Professional Documents
Culture Documents
Republik Indonesia
BUKU PUTIH
Jakarta, 2006
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun tidak saja dimaksudkan sebagai wacana evaluasi baik terhadap
pelaksanaan program-program maupun kinerja penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang transportasi, namun juga sebagai bentuk
pertanggungjawaban Tim Penyusun Buku Putih terhadap masyarakat dan juga
komunitas yang bergerak dalam bidang teknologi dan manajemen transportasi.
i
SAMBUTAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK
INDONESIA
Aspek-aspek yang diungkapkan dalam Buku Putih ini selain menyangkut kebijakan
dan permasalahan terkini yang dihadapi dalam pembangunan transportasi, juga
dirumuskan rencana penelitian yang dipertimbangkan penting untuk menjadi
pedoman seluruh lembaga penelitian di tingkat nasional maupun daerah dalam
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi khususnya untuk periode
2005-2009. Petarencana (roadmaps) yang berisikan lingkungan masa depan, tujuan
yang harus dicapai dalam lingkungan dimaksud dan rencana pencapaian tujuan
tahunan juga diupayakan dirumuskan dalam Buku Putih ini. Pengungkapan aspek-
ii
aspek ini ditujukan agar fokus penelitian dan pengembangan teknologi dan
manajemen transportasi pada periode tahun 2005-2009 menjadi lebih terarah, jelas,
sistematis, tajam, dan mudah dilakukan seluruh lembaga penelitian dan
pengembangan di seluruh Indonesia.
Namun demikian, kami mengakui bahwa Buku Putih ini tentu masih memiliki
berbagai keterbatasan dan kekurangan yang mendalam terutama dalam menjawab
seluruh kompleksitas permasalahan dan kebutuhan dinamis masyarakat dalam
pembangunan transportasi nasional. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk
perbaikan dan penyempurnaan Buku Putih ini sangat kami harapkan.
Kusmayanto Kadiman
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Sambutan Menteri Negara Riset dan Teknologi ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel v
Daftar Petarencana (Roadmaps) vi
Pengertian vii
Ringkasan Eksekutif ix
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Kebijakan Pembangunan Transportasi Nasional 3
A. Umum 3
B. Moda Transportasi 5
1. Jalan 5
2. Perkeretaapian 6
3. Sungai, Danau dan Penyeberangan (SDP) 7
4. Laut 8
5. Udara 9
C. Transportasi Antarmoda/Multimoda 9
Bab III Permasalahan Riptek dan Manajemen Transportasi 11
A. Masalah Regulasi 11
B. Masalah Pemanfaatan dan Pengembangan Teknologi 12
C. Masalah Manajemen Transportasi 14
Bab IV Kebijakan dan Program Bidang Riptek dan Manajemen 17
Transportasi
A. Visi dan Misi Riptek 17
B. Kebijakan Pengembangan Riptek dan Manajemen Transportasi 18
C. Program Pengembangan Riptek dan Manajemen Transportasi 18
Bab V Petarencana (Roadmaps) dan Indikator Keberhasilan Program 21
A. Petarencana (Roadmaps) 21
B. Indikator Keberhasilan Program 27
Bab VI Penutup 30
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Identifikasi Permasalahan Sistem Transportasi Nasional dari 15
Perspektif Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Manajemen
Transportasi
Tabel 2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan 29
Tabel 3. Penelitian dan Pengembangan Sistem Transportasi Antar Pulau 29
Tabel 4. Penelitian dan Pengembangan Sistem Transportasi Pesawat Kecil 29
v
DAFTAR PETARENCANA (ROADMAPS)
Halaman
Petarencana 1. Penelitian dan Pengembangan Moda dan Teknologi 22
Angkutan Umum Perkotaan
Petarencana 2. Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Sistem 23
Jaringan Angkutan Umum Perkotaan
Petarencana 3. Penelitian Perilaku (Consumer Behaviour) Pengguna dan 24
Operator Angkutan Umum Perkotaan
Petarencana 4. Kajian Regulasi dan Penegakan Hukum di Bidang 25
Transportasi Perkotaan
Petarencana 5. Penelitian dan Pengembangan Kapal Antar Pulau 26
Petarencana 6. Penelitian dan Pengembangan Pesawat Kecil (Small 27
Aircraft)
vi
PENGERTIAN
Moda transportasi terdiri dari moda transportasi jalan, kereta api, sungai, danau
dan penyeberangan, laut dan udara, yang dapat membentuk jaringan transportasi,
dengan karakteristik teknis yang berbeda, serta pemanfaatannya disesuaikan
dengan kondisi geografis daerah layanan.
