Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 2
Banjarbaru 2010
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa dan telah disetujui sebagai hasil praktikum dari mata kuliah
BATUBARA 1 di Akasemi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2010.
KELOMPOK 7
NAMA NIM
1. Marianto 08.02.0119
2. Maruliansyah 08.02.0074
3. Kodrat Hikmatullah 08.02.0054
4. Nor Riza Rifani 08.02.0068
5. Marten 08.02.0090
6. Ongsai 08.02.0031
7. Sepri Yandi 08.02.0020
8. Sarimah 08.02.0056
9. Ivan Wijaya 08.02.0127
10. Gregorius 08.02.0023
11. Ahmad Jailani 08.02.0014
Mengetahui,
Dosen Batubara 1
Siti Rahayu, St, Mt
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karuniaNya lah penulis bisa menyelesaikan laporan Eksplorasi Geologi Batubara dan Pemetaan (Coal
Geology Eksploration And Mapping Practice), yang dimana penulis juga menyadari bahwa laporan
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Laporan ini merupakan hasil kegiatan Praktek Lapangan yang dilaksanakan pada Lokasi
praktek Eksplorasi Geologi Batubara dan Pemetaan (Coal Geology Eksploration And Mapping
Practice) dilaksanakan pada tanggal 20 – 02 – 2010 terletak di Kampung Baru, Cempaka.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini, khususnya kepada :
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Penulis
ENGKAS HARIANO
DAFTAR TABEL
Halaman
PENDAHULUAN
Salah satu mata kuliah yang berhubungan dengan hal tersebut di atas adalah mata
kuliah batubara I, dimana sesuai dengan kurikulum yang ada, maka setiap mahasiswa
(i) yang mengikuti mata kuliah tersebut di wajibkan untuk mengikuti kegiatan praktek
lapangan yaitu “Eksplorasi Geologi Batubara dan Pemetaan” (Coal Geology
Eksploration And Mapping Practice).
a. Metode Observasi
Metode ini adalah Pengumpulan data-data yang berkenaan dengan kegiatan
secara langsung di lapangan.
c. Metode Dokumenter
Metode ini di fungsikan untuk menambah data-data akurat berupa hasil-
hasil foto-foto pada saat kegiatan berlangsung.
d. Metode Wawancara
Metode dilakukan dengan cara bertanya langsung dengan para sumber yang
memang terkait pada kegiatan tersebut.
Adapun masalah yang di bahas pada Laporan Eksplorasi Geologi Batubara dan
Pemetaan (Coal Geology Eksploration And Mapping Practice), di Kampung Baru,
Cempaka, Propinsi Kalimantan Selatan yaitu hanya membahas tentang aktivitas
pemetaan geologi dan pemboran eksplorasi bahan galian batubara.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Iklim didaerah pengamatan pada umumnya tidak jauh beda dengan daerah-
daerah lain di kalimantan selatan, iklim didaerah pengamatan termasuk dalam type
iklim hujan tropika (type A.7) adapun menurut klasifikasi Schmit dan Ferguson
termasuk type iklim B dimana usim hujan terjadi pada bulan oktober sampai pada bulan
april bulan berikutnya.
Curah hujan pada daerah pengamatan pada umumnya berkisar 174 milimeter
setahunnya.
Flora pada daerah pengamatan terdapat banyak pohon karet karena merupakan
hutan produksi karet, dan untuk fauna hanya beberapa spesies seperti unggas, mamalia
dan binatang melata.
