You are on page 1of 40

KONSEP KELUARGA

1.PENGERTIAN

a.Spradley dan Allender (1996)


Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan
mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

b.BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satu kesatuan yang
terbentuk atas dasar ikatan pernikahan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, saling
berinteraksi dan berperan masing-masing sebagai pribadinya.

2.STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage,
environtment dan reciever.

Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi

Yakin ketika menyampaikan pendapat


Jelas dan berkualitas
Meminta feedback
Menerima feedback

2). Pengirim yang tidak berfungsi

Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)


Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari
pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal:
”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
Komunikasi yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi


Mendengar
Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi

Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar


Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
Offensive (menyerang bersifat negatif)
Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
Kurang memvalidasi

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira


Komunikasi terbuka dan jujur
Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)


Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
Kurang empati
Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
Komunikasi tertutup
Bersifat negatif
Mengembangkan gosip
b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara yang digunakan
untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain, dimensi / unit-unit tersebut adalah
struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi dan struktur kekuasaan.

1.Peran Keluarga
Peran diartikan dengan apa yang individu-individu harus lakukan dalam situasi tertentu agar
dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-
peran tersebut (Ruge, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998). Sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat
dicapai dengan maksimal (Turner, 1976 dikutip oleh Fridman, 1998) dengan kriteria masing-
masing indivu menekankan pentingnya kemplementaritas peran. Kapabilitas peran-peran dan
norma-norma keluarga dengan norma-norma kemasyarakatan, kehadiran peran dalam keluarga
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dan kemampuan keluarga untuk
memberikan respon terhadap perubahan melalui fleksibilitas peran (Glasser dan Glasser 1970
Messer, 1970 dikutip oleh Friedman, 1998) serta alokasi peran bersifat masuk akal dan tidak
membebani satu anggota atau lebih peran formal.
Pembagian peran dalam keluarga dilakukan secara merata kepada setiap anggotanya disesuaikan
dengan peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, tetapi ada juga peran
lain yang tidak terlalu komplek dan dapat didelegasikan kepada anggota keluarga yang kurang
terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang biasanya ada
dalam keluarga yaitu peran sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang
masak, manager keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau
bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan dan kesempatan
untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga peran dalam keluarga tetap berfungsi
(Murray dan Zentner, 1985 dikutip oleh Friedman, 1998)
Disamping contoh peran formal diatas, menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga
mengidentifikasi enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah
peran sebagai providen (penyedia) sebagai pengatur rumah tangga, perawat anak, sosialisasi
anak, rekreasi, persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal), peran
terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan dan peran seksual.
Peran Informal
Peran informal bersifat implicit atau tidak tampak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
emosional individual (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) menurut Friedman (1998) peran-
peran informal tersebut ada yang bersifat adaptif dan maladaptif yaitu sebagai pendorong,
pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam, keluarga, penghibur,
perawat keluarga, pioner, keluarga distributor, dan orang yang tidak relevan, kordinator keluarga,
penghubung keluarga dan saksi.

2.Struktur Nilai
Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman bagi tindakan
(Rokeach,1973 dikutip oleh Friedman,1998). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan
sebagai suatu sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruan atau konsep yang
sadar maupun yang tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu
budaya (Darat dan Caplan,1965 dikutip oleh Friedman,1998). Kebudayaan keluarga merupakan
suatu sumber sistem nilai dan norma-norma yang menentukan pemahaman individu sifat serta
makna kehidupan.
Nilai-nilai bersifat dinamis serta berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dalam keluarga
sebagai nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dari keluarga
(Friedman,1998)
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak dari sebuah masyarakat
tertentu,dan pola-pola perilaku semacam itu disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda
dengan aturan-aturan keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan
khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih abstrak (Friedman,1988).

3.Struktur Proses dan Pola Konsumsi

Struktur keluarga, khususnya struktur komunikasi berfungsi memudahkan pencapaian fungsi


keluarga secara umum,misalnya komunikasi yang akurat memungkinkan kelurga
mensosialisasikan anak-anak dan fungsi dasar dari keluarga. Komunikasi keluarga juga
dipandang baik sebagai damensi struktural maupun proses sistem. Dengan kata lain, komunikasi
keluarga dapat dianggap sebagai isi yang tercipta dan digambarkan sebagai suatu komponen
struktural.(Friedman,1998)
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci bagi sebuah keluarga yang berhasil dan sehat
yaitu komunikasi yang sesuai antar tingkat perintah atau intruksi dan isi (Satir, 1983 dikutip oleh
Friedman, 1988). Friedman juga menjelaskan komunikasi yang efektif adalah mencocokan
arti,mencapai konsisten dan mencapai kesesuaian antara pesan yang diterima dan diharapkan.

1.Pengirim fungsional
Satir (1907) dikutip oleh Friedman (1988) menyatakan bahwa pengirim yang berkomunikasi
dalam suatu cara fungsional dapat : pada saat yang sama ia menjelaskan dan mengubah apa yang
ia katakana meminta umpan balik dan bersikap menerima umpan balik ketika ia
mendapatkannya.

2.Penerima fungsional
Penerima fungsionl dapat melakukan:mendengar secara aktif, memberikan umpan balik,
menerima pengirim menjelaskan dan mengubah pernyataan ini mendorong pengirim untuk
menggali secara penuh, menegosiasi, dimana dalam menegosisai penerima menciptakan suatu
hubungan antar pengalaman, pengalaman sebelumnya (Gottman et,al,1977) dikutip oleh
Friedman, 19880. Menyatakan kembali dan meriksa persepsi dan yang terakhir validasi.

Komunikasi Disfunsional
Komunikasi yang tidak sehat pada pengirim dibahas dalam 5 kategori yaitu:
a. Asumsi-asumsi
Dibawah ini merupakan contoh pemakaian asumsi, yaitu berbicara untuk orang lain, apa yang
dirasakan atau dievaluasi terdapat diubah, peran yang tidak komplit berasumsi orang lain
mengungkapkan persepsi, pikiran dan perasaan yang sama, generasi satu contoh mewakili
semua.
b. Ekspresi perasaan tak jelas
contoh pengungkapan tak jelas yaitu : sarkasme, kemarahan, terpendam, ungkapan sakit hati
sebagai marah.
c. Ekspresi menghakimi
d. Ketidakmampuan mengungkapan kebutuhan
e. Komunikasi yang kongruen

3.Penerima Disfungsional
Penerima disfungsional meliputi : gagal mendengar, disfungsional, dan kurang ekspresi

d.Struktur kekuatan keluarga

Menurut MC Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan didefinisikan dengan
kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol
mempengaruhi dan merubah tingkah laku seseorang.

Dasar-dasar kekuasan keluarga

1. Kekuasaan / wewenang yang sah


Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer dimana satu orang mempunyai hak
untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain, contohnya adalah kontrol
dominasi orang tua terhadap anak-anak. Hal ini merupakan wewenag yang berdasar atas tradisi
disini suami sebagai kepala keluarga mengontrol seluruh anggota keluarga. Jika kekuasaan sah
ada, maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran dominant, artimya sama-sanma
menunjukkan penerimaan terhadap peran (Friedman, 1988)
2. Kekuasaan yang berdaya atau putus asa

Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan sah yang didasarkan pada
pihak yang diterima secara umum dari mereka yang tidak berdaya (Week dan Gacson, 1982
dikutip oleh Friedman, 1988) mereka juga menerangkan bahwa korban memperoleh banyak
kekuasaan palsu dalam keluarga. Kekuasaan yang tidak berdaya mungkin sangat efektif dalam
keluarga dimana salah satu anggotanya kronis, cacat, lansia. Seorang suami / istri / anggota
keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas dasar ketidakberdayaan (Friedman,
1988)

3. Kekuasaan referen

Kekuasaan referen mempunyai arti senacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu
terhadap orang lain karena identitas positif terhadap seperti identifikasi positif dari seorang anak
terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi model peran
(Friedman, 1988)

4. Kekuasaan ahli dan sumber

Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumber-sumber berharga
dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuasaan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menekan atau mempengaruhi sumber-sumber atau atribut-atribut tertentu,
suasana, pemilikan dipandang sebagai determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978)
dikutip oleh Friedman, 1988
Misalnya suami dominant karena ia mengontrol uang belanja / istri dominan karena istri lebih
praktis dan lebih terarah pada tujuan suami

4.Kekuasaan penghargaan

Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan
dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988)

5.Kekuasaan dominasi atau paksaan

Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber ker\kuasaan ini berdasarkan persepsi dan
kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum dengan
ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan
keputusan paksa pula (Friedman, 1988)

6.Kekuasaan informasional
Dasar kekuasaan ini berasal dari pesan persuasif. Seorang anak individu diyakinkan oleh
kebenaran dari pesan karena penjelasannya tentang pentingnya perubahan yang dilakukan secara
gemilang dan hati-hati (Roven, et, al, 1975 dikutip oleh Friedman, 1988). Tipe kekuasaan ini
sama dengan kekuasaan ahli tapi ruang lingkupnya sempit.

