam penyebaran agama
Islam
 Ajaran-ajaran pokok Wali Songo dan cara dakwah mereka pada masa lalu

TANGAN DI ATAS DADA : SIFAT SHALAT WAHABI = SIFAT IBADAH


YAHUDI (TALMUD)
Posted on October 19, 2010 by salafytobat

Wahabi akan memukul sesiapa yang solat tidak meletakkan kedua tangannya di atas dada.
Wahabi juga mewajibkan letak dua belah tangan di atas dada dan bagi mereka sesiapa yang tidak
melakukan sedemikian maka solatnya tak sah batal. Sama juga dengan cara ‘solat’ Yahudi.
Yahudi meletakkan kedua belah tangan mereka di atas dada dan mendakwa sesiapa yang tidak
buat demikian maka ‘solat’nya tidak sah batal!. Wahabi agen Yahudi. Sila lihat buktinya dari
awal hingga akhir mereka (wahabi-yahudi) banyak persamaan sebab itu mereka tidak menyerang
orang kafir & yahudi tetapi menyerang serta membunuh ulama Islam sahaja.

Di bawah ini Yahudi KAFIR mengajar kita cara ‘solat’ sebenar mereka seperti yang mereka
dakwa iaitu meletakkan dua belah tangan di atas dada
Ini pula Yahudi ajar dalam ‘solat’ boleh jalan-jalan gerak2 banyak kali no problem

Ini pula geng2 Wahabi (ularbodo) yang masuk UMNO nak rosakkan UMNO dari dalam ajar
orang solat mesti letak dua tangan atas dada dan banyak dalam kitab-kitab ajaran agama Wahabi
mewajibkan letakan tangan di atas dada same lika Yahudi Zionis. Begitu juga boleh bersiar2
makan angin berjalan2 ketika solat mcm Yahudi di atas boleh jalan dalam ‘solat’nya.

Yang ini pula cara ‘solat’ Yahudi yang paling ‘best’ boleh baring-baring main tekap2 muka kat
lantai
full video shalat yahudi = solat wahabi (2 tangan diatas rusuk dada)

Tangan dibawah dada  bukan di atas dada !

BONGKAR SATU PERSATU KESESATAN SHALAT WAHABY/ALBANY

Hadirkan bukti scan kitab ulama ahlusunnah, bukan hanya ilmiah tapi bukti dan fakta akan kesesatan
wahaby/salafy!!

wahaby terlalu sering memalsu pendapat-pendapat ulama ahlusunnah dalam rujukan -rujukan pada
tulisan-tulisan mereka…..sekarang kita bongkar semua rujukan palsu tersebut!!!

lanjutan dari “sifat shalat Nabi vs sifat shalat albany/wahaby”

lihat artikel saya : http://salafytobat.wordpress.com/2008/07/18/rukun-shalat/

wahai wahaby!! Rujukan palsu kalian anggap ilmiah???

wahaby badwy cobalah tengok kitab ulama ahlusunnah yg asli!!!

1. DUA TANGAN DIBAWAH DADA BUKAN DIATAS DADA!!

- Menngenai posisi kedua tangan (bersedekap) setelah takbir (pada waktu berdiri),
Berkata Alhafidh Imam Nawawi : “Meletakkannya dibawah dadanya dan diatas pusarnya,
inilah madzhab kita yg masyhur, dan demikianlah pendapat Jumhur (terbanyak), dalam
pendapat Hanafi dan beberapa imam lainnya adalah menaruh kedua tangan dibawah
pusar, menurut Imam Malik boleh memilih antara menaruh kedua tangan dibawah
dadanya atau melepaskannya kebawah dan ini pendapat Jumhur dalam mazhabnya dan
yg masyhur pada mereka” (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 4 hal 114)..

Dari penjelasan ini fahamlah kita bahwa pendapat yg Jumhur (kesepakatan terbanyak
dari seluruh Imam dan Muhaddits) adalah menaruh kedua tangan diantara dada dan
pusar, walaupun riwayat yg mengatakan diatas dada itu shahih, namun pendapat Ibn
Mundzir “bahwa hal itu tak ada kejelasan yg nyata, bahwa Nabi saw menaruh kedua
tangannya diatas dada, maka orang boleh memilih” (Aunul Ma’bud Juz 2 hal 323.

mereka itu kebanyakan tidak bermadzhab, entah kemana arahnya, mengikuti pendapat2
yg tak bersanad, cuma nukil
nukil di buku hadits lalu berfatwa,

berkata Imam Nawawi bahwa pendapat yg paling shahih dan merupakan Jumhur
(terbanyak dari para Imam), adalah
menaruh tangannya dibawah dadanya, dan diatas pusarnya,

dan pada Madzhab Imam Malik (maliki) melepaskan tangan kebawah seperti orang
berdiri. (Ibanatul Ahkam bisyarah
Bulughil maram Juz 1 hal 398).

berikut linknya:

http://majelisrasulullah.org/index.php?
option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=8&id=11843&lang=id#11843

Adapun kitab “sifat shalat nabi” yg ditulis Syaikh nashiruddin Albani adalah kitab yg
mengajarkan kesesatan!. Dalam buku ini Albany mengajarkan satu lagi kesesatan dalam
cara shalat yaitu “tangan bersedekap diatas dada (lihat gambar diatas) ”. Sungguh ini
adalah perkataan2 yng menyelisihi imam 4 madzab Ahlusunnah!. Baca artikel saya ttg
“Kesesatan Syaikh nashiruddin Albani “.

Inilah bukti kitab ulama ahlusunnah yang muktabar !!

Bukan hanya rujukan palsu ustaz-ustaz sesat wahaby/salafy/DDI/wahdah!!!

KENYATAAN IMAM NAWAWI AL-BANTANI DI DALAM KITAB


NIHAYAH AL-ZAIN-LETAK TANGAN BAWAH DADA !!!
MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH DADA DAN DI ATAS PUSATNYA, DENGAN
CONDONG SEDIKIT KE SEBELAH KIRI.BUKAN SEBAGAI MANA YANG DI
PROMOSIKAN OLEH SET-SET WAHABI YANG KATANYA DI BAWAH DAGU ATAS
DADA TIDAK TAQLID.RUPA-RUPANYA TAQLID JUGA MEREKA INI DENGAN PAK
ALBANI.SEMUA YANG ALBANI KATA BETUL BELAKA.TAK TAASSUB KER TU?? 

MENGHINA TAQLID…BERERTI MENGHINA DIRI SENDIRI !!!

LAGI BAHAN BUKTI MELETAK TANGAN BUKAN ATAS DADA SELEPAS


TAKBIR
I’ANAH AL-TALIBIN JUGA MENYATAKAN “…MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH
DADA ,DI ATAS PUSAT ADALAH ITTIBA’ (MENGIKUT SUNNAH NABI)
YANG DIMAKSUDKAN DENGAN DI BAWAH DADA DAN DIATAS PUSAT IALAH
CONDONG KE SEBALAH KIRI, KERANA HATI ITU BERADA DI BAHAGIAN KRI.INI
DIRIWAYAT DARI IBNU HUZAIMAH DIDALAM SAHIHNYA DARIPADA WAIL IBN
HUJR YANG MENYATAKAN ” AKU BERSALAT BERSAMA NABI S.A.W , MAKA
NABI S.A.W MELETAKKAN TANGAN KANAN DI ATAS TANGAN KIRI DI BAWAH
DADANYA. 
 

LAGI BAHAN BUKTI MELETAK TANGAN BUKAN ATAS DADA SELEPAS


TAKBIR

Posted on by Al-Haqir Mahfuz Muhammad Al-Khalil


DISUNATKAN MELETAKKAN TANGAN KANAN DI ATAS TANGAN KIRI , DI BAWAH
PUSAT ATAU DI ATAS PUSATNYA.AMALAN INI ADALAH SEPAKAT TIGA MAZHAB
SEMENTARA MALIKIYYAH MENYEBUTKAN SEBAGAI MANDUB. 

MASAALAH MELETAK TANGAN SELEPAS TAKBIRATULIHRAM


-KITAB MAZHAB 4 -AL-JUZAIRI
MALIK : MELETAKKAN TANGAN DI ATAS PUSAT DAN DIBAWAH DADA.
IMAM HANAFI : MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH PUSAT.
IMAMA HAMBALI : MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH PUSAT.
IMAM SYAF’E : MELETAKKAN TANGAN DI ATAS PUSAT DAN DIBAWAH DADA.INI
LAH PENDAPAT 4 MAZHAB DALAM MASAALAH MELETAKKAN TANGAN SELEPAS
TAKBIR DIDALAM SEMBAHYANG. 
PENDAPAT YANG MENGATAKAN MELETAKKAN TANGAN DI BAWAH DAGU ,DI
ATAS DADA TIADA PENDAPAT MAZHAB YANG MENGATAKAN BEGITU
MELAINKAN KEPALA WAHABI ,NASIRUDDIN AL-ALBANI.

AWAS !!!

LAGI CONTOH BUKU SEMBAHYANG WAHABI YANG PATUT DIJAUHI..

DALAM GAMBAR DIATAS MEREKA MENGANJURKAN SALAT DENGAN MELETAKKAN TANGAN DIATAS
DADA.SEMENTARA GAMBAR YANG KE-2 MENYARANKAN SALAT DENGAN SUJUD DIATAS KAIN
SERBANNYA, INI ADALAH MEMBATALKAN SALAT,KERANA SUJUD PADA SEBAGAIAN PAKAIN YANG
BERGERAK BERSAMA PERGERAKKAN TUBUH ANGGUTA KITA.

RUJUK KITAB SEPERTI SABILALMUHTADIN,BUGHIAH DAN SEBAGAINYA.AWAS !!! 

ustadz Mahfuz Muhammad Al-Khalil

http://al-subki.blogspot.com/2008_07_01_archive.html

KITAB SAHIH SIFATUSSOLAH AN-NABIY


Kitab ini diperbahaskan mengikut kerangka Mazhab al-Syafi’ie/ Ahli Hadis. Ia merupakan Satu Jawapan
Total Terhadap Sifat Solat Nabi al-Albani.
Simpton Wahhabi 1 : Kangkang luah-luah

Simpton ke 2 : Wajibkan Jubah atas buku lali

Simpton ke 3: Wajib letak Tangan ataih dada (letak lain dikira tidak sunnah, bid’ah DLL)

Simpton ke 4 : Hanya serban Mandili sahaja, serban ‘Imamah (putar) dikira tiada hadis sahih. Dianggap
bid’ah sesat, tiru singh DLL.

Ada pihak tertanya-tanya. Bagaimana caranya untuk kita mengenali individu atau jamaah yang
menganut aliran fahaman Wahhabiy Ghuluw secara paling mudah?. Jawapannya ialah dengan melihat
fahaman, pegangan atau amalan individu atau jamaah itu sendiri. Antara simpton Wahhabiy yang
termudah dikesan ialah dengan memerhatikan cara mereka mendirikan solat.

Sewaktu hendak melakukan solat, mereka melipat seluar mereka melebihi paras buku lali. Begitu juga
bagi mereka yang memakai jubah. Jubah tersebut pasti disingkatkan. Menurut mereka, jika kaki seluar
atau jubah berada diparas buku lali dikira bid’ah dholalah.

Sewaktu qiyam, mereka mengangkang agak luas. Bertakbiratul ihram di paras dada dan meletakkan
kedua tangan di atas dada menghampiri leher. Lihatlah kedudukan mereka sebagaimana yang
disertakan pada paparan di atas. Hairannya, golongan Wahhabiy Ghuluw ini membid’ahkan sesiapa yang
meletakkan kedua tangan (lps takbiratul ihram) atas perut bawah dada sebagaimana amalan dalam
mazhab al-Syafi’ie kita. Sila lihat anjuran bersolat letak tgn atas dada oleh Syeikh al-Albaani dalam Sifat
al-Solat Nabi m/s 88.

Dalam mazhab al-Syafi’ie, Hal ini telah diperjelaskan para ulamak al-Syafi’iyyah. Antaranya, al-Hafiz Ibn
Hajr al-Asqalani mengatakan : “Ibn Khuzaimah meriwayatkan hadis dari Wail b Hujr bahawa Nabi SAW
meletakkan kedua tangannya pada dadanya (‘ala sadrihi: bukan di atas dadanya). Sedang menurut
riwayat al-Bazzar( ‘inda sadrihi), pada dadanya.” (Fath al-Bari m/s 224 juz 2)

Ulasan : Yang dimaksudkan di atas dada bukan secara zahirnya. Tetapi maksudnya ialah berhampiran
dada. Kenyataan zahir ini boleh difahami dgn lafaz (‘inda sadrihi) pada riwayat al-Bazzar. Kata ulamak :
“Menghimpunkan riwayat lebih baik jika ia memungkinkan.”

Imam al-Tirmidzi menjelaskan ketika membicarakan riwayat Wail bin Hujr, Ghatif al-Harith, Ibn Abbas,
Ibn Mas’ud dan Sahl bin Saad r.a : “Hadis ini menjadi amalan para ulamak dari kalangan sahabat Nabi
SAW, Tabiin dan golongan sesudah mereka. Mereka melihat seseorang melakukan solat dengan
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri semasa (qiyam dlm solat). Sebahagian mereka meletakkan
kedua tangannya di atas pusat. (mazhab al-Syafi’ie & Hambali) Manakala sebahagian yang lain
meletakkan tangan mereka di bawah pusat. Dan kesemua itu (dilakukan secara) terbuka dikalangan
mereka”. (mazhab Hanafi dan Maliki)

Kesimpulannya, Sunat meletakkan tangan kanan atas tangan kiri di atas pusat (melepasai pusat) di
bawah dada selepas takbiratul ihram. Ia bukanlah bid’ah dholalah sebagaimana di dakwa pelampau
agama. Golongan yang memaksa kita meletakkan kedua tangan di atas dada sebenarnya mengambil
pemahaman hadis secara zahir. Dan pemahaman zahir ini keluar dari ketentuan mazhab Empat yang
muktabar. Justeru, tidak sepatutnya mereka memaksa kita mengikuti pendapat mereka.

Ternyata, pendapat ini lebih merupakan PENDAPAT BEBAS al-Albaani yang digunapakai secara ghuluw.
Sedangkan al-Albaani bukan dari kalangan mujtahid. Dan sesekali tidak berhak untuk membatalkan
pandangan Mujtahid Muthlaq.

Akhirnya, ketahuilah bahawa jika tuan-puan melihat petanda seperti di atas, jelaslah bahawa individu
atau jamaah tertentu sudah dijangkiti virus Wahhabiy Ghuluw. Awas, Jauhilah.
Filed under: TANGAN DI ATAS DADA : SIFAT SHALAT WAHABI = SIFAT IBADAH
YAHUDI (TALMUD) | Tagged: TANGAN DI ATAS DADA : SIFAT SHALAT WAHABI =
SIFAT IBADAH YAHUDI (TALMUD) | Leave a Comment »

Wahabi (LAJNAH AL BUHUTS AL ILMIYYAH WA AD DA’WAH WA AL IRSYAD –


Riyad) Mengoyak al Adzkar Karya An Nawawi  :
Posted on October 26, 2010 by salafytobat

Bismillah, as Shalat wa as salam ala Rasululillah,


Kaum wahabi benar-benar kaum Talafi (pengganti Salafi), kaum PERUSAK.
Silahkan anda lihat bukti scan ini untuk menunjukan demikian BURUK-nya mereka; menyebarkan
kebohongan untuk tujuan menebar AJARAN SESAT; mereka merubah kitab-kitab ulama Ahlussunnah
Wal Jama’ah supaya sejalan dengan “perut” dan hawa nafsu mereka. Bukti scan ini dari tulisan
(pengakuan) Syekh Abdul Qadir al Arna’uth yang telah melakukan tahqiq terhadap kitab karya Imam an
Nawawi; “al Adzkar”. Ternyata hasil tahqiq-nya tersebut “digondol” (dicuri) oleh gerombolan Wahabi
dari Riyadl Saudi yang menamakan diri mereka sebagai “LAJNAH AL BUHUTS AL ILMIYYAH WA AD
DA’WAH WA AL IRSYAD”.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh lajnah al buhuts at takfiriyyah ini???? Mereka “mengoyak” tulisan
Imam an Nawawi; lihat.. sebuah bab semula berjudul:
‫فصل في زيارة قبر رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬
Pasal: Dalam menjelaskan tentang ziarah ke makam Rasulullah
(Anda tahu; kandungan makna dari penamaan bab ini?? adalah berisi ungkapan betapa besar Imam an
Nawawi mencintai dan mengagungkan Rasulullah….!!!)
Tapiiii…. ternyata; kaum Wahabiyyah Talafiyyah telah merubah judul bab tersebut menjadi:
‫فصل في زيارة مسجد رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬
[ Pasal: Dalam menjelaskan ziarah ke masjid Rasulullah ]
(Anda tahu dengan pemalsuan tangan-tangan jahat Wahabi ini betapa besar “luka” yang ditorekan
mereka kepada “hati” seorang Imam terkemuka sekelas Imam an Nawawi??? Apakah anda tidak
merasakan bahwa tangan-tangan jahat tersebut tidak hanya melukai seorang Imam an Nawawi… tapi;
PERHATIKAN… bukankah itu melukai Rasulullah???? Lalu apakah anda sebagai umat Rasulullah tidak
merasa dilukai ketika Rasulullah dilukai oleh tangan-tangan jahat itu???
Apakah anda tahu bahwa Rasulullah besabda:
‫ رواه البزار وغيره‬/ ‫من زار قبري وجبت له شفاعتي‬
“Barangsiapa yang datang berziarah ke makamku maka wajiblah ia mendapatkan syafa’atku” (HR. al
Bazzar dan lainnya)
Orang-orang Wahabi yang tidak tahu diri itu harus menjawab “pertanyaan panjang” ini, dan harus
mempertanggungjawabkan itu semua di hadapan Rasulullah kelak;
Filed under: Wahabi (LAJNAH AL BUHUTS AL ILMIYYAH WA AD DA'WAH WA AL IRSYAD - Riyad)
Mengoyak al Adzkar Karya An Nawawi : | Tagged: Wahabi (LAJNAH AL BUHUTS AL ILMIYYAH WA AD
DA'WAH WA AL IRSYAD - Riyad) Mengoyak al Adzkar Karya An Nawawi :
Sesama Wahabi Saling Menyesatkan : Syaikh Utsaimin Vs Syaikh Abdurrahman  Damasyqiyyah
Posted on October 26, 2010 by salafytobat
Sesama Wahabi Saling Menyesatkan

Sesama Wahabi berantem; saling menyesatkan.


Lihat, dalam situs resmi salah seorang pendakwah ajaran sesat Wahabi, bernama Abdurrahman
Damasyqiyyah, berkata: “Saya katakan bahwa boleh untuk kaum perempuan untuk ziarah kubur dengan
dasar hadits ini……”
Sementara pemuka Wahabi lainnya, Ibnu Utsaimin, dalam bukunya berjudul Fatawa Muhimmah, h. 149-
150, cet. Riyad, berkata:
“Haram ziarah kubur bagi kaum perempuan, itu termasuk dari dosa besar, sekalipun yang diziarahi
makam nabi (Muhammad)”.
Bukti bahwa dasar ajaran Wahabi “SEENAK PERUT”.
Filed under: Sesama Wahabi Saling Menyesatkan : Syaikh Utsaimin Vs Syaikh Abdurrahman
Damasyqiyyah | Tagged: Sesama Wahabi Saling Menyesatkan : Syaikh Utsaimin Vs Syaikh
Abdurrahman Damasyqiyyah | Leave a Comment »

Pembenci Rasulullah Terpanggang Di atas Qubbah Khadlra (Qubah Hijau Makam Rasulullah)


Posted on October 26, 2010 by salafytobat

Terjemah:
Dikutip dari Syekh az-Zabidi: “Para musuh Rasulullah setelah mereka selesai menghancurkan makam-
makam mulia di komplek pemakaman al Baqi’; mereka pindah ke Qubah Rasulullah untuk
menghancurkannya. Salah seorang dari mereka lalu naik ke puncak Qubah untuk mulai
menghancurkannya, tapi kemudian Allah mengirimkan petir/api menyambar orang tersebut yang dengan
hanya satu kali hantaman saja orang tersebut langsung mati hingga -raganya- menempel di atas Qubah
mulia itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang mampu menurunkan mayat orang tersebut dari atas
Qubah; selamanya. Lalu ada salah seorang yang sangat saleh dan bertakwa mimpi diberitahukan oleh
Rasulullah bahwa tidak akan ada seorangpun yang mampu menurunkan mayat orang tersebut. Dari sini
kemudian orang tersebut “dikuburkan” ditempatnya (di atas Qubah; dengan ditutupkan sesuatu di
atasnya) supaya menjadi pelajaran”.
foto tahun 1427 H
Filed under: Pembenci Rasulullah Terpanggang Di atas Qubbah Khadlra (Qubah Hijau Makam
Rasulullah) | Tagged: Pembenci Rasulullah Terpanggang Di atas Qubbah Khadlra (Qubah Hijau Makam
Rasulullah) | Leave a Comment »

Bukti Wahabi Bersaudara Dengan Yahudi Dan Kaum Kafir Lainnya


Posted on October 26, 2010 by salafytobat

Lihat, salah seorang pimpinan Wahabi, bernama Abdul Aziz al Ammar “ngaku” dirinya wakil menteri
urusan Masjid; ngomong ngelantur seenak perutnya, dia ngomong: “Dalam syari’at kita tidak boleh
mendoakan keburukan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir lainnya”.
heh..!! Syari’at siapa???? ya syari’at Wahabi…. lagi; omongannya ini menguatkan fatwa “guru besar”
mereka: Ibnu Baz dan al Albani yang mengatakan bahwa orang-orang Palestina seharusnya
meninggalankan negara mereka dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi..
Hasbunallah Wa nI’mal Wakil…..!!!!
Filed under: Bukti Wahabi Bersaudara Dengan Yahudi Dan Kaum Kafir Lainnya | Tagged: Bukti Wahabi
Bersaudara Dengan Yahudi Dan Kaum Kafir Lainnya | Leave a Comment »
www.forsansalaf.com : Perintah Talqin Mayit
Posted on October 25, 2010 by salafytobat
Perintah Talqin Mayit

