You are on page 1of 10

Keberanian

Teguh Wahyu Utomo


cilukbha@gmail.com

Istilah keberanian pasti sudah sangat dikenal baik karena memang sangat populer.
Meski demikian, ada beberapa derajad dan beberapa nuansa dari keberanian. Seseorang
bisa disebut ‘berani’ jika tidak takut menghadapi setiap situasi yang mungkin
mengganggu, memusingkan, tidak nyaman, hingga menakutkan. Hanya pemberani lah
yang bisa melangkah maju dengan bisa mematahan segala peristiwa atau keadaan
berbahaya.
Tapi, jangan anggap bahwa orang itu di dalam hatinya sudah tidak ada lagi rasa
takut. Yang lebih realistis adalah ia pernah merasa takut atau setidaknya hampir takut saat
pertama kali menghadapi situasi tak dikenal yang mungkin saja membahayakan. Meski
demikian, orang yang pemberani akan punya kekuatan mental untuk menghadapi rasa
takut di dalam hati itu lalu bisa melangkah dengan tetap tegak saat menghaapi situasi
yang buruk.
Orang yang awam dan biasa-biasa saja bakal cukup tergetar dengan datangnya
peristiwa tak diinginkan. Hanya orang-orang yang punya keberanian lah yang punya
power untuk berani berfikir rela mengorbankan diri atau keamananya sendiri demi
memberikan manfaat atau keberuntungan bagi diri sendiri dan orang lain.
Jadi, menjadi takut itu hal biasa. Yang luar biasa adalah bagaimana bisa
mengatasi dan mengalahkan rasa takut itu lalu bisa berjalan tegak menghadapi segala
suatuasi menakutkan yang mungkin terjadi.

1. Keberanian Fisik

Jangan diartikan bahwa keberanian fisik muncul dari kekuatan fisik melulu.
Untuk mendapatkan kekuatan fisik, memang seseorang harus melakukan hal-hal yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kondisi kesehatan fisiknya. Meningkatkan kesehatan
seseorang adalah salah satu syarat pengembangan kepribadian. Meski itu bukan satu-
satunya yang utama, seseorang harus meningkatkan kesehatan dan higina personal karena
hal-hal itu menjadi gantungan kepribadian luarnya. Jika ia ceroboh dalam kesehatan
fisiknya, maka aktifitasnya di dunia akan terkungkung oleh keterbatasan semisal usia tua
yang datang lebih awal daripada waktu normalnya. Olahraga fisik adalah keharusan bagi
semua pengembangan kepribadian dan bagi peningkatan keberanian seseorang. Melalui
latihan reguler, otak bisa terbebas dari kecemasan-kecemasan yang harusnya tidak perlu
muncul. Hilangnya kecemasan dan kekhawatiran yang tak diperlukan ini bisa
menghindarkan proses penuaan dini sehingga orang bisa menikmati rasa panjang umur.
Terkait dengan keberanian, orang yang sehat bakal lebih berani daripada orang yang
tidak sehat baik secara fisik maupun mental.
Kesehatan fisik yang buruk bisa menggerogoti kondisi mental. Sering kita
saksikan orang-orang yang tidak sehat umumnya lebih gampang tersinggung sehingga
memicu persengketaan meski stamina dan kekuatan fisiknya terlalu lemah untuk
memenangi konflik. Juga sering kita temukan orang sakit yang menjadi penyebab
perkelahian yang lebih besar sehingga orang-orang yang sehat ikut terseret ke dalamnya.
Pendeknya, orang-orang sakit (fisik maupun psikis/mental) bisa menjadi instrumen bagi
terpicunya perselisihan yang pada akhirnya melibatkan orang-orang yang memiliki
keberanian fisik dan mental untuk ambil bagian dalam perselisihan orang lain. Di sisi
lain, orang yang sehat secara fisik umumnya temperamennya tenang sehingga tidak
gampang diusik untuk berkelahi. Kebiasaan tampil ceria adalah produk dari kondisi
kesehatan fisik bagus yang menyertai mereka ke mana pun pergi. Saat mengarungi situasi
yang sangat sulit pun, orang sehat tetap bisa melemparkan senyum, humor, dan nature
yang baik. Di jagad politik dunia yang lebih besar, para diktator yang gila perang adalah
orang-orang yang pada dasarnya memiliki fikiran sakit. Bukannya meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan rakyat, fikiran yang sakit itu juga korup terhadap tidak
hanya negara mereka sendiri tapi juga memberi bayang-bayang kelam bagi negara-negara
lain.