G SE M
BALIK B TABUL
O KE
PAPAN A
WARUKIN L RAT
R
O MALUWI
15 PULAU
K
LATIH MELIAT
BALANG
A TABALAR S
PAMALUAN
R A
B
E
I L
TENGAH TEMPILAN I
O
25 R
OLIGOSEN
A R
I A
Akhir
MARAH
N MANGKABUA
30 G
S
A E
Akhir Awal
N
35 T
M
B
SEILOR
A
N U
T L SUJAU
EOSEN
40 A
N
ATAS U
J BERIUN
Tengah
U BAWAH SEMBAKUNG
N
45 G ? ? MALIO
PRA-TERSIER
1 LITOLOGI
10 9
Tuff Volkanik
8
2 KUTAI
7 Batubara, formasi batupasir
serpih dan batupasir
2.4.2.1. Morfologi
2.4.2.2. Stratigrafi
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Atas dasar tersebut di atas, maka metode penyelidikan yang diterapkan oleh Artha
Usaha Bahagia menuntut adanya rancangan eksplorasi yang mengandung unsur-unsur
rancangan rekayasa, untuk meminimalkan risiko dan menekan biaya, yaitu:
1. Effektif: mengenai sasaran dengan metode dan strategi yang tepat, artinya
penggunaan waktu, tenaga, dan terutama metode atau peralatan yang sesuai dengan
sasaran eksplorasi.
2. Effisien: dengan usaha, biaya dan waktu yang seminimal mungkin tetapi
mendapatkan hasil yang optimal, berarti harus ekonomis tanpa mengorbankan
efektivitas.
3. Keekonomian: aspek rekayasa di dalam industri pertambangan adalah suatu
kegiatan ekonomi yang berisiko tinggi atau dengan kata lain merupakan suatu
proses investasi yang intensif.
Rancangan eksplorasi perlu mempertimbangkan unsur-unsur rancangan rekayasa
di atas dengan didahului memformulasikan:
1. Konsep eksplorasi batubara:
a. Menentukan perumusan sasaran eksplorasi.
b. Membangun model geologi endapan batubara dan faktor-faktor geologi yang
mengendalikan endapan batubara.
c. Penentuan model eksplorasi serta petunjuk-petunjuk geologinya.
2. Strategi eksplorasi: meliputi pentahapan eksplorasi, bertujuan meminimalkan
risiko dan memilih metode tepat-guna untuk setiap jenis petunjuk geologi disetiap
tahapan.
3. Keekonomian eksplorasi: biaya eksplorasi harus sesuai hasil dengan
memperhitungkan risiko. Semakin tinggi risiko, maka keuntungan yang dicapai
harus semakin berlipat ganda. Artinya sasaran eksplorasi harus mempunyai nilai
tambah yang cukup besar dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan konsep eksplorasi, maka dapat dibuat rancangan eksplorasi yang
mencakup strategi (penjadualan/tahapan), taktik (metode eksplorasi tepat guna),
logistik (laboratorium, layanan pendukung), organisasi, penganggaran.
Pemetaan geologi sangat erat kaitannya dengan kegiatan eksplorasi dimana fungsi
dari pada pemetaan itu sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan
geologi, memgetahui bentuk lapisan batubara serta hubungannya dengan batuan lain.
Pengamatan terhadap lapisan batubara yang berada di atas (roff) dan dibawah (floor)
meliputi sifat – sifat fisik dan keteknikan untuk di gali, bor, dan kestabilan lapisan
batuan tersebut.
Sedangkan tujuan utama dari pemetaan geologi batubara ini adalah untuk
mendapatkan gambaran secara umum mengenai keadaan geologi daerah penyelidikan
serta mengetahui bentuk lapisan batubara dan batuan lain yang ada di daerah
penyelidikan. Selain itu dapat juga menentukan arah penyebaran lapisan batubara serta
lapisan pembawa (Coal Bearing Formation).
Pendiskripsian batuan
Pendiskripsian batuan yang teliti dan lengkap untuk semua singkapan baik
batubara maupun non batubara termasuk pengukuran ketebalan kedudukan lapisan
(Strike Dip) akan sangat mempengaruhi proses pengolahan data nantinya.
Pendiskripsian batuan selain batubara yang dijumpai pada setiap lintasan
mengikuti tata cara pendiskripsian batuan secara umum (seperti yang didapat dari
mata kuliah petrologi) meliputi warna, kekerasan, ukuran butir, bentuk butir, dan
lain – lain.
