You are on page 1of 17

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH RUMAH TANGGA

Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.

Sampah organik dibagi dua yaitu :

1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)


Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh
siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka,
ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun
kering/basah) .
2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan
sejenisnya.

Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-
macam jenis plastik, styrofoam, dll.

Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses
tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi
pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih
dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.

Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :

- kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.

- Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.

- Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman

Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam,
besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-
kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja
diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.

Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada
pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu
mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga

Alternatif 1 :

Siapkan :

1. Kardus
2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik
3. 5-6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan
4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 - -4 cm

1
5. Alat pengaduk
6. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat
cucian baju kotor (takakura).

Cara membuat :

1. Letakkan bantalan sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah


2. Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang
(takakura) atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang
tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3-4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan
terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur.
3. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih
dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.

Alternatif 2 :

1. Wadah drum, ember plastik atau gentong


2. Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara
3. Bahan sampah yang dipotong 2 – 4 cm
4. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban. Bahan-
bahan ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan.
5. Air
6. Alat pengaduk.

Cara membuat :

1. Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau
mikroorganisma pengurai
2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh
3. Disiram dengan air secara merata
4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan
dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur.
5. Sampah telah berubah menjadi kompos.

Catatan :

Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat
menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan
berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk
menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan berkembang secara wajar.
Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organic yang diakibatkan
oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan.
Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 – 2,0 meter dan suhu ideal selama proses
pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C.

Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan tidak
terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu
dapur atau abu kayu.

2
Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 – 70 %. Bahan dari
hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau
rumput-rumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban timbunan secara
menyeluruh diusahakan sekitar 40 – 60 %.

Pada saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan
mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui sedini mungkin, ke
dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.

http://www.kebonkembang.com

Cara bikin Effective Micro-organisms 4 (EM-4)


Sediakan ember yang mempunyai tutup. Campurkan 5 liter air pencuci
beras + 5 liter air kelapa ( cari di tukang jual kelapa di pasar )
= cincangan sayur, klu bisa dtambah kulit jeruk + 1 butur ragi +
1 kg gula jawa yang sudah dicairkan. Aduh jadi satu dalam ember,
tutup dan buka serta kacau . Perlakuan buka, aduk dan tutup
kembali ini dilakukan 4 x selang waktu 4 haru=i, pas di hari ke 17
em-4 dah jadi. Sayuran bisa jadi kompos. Ok

Dengan cara memperbanyak dari benih bakteri yang ada:

Cara Pembiakan Bakteri


Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat
dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada
dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan
dulu), lalu aduk hingga rata.
Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul
dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang

3
lebih 10 menit.
Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam
botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan
oksigend dari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair
maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang
lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.

APLIKASI EM-4 DI BIDANG PERTANIAN

Tanaman
Padi, Palawija, Sayuran, bunga dan tanaman setahun lainnya.

Dosis dan Perlakuan


Sebagai pupuk dasar, gunakan BOKASHI sebanyak 3-5 ton per Ha. Untuk
penyemprotan gunakan EM-4 sebanyak 3-10 ml per liter air dilakukan setiap satu
minggu sekali, disemprotkan secara merata ke tanah dan tubuh tanaman.

APLIKASI EM-4 DI BIDANG PETERNAKAN

Manfaat :

1. Mengurangi polusi bau khususnya pada kandang ternak dan lingkungan


sekitarnya.
2. Mengurangi stres pada ternak
3. Menyehatkan ternak
4. Menyeimbangkan mikroorganisme di dalam perut ternak
5. Meningkatkan nafsu makan ternak
6. Menekan penyakit pada ternak
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak

Cara Pemakaian :

• Sebagai air minum ternak, Larutkan 1 cc EM-4 per satu liter air minum setiap
hari.
• Larutkan 1 cc EM-4 per satu liter air, kemudian disemprotkan ke dalam pakan
ternak.

Untuk mencegah bau kotoran dan kandang ternak, larutkan EM-4 dan Molas ke
dalam air dengan perbandingan 1:1:100 kemudian disimpan dalam tempat yang
tertutup rapat selama 1-2 hari kemudian dipergunakan untuk menyemprot kandang
dan pada badan ternak dengan dosis 10 cc larutan dalamn 1 liter air.

4
APLIKASI EM-4 DI BIDANG PERIKANAN

Manfaat :

1. Memperbaiki mutu air tambak.


2. Menguraikan bahan-bahan sisa makanan, kotoran udang / ikan menjadi
senyawa organik yang bermanfaat.
3. Menekan serangan mikroorganisme patogen.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambak.
5. Menekan hama dan penyakit

Cara Pemakaian :

• Pada saat pengolahan dasar tambak diberikan Bokashi sebanyak 5 ton/ha,


selanjutnya disiram larutan EM-4 sebanyak 4 liter/ha dan dibiarkan selama 2
minggu.
• Pada saat masa pertumbuhan diberikan EM-4 sebanyak 16 liter per hektar.
• Interval waktu pemberian EM-4 adalah 1 bulan sekali atau tergantung pada
kondisi air tambak.