7.Kekuasaan manajemen ketegangan

Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari control dimana dicapai oleh pasangan dengan
mengoreksi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga dengan menggunakan perdebatan
penuh air mata, mencabit dan ketidak pastian dalam memasukkan, contoh kekuasaan manajemen
ketegangan (Friedman, 1988)

3. TIPE KELUARGA

Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu
supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami
tipe keluarga yang ada..

i.Tradisional
The Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan
diri.
The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya
yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti
nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya
melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat
”weekend”
Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon,dll)
Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati)

ii.Non-Tradisional
The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan
membesarkan anak.
Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara,
pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional
dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

4. TAHAP DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988), memformulasikan tahap-tahap
perkembangan keluarga menjadi 8 tahap yaitu :

a.Tahap I : Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru

Tugas perkembangannya meliputi :


1.Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2.Membangun jaringan persaudaraan yang harmonis
3.Keluarga berencana

Masalah kesehatan utama adalah penyelesaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan
konseling, pre natal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah
emosional dan seksual, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan dan
penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.

b.Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang penting.
1.Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru
kedalam keluarga)
2.Konsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan anggota keluarga
3.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4.Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek
dan nenek

Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan utma keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternasi yang berpust
pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengenalan dan pegangan masalah-masalah kesehatan
fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak keluarga berencana, interaksi keluarga
dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

Pada tahap kedua ini, peran perawat memberikan konseling dan demonstrasi pada keluarga
tentang kebutuhan nutrisi anak.

c.Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun. Keluarga mungkin terdiri 3 hingga 5 orang dengan pasti suami / ayah, istri / ibu, anak
laki-laki saudara, anak perempuan saudari.

Tugas perkembangan

Menurut Duval Miller (1985) dikutip oleh Friedman (1988) tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah :
1.Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain privasi, keamanan.
2.Mensosialisasikan anak
3.Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4.Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan, hubungan
orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunikasi)

Karena daya tahan spesifik terhadap banyaknya bakteri dan penyakit virus, serta paparan yang
mengikat, anak-anak pra sekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi primer
secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular serta kerentanan umum
merreka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah utama.
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak
dan jatuh, luka baker, keracunan, serta kecelakaan-kecelakaan lain yang penting adalah
persaingan diantara kakak dan adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan. Masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan (disiplin), penganiayaan
dan menelantarkan anak keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga (Friedman, 1988).
Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga terhadap anak
usia pra sekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuha kembang anak dan memotifasi
keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.
d.Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun

Tugas Perkembangan

1.Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan


hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3.Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

Akibat perkembangan anak meluas, pengaruh keluarga berubah, orang tua tidak lagi dipandang
sebagai hal pokok, tahu segalanya. Anak dan khususnya remaja, belajar bahwa orang tua adalah
manusia biasa yang kadang nilai orang tua dan ide-idenya dipertanyakan, serta konflik lebih
tinggi antara anak dengan orang tua. Meskipun terjadi konfrontasi bagaimanapun anak masih
membutuhkan kasih sayang dan dorongan orang tua, dimana nilai-nilai orang tua, ide-ide dan
harapan-harapan akan membantu remaja membentuk diri mereka sendiri (Friedman 1998)

Masalah Kesehatan

Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) dikutip oleh Friedman (1998) penyebab angka kematian
anak sekolah :

1.Kecelakaan dan injury

Penyebab utama kematian pada anak usia sekolah yaitu : kecelakaan kendaraan bermotor, skate
board, sepeda

2.Kanker

Anak usi 1-4 tahun terkena sering kanker terutama leukemia, tindakan yang dilakukan adalah
pemeriksaan dini riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

3.Bunuh diri

Anak yang bunuh diri biasanya berada dalam lingkungan social yang buruk dan mempunyai
masalah dalam keluarga, serta gangguan psikiatrik.
Peran perawat dalam tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan
anak baik didalam maupun diluar rumah.

e.Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini
akan berlangsung 6 himgga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau
20 tahun (Duval,1 977 dikutp oleh Friedman, 1998)

Tugas Perkembangan

Menurut Friedman (1998 : 126) tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yaitu :

1.Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja
2.Memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1998 dikutip oleh Friedman, 1998)
3.Melakukan komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja
4.Mempertahankan standar etik dan moral keluarga

f.Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase khidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini agak singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal setelah tamat sekolah.

Tugas Perkembangan

1.Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru


2.Melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali
3.Membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri

Masalah Kesehatan

Masalah utama kesehatan utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda dengan orang
tua mereka, masalah transisi peran bagi suami istri, masalah orang yang memberikan perawatan
(bagi orang tua usia lanjut) dan munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang
berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan hipertensi.

g.Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian.

Tugas Perkembangan

1.Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan


2.Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak
3.Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan

1.Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutreisi
yang baik, program olah raga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang
optimum, berhenti merokok, berhenti / menghentikan penggunaan alcohol, pemeriksaan
skrinning kesehatan preventiv
2.Masalah-masalah hubungan perkawinan
3.Komunikasi dan hubungan anak-anak, ipar, cucu, dan orang tua yang berusia lanjut
4.Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut
usia yang tidak mampu merawat diri

h.Tahap VIII : Keluarga dalam usia pension dan lansia

Tugas keluarga

1.Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2.Menyesuaikan terhadap penghasilan yang menurun
3.Mempertahankan hubungan perkawinan
4.Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5.Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6.Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (Penelaahan dan integrasi hidup)

Masalah Kesehatan

Faktor-faktor seperti munculnya fungsi dan kekuatan fisik sumber-sumber financial yang tidak
memadai, isolasi sosial, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukkan
ketentraman psikologi (Kelley et al, 1997 dikutip oleh Friedman 1998), oleh karena itu terdapat
masalah-masalah kesehatan yang bersifat multiple.
Peran perawat pada tahap ini diantaranyan memberikan konseling pada keluarga tentang
persiapan pelepasan orang yang dicintai.

DAFTAR PUSTAKA

Citra D ,Agus. 2002. Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,


Bandung : Rizqi Press
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Perawatan Masyarakat (Edisi 2). Jakarta ; EGC.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Friedman, M, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa ;


Ina Debora dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek.


Jakarta ; EGC
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 20:47 0 komentar
Reaksi: 
A.NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif lainnya.
Adapun pengertian dari NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) Ada banyak istilah yang
dipakai untuk menunjukkan penyalahgunaan zatzat berbahaya. Penggunaan NAPZA berlanjut
akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan/atau psikologis serta kerusakan pada sistem
syaraf dan organ-organ otonom. NAPZA terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural)
maupun yang sintetik (buatan). Bahan alamiah terdiri atas tumbuh-tumbuhan dan tanaman,
sedangkan yang buatan berasal dari bahan-bahan kimiawi.
I.Narkotika
Pengertian umum
NARKOTIKA: zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan candu/kokaina atau
turunannya dan padanannya - digunakan secara medis atau disalahgunakan - yang mempunyai
efek psikoaktif.
Pengertian menurut UU
Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut :
Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : heroin, kokain dan ganja.
Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, petidin, turunan/garam dalam golongan
tersebut.
Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan Contoh : kodein, garam-garam narkotika dalam golongan
tersebut
II.Alkohol
ALKOHOL : zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi
menekan syaraf pusat

III.Psikotropika

Pengertian umum

PSIKOTROPIKA: adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi
kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang). Menurut UU no.5/1997 Psikotropik meliputi : Ecxtacy, shabu-
shabu, LSD, obat penenang/tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Sementara PSIKOAKTIVA
adalah istilah yang secara umum digunakan untuk menyebut semua zat yang mempunyai
komposisi kimiawi berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan,
pikiran, persepsi, kesadaran.