Lapisan batuan yang mempunyai kemiringan lapisan lebih besar dari 10°.
Lapisan batuan yang mempunyai kemiringan lapisan lebih kecil dari 10°.
T=d.
Sin σ
Pengambilan contoh batubara (chanel samping)
Pada tahap pengambilan contoh, umumnya diambil dari singakapan, sumur
uji dan parit uji. Contoh tersebut terutama dipilih pada batuan yang belum
mengalami pelapukan atau belum terkontaminasi (masih segar). Contoh
batubara yang diambil untuk analisa seberat 3 kg.
Cara pengambilan barubara dari singkapan, sumur uji dan parit uji
dilakukan dengan system alur (channel) berukuran lebar 20 cm, dalam 10 cm
dimana pada beberapa lokasi diambil untuk setiap 1 meter sendangkan pada
umumnya diambil contoh yang diperkirakan mewakili singkapan tersebut,
misalnya mengambil bagian atas singkapan, tengah dan bawah.
Pengamatan morfologi
Morfologi adalah suatu bentuk bentang alam atau bentuk roman muka
bumi yang dikontrol oleh factor batuan penyusunnya, struktur geologi dan
proses geomorfologi yang kemudian bekerja pada batuan tersebut (proses
endogenik dan eksogenik).
Penentuan titik – titik bor berdasarkan data- data geologi yang didapatkan dan
dibantu dengan data – data lain yang mendukung seperti data hasil pengukuran lintasan
kompas terhadap singkapan batubara baik searah jurus maupun searah kemiringan
batubara.
Adapun keterangan dari singkapan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:
Singkapan (M)
Titik bor ditentukan dari OC 2 diambil ke arah downdip dengan jarak terukur dari
singkapan 8,5 meter. Estimasi Kedalaman sebelum pemboran menggunakan
penampang horizontal namun bisa juga menggunakan sistematis estimasi seperti ini :
D = JD x Tg ∞ + (BT.DH-01 - BT.OC-02)
Hasil korelasi data pemboran dan singkapan batubara diatas peta topografi skala
1 : 10000 digunakan untuk mengkorelasikan lapisan (seam) batubara, penarikan
penyebaran lapisan batubara dan untuk menghitung jumlah cadangan batubara serta
jumlah tanah penutup (over burden) didaerah tersebut.
a. Mesin bor
Mesin bor yang digunakan adalah jenis Power Rig yang dilengkapi
dengan mesin penggerak jenis YAMAHA MT – 110.
Mesin bor
Mesin penggerak
Berat : 60 Kg
Kelebihan alat bor jenis Power Rig tersebut adalah alat bor ini dapat
melakukan penetrasi cukup yang memuaskan,dan juga alat jenis Power Rig
ini dapat melakukan pemboran pada daerah yang miring atau daerah yang
bergelombang dan juga sangat mudah dalam kita melakukan pemindahan
titik bor (Moving), karena jenis alat bor ini tidak terlalu berat. Kelemahan
alat bor jenis ini adalah hanya bisa menembus kedalaman maksimal 70
meter saja.
b. Pompa Fluida
Dalam kegiatan pemboran ini pompa fluida yang digunakan adalah
jenis Self Priming Pump yang dilenglkapi dengan mesin penggerak
YAMAHA MT – 110 dengan klasifikasi sebagai berikut
Pompa Fluida
Kapasitas : 6 M3 / Menit
Mesin penggerak
Dalam pemboran, pompa fluida ini merupakan salah satu hal yang
paling penting yaitu berupa zat cair ( air pembilas ), fungsi dari fluida ini
adalah :
d. Mata Bor
Mata bor adalah bagian paling ujung dari batang bor yang
berhubungan langsung dengan batuan, fungsinya adalah untuk
menghancurkan batuan serta membuka lubang bukaan, karena itu mata bor
dibuat dari bahan yang sangat keras seperti dari baja khusus (widiya).