vii
Transportasi multimoda adalah transportasi barang dengan menggunakan paling
sedikit 2 (dua) moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu kontrak yang
menggunakan Dokumen Transportasi Multimoda dari suatu tempat barang diterima
oleh operator transportasi multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk
penerimaan barang tersebut
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Transportasi merupakan salah satu komponen yang mutlak penting bagi pencapaian
tujuan pembangunan nasional masa kini dan mendatang. Berbagai studi telah
menunjukkan bahwa negara-negara yang berhasil dalam pencapaian tujuan
pembangunan adalah negara-negara yang memiliki sistem transportasi yang
memadai dalam memenuhi kebutuhan dinamis penduduknya, vice versa. Namun
demikian, agar pembangungan transportasi nasional lebih efisien, efektif dan
memberikan nilai tambah bagi sektor lain serta tidak menimbulkan berbagai dampak
negatif bagi masyarakat dan lingkungan, maka perlu disusun dan dirumuskan
rencana pembangunannya. Salah satu bentuk rencana yang penting untuk disusun
dan dirumuskan yakni rencana dalam penelitian dan pengembangan teknologi dan
manajemen transportasi.
Buku Putih ini disusun dan dirumuskan untuk menjawab kebutuhan di atas. Lebih
tegasnya dimaksudkan untuk memenuhi salah satu komitmen bidang fokus Riset
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Riptek) yang ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 di satu pihak dan merupakan
pedoman dan arah bagi seluruh lembaga penelitian dan pengembangan dalam
pelaksanaan Riptek bidang transportasi nasional di lain pihak. Diharapkan dengan
adanya Buku Putih ini, maka visi yang ditetapkan bagi tersedianya program prioritas
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi serta terlaksananya kegiatan-
kegiatan tersebut untuk mendukung pencapaian Sistem Transportasi Nasional dapat
terpenuhi.
Sistematika Buku Putih ini terdiri dari enam bagian. Bab pertama adalah
Pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang singkat pentingnya disusun dan
dirumuskan rencana penelitian dan pengembangan teknologi dan manajemen
transportasi nasional khususnya pada periode tahun 2005-2009. Bab kedua
berisikan penjelasan kebijakan pembangunan transportasi nasional yang dirumuskan
khususnya oleh Departemen Perhubungan. Dalam bab ini kebijakan yang dijelaskan
tidak hanya menyangkut kebijakan umum dalam pembangunan transportasi
nasional, melainkan juga penjelasan kebijakan khusus untuk setiap moda
ix
transportasi yang menyangkut transportasi jalan, perkeretaapian, sungai, danau dan
penyeberangan, laut, udara dan transportasi antarmoda/multimoda.
Bab IV dan V merupakan inti dari Buku Putih ini. Dalam Bab IV tersebut selain
dikemukakan visi dan misi Riptek yang menjadi acuan Kebijakan Strategis Iptek
Nasional (Jakstranas), juga diuraikan kebijakan pengembangan Riptek dan
Manajemen transportasi. Dari uraian-uraian ini kemudian dirumuskan dan dianalis
program-program Riptek dan manajemen transportasi nasional periode 2005-2009.
Selanjutnya, petarencana (roadmaps) dan indikator keberhasilan program
dirumuskan dalam Bab V.