Telah umum dalam masyarakat kita, selesai jenazah dimakamkan salah seorang dari pihak
keluarga mayit duduk disamping makam lalu mulai melafadzkan bacaan talqin[i] bagi mayit.
Namun dewasa ini, ada satu kelompok yang mengklaim dirinya paling  mengikuti al-Qur’an dan
sunnah dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in menyatakan bahwa talqin mayit adalah
bid’ah karena tidak memiliki landasan dalam syari’at serta tidak bermanfaat bagi si mayit.
Permasalahan semacam ini telah menjadi polemik dalam masyarakat, benarkah talqin mayit tidak
memiliki landasan syari’at padahal telah dilakukan oleh para ulama’ pendahulu kita ?
Oleh karena itu, kami akan membahas  tentang dalil-dalil yang menjadi landasan talqin mayit
agar bisa memberikan kejelasan pada masyarakat.
Dasar hukum talqin mayit
Salah satu dasar hukum mengenai talqin adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
imam Abi Dawud, dan imam An Nasai  :
‫لقنوا موتاكم ال إله إال هللا‬
“Talqinilah orang-orang mati kalian dengan ‫“ ال إله إال هللا‬
Memang mayoritas ulama mengatakan bahwa yang dimaksud lafadz  ‫ موتاكم‬dalam hadits diatas
orang-orang yang hampir mati bukan orang-orang yang telah mati, sehingga hadits tersebut
menggunakan arti majas (arti kiasan) bukan arti aslinya.
Akan tetapi, tidak salah juga jika kita artikan lafadz tersebut dengan arti aslinya yaitu orang
yang telah mati. karena menurut kaidah bahasa arab, untuk mengarahkan suatu lafadz kepada
makna majasnya diperlukan adanya qorinah (indikasi) baik berupa kata atau keadaan yang
menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perkataan tersebut adalah makna majasnya bukan
makna aslinya. Sebagai contoh jika kita katakan “talqinillah mayit kalian sebelum matinya” 
maka kata-kata “sebelum matinya” merupakan qorinah yang mengindikasikan bahwa yang
dimaksud dengan kata mayit dalam kalimat ini bukan makna aslinya (yaitu orang yang telah
mati) tapi makna majasnya (orang yang hampir mati).
Sedangkan dalam hadits tersebut tidak diketemukan Qorinah untuk mengarahkan lafadz ‫موتاكم‬
kepada makna majasnya, maka sah saja jika kita mengartikannya dengan makna aslinya yaitu
orang-orang yang telah mati bukan makna majasnya. Pendapat inilah yang dipilih  oleh sebagian
ulama seperti Imam Ath Thobary, Ibnul Humam, Asy Syaukany, dan Ulama lainya.
Selain hadits di atas, masih ada hadits lain yang menunjukkan kesunahan mentalqini mayit
setelah dikuburkan, yaitu :
،َ‫ة‬Uَ‫ا فُالنَ بن فُالن‬Uَ‫ ي‬:‫ ْل‬Uُ‫ ثُ َّم لِيَق‬،‫ ِر ِه‬U‫س قَ ْب‬ ِ ‫ ُد ُك ْم َعلَى َر ْأ‬U‫ فَ ْليَقُ ْم أَ َح‬،‫ ِر ِه‬U‫اب َعلَى قَ ْب‬ َ ‫س َّو ْيت ُِم التُّ َر‬َ َ‫ ف‬،‫إِ َذا َماتَ أَ َح ٌد ِمنْ إِ ْخ َوانِ ُك ْم‬
:‫و ُل‬UUُ‫ فَإِنَّهُ يَق‬،َ‫ة‬Uَ‫ا فُالنَ بن فُالن‬UUَ‫ ي‬:‫و ُل‬UUُ‫ ثُ َّم يَق‬،‫ستَ ِوي قَا ِعدًا‬ ْ َ‫ فَإِنَّهُ ي‬،َ‫ يَا فُالنَ بن فُالنَة‬:‫ ثُ َّم يَقُو ُل‬،‫يب‬ ُ ‫س َم ُعهُ َوال يُ ِج‬ ْ َ‫فَإِنَّهُ ي‬
َ َ
‫ َوأنَّ ُم َح َّمدًا‬،ُ ‫هَ إِال هَّللا‬UUَ‫ش َها َدةَ أنْ ال إِل‬ ْ َ
َ ‫ اذ ُك ْر َما َخ َر ْجتَ َعلَ ْي ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا‬:‫ ف ْليَقُ ْل‬، َ‫ش ُعرُون‬ ْ َ‫ َولَ ِكنْ ال ت‬،ُ ‫ش ْدنَا َر ِح َم َك هَّللا‬ ِ ‫أَ ْر‬
‫ ُذ‬U‫ي ًرا يَأْ ُخ‬U‫ ًرا َونَ ِك‬U‫إِنَّ ُم ْن َك‬Uَ‫ ف‬،‫ا‬U‫آن إِ َما ًم‬
ِ ‫ا ْلقُ ْر‬Uِ‫ َوب‬،‫ًّا‬UŽ‫ َوبِ ُم َح َّم ٍد نَبًِي‬،‫ا‬Uً‫الم ِدين‬ ِ U‫س‬ ِ ِ‫ َوب‬،‫ًّا‬UŽ‫ضيتَ بِاهَّلل ِ َرًب‬
ْ ‫اإل‬ ِ ‫ َوأَنَّ َك َر‬،ُ‫سولُه‬ ُ ‫َع ْب ُدهُ َو َر‬
َ
‫ا َل‬UUَ‫ فق‬،”‫ا‬UU‫ هُ دُونَ ُه َم‬U‫يج‬ ‫هَّللا‬ َ ُ َ ْ
َ ‫ونُ ُ َح ِج‬UU‫ فيَ ُك‬،ُ‫ه‬Uَ‫ ْد لقِّنَ ُح َّجت‬U‫ق بنا َما نَق ُع ُد ِعن َد َمنْ ق‬ ْ َ ْ
ْ ِ‫ انطل‬:‫ َويَقُو ُل‬،‫احبِ ِه‬ ِ ‫ص‬ َ ‫اح ٌد ِم ْن ُه ْما بِيَ ِد‬
ِ ‫َو‬
ُ
‫ رواه الطبراني‬.‫ يَا فالنَ بن َح َّوا َء‬،‫سبُهُ إِلى َح َّوا َء‬ َ ْ َ َ ُ َ
ُ ‫”فيَن‬:‫ فإِنْ ل ْم يَ ْع ِرفْ أ َّمهُ؟ قا َل‬،ِ ‫سو َل‬ َ ‫هَّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫َر ُج ٌل‬
“Jika salah satu diantara kalian  mati, maka ratakanlah tanah pada kuburnya (kuburkanlah).
Hendaklah salah satu dari kalian berdiri di pinggir kuburnya dan hendaklah berkata : “wahai
fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati,
pent)” sebab dia bisa mendengarnya tapi tidak bisa menjawabnya. Kemudian berkata lagi :
“wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang
mati, pent)” sebab dia akan duduk. Kemudian berkata lagi : “wahai fulan (sebutkan nama
orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia akan
berkata : “berilah kami petunjuk –semoga Allah merahmatimu-“ dan kalian tidak akan
merasakannya. Kemudian hendaklah berkata : “ sebutlah sesuatu  yang kamu bawa keluar dari
dunia, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah SWT, Muhammad hamba dan utusan
Nya, dan sesungguhnya kamu ridlo Allah menjadi Tuhanmu, Muhammad menjadi Nabimu, dan
Al Quran menjadi imammu”, sebab Mungkar dan Nakir saling berpegangan tangan dan berkata
: “mari kita pergi. Kita tidak akan duduk (menanyakan) di sisi orang yang telah ditalqini
(dituntun) hujjahnya (jawabannya), maka Allah menjadi hajiij (yang mengalahkan dengan
menampakkan hujjah) baginya bukan Mungkar dan Nakir”. Kemudian seorang sahabat laki-
laki bertanya : wahai Rasulullah ! Jika dia tidak tahu ibu si mayit ?Maka Rasulullah
menjawab : nisbatkan kepada Hawa, wahai fulan bin Hawa” (H.R. Thabrani) (2).
Berdasarkan hadits ini ulama Syafi`iyah, sebagian besar ulama Hanbaliyah, dan sebagian ulama
Hanafiyah serta Malikiyah menyatakan bahwa  mentalqini mayit adalah mustahab (sunah)(3).
Hadits ini memang termasuk hadist yang dhaif (lemah), akan tetapi ulama sepakat bahwa hadits
dhaif masih bisa dijadikan pegangan untuk menjelaskan mengenai fadloilul a`mal dan anjuran
untuk beramal, selama tidak bertentangan dengan hadits yang lebih kuat (hadits shohih dan
hadits hasan lidzatih) dan juga tidak termasuk hadits yang matruk (ditinggalkan)(4). Jadi tidak
mengapa kita mengamalkannya.
Selain itu, hadist ini juga diperkuat oleh hadist-hadits shohih seperti :
ُ‫ه‬Uَ‫أَلُوا ل‬U‫اس‬ْ ‫تَ ْغفِ ُروا ؛ أِل َ ِخي ُك ْم َو‬U‫اس‬ ِ ِّ‫ َر َغ ِمنْ َد ْف ِن ا ْل َمي‬Uَ‫سلَّ َم إ َذا ف‬
ْ : ‫ا َل‬Uَ‫ ِه َوق‬U‫فَ َعلَ ْي‬Uَ‫ت َوق‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫َكانَ َر‬
ْ
‫ص َّح َحهُ ال َحا ِك ُم‬ َ
َ ‫ َو‬، ‫ َر َواهُ أبُو دَا ُود‬. ‫سأ ُل‬َ َّ َ ْ
ْ ُ‫ فإِنهُ اآْل نَ ي‬، َ‫ التَّثبِيت‬.
“Apabila Rasulullah SAW selesai menguburkan mayit, beliau berdiri di dekat kuburan dan
berkata : mintalah kalian ampunan untuk saudara kalian dan mintalah untuknya keteguhan
(dalam menjawab pertanyaan Mungkar dan Nakir) karena sesungguhnya dia sekarang sedang
ditanya” (H.R. Abu Daud dan dishahihkan oleh Hakim)(5).
‫‪Juga hadits yang diriwayatkan Imam Muslim r.a :‬‬
‫وعن عمرو بن العاص – رضي هللا عن‪U‬ه – ‪ ،‬قَ‪U‬ا َل ‪ :‬إِ َذا َدفَ ْنتُ ُم‪U‬ونِي ‪ ،‬فَ‪U‬أقِي ُموا َح‪ْ U‬و َل قَ ْب‪ِ U‬ري قَ‪ْ U‬د َر َم‪U‬ا تُ ْن َح‪ُ U‬ر َج‪ُ U‬زو ٌر ‪،‬‬
‫س َل َربِّي ‪ .‬رواه مسلم‬ ‫اج ُع بِ ِه ُر ُ‬ ‫س بِ ُك ْم ‪َ ،‬وأ ْعلَ َم َما َذا أُ َر ِ‬ ‫س ُم لَح ُم َها َحتَّى أَ ْ‬
‫ستَأنِ َ‬ ‫َويُقَ َّ‬
‫‪Diriwayatkan dari `Amr bin Al `Ash, beliau berkata : Apabila kalian menguburkanku, maka‬‬
‫‪hendaklah kalian menetap di sekeliling kuburanku seukuran disembelihnya unta dan dibagi‬‬
‫‪dagingnya sampai aku merasa terhibur dengan kalian dan saya mengetahui apa yang akan saya‬‬
‫‪jawab apabila ditanya Mungkar dan Nakir(6).‬‬
‫‪Semua hadits ini menunjukkan bahwa talqin mayit memiliki dasar yang kuat. Juga menunjukkan‬‬
‫‪bahwa mayit bisa mendengar apa yang dikatakan pentalqin dan merasa terhibur dengannya.‬‬
‫‪Salah satu ayat yang mendukung hadits di atas adalah firman Allah SWT :‬‬
‫َو َذ ِّك ْر فَإِنَّ ِّ‬
‫الذ ْك َرى تَ ْنفَ ُع ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ [الذاريات‪]55/‬‬
‫‪“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi‬‬
‫“ ‪orang-orang yang beriman.‬‬
‫‪Ayat ini memerintah kita untuk memberi peringatan secara mutlak tanpa mengkhususkan orang‬‬
‫‪yang masih hidup. Karena mayit bisa mendengar perkataan pentalqin, maka talqin bisa juga‬‬
‫‪dikatakan peringatan bagi mayit, sebab salah satu tujuannya adalah mengingatkan mayit kepada‬‬
‫‪Allah agar bisa menjawab pertanyaan malaikat kubur dan memang mayit di dalam kuburnya‬‬
‫‪sangat membutuhkan peringatan tersebut(7). Jadi ucapan pentalqin bukanlah ucapan sia-sia karena‬‬
‫‪semua bentuk peringatan pasti bermanfaat bagi orang-orang mukmin.‬‬
‫‪Referensi‬‬

