You are on page 1of 12

MEMAKSIMALKAN WAKTU PENGAMBILAN NIRA GUNA

MENINGKATKAN PRODUKSI GULA MERAH KELAPA


SAWIT

KARYA ILMIYAH

OLEH

ACHMAD FAUZI THAHER


DIMAS PRAYOGO
SUHANDOYO

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2010
MEMAKSIMALKAN WAKTU PENGAMBILAN NIRA GUNA
MENINGKATKAN PRODUKSI GULA MERAH KELAPA
SAWIT

Oleh

Achmad Fauzi Thaher, Dimas Prayogo, Suhandoyo

Abstract
Brown sugar from the oil palm is one of the findings that must be

developed in depth, one development that must be addressed in terms of

increasing production of palm sugar from palm sap effectively a greater emphasis

to the time of collection of palm sap. Because all this sap is taken only once at the

time of replanting. Sap-making process carried out at palm trees aged 20 years

and older conducted twice a year are during the rainy season or between April to

June and October through December. The goal of load time is for increased

production of palm sugar and add economic value of oil palm trees. The process

of taking sap and brown sugar production from oil palm is similar to the process

of taking sap and brown sugar production from palm tree, which consists of the

production process starts from tapping palm wine, cooking juice, stirring and

printing of sugar.
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit (Elaeis)

mempunyai peran yang cukup strategis. Hampir seluruh bagian tanaman kelapa

sawit dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung, mulai dari minyak sawit sampai kelimbahnya (Fauzi dkk., 2000).

Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga

pasokan yang kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Ini penting,

sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan

masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas,

komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa

maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu

menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Soetrisno dan Winahyu, 1991).

Satu lagi temuan pemanfaatan dari tanaman kelapa sawit, yaitu nira kelapa

sawit untuk diolah menjadi gula merah. Akan tetapi yang ditemukan ini bukan

dari tanaman hidup, melainkan dari tanaman yang sudah ditumbangkan untuk

replanting. Caranya nira diambil dari umbut atau pondoh pohon kelapa sawit.

Proses penyadapan hingga pembuatan gula sawit tidak jauh berbeda dengan gula

aren, bahkan relatif lebih mudah, karena tanpa proses pemukulan dan tanpa

memanjat pohon. Cukup memilih pohon sawit yang dianggap sehat lalu dibuka
hingga menemukan pondoh (umbutnya). Setelah itu, proses penyadapan dilakukan

di pagi hari kemudian air niranya ditampung dengan menggunakan jerigen/tong

plastik bekas.

Dari 15 pohon sawit yang disadap mampu menghasilkan 60 liter air nira.

Dari jumlah tersebut, akan menghasilkan sebanyak 10 kg gula sawit dengan harga

jual sebesar Rp 10.000 per kg. Proses pencetakan gula harus setiap hari. Artinya,

usai disadap, harus langsung dicetak, sehingga untuk satu hari, biasanya dilakukan

pencetakan sebanyak dua kali. Hal ini untuk menghindari kegagalan pencetakan. 

Waktu memasaknya berkisar 5 sampai 6 jam (Chairulsp,2009).

Sejalan dengan temuan tersebut diatas, pengolahan gula kurang efektif

karena dalam proses pembuatan gula sawit membutuhkan waktu yang cukup

lama. Nira diambil ketika pohon kelapa sawit akan ditebang atau dilakukan

replanting pada areal perkebunan yang produktivitasnya telah menurun.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka cukup beralasan untuk mengadakan

kajian mengenai pemanfaatan nira kelapa sawit dan perlu adanya penanganan dan

pengelolaan lebih lanjut, untuk meningkatkan produktivitas gula merah dari nira

kelapa sawit. Dalam hal ini lebih ditekankan pada proses pengambilan nira yang

kurang efektf, Proses pengambilan nira dilakukan pada pohon kelapa sawit yang

masih berproduksi dengan frekuensi dua kali dalam setahun, tujuannya agar

produksi gula sawit meningkat dan menambah nilai ekonomis dari pohon kelapa

sawit. Pengelolaan seperti ini diperkirakan mempunyai potensi ekonomis yang

cukup tinggi bahkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

petani perkebunan, karena areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia
sangat luas dan masih belum ada pengelolaan nira kelapa sawit yang maksimal

sebagai bahan baku pembuatan gula.