Akhirnya, berbagai harapan dan kondisi yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
Riptek dalam pengembangan teknologi dan manajemen transportasi 2005-2009
diberikan pada Bab VI sebagai penutup. Dalam hal ini ditekankan betapa pentingnya
komitmen seluruh lembaga penelitian dan pengembangan dalam pelaksanaan
kegiatan Riptek dalam pengembangan teknologi dan manajemen transportasi
nasional yang telah disusun dalam Buku Putih ini. Tanpa komitmen yang kuat dari
seluruh lembaga penelitian dan pengembangan yang ada mustahil rencana Riptek
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi dapat dijalankan.
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
identifikasi dan analisis ini selanjutnya berguna untuk merumuskan kebijakan yang
diperlukan dalam pengembangan teknologi yang diperlukan dan langkah-langkah
yang harus diambil dalam menjawab dinamika kebutuhan masyarakat di bidang
transportasi.
Berangkat dari pertimbangan di atas, maka Buku Putih yang memuat rencana
kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi dan manajemen
transportasi beserta roadmaps yang jelas mutlak penting disusun dan dirumuskan.
Dengan adanya Buku Putih ini diharapkan penelitian dan pengembangan sistem
transportasi nasional dapat lebih terarah, tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan mampu mengurangi berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi
dari adanya pembangunan sistem transportasi nasional.
2
BAB II
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI NASIONAL
A. UMUM
Transportasi merupakan industri jasa yang mengemban fungsi pelayanan publik dan
misi pembangunan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai
katalisator pendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan
pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan
transportasi berpedoman pada sistem transportasi nasional (Sistranas), diarahkan
untuk mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera sejalan dengan upaya
perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis.
Guna mendukung perwujudan kondisi aman dan damai, perlu tersedia prasarana
dan sarana transportasi untuk mendukung percepatan pembangunan daerah
termasuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, mempererat hubungan antar
wilayah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, serta menunjang tindakan
pencegahan dan penyelesaian konflik di daerah rawan konflik.
Dalam rangka menunjang perwujudan Indonesia yang adil dan demokratis, maka
peranan transportasi diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Tersedianya pelayanan transportasi antar
wilayah yang mendorong dan meningkatkan perdagangan antar wilayah, mengurangi
perbedaan harga antar wilayah, meningkatkan mobilitas dan pemerataan tenaga
kerja untuk mendorong terciptanya kesamaan kesempatan pembangunan wilayah.
Pemerataan pelayanan transportasi secara adil dan demokratis juga dimaksudkan
agar setiap lapisan masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pelayanan jasa
transportasi secara mudah dan terjangkau.
3
Secara umum, kendala yang dihadapi sektor transportasi meliputi kuantitas dan
kapasitas prasarana dan sarana yang tidak memadai dan diperparah dengan
terjadinya bencana alam, kelembagaan dan peraturan, sumber daya manusia,
teknologi, pendanaan/investasi, serta manajemen, operasi dan pemeliharaan. Oleh
karena itu, sasaran umum pembangunan transportasi dalam kurun lima tahun
mendatang adalah: (1) meningkatnya kualitas dan kapasitas prasarana dan sarana;
(2) meningkatnya kualitas pelayanan dan keselamatan transportasi; (3)
meningkatnya kualitas penyelenggaraan transportasi yang berkesinambungan dan
ramah lingkungan, sesuai dengan standar pelayanan yang dipersyaratkan; (4)
meningkatnya mobilitas dan distribusi nasional dan wilayah; (5) meningkatnya
pemerataan dan keadilan pelayanan transportasi antar golongan masyarakat dan
antar wilayah, baik di perkotaan, perdesaan, maupun daerah terpencil dan
perbatasan; (6) meningkatnya akuntabilitas pelayanan transportasi melalui
pemantapan sistem transportasi nasional, wilayah dan lokal; dan (7) khusus untuk
daerah-daerah yang terkena bencana nasional akan dilakukan program rehabilitasi
sarana dan prasarana transportasi, pembinaan sumber daya manusia (SDM) yang
terpadu dengan program-program sektor-sektor lain serta rencana pengembangan
wilayah.