Maka dari itu, kebugaran dan kesejahteraan fisik adalah sangat penting untuk
memelihara fikiran yang sehat serta mempertahankan spirit dan moral seseorang. Dari
sudut pandang moralitas, kesehatan fisik juga sangat penting. Jika seseorang tidak secara
fisik sehat, sulit sekali diharapkan bakal keluar fikiran yang sehat dari otaknya. Begitu
juga sebaliknya. Tanpa fikiran yang sehat, sulit sekali seseorang menjaga jalan
kehidupannya di jalur moral.
Kekuatan fisik memang hanya menjadi suplemen bagi keberanian nyata yang
tentu berakar dari otak. Meski demikian, kekuatan fisik memberikan kepercayaan diri
pada seseorang. Jika kepecvayaan diri itu ada, ia bisa melakukan sesuatu jauh lebih baik
daripada saat ia dalam kondisi moral goyah atau tidak menentu. Karena itu, kita perlu
membina kekuatan fisik untuk memiliki background yang cukup bagi pembentukan rasa
percaya diri dan keberanian. Pembinaan kekuatan fisik ini bergantung pada latihan
olahraga reguler setiap hari di mana orang bisa setidaknya membentuk tubuhnya dan
menjaga kesehatannya sehingga bisa terhindar dari sakit atau kelemahan lainnya yang
biasa dialami orang berfisik lemah. Jadi, latihan olahraga rutin harian adalah keharusan
bagi siapa saja yang ingin meningkatkan dan memeliharan kepribadian.
Kekuatan fisik saat usia muda adalah bersifat sementara dan segera menunjukkan
tanda-tanda penurunan beberapa saat kemudian. Namun, orang bisa tetap tampak awet
muda meski usianya sudah tua jika fisiknya dipelihara agar tetap aktif dan energetik.
Bahkan, orang demikian tampak lebih awet muda daripada orang muda yang putus asa,
tidak aktif, suka mengeluh, dan sejenisnya.
Kaum muda, meski punya background bagus bagi peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan, dalam kenyataan mungkin saja belum bisa menghadirkan keberanian yang
mantap dibandingkan dengan orang tua yang sudah sangat berpengalaman. Karena itu,
untuk memelihara keberanian, meski usia sudah tua, latihan reguler harus dilakukan
setiap hari. Jika olahraga berat sudah tidak lagi mungkin dilakukan, orang-orang tua
boleh saja melakukan olahraga ringan semacam sekadar berjalan sehat atau lari-lari kecil.
Kesimpulannya, kesehatan fisik adalah asset besar dan berharga bagi
pengembangan kepribadian. Ini bisa ditumbuhkan dengan latihan olahraga reguler.
Latihannya tidak harus keras dan berat, tapi boleh juga yang ringan, sepanjang sesuai
dengan kondisi tubuh. Tubuh yang sehat, fit, dan terbentuk bagus tentu bisa memberikan
kepercayaan diri pada orang yang memilikinya. Ingat baik-baik; menikmati tubuh yang
sehat dan terbentuk tentu jauh lebih nyaman daripada punya tubuh tidak ideal sehingga
menjadi banyak bergantung pada orang lain.

2. Keberanian Moral

Kita telah menganalisis hebatnya kebernian fisik. Meski demikian, kekuatan dan
keberanian moral adalah jauh lebih hebat daripada sekadar fisik. Dengan kekuatan dan
keberanian moral lah seseorang bisa menghadapi semua tipe situasi kesulitan dan yang
membahayakan. Kekuatan fisik hanya sebagai suplemen bagi kekuatan dan keberanian
moral.
Lalu, apa saja yang terkandung di dalam keberanian moral? Jika lebih besar
daripada keberanian fisik, tentu itu mengalir dari sumber kekuatan yang jauh lebih besar
pula. Apa sumber yang lebih besar itu? Otak! Kehendak (will power) ada di dalam otak.
Dengan kehendak, orang bisa melakukan apa pun di dalam dunia ini. Tindakan fisik
adalah kelanjutan dari pemikiran, dan pemikiran muncul dari intelijensi di dalam otak.
Jika seseorang tidak bisa berfikir tentang sesuatu, bagaimana ia bisa mencapai sesuatu
itu? Kenyataannya; sebelum suatu tindakan besar berlangsung, kebanyakan perencanaan
dan kontemplasinya berlangsung di dalam otak lebih dulu. Dari sisi luar, orang lain
mungkin tidak tahu di garis apa pemikiran dan ambisi orang itu sedang digerakkan.
Hanya hingga seseorang ini sudah bisa bertindak dan memenuhi sebagian atau seluruh
kehendaknya, orang lain baru akan bisa mengetahui seberapa besar pemikiran orang itu
bekerja.