‫(شرح النووي على صحيح مسلم – (‪(1)219 / 6‬‬


‫‪ 916‬الجنازة مشتقة من جنز إذا ستر ذكره بن فارس وغيره والمضارع يجنز بكسر النون ‪) ‬كتاب الجنائز ( ‪1‬‬
‫والجنازة بكسر الجيم وفتحها والكسر أفصح ويقال بالفتح للميت وبالكسر للنعش عليه ميت ويقال عكسه حكاه‬
‫صاحب المطالع والجمع جنائز بالفتح ال غير قوله صلى هللا عليه وسلم لقنوا موتاكم ال إله إال هللا معناه من‬
‫حضره الموت والمراد ذكروه ال إله إال هللا لتكون آخر كالمه كما في الحديث من كان آخر كالمه ال إله إال هللا‬
‫دخل الجنة واألمر بهذا التلقين أمر ندب وأجمع العلماء على هذا التلقين وكرهوا االكثار عليه والمواالة لئال‬
‫يضجر بضيق حاله وشدة كربه فيكره ذلك بقلبه ويتكلم بما ال يليق قالوا وإذا قاله مرة ال يكرر عليه إال أن يتكلم‬
‫بعده بكالم آخر فيعاد التعريض به ليكون آخر كالمه ويتضمن الحديث الحضور عند المحتضر لتذكيره وتأنيسه‬
‫واغماض عينيه والقيام بحقوقه وهذا مجمع عليه قوله وحدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز الدراوردي‪ U‬وروح‬
‫وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة أخبرنا خالد بن مخلد أخبرنا سليمان بن بالل جميعا بهذا االسناد هكذا هو في جميع‬
‫النسخ وهو صحيح قال أبو علي الغساني وغيره معناه عن عمارة بن غزية الذي سبق فيه االسناد األول ومعناه‬
‫روى عنه الدراوردي‪ U‬وسليمان بن بالل وهو كما قاله‬
‫(المعجم الكبير للطبراني – (ج ‪ / 7‬ص ‪(2)286‬‬
‫ش‪،‬‬ ‫س َما ِعي ُل بن َعيَّا ٍ‬ ‫ص ُّي‪َ ،‬ح َّدثَنَا إِ ْ‬ ‫س ْل ٍم ا ْل َخ ْوالنِ ُّي‪َ ،‬ح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بن إِ ْب َرا ِهي َم بن ا ْل َعال ِء ا ْل ِح ْم ِ‬ ‫س بن َ‬ ‫يل أَنَ ُ‬ ‫َح َّدثَنَا أَبُو َعقِ ٍ‬
‫ش ِهدْتُ أَبَا أُ َما َمةَ‬ ‫ي‪ ،‬قَا َل‪َ :‬‬ ‫س ِعي ِد بن َع ْب ِد هَّللا ِ األَ ْو ِد ِّ‬ ‫ش ُّي‪ ،‬عَنْ يَ ْحيَى بن أَبِي َكثِي ٍر‪ ،‬عَنْ َ‬ ‫َح َّدثَنَا َع ْبد هَّللا ِ بن ُم َح َّم ٍد ا ْلقُ َر ِ‬
‫نصنَ َع بِ َم ْوتَانَا‪،‬‬ ‫سلَّ َم أَنْ ْ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫اصنَ ُعوا بِي َك َما أَ َم َرنَا َر ُ‬ ‫ع‪ ،‬فَقَا َل‪ :‬إِ َذا أَنَا ُمتُّ ‪ ،‬فَ ْ‬ ‫َو ُه َو فِي النَّ ْز ِ‬
‫اب َعلَى قَ ْب ِر ِه‪ ،‬فَ ْليَقُ ْم أَ َح ُد ُك ْم‬ ‫س َّو ْيت ُِم التُّ َر َ‬ ‫سلَّ َم‪ ،‬فَقَا َل‪”:‬إِ َذا َماتَ أَ َح ٌد ِمنْ إِ ْخ َوانِ ُك ْم‪ ،‬فَ َ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫أَ َم َرنَا َر ُ‬
‫ستَ ِوي‬ ‫يب‪ ،‬ثُ َّم يَقُو ُل‪ :‬يَا فُالنَ بن فُالنَةَ‪ ،‬فَإِنَّهُ يَ ْ‬ ‫س َم ُعهُ َوال يُ ِج ُ‬ ‫س قَ ْب ِر ِه‪ ،‬ثُ َّم لِيَقُ ْل‪ :‬يَا فُالنَ بن فُالنَةَ‪ ،‬فَإِنَّهُ يَ ْ‬ ‫َعلَى َر ْأ ِ‬
‫ش ُعرُونَ ‪ ،‬فَ ْليَقُ ْل‪ْ :‬اذ ُك ْر َما َخ َر ْجتَ َعلَ ْي ِه‬ ‫ش ْدنَا َر ِح َم َك هَّللا ُ‪َ ،‬ولَ ِكنْ ال تَ ْ‬ ‫قَا ِعدًا‪ ،‬ثُ َّم يَقُو ُل‪ :‬يَا فُالنَ بن فُالنَةَ‪ ،‬فَإِنَّهُ يَقُو ُل‪ :‬أَ ْر ِ‬
‫الم ِدينًا‪َ ،‬وبِ ُم َح َّم ٍد‬ ‫س ِ‬ ‫ضيتَ بِاهَّلل ِ َرًب‪ًّUŽ‬ا‪َ ،‬وبِ ِ‬
‫اإل ْ‬ ‫سولُهُ‪َ ،‬وأَنَّ َك َر ِ‬ ‫ش َها َدةَ أَنْ ال إِلَهَ إِال هَّللا ُ‪َ ،‬وأَنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ِمنَ ال ُّد ْنيَا َ‬
‫ق بنا َما نَ ْق ُع ُد ِع ْن َد َمنْ قَ ْد لُقِّنَ‬ ‫احبِ ِه‪َ ،‬ويَقُو ُل‪ :‬ا ْنطَلِ ْ‬ ‫ص ِ‬ ‫اح ٌد ِم ْن ُه ْما بِيَ ِد َ‬ ‫ْ‬
‫آن إِ َما ًما‪ ،‬فَإِنَّ ُم ْن َك ًرا َونَ ِكي ًرا يَأ ُخ ُذ َو ِ‬ ‫نَبًِي‪ًّUŽ‬ا‪َ ،‬وبِا ْلقُ ْر ِ‬
‫سبُهُ إِلَى َح َّوا َء‪ ،‬يَا‬ ‫سو َل هَّللا ِ‪ ،‬فَإِنْ لَ ْم يَ ْع ِرفْ أُ َّمهُ؟ قَا َل‪”:‬فَيَ ْن ُ‬ ‫يجهُ دُونَ ُه َما”‪ ،‬فَقَا َل َر ُج ٌل‪ :‬يَا َر ُ‬ ‫ُح َّجتَهُ‪ ،‬فَيَ ُكونُ هَّللا ُ َح ِج َ‬
‫‪”.‬فُالنَ بن َح َّوا َء‬
‫المقاصد الحسنة للسخاوي ج ‪ 1‬ص ‪167‬‬
‫الطبراني في الدعاء ومعجمه الكبير من طريق محمد بن إبراهيم بن العالء الحمصي حدثنا إسماعيل بن عياش‬
‫حدثنا عبد هللا بن محمد القرشي عن يحيى بن أبي كثير عن سعيد بن عبد هللا األودي وقال شهدت أبا أمامة وهو‬
‫في النزع فقال إذا أنا مت فاصنعوا بي كما أمر رسول هللا أن نصنع بموتانا أمرنا رسول هللا فقال (إذا مات أحد‬
‫من إخوانكم فسويتم على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم يقول يا فالن ابن فالنة فإنه يسمعه وال يجيب ثم‬
‫يقول يا فالن ابن فالنة فإنه يستوي قاعدا ثم يقول يا فالن ابن فالنة فإنه يقول أرشد رحمك هللا ولكن ال‬
‫تشعرون فليقل اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمدا عبده ورسوله وأنك رضيت‬
‫باهلل ربا وباإلسالم دينا ومحمد نبيا وبالقرآن إماما فإن منكرا ونكيرا يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه يقول‬
‫انطلق ما تقعد عند من لقن حجته فيكون هللا حجيجه دونهما) فقال رجل يا رسول هللا فإن لم يعرف اسم أمه قال‬
‫(فلينسبه إلى حواء فالن ابن حواء)‬
‫األذكار ج ‪ 1‬ص ‪(3)162‬‬
‫نص علـى استـحبـابه‪:‬‬ ‫وأما تلقـين الـميت بعد الدفن‪ ،‬فقد قال جماعة كثـيرون من أصحابنا بـاستـحبـابه‪ ،‬ومـمن َّ‬
‫القاضي حسين فـي تعلـيقه‪ ،‬وصاحبه أبو سعد الـمتولـي فـي كتابه «التتـمة»‪ ،‬والشيخ اإلمام الزاهد‪ U‬أبو الفتـح‬
‫نصر بن إبراهيـم بن نصر الـمقدسي‪ ،‬واإلمام أبو القاسم الرافعي وغيرهم‪ ،‬ونقله القاضي حسين عن األصحاب‪.‬‬
‫وأما لفظه‪ :‬فقال الشيخ نصر‪ :‬إذا فرغ من دفنه يقـف عند رأسه ويقول‪ :‬يا فالن بن فالن‪ ،‬اذكر العهد الذي‬
‫خرجت علـيه من الدنـيا‪ :‬شهادة أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‪ ،‬وأن مـحمداً عبدُه ورسوله‪ ،‬وأن الساعة‬
‫ريب فـيها‪ ،‬وأن هللا ببعث من فـي القبور‪ ،‬قل‪ :‬رضيت بـاهلل ربـاً‪ ،‬وبـاإلسالم ديناً‪ ،‬وبـمـحمد نبـياً‪،‬‬ ‫آتـيةٌ ال َ‬
‫رب العرش العظيـم‪ ،‬هذا‬ ‫وبـالكعبة قبلةً‪ ،‬وبـالقرآن إماماً‪ ،‬وبـالـمسلـمين إخواناً‪ ،‬ربـي هللا‪ ،‬ال إله إال هو‪ ،‬وهو ُّ‬
‫لفظ الشيخ نصر الـمقدسي فـي كتابه «التهذيب»‪ ،‬ولفظ البـاقـين بنـحوه‪ ،‬وفـي لفظ بعضهم نقص عنه‪ ،‬ثم منهم‬
‫من يقول‪ :‬يا عبد هللا بن أمة هللا‪ ،‬ومنهم من يقول‪ :‬يا عبد هللا بن حواء‪ ،‬ومنهم من يقول‪ :‬يا فالن ـ بـاسمه ـ ابن‬
‫أمة هللا‪ ،‬أو يا فالن بن حواء‪ ،‬وكله بـمعنًى‪ .‬وسئل الشيخ اإلمام أبو عمرو بن الصالح ـ رحمه هللا ـ عن هذا‬
‫التلقـين‪ ،‬فقال فـي «فتاويه»‪ :‬التلقـين هو الذي نـختاره ونعمل به‪ ،‬وذكره جماعة من أصحابنا الـخراسانـيـين‪،‬‬
‫قال‪ :‬وقد روينا فيه حديثا من حديث أبي أمامة ليس بالقائم إسناده ” (‪ ، )1‬قال الحافظ بعد تخريجه ‪ :‬هذا حديث‬
‫غريب ‪ ،‬وسند الحديث من الطريقين ضعيف جدا ولكن اعتضد بشواهد ‪ ،‬وبعمل أهل الشام به قديما‪ .‬قال ‪ :‬وأما‬
‫‪.‬تلقين الطفل الرضيع ‪ ،‬فما له مستند يعتمد ‪ ،‬وال نراه ‪ ،‬وهللا أعلم‬
‫الجوهرة النيرة ص‪ 2‬ج‪2‬‬
‫آخ ُر َكال ِم ِه ال إلَهَ إال هَّللا ُ د ََخ َل ا ْل َجنَّةَ[‬ ‫سنَّ ِة ألَنَّ هَّللا َ تَ َعالَى ] َمنْ َكانَ ِ‬ ‫ع ِع ْن َد أَه ِْل ال ُّ‬ ‫ش ُرو ٌ‬ ‫ت فِي ا ْلقَ ْب ِر فَ َم ْ‬ ‫َوأَ َّما تَ ْلقِينُ ا ْل َميِّ ِ‬
‫الن أَ ْو يَا َع ْب َد هَّللا ِ بْنَ َع ْب ِد هَّللا ِ اُ ْذ ُك ْر ِدينَك الَّ ِذي ُك ْنت َعلَ ْي ِه َوقَ ْد‬ ‫صو َرتُهُ أَنْ يُقَا َل يَا فُالنُ بْنَ فُ ٍ‬ ‫يُ ْحيِيه فِي ا ْلقَ ْب ِر َو ُ‬
‫ض ُه ْم َحتَّى يُ ْدفَنَ َوقَا َل‬ ‫اختَلَفُوا فِي ِه قَا َل بَ ْع ُ‬ ‫سأ َ ُل ْ‬ ‫الم ِدينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد نَبًِي‪ًّUŽ‬ا‪ .‬فَإِنْ قِي َل إ َذا َماتَ َمتَى يُ ْ‬ ‫س ِ‬ ‫ضيت بِاَهَّلل ِ َرًب‪ًّUŽ‬ا َوبِ ِ‬
‫اإل ْ‬ ‫َر ِ‬
‫ش َه ُر ألنَّ اآلثَا َر َو َردَتْ بِ ِه‪ .‬فَإِنْ قِي َل َه ْل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ق َعلَ ْي ِه َكا ْلقَ ْب ِر َوا ْلقَ ْو ُل األ َّو ُل أ ْ‬ ‫ض َوتَ ْنطَبِ ُ‬ ‫َ‬
‫ض َعلَ ْي ِه األ ْر ُ‬ ‫ض ُه ْم فِي بَ ْيتِ ِه تُ ْقبَ ُ‬ ‫بَ ْع ُ‬
‫سنَّ ِة لَ ِكنْ يُلَقِّنُهُ‬ ‫اع أه ِْل ال ُّ‬ ‫َ‬ ‫سأ ُل فِي ا ْلقَ ْب ِر ِبإِ ْج َم ِ‬ ‫َ‬ ‫وح ِمنْ بَنِي آ َد َم فَإِنَّهُ يُ ْ‬ ‫اب أنَّ ُك َّل ِذي ُر ٍ‬ ‫َ‬ ‫ضي ُع فَا ْل َج َو ُ‬ ‫ِّ‬
‫سأ ُل الط ْف ُل ال َّر ِ‬ ‫َ‬ ‫يُ ْ‬
‫ُ‬
‫سال ُم ث َّم يَقُو ُل لَهُ َمنْ‬ ‫اإل ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ا ْل َملَ ُك فيَقُو ُل لَهُ َمنْ َربُّك ث َّم يَقُو ُل لَهُ ق ْل هَّللا َ َربِّي ث َّم يَقُو ُل لَهُ َما ِدينُك ث َّم يَقُو ُل لَهُ ق ْل ِدينِي ِ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫يب َك َما أل ِه َم‬ ‫ض ُه ْم ال يُلَقِّنُهُ بَ ْل يُ ْل ِه ُمهُ هَّللا ُ َحتَّى يُ ِج َ‬ ‫سلَّ َم َوقَا َل بَ ْع ُ‬‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫نَبِيُّك ثُ َّم يَقُو ُل لَهُ قُ ْل نَبِيِّي ُم َح َّم ٌد َ‬
‫سال ُم فِي ا ْل َم ْه ِد‬ ‫سى َعلَ ْي ِه ال َّ‬ ‫‪ِ .‬عي َ‬
‫فتاوى ابن حجر الهيثمي ج ‪ 5‬ص ‪226‬‬
‫ت أَبَ َو ْي ِه أَ ْو أَ َح ِد ِه َما َكيْفَ‬ ‫ب أَ ْو قَ ْبلَهُ َوإِ َذا َماتَ ِط ْف ٌل بَ ْع َد َم ْو ِ‬ ‫ب التُّ َرا ِ‬ ‫ص ِّ‬‫ت بَ ْع َد َ‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َه ْل تَ ْلقِينُ ا ْل َميِّ ِ‬ ‫سئِ َل) َر ِ‬ ‫َو ُ‬
‫ب بَ ْل َب ْع َدهُ َك َما ا ْعتَ َم َد ُه‬ ‫ِ َ ِ‬‫ا‬‫ر‬ ‫ُّ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ة‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫ب‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ينُ‬ ‫ِ‬ ‫ق‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫نُّ‬‫س‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ْ‬
‫ن‬
‫َ َ َ ِ َ ُ َ ُ ِ ِِْ ُ َ‬‫ع‬ ‫هَّللا‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫)‬ ‫اب‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫أ‬‫َ‬ ‫ف‬‫(‬ ‫؟‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َّ ِ َ ْ ِ‬ ‫ة‬‫ال‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ال ُّ ُ ِ‬
‫ف‬ ‫ء‬ ‫َا‬‫ع‬ ‫د‬
‫ي‬ ‫سنَ ِو ُّ‬ ‫اإلهَالَ ِة قَا َل ِ‬
‫اإل ْ‬ ‫الح أَنَّهُ َي ُكونُ قَ ْب َل ِ‬ ‫ص ِ‬ ‫اختَا َر ابْنُ ال َّ‬ ‫اإل ْرشَا ِد َوإِنْ ْ‬ ‫ح ِ‬ ‫ض ا ْل ُمتَأ َ ِّخ ِرينَ َو َج َز ْمتُ بِ ِه فِي ش َْر ِ‬ ‫َب ْع ُ‬
‫ش ُّي فَقَا َل إنْ َكانَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صال ِة َعلَى الطِّ ْف ِل َماتَ فِي َحيَا ِة أبَ َو ْي ِه أ ْم ال لَ ِكنْ َخالَفَهُ ال َّز ْر َك ِ‬ ‫س َوا ٌء فِي َما قَالُوهُ فِي ال ُّدعَا ِء فِي ال َّ‬ ‫َو َ‬
‫ع لَ ُه َما‪َ .‬واَلَّ ِذي قَالَهُ‬ ‫ي فَقَا َل إنْ َكانَ أَبَ َواهُ َميِّتَ ْي ِن لَ ْم يَ ْد ُ‬ ‫َضي ِه ا ْل َحا ُل َوال َّد ِمي ِر ُّ‬ ‫أَبَ َواهُ َميِّتَ ْي ِن أَ ْو أَ َح ُد ُه َما أَتَى بِ َما يَ ْقت ِ‬
‫صافُ‬ ‫سلَفًا َو ُذ ْخ ًرا َو َه ِذ ِه األَ ْو َ‬ ‫اج َع ْلهُ فَ َرطًا ألَبَ َو ْي ِه َو َ‬ ‫ب فَ ِحينَئِ ٍذ يَقُو ُل اللَّ ُه َّم ْ‬ ‫ش ُّي أَ ْو َجهُ َك َما َذ َك ْرتُهُ فِي ش َْر ِ‬
‫ح ا ْل ُعبَا ِ‬ ‫ال َّز ْر َك ِ‬
‫اض ٌح َوأَ َّما ا ْلفَ َرطُ فَ ُه َو‬ ‫الذ ْخ ُر فَ َو ِ‬ ‫سلَفُ َو ُّ‬ ‫س َوا ٌء َكانَا َحيَّ ْي ِن أَ ْو َميِّتَ ْي ِن أَ َّما ال َّ‬ ‫ت بِ َها َ‬ ‫ت َوا ْل َح ِّي فَ ْليَأْ ِ‬
‫ُكلُّ َها الئِقَةٌ بِا ْل َميِّ ِ‬
‫ش َّك أَنَّ ا ْل َميِّتَ‬ ‫ح َوال َ‬ ‫صالِ ِ‬ ‫ق ِبتَ ْهيِئَ ِة ا ْل َم َ‬ ‫س ْب َ‬ ‫ت بَ ْل ال َّ‬ ‫ق ِبا ْل َم ْو ِ‬ ‫س ا ْل ُم َرا ُد ال َّ‬
‫س ْب َ‬ ‫اآلخ َر ِة َولَ ْي َ‬
‫صالِ ِح ِه َما فِي ِ‬ ‫ق ا ْل ُم َهيِّ ُئ لِ َم َ‬ ‫س اب ِ ُ‬
‫ال َّ‬
‫َص ِبا ْل َح ِّي‬ ‫صالِ َح َو َولَ ُدهُ الطِّ ْف ُل َك َذلِكَ‪َ .‬وأَ َّما ا ْل ِعظَةُ فَت َْخت ُّ‬ ‫ف لِيُ َهيِّ َئ لَهُ ا ْل َم َ‬ ‫سبِقُهُ إلَى ا ْل َجنَّ ِة أَ ْو ا ْل َم ْوقِ ِ‬ ‫َاج إلَى َمنْ يَ ْ‬ ‫يَ ْحت ُ‬
‫ْ‬
‫ت فَيَأتِي ِب ِه‬ ‫شفِي ُع عَا ٌّم لِ ْل َح ِّي َوا ْل َميِّ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫فَيَقُو ُل َو ِعظَةً لِ ْل َح ِّي ِمنْ أبَ َو ْي ِه فَإِنْ َماتَا َحذفَ َه ِذ ِه اللَّ ْفظَةَ َو َكذلِ َك اال ْعتِبَا ُر َوال َّ‬
‫َ‬
‫س َوا ٌء َكانَا َحيَّ ْي ِن أ ْم َميِّتَ ْي ِن إال‬ ‫اظ ُكلِّ َها َ‬ ‫اص ُل أَنَّهُ يَأْتِي بِاألَ ْلفَ ِ‬ ‫ص ْب َر َوا ْل َح ِ‬ ‫الف أَ ْف ِر ْغ ال َّ‬‫ين َك َذلِ َك بِ ِخ ِ‬ ‫فِي ِه َما َوتَ ْثقِي ُل ا ْل َم َوا ِز ِ‬
‫اض ٌح أَ ْو أَ َح ُد ُه َما‬ ‫ص ْب َر فَإِنَّهُ ال يَأْتِي بِ َها إال إ َذا َكانَا َحيَّ ْي ِن أَ ْو أَ َح ُد ُه َما فَإِنْ َكانَا َحيَّ ْي ِن فَ َو ِ‬ ‫قَ ْولَهُ ِعظَةً َوا ْعتِبَا ًرا َوأَ ْف ِر ْغ ال َّ‬
‫س ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى أَ ْعلَ ُم‬ ‫ب ا ْل َح ِّي ِم ْن ُه َما َوهَّللَا ُ ُ‬ ‫ص ْب َر َعلَى قَ ْل ِ‬ ‫فَقَ ْط َذ َك َرهُ فَقَا َل َو ِعظَةً َوا ْعتِبَا ًرا لِ ْل َح ِّي ِم ْن ُه َما َوأَ ْف ِر ْغ ال َّ‬
‫ب‬
‫ص َوا ِ‬ ‫‪.‬بِال َّ‬
‫مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج‪  ‬ج ‪  1‬ص ‪447‬‬
‫ألنه كان إذا فرغ من دفن الميت وقف )ويسنُّ أن يقف جماعة بعد دفنه عند قبره ساعة يسألون لـه التثبيت(‬
‫سأ َ ُل» رواه الب ّزار‪ ،‬وقال الحاكم‪ :‬إنه صحيح‬ ‫سأَلُوا لَهُ التَّ ْثبِيتَ ‪ ،‬فَإِنَّهُ اآلنَ يُ ْ‬ ‫ألخي ُك ْم َوا ْ‬ ‫ستَ ْغفِ ُروا ِ‬ ‫عليه وقال‪« :‬ا ْ‬
‫اإلسناد ‪ .‬وروى مسلم عن عمرو بن العاص أنه قال‪« :‬إذا دفنتموني فأقيموا بعد ذلك حول قبري ساعة قد ما‬
‫س َل ربي»‪ .‬ويسنُّ تلقينُ الميت المكلف بعد‬ ‫س بكم وأعلم ماذا أراجع ُر ُ‬ ‫ق لحمها حتى أَستأنِ َ‬ ‫تُ ْن َح ُر جزور ويف َّر ُ‬
‫الدفن‪ ،‬فيقال لـه‪« :‬يا عبداللـه ابن أ َم ِة هَّللا ِ أذ ُكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة أن ال إلـه إالَّ اللـه وأن‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫محمداً رسول اللـه‪ ،‬وأن الجنة حقّ‪ ،‬وأن النار حقّ‪ ،‬وأن البعث حقّ‪ ،‬وأن الساعة آتية ال ريب فيها‪ ،‬وأن اللـه‬
‫يبعث من في القبور‪ ،‬وأنك رضيت باللـه ربّا ً وباإلسالم دينا ً وبمحم ٍد نبيّا ً وبالقرآن إماما ً وبالكعبة قِ ْبلَةً‬
‫وبالمؤمنين إخواناً»‪ .‬لحديث َو َر َد فيه‪ .‬قال في الروضة‪ :‬والحديث إن كان ضعيفا ً لكنه اعتضد بشواهد من‬
‫األحاديث الصحيحة‪ ،‬ولم تزل الناس على العمل به من العصر األ ّول في زمن من يُ ْقتَدَى به‪ ،‬وقد قال تعالى‪:‬‬
‫الذ ْك َرى تَ ْنفَ ُع ال ُمؤْ ِمنِينَ } ؛ َوأَ ْح َو ُج ما يكون العبد إلى التذكير في هذه الحالة؛ ويقعد الملقِّنُ عند رأس‬ ‫{ َو َذ ِّك ْر فَإِنَّ ِّ‬
‫القبر‪ .‬أما غير المكلَّف‪ ،‬وهو الطفل ونحوه ممن لم يتقدم لـه تكليفٌ ‪ ،‬فال يسنُّ تلقينه؛ ألنه ال يفتن في قبره‪( .‬و)‬
‫يسنُّ (لجيران أهلـه) وألقاربه األباعد وإن كان األهل بغير بلد الميت‪( ،‬تهيئة طعام يشبعهم) أي أهلـه األقارب‪،‬‬
‫سنه‬ ‫ش َغلُ ُه ْم» ح َّ‬ ‫آلل َج ْعفَ َر طَ َعاما ً فَقَ ْد َجا َء ُه ْم َما يَ ْ‬ ‫«اصنَ ُعوا ِ‬ ‫ْ‬ ‫(يومهم وليلتهم) لقولـه لما جاء خبر قتل جعفر‪:‬‬
‫وصححه الحاكم؛ وألنه بِ ٌّر ومعروف‬ ‫ّ‬ ‫‪.‬الترمذي‬
‫تتمة في‪   ‬التلقين‪   ‬بعد الدفن‪   ‬اعلم أن مسألة‪   ‬التلقين‪   ‬قبل الموت لم نعلم فيها خالفا وأما بعد الموت وهي‬
‫التي تقدم ذكرها في الهداية وغيرها فاختلف األئمة والعلماء فيها فالحنفية لهم فيها ثالثة أقوال األول أنه يلقن‬
‫بعد الموت لعود الروح للسؤال‪   ‬والثاني ال يلقن‪   ‬والثالث ال يؤمر به وال ينهى عنه‪   ‬وعند الشافعية يلقن كما‬
‫قال ابن حجر في التحفة ويستحب تلقين بالغ عاقل أو مجنون سبق له تكليف ولو شهيدا كما اقتضاه إطالقهم‬
‫بعد تمام الدفن لخبر فيه وضعفه اعتضد بشواهد على أنه من الفضائل فاندفع قول ابن عبد السالم أنه بدعة‬
‫انتهى‪   ‬وأما عند اإلمام مالك نفسه فمكروه قال الشيخ علي المالكي في كتابه كفاية الطالب الرباني لختم رسالة‬
‫ابن أبي زيد القيرواني ما لفظه‪   ‬وأرخص بمعنى استحب بعض العلماء هو ابن حبيب في القراءة عند رأسه أو‬
‫رجليه أو غيرهما ذلك بسورة يس لما روي أنه قال ما من ميت يقرأ عند رأسه سورة يس إال هون هللا تعالى‬
‫عليه ولم يكن ذلك أي ما ذكر من القراءة عند المحتضر عند مالك رحمه هللا تعالى أمرا معموال وإنما هو مكروه‬
‫عنده وكذا يكره عند تلقينه بعد وضعه في قبره انتهى‪   ‬وأما الحنبلية فعند أكثرهم يستحب قال الشيخ عبد القادر‬
‫بن عمر الشيباني الحنبلي في شرح دليل الطالب ما لفظه‪   ‬واستحب األكثر تلقينه بعد الدفن انتهى‪   ‬واستفيد‬
‫منه أن غير األكثر من الحنابلة يقول بعدم‪  ‬التلقين‪   ‬بعد الموت‬
‫(سبل السالم – (ج ‪ / 3‬ص ‪155‬‬
‫ت قَ ْب ُرهُ ‪،‬‬ ‫ي َعلَى ا ْل َميِّ ِ‬ ‫س ِّو َ‬‫ست َِحبُّونَ إ َذا ُ‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ – أَ َح ِد التَّابِ ِعينَ – قَا َل ‪َ :‬كانُوا يَ ْ‬ ‫ب َر ِ‬ ‫ض ْم َرةَ ْب ِن َحبِي ٍ‬ ‫َوعَنْ َ‬
‫ت ‪ ،‬يَا فُاَل نُ ‪ :‬قُ ْل َربِّي هَّللا ُ ‪،‬‬ ‫ث َم َّرا ٍ‬ ‫اس َع ْنهُ ‪.‬أَنْ يُقَا َل ِع ْن َد قَ ْب ِر ِه ‪َ :‬يا فُاَل نُ ‪ ،‬قُ ْل ‪ :‬اَل إلَهَ إاَّل هَّللا ُ ‪ ،‬ثَاَل َ‬ ‫ص َرفَ النَّ ُ‬ ‫َوا ْن َ‬
‫ث أَبِي أُ َما َمةَ َم ْرفُوعًا‬
‫صو ٍر َم ْوقُوفًا – َولِلطَّبَ َرانِ ِّي نَ ْح ُوهُ ِمنْ َح ِدي ِ‬
‫س ِعي ُد بْنُ َم ْن ُ‬ ‫َو ِدينِي اإْل ِ ْ‬
‫ساَل ُم ‪َ ،‬ونَبِيِّي ُم َح َّم ٌد ‪َ ،‬ر َواهُ َ‬
‫‪ُ .‬مطَ َّواًل‬
‫أضواء البيان ج ‪ 6‬ص ‪(4)225‬‬
‫ق األشبيلي على هذا‪ ،‬فقال‪:‬‬ ‫ومما قاله ابن القيم في كالمه الطويل‪ ،‬قوله‪ :‬وقد ترجم الحافظ أبو محمد عبد الح ّ‬
‫ذكر ما جاء أن الموتى يسألون عن األحياء‪ ،‬ويعرفون أقوالهم وأعمالهم‪ ،‬ثم قال‪ :‬ذكر أبو عمر بن عبد الب ّر من‬
‫حديث ابن عباس‪ ،‬عن النب ّي صلى هللا عليه وسلّم‪« :‬ما من رجل يم ّر بقبر أخيه المؤمن كان يعرفه فيسلم عليه‪،‬‬
‫سالم»‪ .‬ويروى من حديث أبي هريرة مرفوعًا‪ ،‬قال‪« :‬فإن لم يعرفه وسلّم عليه ر ّد عليه‬ ‫إالّ عرفه ور ّد عليه ال ّ‬
‫ّ‬ ‫هَّللا‬
‫السالم»‪ ،‬قال‪ :‬ويروى من حديث عائشة رضي عنها‪ ،‬أنّها قالت‪ :‬قال رسول صلى هللا عليه وسلم‪« :‬ما‬ ‫هَّللا‬
‫واحتج الحافظ أبو محمد في هذا الباب بما‬ ‫ّ‬ ‫من رجل يزور قبر أخيه فيجلس عنده‪ ،‬إالّ استأنس به حتى يقوم»‪،‬‬
‫رواه أبو داود في سننه‪ ،‬من حديث أبي هريرة‪ ،‬قال‪ :‬قال رسول هَّللا صلى هللا عليه وسلّم‪« :‬ما من أحد يسلمّ‬
‫سالم»‪ .‬ثم ذكر ابن القيّم عن عبد الحق وغيره مرائي وآثا ًرا في‬ ‫عل ّي إالّ ر ّد هَّللا عل ّي روحي حتى أر ّد عليه ال ّ‬
‫ضا ما جرى عليه عمل الناس قدي ًما وإلى اآلن‪ ،‬من تلقين‬ ‫الموضوع‪ ،‬ثم قال في كالمه الطويل‪ :‬ويد ّل على هذا أي ً‬
‫الميت في قبره ولوال أنه يسمع ذلك وينتفع به لم يكن فيه فائدة‪ ،‬وكان عبثًا‪ .‬وقد سئل عنه اإلمام أحمد رحمه‬
‫واحتج عليه بالعمل‪ .‬ويروى فيه حديث ضعيف‪ :‬ذكر الطبراني في معجمه من حديث أبي أُمامة‪،‬‬ ‫ّ‬ ‫هَّللا ‪ ،‬فاستحسنه‬
‫قال‪ :‬قال رسول هَّللا صلى هللا عليه وسلّم‪« :‬إذا مات أحدكم فس ّويتم عليه التراب‪ ،‬فليقم أحدكم على رأس قبره‪،‬‬
‫فيقول‪ :‬يا فالن ابن فالنة»‪ ،‬الحديث‪ .‬وفيه‪« :‬اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أال إله إال هَّللا ‪ ،‬وأن مح ّمدًا‬
‫رسول هَّللا ‪ ،‬وأنك رضيت باهَّلل رًب‪ًّUŽ‬ا‪ ،‬وباإلسالم دينًا‪ ،‬وبمح ّمد نبًي‪ًّUŽ‬ا‪ ،‬وبالقرءان إما ًما»‪ ،‬الحديث‪ .‬ثم قال ابن القيّم‪:‬‬
‫فهذا الحديث وإن لم يثبت‪ ،‬فاتصال العمل به في سائر األمصار واألعصار من غير إنكار كاف في العمل به‬
‫المجموع شرح المهذب ج ‪ 5‬ص ‪226‬‬
‫الرابعة‪ :‬قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب دفنه فيجلس عند رأسه إنسان ويقول‪« :‬يا فالن‬
‫ابن فالن ويا عبد هللا بن أمة هللا اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا‪ ،‬شهادة أن ال إله إالّ هللا وحده ال شريك‬
‫له‪ .‬وأن محمداً عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية ال ريب فيها وأن‬
‫هللا يبعث من في القبور‪ .‬وإنك رضيت باهلل ربا ً وباإلسالم دينا ً وبمحمد نبيا ً وبالقرآن إماما ً وبالكعبة قبلة‬
‫وبالمؤمنين إخواناً» زاد الشيخ نصر‪« :‬ربي هللا ال إله إالّ هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم» فهذا‬
‫التلقين عندهم مستحب‪ ،‬وممن نص على استحبابه القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر المقدسي والرافعي‬
‫وغيرهم‪ .‬ونقله القاضي حسين عن أصحابنا مطلقاً‪ ،‬وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصالح رحمه هللا عنه فقال‪:‬‬
‫(التلقين هو الذي نختاره ونعمل به‪ ،‬قال‪ :‬وروينا فيه حديثا ً من حديث أبي أمامة ليس إسناده بالقائم‪ ،‬لكن‬
‫اعتضد بشواهد‪ ،‬وبعمل أهل الشام قديماً) هذا كالم أبي عمرو‪ .‬قلت‪ :‬حديث أبي أمامة رواه أبو القاسم الطبراني‬
‫في معجمه بإسناد ضعيف‪ ،‬ولفظه‪ :‬عن سعيد بن عبد هللا األزدي قال‪« :‬شهدت أبا أمامة رضي هللا عنه وهو في‬
‫النزع فقال‪ :‬إذا مت فاصنعوا بي كما أمرنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم فقال‪ :‬إذا مات أحد من إخوانكم‬
‫فسويتم التراب على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل‪ :‬يا فالن ابن فالنة فإنه يسمعه وال يجيب‪ ،‬ثم‬
‫يقول‪ :‬يا فالن ابن فالنة فإنه يستوى قاعداً‪ ،‬ثم يقول‪ :‬يا فالن ابن فالنة فإنه يقول‪ :‬أرشدنا رحمك هللا ولكن ال‬
‫تشعرون‪ ،‬فليقل اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن ال إله إالّ هللا وأن محمداً عبده ورسوله وإنك رضيت‬
‫باهلل رباً‪ ،‬وباإلسالم ديناً‪ ،‬وبمحمد نبيا ً وبالقرآن إماماً‪ ،‬فإن منكراً ونكيراً يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول‬
‫انطلق بنا ما نقعد عند من لقن حجته فقال رجل يا رسول هللا فان لم نعرف أمه قال فينسبه إلى امه حواء يا فالن‬
‫ابن حواء ” قلت فهذا الحديث وان كان ضعيفا فيستأنس به وقد اتفق علماء المحدثين وغيرهم علي المسامحة‬
‫في أحاديث الفضائل والترغيب والترهيب وقد أعتضد بشواهد من االحاديث كحديث ” واسألوا له الثبيت ”‬
‫ووصية عمرو بن العاص وهما صحيحان سبق بيانهما قريبا ولم يزل اهل الشام علي العمل بهذا في زمن من‬
‫يقتدى به والي اآلن وهذا التلقين انما ” هو في حق المكلف الميت اما الصبى فال يلقن وهللا اعلم‬
‫سبل السالم – (ج ‪ / 3‬ص ‪(5))151‬‬
‫ت َوقَفَ َعلَ ْي ِه َوقَا َل‬ ‫سلَّ َم إ َذا فَ َر َغ ِمنْ َد ْف ِن ا ْل َميِّ ِ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫سو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫َوعَنْ ُع ْث َمانَ َر ِ‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل { ‪َ :‬كانَ َر ُ‬
‫سأ َ ُل } َر َواهُ أَبُو دَا ُود ‪َ ،‬و َ‬
‫ص َّح َحهُ ا ْل َحا ِك ُم‬ ‫سأَلُوا لَهُ التَّ ْثبِيتَ ‪ ،‬فَإِنَّهُ اآْل نَ يُ ْ‬ ‫ستَ ْغفِ ُروا ؛ أِل َ ِخي ُك ْم َوا ْ‬
‫‪:.‬ا ْ‬
‫رياض الصالحين – (ج ‪ / 1‬ص ‪(6))477‬‬
‫وعن عمرو بن العاص – رضي هللا عنه – ‪ ،‬قَا َل ‪ :‬إِ َذا َدفَ ْنتُ ُمونِي ‪ ،‬فَأقِي ُموا َح ْو َل قَ ْب ِري قَ ْد َر َما تُ ْن َح ُر َج ُزو ٌر ‪،‬‬
‫س َل َربِّي ‪ .‬رواه مسلم‬ ‫اج ُع بِ ِه ُر ُ‬ ‫س بِ ُك ْم ‪َ ،‬وأ ْعلَ َم َما َذا أُ َر ِ‬ ‫ستَأنِ َ‬ ‫س ُم لَح ُم َها َحتَّى أَ ْ‬‫َويُقَ َّ‬
‫التاج واإلكليل لمختصر خليل ج ‪ 3‬ص ‪(7)3‬‬
‫قال أبو حامد ‪ :‬ويستحب تلقين الميت بعد الدفن‪ .‬وقال ابن العربي في مسالكه‪ :‬إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب‬
‫تلقينه في تلك الساعة وهو فعل أهل المدينة الصالحين من األخيار ألنه مطايق لقوله تعالى‪{ :‬وذكر فإن الذكرى‬
‫تنفع المؤمنين} وأحوج ما يكون العبد إلى التذكير باهلل عند سؤال المالئكة‬
‫لسان العرب‬
‫اللَّ ْقنُ ‪ :‬مصدر لَقِنَ الشي َء يَ ْلقَنُه لَ ْقنا ً ‪ ،‬وكذلك الكال َم‪ ،‬وتَلَقَّنه ‪ :‬فَ ِهمه‪ .‬ولَقَّنَه إِياه‪ :‬فَهَّمه‪ .‬وتَلَقَّنته‪ :‬أَخذته لَقانِـيَةً‪.‬‬
‫‪.‬وقد لَقَّنَنـي فالنٌ كالما ً تَ ْلقـينا ً أَي فَ َّه َمنـي منه ما لـم أَ ْف َهم‪ .‬والتَّ ْلقِـين‪ :‬كالتَّ ْف ِهيم‬
‫تفسير تنوير األذهان ص ‪ 125‬ج ‪3‬‬
‫ما {انت اال نذير} منذر بالنار والعقاب واما االسماع البتة فليس من وظائفك وال حيلة لك اليه فى المطبوع }ان{‬
‫على قلوبهم الذين هم بمنزلة الموتى وقولـه {ان اللـه يسمع} الخ وقولـه {انك ال تهدى من احببت ولكن اللـه‬
‫يهدى من يشاء} وقولـه {ليس لك من االمر شئ} وغير ذلك لتمييز مقام االلوهية عن مقام النبوة كيال يشتبها‬
‫على االمة فيضلوا عن سبيل اللـه كما ضل بعض االمم السالفة فقال بعضهم عزير ابن اللـه وقال بعضهم‬
‫المسيح ابن اللـه وذلك من كمال رحمته لـهذه االمة وحسن توفيقه‪ .‬يقول الفقير ايقظه اللـه القدير ان قلت قد‬
‫ثبت انه عليه السالم امر يوم بدر بطرح اجساد الكفار فى القليب ثم ناداهم باسمائهم وقال ” هل وجدتم ما وعد‬
‫اللـه ورسولـه حقا فانى وجدت ما وعدنى اللـه حقا ” فقال عمر رضى اللـه عنه يا رسول اللـه كيف تكلم اجساد‬
‫االرواح فيها فقال عليه السالم ” ما انتم با سمع لما اقول منهم غير انهم ال يستطيعون ان يردوات شيأ ” فهذا‬
‫الخبر يقتضى ان النبى عليه السالم اسمع من فى القليب وهم موتى وايضا تلقين الميت بعد الدفن لالسماع واال‬
‫فال معنى لـه‪ .‬قلت اما االول فيحتمل ان اللـه تعالى احيى اهل القليب حينئذ حتى سمعوا كالم رسول اللـه‬
‫توبيخالـهم وتصغيرا ونقمة وحسرة واال فالميت من حيث ميت ليس من شأنه السماع وقولـه عليه السالم ” ما‬
‫انتم باسمع ” الخ يدل على ان االرواح اسمع من االجساد مع االرواح لزوال حجاب الحس وانخراقة‪ .‬واما‬
‫الثانى فانما يسمعه اللـه ايضا بعد احيائه بمعنى ان يتعلق الروح بالجسد تعلقا شديدا بحيث يكون كما فى الدنيا‬
‫فقد اسمع الرسول عليه السالم وكذا الملقن باسماع اللـه تعالى وخلق الحياة واال فليس من شأن احد االسماع‬
‫كما انه ليس من شأن الميت السماع واللـه اعلم‬