4
B. MODA TRANSPORTASI
1. JALAN
5
e Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan muatan
lebih secara komprehensif, dan melibatkan berbagai instansi terkait.
f. Meningkatkan keselamatan lalu-lintas jalan secara komprehensif dan terpadu.
g. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu melalui
penataan sistem jaringan dan terminal, manajemen lalu-lintas dan sebagainya.
h. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat diantaranya melalui
penyediaan pelayanan angkutan perintis pada daerah terpencil.
i. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas peraturan serta kinerja kelembagaan.
j. Meningkatkan profesionalisme SDM aparatur dan operator serta disiplin
pengguna jasa, meningkatkan kemampuan manajemen dan rekayasa lalu-
lintas, serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi.
k. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan, terutama
penggunaan transportasi umum masal di perkotaan yang efisien.
2. PERKERETAAPIAN
6
Arah kebijakan pembangunan perkeretaapian, antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan keselamatan angkutan dan kualitas pelayanan melalui pemulihan
kondisi pelayanan prasarana dan sarana angkutan perkeretaapian.
b. Melaksanakan audit kinerja prasarana dan sarana serta SDM operator
perkeretaapian.
c. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian nasional dan lokal, dan
meningkatkan strategi pelayanan angkutan yang lebih berdaya saing secara
antarmoda dan intramoda.
d. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terutama pada koridor yang
telah jenuh serta koridor-koridor strategis dengan mengacu pada Sistranas;
e. Meningkatkan frekuensi dan menyediakan pelayanan angkutan Kereta Api (KA)
yang terjangkau.
f. Melaksanakan perencanaan, pendanaan dan evaluasi kinerja perkeretaapian
secara terpadu, dan berkelanjutan didukung pengembangan sistem data dan
informasi yang lebih akurat.
g. Melanjutkan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan dan BUMN serta revisi
peraturan perundang-undangan di bidang perkeretaapian (UU No. 13 Tahun
1992 beserta peraturan pelaksanaannya).
h. Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dan swasta di bidang
perkeretaapian.
i. Meningkatkan SDM perkeretaapian dan pengembangan teknologi
perkeretaapian nasional.
4. LAUT
Arah kebijakan pembangunan transportasi laut, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan peran armada pelayaran nasional baik untuk angkutan dalam
negeri maupun ekspor-impor dengan memberlakukan azas cabotage1.
b. Menghapuskan pungutan-pungutan tidak resmi di pelabuhan melalui
peningkatan koordinasi bagi semua instansi yang terkait dalam proses bongkar
muat barang.
c. Memenuhi standar pelayaran internasional yang dikeluarkan oleh IMO
(International Maritime Organisation) maupun IALA (International Association of
Lighthouse Authorities) serta pelaksanaan ISPS (International Ship and Port
Security) Code.
d. Merestrukturisasi peraturan perundang-undangan (revisi UU No 21 Tahun 1992
tentang Pelayaran dan peraturan pelaksanaannya) serta kelembagaan di
1
Lihat Inpres No. 5 Tahun 2005.
8
subsektor transportasi laut guna menciptakan kondisi yang mampu menarik
minat swasta dalam pembangunan prasarana transportasi laut.
e. Menyerahkan secara bertahap aset pelabuhan regional dan lokal yang dikelola
Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja kepada Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
f. Pemutakhiran tatanan kepelabuhanan nasional mengacu pada Sistranas.
g. Melanjutkan pelayanan angkutan laut perintis.
5. UDARA
Arah kebijakan pembangunan transportasi udara, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi standar keamanan dan keselamatan penerbangan ICAO
(Internasional Civil Aviation Organisation) guna meningkatkan keselamatan
penerbangan baik selama penerbangan maupun di bandara di wilayah
Indonesia.
b. Menciptakan persaingan usaha pada industri penerbangan nasional yang lebih
transparan dan akuntabel.
c. Merestrukturisasi peraturan dan perundang-undangan (revisi UU No. 15 Tahun
1992 dan peraturan pelaksanannya) serta kelembagaan di subsektor
transportasi udara guna menciptakan kondisi yang mampu menarik minat
swasta dalam pembangunan prasarana transportasi udara.
d. Pemutakhiran tatanan kebandarudaraan nasional mengacu pada Sistranas.
e. Melanjutkan pelayanan angkutan udara perintis.
C. TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA
9
yang terlibat dalam pelayanan transportasi penumpang dan barang tepat waktu dari
pintu ke pintu. Pengembangan pelayanan transportasi penumpang dan barang dari
pintu ke pintu diarahkan pada keterpaduan jaringan pelayanan dan jaringan
prasarana transportasi antarmoda/multimoda yang efektif dan efisien dalam bentuk
interkoneksi pada simpul transportasi yang berfungsi sebagai titik temu yang
memfasilitasi alih moda yang dapat disebut sebagai terminal antarmoda (intermodal
terminal) yang memberikan nilai tambah pada sektor lain.
Kebijakan yang dijadikan pedoman untuk mencapai sasaran tersebut antara lain:
a. Standardisasi sarana dan prasarana untuk terwujudnya pelayanan menerus
(single seamless services) antar moda transportasi.
b. Penataan regulasi dan kelembagaan untuk mendukung penyelenggaraan
transportasi antarmoda/multimoda yang efektif dan efisien.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan mengarah kepada penerapan sistem tiket
terpadu/dokumen tunggal.
10
BAB III
PERMASALAHAN RIPTEK DAN MANAJEMEN TRANSPORTASI
A. MASALAH REGULASI
Dari perspektif teknologi dan manajemen transportasi, masalah regulasi yang sangat
menonjol dan ditengarai sebagai faktor utama penyebab kecelakaan pada berbagai
moda transportasi adalah, tidak ditaatinya peraturan yang berkaitan dengan (1)
kapasitas sarana dan prasarana; (2) kelaikan sarana transportasi; (3) kecepatan laju
kendaraan dan penggunaan alat pengaman (sabuk pengaman, pelampung, dll.), dan
(4) ketidaksepadanan (kompatibilitas) antara teknologi dengan regulasi.
Dalam hal kapasitas prasarana dan sarana diidentifikasi tidak sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini sangat dirasakan, dan secara nyata dapat dilihat sehari-hari, pada
moda transportasi jalan dan kereta api, utamanya di kota-kota besar dan
metropolitan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu upaya untuk pengembangan
angkutan masal dengan kapasitas besar Bus Rapid Transit and Mass Rapid Transit
11
dan pengaturan ‘jam-jam/waktu-waktu sibuk’ (peak-hours/peak-seasons
management).
Sarana transportasi juga banyak dijumpai yang tidak laik. Dalam beberapa kasus
masih dijumpai pengoperasian sarana transportasi tersebut yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akan jasa pelayanan transportasi. Hal ini berakibat selain
membahayakan keselamatan, kemacetan lalu-lintas, polusi dan pemborosan BBM.
Selama ini banyak teknologi yang sudah dimiliki dan dikuasai tetapi belum
dimanfaatkan dan dikembangkan sepenuhnya untuk mendukung sektor transportasi.
Padahal pemanfaatan dan pengembangan teknologi dalam sektor transportasi dapat
membantu meningkatkan keselamatan dan menyediakan sarana transportasi yang
secara ekonomis dapat menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah serta ramah
lingkungan. Teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang sistem
transportasi nasional yang efektif dan efisien antara lain adalah: (1) Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK); (2) Energi baru dan terbarukan; (3) Komponen
Lokal; (4) Informasi meteorologi dan geofisika.
12
Pemanfaatan TIK bagi kepentingan transportasi belum optimal. Hal ini terlihat dari
minimnya penggunaan teknologi tersebut pada sistem persinyalan jaringan kereta
api, sistem pengaturan lalu-lintas jalan raya seperti ITS (Intelligent Transportation
System), pengaturan lalu-lintas penerbangan dan bandar udara serta perangkat
pendukungnya seperti ATS (Air Traffic Service), ATM (Air Traffic Management) dan
EDI (Electronic Data Interchange) untuk pelabuhan. Padahal TIK ini sudah
berkembang dan mampu meningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi serta
mendukung fungsi SAR (Search and Rescue).