Jadi, tindakan atau aksi selalu sekadar mengikuti aktivitas mental. Jika otak kita
aktif dan kuat, tindakan dalam suatu waktu atau keselurhan akan bisa terwujud secara
luar biasa. Karena otak menjadi sumber energi yang begitu besar, maka kita perlu
memperlakukan otak dengan sepatutnya. Otak yang terpelihara dengan baik ini akan bisa
mnghasilkan tindakan yang jauh lebih baik daripada apa yang dihasilkan otak yang tidak
aktif dan tidak kuat.
Harus diingat, akar dari semua tindakan mental adalah mengikuti jalur kebenaran
dan keadilan. Jika seseorang sudah bersifat dan bertindak benar dan jujur, ia tidak akan
takut pada apa pun di dunia ini. Jika tidak ada ketakutan di dalam otak, bakal ada begitu
banyak kepercayaan diri yang nantinya akan menyuplai kekuatan lebih banyak. Suplai
kekuatan seperti ini jauh lebih besar daripada suplai kekuatan dari kekuatan fisik saja.
Untuk membuat otak menjadi kuat, hal terpenting untuk dilakukan adalah
membebaskannya dari segara ketakutan. Jika masih ada noda ketakutan atau kelemahan,
otak akan tidak begitu kuat sehingga menjadi lebih mudah rapuh saat mendapat tekanan
dari luar. Jadi, perlu latihan tertentu untuk membuat otak benar-benar kuat. Latihan itu
antara lain mengeliminasi semua bentuk ketakutan, prasangka, pemikiran kolot, dan
sejenisnya yang menyebarkan pengaruh jahat sehingga bisa menutupi kecemerlangan
otak.
Proses membuat otak menjadi kuat dan bebas dari semua kelemahan itu tidak bisa
dilangsungkan hanya dalam sehari. Ini harus dilatihkan secara bertahap, langkah demi
langkah, dalam periode waktu yang tidak pendek, dan melalui berbagai upaya. Naluri
pertama manusia saat menghadapi ancaman bahaya adalah menyelamatkan diri dengan
kabur sejauh mungkin meninggalkan kondisi itu. Hanya orang yang memiliki kekuatan
mental lah yang tetap berada di situ, membiarkan ancaman datang, lalu menghadapinya
dengan taktik dan strategi terbaik yang ia punya. Nah, untuk bisa mencapai power mental
semacam itu, latihan mental sangat diperlukan. Latihan demikian akan lebih gampang
dicapai saat seseorang belajar menjalani kehidupan yang baik. Adalah kebaikan yang bisa
memberikan sanksi moral tertinggi pada seseorang yang hidup di antara orang-orang
lainnya. Jika orang itu baik maka ia tidak akan punya kelemahan mental saat menghadapi
siapa saja dan situasi apa saja. Ia bakal sadar betul; apa pun yang terjadi, ia tidak akan
dipersalahkan; atau tidak ada kekeliruan yang ia lakukan sehingga harus dipersalahkan.
Pengetahuan tentang kebenaran dan kejujuran ini memberi ia kekuatan dan sikap yang
sangat tegar. Sikap yang tegar ini akan berbicara dengan sendirinya karena kebenaran
memiliki auranya sendiri yang gampang dilihat oleh orang lain.
Maka, untuk bisa mendapatkan keberanian mental, seseorang harus mencoba
sejauh mungkin membawa diri ke kehidupan yang benar, jujur, dan dapat dipercaya. Jika
pada awalnya kehidupan yang benar dan jujur itu sudah didapatkan, lalu kemudian bisa
dipertahankan dalam kondisi apa pun, maka orang demikian punya harapan besar untuk
mendapatkan kekuatan mental. Ini jauh beda dengan orang yang menjalani hidup tanpa
prinsip yang jelas.
Besarnya keberanian moral ini tidak terbatas. Kekuatan fisik punya
keterbatasannya, dan hanya bisa menghadapi kekuatan yang setara. Hal demikian tidak
terjadi pada kekuatan mental. Orang yang fisiknya tidak kekar, tapi otaknya punya
stamina dan kekuatan besar, bisa menghadapi apa saja. Meski demikian, keberanian
mental tidak akan tumbuh begitu saja jika orang itu tidak melatih dan menguasai teknik
pengendalian diri. Pengendalian diri ini baru bisa didapatkan melalui latihan yang lama
dan bertahap. Jika ia berada di jalur yang benar, yakni tetap melatih diri untuk
mendapatkan pengendalian diri, maka di dalam dirinya akan tumbuh kekuatan dahsyat
untuk menghadapi segala rintangan. Jika berhasil meningkatkan diri, ia akan menjadi
semakin kuat hingga pada akhirnya bisa menyetarakan diri dengan semua kekuatan di
dunia material ini.