‫‪Filed under: www.forsansalaf.com : Perintah Talqin Mayit | Tagged: www.forsansalaf.com : Perintah‬‬


‫» ‪Talqin Mayit | Leave a Comment‬‬
‫‪*Imam adzahabi (ahlusunnah) membungkam Wahabi‬‬
‫‪Posted on October 20, 2010 by salafytobat‬‬
‫]]] ‪Adz Dzahabi Menohok Ajaran Wahabi [[[ Masalah Tabarruk‬‬
‫‪Lihat ini kitab berjudul:‬‬
‫‪Mu’jam asy Syuyukh‬‬
‫‪Karya adz Dzahabi; salah seorang murid Ibnu Taimiyah‬‬
Ini terjemah yang ditandai:
“Imam Ahmad pernah ditanya tentang mengusap makam nabi dan menciumnya; dan beliau melihat
bahwa melakukan perkara itu bukan suatu masalah (artinya boleh)”.
“Jika dikatakan: Bukankah para sahabat tidak pernah melakukan itu? Jawab: Karena mereka melihat
langsung Rasulullah dan bergaul dengannya, mereka mencium tangannya, bahkan antar mereka hampir
“ribut” karena berebut sisa/tetesan air wudlunya, mereka membagi-bagikan rambut Rasulullah yang suci
pada hari haji akbar, bahkan apa bila Rasulullah mengeluarkan ingus maka ingusnya tidak akan pernah
jatuh kecuali di atas tangan seseorang (dari sahabatnya) lalu orang tersebut menggosok-gosokan
tangannya tersebut ke wajahnya”.
“Tidakkah engkau melihat apa yang dilakukan oleh Tsabit al Bunani?, beliau selalu mencium tangan
Anas ibn Malik dan meletakannya pada wajahnya, beliau berkata: Inilah tangan yang telah menyentuh
tangan Rasulullah. Perkara-perkara semacam ini tidak akan terjadi pada diri seorang muslim kecuali
karena dasar cintanya kepada Rasulullah”.
Semoga kita dikupulkan bersama Rasulullah dan para sahabatnya kelak. Amin.
Lagi (Bag. 2); adz Dzahabi Menohok Ajaran Sesat Wahabi [[[ Masalah Tabarruk ]]]
Lihat, kitab ini berjudul:
Siyar A’lam an-Nubala’
Karya adz Dzahabi; salah seorang murid Ibnu Taimiyah, yang seringkali menjadi rujukan Wahabi
Ini terjemah yang ditandai:

“Abdullah bin Ahmad (anak Imam Ahmad ibn Hanbal) berkata: Saya telah melihat
ayahku (Imam Ahmad ibn Hanbal) mengambil sehelai rambut dari rambut-rambut
Rasulullah, lalu ia meletakan rambut tersebut di mulutnya; ia menciuminya. Dan aku
juga melihatnya meletakan rambut tersebut di matanya, dan ia juga mencelupkan
rambut tersebut pada air lalu meminumnya untuk tujuan mencari kesembuhan
dengannya.

Aku juga melihat ayahku mengambil wadah (bejana/piring) milik Rasulullah, beliau
memasukannya ke dalam dalam air, lalu beliau minum dari air tersebut. Aku juga
melihatnya meminum dari air zamzam untuk mencarikesembuhan dengannya, dan
dengan air zamzam tersebut ia mengusap pada kedua tangan dan wajahnya.

Aku (adz Dzahabi) katakan: Mana orang yang keras kepala mengingkari Imam
Ahmad?? Padahal telah jelas bahwa Abdullah (putra Imam Ahmad) telah bertanya
kepada ayahnya sendiri (Imam Ahmad) tentang orang yang mengusap-usap mimbar
Rasulullah dan ruang (makam) Rasulullah; lalu Imam Ahmad menjawab: “Aku tidak
melihat itu suatu yang buruk (artinya boleh)”. Semoga kita dihindarkan oleh Allah
dari faham-faham sesat Khawarij dan para ahli bid’ah”.
Anda tahu? Sebenarnya yang ahli bid’ah itu adalah kaum Wahhabi, karena mereka
memandang sesat terhadap sesuatu yang telah disepakati kebaikannya…. tabarruk ko
dibilang bid’ah; tabarruk itu dari zaman Rasulullah masih hidup sudah ada.
 Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah; Bukti Pengakuan Seorang Murid Bagi Kesesatan
Sang Guru

Bukti Scan; Menohok Wahabi

Al-Hâfizh adz-Dzahabi ini adalah murid dari Ibn Taimiyah. Walaupun dalam banyak hal adz-
Dzahabi mengikuti faham-faham Ibn Taimiyah, –terutama dalam masalah akidah–, namun ia
sadar bahwa ia sendiri, dan gurunya tersebut, serta orang-orang yang menjadi pengikut gurunya
ini telah menjadi bulan-bulanan mayoritas umat Islam dari kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah
pengikut madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kondisi ini disampaikan oleh adz-Dzahabi
kepada Ibn Taimiyah untuk mengingatkannya agar ia berhenti dari menyerukan faham-faham
ekstrimnya, serta berhenti dari kebiasaan mencaci-maki para ulama saleh terdahulu. Untuk ini
kemudian adz-Dzahabi menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada Ibn Taimiyah,
sekaligus hal ini sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap kesesatan gurunya sendiri.
Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua berjudul an-
Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah.

Dalam risalah Bayân Zghl al-‘Ilm, adz-Dzahabi menuliskan ungkapan yang diperuntukan bagi Ibn
Taimiyah sebagai berikut [Secara lengkap dikutip oleh asy-Syaikh Arabi at-Tabban dalam kitab
Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, lihat kitab j. 2, h. 9/ bukunya ada sama saya]:

“Hindarkanlah olehmu rasa takabur dan sombong dengan ilmumu. Alangkah bahagianya dirimu
jika engkau selamat dari ilmumu sendiri karena engkau menahan diri dari sesuatu yang datang
dari musuhmu atau engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari dirimu sendiri. Demi
Allah, kedua mataku ini tidak pernah mendapati orang yang lebih luas ilmunya, dan yang lebih
kuat kecerdasannya dari seorang yang bernama Ibn Taimiyah. Keistimewaannya ini ditambah lagi
dengan sikap zuhudnya dalam makanan, dalam pakaian, dan terhadap perempuan. Kemudian
ditambah lagi dengan konsistensinya dalam membela kebenaran dan berjihad sedapat mungkin
walau dalam keadaan apapun. Sungguh saya telah lelah dalam menimbang dan mengamati sifat-
sifatnya (Ibn Taimiyah) ini hingga saya merasa bosan dalam waktu yang sangat panjang. Dan
ternyata saya medapatinya mengapa ia dikucilkan oleh para penduduk Mesir dan Syam (sekarang
Siria, lebanon, Yordania, dan Palestina) hingga mereka membencinya, menghinanya,
mendustakannya, dan bahkan mengkafirkannya, adalah tidak lain karena dia adalah seorang yang
takabur, sombong, rakus terhadap kehormatan dalam derajat keilmuan, dan karena sikap
dengkinya terhadap para ulama terkemuka. Anda lihat sendiri, alangkah besar bencana yang
ditimbulkan oleh sikap “ke-aku-an” dan sikap kecintaan terhadap kehormatan semacam ini!”.

Adapun nasehat adz-Dzahabi terhadap Ibn Taimiyah yang ia tuliskan dalam risalah an-Nashîhah
adz-Dzahabiyyah, secara lengkap dalam terjemahannya sebagai berikut [Teks lebih lengkap
dengan aslinya lihat an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah dalam dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min
‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, j. 2, h. 9-11]:

“Segala puji bagi Allah di atas kehinaanku ini. Ya Allah berikanlah rahmat bagi diriku, ampunilah
diriku atas segala kecerobohanku, peliharalah imanku di dalam diriku.

Oh… Alangkah sengsaranya diriku karena aku sedikit sekali memiliki sifat sedih!!

Oh… Alangkah disayangkan ajaran-ajaran Rasulullah dan orang-orang yang berpegang teguh
dengannya telah banyak pergi!!

Oh… Alangkah rindunya diriku kepada saudara-saudara sesama mukmin yang dapat
membantuku dalam menangis!!

Oh… Alangkah sedih karena telah hilang orang-orang (saleh) yang merupakan pelita-pelita ilmu,
orang-orang yang memiliki sifat-sifat takwa, dan orang-orang yang merupakan gudang-gudang
bagi segala kebaikan!!

Oh… Alangkah sedih atas semakin langkanya dirham (mata uang) yang halal dan semakin
langkanya teman-teman yang lemah lembut yang menentramkan. Alangkah beruntungnya seorang
yang disibukan dengan memperbaiki aibnya sendiri dari pada ia mencari-cari aib orang lain. Dan
alangkah celakanya seorang disibukan dengan mencari-cari aib orang lain dari pada ia
memperbaiki aibnya sendiri.
Sampai kapan engkau (Wahai Ibn Taimiyah) akan terus memperhatikan kotoran kecil di dalam
mata saudara-saudaramu, sementara engkau melupakan cacat besar yang nyata-nyata berada di
dalam matamu sendiri?!

Sampai kapan engkau akan selalu memuji dirimu sendiri, memuji-muji pikiran-pikiranmu sendiri,
atau hanya memuji-muji ungkapan-ungkapanmu sendiri?! Engkau selalu mencaci-maki para
ulama dan mencari-cari aib orang lain, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah bersabda:
“Janganlah kalian menyebut-menyebut orang-orang yang telah mati di antara kalian kecuali
dengan sebutan yang baik, karena sesungguhnya mereka telah menyelesaikan apa yang telah
mereka perbuat”.
Benar, saya sadar bahwa bisa saja engkau dalam membela dirimu sendiri akan berkata kepadaku:
“Sesungguhnya aib itu ada pada diri mereka sendiri, mereka sama sekali tidak pernah merasakan
kebenaran ajaran Islam, mereka betul-betul tidak mengetahui kebenaran apa yang dibawa oleh
Nabi Muhammad, memerangi mereka adalah jihad”. Padahal, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang sangat mengerti terhadap segala macam kebaikan, yang apa bila kebaikan-
kebaikan tersebut dilakukan maka seorang manusia akan menjadi sangat beruntung. Dan
sungguh, mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal (tidak mengerjakan) kebodohan-
kebodohan (kesesatan-kesesatan) yang sama sekali tidak memberikan manfa’at kepada diri
mereka. Dan sesungguhnya (Sabda Rasulullah); “Di antara tanda-tanda baiknya keislaman
seseorang adalah apa bila ia meninggalkan sesuatu yang tidak memberikan manfa’at bagi dirinya”.
(HR. at-Tirmidzi)

Hai Bung…! (Ibn Taimiyah), demi Allah, berhentilah, janganlah terus mencaci maki kami. Benar,
engkau adalah seorang yang pandai memutar argumen dan tajam lidah, engkau tidak pernah mau
diam dan tidak tidur. Waspadalah engkau, jangan sampai engkau terjerumus dalam berbagai
kesesatan dalam agama. Sungguh, Nabimu (Nabi Muhammad) sangat membenci dan mencaci
perkara-perkara [yang ekstrim]. Nabimu melarang kita untuk banyak bertanya ini dan itu. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling ditakutkan yang aku khawatirkan atas umatku
adalah seorang munafik yang tajam lidahnya”. (HR. Ahmad)

Jika banyak bicara tanpa dalil dalam masalah hukum halal dan haram adalah perkara yang akan
menjadikan hati itu sangat keras, maka terlebih lagi jika banyak bicara dalam ungkapan-
ungkapan [kelompok yang sesat, seperti] kaum al-Yunusiyyah, dan kaum filsafat, maka sudah
sangat jelas bahwa itu akan menjadikan hati itu buta.

Demi Allah, kita ini telah menjadi bahan tertawaan di hadapan banyak makhluk Allah. Maka
sampai kapan engkau akan terus berbicara hanya mengungkap kekufuran-kekufuran kaum
filsafat supaya kita bisa membantah mereka dengan logika kita??