Masalah lain yang dihadapi sektor transportasi adalah besarnya jumlah penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sumber energi transportasi. Data menunjukkan
bahwa pada tahun 2004 hampir separuh (48 persen) konsumsi BBM nasional
digunakan oleh sektor transportasi. Penggunaan BBM untuk pengoperasian
kendaraan/angkutan saat ini menjadi beban berat bagi pemerintah. Dengan semakin
menipisnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya harga BBM di pasar dunia,
penggunaan energi alternatif/bahan bakar non BBM yang ramah lingkungan untuk
pengoperasian kendaraan/angkutan saat ini merupakan suatu keharusan. Selain
mempunyai keuntungan ekonomis penggunaan energi alternatif non BBM juga dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan
13
C. MASALAH MANAJEMEN TRANSPORTASI
Secara rinci ketiga permasalahan tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah.
14
Tabel 1. Identifikasi Permasalahan Sistem Transportasi Nasional dari Perspektif Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Manajemen Transportasi
15
3 Manajemen 1. Tidak ada data tentang estimasi pergerakan manusia
dan barang pada waktu yang tertentu (jam sibuk,
musim libur, dll)
2. Peningkatan kualitas SDM yang sesuai dengan
perkembangan Iptek transportasi belum dilakukan
secara maksimal
3. Kualitas pelayanan rendah
4. Ketidak disiplinan operator dan awak kendaraan serta
pengguna jasa
5. Belum mengembangkan jaringan fasilitas/sarana
transportasi dan tiket terpadu
6. Belum/kurang ada sistem dan mekanisme pendanaan
untuk menunjang investasi dan operasi bidang
prasarana dan sarana transportasi
7. Regenerasi sarana dan pemeliharaan serta
peningkatan prasarana transportasi
8. Pengembangan dan pemanfaatan data based untuk
monitoring dan evaluasi
9. Pengelolaan jaringan antarmoda belum berkembang
10. Ketidakseimbangan peran antarmoda
11. Pengelolaan dokumen yang lemah dan belum/kurang
memanfaatkan teknologi informasi
12. Kurangnya perhatian penyediaan sarana transportasi
umum bagi daerah/pulau terpencil
16
BAB IV
KEBIJAKAN DAN PROGRAM BIDANG PENGEMBANGAN
IPTEK DAN MANAJEMEN TRANSPORTASI
Visi Riptek di bidang transportasi yang hendak dicapai selama lima tahun ke depan
adalah:
Tersedianya program prioritas pengembangan teknologi dan manajemen
transportasi serta terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut untuk mendukung
pencapaian Sistem Transportasi Nasional.
Visi dan misi ini akan dapat dilaksanakan dengan cara memperkuat kerjasama
kelembagaan yang berkelanjutan, terintegrasi dan sinergi kemampuan nasional.
17
B. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IPTEK DAN MANAJEMEN
TRANSPORTASI
Iptek dan manajemen transportasi merupakan aspek penting dalam upaya mencapai
kinerja sistem transportasi nasional yang lebih baik. Hal ini diantaranya dapat
ditunjukkan dengan tingkat kehandalan, tingkat efisiensi yang dicapai, serta tingkat
harga pelayanan jasa yang relatif murah. Dalam fungsinya sebagai faktor stimulan
kegiatan ekonomi, pengembangan teknologi dan penataan manajemen transportasi
akan secara langsung mempengaruhi kemampuan serta daya saing global bagi
armada transportasi nasional baik jalan, kereta api, sungai, danau dan
penyeberangan, maupun laut dan udara.
18
umum perkotaan, angkutan antar pulau, sungai dan danau, serta pemanfaatan
teknologi informasi; (3) meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi yang
berkaitan dengan mitigasi dampak lingkungan dan sosial; (4) meningkatkan
penelitian dan pengembangan sektor transportasi yang mampu memberi nilai
tambah bagi sektor lain utamanya sektor ekonomi; (5) memperluas penelitian dan
pengembangan yang dapat menghasilkan konservasi energi di bidang transportasi.