1.2 Tujuan

1. Memaksimalkan produktivitas gula merah dari nira kelapa sawit.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknik pembuatan

gula merah dari nira pohon kelapa sawit secara ekonomis dan efisien.

3. Memotivasi masyarakat untuk merintis kegiatan pengelolaan nira kelapa

sawit untuk meningkatkan pendapatan, sehingga meningkatkan kesejahteraan

dan mengurangi kemiskinan.


II. HASIL KAJIAN

2.1 Usia Ekonomis Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun.

Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan

kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah

pada usia empat sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun

disebut sebagi periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut

mulai menghasilkan tandan buah segar ( Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa

sawit pada usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan

produksi tandan buah segar. Dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman

kelapa sawit mati.

2.2 Gula Merah Kelapa Sawit

Gula merah atau gula jawa biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula

yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari

keluarga Arecaceae. Tanaman yang selama ini menjadi sumber nira untuk

pembuatan gula merah adalah tanaman aren dan kelapa. Namun dengan adanya

temuan terbaru yaitu gula merah yang beraasal dari nira kelapa sawit, hal ini

didasarkan karena kelapa sawit juga merupakan tanaman dari keluarga

Arecaceae, sehingga kelapa sawit juga bisa mengeluarkan nira yang bisa dijadikan

bahan dasar dalam pembuatan gula merah seperti aren dan kelapa. Gula merah
yang dihasilkan dari nira kelapa sawit juga memiliki komposisi kimia yang tidak

berbeda jauh dengan gula merah dari aren atau kelapa.

Tabel komposisi kimia nira kelapa : 

Komposisi Kandungan (%)

Kadar Air 84.84

Kadar Karbohidrat 14.35

Kadar Protein 0.10

Kadar Abu 0.66

Kadar Lemak 0.17

2.3 Waktu Pengambilan Nira Kelapa Sawit

Gula sawit diperoleh dari proses penyadapan nira dari pohon kelapa sawit

yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Dari penelitian yang

telah dilakukan bahwa satu pohon kelapa sawit yang sudah di replanting dapat

menghasilkan nira sebanyak 4 liter. Sehingga dari 15 pohon sawit yang disadap

mampu menghasilkan 60 liter air nira. Dari jumlah tersebut, akan menghasilkan

sebanyak 10 kg gula sawit dengan harga jual sebesar Rp 10.000 per kg

(Chairulsp,2009). Hal ini hanya dilakukan pada pohon yang sudah di replanting,

oleh karena itu waktu pengambilan nira kelapa sawit harus dimmaksimalkan

dengan penambahan periode pengambilan nira.

Proses pengambilan nira dilakukan pada pohon sawit yang berumur 20

tahun keatas. Hal ini dikaerankan usia ekonomis kelapa sawit adalah 3-20 tahun,

setelah 20 tahun keatas biasanya tanman kelapa sawit produksinya sangat


menurunn atau tidak lagi berproduksi bahkan bisa mati. Oleh karena itu untuk

memaksimalkan nilai ekonomis kelapa sawit dan memaksimalkan produksi gula

sawit maka periode yang diambil yaitu setelah tanaman berumur 20 tahun keatas.

Sehingga hal ini tidak akan berpengaruh terhadap produksi TBS kelapa sawit

selama masa ekonomisnya.

Frekuensi pengambilan nira sendiri yaitu dua kali dalam setahun, yaitu

pada musim hujan atau antara April sampai Juni dan Oktober sampai Desember.