Kriteria utama kekuatan mental adalah mampu mengikis habis ketakutan dan
menjaga diri sejauh muungkin dari ketakutan. Masalahnya, bisakah ketakutan dieliminasi
sepenuhnya? Jawabnya adalah bisa! Asal, si orang tersebut benar-benar berharap dan
mau beraksi untuk membuang semua eksistensi ketakuan itu satu persatu sehingga bisa
mendapatkan ketahanan di dalam kehidupannya. Untuk bisa mencapai posisi seperti ini,
ia harus bekerja sepenuhnya di tempat yang terang dan bukannya di kegelapan. Yang
baik dan yang buruk harus bisa dilihat dengan sejelas-jelasnya oleh orang itu. Ia harus
bisa menerima kritik, menjaga perilakunya agar tetap baik di depan umum maupun
personal. Dengan cara terang seperti ini, ia bisa mendapatkan kepercayaan diri untuk bisa
berani dan membuat orang lain memberikan kepercayaan pada dia.

3. Ketegaran

Ketegaran alias invincibility adalah suatu kualitas yang tumbuh di dalam diri
seseorang saat ia telah mendapatkan rasa ketidak-takutan dan keberanian menyeluruh
yang membuat ia bisa menghadapi segala tipe situasi yang merusakkan atau
menghancurkan. Ia tidak gentar menghadapi apa pun.
Menghadapi situasi yang berlainan, orang awam akan bereaksi berbeda
berdasarkan bagaimana situasi itu berdampak pada kondisi emosionalnya. Ia jadi marah
jika suatu situasi mengusik emosi kemarahannya. Ia menjadi bahagia saat sesuatu yang
terjadi bisa menyenangkan atau memuaskan emosinya. Ia juga bisa sedih atau berduka
seiring dengan situasi yang memungkinkan bangkitnya perasaan itu. Jadi, orang biasa
pada umumnya akan gampang diombang-ambingkan emosi yang berbeda-beda dalam
waktu yang berlainan pula.
Tapi, jika ia sudah terlatih, sudah mencermati semua kendala, lalu bisa
mengendalikan diri, maka di dalam dirinya akan tumbuh sikap pantang menyerah, tidak
pernah gentar dan tidak kenal takut. Sikap demikian akan sangat membantunya dalam
menghadapi setiap keadaan bahaya.
Ketegaran secara harfiah berarti seseorang tidak tergoyahkan oleh situasi
kesulitan atau ketegangan yang mungkin terjadi. Itu karena ia sudah bisa membuat
emosinya berada di bawah kontrolnya sedemikian rupa sehingga emosi-emosi itu tidak
bisa menaklukkan dia sehingga dia tidak akan pernah dikontrol atau dipengaruhi oleh
emosi-emosi itu. Emosi marah, rasa takut, dendam, kebencian, dan sejenisnya sudah
berada dalam kontrol yang memadai. Ini membuat orang yang bisa mengendalikan emosi
itu menjadi sosok yang tenang dan kalem. Ia bisa mendorong atau menarik perasaan-
perasaan itu sebelum mereka berlompatan ke sana dan ke mari. Saat menghadapi
kesulitan, ia berlaku tenang. Saat orang lain bereaksi liar terhadap suatu situasi, ia tetap
berperilaku normal karena bisa membiarkan segala keliaran lewat begitu saja dari
kepalanya tanpa sempat mampir. Jika mau tak mau harus terlibat dalam konflik terbuka
hingga melibatkan fisik, ia punya power untuk menguasai situasi sedemikian rupa
sehingga konflik fisik itu tetap bisa membuka jalan bagi penyelesaian bersama melalui
negosiasi atau diskusi yang matang. Konflik-konflik semacam perkelahian, pertengkaran,
dan sejenisnya adalah wujud dari sifat kekanak-kanakan. Hanya orang yang dewasa
sepenuhnya lah yang bisa mematangkan akal untuk bisa tahu bagaimana menghadapi
perkelahian lalu menghentikan konflik sehingga tidak mengakibatkan kekerasan.
Bukan rahasia lagi jika tak seorang manusia pun yang bebas dari kelemahan.
