You are on page 1of 8

Sekarang mari kita lihat penjelasan dari ketiga cara tersebut.

1. Konduksi : Merupakan perpindahan kalor yang tejadi dimana energi kalornya berpindah
sedangkan zat perantaranya tidak bergerak.

sebagai contoh :

Andi | Budi | Bagas | Rahmat |

Andi ingin memberikan buku kepada Rahmat, tetapi dia tidak boleh berdiri dari tempat duduk,
sehingga Andi harus mengoper2 bukunya melalui Budi, lalu Budi mengopernya ke Bagas, baru
kemudian Bagas memberikannya kepada Rahmat.

Coba perhatikan !! Buku tetap sampai ke Rahmat tanpa si Andi perlu untuk beranjak dari tempat
duduknya. Hal ini yang dimaksud dengan perpindahan kalor secara Konduksi. Kalor berpindah
tanpa zat penghantarnya bergerak.

Perpindahan kalor dengan cara konduksi biasa terjadi pada jenis zat penghantar yang berbentuk
padat, seperti besi. Coba saja panaskan sebuah batang besi lalu kamu memegang ujung yang lain,
pasti lama kelamaan ujung besi yang kamu pegang juga ikutan terasa panas, hal ini dikarenakan
panas merambat pada besi tersebut, sehingga kemudian seluruh batang besi tersebut menjadi
panas.

Jika kita perhatikan pengendara sepeda motor di jalan raya, biasanya kebanyakan dari antara
mereka menggunakan jaket atau sweater. Kayanya bukan cuma mereka… Kita juga biasa
menggunakan jaket jika hendak kebut2an di jalan, terutama perjalanan yang ditempuh cukup
jauh. Tuh tujuannya untuk apa ya ? Omong soal jaket, ketika udara cukup dingin kita juga biasa
menggunakan jaket, kaki harus dibungkus dengan kaos kaki segala, tidur pun harus ditemani
selimut yang bisa bikin sesak napas… mengapa harus demikian-kah ?

Btw, katanya kalau kita tidur di lantai ubin atau lantai keramik tanpa menggunakan kasur atau
selimut, katanya bisa cepat sakit. Apa hubungannya ya… Dirimu bingung-kah ? biasa saja tuh…

Met belajar ya…. Baca saja sampai selesai maka dirimu akan mendapat pencerahan

Orang bilang banyak jalan menuju roma, banyak jalan juga si kalor berpindah. Untuk mengungsi
dari satu tempat ke tempat lain, kalor biasanya menggunakan 3 cara, antara lain : merayap,

berlari dan terbang Cuma canda… Terdapat 3 jenis perpindahan kalor, yakni konduksi,

konveksi dan radiasi. Istilah apa lagi ini… Kali ini kita akan membahas perpindahan kalor
dengan cara konduksi. Perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi akan dibahas pada episode
berikut…

Perpindahan Kalor dengan cara Konduksi

Sebelum melangkah lebih dekat, mari kita lakukan percobaan kecil2an. Siapkan sebuah lilin dan
sepotong kawat. Tarik napas 100 kali lalu nyalakan lilin tersebut. Pegang salah satu ujung logam
lalu sentuhkan ujung logam yang lain ke nyala api. Tunggu selama beberapa saat. Tanganmu
kepanasan-kah ? hiks2… mengapa tangan bisa terasa panas ?

Ketika salah satu bagian logam bersentuhan dengan nyala lilin atau nyala api, secara otomatis
kalor mengalir dari nyala lilin (suhu tinggi) menuju bagian logam tersebut (suhu rendah).
Walaupun hanya salah satu bagian logam yang bersentuhan dengan nyala api, semua bagian
logam tersebut akan kepanasan juga. Tanganmu bisa terasa panas, karena kalor mengalir dari
logam (suhu tinggi) menuju tanganmu (suhu rendah). Kalor tuh energi yang berpindah. Kita bisa
mengatakan bahwa ketika salah satu bagian benda yang bersuhu tinggi bersentuhan dengan
benda yang bersuhu rendah, energi berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju bagian
benda yang bersuhu rendah.