Adapun macam mata bor yang di gunakan pada saat pelaksanaan kegiatan
adalah sebagai berikut :
Blade Bit
Blade bit adalah mata bor yang digunakan pada saat pemboran
dengan menggunakan metode open hole, berfungsi sebagai penghancur
lapisan batuan dan membuka lubang bukaan. Mata bor dipasang pada
bagian depan batang bor. Blade bit ini mempunyai diameter 6 cm dan
panjang 0.35 meter.
Wing Bit
Wing bit adalah mata bor yang digunakan pada saat pemboran
dengan menggunakan metode open hole, berfungsi sebagai penghancur
lapisan batuan sehingga menjadi serbuk pemboran. Wing bit ini
mempunyai diameter 4 cm serta panjang 0.25 meter.
Core Bit
Core bit adalah mata bor yang digunakan pada saat pemboran
dengan menggunakan metode Coring. Core bit di pasang pada bagian
depan dari pada tabung penginti (Core Barrel) dan berfungsi untuk
menagkap inti pemboran yang ditembusnya.
- Kunci – kunci
Kunci yang digunakan adalah kunci pipa untuk batang bor, kunci
ring, kunci pas serta kunci – kunci lain nya yang diperlukan apabila
mengalami kerusakan pada mesin bor,dan juga alat – alat yang
menunjang dalam kegiatan pemboran tersebut.
- perlengkapan lain
Perlengkapan lain yang perlu di perhatikan adalah suku cadang
dari mesin bor serta pompa fluida yang digunakan, agar apabila terjadi
kerusakan tidak menghambat dalam kegiatan pemboran itu sendiri.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dimulai dengan study kepustakaan yang meliputi hal – hal berkaitan erat dengan
keadaan geologi, tektonik secara regional dan lapisan batuan pembawa batubara (Coal
Bearing Formation) pada daerah yang akan diselidiki selain studio literlatur juga
dilakukan orientasi lapangan/medan terhadap peta topografi dan geologi. Peta – peta
tersebut sangat penting untuk perencanaan program kerja serta berguna sebagai peta
dasar untuk mencantumkan hasil pemetaan dan data – data lapangan lainnya.
⇒ Kompas Geologi
⇒ Palu Geologi
⇒ GPS
⇒ Peta
⇒ Clip Board
⇒ Meteran 50 m dan 5 m
⇒ Tongkat 1,5 m (2 buah)
⇒ Spidol Permanen
⇒ Kamera
⇒ Plastik Sampel
⇒ Pita Ribbon
⇒ Alat Tulis Lengkap
Tujuan utama dari pemetaan geologi, mengetahui bentuk lapisan batubara serta
hubungannya dengan batuan lainnya. Pengamatan terhadap lapisan batuan yang berada
diatas (roof) dan dibawah (floor) meliputi sifat – sifat fisik dan keteknikan untuk digali,
dibor, dan kestabilan lapisan batuan tersebut.
Dari korelasi data singkapan yang di Bantu dengan data hasil pemboran di dapat
perkiraan atau estimasi mengenai sebaran batubara baik kearah strike maupun dip, tebal
tanah penutup (over burden) dan struktur geologi yang mempengaruhinya.
Setelah titik ikat (koodinat stasiun awal) ditemukan, maka dimulailah kegiatan
traverse geologi, apabila jalur yang dipilih sungai maka perlu ditentukan arah,
apakah bergerak kearah hulu (Up Stream) atau kearah hilir (Down Stream).
Kegiatan traverse geologi dimulai dari titik ikat (stasiun awal) menuju kearah titk
selanjutnya dengan pembacaan arah (azimuth) dan kemiringan (slope) serta
menghitung jarak terukur, kemudian data azimuth. slope dan jarak terukur dicatat
kedalam buku lapangan. Kegiatan tersebut berlangsung berulang – ulang hingga
mencapai titik akhir lintasan.