Hai Bung…! Padahal engkau sendiri telah menelan berbagai macam racun kaum filsafat berkali-
kali. Sungguh, racun-racun itu telah telah membekas dan menggumpal pada tubuhmu, hingga
menjadi bertumpuk pada badanmu.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya diisi dengan tilâwah dan tadabbur,
majelis yang isinya menghadirkan rasa takut kepada Allah karena mengingt-Nya, majelis yang
isinya diam dalam berfikir.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya disebutkan tentang orang-orang saleh,
karena sesungguhnya, ketika orang-orang saleh tersebut disebut-sebut namanya maka akan turun
rahmat Allah. Bukan sebaliknya, jika orang-orang saleh itu disebut-sebut namanya maka mereka
dihinakan, dilecehkan, dan dilaknat.
Pedang al-Hajjaj (Ibn Yusuf ats-Tsaqafi) dan lidah Ibn Hazm adalah laksana dua saudara
kandung, yang kedua-duanya engkau satukan menjadi satu kesatuan di dalam dirimu. (Engkau
berkata): “Jauhkan kami dari membicarakan tentang “Bid’ah al-Khamîs”, atau tentang “Akl al-
Hubûb”, tetapi berbicaralah dengan kami tentang berbagai bid’ah yang kami anggap sebagai
sumber kesesatan”. (Engkau berkata); Bahwa apa yang kita bicarakan adalah murni sebagai
bagian dari sunnah dan merupakan dasar tauhid, barangsiapa tidak mengetahuinya maka dia
seorang yang kafir atau seperti keledai, dan siapa yang tidak mengkafirkan orang semacam itu
maka ia juga telah kafir, bahkan kekufurannya lebih buruk dari pada kekufuran Fir’aun. (Engkau
berkata); Bahwa orang-orang Nasrani sama seperti kita. Demi Allah, [ajaran engkau ini] telah
menjadikan banyak hati dalam keraguan. Seandainya engkau menyelamatkan imanmu dengan
dua kalimat syahadat maka engkau adalah orang yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat.
Oh… Alangkah sialnya orang yang menjadi pengikutmu, karena ia telah mempersiapkan dirinya
sendiri untuk masuk dalam kesesatan (az-Zandaqah) dan kekufuran, terlebih lagi jika yang
menjadi pengikutmu tersebut adalah seorang yang lemah dalam ilmu dan agamanya, pemalas, dan
bersyahwat besar, namun ia membelamu mati-matian dengan tangan dan lidahnya. Padahal
hakekatnya orang semacam ini, dengan segala apa yang ia perbuatan dan apa yang ada di hatinya,
adalah musuhmu sendiri. Dan tahukah engkau (wahai Ibn Taimiyah), bahwa mayoritas
pengikutmu tidak lain kecuali orang-orang yang “terikat” (orang-orang bodoh) dan lemah akal?!
Atau kalau tidak demikian maka dia adalah orang pendusta yang berakal tolol?! Atau kalau tidak
demikian maka dia adalah aneh yang serampangan, dan tukang membuat makar?! Atau kalau
tidak demikian maka dia adalah seorang yang [terlihat] ahli ibadah dan saleh, namun sebenarnya
dia adalah seorang yang tidak paham apapun?! Kalau engkau tidak percaya kepadaku maka
periksalah orang-orang yang menjadi pengikutmu tersebut, timbanglah mereka dengan adil…!
Wahai Muslim (yang dimaksud Ibn Taimiyah), adakah layak engkau mendahulukan syahwat
keledaimu yang selalu memuji-muji dirimu sendiri?! Sampai kapan engkau akan tetap menemani
sifat itu, dan berapa banyak lagi orang-orang saleh yang akan engkau musuhi?! Sampai kapan
engkau akan tetap hanya membenarkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang baik
yang akan engkau lecehkan?!
Sampai kapan engkau hanya akan mengagungkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-
orang yang akan engkau kecilkan (hinakan)?!
Sampai kapan engkau akan terus bersahabat dengan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-
orang zuhud yang akan engkau perangi?!
Sampai kapan engkau hanya akan memuji-muji pernyataan-pernyataan dirimu sendiri dengan
berbagai cara, yang demi Allah engkau sendiri tidak pernah memuji hadits-hadits dalam dua kitab
shahih (Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim) dengan caramu tersebut?!
Oh… Seandainya hadits-hadits dalam dua kitab shahih tersebut selamat dari keritikmu…! Tetapi
sebalikanya, dengan semaumu engkau sering merubah hadits-hadits tersebut, engkau mengatakan
ini dla’if, ini tidak benar, atau engkau berkata yang ini harus ditakwil, dan ini harus diingkari.
Tidakkah sekarang ini saatnya bagimu untuk merasa takut?! Bukankah saatnya bagimu sekarang
untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah)?! Bukankah engkau sekarang sudah dalam umur
70an tahun, dan kematian telah dekat?! Tentu, demi Allah, aku mungkin mengira bahwa engkau
tidak akan pernah ingat kematian, sebaliknya engkau akan mencaci-maki seorang yang ingat akan
mati! Aku juga mengira bahwa mungkin engkau tidak akan menerima ucapanku dan
mendengarkan nesehatku ini, sebaliknya engkau akan tetap memiliki keinginan besar untuk
membantah lembaran ini dengan tulisan berjilid-jilid, dan engkau akan merinci bagiku berbagai
rincian bahasan. Engkau akan tetap selalu membela diri dan merasa menang, sehingga aku sendiri
akan berkata kepadaku: “Sekarang, sudah cukup, diamlah…!”.
Jika penilaian terhadap dirimu dari diri saya seperti ini, padahal saya sangat menyangi dan
mencintaimu, maka bagaimana penilaian para musuhmu terhadap dirimu?! Padahal para
musuhmu, demi Allah, mereka adalah orang-orang saleh, orang-orang cerdas, orang-orang
terkemuka, sementara para pembelamu adalah orang-orang fasik, para pendusta, orang-orang
tolol, dan para pengangguran yang tidak berilmu.
Aku sangat ridla jika engkau mencaci-maki diriku dengan terang-terangan, namun diam-diam
engkau mengambil manfaat dari nasehatku ini. “Sungguh Allah telah memberikan rahmat kepada
seseorang, jika ada orang lain yang menghadiahkan (memperlihatkan) kepadanya akan aib-
aibnya”. Karena memang saya adalah manusia banyak dosa. Alangkah celakanya saya jika saya
tidak bertaubat. Alangkah celaka saya jika aib-aibku dibukakan oleh Allah yang maha mengetahui
segala hal yang ghaib. Obatnya bagiku tiada lain kecuali ampunan dari Allah, taufik-Nya, dan
hidayah-Nya.
Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga terlimpah atas tuan kita Muhammad,
penutup para Nabi, atas keluarganya, dan para sahabatnya sekalian.
Ibn al Jawzi Dalam Sifat as Shofwah Menganjurkan Ziarah Ke Makam Orang2 Saleh Dan
Tawassul, Sementara Wahabi Mengatakan Syirik
Shifat ash Shafwah
Karya al Imam al Hafizh Abu al Faraj Abdurrahman Ibn al Jauzi (w 597 H)  salah seorang ulama
Ahlussunnah terkemuka bermadzhab Hanbali; hidup jauh sebelum Ibnu Taimiyah
berikut ini adalah terjemahan dari yang digaris bawahi:
Dia (Imam Ma’ruf al Karkhi) adalah obat yang mujarab, karenanya siapa yang memiliki
kebutuhan maka datanglah ke makamnya dan berdoalah (meminta kepada Allah) di sana; maka
keinginannya akan terkabulkan InsyaAllah.
Makam beliau (Imam Ma’ruf al Karkhi) sangat terkenal di Baghdad; yaitu tempat untuk mencari
berkah. Adalah Imam Ibrahim al Harbi berkata: Makam Imam Ma’ruf al Karkhi adalah obat
yang mujarab”.
Orang-orang Wahabi membawa ajaran baru dan aneh. Pengakuan mereka sebagai pengikut
madzhab Hanbali adalah BOHONG BESAR. Mereka bukan para pengikut madzhab Hanbali;
baik dalam aqidah maupun fiqih. Madzhab mereka adalah madzhab WAHABI.
Lihat kutipan scan di atas, salah seorang ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah bermadzhab
Hanbali membolehkan tabarruk (mencari berkah) dengan ziarah ke makam orang-orang saleh,
sementara Wahabi berkata perbuatan tersebut adalah: “SYIRIK, KUFUR, BID’AH, TAHAYUL,
KHURAFAT, SESAT” dan label penyesatan lainnya.
Setelah mereka melihat scan ini; kita sodorkan pertanyaan kepada mereka: “Yang sesat itu Ibnul
Jauzi atau kalian”????????????????????????????????????????????????????????????
Pertanyaan ini harus mereka pertanggungjawabkan……….
2. Albany & Adzahabi Mengakui akidah : ALLAH WUJUD TANPA TEMPAT ” & TOLAK
AKIDAH “ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK ATAS ‘ARASY”
Daurah masyayikh salafy timur tengah, Daurah kitab albany, Daurah daurah salafy/wahaby saudy
Syaikh nashiruddin albany, yang sering membuat fatwa-fatwa heboh dan menyesatkan ahirnya
taubat sebelum matinya……disalah satu kitab terakhirnya (ia mentkhrij kitab imam adzahabi
alasy’ary) albany akhirnya mengakui aqidah ahlusunnah walja’maah (Allah ada tanpa tempat dan
arah) berbeda dgn fatwa-fatwa sebelumnya……mari kita lihat bukti kitab nya!!!
Maka salafy/wahaby pun ramai-ramai mengkafirkannnya!!, …..jamaah takfir akhirnya salang
mengkafirkan sesamanya sendiri….na’dzubillah…

ALBANI & AZ-ZAHABI KATA: AKIDAH ISLAM ADALAH “ALLAH WUJUD TANPA
BERTEMPAT” & ALLAH TIDAK BERSEMAYAM/DUDUK ATAS ARASY.
Oleh: Abu Syafiq ( Hp: 006-012-2850578 )
Sememang kebenaran akidah Islam tidak dapat ditolak oleh golongan munafiq mahupun kafir
Mujassim. Ini kerana burhan dan adillah (hujjah dan dalil) yang terbit dari sumber yang mulia
iaitu Al-Quran dan Hadith tiada secebis pun keraguan manakan pula kebatilan. Antara akidah
Islam adalah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat” dan inilah antara yang Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
war-warkan bagi memberi kefahaman yang tepat dalam perbincangan akidah Islam dalam
mentauhidkan diri kepada Allah. WAHHABI MALAYSIA KAFIRKAN ALBANI & AZ-ZAHABI
Kesemua Wahhabi di Malaysia berakidah dengan akidah yang tidak menepati Al-Quran dan
Hadith Nabawi.
Ini amat jelas dengan hujjah yang telah saya ( Abu Syafiq ) kemukakan sebelum2 ini berlandaskan
ayat2 Allah dan sabda Nabi Muhammad berkonsepkan kaedah ulama Salaf dan Khalaf tulen.
Semua Wahhabi di Malaysia yang berakidah Allah Bertempat telah menghukum kafir terhadap
umat Islam yang berakidah benar Allah Wujud Tanpa Bertempat. Pada masa yang sama Wahhabi
di Malaysia alpa akan akidah tok guru mereka sendiri Nasiruddin Al-Bany dan rujukan utama
mereka Al-Hafiz Az-Zahaby yang juga berakidah Allah Wujud Tanpa Bertempat, malangnya
Wahhabi mengkafirkan sesiapa yang berakidah sedemikian. Ini amat jelas semua Wahhabi di
Malaysia bukan hanya mengkafirkan umat Islam bahkan turut mengkafirkan tok guru dan
rujukan utama mereka sendiri iaitu Al-Bani dan Az-Zahabi.
Silakan pembaca rujuk teks kenyataan Allah Wujud Tanpa Bertempat Dan Tanpa Berarah oleh
Al-Bani & Az-Zahabi :
Kitab: Mukhtasor ‘Ulu Li ‘Aliyyil ‘Azhim.
Pengarang: Syamsuddin Az-Zahabi.
Pentahkik: Nasiruddin Al-Bani. Cetakan: Maktab Islami.
Mukasurat: 71.
Kenyataan teks Al-Bani bersumber kitab di atas : “ Apabila kamu telah mendalami perkara
tersebut, denganizin Allah kamu akan faham ayat-ayat Al-Quran dan Hadith Nabai serta
kenyataan para ulama Salaf yang telah dinyatakan oleh Az-Zahabi dalam kitabnya ini Mukhtasor
bahawa erti dan maksud sebalik itu semua adalah makna yang thabit bagi Allah iaitu ketinggian
Allah pada makhluk-makhlukNya ( bukan ketinggian tempat), istawanya Allah atas arasyNya
layak bagi keagonganNya dan Allah tidak ber arah dan Allah tidak bertempat”. (Sila rujuk kitab
tersebut yang telah di scan di atas).
Saya menyatakan: Al-Bani telah nukilan lafaz akidah yang benar walaupun ulama Islam telah
maklum bahawa golongan Mujassimah dan Tabdi’ ini pada hakikatnya akidah mereka sering
berbolak balik. Albani pun mengatakan Allah tidak bertempat tetapi Wahhabi di Malaysia pula
berakidah Allah itu bertempat bahkan mereka mengkafirkan pula sesiapa yang percaya Allah
wujud tanpa bertempat. Kenyatan Al-Bani menafikan tempat bagi Allah adalah secara mutlak dan
tidak disebut tempat yang makhluk atau tidak dan ini juga adalah bukti Al-Bani dan Az-Zahabi
menafikan Allah Bersemayam/Duduk Atas Arasy. Sememangnya Al-Bani dan Az-Zahabi sering
menolak akidah Allah Bersemayam/Duduk Atas ‘Arasy. Soalan saya kepada Wahhabi..mengapa
kamu mengkafirkan Muhaddith kamu ini? Adakah Syeikh Islam kamu, ulama kamu dan Muftary
kamu termasuk Albani ini adalah kafir kerana berakidah Allah Tidak Bertempat?
Sekiranya TIDAK maka mengapa kamu bawa akidah palsu dan sekiranya YA maka kamu semua
adalah NAJIS SYAITON!. Wahai pembaca yang berakal dan budiman…. – Albani berakidah “
Allah Wujud Tanpa Bertempat dan Tidak Ber Arah ” tetapi Wahhabi Malaysia kafirkan akidah
tersebut. – Hafiz Az-Zahabyi berakidah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat dan Tanpa Ber Arah ”
tetapi Wahhabi Malaysia kafirkan akidah tersebut bahkan Wahhabi berakidah Allah bertempat.
Sila rujuk bukti : http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/12/buku-wahhabi-yang-tersebar-di-
seluruh.html
Nah..! Dimanakah hendak dikategorikan golongan Wahhabi ini? Jamban,mangkuk, tandas? atau
di tanah perkuburan yang hanya disemadikan dalamnya ahli-ahli Mujassimah pengkhianat
amanah?!. Apapun saya doakan hidayah keimanan diberikan oleh Allah kepada Wahhabi yang
masih hidup. Wassalam. www.abu-syafiq.blogspot.com ________________________________
KITAB-KITAB IMAM ADZAHABY SERING DIJADIKAN RUJUKAN-RUJUKAN PALSU
OLEH WAHABY TAPI KALAU KITA LIHAT KITAB ASLINYA, AKAN LAIN JADINYA….
LIHAT KITAB ASLI IMAM ADZAHABY YANG BELUM DITAKHRIJ OLEH ALBANY :

AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH DUDUK

AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK


Oleh: Abu Syafiq ( Tel HP 006-012-2850578)
*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak bagi Allah dan Allah tidak pernah
menyatakan demikian, begitu juga NabiNya.
Hakikat kebenaran tetap akan terserlah walaupun lidah syaitan Wahhabi cuba merubahnya. Kali
ini dipaparkan bagaimana rujukan utama Wahhabi iaitu Al-Hafiz Az-Zahabi sendiri mnghukum
kafir akidah sesat: Allah Bersemayam/Duduk yang dipelopori oleh Wahhabi pada zaman kini. Az-
Zahabi adalah Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Uthman bin Qaymaz bin
Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab Siyar An-Nubala’ dan kitab-kitab lain termasuk Al-
Kabair.
Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang telah dinyatakan olehnya sendiri
di dalam kitabnya berjudul Kitab Al-Kabair. Demikian teks Az-Zahabi kafirkan akidah “ Allah
Bersemayam/Duduk” : ( RUJUK SCAN KITAB TERSEBUT DI ATAS )
Nama kitab: Al-Kabair.
Pengarang: Al-Hafiz Az-Zahabi.
Cetakan: Muassasah Al-Kitab Athaqofah, cetakan pertama 1410h.
Terjemahan.:
Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi: “Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar
dari Islam oleh para ulama adalah: …sekiranya seseorang itu menyatakan: Allah Duduk untuk
menetap atau katanya Allah Berdiri untuk menetap maka dia telah jatuh KAFIR”.
Rujuk scan kitab tersebut di atas m/s 142. Perhatikan bagaimana Az-Zahabi menghukum kafir
sesiapa yang mendakwa Allah bersifat Duduk. Sesiapa yang mengatakan Allah Duduk maka dia
kafir. Fokuskan pada kenyataan Az-Zahhabi tidak pula mengatakan “sekiranya seseorang itu kata
Allah Duduk seperti makhlukNya maka barulah dia kafir” akan tetapi amat jelas Az-Zahabi terus
menghukum kafir kepada sesiapa yang mendakwa Allah Duduk disamping Az-Zahabi menukilkan
hukum tersebut dari seluruh ulama Islam.
Wahai Mohd Asri Zainul Abidin dan Wahhabi yang lain…ketahuilah apabila anda semua
mengatakan Allah Duduk merupakan kekufuran yang telah dihukum oleh Az-Zahabi sendiri dan
ulama Islam. Tidak perlu ditunggu kenyataan “ Allah Duduk Seperti MakhlukNya” baru nak
dihukum kafir akan tetapi dengan mengatakan Allah Duduk maka ia merupakan perkataan kufur
terkeluar dari Islam sepertimana yang dinyatakan oleh Al-Hafiz Az-Zahabi. Bertaubatlah wahai
Wahhabi. www.abu-syafiq.blogspot.com http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/11/al-hafiz-az-zahabi-
kafirkan-akidah.
3.  Imam 4 madzab kafirkan Aqidah Mujasimmah (Tuhan Bertempat/duduk). Hujjah Imam Abu
Hanifah yg beliau tulis dalam kitab wasiat nya :

( DIATAS ADALAH KENYATAAN IMAM ABU HANIFAH DALAM KITAB WASIAT BELIAU
PERIHAL ISTAWA )
IMAM ABU HANIFAH TOLAK AKIDAH SESAT“ ALLAH
BERSEMAYAM/DUDUK/BERTEMPAT ATAS ARASY.
Demikian dibawah ini teks terjemahan nas Imam Abu Hanifah dalam hal tersebut ( Rujuk kitab
asal sepertimana yang telah di scan di atas) :
“ Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al ber istawa
atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas Arasy, Dialah
menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah
memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta Allah ini dan tidak mampu
mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan
bertempat maka sebelum diciptaArasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”.
Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu Hanifah dari kitab Wasiat beliau.
Amat jelas di atas bahawa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu
Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam(duduk) Allah di atas Arasy.
Semoga Mujassimah diberi hidayah sebelum mati dengan mengucap dua kalimah syahadah
kembali kepada Islam.
Filed under: *Imam adzahabi (ahlusunnah) membungkam Wahabi | Tagged: *Imam adzahabi
(ahlusunnah) membungkam Wahabi | Leave a Comment »
Kitab Inshof Imam Mardawi (Fiqh Madzab Hanbali) : fikih madzhab Hanbali melegalkan ziarah
kubur- tabaruk dan tawasul.
Posted on October 18, 2010 by salafytobat
karya al Mardawi, al Inshaf; berisi fikih madzhab Hanbali, menjelaskan anjuran ziarah kubur, tabaruk dan
tawasul…
JELASLAH BAHWA MADZAB HANBALI DAN MADZAN SUNNI LAINNYA MELEGALKAN
ZIARAH KUBUR, TABARUK DAN TAWASUL!!
KEPADA PARA PENDUSTA WAHABI BERTAUBATLAH!!

Filed under: Kitab Mardawi (Fiqh Madzab Hanbali) : fikih madzhab Hanbali melegalkan ziarah kubur-
tabaruk dan tawasul. | Tagged: Kitab Mardawi (Fiqh Madzab Hanbali) : fikih madzhab Hanbali
melegalkan ziarah kubur- tabaruk dan tawasul.

al Khathib al Baghdadi (w 463 H): Tabarruk Imam Syafi’i Ziarah di Makam Imam Abu  Hanifah
Posted on October 18, 2010 by salafytobat
Tarikh Baghdad
Karya al Imam al Hafizh Abu Bakr Ahmad bin Ali; yang lebih dikenal dengan al Khathib al
Baghdadi (w 463 H)
Berikut ini adalah terjemahan yang di tandai:
— dengan sanadnya —- berkata: Aku mendengar Imam asy Syafi’i berkata: Sesungguhnya saya
benar-benar melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada Imam Abu Hanifah, aku mendatangi
makamnya setiap hari untuk ziarah, jika ada suatu masalah yang menimpaku maka aku shalat
dua raka’at dan aku mendatangi makam Imam Abu Hanifah, aku meminta kepada Allah agar
terselesaikan urusanku di samping makam beliau, hingga tidak jauh setelah itu maka
keinginanku telah dikabulkan”.
Disebutkan bahwa di sana (komplek makam Imam Abu Hanifah) terdapat makam salah seorang
anak Sahabat Ali bin Abi Thalib, dan banyak orang menziarahinya untuk mendapatkan berkah di
sana.
Imam Ibrahim al Harbi berkata: “Makam Imam Ma’ruf al Karkhi adalah obat yang mujarab”.
******************************
Dalam lembaran scan ke tiga disebutkan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa di komplek
pemakaman tempat Imam Abu Hanifah dikuburkan (Kufah) terdapat salah salah seorang anak
cucu dari Imam Ali bin Abi Thalib yang sering dijadikan tempat ziarah dan mencari berkah oleh
orang-orang Islam.
*******************************
Lagi-lagi fakta ini menohok Wahabi yang mengatakan tawassul dengan orang yang sudah
meninggal sebagai perbuatan syirik dan kufur. Anda tanya orang-orang Wahabi itu: Siapa di
antara kalian yang berani mengkafirkan Imam Syafi’i???????????????????????????????
Mereka mati kutu ga punya jawaban…………..!!!!!
Filed under: al Khathib al Baghdadi (w 463 H): Tabarruk Imam Syafi'i Ziarah di Makam Imam
Abu Hanifah | Tagged: al Khathib al Baghdadi (w 463 H): Tabarruk Imam Syafi'i Ziarah di
Makam Imam Abu Hanifah | Leave a Comment »
Qadli al Qudlat al Imam al Hafizh al Mufassir al Mujtahid Ali ibn Abdil Kafi as Subki
(w756) Membongkar Kekufuran Ibnu Taimiyah
Posted on October 18, 2010 by salafytobat
Kitab ini berjudul “ad Durrah al Mudliyyah Fi ar Radd Ala Ibn Taimiyah”; dalam bahasa kita
artinya “Mutiara yang bersinar dalam bantahan terhadap Ibnu Taimiyah”.
Karya:
Qadli al Qudlat al Imam al Hafizh al Mufassir al Mujtahid
Ali ibn Abdil Kafi as Subki (w 756 H)
Seorang ulama besar yang telah mencapai derajat mujtahid mutlaq. Hidup semasa dengan Ibnu
Taimiyah dan telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah karena kesesatan-kesesatannya.
Berikut terjemah bebas dari pembukaan kitab tersebut (alenia 2):
Sesungguhnya Ibnu Taimiyah telah membuat perkara-perkara baru dalam dasar-dasar aqidah,
merusak pokok-pokok ajaran Islam dan keyakinan-keyakinan di dalamnya; ia “membungkus
dirinya (bersembunyi untuk mengelabui orang lain)” dengan mengaku sebagi orang yang
memegang teguh al Qur’an dan Sunnah, ia menampakan (seolah-olah) sebagai penyeru kepada
kebenaran dan membawa petunjuk ke jalan surga, sungguh sebenarnya ia telah keluar dari jalan
ittiba’ (ikut kepada ajaran al Qur’an dan Sunnah) kepada jalan ibtida’ (menjadi ahli bid’ah
menyesatkan), ia membawa ajaran “nyeleneh” dengan menyimpang dari ajaran mayoritas umat
Islam (Ahlussunnah Wal Jama’ah) dengan menyalahi perkara-perkara yang telah menjadi ijma’
(kensensus) di antara mereka, ia membawa ajaran (kufur) mengatakan bahwa Dzat Allah adalah
benda yang memiliki susunan-susunan, mengatakan tidak mustahil bahwa Allah membutuhkan
kepada anggota-anggota badan, mengatakan alam ini (segala sesuatu selain Allah) menyatu
dengan Dzat-Nya, mengatakan bahwa al Qur’an itu baharu dan Allah mengeluarkan huruf-huruf
al Qur’an tersebut dari yang semula Dia diam (menurutnya Allah berkata-kata dengan lafazh-
lafazh al Qur’an, lalu diam, lalu berkata-kata, lalu diam.. demikian seterusnya), mengatakan
bahwa Allah memiliki kehendak-kehendak yang baharu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
para hamba-Nya, bahkan ia mengatakan bahwa alam ini qadim; tidak memiliki permulaan,
………..
Sumber : http://salafytobat.wordpress.com/
ASAL USUL WAHABI

OLEH :BANK WAHABI

Wahabi?Siapakah Wahabi?Mesti Baca!