Pengertian menurut UU

Menurut Undang-undang RI No. 5/1997 tentang Psikotropika : psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contoh : MDMA, ekstasi, LSD, ST
Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : amfetamin, fensiklidin, sekobarbital,
metakualon, metilfenidat (ritalin).
Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : fenobarbital, flunitrazepam.
Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam,
klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam (BK,DUM,MG)
IV.Zat Adiktif

ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat solvent
termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya karena bisa
mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).

B.Jenis – jenis NAPZA


a. Berdasarkan bahan pembentuknya
1. Natural
diambil dari tanaman seperti ganja, candu, kokaina, jamur, kaktus, tembakau, kopi, pinang, sirih,
dll.
2. Sintesis
dibuat dari bahan kimia farmasi atau dicampur dengan bahan alamiah seperti: amphetamin,
kodein, lem dll.
  b. Berdasarkan efek kerja

1. Merangsang
yaitu jenis Napza yang mampu memacu kerja jantung, memompa paru-paru dengan lebih giat
dan mengaktifkan berbagai hormon transmitter di dalam otak sehingga menyebabkan rasa segar
dan bersemangat.
2. Menekan
yaitu jenis Napza yang mampu memperlambat jantung dan denyut nadi, memperlambat kerja
paru-paru dan mengurangi transmitter pada otak sehingga menyebabkan rasa mengantuk atau
rasa tenang
3. Mengacaukan
yaitu jenis Napza yang mampu mempengaruhi kinerja Susunan Saraf Pusat, Otak dan Tulang
Belakang sehingga mampu menyebabkan halusinasi, melihat dan merasakan realitas palsu.
 
c. berdasarkan cara penggunaan
dimasukan dalam mulut (Oral)
disuntikan ke dalam tubuh (Injeksi)
diletakan di dalam luka dihisap (sniffed)/hirup (inhaled)
dimasukan melalui anus (Insersi anal)
d. berdasarkan bentuk

Cairan
Pasta
Pil/kapsul
Kristal/blok
Bubuk
Gas
Lapisan kertas (impregnated paper)

Contoh NAPZA berdasarkan bentuk


1.Opioda/Opiat,
yaitu zat baik yang alamiah, semi sintetik maupun sintetik yang diambil dari pohon poppy
(papaver somniferum). Opiat (narkotika) merupakan kelompok obat yang bersifat menenangkan
saraf dan mengurangi rasa sakit.
Turunan Opioda/opiat adalah:
a.Opium yang diambil dari getah pohon poppy yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi
serbuk /bubuk berwarna putih
b.Morfin dibuat dari hasil percampuran antara getah pohon poppy (opium) dengan bahan kimia
lain. Jadi semi sintetik. Dalam dunia kedokteran, zat ini dipakai untuk mengurangi rasa sakit.
Tetapi karena efeknya yang negatif, maka penggunaannya diganti dengan obat-obatan sintetik.
Morfin digunakan dalam pengobatan medis karena dapat menawarkan rasa nyeri, dapat
menurunkan tekanan darah, dapat menimbulkan efek tidur. Pengaruh fisik morfin adalah mual,
mengecilnya pupil mata, beratnya rasa kaki, gatal-gatal pada muka dan hidung, seringnya
menguap, panas pada perut, berkeringat, berkurangnya pernafasan, merinding, dan menurunnya
suhu badan. Efek psikologis yang terasa adalah mengantuk, terganggunya fungsi mental,
berkurangnya nafsu makan dan seks, apatis, dan sulit berkonsentrasi. Morfin juga
menghilangkan rasa cemas dan takut.
c.Heroin diambil dari morfin melalui suatu proses kimiawi. Heroin tidak dipakai di dunia
kedokteran karena menimbulkan efek ketergantungan yang sangat berat, dan kekuatannya jauh
lebih besar daripada morfin. Jumlah yang sedikit saja sudah menimbulkan efek. Heroin biasa
berbentuk bubuk berwarna agak kecoklatan. Turunan heroin yang sekarang banyak dipakai
adalah Putaw yang mengakibatkan ketergantungan sangat berat bagi pemakainya. Heroin
biasanya digunakan dengan cara menyuntik melalui pembuluh darah (berbeda dengan morfin)
karena efeknya jauh lebih cepat terasa dan lebih lama tertahan. Ada pula yang menggunakannya
dengan cara menghirup lewat hidung. Seperti morfin, heroin dapat mengurangi rasa sakit,
mengurangi kecemasan , menenangkan dan memberikan rasa aman. Seperti opiat lainnya, heroin
menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis.
Heroin / Putauw adalah obat yang sangat keras dengan zat adiktif yang tinggi berbentuk serbuk,
tepung, atau cairan. Heroin "menjerat" pemakainya dengan cepat, baik secara fisik maupun
mental, sehingga usaha mengurangi pemakaiannya menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang
luar biasa
Gejala-gejala yang muncul dalam usaha berhenti memakai heroin berupa rasa sakit disertai
kejang-kejang, kram di perut disertai rasa seperti akan pingsan, menggigil dan muntah-muntah,
keluar ingus, mata berair, tidak ada nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh
Salah satu jenis heroin yang popular adalah "putauw" yaitu heroin dengan kadar lebih rendah
(heroin kelas lima atau enam) yang berwarna putih. Jenis heroin ini dikenal dengan berbagai
nama : putauw, putih, bedak, PT, white, etep, dll
2.Kodein dan berbagai turunan morfin.
Kodein banyak dipakai dalam dunia kedokteran antara lain untuk menekan batuk (antitusif) dan
penghilang rasa sakit (analgetik). Karena efeknya bisa mengakibatkan ketergantungan maka
penggunaan obat-obatan ini masih diawasi oleh lembaga-lembaga kesehatan. 5. Metadon, jenis
opiat sintetika, dengan kekuatan seperti morfin, tetapi gejala putus obat tidak sehebat morfin,
sehingga metadon digunakan dalam pengobatan pecandu morfin, heroin, dan opiat lainnya
3.Alkohol,
Adalah cairan yang mengandung zat Ethylalkohol. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena
mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun
perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan,
walaupun juga dapat merangsang.
Alkohol mempengaruhi sistem syaraf pusat sedemikian rupa sehingga kontrol perilaku
berkurang. Efek alcohol tidak sama pada semua orang, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor
fisik, mental, dan lingkungan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa bahaya alkohol jauh
lebih besar daripada obat lainnya. Hal ini ada benarnya juga, karena dibandingkan obat-obatan
lain alkohol mempunyai sifat sebagai berikut: merangsang, menenangkan, menghilangkan rasa
sakit, membius, membuat gembira. Apabila ketergantungan sudah terjadi, keadaan ini secara
lebih khusus disebut alkoholisme Menurut beberapa ahli, alkohol merupakan zat psikoaktif yang
paling berbahaya.
4.Sedativa
Adalah zat yang dapat mengurangi fungsi sistem syaraf pusat. Sedativa dapat menimbulkan rasa
santai dan menyebabkan ngantuk (sering disebut obat tidur). Biasanya sedativa digunakan untuk
mengurangi stress atau sulit tidur. Karena toleransi dan ketergantungan fisik, maka gejala putus
obat bias jauh lebih hebat daripada putus obat dengan opiat. Zatzat ini juga mudah membuat
ketergantungan psikologis. Secara farmokologi sedativa dapat dibedakan antara barbiturat dan
bukan barbiturat. Barbiturat adalah jenis obat sintetik yang digunakan untuk membuat orang
tidur, mengurangi rasa cemas, dan mengontrol kekejangan, mengurangi tekanan darah tinggi.
Beberapa jenis barbiturat yang sering disalahgunakan adalah: Dumolid, Rohypnol, Magadon,
Sedatin, Veronal, Luminal. Nonnarbiturat, contohnya Methaqualone yang berbentuk pil putih
(misalnya Mandrax/MX). Sedativa bias mengakibatkan koma bahkan kematian bila dipakai
melebihi takaran.