Sebelum melaksanakan kegiatan pemboran ada hal – hal yang perlu dilakukan
untuk memperlancar kegiatan pemboran, hal tersebut antara lain:
Letak titik bor yang telah ditentukan, hal ini agar memudahkan penempatan alat
bor dan juga perlengkapan nya, dan juga mempermudah pengangkutan alat
bor,sehingga memudahkan untuk melaksanakan kegiatan pemboran tersebut.
Pembuatan bak penampungan air yang disiapkan dengan ukuran tertentu sesuai
dengan jumlah air yang tersedia,umumnya penampungan air ini berukuran 1 x 1
meter dengan kedalaman minimal 70 cm.
Mesin pompa air ditempatkan didekat bak penampungan air, diusahakan
penempatan mesin pompa air ditempatkan pada tempat yang rata.
Pipa – pipa bor dan perlengkapannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pemboran.
Merangkaikan alat-alat bor yang dilepas bagian-bagiannya pada saat
pengangkutan atau mobilisasi alat.
Pengecekan alat-alat bor yang akan digunakan sehingga hasil yang diharapkan
dapat diperoleh semaksimal mungkin.
Pemilihan mata bor (bit) yang akan digunakan,sesuai dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Pemboran eksplorasi ditentukan pada pemboran khas inti (Coring) dan pemboran
non inti (Open Hole). Disamping itu akan dilakukan pengamatan pada batuan hasil
pemboran baik batubara maupun non batubara, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
litologi batuan dan ada tidaknya struktur.
Pemboran Touch Core atau dengan kata lain kombinasi antara open hole
(terbuka) dan coring (penginti).
Pemboran Open Hole adalah suatu pemboran dimana hasil dari
pemboran tersebut merupakan cutting (serpihan batuan).
Pemboran Coring (penginti) adalah kegiatan pemboran dimana hasil dari
pemboran tersebut berupa core (inti) yang berbentuk silinder dengan ukuran tertentu
tergantung ukuran pipa penginti (Core Barrel) yang digunakan.
Koordinat titik pemboran LS 03° 32’ 31,7” dan BT 114° 51’ 35,1”. Titik
pemboran mempunyai morfologi lemah dengan elevasi 37 m diatas permukaan laut
(dpl), vegetasi banyak pepohonan dan semak belukar. Sebelum kegiatan pemboran,
dimulai dengan membersihkan lahan dari rumput dan pohon – pohon kecil disekitar
titik pemboran, membuat lubang slasbit, mempersiapkan mesin bor dan memberi olie
pada gear box supaya tidak kasat saat dilakukan pemboran, mempersiapkan pompa air
fluida dan menghidupkannya, mempersiapkan pipa (Rod) dan membasahi pipa dengan
air supaya tidak kasat saat dilakukan pemboran, memasang pipa dengan mata bor wing
bit dengan ukuran 0,15 m untuk pemboran open hole.
Kegiatan open hole di mulai dari jam 11.45 – 12.35 Wita kemudian dihentikan
karena sudah ada tanda – tanda cutting karbonan, kemudian diteruskan dengan
pemboran coring menggunakan mata bor core bit dengan ukuran 0,35 m, pipa core
dengan panjang 2 m, ± 10 menit dilakukan coring kemudian dihentikan dan pipa
diangkat, hasil pemboran coring dapat dilihat pada log bor.
Hasil dari kegiatan pemboran umumnya ada dua macam, yaitu cutting yang
berupa serpihan atau pecahan batuan. Hasil pemboran diamati dengan teliti agar hasil
dari pemboran memuaskan sesuai dengan keinginana yang diharapkan.