Ketegaran seseorang bisa goyah jika ia terpukul telak di titik lemah itu. Saat titik
terlemah itu terhantam, ia tidak bisa membuat dirinya tetap tegar. Ia lalu membiarkan
perasaan-perasaan keluar begitu saja sehingga menghasilkan tindakan atau pemikiran
terdalam sedemikian rupa yang orang-orang normal pun kadang malu
mengungkapkannya. Perilaku orang yang sudah di dalam pengaruh emosi atau
kelemahan itu sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai tindakan atau pemikiran manusia
normal tapi lebih cocok untuk orang yang abnormal. Begitu seseorang sudah tertohok
kelemahannya, lalu bertekuk lutut para perasaannya, kemudian bertindak tidak normal
atau tidak masuk akal bagi semua tujuan dan maksud tertentu, maka ia bisa disebut telah
‘broken down’ atau sudah patah. Orang yang sudah patah ini sudah di ambang
kehancuran ketegaran dan kemudian kehancuran kepribadian. Mendadak marah atau
menangis bisa menjurus ke gejala patahnya kepribadian atau ketegarannya telah goyah.
Orang harusnya tetap kalem, tenang, dan tak tergoyahkan. Masalahnya,
bagaimana ia sampai bisa mendapatkan sikap seperti itu? Itu bisa dicapai melalui latihan
terus-menerus untuk pantang takut. Jika ia bertindak dengan jujur dan terus menapaki
jalur yang benar maka tidak ada alasan bagi ia untuk menjadi takut sehingga ia bisa
menghadapi situasi apa pun. Ia sadar betul dirinya bersih, sehingga ia bisa menemukan
kekuatan internal di dalam dirinya untuk menghadapi permasalahan. Di sisi lain, sumber
masalah atau lawan-lawan melihat dirinya tak tergoyahkan. Akibatnya, nafsu berkonflik
mereka bakal segera luruh. Dalam konflik fisik terbuka, dibutuhkan dua pihak seperti
halnya dua telapak tangan untuk bertepuk. Jika salah satu tangan tidak tergerakkan, maka
tepukan tidak akan berlangsung. Kalau ada pihak yang tidak terusik dan tergoyahkan,
maka konflik terbuka tidak akan pecah dalam skala penuh. Bahkan, perselisihan atau
ketidak-sepahaman dalam segala jenis bakal segera luruh dan berhenti untuk mencari
cara penyelesaian yang lebih baik.
Ketegaran mungkin saja luruh akibat situasi-situasi dan persoalan kecil di mana
seseorang tiba-tiba terpaksa harus menyerah pada perasaan-perasaan negatif. Jadi, meski
sudah pengendalian diri dan latihan menguasai emosi, mungkin saja muncul situasi
tertentu yang membuat ia tiba-tiba merasa tak berdaya. Jika seseorang dalam kondisi
kelaparan, sangat lelah, atau kondisi tertentu lainnya, ia mungkin saja jadi tidak bisa
mengontrol diri sendiri sehingga temperamennya meledak tanpa kendali. Ini adalah
masalah-masalah kegagalan fisik yang harus dicermati. Itu karena tindakan-tindakannya,
selain dibimbing oleh akal sehatnya, tapi juga oleh reaksi dan disposisi fisiknya. Maka,
untuk bisa mendapatkan ketegaran yang memadai, latihan-latihan semacam yoga sangat
dibutuhkan. Jika tidak, ketegaran bisa jadi rapuh dan kemudian pecah berkeping-keping.
Jika seseorang hati-hati, waspada, dan tahu bagaimana mengontrol tubuh dan fikirannya
secara simultan, tidak perlu khawatir ketegarannya akan mengecewakannya.

4. Terus Maju

Seseorang yang punya keberanian tidak akan menjadi orang yang malas.
Keberanian sejati selalu diasosiasikan dengan aktivitas dan kemajuan di dalam hidup.
Orang yang malas atau lamban tidak akan punya energi dan kepiawaian untuk membuka
jalan-jalan baru di dalam hidupnya. Kehendak untuk terus maju hanya menjadi milik
orang yang tidak punya rasa takut mengambil risiko. Jika tidak ada kehendak untuk terus
maju, ketidak-takutan seseorang tidak akan bisa tumbuh sempurna atau tidak akan bisa
mendapatkan manifestasi tertinggi. Kehendak untuk berkembang atau maju adalah hal
sangat penting. Jika seseorang sudah memiliki kebiasaan atau kegemaran untuk maju
dalam hidup, ia akan bisa menghadapi situasi-situasi yang sulit dan tidak dikenal. Andai
lebih suka berpangku tangan dan berdiam diri, bisa jadi situasi-situasi yang sulit itu bisa
menghancurkan dia. Di sisi lain, jika seseorang punya ambisi untuk meraih dan
mendapatkan sesuatu yang lebih baik di dalam hidup, akan ada aktivitas dan kecepatan di
dalam diri yang akan mendorong dirinya untuk melesat maju. Dalam langkah maju ini, ia
tidak akan menemukan kekakuan pada dirinya. Bahkan, ia akan bisa menemukan banyak
alternatif langkah yang lebih mudah dijalani saat ia menemukan rintangan atau halangan.