5.Trankuiliser
Merupakan obat penenang mula-mula dibuat untuk menenangkan orang tanpa membuat orang
tidur, sebagai pengganti berbiturat yang dianggap menimbulkan efek samping. Dalam bahasa
sehari-hari obat ini disebut sebagai obat penenang untuk menghilangkan kecemasan tanpa
menimbulkan rasa ingin tidur. Trankuiliser Mayor antara lain digunakan untuk mengobati orang
sakit jiwa agar dapat menenangkan (contoh : largactil, serenal, laponex, stelazine) . Trankuiliser
Minor digunakan untuk mengurangi kecemasan dan memberikan ketenangan pada orang yang
menderita stress, gangguan neurosa atau gangguan psikosomatis. Secara farmakologi, ada 3
kelompok trankuiliser mayor, yaitu benzodiazepin, meprobamate, dan antihistamin. Golongan
benzodiazepin termasuk golongan yang paling banyak disalahgunakan (contoh : Activan,
Mentalium, Diazepin, Frisium, Sedatin (BK), Lexotan, Valium). Dibandingkan sedativa,
trankuiliser dianggap kurang berbahaya, tetapi bila dicampur dengan alkohol, akan sangat
berbahaya.

6.Kafein,
Merupakan zat yang dapat ditemukan pada kopi, teh, coklat dan minuman soda (seperti coca
cola). Dalam dosis rendah kafein tidak berbahaya melainkan dapat menyegarkan. Tetapi dalam
dosis tinggi, kafein dapat menyebabkan gugup, tidak dapat tidur, gemetar, naiknya kadar gula
dalam darah, koordinasi hilang, nafsu makan berkurang, bahkan bisa keracunan. Efek kafein,
seperti juga pada obat-obatan lainnya, akan sangat tergantung pada jumlah pemakaian dan
individunya.

7.Kokain,
adalah zat perangsang berupa bubuk kristal putih yang disuling dari daun coca (Erythroxylon
coca) yang tumbuh di pegunungan Amerika Tengah dan Selatan. Seperti juga amphetamin,
kokaina merupakan stimulan/merangsang sistem saraf pusat sehingga pengguna merasa enak dan
bergelora. Karena efek yang timbul relatif singkat, dan setelah perasaan bergelora hilang, orang
akan menggunakannya lagi untuk menghilangkan rasa tidak enak. Penggunaan secara kronis
dapat menimbulkan gangguan pencernaan, mual, hilangnya nafsu makan, berkurangnya berat
badan, sulit tidur, dan waham atau halusinasi ringan. Bila kokaina disedot lewat hidung, juga
timbul kerusakan pada tulang hidung. Kokain adalah obat yang sangat berbahaya dan
menimbulkan ketergantungan psikologis yang besar.
8. Amphetamin,
adalah zat sintetik yang menyerupai kokain, berbentuk pil, kapsul atau tepung. Amphetamin
adalah zat perangsang yang digunakan untuk mengubah suasana hati, meningkatkan semangat,
mengurangi kelelahan dan rasa ngantuk, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi berat
badan. Tetapi karena dosis pemakaian akan terus bertambah, maka obat ini tidak dipakai lagi
dalam program diet. Bagi orang yang menyalahgunakan obat ini, efeknya adalah memperoleh
energi serta semangat tinggi serta pada saat sedang intoksikasi. Jenis-jenis amphetamin antara
lain: Dexedrine, Laroxyl, Reactivan. Amphetamin meningkatkan detak jantung, tekanan darah,
dan pernafasan, serta mengurangi nafsu makan. Si pemakai dapat berkeringat, mulutnya kering,
mengantuk, dan cemas. Dosis tinggi menyebabkan seseorang merinding, pucat, gemetar,
kehilangan koordinasi, dan pingsan. Suntikan amphetamin dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara mendadak sehingga mengakibatkan stroke, demam tinggi, atau jantung lemah.
Banyak orang merasa tergantung kepada amphetamin secara psikologis, sedangkan
ketergantungan fisik tidak terlampau hebat.

9. MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine)


MDMA terkenal dengan sebutan Ecstasy sangat popular di kalangan anak muda. Sayangnya,
mitos sudah berkembang bahwa obat ini aman, padahal tidaklah demikian kenyataannya.
Penelitian di Amerika menemukan bahwa obat ini sangat berbahaya karena merusak sistem kerja
otak dan jantung. MDMA, adalah zat turunan amphetamine yang memiliki sifat merangsang SSP
(stimulant) maupun mengupah persepsi (hallucinogen). Obat ini berbentuk tablet dan digunakan
melalui cara ditelan. Berbagai tablet yang disebut Ecstasy seringkali tidak hanya mengandung
zat MDMA, tetapi campuran dari berbagai zat lain seperti methamphetamine, caffeine,
dextromethorphan, ephedrine, and cocaine. Dampak penyalahgunaan MDMA sangat berat.
MDMA bekerja di otak. Serupa dengan amphetamines lainnya, MDMA meningkatkan aktifitas
di otak yang justru menghambat fungsi-fungsi otak yang seharusnya. Penelitian membuktikan
bahwa MDMA juga berdampak sangat buruk terhadap system kerja jantung (cardiovascular
sistim) dan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Karena penggunaan MDMA seringkali
dihubungkan dengan kegiatan fisik yang tinggi dan lama (dansa misalnya), maka dampaknya
paling besar terhadap sistem kerja jantung. Akibat jangka panjang penyalahgunaan MDMA
adalah kerusakan otak, gangguan jiwa (psychiatric) seperti : gelisah, paranoid, tidak bisa tidur,
dan gangguan daya ingat.

10.Ecstacy (MDMA)
Zat psikotropika dan biasanya diproduksi secara illegal di dalam laboratorium dan dibuat dalam
bentuk tablet atau kapsul. Ecstacy mendorong tubuh bekerja di luar batas kemampuan fisik
sehingga tubuh bisa kehilangan cairan tubuh. Pengguna bisa meninggal karena kekurangan
cairan tubuh atau terlalu banyak minum karena kehausan.
Efek yang ditimbulkan oleh penggunaan ecstacy : diare, rasa haus berlebihan, hiperaktif, sakit
kepala dan pusing, menggigil tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai
muntah-muntah, hilang nafsu makan. Ecstacy dikenal dengan istilah : inex, I, kancing, dll.

11.Methamphetamine,
adalah stimulan yang sangat kuat mempengaruhi sistem syaraf pusat. Obat ini dikelompokkan
sebagai psycho-stimulan seperti amphetamin dan kokain yang sering disalahgunakan. Obat ini
dibuat dari berbagai zat sintetis dalam bentuk serbuk putih, bening dan tak berbau yang dihirup
dan disuntikan. Karena bentuknya yang bening maka ia disebut Ice atau kristal.
Methamphetamin merupakan turunan amphetamin dan karenanya dalam hal kandungan zat dan
efek terhadap pengguna hampir sama yaitu menyebabkan aktivitas tinggi dan mengurangi nafsu
makan. Penyalahgunaannya dilakukan karena obat ini merangsang kegairahan dan kegembiraan
(euphoria).
Penyalahgunaan methamphetamin dapat mengakibatkan ketergantungan yang selanjutnya
menyebabkan berbagai gangguan pada jantung, stroke, tingginya suhu badan, dan juga kematian
pada kasus over-dosis.

12.Shabu-shabu (salah satu jenis Methamphetamine)


Berbentuk kristal, tidak berbau dan tidak berwarna. Karena itu diberi nama "Ïce" . Ice adalah
julukan untuk methamphetamine. Ice memiliki efek yang sangat kuat pada jaringan syaraf.
Pengguna ice akan menjadi tergantung secara mental pada obat ini. Pemakaian yang lama dapat
menyebabkan peradangan pada otot hati, bahkan kematian.
Efek yang ditimbulkan pada pengguna Ice : penurunan berat badan, impotensi, sawan yang
parah, halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, bahkan kematian. Ice
dikenal dengan istilah : shabu-shabu, kristal, ubas, ss. Mecin, dll.

13.Tembakau
Berasal dari tanaman Nicotania tabacum. Nikotin bersifat merangsang jantung dan sistem saraf.
Pada saat tembakau diisap, detak jantung bertambah dan tekanan darah naik akibat nikotin itu.
Tetapi bagi para perokok berat, merokok dapat bersifat menenangkan. Zat lain adalah tar yang
mengandung unsur penyebab kanker dan gangguan pernafasan. Sedangkan zat lainnya adalah
karbon monoksida dalam asap yang sangat berbahaya. Zat ini mengurangi kemampuan badan
membawa oksigen menuju jaringan tubuh dan dapat menimbulkan arterioklerosis (mengerasnya
pembuluh). Pengaruh jangka panjang adalah gangguan pada paru-paru dan jantung. Toleransi
dapat muncul dan rokok dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikologis, walaupun
tidak sehebat zat psikoaktif lainnya. Gejala ketagihan berupa pusing, gelisah, cemas, sulit tidur,
gemetar atau lelah.