DINASTI SAUD : DARI MANAKAH ASALNYA MEREKA INI?DAN SIAPAKAH MOYANG KEPADA KELUARGA
INI?

KAJIAN DAN PENEMEUAN OLEH: MOHAMMAD SAKHER ,seorang yang telah diperintahkan supaya
dibunuh oleh rejim Saudi diatas penemuan ini:

1. Adakah keluarga saud berasal dari kaum ANZA BEN WAEL seperti mana mereka sekarang?
2. Adakah Islam Agama sebenar mereka?
3. Adakah mereka berketurunan Arab?

Pada tahun 851 H ,sekumpulan lelaki dari bani AL MASALEEKH ,iaitu satu cabang dari KAUM ANZA
,membentuk satu pedati untuk membeli bijirin( gandum dan jagung) dan bahan makananan lain dai
IRAQ ,dan membawanya kembali ke NAJD .Ketua kumpulan ini bernama SAHMI BIN HATHLOOL. Pedati
itu sampai ke BASRA ,dimana ahli kumpulan berjumpa penjual bijirin iaitu seorang YAHUDI bernama
MORDAKHAI BIN IBRAHIM BIN MOSHE.Semasa tawar menawar belangsung ,yahudi itu bertanya mereka
“Dari mana asalnya kamu?”
Mereka menjawab”Dari Kaum ANZA , berkait dengan AL MASALEEKH”Setelah mendengar nama itu ,
yahudi itu menjadi gembira dan juga mengakui dia berasal dari kaum keluarga yang sama,tetapi
terpaksa tinggal di BASRA IRAQ disebabkan persengketaan keluarga antara bapanya dan ahli keluarga
kaum ANZA.
Dia kemudiannya mengarahkan hambanya untuk memenuhkan unta2 kaum kabilah tersebut dengan
gandum ,kurma dan tamman;ini adalah satu budi yang menarik hati lelaki2 AL MASALEEKH dan
menunjukkan kegembiraan mereka kerana berjumpa saudara di IRAQ ,sumber kepada keperluan
mereka ;mereka percaya setiap apa yang dikatakan oleh yahudi itu,dan kerana beliau adalah seorang
pedagang makanan yang kaya(yang mereka sangat perlukan)walaupun dia adalah seorang yahudi yang
bersembunyikan di sebalik imej ARAB dari kabilah AL MASALEEKH.

Apabila pedati tersebut telah bersedia untuk bertolak ke NAJD,pedagang yahudi tersebut meminta izin
mereka untuk menemani mereka ,kerana dia ingin pergi bersama mereka ke tanah asal mereka
NAJD.Setelah mendengar dari lelaki yahudi itu,mereka amat berbesar hati dan menyambut mereka
dengan hati yang sangat gembira.
JAdi,Yahudi yang menyamar itu tiba di NAJD dengan pedatinya.Di NAJD,dia memulakan untuk
menyebarkan banyak propaganda untuk dirinya melalui sahabat2 sahabatnya(Sepupu tipunya ),setelah
itu,berkumpullah ramai para penyokongnya;tetapi tanpa disangka,dia berhadapan dengan kempen
penentangan terhadap fahamannya oleh SHEIKH SALEH SALMAN ABDULLAH AL TAMIMI, seorang
pendakwah di AL-QASEEM.

Jarak penyebaran ajarannya termasuk NAJD ,Yaman dan Hijaz,sesuatu yang memaksa yahudi itu
(keturunan dari KELUARGA SAUD sekarang )untuk berpindah dari AL QASEEM ke AL IHSA,Di mana
kemudiannya dia menukar namanya (MORDAKHAI ) kepada MARKHAN BIN IBRAHIM MUSA.Kemudia dia
menukar lokasi penempatannya dan menetap di sebuah tempat bernama DIR`IYA berdekatan AL-
QATEEF,di mana dia bermula untuk menyebarkan kepada penduduk tempatan dengan dusta
mengatakan perisai kepada nabi MUhammad SAW telah diambil sebagai barangan rampasan(curi) oleh
seorang arab pagan (musyrikin) hasil daripada perang uhud antara Arab musyrikin dan Muslimin.
Katanya “Pedang itu telah dijual oleh arab musyrikin kepada kabilah kaum yahudi bernama BANU
QUNAIQA` yang menyimpannya sebagai harta karun!”Dia kemudiannya mengukuhkan lagi
kedudukannya di kalangan Badwi melalui cerita2 dusta yang menyatakan bagaimana Kaum Yahudi di
Tanah Arab sangat berpengaruh dan berhak kepada penghormatan tinggi.Dia mengukuhkan lagi
kedudukannya di kalangan Badwi,dan mengambil keputusan untuk menetap di situ,di kota DIR`IYA
,berdekatan AL- QATEEF,di mana dia mengambil keputusan untuk menjadikannya sebagai pusat di
PERSIAN GULF.Dia kemudiannya mendapat idea untuk menjadikannya sebagai batu loncatan untuk
menubuhkan kerajaan Yahudi di tanah Arab.

Untuk memenuhi cita-citanya itu ,dia telah mendekati Arab Badwi di padang pasir utnuk memantapkan
lagi posisinya,kemudian secara beransur ansur,dia kemudiannya mengisytiharkan dirnya sebagai raja
kepada mereka !!

Pada ketika itu ,kabilah AJAMAN bersama kabilah BANI KHALED menjadi sangat berhati hati kerana
rancangan jahat Yahudi selepas mereka mendedahkan siapa mereka yang sebenarnya,dan mengambil
keputusan untuk membunuhnya.Mereka menyerang bandar lelaki yahudi itu dan menawannya,tetapi
sebelum menangkapnya dia telah dapat melepaskan diri.
Oleh itu keturunan yahudi daripada KELUARGA SAUD (MORDAKHAI),mencari perlindungan di sebuah
ladang bernama AL-MALIBEED-GHUSAIBA berdekatan AL-ARID, yang sekarang ini bernama : AL-RIYADH.
Dia kemudiannya meminta kepada tuan ladang tersebut untuk memberikannya sebuah
perlindungan.Tuan ladang itu berasa sangat simpati lalu memberikannya tempat untuk
berlindung.Tetapi kemudiannya yahudi itu (MORDAKHAI) ,hanya tinggal selama sebulan di situ,setelah
yahudi itu membunuh tuan ladang tersebut dan semua ahli keluarganya..dan berpura pura dengan
menyataka mereka semua telah dibunuh oleh pencuri yang menceroboh.Dia kemudiannya berpura pura
menyatakan bahawa dia telah membeli ladang tersebut dari tuan tanah sebelum malapetaka tersebut
datang kepada mereka! Setelah merampas tanah tersebut,dia menamakannya ALDIR`IYA ,sama nama
dengan tempat yang pernah dimilikinya.
Keturunan Yahudi daripada KELUARGA SAUD (MORDAKHAI) dengan cepat menubuhkan “GUEST HOUSE”
bernama “MADAFFA” di tanah yang dirampasnya dari mangsa,dan mengumpulkan di sekelilingnya
sekumpulan munafiq yang kemudiannya menyebarkan propaganda dusta yang mengatkan bahawa dia
adalah SYEKH (ketua) ARAB yang disegani.Dia mengisytiharkan permusuhan terhadap Sheikh SALEH
SALMAN ABDULLA AL TAMIMI, mush tradisinya, dan dia juga telah menyebabkan pembunuhan beliau di
sebuah masjid bernama (AL-ZALAFI).
Kemudian dia berasa amat puashati dan selamat untuk mewujudkan (AL-DIR`IYA) sebagai rumah
tetapnya.Di situ dia mengamalkan poligami pada tahap teruk ,dan juga melahirkan ramai anak yang
kemudiannya di berikan nama nama Arab kepada anak-anaknya.
Kemudian ,kaum kerabatnya semakin bertambah dan kuasa di bawah nama Kaum SAUDI ,mereka telah
mengikuti jejak langkahnya mengamalkan aktiviti haram dan konspirasi terhadap negara Arab.Mereka
telah merampas tanah terpencil dan ladang2,dan membunuh setiap orang yang cuba menentang
rancangan jahat mereka .Mereka menggunakan apa sahaj tipu helah untuk mencapai matlamat
mereka;mereka merasuah; menawarkan wanita dan wang kepada orang yang berpengaruh di kawasan
itu,jelasnya untuk sesiapa yang memulakan utnuk menulis biografi sebenar keluarga Yahudi itu;mereka
merasuah penulis untuk menyucikan sejarah hitam mereka ,dan juga menghampirkan asal ketrunan
mereka kepada kabilah arab seperti RABI’A, ANZA and ALMASALEEKH.
Munafik yang sangat jelas di zaman kami adalah MOHAMMAD AMIN AL TAMIMI- pengarah/pengurus
kepada perpustakaan terbaru kerajaan SAUDI ,dia mereka-reka asal usul keturunan kepada KELUARGA
YAHUDI (SAUDI) dengan mengatakan ianya berhubung kepada Nabi Junjungan kita Muhammad
SAW.Untuk kerja kotornya itu,dia telah di anugerahkan 35 RIBU POUND MESIR dari KEDUTAAN SAUDI
UNTUK KAHERAH ,MESIR pada tahun 1362 H atau 1943 M. Nama duta tersebut adalah IBRAHIM AL-
FADEL.
Seperti yang telah disebutkan sebelum ini ,keluarga YAHUDI iaitu KELUARGA SAUD(MORDAKHAI),
mengamalkan poligami dengan mengahwini ramai wanita arab dan mendapat ramai anak:amalan
poligaminya itu pada masa ini telah diteruskan oleh keturunannya,mereka berpegang kepada warisan
perkahwinan itu!
Salah seorang anak MORDAKHAI bernama AL-MAQARAN,di ‘arabkan’ dari keturunan YAHUDI (MACK-
REN) dan mendapat anak bernama Mohamad dan seorang lagi bernama SAUD,iaitu nama kepada
DINASTI SAUDI sekarang.
Keturunan SAUD (KELUARGA SAUDI sekarang) memulakan kempen pembunuhan ketua ketua kabilah
arab di bawah dakwaan bahawa mereka adalah sesat,menyeleweng dari ajaran Islam , tidak
mengamalkan ajaran Al Quran; JADI MEREKA BERHAK UNTUK DIBUNUH OLEH KELUARGA SAUDI !!
Didalam buku sejarah KELUARGA SAUDI mukasurat 98-101 ,ahli sejarah keluarga mereka telah
mengisytiharkan bahawa DINASTI SAUD mendakwa semua penduduk NAJD adalah KUFUR;maka darah
mereka adalah halal dibunuh ,harta mereka dirampas,wanita mereka dijadikan hamba seks;seseorang
muslim tidak benar benar Muslim jika kepercayaannya tidak berasal dari ajaran MOHAMMAD BIN
ABDUL WAHAB (juga Yahudi yang berasal dari Turki)
Ajarannya memberikan kuasa kepada KELUARGA SAUDI untuk memusnahkan kampung2 mereka -lelaki
termasuk kanak kanak,merogol wanaita mereka ;menikam perut wanita hamil,memotong tangan anak
mereka dan kemudian membakar mereka!! MEreka kemudiannya disahkan lagi oleh AGAMA SAMSENG
WAHABI untuk merampas harta penentang mereka(yang tidak mengikuti agama WAHABI)
Keluarga Hodoh YAhudi ini malah telah melakukan banyak kezaliman dibawah nama ajaran sesat
WAHABI yang dicipta oleh YAHUDI untuk menyemai benih kekejaman di hati manusia.DINASTI YAHUDI
ini telah meakukan kekejaman sejak 1163 H .Mereka telah menamakan semula semenanjung tanah Arab
sempena nama keluarga mereka (ARAB SAUDI) sebagai sebuah negara kepunyaan mereka ,dan segala
penduduk adalah hamba mereka ,bekerja keras untuk kemewahan mereka (KELUARGA SAUD).
MEREKA telah memiliknegarakan semua kekayaan negara tersebut sebagai harta peribadi.Jika ada orang
miskin dari orang kebanyakan menaikkan suaranya mengkritik undang undang kuku besi DINASTI YAHDI
tersebut,(diansti tersebut) akan memenggal kepalanya di hadapan khalayak.Seorang puteri mereka
telah melawat FLORIDA USA bersama sama para penasihatnya,dia telah menyewa 90 peratus Bilik
MEWAH (suite) di Grand Hotel untuk SATU JUTA DOLAR satu malam!!!Bolehkan seseorang menentang
pembaziran ini walaupun mereka tahu mereka akan DIPENGGAL DI KHALAYAK RAMAI!!!!

SAKSI KEPADA KETURUNAN YAHUDI -KELUARGA SAUD :

Pada tahun 1960,”SAWT AL ARAB” stesen penyiaran di Kaherah ,Mesir ,dan Stesen penyiaran Yaman di
Sana`a telah memastikan@membenarkan bahwa Keluarga SADI adalah dari keturunan YAHUDI.
Raja FAISAL AL SAUD pada masa itu tidak dapat menafikan bahawa keluarganya sangat baik hati dengan
YAHUDI apabila beliau mengisytiharkan WASHINGTON POST pada 17 SEPT 1969 menyatakan”KAMI
,KELUARGA SAUDI ,ADALAH SAUDARA kepada yahudi,kami sepenuhnya tidak bersetuju dengan mana
mana Pihak Berkuasa Arab atau Muslim yang menunjukkan pertentangan tehadapYahudi,Kita mestilah
hidup bersama mereka dengan kasih sayang.Negara kami (Arab saudi)adalah pencetus kepada
keturunan YAHUDI dan keturunannya telah tersebar ke seluruh dunia”Ini adalah deklarasi dari RAJA
FAISAL AL – SAUD BIN ABDUL AZIZ !!!!
HAFEZ WAHBI, Penasihat kepada SAUDI ,menyatakan dalam bukunya bertajuk “SEMENANJUNG TANAH
ARAB”bahawa RAJA ABDUL AZIZ AL- SAUD ,mati pada 1953 telah menyatakan”Ajaran Kami(Ajaran Saudi)
mendapat tentangan dari seluruh kabilah Arab.Datuk kami SAUD AWAL ,setelah memenjarakan ramai
ketua kabilah MATHEER,apabila kunpulan lain dari kabilah sama datang untuk membebaskan banduan
bandua ,SAUD AWAL memerintahkan supaya orangnya memenggal kepala semua banduan,kemudian
dia cuba memalukan mereka dengan menjemput mereka makan dari tempat duduk yang dibuat dari
daging mangsa nya yang telah dipenggal dimana kepala2 mereka telah diletakkan diatas pinggan
makanan!!!! Rombongan tersebut menjadi sedar dan enggan memakan danging saudara mereka
,kemudiannya dia memerintahkan orangnya untuk memenggal kepala rombongan tersebut itu
juga.Jenayah jelik ini dilakukan oleh raja tersebut kepada manusia yang tidak bersalah di mana
kesalahan mereka ialah menentang kekejaman raja tersebut.
HAFEZ WAHABI ,menyatakan lebih jelas bahawa RAJA ABDUL AZIZ AL-SAUD berkaitrapat dengan dengan
kisah benar tentang ketua2 Kabilah Matheer,yang melawatnya untuk membebaskan ketua mereka pada
masa itu FAISAL AL-DARWEESH ,seorang tahanan raja itu.Dia mengaitkan kisah tersebut kepada mereka
supaya mengelakkan mereka dari meminta pembebasan ketua mereka,jika tidak mereka akan menimpa
nasib yang sama;Dia telah membunuh Syekh tersebut dan menggunakan darahnya untuk berwudu`
sebelum menunaikan solat(solat agama WAHABI). Kesalahan FAISAL AL DARWESH pada ketika itu adalah
mengkritik RAJA ABDUL AZIZ AL SAUD apabila raja itu menandatangani dokumen dimana pihak berkuasa
Inggeris yang disediakan pada 1922 sebagai deklarasi untuk memberikan PALESTINE kepada
YAHUDI;tandatangannya telah diterima dalam persidangan yang berlangsung di AL AQEER pada 1922.

Itu adalah sistem Rejim ini dan masih lagi diamalkan oleh KELUARGA YAHUDI (KELUARGA
SAUDI).Matlamatnya adalah ;merampas harta kekayaan negara,merompak,menipu,dan melakukan
pelbagai jenis kekejaman ,kezaliman,dan kekufuran- semua itu dilakukan dengan kerjasama agama yang
mereka cipta -WAHABI yang membenarkan pemenggalan kepala penentang mereka.
8 Juni 2009

Sejarah awal mula faham Wahabi

Tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha menulis dengan asal usul dan sejarah
perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab
yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad
Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah
dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran
Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun
1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu
negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India
dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis
Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak
itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah
berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan
Baha'i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja
kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali,
bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-
gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik
tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-
orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal
itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak
kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari madzhab Hanbali, menulis buku
bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak
ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-
Syafi'i, menulis surat berisi nasehat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah,
tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa
orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia
kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun
madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau
mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena
engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat
dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.

Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar.
Allah berfirman : "Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan
kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS:
An-Nisa 115)

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid
nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan
dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan
lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya,
termasuk guru-gurunya sendiri.

Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak
Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab,
"Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah
membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir
Ramadhan" Lelaki itu bertanya lagi "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun
dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari
manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja
yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun
demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya
itu.

Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah
Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk
diantara pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178
H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung
secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri
sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh
atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum
muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin
surga.

Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu,
seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia
punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari
daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-
Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di
hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik,
begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar
sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi
pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih
pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya,
sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad,
karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan
tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak
ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan
semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam
masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak
mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-
makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan
jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut
dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka
menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan
yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.

Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan
merusak kiswah, kain penutup Ka?bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan
kubah di Ma?la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka
terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai,
menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian
mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan
Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang
bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813,
Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20,
Abdul Aziz bin Sa?ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil
menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat
kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan
pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh
mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya
Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok
ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi?i yang sudah
mapan.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam
sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma?la (Mekkah), di Baqi' dan Uhud (Madinah)
semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan
tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya
desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar
tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula
AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan
dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang
biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang
menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena
banyak yang menentangnya maka diurungkan.

Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs
sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan
sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan
sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah
berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah
meninggal.

Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan
ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala
baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut
mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi
bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi
tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.

"Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan
segera diratakan untuk dibangun tempat parkir," katanya kepada Reuters. Angawi menyebut
setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun
terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi
berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan
Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ?Pelestarian
bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.

Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak
menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih
payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah
mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar
untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun
sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa
zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini
merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.

Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka
menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka
gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik
dan ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak
pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri
kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang
menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.

Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha,
padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-
wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang
kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan
mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika
bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita
ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan
animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya
berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum
salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong
kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan
orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan
Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang
sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi
berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas
bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri
Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu
As-Sa'ud.

Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam
beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang
belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih
BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu
datangnya dari arah sana," sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam
Kitabul Fitan)

"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak
panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan
kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul)." (HR Bukho-ri no 7123, Juz
6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban

Nabi SAW pernah berdo'a: "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,"
Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo'a: Ya Allah, berikan kami
berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: "Di
sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.",
Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul).
Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin
Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya
hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur
gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang
telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: "Tidak perlu kita menulis buku untuk
menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits
Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur
(gundul), karena ahli bid'ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid
AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya
Jala?udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi
SAW: "Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang
tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada
zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk
berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin". AI-Hadits.

BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud.
Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada
lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang
mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan,
sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah
Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama' mencatat
tahunnya dengan hitungan Abjad: "Ba daa halaakul khobiits" (Telah nyata kebinasaan Orang
yang Keji) (Masun Said Alwy)
komentar Mengenai Asal-usul Mazhab Wahhabi

Mazhab Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan


kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya keliru dengan mereka kerena mereka
mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-
Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa
al-Jama`ah.

Nama Wahhabi atau al-Wahhabiyyah kelihatan dihubungkan dengan nama `Abd al-Wahhab
yaitu bapak dan pengasasnya, al-Syaikh Muhammad bin `Abd al-Wahhab al-Najdi. Ia tidak
dinamakan al-Muhammadiyyah yang mungkin boleh dikaitkan dengan nama Muhammad bin
`Abd al-Wahhab bertujuan untuk menggalakkan persamaan di antara para pengikut Nabi
Muhammad (s.`a.w) dengan mereka, dan juga bertujuan untuk menghalang berbagai bentuk
eksploitasi (istighlal).[1][2] Bagaimanapun, nama Wahhabi dikatakan ditolak oleh para penganut
Wahhabi sendiri dan mereka menggelarkan diri mereka sebagai golongan al-Muwahhidun[2][3]
(unitarians) kerana mereka mendakwa ingin mengembalikan ajaran-ajaran tawhid ke dalam
Islam dan kehidupan murni menurut sunnah Rasulullah.

Mazhab Wahhabi pada zaman moden ini tidak lain dan tidak bukan, adalah golongan al-
Hasyawiyyah kerana kepercayaan-kepercayaan dan pendapat-pendapat mereka seratus persen
sama dengan golongan yang dikenali sebagai al-Hasyawiyyah pada abad pertama.