Itu karena ia telah menetapkan bidikan lebih tinggi daripada objek. Karena ia berlari
cepat menuju objek itu, ia tidak akan terlalu dibimbangkan oleh masalah-masalah kecil
sehari-hari. Ia bakal bisa mengatasinya atau melewatinya karena sudah punya
kemampuan dan kapasitas diri lebih tinggi di atas rata-rata orang. Kemajuan bergantung
pada harapan dan ambisi yang tinggi tapi masuk akal. Orang dengan ambisi dan harapan
demikan itu cenderung lebih bisa mendapatkan kekuatan mental dan kapasitas fisik
sehinga bisa membuatnya lebih gampang melangkan maju.
Seperti telah disinggung di atas, cara pandang progresif atau tujuan yang jauh di
depan bisa membawa perhatian seseorang tidak terlalu direcoki oleh rintangan kecil di
sekitarnya. Ini juga bisa menghasilkan emisi energi lebih banyak untuk menggapai hal-
hal yang lebih besar. Jadi, dari sudut pandang ketegaran, orang yang berambisi akan jauh
lebih tegar dan tak tergoyahkan oleh masalah-masalah remeh. Untuk tujuan praktis,
karena ia tidak terlalu merasa direcoki oleh perolehan atau kehilangan yang kecil-kecil
dan terlalu dini, ia akan bisa melambung tinggi di atas rata-rata orang kebanyakan serta
tampak lebih tegar dibandingkan para mitra setara. Ketegaran juga bisa menjadi tujuan
yang menggairahkan persaingan, karena orang yang tidak terlalu peduli pada kompetisi
bisa dikata tidak akan bisa maju. Jadi, intinya adalah orang itu harus punya sasaran yang
tinggi. Semakin tinggi sasaran, semakin tenang dan tak tergoyahkan ia. Jadi, tujuan
adalah hal utama dalam hidup yang bisa membentuk karakter tak tergoyahkan bagi
seseorang.
Tapi, juga harus diingat, tujuan dalam hidup jangan terlalu diperlakukan seperti
harga mati. Harus fleksibel. Tak peduli betapa pun tingginya seseorang mencapai tujuan
itu, langkah berikutnya tidak ada jalan lain kecuali menurun. Meski ia merasa bisa
mempertahankan diri dan diam di puncak untuk beberapa saat, dunia akan terus bergerak.
Jika tetap di posisinya, ia makin lama makin menjadi usang dan ketinggalan zaman.
Karena itu, tujuan dalam hidup harus fleksibal dan jangan tujuan yang sangat kaku atau
sangat stabil. Tapi, jangan diartikan itu sebagai; orang harus terus-menerus mengalihkan
tujuan dari satu pencapaian material ke pencapaian material lainnya. Hal demikian juga
tidak baik karena bisa menjadikan seseorang lebih dibenci daripada diktator yang punya
ambisi tanpa akhir untuk meningkatkan kekuasaan tanpa batas. Orang semacam itu sudah
bukan manusia lagi, dan nasib para diktator sudah membuktikannya.
Untuk tetap menjaga tujuan hidup, ada baiknya juga memburu tujuan-tujuan lain
selain sekadar pencapaian material. Pencapaian mattrial yang berlebihan bisa merampok
akal sehat. Padahal, pada saat yang sama, masih banyak sasaran lain atau perkembangan
lain yang bisa diburu. Salah satu sasaran semacam itu adalah peningkatan spiritual. Selain
sasaran fisik, jangan lupa memburu sasaran relijius atau peningkatan pendidikan.