14. LSD (Lysergie Diethylamide Acid)


yaitu obat yang sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. LSD dijual dalam bentuk
pil, kapsul, atau cairan, dan digunakan dengan cara dimakan/diminum maupun disuntikkan.
Gejala intoksikasi yang timbul antara lain: perubahan panca indera, pupil melebar, denyut
jantung cepat, berkeringat, berdebar, pandangan kabur, gemetar, gangguan koordinasi motorik,
kecemasan, serta gangguan daya penilaian realita. LSD seperti juga halusinogen lainnya tidak
menimbulkan ketergantungan fisik, tetapi psikologis.

15.Jamur Psilosibina dan psilosuna


Jamur Psilosibina dan psilosuna reaksinya hampir sama seperti LSD, yakni timbulnya warna-
warni, bentuk, dan halusinasi, apalagi bila dosisnya besar. Efek fisik : santai pada tubuh, kaki
dan perut dingin, pupil mata mengecil. Ada yang berpendapat bahwa jamur mempunyai efek
yang lebih hebat secara visual dibandingkan halusinogen lainnya.

16.Meskalina
yaitu zat psikoaktif yang terdapat dalam kaktus peyota dan berefek halusinasi.

17. Inhalansia
yaitu zat kimiawi yang ada dalam pelarut yang mudah menguap, antara lain : Bahan cair/pelarut
(lem sejenis uhu, penghilang cat kuku , gas korek api, bensin, spidol, minyak cat; Bahan semprot
(pembasmi nyamuk, pewangi ruangan, cat, hairspray); Obat bius (eter, chloroform).
Pemakaiannya dengan dihirup atau disedot melalui hidung agar timbul efek melayang. Pengaruh
langsung dari inhalansia adalah pusing-pusing, bersin, batuk, hidung berdarah, merasa lelah,
hilangnya koordinasi, hilangnya nafsu makan, detak jantung dan pernafasan berkurang. Pengaruh
lainnya adalah gangguan penglihatan, bicara cadel, mata berair. Penggunaan inhalansia secara
terus-menerus dapat merusak liver, ginjal, darah, sumsum tulang. Secara psikologis
menyebabkan : lupa, sukar berpikir, perasaan tertekan, sikap bermusuhan, dan sikap curiga
(waham).
Inhalansia merupakan zat yang berbahaya sekali karena dapat menimbulkan kelemahan jantung,
merusak otak, dan kematian mendadak. Kematian bahkan bisa timbul pada waktu pertama kali
mencoba inhalant. Inhalansia menimbulkan toleransi tinggi, sehingga orang perlu menghirup
lebih banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Ketergantungan fisik bisa timbul, tetapi lebih
kuat ketergantungan psikologis.

18.Ganja / Cannabis
Ganja atau Cannabis sativa, adalah tanaman sejenis rumput yang antara lain mengandung zat
kimia 9 tetrahidrocannabinol (delta - 9 - THC) atau lebih sering dikenal sebagai THC yaitu zat
psikoaktif yang mempengaruhi perasaan dan penglihatan serta pendengaran. Saat pertama kali
orang mengisap ganja, reaksi juga akan berbeda-beda tergantung kekuatan THC serta dosis yang
dipakai. Ada yang tidak merasakan reaksi apa-apa, tetapi ada pula yang mendapatkan perasaan
aneh atau takut.
Ganja menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam jangka
waktu yang lama. Bila seseorang terus-menerus mengisap ganja, maka lama-kelamaan timbul
kerusakan seperti bronchitis, sinusitis, emphysema, dan pharingitis. Efek-efek yang ditimbulkan
adalah antara lain hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panik, depresi, kebingungan atau halusinasi . Gejala
psikologis: hilang semangat, menurunnya prestasi sekolah dan prestasi olahraga, cepat
berubahnya suasana hati, sulit berkonsentrasi, hilang ingatan jangka pendek. Ganja atau cannabis
juga dikenal dengan istilah : Marijuana, gele, cimeng, hash, kangkung, oyen, ikat, bang, labang,
rumput atau grass, dll.
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 20:33 0 komentar
Reaksi: 

Senin, 12 April 2010


LANJUT USIA

1.    Pengertian.
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada dasar kehidupan
manusia( Keliat,1999)Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.13 tahun1998 tentang
kesehatan disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran fisik, kognitif, orientasi, serta tidak mudah
menerima hal baru.
Penuaan menurut  Depkes.RI ( dalam Maryam, et all., 2008 ) adalah suatu proses alami yang
tidak dapat dihindari berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan yang menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Lansia dapat diklasifikasikan menjadi lima dalam
Maryam,et all ( 2008),yaitu sebagai berikut:
a.    Pralansia, sesorang yang berusi antara 45 – 59 tahun.
b.    Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.    Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d.    Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan
barang atau jasa.
e.    Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada orang lain.

2.    Teori penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan penuaan dalam Maryam,et all, 2008 yaitu:
a.    Teori – teori biologi
1)    Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies- spesies tertentu.  Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau DNA
dan setiap sel pada saatnya akan  mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin ( terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). Pada Teori ini terkenal
dengan pemakaian dan  rusak  yang  terjadi  karena  kelebihan usaha dan stres sehingga
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).

2)    Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)


Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
3)    Teori “immunology slow virus”
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
4)    Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh lelah terpakai.
5)    Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
6)    Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
7)    Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut
mati.
b.    Teori kejiwaan sosial
1)    Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial. Ada beberapa pokok-pokok teori aktifitas yaitu; moral dan kepuasan berkaitan
dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat, kehilangan peran
akan menghilangkan kepuasan seseorang lansia.
2)    Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
3)    Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni : kehilangan peran, hambatan kontak social, berkurangnya kontak
komitmen.
4)    Teori perkembangan.
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang dialami lansia pada saat muda hingga
dewasa  dan teori ini menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu  tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif atau
negatif.
5)    Teori Stratifikasi Usia.
Pokok dari teori ini adalah arti usia dan posisi dalam kelompok usia bagi masyarakat, terdapat
transisi yang dialami kelommpok, terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara
penduduk.
6)    Teori Spiritual.
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan
alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (2008).  Lansia masa kini dan masa
mendatang.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://www.menkokesra.go.id/content/view/2933/98/ .
 Maryam,et all. (2008).  Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho,W. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Nursasi,A.Y. (2002).  Hubungan antara koping lansia terhadap penurunan fungsi gerak di
Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Jakata Timur. Diakses tanggal 16 November 
2008 dari http://.digilib.ui.edu/opac/themes/libriz/abstrak.jsp?id=769199&lokasi=lokal .
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 21:57 0 komentar
Label: kEPERAWATAN GERONTIK
Reaksi: 
KOPING

1.    Pengertian   
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri
dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam ( Mustikasari, 2008,
Keliat,1998).
    Sedangkan menurut Rasmun (2004), koping adalah respon individu terhadap situasi yang
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
    Koping merupakan suatu proses pengolahan tuntutan eksternal dan internal yang dinilai
sebagai beban atau melebihi sumber yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini koping merupakan
proses penyelesaian masalah menurut Lazarus & Folkman 1984 (dalam Hamid,1997).
    Koping adalah respon terhadap ketegangan eksternal yang berfungsi mencegah menghindari
tekanan emosional.( Pearlin & Schooler 1978 dalam Hamid, 1997 ).
    Koping merujuk pada pengatasan suatu situasi yang menimbulkan ancaman terhadap individu
sehingga mengatasi perasaan tidak nyaman seperti ansietas, rasa takut, berduka dan bersedih
(Millern,1983 dalam Hamid,1997 ).