Dari hasil kegiatan pemboran, telah diselesaikan sebanyak 1 (Satu) buah titik
bor dengan total kedalaman masing-masing lobang bor adalah :
DH 01 : 6,55 M
Pengamatan hasil pemboran tersebut adalah sebagai berikut :
4.6.1. Cutting
Yang keluar dari lubang bor tersebut jenisnya tidak sama, hal ini sesuai
dengan jenis batuan yang ditembus oleh mata bor. Selanjutnya cutting tersebut
diambil per 50 cm atau 1 batang bor diambil 3 sample atau per perubahan
lapisan batuan yang ditembus atau digerus oleh mata bor, dan kemudian di
diskripsi. Dari diskripsi catting tersebut maka akan diketahui jenis lithologi yang
telah ditembus oleh mata bor, sedangkan pengamatan terhadap jumlah batang
bor yang telah masuk akan dapat diketahui ketebalan masing-masing lithologi
dan kedalaman lubang bor.
Begitu juga perlakuan pada pemboran inti ini bertujuan untuk apabila
terjadi inti bor yang terlepas dari tabung penginti atau core barrel yang biasa
disebut dengan core louse.
Untuk mengamati cutting yang benar kita harus mengikuti prosedur yang
ada, prosedur tersebut antara lain :
Core ( Inti bor ) biasanya diambil dari dalam core barrel atau tabung
penginti setelah pemboran inti selesai, core barrel di angkat keatas run. Core
didalam core barrel jenis nya tidak sama, hal ini sesuai dengan jenis batuan yang
ditembus oleh mata bor. Selanjutnya core diukur dari atas (top) kebawah
(bottom) untuk mengetahui core Recoverynya.
Kemajuan pemboran coring 1,45 meter, core yang ditangkap 1,30 meter,
maka core Recovery adalah :
CR = 1,30
X 100 %
1,45
= 89,65 %
= 4,7 Meter.
Kendala pemboran yang dihadapi pada saat pemboran berjalan biasanya berupa
gangguan karena alat, kondisi geologi, keadaan teknik dan juga pengaruh cuaca atau
iklim. Gangguan tersebut antara lain
1. Kendala yang disebabkan karena alat biasanya berupa :
• Lambat lajunya pemboran yang disebabkan kesalahan dalam pemilihan mesin bor,
sehingga tidak sesuai dengan kekerasan batuan yang ditembus
• Kerusakan pada alat bor dan tidak bisa diperbaiki secepatnya karena kurangnya
suku cadang
• Pemakaian peralatan yang tidak sesuai dengan standar
Untuk mengatasi hal tersebut diatas harus diupayakan :
• Mesin bor yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lapangan yang
akan dilakukan kegiatan pemboran
• Suku cadang agar dapat diperbanyak jumlahnya, mengingat suku cadang
alat bor tidak bisa didapatkan didaerah setempat
• Alat yang digunakan seperti mesin bor, pompa fluida, sebelum dipakai
sebaiknya terlebih dahulu diservis dan dicek,bila perlu dipergunakan alat yang
baru.
