Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN ……………………………………………………………5
2.1. Pengertian ……………………………………………………….5
2.2 Sejarah Pedagang Kaki Lima ……………………………….......6
2.3 Permasalahan yang ditimbulkan PKL …………………………...7
2.4 Dampak Positif dari Hadirnya PKL ……………………………..8
2.5 Dampak Negatif dari Hadirnya PKL ……………………………9
2.6 Perlindungan PKL …………………………………….10
2.6.1. Hak-hak PKL ketika dilakukan pembongkaran ….10
2.6.2. Perlindungan Hukum …………………………….10.
KESIMPULAN ……………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..14
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini.
Melalui makalah ini kami ingin berbagi pengalaman dengan pembaca
lainya mengenai fenomena dalam masyarakat kita tentang Pedagang Kaki
Lima.
Makalah ini telah tersusun dengan dukungan dari berbagai pihak, maka
dengan ketulusan, Kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Meutia,sebagai dosen yang selalu
memberikan motivasi, dukungan dan arahan untuk menyeleseikan
makalah ini dengan baik
2. Para Pedagang di GOR Bekasi, jalan baru Kranji - Bintara, yang
telah kami wawancara
3. Dan teman-teman satu kelompok yang telah meluangkan waktu
ditengah kesibukan masing-masing untuk menyusun makalah ini.
BAB I
2
PENDAHULUAN
3
Fenomena Urban inilah yang menarik minat kami untuk menyelami lebih
dalam, sehingga tersusunlah makalah ini
1.2 Tujuan
A. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Character Building
B. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan rekan Mahasiswa
BAB II
4
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disingkat dengan kata PKL adalah
istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak.
Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada
lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki"
gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki).
Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi
pedagang kaki lima, namun saat ini istilah PKL memmiliki arti yang lebih
luas, Pedagang Kaki Lima digunakan pula untuk menyebut pedagang di
jalanan pada umumnya.
Tapi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai
penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua adalah lantai (tangga) di
muka pintu atau di tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih cenderung
diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko, dimana di jaman
silam telah terjadi kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan
(serambi) dari toko lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan
dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat melintas. Namun ruang
selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai jalur lintas bagi
pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area tempat jualan
barang-barang pedagang kecil, maka dari situlah istilah pedagang kaki lima
dimasyarakatkan.
5
Terlepas yang mana arti yang paling benar, kedua-duanya adalah
masalah yang dimaksud dan sedang dihadapi kota-kota di Indonesi ini.
Adapun yang menyebutkan bahwa kata “kaki lima” berasal dari masa
penjajahan Belanda. Saat itu Kolonial menetapkan bahwa setiap ruas jalan
raya harus menyediakan sarana untuk pejalan kaki selebar lima kaki, atau
sekitar satu setengah meter untuk kaum pedestrian.
6
Namun setelah Indonesia merdeka, ruas jalan tersebut banyak
dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan, sehingga masyarakat
menganalnya dengan nama pedagang emperan, namun menurut sejarahnya
lebih tepat disebut pedagang kaki lima.
Pedagang Kaki Lima (PKL) selalu saja menjadi masalah bagi kota-kota
yang sedang berkembang apalagi bagi kota-kota besar yang sudah
mempunyai predikat metropolitan. Kuatnya magnet bisnis kota-kota besar
ini mampu memindahkan penduduk dari desa berurbanisasi ke kota dalam
rangka beralih profesi dari petani menjadi pedagang kecil-kecilan.
Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan
perekonomian dan pendidikan yang tidak merata diseluruh Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. PKL ini juga timbul dari akibat tidak tersedianya
lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan
dalam berproduksi. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya memiliki tanggung
jawab didalam melaksanakan pembangunan bidang pendidikan, bidang
perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan, sehingga menciptakan
penganggur-penganggur secara cepat dan dalam jumlah yang besar. Kondisi
ini memaksa mereka untuk menentukan pindah ke Ibu kota demi mendapat
kehidupan yang lebih baik. sehingga umumnya para perantau dari daaerah
ini memilih profesi sebagai pedagang (kaki lima)
7
dan kemacetan lalu lintas. Hal ini dapat kita dengar dan saksikan dari berita-
PKL. Tetapi selain itu PKL sebenarnya memiliki pengaruh yang besar bagi
ini sesuatu yang menguntungkan atau merugikan ? Mari kita urai satu
persatu
Dampak positif terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi karena
keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota karena
sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis. Hal tersebut,
menurut Sethurahman selaku koordinator penelitian sektor informal yang
dilakukan ILO di delapan negara berkembang, karena kemampuan
menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu meningkatkan
8
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal
bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha
sendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi
yang besar.
para PKL. PKL mengambil ruang dimana-mana, tidak hanya ruang kosong
atau terabaikan tetapi juga pada ruang yang jelas peruntukkannya secara
ruang terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena
tersebut.
cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko
9
Dan sebagian dari barang yang mereka jual tersebut mudah mengalami
10
2.6.2. Perlindungan Hukum
*) Pasal 27 ayat (2) UUD 45 : “ Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
*) Pasal 13 UU nomor 09/1995 tentang usaha kecil : “ Pemerintah
menumbuhkan iklim usaha dalam aspek perlindunga, dengan menetapkan
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk :
a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di
pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi
pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima , serta
lokasi lainnya.
e. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
Pembinaan PKL tampaknya cukup menjanjikan tapi menurut kami hal
tersebut akan sangat sulit untuk dilakukan karena jumlah PKL yang sangat
banyak dan menyebar. Sudah saatnya pemerintah daerah melakukan sebuah
terobosan baru yang bersifat win-win solution. Di satu sisi kota bisa terlihat
lebih cantik dan di sisi lain PKL bisa mendapat untung lebih banyak.
Apakah mungkin? Kenapa tidak asalkan ada kemauan yang kuat dari pihak-
pihak yang terkait
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
14