2.    Jenis Koping


Menurut Rasmun, ( 2004 ) dan Mustikasari, ( 2008 ) jenis koping ada dua yaitu:
1.    Koping Psikologis
    Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologi tergantung pada dua faktor
yaitu:
a.    bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stresor, artinya seberapa besar
ancaman yang dirasakan individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
b.    keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya dalam menghadapi stresor
jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu
pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik
maupun psikologis.
2.    Koping psikososial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang dihadapi oleh klien, menurut
Stuart dan Sundeen (1991), mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping yang dapat
digunakan untuk mengatasi stres dan kecemasan;
a.    Reaksi yang berorientasi pada tugas, cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah
konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas
yaitu;
1)    Perilaku menyerang ( Fight )
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan
integritas pribadinya dan perilaku yang ditunjukkan dapat berupa konstruktif maupun destruktif.
2)    Perilaku Menarik Diri ( Withdrawl )
Individu menunjukan perilaku pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik
dan psikologik meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor.
3)    Kompromi
Kompromi merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan
masalah yang dilakukan dengan bermusyawarah atau negoisasi.
b.    Reaksi yang berorientasi pada Ego.
Reaksi ini digunakan oleh individu dalam menghadapi stres  atau kecemasan sehingga dapat
mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
gangguan orientasi realita dengan memburuknya hubungan interpersonal dan produktifitas kerja.
Adapun mekanisme pertahanan diri yang bersumber dari ego yaitu;
1)    Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan atau kelebihan yang dimilikinya.
2)    Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa
pada dirinya. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
3)    Mengalihkan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral
atau lebih sedikit mengancam dirinya.
4)    Disosiasi
Kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya.

5)    Identifikasi (identification)


Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang dia kagumi berupaya dengan mengambil
atau menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6)    Intelektualisasi (intelectualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang tidak
menyenangkan.
7)    Introjeksi (introjection)
Perilaku dimana individu menyatukan nilai orang lain atau kelompok kedalam dirinya.
8)    Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau
berjangka lama.
9)    Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
yang dilakukannya sendiri.
10)    Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk
membenarkan kesalahannya.
11)    Reaksi formasi
Pembentukan sikap dan pola perilaku yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya.

12)    Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf
perkembangan yang lebih dini.
13)     Represi
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan dari kesadaran yang cenderung
memperkuat mekanisme ego lainnya.
14)    Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan
untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
15)    Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16)    Supresi
Menekan perasaan yang menyakitkan ke alam tak sadar sampai dia melupakan peristiwa yang
menyakitkan itu.
17)    Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari  tindakan atau 
perilaku atau komunikasi sebelumnya  merupakan mekanisme pertahanan primitif.

3.    Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping

a.    Kesehatan Fisik.


Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu
dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b.    Keyakinan atau pandangan positif.
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib
(eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan
(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping tipe : problem-solving
focused coping.
c.    Keterampilan Memecahkan masalah.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d.    Keterampilan sosial.
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-
cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

Daftar pustaka

Anonim 2. (2008).  Konsep koping. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari


http://drakbar.wordpress.com/2008/01/31/hemodialisis/. 

Hamid. (1997).  Analisa konsep koping suatu pengantar.  Diakses tanggal 17 Desember 2008
dari www.digilib.ui.edu/file?file=digital/89929-JJKI-I-1-Jan1997-1.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan
(Edisi ke-5). Indonesia: Erlangga.

Henry.I.S & Soemarmono W.S. (1997). Hubungan Antara Perilaku Koping Dengan  Depresi
Pada Lanjut Usia di Panti Wredha Di Yogyakarta. Yogyakarta: Labolatorium RSUP. DR.
Sardjito. Diakses tanggal 24 Oktober 2008.
Ikramal. H. (2007).  Stres, koping dan adaptasi.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://mustikanurse.blogspot.com/2007_02_18_archive.html.

 Mustikasari.  (2006).  Mekanisme koping.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari


http://mustikanurse.blogspot.com/2006/12/mekanisme-koping.html>.

Rini, S. (2008). Modifikasi Perilaku.  Diakses tanggal 23 Januari 2009 dari


http://saptorini.blogspot.com/2008/11/modifikasi-perilaku.html.

Roan.WM. (1998).  Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika


Sugiono.

Stuart & Sunden. (1998).  Principles and practice of  psychiatric nursing sixth edition. St.Louis
Missouri: West Line Industrial Drive.

Rasmun, Skp, M.Kep. (2004).  Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah
keperawatan. Jakarta: CV.Sagung Seto

Syamsudin,S.ST.  (2006).  Depresi Pada Lansia. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=
Laksana Wahyu C.N.S.Kep13 april 2010
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 21:55 0 komentar
Label: Keperawatan jiwa
Reaksi: 

Depresi

 Laksana Wahyu.C.N.S.Kep
13 April 2010

1.     Pengetian
Depresi merupakan suatu perasanan sedih yang disertai dengan perlambatan gerak dan fungsi
tubuh ( Hadi, 2004 ).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan
seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut
dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang  normal (Anonim, 2004 ).
Depresi adalah kecemasan pada banyak cara dan berkesinambungan( Priest,1994 ).
Depresi adalah masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri
(Roan,1998).
Depresi adalah penyakit mental dan emosional umum yang bisa terjadi pada siapa saja
( Bambang,1997).

2.     Jenis Depresi

Menurut Martin ( dalam Hadi, 2004, Budiyanto, 1992, Priest, 1994 ) menyebutkan bahwa ada 3
jenis depresi  yaitu :
a.    Normal Grief Reaction.
Terjadi karena faktor dari luar dirinya yang merupakan bentuk dari reaksi kehilangan sesuatu
atau seseorang.
b.    Endogenous Depresion
Penyebab datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, kimia dalam otak
atau susunan syaraf yang datang secara bertahap.
c.    Neurotic Depresion
Depresi ini terjadi jika depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini
merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun dalam waktu yang lama.

3.    Teori Depresi


Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi
( dalam Anonim 3), yaitu:
a.    Teori Biologi
Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau mal fungsi
beberapa faktor fisiologik yang memungkinkan faktor tersebut.
b.    Pandangan psikodinamika
Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh Sighmund Freud dan Karl Abraham. Keduanya
menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap kehilangan (loss). Freud
dalam bukunya “Mourning and Melancholia” menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal
dan depresi sebagai respon dari kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson
dan Neale, 1997). Pada orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar
biasa dan mengalami kemiskinan ego pada skala yang besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).
c.    Pandangan Behavioral.
Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang ( Lack of Reinforcment )
saling berhubungan satu sama lain. Pandangan Behavioral menjelaskan bahwa orang yang
mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau dengan kata lain lebih
mengalami hukuman (punishment) dari pada orang yang tidak mengalami depresi.
d.    Pandangan humanistik – eksistansial.
Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi utama.
Kehilangan harga diri dapat nyata atau simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status sosial atau
uang. Teori humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan keadaan yang nyata
sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini depresi terjadi jika perbedaan
antara ideal self dan kenyataan terlalu besar.
e.     Pandangan Kognitif.
Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam
penelitian tentang depresi (dalam Susanty, 1997). Hal ini disebabkan karena teori kognitif selama
ini sangat efektif digunakan untuk terapi terhadap depresi. Teori ini menyatakan bahwa
seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya akan menelusuri lebih lanjut bahwa mereka
melakukan interpretasi yang salah dan menyimpang dari realita. Salah satu teori kognitif adalah
teori depresi beck (Atkinson, 1991). Teori tersebut menyatakan bahwa seseorang yang mudah
terkena depresi telah mengembangkan sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negatif dan
kritik diri.

4.     Penyebab Depresi

Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang
cenderung menderita  depresi diantaranya:
a.    Faktor biologik, misalnya faktor genetik, perubahan neuro transmitter   atau neuroendokrin,
perubahan struktur otak, vaskular risk factors, dan penyakit kelemahan fisik.
b.    Faktor psikologik, yaitu tipe kepribadian dan relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan,
misalnya berduka kehilangan orang yang dicintai, kesulitan ekonomi, dan perubahan situasi.
c.    Penggunaan obat-obatan tertentu.
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres kehidupan yang nyata ataupun
berarti. Wanita dua kali lebih mudah terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui
dengan jelas. Penelitian jiwa menyebutkan bahwa wanita cenderung memberikan respon
terhadap kesengsaraan dengan cara menarik diri dan menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya,
pria cenderung menolak atau mengalihkannya kedalam berbagai kegiatan. (Dharmono, 2008)