Istilah al-Hasyawiyyah adalah berasal dari kata dasar al-Hasyw iaitu penyisipan, pemasangan
dan pemasukan. Nama ini diberikan kepada orang-orang yang menerima dan mempercayai
semua hadits yang dibawa masuk ke dalam Islam oleh orang-orang munafiq. Mereka
mempercayai semua hadits yang dikaitkan kepada Nabi (s.`a.w) dan para sahabat berdasarkan
pengertian dari segi bahasa semata tanpa penilaian semula. Bahkan sekiranya suatu “ hadits “ itu
dipalsukan (tetapi orang yang memalsukannya memasukkan suatu rangkaian perawi yang baik
kepadanya), mereka tetap menerimanya tanpa mempedulikan sama sekali apakah ada teks hadits
itu sejalan dan selaras dengan al-Qur’an, ataupun hadits yang diakui sahih atau sebaliknya.

Ahmad bin Yahya al-Yamani (m.840H/1437M) mencatatkan bahawa: “ Nama al-Hasyawiyyah


digunakan terhadap orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits sisipan yang sengaja
dimasukkan oleh golongan al-Zanadiqah sebagai sabda Nabi dan mereka menerimanya tanpa
adanya interpretasi terdahulu, dan mereka juga menggelarkan diri mereka Ashab al-Hadits dan
Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah… Mereka bersepakat mempercayai konsep pemaksaan (Allah
berhubung dengan perbuatan manusia) dan tasybih (bahawa Allah seperti makhluk-Nya) dan
mempercayai bahawa Allah mempunyai jasad dan bentuk serta mengatakan bahawa Allah
mempunyai anggota tubuh … “[3][4]

Al-Syahrastani (467-548H/1074-1153M) menuliskan bahawa: “ Terdapat sebuah kumpulan


Ashab al-Hadith, iaitu al-Hasyawiyyah dengan jelas mengisytiharkan kepercayaan mereka
tentang tasybih (iaitu Allah seumpama makhluk-Nya) … sehinggakan mereka sanggup
mengatakan bahawa pada suatu ketika, kedua-dua mata Allah kesedihan, lalu para malaikat
datang menemui-Nya dan Dia (Allah) menangisi (kesedihan) dengan banjir Nabi Nuh (`a.s)
sehingga mata-Nya menjadi merah, dan `Arasy meratap iba seperti suara pelana baru dan Dia
melampaui `Arasy dalam keadaan melebihi empat jari di setiap penjuru.”[4][5]

Definisi dan gambaran ini secara langsung menepati golongan Wahhabi yang menamakan diri
mereka sebagai Ashab al-Hadits atau Ahl al-Hadits dan kerapkali juga sebagai Sunni, dan pada
masa kini mereka memperkenalkan diri mereka sebagai Ansar al-Sunnah ataupun Ittiba` al-
Sunnah.

Latar belakang Pengasas Mazhab Wahhabi

Muhammad bin `Abd al-Wahhab dilahirkan di perkampungan `Uyainah, salah satu kampung di
Najd di bagian selatan pada tahun 1115H/1703M. Bapaknya, `Abd al-Wahhab merupakan
seorang Qadhi. Muhammad dikatakan pernah mempelajari bidang fiqh al-Hanbali dengan
bapaknya, yang juga adalah salah seorang tokoh ulama al-Hanabilah. Semenjak kecil, dia
mempunyai hubungan yang erat dengan pengkajian dan pembelajaran kitab-kitab tafsir, hadits
dan akidah.

Pada masa remajanya, Muhammad selalu merendahkan dan mengabaikan syiar agama yang
biasanya dipegang oleh penduduk Najd, bukan saja di Najd bahkan hingga ke Madinah selepas
dia kembali dari menunaikan haji. Dia sering mengadakan perubahan dalam pendapat dan
pemikiran di dalam majlis-majlis agama, dan dia tidak suka kepada orang yang bertawassul
kepada Nabi (s.`a.w) di tempat kelahiran (marqad) baginda yang suci itu.

Kehidupannya selama beberapa tahun dihabiskan dengan mengembara dan berdagang di kota-
kota Basrah, Baghdad, Iran, India dan Damaskus. Di Damaskus, dia telah menemui kitab-kitab
karangan Ibn Taimiyyah al-Harrani (m.728H/1328M) yang mengandungi ajaran-ajaran yang
berunsur kontroversi berbanding dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah.

Dia kembali ke Najd dan kemudian pindah ke Basrah. Dalam perjalanannya ke Syam, di Basrah
dia mampu memenuhi matlamatnya mencegah banyak orang dari melakukan syiar agama
mereka dan menghalang mereka dari perbuatan tersebut. Justeru itu penduduk Basrah bangkit
menentangnya, dan menyingkirkannya dari perkampungan mereka. Akhirnya dia melarikan diri
ke kota al-Zabir.

Dalam perjalanan di antara Basrah dan al-Zabir, akibat terlalu letih berjalan kerena kepanasan
sehingga hampir-hampir menemui ajalnya, seorang lelaki (dari kota al-Zabir) telah menemuinya
lalu membantunya ketika melihatnya berpakaian seperti seorang alim. Dia diberikan minuman
dan dibawa balik ke kota tersebut. Muhammad bin `Abd al-Wahhab berniat untuk ke Syam tetapi
dia tidak mempunyai harta dan bekalan yang mencukupi, lalu bermusafir ke al-Ahsa’ dan dari
situ, terus ke Huraymilah (dalam kawasan Najd) juga.

Pada tahun 1139H/1726M, bapaknya pindah dari `Uyainah ke Huraymilah dan dia ikut serta
dengan bapaknya dan belajar dengannya tetapi masih meneruskan tentangannya yang kuat
terhadap amalan-amalan agama di Najd, yang menyebabkan terjadinya pertentangan dan
perselisihan yang berkecamuk di antaranya dan bapaknya di satu pihak dan, di antaranya dengan
penduduk-penduduk Najd di pihak yang lain. Keadaan tersebut terus berlanjut hingga tahun
1153H/1740M apabila bapaknya meninggal dunia.[5][6] Sejak dari itu, Muhammad tidak lagi
terikat. Dia telah mengemukakan akidah-akidahnya yang sesat, menolak dan menepikan amalan-
amalan agama yang dilakukan serta menyeru mereka menyertai kumpulannya.
Sebagian tertipu dan sebagian lagi meninggalkannya hingga dia mengisytiharkan kekuasaannya
di Madinah.

Muhammad kembali ke `Uyainah yang pada saat itu diperintah oleh `Utsman bin Hamad
kemudian menerima dan memuliakannya hingga berlakulah ketetapan di antara mereka berdua
bahawa setiap orang hendaklah mempertahankan yang lain dengan orang memegang kekuasaan
dalam perundangan Islam (al-tasyri`) dan seorang lagi dalam pemerintahan. Pemerintah
`Uyainah mendukung Muhammad dengan kekuatannya dan Muhammad bin `Abd al-Wahhab
pula menyeru manusia mentaati pemerintah dan para pengikutnya.

Berita telah sampai kepada pemerintah al-Ahsa’ bahawa Muhammad bin `Abd al-Wahhab
mendakwahkan pendapat dan bid`ahnya, manakala pemerintah `Uyainah pula mendukungnya.
Beliau telah memerintahkan supaya suatu risalah peringatan dan ancaman diantar kepada
pemerintah `Uyainah. Pemerintah `Uyainah telah memanggil Muhammad dan memberitahunya
bahawa dia enggan membantunya. Ibn `Abd al-Wahhab berkata kepadanya: “ Sekiranya engkau
membantuku dalam dakwah ini, engkau akan menguasai seluruh Najd.” Pemerintah tersebut
menyingkirkannya dan memerintahkannya meninggalkan `Uyainah dengan cara mengusirnya
pada tahun 1160H/1747M.

Pada tahun itu, Muhammad keluar dari `Uyainah ke Dar`iyyah di Najd yang diperintah oleh
Muhammad bin Sa`ud (m.1179H/1765M) yang kemudian menziarahi, memuliakan dan
menjanjikan kebaikan kepadanya. Sebagai balasannya, Ibn `Abd al-Wahhab memberikan kabar
gembira kepadanya dengan jaminan penguasaan Najd keseluruhannya. Dengan cara itu, suatu
ketetapan dimateraikan.[6][7] Penduduk Dar`iyyah mendukungnya hingga akhirnya Muhammad
ibn `Abd al-Wahhab dan Muhammad bin Sa`ud memeterai perjanjian atau memorandum
kesepakatan antar keduanya (`aqd al-Ittifaqiyyah).

Ibn Basyr al-Najdi yang dipetik oleh al-Alusi mengatakan: “ Penduduk Dar`iyyah pada masa itu
dalam keadaan sangat menderita dan kesusahan, mereka lalu berusaha untuk memenuhi
kehidupan mereka … Aku lihat kesempitan hidup mereka pada saat pertama tetapi kemudian aku
lihat al-Dar`iyyah setelah itu – pada zaman Sa`ud, penduduknya memiliki harta yang banyak dan
senjata dibaluti emas, perak, kuda yang baik, para bangsawan, pakaian mewah dan lain-lain
apalagi sumber-sumber kekayaan sehingga lidah kelu untuk berkata-kata dan gambaran secara
terperinci tidak mampu diuraikan.”

“ Aku lihat tempat orang ramai pada hari itu, di tempat dikenali al-Batin – aku lihat kumpulan
lelaki di satu pihak dan wanita di pihak lain, aku lihat emas, perak, senjata, unta, kuda, pakaian
mewah dan semua makanan tidak mungkin dapat digambarkan dan tempat itu pula sejauh mata
memandang, aku dengar hiruk-pikuk suara-suara penjual dan pembeli … “[7][8]

Harta yang banyak itu tidak diketahui dari mana datangnya, dan Ibn Basyr al-Najdi sendiri tidak
memberikan sumber harta kekayaan yang banyak itu tetapi berdasarkan fakta-fakta sejarah, Ibn
`Abd al-Wahhab memperolehinya dari serangan dan serbuan yang dilakukannya bersama-sama
para pengikutnya terhadap kabilah-kabilah dan kota-kota yang kemudian meninggalkannya
untuknya. Ibn `Abd al-Wahhab merampas harta kekayaan itu dan membagi-bagikannya kepada
penduduk Dar`iyyah.

Ibn `Abd al-Wahhab mengikuti kaedah khusus dalam pembahagian harta rampasan dari umat
Islam yang meninggalkannya. Ada kalanya, dia membagikannya kepada 2 atau 3 orang
pengikutnya. Amir Najd menerima bagiannya dari ghanimah itu dengan persetujuan Muhammad
bin `Abd al-Wahhab sendiri. Ibn `Abd al-Wahhab melakukan mu`amalah yang buruk dengan
umat Islam yang tidak tunduk kepada hawa nafsu dan pendapatnya seperti mu`amalah terhadap
kafir harbi dan dia menghalalkan harta mereka.

Ringkasnya, Muhammad ibn `Abd al-Wahhab kelihatan menyeru kepada agama Tawhid tetapi
tawhid sesat ciptaannya sendiri, dan bukannya tawhid menurut perintah al-Qur’an dan al-Hadits.
barangiapa yang tunduk (kepada tawhidnya) akan terpelihara diri dan hartanya dan barangsiapa
yang enggan maka dianggap kafir harbi (yang perlu diperangi) sama darah dan hartanya.

Di atas alasan inilah, golongan Wahhabi menguasai medan peperangan di Najd dan kawasan-
kawasan di luarnya seperti Yaman, Hijaz, sekitar Syria dan `Iraq. Mereka merenggut keuntungan
yang berlimpah dari kota-kota yang mereka kuasai mengikut kemauan dan kehendak mereka,
dan jika mereka boleh menghimpunkan kawasan-kawasan itu ke dalam kekuasaan dan kehendak
mereka, mereka akan lakukan semua itu, tetapi jika sebaliknya mereka hanya memadai dengan
merampas harta kekayaan saja.[8][9]

Muhammad memerintahkan orang-orang yang cenderung mengikuti dakwahnya supaya


memberikan bai`ah dan orang-orang yang enggan wajib dibunuh dan dibagi-bagikan hartanya.
Oleh kerana itu, dalam proses membuang dan mengasingkan penduduk kampung di sekitar al-
Ahsa’ untuk mendapatkan bai`ah itu, mereka telah menyerang dan membunuh 300 orang dan
merampas harta -harta mereka.[9][10]

Akhirnya Muhammad meninggal dunia pada tahun 1206H/1791M tetapi para pengikutnya telah
meneruskan mazhabnya dan menghidupkan bid`ah dan kesesatannya kembali. Pada tahun
1216H/1801M, al-Amir Sa`ud al-Wahhabi mempersiapkan tentara yang besar terdiri dari 20 000
orang dan melakukan serangan ganas ke kota suci Karbala’ di `Iraq. Karbala merupakan sebuah
kota suci dihiasi dengan kemasyhuran dan ketenangan di hati umat Islam. Pelbagai bangsa
berhasrat untuk ke sana diantara mereka ada berbangsa Iran, Turki, Arab dan sebagainya.
Tentara Wahhabi mengepung dan memasuki kota itu dengan melakukan pembunuhan, rampasan,
runtuhan dan kebinasaan. Puak Wahhabi telah melakukan keganasan dan kekejaman di kota
Karbala’ dengan jinayah yang tidak mengenal batas perikemanusiaan dan tidak mungkin dapat
dibayangkan. Mereka telah membunuh 5000 orang Islam atau bahkan lebih, sehingga disebutkan
sebanyak 20 000 orang.

Apabila al-Amir Sa`ud menyudahi perbuatan keji dan kejamnya di sana, dia merampas khazanah
harem al-Imam al-Husayn bin `Ali (`a.s) yang banyak dengan harta, perhiasan dan hadiah yang
dikurniakan oleh raja, pemerintah dan lain-lain kepada maqam suci ini. Selepas melakukan
keganasan yang cukup menjijikkan ini, dia kemudian menakluki Karbala’ untuk dirinya sehingga
para penyair menyusun qasidah-qasidah penuh dengan rintihan, keluhan dan dukacita mereka.
[10][11]

Puak Wahhabi mengambil masa selama 12 tahun membuat serangan ke atas kota Karbala’ dan
kawasan sekitarnya, termasuk Najaf. Mereka kembali sebagai perampas, penyamun dan pencuri
dengan memulainya pada tahun 1216H/1801M. Para penulis Syi`ah bersepakat bahawa serangan
dan serbuan itu berlaku pada hari `Ied al-Ghadir dalam memperingati ketetapan Nabi (s.`a.w)
mengenai pelantikan al-Imam `Ali bin Abi Talib sebagai khalifah selepas baginda.[11][12]

Al-`Allamah al-Marhum al-Sayyid Muhammad Jawwad al-`Amili mengatakan:[12][13]

“ Allah telah menentukan dan menetapkan dengan kebesaran dan keihsanan-Nya dan juga
dengan berkat Muhammad dan baginda (s.`a.w), untuk melengkapkan juzuk ini daripada kitab
Miftah al-Karamah, selepas tengah malam yang ke-9, bulan Ramadan al-mubarak tahun
1225H/1810M – menurut catatan penyusunnya …” dengan kekacauan fikiran dan kegaluan
keadaan, orang-orang `Arab dikelilingi oleh orang-orang dari `Unaizah yang mengucapkan kata-
kata puak al-Wahhabi al-Khariji di al-Najaf al-Asyraf dan masyhad al-Imam al-Husayn (`a.s) –
mereka telah memintas jalan dan merampas hak milik para penziarah al-Husayn (`a.s) setelah
mereka kembali dari ziarah itu pada pertengahan bulan Sya`ban. Mereka membunuh sebagian
besar daripadanya, terdiri dari orang-orang `Ajam, diperkirakan 150 orang ataupun kurang …”

Jelaslah, bahawa tawhid yang diserukan oleh Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan jamaahnya
adalah dengan mengharuskan darah dan harta orang yang mengingkari dakwah mereka, juga
menerima kata-kata atau akidah-akidah mereka bahawa Allah berjisim, mempunyai anggota
tubuh badan dan sebagainya.

Al-Alusi dalam penjelasannya tentang Wahhabi mengatakan: “ Mereka menerima hadits-hadits


yang datang dari Rasulullah (s.`a.w) bahawa Allah turun ke langit dunia dan berkata: Adakah
orang-orang yang ingin memohon keampunan?”[13][14] Sehingga dia mengatakan: “ Mereka
mengakui bahawa Allah ta`ala datang pada hari Qiyamat sebagaimana kata-Nya: “ dan pada hari
itu diperlihatkan neraka Jahannam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna
lagi mengingat itu baginya “ (al-Fajr (89): 23) dan sesungguhnya Allah menghampiri makhluk-
Nya menurut kehendak-Nya seperti yang disebutkan: “ dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya “ (Qaf (50): 16).

Dapat dilihat dalam kitab al-Radd `ala al-Akhna’i oleh Ibn Taimiyyah bahawa dia menganggap
hadits-hadits yang diriwayatkan tentang kelebihan ziarah Rasulullah (s.`a.w) sebagai hadits
mawdu` (palsu). Dia juga turut menjelaskan “ orang yang berpegang kepada akidah bahawa Nabi
masih hidup walaupun sesudah mati seperti kehidupannya semasa baginda masih hidup,” dia
telah melakukan dosa yang besar. Ini juga yang diiktiqadkan oleh Muhammad bin `Abd al-
Wahhab dan para pengikutnya, bahkan mereka menambahkan pemalsuan dan kebatilan Ibn
Taimiyyah tersebut.

Para pengikut akidah Wahhabi yang batil memberikan tanggapan kepada para pengkaji yang
melakukan penyelidikan mengenai Islam – menerusi perhatian dan penelitian kepada kitab-kitab
mereka dan mengenali Islam menelusuri bahan-bahan cetakan mereka sendiri – hingga
menyebabkan mereka beranggapan bahawa Islam adalah agama yang kaku, beku, terbatas dan
tidak dapat berlaku dan sesuai pada setiap masa dan zaman.

Lothrop Stodard berbangsa Amerika mengatakan: “ Kesan dari itu, kritikan-kritikan telah timbul
karena puak Wahhabi berpegang kepada dalil tersebut dalam perkataan mereka hingga dikatakan
bahawa Islam dari segi jawhar dan tabiatnya tidak mampu lagi berhadapan dengan perubahan
menurut kehendak dan tuntutan zaman, tidak dapat berjalan seiringan dengan keadaan kemajuan
dan proses perubahan serta tidak lagi mempunyai kesatuan dalam perkembangan kemajuan
zaman dan perubahan masa …”[14][15]

Penentangan Terhadap Mazhab Wahhabi

Para ulama al-Hanbali memberontak terhadap Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan
mengeluarkan hukum bahawa akidahnya adalah sesat, menyeleweng dan batil awalnya. Tokoh
pertama yang mengisytiharkan penentangan terhadapnya adalah bapaknya sendiri, al-Syaikh
`Abd al-Wahhab, diikuti oleh saudaranya, al-Syaikh Sulayman. Kedua-duanya adalah dari
mazhab al-Hanabilah. Al-Syaikh Sulayman menulis kitab yang berjudul al-Sawa`iq al-Ilahiyyah
fi al-Radd `ala al-Wahhabiyyah untuk menentang dan menghantamnya. Di samping itu tentangan
juga datang kepadanya dari sepupunya, `Abdullah bin Husayn.

Mufti Makkah, Zaini Dahlan mengatakan: “ `Abd al-Wahhab, bapak dari al-Syaikh Muhammad
adalah seorang yang saleh dan seorang tokoh ahli ilmu, begitu juga dengan al-Syaikh Sulayman.
Al-Syaikh `Abd al-Wahhab dan al-Syaikh Sulayman, kedua-duanya dari awalnya yaitu ketika
Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat
dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Keduanya telah mengkritik dan mencela
pendapatnya dan mereka berdua turut memperingatkan orang-orang mengenai bahayanya
pemikiran Muhammad…”[15][16]

Dalam keterangan Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahawa “ bapaknya `Abd al-Wahhab,
saudaranya Sulayman dan guru-gurunya telah dapat mengesani tanda-tanda penyelewengan
agama (ilhad) dalam dirinya yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan
Muhammad terhadap banyak persoalan agama.”[16][17]

`Abbas Mahmud al-`Aqqad al-Masri mengatakan: “ Orang yang paling kuat menentang al-
Syaikh dalam persoalan ini adalah saudaranya, al-Syaikh Sulayman, penulis kitab al-Sawa`iq al-
Ilahiyyah. Beliau tidak mengakui saudaranya itu mencapai kedudukan berijtihad dan
berkemampuan memahami al-Kitab dan al-Sunnah. Al-Syaikh Sulayman berpendapat bahawa
para Imam yang lalu, generasi demi generasi tidak pernah mengkafirkan ashab bid`ah, dalam hal
ini tidak pernah timbul persoalan kufur sehingga timbulnya ketetapan mewajibkan mereka
memisahkan diri daripadanya dan sehingga diharuskan pula memeranginya kerana alasan
tersebut.”

Al-Syaikh Sulayman berkata lagi bahawa: “ Sesungguhnya perkara-perkara itu berlaku sebelum
zaman al-Imam Ahmad bin Hanbal iaitu pada zaman para Imam Islam, dia mengingkarinya
manakala ada di antara mereka pula mengingkarinya, keadaan itu berlanjut hingga dunia Islam
meluas. Semua perbuatan itu dilakukan orang-orang yang kamu kafirkan mereka kerananya, dan
tiada seorang pun dari para Imam Islam yang menceritakan bahawa mereka mengkafirkan
(seseorang) dengan sebab-sebab tersebut. Mereka tidak pernah mengatakan seseorang itu murtad,
dan mereka juga tidak pernah menyuruh berjihad menentangnya. Mereka tidak menamakan
negara-negara orang Islam sebagai negara syirik dan perang sebagaimana yang kamu katakan,
bahkan kamu sanggup mengkafirkan orang yang tidak kafir kerana alasan-alasan ini meskipun
kamu sendiri tidak melakukannya…”[17][18]

Jelaslah bahawa Muhammad bin `Abd al-Wahhab bukan saja sengaja mengada-adakan bid`ah
dalam pendapat dan pemikirannya, bahkan beberapa abad terdahulu sebelumnya, pendapat dan
pemikiran seperti itu telah didahului oleh Ibn Taimiyyah al-Harrani dan muridnya, Ibn al-
Qayyim al-Jawzi dan tokoh-tokoh seperti mereka berdua.

Ibn Taimiyyah

Dia ialah Abu al-`Abbas bin `Abd al-Halim atau lebih dikenali Ibn Taimiyyah (m.728H/1328M)
termasuk dalam kalangan ulama al-Hanabilah. Pendapat dan pemikirannya bercanggah dan
berlawanan dengan akidah ulama dan umat Islam pada zamannya sehingga tokoh-tokoh ulama
telah mengeluarkan perisytiharan perang dan menghukumkannya fasiq dan sesat, terutama
setelah akidahnya yang penuh kebatilan dituliskan dan disebarkan kepada banyak orang.