Nah, karena mendapat tambahan energi maka molekul2 penyusun benda bergerak semakin cepat.
Molekul lain yang berada di sebelahnya bergerak lebih lambat karena molekul tersebut tidak
bersentuhan langsung dengan benda yang bersuhu tinggi. Ketika bergerak, molekul tersebut
memiliki energi kinetik (EK = ½ mv2). Molekul2 yang bergerak lebih cepat (energi kinetiknya
lebih besar) menumbuk temannya yang ada di sebelah. Karena ditumbuk alias ditabrak oleh
temannya, maka molekul2 yang pada mulanya bergerak lambat ikut2an bergerak lebih cepat.
Ingat ya, pada mulanya si molekul bergerak lambat (v kecil) sehingga energinya juga kecil (EK =
½ mv2). Setelah bergerak lebih cepat (v besar), energi kinetiknya bertambah. Si molekul tadi
menumbuk lagi temannya yang ada di sebelah… temannya yang lagi pacaran pun ikut2an
bergerak lebih cepat. Karena v besar, energinya pun bertambah. Demikian seterusnya… mereka
saling tumbuk menumbuk, sambil berbagi energi.

Ketika benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, terdapat sejumlah kalor yang
mengalir dari benda atau tempat yang bersuhu tinggi menuju benda atau tempat yang bersuhu
rendah. Ketika mengalir, kalor juga membutuhkan selang waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa
setiap benda (khususnya benda padat) yang dilewati kalor pasti mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda. Ada benda padat yang panjang, ada juga benda padat yang pendek. Ada yang
gemuk (luas penampangnya besar), ada juga yang kurus (luas penampangnya kecil). Untuk
mengetahui secara pasti hubungan antara jumlah kalor yang mengalir melalui suatu benda
selama selang waktu tertentu akibat adanya perbedaan suhu, maka kita perlu menurunkan

persamaan. Rumus lagi… rumus lagi


Amati gambar di bawah…

Benda yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih tinggi (T1) sedangkan benda yang
terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T2). Karena adanya perbedaan suhu
(T1 - T2), kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah (arah
aliran kalor ke kanan). Benda yang dilewati kalor memiliki luas penampang (A) dan panjang (l).

Berdasarkan hasil percobaan, jumlah kalor yang mengalir selama selang waktu tertentu (Q/t)
berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 – T2), luas penampang (A), sifat suatu benda (k =
konduktivitas termal) dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Secara matematis bisa
ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

Q = Kalor (satuannya kilokalori (k) atau Joule (J) )

t = Waktu (satuannya sekon (s) )

Q/t = Laju aliran kalor (satuannya kilokalori per sekon (kkal/s) atau Joule/sekon (J/s). 1 J/s = 1
watt )

A = Luas penampang benda (Satuannya meter kuadrat (m2) )


T1 – T2 = Perbedaan suhu (Satuannya Kelvin (K) atau derajat celcius (oC) )

T1 = Suhu alias Temperatur tinggi (Satuannya Kelvin (K) atau derajat celcius (oC) )

T2 = Suhu alias Temperatur rendah (Satuannya Kelvin (K) atau derajat celcius (oC) )

l = Panjang benda (satuannya meter (m) )

T1 - T2 / l = Gradien suhu (satuannya Kelvin per meter (K/m) atau derajat celcius per meter
(oC/m) )

k = Konduktivitas termal benda

Persamaan konduktivitas termal

Kita oprek persamaan laju aliran kalor di atas untuk memperoleh persamaan konduktivitas
termal…

Satuan konduktivitas termal

Kita bisa menurunkan satuan konduktivitas termal dengan mengoprek persamaan konduktivitas
termal :

Catatan :

Pertama, skala celcius dan skala Kelvin mempunyai interval yang sama. Karenanya selain
menggunakan Co, kita juga bisa menggunakan K. Mengenai hal ini sudah gurumuda jelaskan
pada pokok bahasan Termometer dan Skala suhu (bagian terakhir).
Kedua, kkal bisa diubah menjadi Joule menggunakan tara kalor mekanik (sudah dijelaskan pada
pokok bahasan Kalor, Kalor Jenis dan Kalor laten).