5.     Tanda Dan Gejala Depresi.

    Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat
dikelompokkan sebagai depresi. Namun setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar,
yang memungkinkan suatu  peristiwa atau  perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan 
reaksi yang  berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala utama depresi yaitu efek
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktifitas. Namun gejala-gejala depresi dapat dilihat dari
tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial. Secara lebih jelasnya, akan
diuraikan sebagi berikut :
a.    Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi  yang  kelihatan ini mempunyai  rentangan dan variasi
yang  luas sesuai dengan  berat  ringannya depresi  yang dialami.  Namun secara garis besar ada
beberapa gejala fisik umum yang  relatif  mudah dideteksi.
Gejala itu seperti: gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit), konstipasi,
pusing, makan berlebih, perubahan haid, perubahan berat badan. Pada umumnya, orang yang
mengalami depresi menunjukkan perilaku  yang  pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan
orang lain seperti nonton TV, makan tidur, menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan  perhatian atau pikiran
pada suatu  hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-
hal  prioritas. Oleh  karena  itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin
kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri
agar  tetap  dapat  berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah  sekali  lelah, capai padahal belum
melakukan aktivitas yang berarti, mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri
adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat
letih karena membebani pikiran dan  perasaan  dan orang tersebut harus memikulnya dimana saja
dan kapan saja, suka tidak suka.
b.    Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1)    Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi
negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya
dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan,
lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negative lainnya.
2)    Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya.
Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut
pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya, mereka mudah
tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain  (yang  sebenarnya tidak ada
apa-apa),  mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.
3)    Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di
bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami
depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan
ketidak mampuannya dalam bekerja dan  pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan
kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.
4)    Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka
memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari
kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang
merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
5)    Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa
terbebani berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
6)    Secara umum  tidak  pernah  merasa senang  dalam hidup.
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
c.    Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi 
lingkungan dan  pekerjaan (atau aktifitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan
bereaksi terhadap perilaku orang  yang depresi tersebut yang  pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi
biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini
tidak hanya berbentuk konflik, namun  masalah  lainnya  juga  seperti perasaan minder, malu,
cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk  berkomunikasi secara
normal. Mereka merasa tidak mampu  untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin
hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
( Maryam. et all, 2008, Syamsudin, 2008, Idris, 2008, Hadi, 2004 dan Priest, 1994 )

6.    Rentang Depresi

Rentang depresi dapat digolongkan menjadi 3 menurut PPGDJ-III yaitu


a.    Depresi Ringan, dengan ciri – ciri :
1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi
2)    ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya
3)    tidak boleh ada gejala berat diantaranya
4)    lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu
5)    hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukan.

b.    Depresi sedang, dengan cirri - ciri :


1)    sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan
2)    ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya
3)    lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
4)    menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah
tangga

c.    Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:


1)    Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya :
(a)    semua 3 gejala depresi harus ada,
(b)    ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya dan          beberapa diantaranya harus
berintensitas berat,
(c)    bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.
(d)    episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
(e)    sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2)     Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya:
(a)     episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotic.
(b)     disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas
hal itu. Halusinasi audiotorik (suara) atau olfaktorik (penciuman) biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotorik yang
berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan efek (mood congruent).

7.     Skala Depresi Lansia menurut Beck & Beck.

    Beck memandang individu yang mengalami depresi perasaan dan perilakunya diakibatkan
oleh persepsi negatif mereka dan verbalisme-mereka. Penelusuran literatur yang dilakukan oleh
Beck menemukan konsistensi yang menarik perhatian mengenai depresi, seperti adanya
penurunan mood, kesedihan, pesimisme tentang masa depan, retardasi dan agitasi, sulit
berkonsentrasi, menyalahkan diri sendiri, lamban dalam berpikir serta serangkaian tanda
vegetatif seperti gangguan dalam nafsu makan maupun  gangguan dalam hal tidur. Beck sendiri
membuat simptom-simptom itu menjadi simptom - simptom emosional, kognitif, motivasional
dan vegetatif fisik, yang secara rinci sebagai berikut :
a.    Simptom Emosional
Merupakan perubahan perasaan atau tingkah laku yang merupakan akibat langsung dari keadaan
perasaannya. Dalam mengukur manifestasi emosi, adalah penting untuk menghitung tingkat
mood dan tingkah laku individu. Kondisi berkenaan dengan gejala emosional itu adalah suasana
hati sedih. Suasana hati didefinisikan secara berbeda oleh setiap penderita. Maka dari itu peneliti
harus mengetahui deskripsi dan konotasi dari kata yang digunakan oleh penderita.
 Intensitas deviasi perasaan harus diperhatikan pula sehingga penggunaan kata yang mewakili
durasi harus dipertimbangkan. Penderita juga mempunyai perasaan yang negatif terhadap diri.
Hal ini  mungkin berhubungan dengan perasaan disphoria, tetapi yang cenderung mengarah pada
diri sendiri. Kehilangan kebahagiaan atau kepuasan merupakan suatu proses yang terus
berkembang. Kondisi ini muncul berawal pada aktivitas tertentu dan seiring dengan
perkembangan depresi, kemudian meluas pada berbagai aktivitas lainnya termasuk pelaksanaan
peran yang menjadi tanggung jawabnya. Kehilangan keterlibatan emosi kasih sayang
diwujudkan dengan menurunnya derajat ketertarikan pada aktivitas tertentu atau menurunnya
perhatian terhadap orang  lain. Penderita juga lebih sering menangis, stimulus yang pada keadaan
sebelumnya tidak membuatnya menangis pada saat ini justru menimbulkan tangisan. Tetapi,
pada tahap yang lebih parah, pasien justru tidak dapat menangis lagi meskipun ia
menginginkannya. Hilangnya respon yang menggembirakan dalam arti hilangnya kemampuan
menangkap humor. Humor tidak lagi memberikan kepuasan, semua dilihat secara serius bahkan
dapat menimbulkan respon tersinggung.
b.    Simptom Kognitif
Beck menyatakan manifestasi kognitif yang muncul, antara lain adanya penilaian diri yang
rendah, harapan-harapan yang negatif, menyalahkan dan mengkritik diri sendiri, tidak dapat
memutuskan dan adanya distorsi body image. Adanya penilaian diri yang rendah muncul dengan
adanya harga diri yang rendah. Ia menilai dirinya sebagai seorang yang berkekurangan meskipun
mempunyai hal-hal spesifik yang penting. Penderita depresi mempunyai harapan negatif yang
ditandai dengan munculnya pesimisme yang berhubungan erat dengan rasa ketidak berhargaan.
Mereka mempunyai bayangan buruk dan penolakkan terhadap kemungkinan berbagai perubahan.
Mereka berkeyakinan bahwa kondisi kekurangannya akan berlangsung terus atau akan menjadi 
semakin buruk. Gejala lainnya adalah penyalahan terhadap diri atau memikul tanggung jawab
pada diri sebagai penyebab kesulitan atau masalah yang terjadi. Segala hal yang merugikan
dianggap berasal dari kekurangannya. Bahkan pada kasus yang lebih parah, penderita mungkin
menyalahkan dirinya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan dirinya. Penderita
juga mengalami kesulitan dalam membuat keputusan, bimbang memilih alternatif yang ada atau
keputusannya sering berubah. Keadaan tersebut terjadi disebabkan; pertama penderita
mengantisipasi membuat keputusan yang salah, kedua karena adanya kehilangan kemauan dan
kecenderungan menghindar atau meningkatkan ketergantungan pada lingkungannya.
c.    Simptom Motivasional
Berkaitan dengan hasrat dan ketergugahan penderita yang cenderung regresif. Istilah regresif
dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan, dengan derajat tanggung jawab atau dengan
banyaknya energi yang akan digunakan. Penderita melarikan diri dari aktivitas yang menuntut
peran dewasa dan memilih aktivitas yang lebih memiliki karakteristik peran anak-anak.
Kehilangan motivasi positif, kelumpuhan kemauan, adalah ciri yang menyolok. Untuk
melakukan tugas utama, seperti makan, perawatan diri atau mencari pengobatan merupakan hal
yang berat bagi mereka. Mereka cenderung menghindar dan ingin mengelakkan diri dari pola
yang biasa atau rutin dalam hidupnya. Rutinitas dinilai membosankan, tidak berarti atau
memberatkan. Mereka sangat ingin mendapat bantuan, bimbingan atau arahan dari orang lain.
Lebih parah lagi mereka dapat berkeinginan bunuh diri yang muncul dalam berbagai bentuk. Hal
ini dialami sebagai harapan yang pasif (“Saya harap, saya orang mati “), sebagai harapan aktif 
(“Saya ingin bunuh diri “), atau sebagai pikiran yang berulang, obsesif, tanpa kualitas kemauan
melakukan aktivitas seperti melamun. Harapan ini kadang-kadang menetap, tapi ada juga yang
timbul dan menghilang.