Waktu pengambilan nira tersebut dimaksudkan agar nira yang diperoleh menjadi

maksimal, karena kadar air yang diserap pada musim hujan oleh pohon kelapa

sawit lebih banyak dibandingkan pada musim kemarau, sehingga memicu

pertambahan jumlah nira kelapa sawit. Selain itu produksi gula sawit juga dapat

meningkat, karena waktu pengambilan nira bisa dilakukan ketika pohon kelapa

sawit masih berproduksi, walaupun dalam periode produksi yang menurun.

Dengan pengambilan nira yang dilakukan hanya satu kali yaitu pada saat pohon

sawit akan ditebang atau replanting, ini akan menghasilkan perbedaan yang

signifikan dari segi produksi nira yang dikeluarkan oleh pohon sawit tersebut.

2.4 Proses Pembuatan Gula Merah Kelapa Sawit

Secara teknis pengambilan nira dan pembuatan gula kelapa sawit tidak

jauh berbeda dengan proses penagmbilan nira atau enau (Arrenga pinnata Merr)

dan pembuatan gula aren. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira,

pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren. Penyadapan nira aren

biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.  Sebelum

penyadapan dilakukan, sebaiknya menyiapkan cetakan gula terlebih dahulu.


Cetakan gula biasanya adalah lodong atau bambu penampung yang diberi sedikit

air kapur pada dasarnya, tujuannya adalah untuk mengurangi resiko rusaknya nira

aren akibat pembiakan organisme mikro.

Nira hasil sadapan pagi disaring kemudian dituang di kuali dan dimasak

hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi dan disimpan.  Tujuan

memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira

aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap sore, kemudian dicampur

dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama.  Dalam

pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa

sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira.  Pada proses memasak, sesekali

dilakukan pengadukan.

Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih,

pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren   menjadi pekat.  Pada fase ini

juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus.  Kemudian gula aren

dicetak di dalam cetakan dari kayu.  Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih

dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air

bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya.  Lama pemasakan nira

aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.

Bagan tahapan dalam proses pembuatan gula sawit


Nira segar

Penyaringan

Pemasakan

Nira pekat

Nira masak

Pencetakan

Gula cetak
kelasawitsawit

Gula sawit yang telah di cetak dapat langsung dikonsumsi atau dapat juga

digunakan sebagai bahan campuran dalam makanan dan minuman.


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk meningkatkan produksi gula sawit, pohon kelapa sawit pada masa

produksi berpotensi untuk diambil niranya dengan frekuensi dua kali dalam

setahun. Penyadapan nira dilakukan pada musim hujan atau antara april sampai

juni dan oktober sampai desember. Selanjutnya nira kelapa sawit yang sudah

disadap dapat diproses menjadi gula merah cetak.

3.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian praktik secara mendalam oleh individu, badan atau

lembaga lainnya mengenai pembuatan gula sawit, agar mendapatkan hasil

kajian yang lebih baik, dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan gula semut dari nira kelapa

sawit, pasalnya nira aren dan nira kelapa dapat dibuat menjadi gula semut dan

tidak menutup kemungkinan nira kelapa sawit juga dapat dibuat menjadi gula

semut.

3. Perlu adanya sosialisasi hasil-hasil kajian tentang pembuatan gula sawit

kepada masyarakat luas baik melalui media massa maupun media cetak.
DAFTAR PUSTAKA

Gula merah dari kelapa sawit. 2009. http://chairulgreen.blogspot.com. Diakses


tanggal 17 Oktober 2009.

Gula merah dari pohon sawit yang tumbang. 2010. http://www.metrotvnews.com.


Diakses tanggal 16 November 2010

Jamhari, K., Hadi P., dan Bambang Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Proses pembuatan gula. 2008. http://www.linkpdf.com. Diakses tanggal 28 juli


2008.

Setyamidjaja, Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Cimanggis, Depok.

You might also like