Penentangan terhadap Ibn Taimiyyah dilakukan menerusi dua cara:

(1) Penulisan kitab-kitab dan tulisan-tulisan yang menjawab dan menyangkal pendapat dan
pemikirannya yang batil berdasarkan pandangan al-Qur’an dan al-Hadits. Contohnya:
a) Taqi al-Din al-Subki dengan kitabnya, Syifa’ al-Siqam fi Ziyarah Qabr al-Imam.
b) Al-Subki dengan kitabnya, al-Durrah al-Mudi’ah fi al-Radd `ala Ibn Taimiyyah.
c) Taqi al-Din Abi `Abd-Allah al-Akhna’i, Qadi al-Qudat al-Malikiyyah.
d) Fakhr bin Muhammad al-Qarsyi, Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Mutadi.
e) Taqi al-Din al-Hasani, Daf` al-Syubhah.
f) Taj al-Din, al-Tuhfah al-Mukhtarah fi al-Radd `ala Munkir al-Ziyarah.

Semua tokoh yang disebutkan di atas menolak pendapat dan pemikiran Ibn Taimiyyah dan
memperlihatkan kedangkalan serta kecetekan pendapatnya.

(2) Celaan dan kritikan para ulama dan fuqaha’ terhadapnya dengan mengeluarkan hukum dan
fatwa tentang kefasikan dan kekufurannya, dan mereka turut memberikan peringatan tentang
bid`ah dalam agama yang boleh merusakkan, yang dihasilkan dari pemikirannya.

Tokoh ulama tersebut ialah al-Badr bin Jama`ah, Qadi al-Qudat di Mesir. Umat Islam telah
menulis kepadanya tentang pendapat Ibn Taimiyyah mengenai ziarah kubur Nabi (s.`a.w). Qadi
al-Qudat tersebut menjawab:

“ Ziarah Nabi adalah sunat yang dituntut. Ulama sepakat dalam hal ini dan barangsiapa yang
berpendapat bahawa ziarah itu adalah haram, maka para ulama wajib mengutuknya dan
mencegahnya dari mengeluarkan pendapat tersebut. Sekiranya dia enggan, maka hendaklah
dipenjarakan dan direndahkan kedudukannya sehingga umat manusia tidak mengikutinya lagi.
Bukan Qadi al-Syafi`iyyah di Mesir sahaja yang mengeluarkan fatwa ini, bahkan Qadi al-
Malikiyyah dan al-Hanbaliyyah turut serta mendakwa kefasikan Ibn Taimiyyah dan
menghukumkannya sebagai sesat dan menyeleweng.[18][19]

Al-Dzahabi, salah seorang ulama abad ke-8H/14M, tokoh sezaman dengan Ibn Taimiyyah telah
menulis sebuah risalah kepadanya, dengan mencegahnya dari mengeluarkan pendapat tersebut
… dan beliau menyamakannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi dari segi kesesatan dan
kejahatan.[19][20]

Ibn Taimiyyah meninggal dunia pada tahun 728H/1328M di dalam penjara al-Syam. Ibn al-
Qayyim coba menyambung dan meneruskan usaha gurunya, tetapi tidak berhasil. Dengan
kematian Ibn Taimiyyah, segala pendapat dan pemikirannya juga turut mengalami kematian, dan
umat Islam terlepas dari bid`ah dan kesesatannya.

Kemudian Muhammad bin `Abd al-Wahhab datang dengan membawa pemikiran Ibn Taimiyyah
dan bersekongkol dengan keluarga Sa`ud yang saling mendukung satu dengan yang lain dari segi
pemerintahan dan keislaman. Di Najd, kesesatan telah tersebar dan faham al-Wahhabiyyah
merembet ke seluruh pelosok tempat semisal kanser (al-saratan) dalam tubuh badan manusia.
Dia menipu kebanyakan umat manusia dan menubuhkan sebuah pertubuhan ataupun dengan
kata-kata lain, mazhab atas nama Tawhid dengan menjatuhkan hukuman atas Ahl al-Tawhid,
menumpahkan darah umat Islam atas alasan jihad menentang golongan musyrikin hingga
menyebabkan beribu-ribu orang manusia, lelaki dan wanita, kecil dan besar menjadi mangsa
bid`ah mereka yang sesat. Ia turut serta menyebabkan perselisihan (khilaf) yang sempit semakin
membesar dan menjadi-jadi di kalangan umat Islam dan dengan cara itu, mazhab yang baru ini
dihubungkan dengan mazhab-mazhab yang banyak itu. Musibah itu akhirnya sampai ke
memuncaknya dengan jatuhnya dua buah kota suci, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-
Munawwarah.

Penduduk Najd bermazhab Wahhabi memperolehi bantuan dan pertolongan Britain yang ingin
melihat perpecahan negara Islam kepada negara-negara yang lebih kecil dari segi kedudukan
geografi. Mereka dengan sengaja berusaha menghapuskan segala kesan dan tinggalan Islam di
kota-kota Makkah dan Madinah dengan memusnahkan kubur para wali (awliya’) Allah,
mencemarkan kehormatan kerabat Rasulullah (Al Rasulillah) dan lain-lain dengan perbuatan-
perbuatan jinayah dan dosa untuk menggoncangkan hati dan perasaan umat Islam.

Sebagian ahli sejarah menyebutkan: “ Kemunculan secara tiba-tiba mazhab Wahhabi dan
sewaktu mereka memegang kekuasaan di Makkah, operasi pemusnahan secara besar-besaran
telah dilakukan oleh mereka dengan memusnahkan pertamanya, apa sahaja yang ada di al-
Mu`alla, sebuah kawasan perkuburan Quraisy yang terdiri dari kubah-kubah (qubbah) yang
begitu banyak, termasuk kubah-kubah Sayyidina `Abd al-Muttalib, datuk Nabi (s.`a.w),
Sayyidina Abi Talib, al-Sayyidah Khadijah sebagaimana yang telah mereka lakukan kepada
kubah-kubah tempat kelahiran Nabi (s.`a.w), Abu Bakr dan al-Imam `Ali. Mereka juga turut
memusnahkan kubah zamzam dan kubah-kubah lain di sekitar Ka`bah, kemudian diikuti oleh
kawasan-kawasan lain yang mempunyai kesan dan tinggalan orang-orang salih. Semasa mereka
melakukan pemusnahan itu, mereka membuang kekotoran sambil memukul gendang (al-tubul)
dan menyanyi dengan mengeluarkan kata-kata mencaci dan menghina kubur-kubur … sehingga
dikatakan sebahagian dari mereka sanggup kencing di atas kubur-kubur para salihin
tersebut.”[20][21]

Al-`Allamah al-Sayyid Sadr al-Din al-Sadr mengatakan:

“ Demi usia hidupku, sesungguhnya al-Baqi` telah menerima nasib yang sangat malang, kerana
hati-hati yang kecewa, mengikut nafsu dan berperangai kebudakan, maka berlakulah pencetus
kepada segala kecelakaan, apabila tiada lagi kedamaian. Bagi umat Islam kepada Allah
diadukan, hak Nabi-Nya yang telah memberikan petunjuk dan syafaat.”

Katanya lagi:

“ Celakalah anak cucu Yahudi dengan perbuatan jahat yang mereka lakukan, mereka tidak
mendapat apa-apa darinya dengan membongkarkan harim Muhammad dan kaum kerabat
baginda. Neraka wail untuk mereka dengan apa yang mereka tentang terhadap orang-orang yang
kuat (al-Jabbar). Mereka musnahkan kubur orang-orang saleh dengan perasaan benci mereka.
Hindarilah mereka kerana sesungguhnya mereka membenci orang-orang yang terpilih (di sisi
Allah).”

Nabi Muhammad (s.`a.w) pernah bersabda bahawa: “ Apabila sesuatu bid`ah itu muncul di
kalangan umatku, maka orang-orang alim hendaklah memperlihatkan dan menyampaikan ilmu
mereka kerana kalau mereka tidak melakukannya, laknat Allah akan ditimpakan atas
mereka.”[21][22]

Rasulullah (s.`a.w) juga bersabda: “ Apabila bid`ah timbul dan orang-orang yang terkemudian
dari umat ini melaknat orang-orang yang terdahulu, maka barang siapa yang memiliki keilmuan,
maka hendaklah menyampaikannya. Sesungguhnya orang yang menyembunyikan keilmuannya
pada hari itu seumpama orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepada
Muhammad.”[22][23]

Para Siddiqin (`a.s) dari kaum kerabat Rasulullah (s.`a.w) mengatakan bahawa: “ Apabila bid`ah
lahir, maka orang alim hendaklah menzahirkan keilmuannya, sekiranya dia tidak berbuat
demikian, cahaya keimanan (Nur al-Iman) akan hilang.”[23][24]

Atas dasar inilah, para ulama Syi`ah dan Sunni telah bersama-sama bangkit menentang serangan
mazhab Wahhabi. Mereka telah menulis, menerbitkan kitab-kitab dan menjelaskan keburukan
dan kejahatan tokoh-tokoh Wahabi yang berusaha untuk merealitikan cita-cita dan harapan
Britain menerusi bentuk baru.

Kitab pertama yang ditulis untuk menolak dan menentang fahaman Muhammad ibn `Abd al-
Wahhab ialah al-Sawa`iq al-Ilahiyyah fi al-Radd `ala al-Wahhabiyyah yang ditulis oleh al-
Syaikh Sulayman, yaitu saudara Muhammad sendiri.

Di kalangan golongan Syi`ah pula, kitab pertama ditulis untuk tujuan tersebut ialah Manhaj al-
Rasyad oleh al-Syaikh Ja`far Kasyif al-Ghita’ (m.1228H/1813M). Kitabnya ditulis untuk
menjawab risalah yang dihantarkan kepadanya oleh al-Amir `Abd al-`Aziz bin Sa`ud, salah
seorang pemerintah Sa`udi pada zamannya. Beliau telah membongkarkan kecetekan dan
kedangkalan pemikiran Muhammad ibn `Abd al-Wahhab dalam kitabnya dan mensabitkan
kebatilan pemikiran Muhammad menurut pandangan al-Qur’an dan al-Sunnah. Kitabnya itu
telah dicetak pada tahun 1343H/1924M di al-Najaf al-Asyraf di `Iraq. Selepas itu, kitab-kitab
lain mulai menyusul satu demi satu dengan menolak dan mengkritik pemikiran Muhammad ibn
`Abd al-Wahhab dari perspektif yang lain hingga ke saat ini.

Pada zaman itu, golongan Wahhabi telah meningkatkan serangan mereka yang merusakkan dan
berbahaya terhadap Islam dan umatnya menerusi penentangan dan peperangan yang didalangi
oleh keluarga Sa`ud dengan bantuan dari hasil keuntungan minyak mereka. Pemerintahan
kesultanan Sa`udi telah memperuntukkan sejumlah besar hasil keuntungan petrol mereka untuk
menyebarkan dan mengembangkan mazhab ciptaan Britain ini di kalangan orang Islam. Kalaulah
tidak karena kekayaan yang besar itu tentulah mazhab Wahhabi tidak akan dapat bertahan hingga
saat ini.

Kelihatan bahawa unsur-unsur penjajahan (al-isti`mar) Britain begitu jelas menerusi mazhab
tersebut dan mereka mengambilnya sebagai cara yang terbaik untuk mewujudkan perpecahan,
pertelagahan, persengketaan, permusuhan, perselisihan dan pertentangan di kalangan umat Islam
sendiri. Mazhab tersebut juga turut memperkuatkan dan memperkukuhkan matlamat penjajahan
Britain dengan mengada-adakan fitnah di kalangan umat Islam seperti menuduh orang-orang
Islam yang lain sebagai fasiq dan kafir.

Umat Islam yang tidak prihatin dan mempunyai pemikiran yang cetek dengan mudah
diperdayakan oleh mereka sehingga akhirnya mereka sama ada secara sedar atau tidak, turut
sama mendukung usaha-usaha mazhab Wahhabi dan Britain, bahkan melaksanakannya dalam
kehidupan mereka menerusi perbuatan dan tindakan terhadap umat Islam lain yang disangkakan
sebagai lawan-lawan mereka. Keadaan yang berlanjutan ini menyebabkan umat Islam menjadi
lemah dan mudah diperkotak-katikkan oleh musuh-musuh Islam yang sebenar tetapi bertopeng
dengan Islam.
KAUM BADUI NEJED HANCURKAN SEJARAH PERADABAN ISLAM 14 ABAD ....

Inilah berita sedih dan memprihatinkan bagi peradaban Islam dan sejarah peradaban umat
manusia secara umum. Pemerintahan Wahabi Arab Saudi telah menghancurkan ratusan situs /
tempat sejarah Islam yang telah berusia 14 abad. Semua ini dilakukan semata-mata demi uang
dan modernisasi walaupun dibungkus dengan ‘dalil-2 agama’ versi mereka, bukan dalil-2 agama
yang difatwakan oleh jumhur ulama umat Islam dunia.

Bagaimana bisa dibiarkan begitu saja sepak terjang kaum Wahabi yang merupakan kelompok
sangat minoritas dari umat Islam secara keseluruhan ini untuk mengobok-obok warisan
peradaban Islam tanpa izin atau musyawarah dulu dengan mayoritas umat Islam dunia ???

Inilah yang akhirnya terjadi ketika orang-2 badui Nejed menguasai tanah suci Mekah-Madinah
setelah berhasil memberontak dari kekhilafahan Usmani (Ottoman Empire). Pemberontakan
yang disokong Inggris ini akhirnya berujung pembentukan negara baru yang bernama Kerajaan
Saudi Arabia yang wilayahnya meliputi kawasan Hijaz dan sekitarnya, termasuk 2 tanah suci
Mekah & Madinah. Kaum Quraisy yang penduduk asli Mekah pun lama-kelamaan kian
tersingkir. Bahkan bani Hasyim juga telah dipaksa bermigrasi ke Yordania (dengan skenario
Inggris).

Kini Mekah dan Madinah sudah tak sama lagi dengan Mekah dan Madinah yang kita baca di
buku-2 sejarah Islam. Suasana sakralnya makin tergerus oleh suasana hedonisme ala Amerika.

Dulu ketika kaum pemberontak Wahabi Nejed ini berhasil menguasai kota suci Mekah dan
Madinah setelah mengalahkan pasukan pemerintah Khilafah Usmani, maka para ulama di
Nusantara ini pun segera merespons dengan pembentukan ‘Komisi Hijaz’. Respons ini karena
para pemberontak Wahabi tersebut telah mulai melakukan perusakan dan penghancuran situs-2
sejarah Islam yang mereka temui di kedua kota suci tersebut.

Namun lama-kelamaan karena kerajaan Wahabi Saudi Arabia ini makin eksis (apalagi dengan
dukungan penuh dari Amerika & Inggris) maka respons tersebut kian kendur. Dan tak terasa
sudah sekitar 300 situs sejarah peradaban Islam yang mereka hancurkan.

Akankah ini dibiarkan terus oleh mayoritas umat Islam dunia ???

Seluruh situs sejarah Islam di kedua kota suci tersebut adalah milik umat Islam sedunia. Dan
kaum Wahabi yang sekarang menduduki kedua kota suci itu sama sekali tak punya hak untuk
mengacak-acaknya seenak perut mereka.

REFERENSI (wajib dibaca juga):

Info lebih lengkap + foto-2 bisa dibaca di Rezim Arab Saudi Hancurkan Situs-2 Islam
(http://salafytobat.wordpress.com/2009/05/19/potret-arab-saudi-di-masa-datang-menghilangkan-
jejak-rasulullah-rubah-tempat-sai)

Inikah nubuwwah Rasulullah saw. ? Penghancuran Situs-2 Sejarah Oleh Kaum Wahabi Saudi
(http://qitori.wordpress.com/2007/11/12/penghancuran-situs-situs-sejarah-oleh-kaum-wahabi-
saudi/)

Tentang asal-usul Wahabi bisa dibaca di Sejarah Wahabi (http://hotarticle.org/sejarah-wahhabi/)

; (http://stopsmokingaddiction.wordpress.com)) (http://safrie.wordpress.com):
(http://dietorganik.wordpress.com)) (http://bisnisbukudigital.wordpress.com))
(http://gazaproperty.wordpress.com) : (http://tawakalyogyakarta.wordpress.com)P
(http://jamaahtablighonline.wordpress.com): (http://jamaah-tabligh-online.blogspot.com)D
(http://jamaahtablighonline.blogspot.com) : (http://download-buku-elektronik.blogspot.com))
(http://interviewkerja.blogspot.com): (http://diet-organik-melilea.blogspot.com)
( (http://dietorganik.blogspot.com) : (http://dietorganik.890m.com)P (http://danatunai.net78.net):
(http://ebook-indonesia.bravehost.com)D (http://dietorganik.bravehost.com)

DAVIDSON
29-05-2009, 10:59 AM
Namun lama-kelamaan karena kerajaan Wahabi Saudi Arabia ini makin eksis (apalagi dengan
dukungan penuh dari Amerika & Inggris) maka respons tersebut kian kendur. Dan tak terasa
sudah sekitar 300 situs sejarah peradaban Islam yang mereka hancurkan.
kenapa harus bawa2 nama pihak lain ?

DAVIDSON
29-05-2009, 11:10 AM
moderinsasi itu dimana2 memang ada pro kontranya dan itu bukan hanya di Arab saudi
diwilayah menteng, kota juga mengalami hal yg sama

jika akses tempat2 ziarah di Arab tidak dimoderinisasi


entar orang2 bilang orang Arab itu taunya hanya makan dan hajisaja, ga perhatiin kelayakan,
kenyamanan, keselamatan para umrah dari seluruh dunia.........umat ditelantarakan

jika akses tempat2 ziarah dimoderenisasi


juga ada nada sumbang..............contohnya diatas kita ini

susah deh kalo ini mo didiskusikan, mau di diemain atau mau diubek2 itu terserah kalian
saja................tapi jangan bawa2 pihak2 lain napa seh kalo ga nyalahin2 pihak2 lain ?

Cikosenzki
29-05-2009, 11:37 AM
Hmmm apa kah ibu bakal datang ke tread ini ....:D

LUCIFER RED
29-05-2009, 11:40 AM
suatu tindakan yang bodohh

DAVIDSON
29-05-2009, 11:41 AM
sebenarnya mendiskusikan hal ini ada baiknya
1. pihak2 yg setuju dimoderenisasi dgn alasan........
2. pihak2 yg tidak setuju dimoderenisasi dgn alasan ............

tapi biasanya yg terjadi adalah memberi alasan lalu mencari simpati dengan menuduh lawannya
ada kongkalikong dng setan, masson, US dll

flagantz
29-05-2009, 11:45 AM
terjadi karma (http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=141768)?

The Jix
29-05-2009, 05:23 PM
IMHO yaah meodernisasi emang perlu...Tapi jg jangan ampe menghilangkan situs2 yg penting
kali...
Gw kurang ngerti ngeliat keterangan yg dikasi Alphamale karena gw juga bkn orang islam..
mksdnya gw ga tau apakah situs2 yg hilang itu yg sangat penting...
jd yah modernisasi dan mempertahankan situs2 itu musti seimbang...

Hiram
29-05-2009, 10:43 PM
Memangnya situas apa yg dihancurkan sih?
Mekah itu dulunya pusat agama Paganisme Arabia kuno yg dihancurkan Muhammad dan
kemudian menyisakan satu monolith yg diklaim sebagai milik Islam.
Taliban jelas2 menghancurkan situs2 bersejarah patung2 Budha raksasa di Bamiyan, demikian
pula ketika Constantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani Gereja Haggia Sofia yg merupakan
pencapaian arsitektur Kristen termegah dimasa itu dirusak, salibnya dihancurkan dan dijadikan
Masjid .. baru kemudian dimasa Kemal Attaturk situs bersejarah itu dijadikan Musium yg
tebruka bagi semua.

Kalau mau gugat menggugat, situs peninggalan Hindu Budha di bekas Majapahit jg perlu
diselidiki siapa yg menghancurkan, demikian pula sebab musabab kenapa kerajaan Hindu
Pajajaran bisa lenyap tak berbekas pasca masuknya Islam.

Spt kata Robert Langdon di film Angels and Demons : Saya tidak anti Agama, saya anti
Vandalisme :)

flagantz
29-05-2009, 11:03 PM
IMHO yaah meodernisasi emang perlu...Tapi jg jangan ampe menghilangkan situs2 yg penting
kali...
Gw kurang ngerti ngeliat keterangan yg dikasi Alphamale karena gw juga bkn orang islam..
mksdnya gw ga tau apakah situs2 yg hilang itu yg sangat penting...
jd yah modernisasi dan mempertahankan situs2 itu musti seimbang...

klo diliat intinya tuh artikel kyk mao nge-blame US sama Inggris sbg dalang penghancuran....
well kalo gw bilang seh karma does exist :D

DAVIDSON
30-05-2009, 09:09 AM
Memangnya situas apa yg dihancurkan sih?
Mekah itu dulunya pusat agama Paganisme Arabia kuno yg dihancurkan Muhammad dan
kemudian menyisakan satu monolith yg diklaim sebagai milik Islam.
Taliban jelas2 menghancurkan situs2 bersejarah patung2 Budha raksasa di Bamiyan, demikian
pula ketika Constantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani Gereja Haggia Sofia yg merupakan
pencapaian arsitektur Kristen termegah dimasa itu dirusak, salibnya dihancurkan dan dijadikan
Masjid .. baru kemudian dimasa Kemal Attaturk situs bersejarah itu dijadikan Musium yg
tebruka bagi semua.

Kalau mau gugat menggugat, situs peninggalan Hindu Budha di bekas Majapahit jg perlu
diselidiki siapa yg menghancurkan, demikian pula sebab musabab kenapa kerajaan Hindu
Pajajaran bisa lenyap tak berbekas pasca masuknya Islam.

Spt kata Robert Langdon di film Angels and Demons : Saya tidak anti Agama, saya anti
Vandalisme :)

tapi kayaknya yg ditulis TS adalah gugat mengugat pada intern Islam sendiri
gugatan umat Islam dunia pada pemerintah kerajaan Arab Saudi ttg pemugaran, modernisasi
situs2 bersejarah umat Islam yg ada disana

hanya saja dia mencari dukungan (memojokkaan pemerintah Arab) dengan memakai nama pihak
luar

coba saja kalo dia mendukung pemerintah Arab, entar dia bilang yg menentang pemugaran
adalah kelompok yg disusupi masson kale

DAVIDSON
30-05-2009, 09:14 AM
karena gugatan ini bersifat intern.....bamiyan, situs2 kelompok lain kayaknya ga usah diikut2kan

yg perlu dibahas adalah perlu tidaknya modernisasi di Arab, solusinya atau apa kek yg penting
jangan sampe pembicaraan menuju pada klaim2 dl

You might also like