Ketiga, satuan konduktivitas termal (k) bisa juga ditulis seperti ini :

Joule/sekon = J/s = Watt (satuan Energi per waktu alias satuan Daya)

Berikut ini nilai konduktivitas termal beberapa benda yang diperoleh melalui percobaan.

Jenis benda Konduktivitas Termal (k)


J/m.s.Co Kkal/m.s.Co
Perak 420 1000 x 10-4
Tembaga 380 920 x 10-4
Aluminium 200 500 x 10-4
Baja 40 110 x 10-4
Es 2 5 x 10-4
Kaca (biasa) 0,84 2 x 10-4
Bata 0,84 2 x 10-4
Air 0,56 1,4 x 10-4
Tubuh manusia 0,2 0,5 x 10-4
Kayu 0,08 – 0,16 0,2 x 10-4 – 0,4 x 10-4
Gabus 0,042 0,1 x 10-4
Wol 0,040 0,1 x 10-4
Busa 0,024 0,06 x 10-4
Udara 0,023 0,055 x 10-4

Benda yang memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor yang baik
(konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki konduktivitas termal yang kecil
merupakan merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor termal yang buruk).

Tahanan Termal (R)

Para insinyur biasanya menggunakan konsep tahanan termal (R = resistansi termal) untuk
menyatakan kemampuan suatu bahan dalam menghambat aliran kalor. Tahanan termal
merupakan perbandingan antara ketebalan suatu bahan dengan konduktivitas termal bahan
tersebut. Secara matematis bisa dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :

R = tahanan alias hambatan termal

l = ketebalan bahan

k = konduktivitas termal

Tambahan :

Pada umumnya zat padat merupakan konduktor termal yang baik, sedangkan zat cair dan zat gas
merupakan konduktor termal yang buruk. Konduktor termal = penghantar panas alias kalor. Zat
cair dan zat gas bisa disebut juga sebagai isolator termal terbaik. Isolator termal = penghambat
panas alias kalor.

Penerapan Konduksi dalam kehidupan sehari-hari

Mengapa ubin terasa lebih sejuk daripada karpet ?

Ubin memiliki konduktivitas termal yang lebih besar daripada karpet. Karenanya ubin
merupakan penghantar kalor yang bagus, sedangkan temannya si karpet merupakan pernghantar
kalor yang buruk. Ketika kita menginjak karpet, kalor mengalir dari kaki menuju karpet. Hal ini
terjadi karena suhu tubuh kita lebih tinggi dari suhu karpet. Karena si karpet merupakan
penghantar kalor yang buruk maka kalor alias panas yang mengalir dari kaki kita menumpuk di
permukaan karpet. Akibatnya permukaan karpet menjadi lebih hangat. Kaki mu pun ikut2an
terasa hangat…

Ketika kita menginjak ubin atau keramik, kalor mengalir dari kaki menuju si ubin atau keramik.
Karena si ubin merupakan penghantar kalor yang baik maka kalor alias panas yang mengalir dari
kaki kita tidak tertahan di permukaan ubin. Kalor mengalir dengan lancar sehingga kaki kita
terasa dingin…

Kalau rumahmu ada di malang atau bandung (daerah dingin), sebaiknya alasi lantai kamarmu
dengan karpet biar kakimu tidak kedinginan. Sebaliknya, kalau rumahmu ada di jakarta,
surabaya, yogya, dkk (daerah panas), sebaiknya jangan alasi lantai kamarmu dengan karpet…
Bukan kesejukan yang dirimu rasakan, tapi malah bikin bete.

Ada orang yang bilang, kalau kita tidur di atas ubin (tanpa alas), kita bisa sakit. Sebenarnya hal
itu disebabkan karena banyak kalor alias panas dari tubuhmu yang mengalir menuju ubin. Kalor
tuh energi yang berpindah. Ketika tubuhmu kehilangan banyak kalor, maka energi dalam
tubuhmu berkurang… Ini yang bikin dirimu cepat sakit. Siangnya sudah makan yang enak2 dan
bergizi, malamnya dirimu membuang percuma si energi yang diperoleh dari makanan. Mending

pakai saja untuk pacaran

Fungsi jendela dan pintu apa sich ?