Seseorang harus memburu satu tujuan lalu tujuan lain secara bergantian. Jika
berhasil memenuhi sasaran pertama, segeralah bersiap memburu sasaran kedua. Jika
berhasil, siapkan diri ke sasaran ketiga. Tidak ada kata ‘akhir’ bagi perbaikan yang bisa
dibawa seseorang terhadap diri sendiri. Ia bisa saja mempelajari satu seni dan seni
lainnya, mungkin saja meraih satu gelar dan gelar lainnya, menjalani satu hobi dan hobi
lainnya, tapi juga tetap bisa membaktikan diri pada berbagai aktivitas sosial. Apa pun
sasaran jangka pendeknya, ia harus segera mengubahnya dengan sasaran yang baru jika
sudah berhasil menguasai sasaran yang lama. Berarti, ia bisa terus memasok serangkaian
tujuan ada diri sendiri sehingga ia akan punya cukup banyak aktivitas mental dan fisik
untuk melupakan ketakutan fisiknya sendiri. Hidup yang penuh tujuan adalah sumber
pemicu keberanian. Sasaran seperti itu pada akhirnya bisa memberi satu tujuan jelas dan
pasti dalam hidup. Dengan tujuan semacam itu sebagai pemicu bidikan utama, seseorang
bisa mengabaikan ups and downs yang remeh dan tidak signifikan. Ia juga bakal bisa
menjalani hidup tanpa banyak hambatan.
Jadi, untuk memelihara sumber keberanian, sikap hidup penuh tujuan harus
dikembangkan dan dijaga.
5. Austerity

Keberanian bukan sekadar produk dari kekuatan fisik tapi juga dari banyak faktor
lainnya. Berbagai faktor ini bertindak seiring dengan kekuatan fisik untuk meningkatkan
performa fisik dan memberinya dorongan lebih besar. Jadi, kekuatan fisik hanya satu
bagian kecil dari keberanian secara keseluruhan. Kekuatan fisik ini mendapat impetus
tambahan dari karakter seseorang. Jika karakternya memang kuat, refleksi konsekuen dari
keberanian orang itu juga cukup substansial. Jika ada lobang atau kelemahan dalam
karakter, dampaknya bagi keberanian itu juga tipis-tipis saja, dan ketegaran tidak bisa
didapatkan. Maka, untuk mendapatkan keberanian sepenuhnya, austerity atau keteguhan
harus dipraktikkan.
Apa yang dimaksud dengan austerity? Itu merujuk pada tindakan untuk
menunjukkan prinsip-prinsip baik di dalam hidup. Kehidupan harus diarahkan dengan
jelas dan tegas dengan perilaku baik dan jujur. Saat memulai itu, pikiran buruk atau niat
jahat harus dibuang jauh-jauh. Jika ada sejumlah kegagalan pada tahap awal, jangan
serta-merta jadi patah semangat atau patah hati. Terus kembangkan upaya-upaya
menjalani jalur yang benar atau segera kembali ke jalur yang benar jika terlanjur tersesat
ke jalan keliru karena kondisi tertentu.
Austerity harus dilakukan untuk menempa kehidupan sedini mungkin. Orang
harus menjalankan semua bentuk kedisiplinan dan keteraturan hidup sebaik mungkin.
Disiplin diri adalah prinsip utama bagi kehidupan yang reguler dan teratur. Disiplin diri
berarti menumbuhkan cukup sense (rasa) untuk mengontrol dan mengecek tindakannya
sendiri seolah-olah ia bertindak di depan guru atau pelatihnya. Ini bisa membawa
seseorang ke eksistensi yang matang. Dalam setiap tindakan, harus diingat apakah
tindakan ini bakal dikenai sanksi oleh pelatih atau gurunya sendiri jika terjadi pada
dirinya. Apakah ia akan dipanggil untuk menentukan apakah tindakan itu sudah benar.
Pada saat bersamaan, program austerity ini juga meningkatkan kesadaran diri dan
ketelitian/kecermatan. Ketelitian di sini merujuk pada kebenaran suatu tindakan atau
penilaian yang pas tentang suatu isu berdasarkan yang benar atau yang salah atas
implementasinya. Tindakan-tindakan yang tidak cermat bisa diartikan sebagai tindakan
yang tidak mengarah ke perilaku baik dan masuk akal. Orang yang tidak cermat akan
hanya memperhatikan tujuan, kepentingan, dan perolehannya sendiri. Ia tidak mau
memikirkan orang lain atau bagaimana pengaruh tindakannya terhadap orang lain.
Kecermatan dan kesadaran diri ibarat dua sisi mata uang. Jika seseorang tidak
memberi perhatian pada kesadaran diri maka jelas ia akan tidak cermat dan akan
melakukan tindakan-tindakan yang akan menurunkan martabatnya sendiri serta menyakiti
orang lain. Di sisi lain, jika seseorang memberikan perhatian pada kesadaran dirinya
maka ia bisa berkembang cukup kuat untuk bisa menghasilkan silent warning serta
pengarahan saat menghadapi semua situasi kritis atau meragukan.