2. Kendala karena kondisi geologi diantaranya :
• Karena kerasnya batuan penyusun didaerah setempat
• Adanya rekahan, rongga, dan juga pasir louse sehingga akan mengakibatkan
hilangnya air pembilas (water louse)
• Kondisi marfologi berupa perbukitan dan juga lembah yang curam akan
mempersulit pengangkutan alat, apabila melakukan pemindahan titik bor yang
satu ke yang lain (moving)
Untuk mengetasi kendala tersebut diatas maka perlu diperhatikan :
• Penggunaan pahat bor (bit) yang sesuai dengan batuan yang akan
ditembus, serra pelaksanaan teknis dilapangan yang cermat
• Menggunakan larutan aqua Jelly berupa Bentonit, Ismat, dan juga
melakukan pembuatan casing agar lapisan batuan tidak runtuh khususnya pada
bagian rekahan, juga rongga dan juga pasir louse
• Pembuatan jalan rintisan yang akan dilewati dengan memilih jalan
yang agak datar
3. Kendala Teknis yang dihadapi pada saat pemboran bisa terjadi yaitu :
• Bit (mata bor) telepas dari batang bor, karena getaran mesin dan juga
pemasangan mata bor yang kurang baik
• Mata bor (bit) terjepit, karena dasar lubang bor dipenuhi pecahan sisa
pemboran (cutting) yang tidak terangkat akibat kurangnya tekanan air pembilas
• Batang Bor (Rod) lepas, jatuh dan juga patah didalam lubang bor,atau juga
pipa yang jatuh dalam lubang bor pada saat melepas sambungan
Upaya mengatasi masalah teknis tersebut dapat digunakan beberapa cara antara lain
sebagai berikut :
• Mengecek dengan kayu yang keras untuk memancing pipa lepas atau jatuh,
apabila dirasa sudah masuk maka pipa yang dipermukaan dipukul agar bisa
memastikan kayu yang dibawah benar-benar masuk dan kuat untuk mengangkat
pipa kepermukaan
• Menggunakan Dongkrak atau juga Takal untuk menarik mata bor (bit) yang
terjepit
• Sirkulasi air yang terus menerus untuk menggerakan batang bor (rod) yang terjepit
oleh serpihan cutting yang tidak terangkat akibat kurangnya tekanan air.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktek lapangan Batubara 1 “Coal Eksploration and Mapping
Practice” 2010 Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, Jurusan
Teknik Pertambangan, maka dapat kami simpulkan :
• Kami mendapat mata kuliah batubara 1 sebagai teori dan dapat langsung kami
terapkan dilapangan melalui praktek “Coal Eksploration and Mapping Practice”.
• Praktek lapangan batubara 1 ini sangat menunjang dan menambah pengetahuan kami
tentang ilmu geologi dan pertambangan yang berlandaskan ilmu yang kami dapat
dari dosen pengajar dan asisten praktikum.
• Kami dapat langsung menerapkan ilmu – ilmu yang kami dapat dari mata kuliah lain.
• Dalam penerapan teori dan praktek dilapangan dosen dan asisten sangat aktif
sehingga kami dapat cepat mengerti.
Untuk mata kegiatan praktikum batubara 1 yang akan datang kami kelompok 7
menyarankan agar mahasiswa angkatan selanjutnya yang mengikuti praktek batubara 1
harus benar – benar mengerti apa yang akan dipelajari dan dipraktekkan dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Batubara 1 oleh Ahmad Kurdi, Amd. Akademi Teknik Pembangunan Nasional(ATPN)
Banjarbaru.
Modul Praktikum Batubara 1 oleh Siti Rahayu, ST, MT. Akademi Teknik Pembangunan
Nasional (ATPN) Banjarbaru.
Buku Petunjuk Praktikum Lapangan Eksplorasi Geologi Batubara oleh Ir. Syamsuri, Ir.
Untung, Ahmad Kurdi, Amd. Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN)
Banjarbaru.
LAMPIRAN
Pengukuran Jalur Lintasan/Traverse Geologi
OC 2 Pasir Karbon
(Sedimen Laminasi)
Yamaha MT 110
Lubang Slasbit dan Pompa Air Fluida
Mesin Pompa Relay Air
Core Bit
Wing Bit
Reamer
Kunci pipa
Selang Relay
Kompas geologi
Meteran
Palu Geologi
Tekstur Batuan
d. Porositas :
e. Kemas : Tertutup
Komposisi Mineral
a. Fragmen :
b. Matrik : Klorite
Gambar Batuan :
DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
NON BATUBARA
Tekstur Batuan
d. Porositas :
e. Kemas :
Komposisi Mineral
a. Fragmen :
b. Matrik :
c. Semen : Silikat
Gambar Batuan :
DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
NON BATUBARA
Tekstur Batuan
d. Porositas : Jelek
e. Kemas : Tertutup
Komposisi Mineral
b. Matrik : Klorite
Gambar Batuan :
Sketsa kelompok 2
PETA GEOLOGI
PETA KESAMPAIAN DAERAH