Pada malam hari, suhu udara di luar rumah lebih rendah daripada suhu udara dalam rumah.
Adanya perbedaan suhu udara ini bisa menyebabkan kalor kabur keluar rumah. Karenanya,
biasanya pada malam hari kita menutup pintu atau jendela. Selain bertujuan menghalau maling
yang mau menggarap harta kekayaan pemilik rumah, salah satu fungsi jendela atau pintu adalah
menahan kalor agar tidak kabur dari dalam rumah. Biasanya pintu atau jendela terbuat dari kayu.
Konduktivitas termal kayu cukup kecil sehingga bisa berperan sebagai isolator. Fungsi lain dari
jendela atau pintu adalah menahan udara. Udara yang terperangkap pada sisi dalam jendela atau
pintu berfungsi sebagai isolator yang baik (penghambat kalor yang hendak kabur). Biar paham,
perhatikan tabel di atas. Konduktivitas termal udara sangat kecil. Semakin kecil konduktivitas
termal suatu benda, semakin sulit si kalor mengungsi melalui benda tersebut.

Pada malam hari yang dingin sebaiknya jangan suka buka pintu atau jendela kamar. Ingat ya,
tanpa diperintah si kalor dengan sendirinya kabur dari benda (atau tempat) yang bersuhu tinggi
menuju benda (atau tempat) yang bersuhu rendah. Kalau pintu rumahmu tidak ditutup, nanti
kalor mengalir semaunya menuju luar rumah yang memiliki suhu yang lebih rendah. Semakin
banyak kalor yang kabur dari dalam rumah atau kamar, suhu udara dalam kamar menjadi rendah.
Karena terdapat perbedaan suhu antara udara dalam kamar dengan tubuhmu, maka kalor akan
kabur dari dalam tubuhmu menuju udara. Semakin banyak kalor yang kabur, semakin banyak
energi yang terbuang percuma. Nanti dirimu bisa sakit karena tubuh kekurangan energi….
Kecuali kalau dirimu pakai jaket, selimut dkk….

Fungsi pakaian tuh apa sich ?

Selain mempertahankan status kita sebagai manusia normal, pakaian juga berfungsi untuk
menjaga suhu tubuh kita agar tetap stabil. Pakaian yang kita gunakan biasanya disesuaikan
dengan suhu udara. Ketika suhu udara cukup rendah, pakaian yang kita gunakan lebih tebal.
Selimut atau pakaian yang tebal (jaket dkk) membuat udara tidak bisa bergerak dengan lancar.
Udara terperangkap di antara kulit dan jaket/selimut. Karena terdapat perbedaan suhu antara
tubuh kita dan udara yang terperangkap, maka kalor mengalir dari tubuh menuju udara tersebut.
Karena mendapat sumbangan kalor dari tubuh, suhu udara yang terperangkap meningkat (udara
menjadi lebih hangat). Perhatikan tabel konduktivitas termal di atas…. Nilai konduktivitas
termal (kemampuan menghantar kalor) udara sangat kecil. Karenanya, kalor tidak bisa kabur
keluar dari tubuh. Suhu tubuh kita pun tetap terjaga… Apabila kita tidak menggunakan jaket
pada saat udara cukup dingin, kalor bisa seenaknya kabur dari tubuh kita. Semakin banyak kalor
yang kabur maka tubuh bisa kehilangan banyak energi…

Mengapa kebanyakan orang yang mengendarai sepeda motor biasanya menggunakan jaket ?

Tujuannya cuma satu : mencegah agar kalor tidak kabur dari dalam tubuh. Ketika kita
mengendarai sepeda motor, tubuh kita bergerak. Udara juga ikut2an bergerak (udara yang
bergerak = angin). Adanya angin membuat udara yang panas digantikan oleh udara yang lebih
dingin. Akibatnya akan ada perbedaan suhu antara tubuh (suhu lebih tinggi) dengan udara (suhu
lebih rendah). Jika kita tidak menggunakan jaket, maka kalor dengan seenaknya kabur dari
tubuh… Kasusnya mirip dengan penjelasan sebelumnya…

You might also like