Jadi, tugas utama bagi seseorang yang ingin mengangkat kesadaran diri ke tingkat
tertinggi adalah mendengar suara-suara hati terdalam yang secara otomatis memberi
peringatan pada diri dalam semua keadaan genting. Jika seseorang sudah bisa
mendengarkan kesadaran yang baik ini sepanjang waktu, pasti ia bisa mengembangkan
naluri atau intuisi yang akan membantunya melihat peristiwa-peristiwa di masa
mendatang atau setidaknya menjadi sadar bagaimana hal-hal tetentu akan terbentuk di
masa mendatang. Dengan kata lain, kesadaran akan memberikan naluri atau intuisi bagi
seseorang untuk bisa melihat apa yang terjadi di masa mendatang. Melalui power akal, ia
akan bisa mengetahui bagaimana peristiwa-peristiwa mendatang bakal terbentuk. Logika
tajamnya akan membimbing ia mengambil langkah yang tepat.
Semua hal itu diasosiasikan dengan austerity. Jika semua itu terbentuk sempurna,
austerity akan mempersenjatai orang dengan keberanian. Keberanian semacam itu bukan
yang sekonyong-konyong muncul lalu menghilang, tapi lebih stabil untuk semua
keadaan. Tanpa austerity, kapasitas fisik dan mental seseorang tidak akan bisa mencapai
titik maksimum yang dipersyaratkan untuk memiliki keberanian sejati. Pantang menyerah
adalah produk sampingan dari austerity. Dengan ini, keberanian bisa berkembang hingga
ke katagori ‘tanpa batas.’
Ide utama dari pemaparan ini adalah membangun kriteria keberanian ke derajad
sedemikian rupa sehingga bisa terus tumbuh dan tidak berhenti atau malah runtuh dalam
kondisi tertentu. Itu harus menjadi keberanian yang terus berkembang dengan
karakteistik bisa menghadapi semua penentangan. Itu haruslah keberanian yang
volumenya berkembang berdasarkan dimensi masalah yang dihadapi. Pendeknya, itu
haruslah keberanian yang bisa menghadapi semua tipe situasi tanpa perlu bantuan dari
luar. Jika konflik atau perselisihannya kecil, maka keberanian itu cukup yang kecil-kecil
saja. Jika permasalahannya besar, keberaniannya juga harus besar dan bahkan harus lebih
besar. Jadi, segala tipe situasi akan dihadapi dengan tipe keberanian secara mandiri. Tipe
keberanian yang fleksibel semacam ini hanya bisa terbentuk melalui austerity. Tanpa
austerity, keberanian akan bersikap kaku dan terlokalisir.
Selain dari membangkitkan keberanian, austerity juga bisa menghasilkan
kehangatan bagi kepribadian orang terkait. Austerity bisa membuat seseorang jadi
bersungguh-sungguh dan bermartabat karena keberanian hasil austerity ini melibatkan
kontrol diri sepenuhnya serta latihan fisik dan mental yang membuat ia menjadi lebih
kuat. Jika seseorang mau mempelajari bagaimana membuat emosinya tetap dalam
kontrol, maka ia akan bisa berperilaku tenang dan normal dalam semua ketegangan,
kepribadiannya akan memancarkan kehangatan bagi orang lain, dan ia jadi lebih
gampang memberikan pengaruh pada orang lain. Jika ia bisa merasa puas terhadap diri
sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari luar untuk menyelesaikan permasalahan
dirinya, ia akan diperhatikan orang dalam saat-saat kritis. Apa pun yang ia katakan atau
lakukan akan diikuti oleh orang lain.
Tanpa austerity, kepribadian yang dikembangkan tidak bisa sampai tuntas. Yang
terjadi justru kepribadian yang kerdil dan bahkan rapuh sehingga gampang tercabik-cabik
saat menghadapi suatu permasalahan yang tidak terpecahkan. Kurangnya atau tidak-
adanya austerity kadang bisa menimbulkan kasus kepribadian ganda. Saat dihadapkan
pada dunia luar, seseorang bakal menunjukkan semua kualitas bagus dan layak dipuji.
Tapi, di dalam dirinya sendiri, ada kepribadian lain yang melahirkan semua sisi gelap
pemikiran dan perbuatan. Jika austerity bisa dimantapkan di kepribadian baiknya di sisi
luar, sementara kepribadian buruk di sisi dalam bisa ditenggelamkan, maka ada peluang
dua kepribadian itu bisa melebur dengan kepribadian baik yang dominan. Jika berhasil,
orang itu akan memiliki satu kepribadian –setidaknya ada satu kepribadian dominan–
karena kepribadian buruknya bisa diperbaiki. Kepribadian dominan hasil peleburan
kepribadian ganda itu menghasilkan sifat yang kuat dan tenang saat menghadapi semua
jenis ujian hidup.

You might also like