A. PETARENCANA
21
1. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
PERKOTAAN
a. Penelitian dan Pengembangan Moda dan Teknologi Angkutan Umum
Perkotaan
Jenis Program : Penelitian dan Pengembangan
Sasaran : Jenis dan tipe angkutan umum perkotaan yang
mendukung penerapan sistem angkutan masal
Waktu : 5 tahun
Indikator Keberhasilan : Sebuah disain dan prototipe angkutan umum
Program yang telah diuji dan siap untuk diproduksi dengan
menggunakan material dan komponen lokal
secara maksimal
Keterangan:
Jika penelitian pada tahun 2007 menyimpulkan bahwa jenis angkutan perkotaan yang perlu
dikembangkan adalah bus berbahan bakar gas dengan kapasitas penumpang 40, maka kegiatan
pengembangan pada tahun 2008 dan seterusnya difokuskan pada bus jenis tersebut.
22
b. Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Sistem Jaringan
Angkutan Umum Perkotaan
Jenis Program : Penelitian dan Pengembangan
Sasaran : Disain manajemen dan sistem jaringan angkutan
umum perkotaan beserta dengan perangkat lunak
dan perangkat keras untuk mendukung penerapan
sistem angkutan umum masal
Waktu : 5 tahun
Indikator Keberhasilan : Sebuah disain sistem jaringan angkutan umum
Program perkotaan yang telah diuji dan siap untuk di
terapkan.
23
c. Penelitian Perilaku (Consumer Behaviour) Pengguna dan Operator
Angkutan Umum Perkotaan
Jenis Program : Penelitian
Sasaran : Karakteristik pengguna dan operator angkutan
umum
Waktu : 3 tahun
Indikator Keberhasilan : Membaiknya perilaku pengguna maupun operator
Program angkutan umum perkotaan.
24
d. Kajian Regulasi dan Penegakan Hukum di Bidang Transportasi
Perkotaan
Jenis Program : Penelitian
25
2. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
ANTAR PULAU
a. Penelitian dan Pengembangan Kapal Antar Pulau
Jenis Program : Penelitian dan Pengembangan
Sasaran : Tipe dan jenis kapal antar pulau yang
mendukung pembangunan, sistem logistik
nasional dan penerapan azas cabotage
Waktu : 5 tahun
Indikator Keberhasilan : Sebuah disain dan prototipe kapal antar pulau
Program yang telah diuji dan siap untuk diproduksi dengan
menggunakan material dan komponen lokal
secara maksimal
26
b. Penelitian dan Pengembangan Pesawat Terbang Kapasitas Kecil
(Small Aircraft)
27
2. Terlaksananya program difusi dan pemanfaatan iptek di bidang pengembangan
teknologi dan manajemen transportasi.
3. Tersedianya rancangbangun (design), model uji dan prototipe yang dapat
diaplikasikan lebih lanjut oleh industri.
Indikator keberhasilan bagi usulan program kegiatan pada kurun waktu 2007-2009
adalah seperti terlihat pada Tabel 2, 3 dan 4 berikut:
28
Tabel 2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan
a. Teknologi 1. Tipe dan jenis angkutan menurut karakteristik dan klasifikasi kota
Moda 2. Blueprint tipe dan jenis angkutan
Angkutan 3. Jenis material dan komponen
Perkotaan 4. Prototipe jenis angkutan
5. Hasil pengujian prototipe jenis angkutan
29
BAB VI
PENUTUP
Akhirnya, yang masih harus dipikirkan dengan lebih cermat adalah bagaimana
caranya agar Buku Putih ini dapat digunakan secara berkelanjutan dan memperoleh
modifikasi seperlunya pada waktu tertentu sesuai dengan tuntutan jaman serta
mendapat dukungan politik yang memadai, sehingga kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan berdasarkan Buku Putih ini memberi dampak luas bagi pembangunan
sistem transportasi nasional pada khususnya dan pembangunan ekonomi nasional
pada umumnya.
30