d.    Simptom Gejala Fisik – Vegetatif


Perwujudan gejala vegetatif dan fisik benar-benar dipertimbangkan peneliti sebagai bukti untuk
melihat gangguan otonom atau hypothalamic yang bertanggung jawab terhadap keadaan depresi
(Cambell, 1953. Kraines, 1957). Gejala fisik yang muncul adalah kondisi mudah lelah, hal
tersebut sering dirasakan sebagai fenomena fisik murni dan sebagian menganggap sebagai
kelelahan akibat kehilangan energi. Gejala kehilangan nafsu makan untuk beberapa penderita
bisa merupakan tanda awal dan kembalinya nafsu makan mungkin menjadi tanda pula bahwa
kehidupannya telah kembali. Penderita juga tidur lebih sedikit daripada orang normal dan
terdapat derajat kegelisahan yang menyolok selama semalam. Pada beberapa kasus, mereka juga
kehilangan minat seksual, baik pada diri sendiri maupun terhadap lawan jenis. Model kognitif
depresi berkembang dari observasi-observasi klinis yang sistematis dan pengujian-pengujian
eksperimental yang berulang kali (Beck, 1979). Model kognitif mendalilkan 3 (tiga) konsep
spesifik, yaitu :
1)    Concept of Cognitive Triad
    Cognitive Triad berisi 3 (tiga) pola kognitif utama yang menyebabkan penderita memandang
dirinya, masa depannya dan pengalamannya secara ideosinkretik, yaitu didominasi oleh pola-
pola kognitif yang negatif.

2)    Schemas
    Unsur utama yang kedua dari Model Kognitif berisi konsep skema. Konsep ini digunakan
untuk menjelaskan mengapa penderita depresi mempertahankan penyebab rasa sakit dan sikap
menyalahkan diri walaupun terdapat bukti objektif dari faktor-faktor positif dalam hidupnya.
3)    Cognitive Error
    Pada individu depresi ditemui karakteristik pemikiran yang mencerminkan berbagai
penyimpangan dari kenyataan. Kesalahan sistematik dalam pemikiran penderita menambah
kepercayaan terhadap keakuratan konsep negatifnya walaupun bukti yang sebenarnya sangat
berlawanan (Beck, 1967).

Individu yang mempunyai gabungan sifat dari konsep yang telah dijabarkan diatas, memiliki
predisposisi untuk mengembangkan depresi klinis pada kehidupan selanjutnya. gabungan sifat
dari konsep depresi tersebut dapat menjadi depresi, tergantung pada kondisi yang mampu
mengaktifkan gabungan sifat dari konsep tersebut. Diantaranya adalah :
a)    Stres Yang Spesifik
Kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman traumatic pada masa lalu
dapat menjadi stres kelompok ini. Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres yang spesifik
dikemukakan Beck antara lain situasi yang dapat menurunkan harga diri (ditolak cinta,
kegagalan dalam studi, mendapat PHK, diasingkan keluarga), situasi yang menghambat tujuan
penting atau dilemma yang harus dipecahkan, penyakit, gangguan fisik atau abnormalitas,
kemunduran fisik atau kematian, rangkaian situasi stres yang berulang sehingga mematahkan
toleransi stresnya terhadap situasi tersebut.
b)    Stres Yang Non Spesifik
Individu akan dapat mengembangkan bentuk gangguan psikologis bila dihadapkan pada stres 
yang berlebihan. Misalnya : bencana yang tidak terduga. Tetapi, kadang-kadang depresi tercetus
tidak melalui peristiwa tunggal yang berlebihan melainkan dari serangkaian peristiwa yang
dialami.
c)    Faktor-Faktor Lain
Merupakan faktor yang mampu mengembangkan depresi, di luar dua faktor di atas. Beck
menyebut salah satu faktor itu sebagai ketegangan psikologis, yaitu stimulasinya berlebihan atau
berkepanjangan periodenya. (Iskandarsyah 2006, Saptorini 2008 )

Referensi

Anonim 1. (2004).  Depresi. Diakses tanggal 24 Oktober  2008 dari


http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=260&idktg=5&idobat=&UID=20081019111423222.124.206.2.
Anonim 3.(2008). Teori depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://bowothea.blogspot.comBambang Y.MS. (1997).  Mengatasi depresi. Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama.

Budiyanto. F.X. (1990).  Psikologi populer menghadapi depresi & elasi (Edisi ke-3). Jakarta:
Arcan.

Dharmono, S. (2008).  Depresi dan kualitas hidup pada lanjut usia. Diakses tanggal 24 Oktober
2008 dari http://www.medicastore.com/med/berita.php?id=121&iddtl=&idktg=&idobat.

 Erwin. K.Sp.Kj. (2008). Agar depresi tidak menghampiri.  Diakses tanggal 24 Oktober 2008
dari http://www.pro-vclinic.web.id/articles/agar-depresi-tidak-menghampiri.html.

Hadi.P. (2004).  Depresi & Solusinya.  Yogyakata: Tugu.

Idris.F.  (2007).  Masyarakat Indonesia mengidap depresi. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t38903.html

Keliat, BA. (1998). Penatalaksanaan stress. Jakarta : EGC

Maslim, R. (2001).  Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-II Jakarta:  PT. Nuh Jaya.

Rasmun, Skp, M.Kep. (2004).  Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah
keperawatan. Jakarta: CV.Sagung Seto
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 21:43 0 komentar
Label: Keperawatan jiwa
Reaksi: 

Senin, 05 April 2010


DRESSING INFUS

Terapi Infus adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat
intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering
merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok,
karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar
tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode
efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi
intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam
pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan  pada
beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan
kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh
dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang
dibutuhkan  serta mengatur dan mempertahankan sistem.( Darmawan, 2007)
1.    Tujuan Terapi Infus
Tujuan terapi infus adalah:
a.    Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
b.    Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit
c.    Memperbaiki keseimbangan asam basa
d.    Memberikan tranfusi darah
e.    Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
f.    Membantu pemberian nutrisi parenteral
2.    Indikasi pemberian infus
a.    Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam IV
b.    Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
c.    Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV
d.    Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
e.    Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
f.    Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
g.    Klien yang mendapatkan tranfusi darah
h.    Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur  infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga
untuk memudahkan pemberian obat)
i.    Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infuse.
3.    Kontraindikasi pemberian infus
Infus dikontraindikasikan pada daerah:
a.    Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
b.    Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
c.    Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
d.    Vena yang sklerotik atau bertrombus
e.    Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
f.    Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g.    Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
h.    Lengan yang mengalami luka baker
Dresing infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti balutan/plester  pada area
insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan institusi. Dulu
penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai
72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah pemasangan IV (Roca,et.al. 1998)
4.    Tujuan dressing infuse
a.    Mempertahankan tehnik steril
b.    Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah
c.    Pencegahan/meminimalkan  timbulnya infeksi
d.    Memantau area insersi
5.    Indikasi
a.    Pasien yang dipasang infus lebih dari satu hari
b.    Balutan infus basah atau kotor
Diposkan oleh nUrse L4L4 di 20:56 0 komentar
Reaksi: 
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Entri (Atom)

Pengikut

nature Mengenai Saya

nUrse L4L4
Q adalah seseorang yang simple,
dingin,hehe….es cream kali. Yang
membuatku tetap semangat
menjalani hidup karena Q selalu
mengingat kata-kata ini nieh:
Jalani hidup, raih impianmu, raih
cita – cita, cita cinta, buat semua
impianmu menjadi nyata dan
jadikan yang terbaik ……………
Hal yang paling ingin Q lakukan
saat ini dan selanjutnya adalah
menjadi pribadi yang jauh lebih
baik , ceriaaa dan selalu bisa
menikmati hidup,tidak lupa
mensyukuri tiap karunia Allah
Y.M.E …………
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼  2010 (10)
o ►  Mei (2)
 INFLAMASI / RADANG Jaringan cedera karena infeksi...
 Ditulis 12 September 2009 Alat kontrasepsi peremp...
o ▼  April (8)
 21 April 2010 KONSEP KELUARGA 1.PENGERTIAN a.Sp...
 A.NAPZA NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alk...
 LANJUT USIA
 KOPING
 Depresi
 DRESSING INFUS Terapi Infus adalah tindakan yang d...
 TEKNIK – TEKNIK RELAKSASI UNTUK IBU HAMIL Sejalan...

You might also like