Lihat web: http://em-indonesia.org/category/em-indonesia/em-4-pertanian/

EM-4 untuk Pertanian


Produk EM-4 Pertanian merupakan kultur EM dalam medium cair berwarna coklat kekuning-
kuningan, berbau asam . Didalam medium cair, EM-4 pertanian berada dalam kondisi istirahat
(dorman). Sewaktu diinokulasikan dengan cara mnyemprotkannya ke dalam bahan organic dan
tanah atau pada tubuh tanaman,

EM-4 pertanian akan aktif memfermentasi memfermentasi bahan organic (sisa-sisa tanaman,
pupuk hijau, pupuk kandang, dll) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organic
tersebut adalah berupa senyawa organic yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman
misalnya gula, alcohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organic lainnya.

Pemberian bahan organic ke dalam tanah tanpa inokulasi EM-4 Pertanian akan menyebabkan
pembusukan bahan organic yang terkadang akan menghasilkan unsur anorganic sehiingga akan
menghasilkan panas dan gas beracun yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Selain mendekomposisi bahan organic di dalam tanah, EM-4 Pertanian juga merangsang
perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman,
misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Mikoriza membantu
tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. Ion fosfat dalam tanah yang sulit bergerak
menyebabkan tanah kekurangan fosfat. Dengan EM-4 Pertanian hife mikoriza dapat meluas dari
misellium dan memindahkan fosfat secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang
bersifat antagonis terhadap tanaman. EM-4 Pertanian juga melindungi tanaman dari serangan

5
penyakit karena sifat antagonisnya terhadap pathogen yang dapat menekan jumlah pathogen di
dalam tanah atau pada tubuh tanaman.

Manfaat EM-4 Pertanian

• Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.


• Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan Kompos
• Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga hama dan
mikroorganisme patogen.
• Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.

Tentang Pembuatan Kompos


Pembuatan kompos (composting) dapat dijadikan jalan keluar dalam mengelola limbah. Kompos
sangat berguna dalam memanfaatkan sampah organik (berasal dari benda hidup) menjadi material
yang dapat menyuburkan tanah (pupuk kompos). Selain itu, pembuatan kompos secara komersil
dapat dijadikan sebuah peluang usaha yang menggiurkan. Seiring dengan berjalannya waktu,
sampah yang dihasilkan manusia akan terus bertambah dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia tersebut. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan, bahkan sampah telah menjadi masalah serius di perkotaan. Kompos dapat dibuat
untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi lebih
bermanfaat secara ekologis maupun finansial.

Pemanfaatan sampah organik pada pembuatan kompos ini dapat dijadikan jalan keluar dalam
mencegah timbulnya kembali tumpukan sampah seberat ribuan ton yang telah menyebabkan
longsor dan korban jiwa. Jika saja sebelumnya sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos,
maka musibah longsor dan korban jiwa dapat dihindarkan.

Prinsip pengomposan

Christopher J. Starbuck, seorang ahli holtikultura dari University of Missouri menjelaskan,


kompos merupakan bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed)
sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled), dan memiliki aroma seperti tanah (earthy).
Kompos dibuat melalui proses biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh
organisme yang ada dalam tanah (soil). Ketika proses pembusukan selesai, kompos akan berwarna
coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus.

Dalam kondisi alami, hewan dan tumbuhan akan mati di atas tanah. Makhluk hidup yang telah
mati tersebut akan diuraikan bakteri pembusuk, kemudian membentuk suatu material yang dapat
menghidupkan dan menyuburkan tanaman. Proses yang terjadi dalam pembuatan kompos ini tidak
jauh berbeda dengan proses pada penguraian tersebut. Oleh karena itu, pembuatan kompos sering
dianggap sebagai seni dalam merubah kematian menjadi kehidupan (the art of turning death into
life).

6
”Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup .
Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab ". (Q.S. Ali imron: 27)

National Organic Gardening Centre yang berada di Kota Coventry, Inggris dalam
publikasinya menjelaskan, pembuatan kompos pada dasarnya adalah membuat suatu kondisi yang
mendukung (favourable condition) bagi pertumbuhan populasi mikroorganisme dalam proses
pembusukan untuk membuat material humus yang sangat penting bagi tanah. Pembusukan dalam
pembuatan kompos akan lebih cepat (speeded up) dibandingkan dengan pembusukan yang terjadi
pada proses alami.

Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme


sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran
ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective Microorganisms
(EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan
karbon (C) dan nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan tersebut
dapat berupa dedaunan, potongan-potongan rumput, sampah sisa sayuran, dan bahan lain yang
berasal dari makhluk hidup. Kemudian, bahan-bahan tersebut harus memiliki rasio karbon dan
nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna. Sampah organik
dapat diubah menjadi kompos dengan suksesi berbagai macam organisme. Selama fase awal
pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat. Berikutnya, bakteri berfilamen (actinomycetes),
jamur, dan protozoa mulai bekerja. Setelah sejumlah besar karbon (C) dalam kompos
dimanfaatkan (utilized) dan temperatur mulai turun, centipedes, milipedes, kutu, cacing tanah, dan
organisme lainnya melanjutkan proses pengomposan (Starbuck, 2004).

Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N)
dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam proses pengomposan perlu ditambahkan material
yang mengandung nitrogen agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material
tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan bersatu
dengan mikroba selama proses penghancuran material organik.

Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai salah satu
komponen yang terkandung dalam kompos. Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna
kembali substansi organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja. Cacing tanah
akan bertugas dalam mencampurkan substansi organik yang telah dicerna kembali oleh jamur
dengan sejumlah kecil tanah lempung (clay) dan kalsium yang terkandung dalam tubuh cacing
tanah. Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi (polymerized) akan
tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai kation seperti sodium,
amonium, kalsium, dan magnesium. Dalam tahap ini, kompos sudah bisa digunakan sebagai
pupuk pada tumbuhan penghasil jagung, labu, ketela, melon, dan kubis.

Pada fase terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen menjadi nitrat (nitrates) yang
dibutuhkan akar tanaman dan tumbuhan bertunas (sprouting plants) seperti rebung dan tauge.

7
Kompos akan berubah menjadi gelap, wangi, remah, dan mudah hancur. Fase ini disebut juga
sebagai fase kematangan (ripeness) karena kompos sudah dapat digunakan.

Keberhasilan dalam pembuatan kompos sangat dipengaruhi beberapa faktor. Dalam proses
pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap kelembaban, aerasi (tata udara), temperatur,
dan derajat keasaman (pH). Kelembaban antara 50-60% merupakan angka yang cukup optimal
pada pembuatan kompos. Pengomposan secara aerob membutuhkan udara, sehingga perlu
dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta pergerakan udara. Temperatur akan
naik pada tahap awal pengomposan, namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun
mencapai suhu kamar pada tahap akhir. Keasaman kompos akan meningkat, karena bahan yang
dirombak menghasilkan asam-asam organik yang sederhana dan keasaman ini akan kembali
normal ketika kompos telah matang.

Aplikasi

Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana,
dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Bio
Reaktor Mini (BRM) dalam proses pengomposan. Bio Reaktor Mini (BRM) ini dapat membuat
kompos dengan kapasitas sekira 200 liter. Penggunaan BRM sangat cocok diterapkan masyarakat
di tingkat RT/RW dalam mengelola sampah. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan
mengumpulkan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak. Setelah itu, kompos yang
dihasilkan masyarakat tersebut bisa digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat atau dijual
untuk memperoleh keuntungan ekonomis.Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat
meningkatkan kesuburan (fertility) tanah, menambah bahan organik dalam tanah, dan memperbaiki
kondisi fisik tanah tersebut. Kompos dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat
dalam tanah. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam mengeluarkan zat gizi dan material lainnya
ke dalam tanah.

Pengerasan (crusting) tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Jika
kompos mengandung sejumlah kecil tanah, maka kompos tersebut akan bermanfaat sebagai
bagian dari media pertumbuhan untuk tanaman dan akan mengawali tumbuhnya buah dari tanaman
tersebut (Starbuck, 2004).Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat partikel
tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air,
mempermudah penetrasi akar (root penetration) pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara
(aeration) dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kompos dapat
mendukung berjalannya gerakan pertanian organik (organic farming) yang tidak menggunakan
bahan kimia dan pestisida dalam pertanian.

Pengelolaan sampah (waste management) dengan pembuatan kompos secara nyata telah
menjadikan sampah sebagai sebuah aset yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Banjir yang terjadi
akibat tumpukan sampah di sungai harus dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan
pengomposan sampah secara profesional. Peluang ekonomis sampah ini harus dapat dimanfaatkan
dengan baik, tentunya dengan dukungan para penentu kebijakan, para ahli lingkungan, dan
masyarakat secara umum. Semoga.***

8
Dari: http://kandaga15.multiply.com/journal/item/10

Manfaat Kompos
Manfaat Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah
dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan,
lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan


Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk
dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.

9
Rancang Bangun dan Uji Kinerja Reaktor Kompos
Skala Rumah Tangga
Posted on Desember 19, 2009 by moechah| Tinggalkan komentar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah dalam penanganan sampah perkotaan,
tingginya harga pupuk non organik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilakukan
penelitian rancang bangun reaktor kompos skala rumah tangga sistem kontinyu dengan
menggunakan bioaktivator kompos untuk mempercepat proses dekomposisi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Juli 2004 – Januari 2005 di Laboratorium Alat dan Mesin Pertanian dan
pengujian kualitas kompos dilakukan di Laboratorium UPT SDA Hayati Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian mengunakan metode rekayasa rancang bangun
yang terdiri dari analisis teknis dan analisis ekonomi dalam tahapan prosesnya. Reaktor kompos
yang dirancang berupa tabung menyerupai drum dari bahan plat besi, terdiri atas 20 lapisan/layer
yang menunjukkan lamanya hari pengomposan. Setiap hari tabung reaktor diisi dengan sampah
organik rumah tangga 3 kg ditambah bahan bioaktivator untuk mempercepat proses dekomposisi
setiap kali sampah dimasukkan. Bioaktivator terdiri atas campuran formula mikroba MINOSE
ditambah serbuk gergaji, molase (atau gula) dan air dengan perbandingan 4,94 ml : 2500 cc : 19,75
ml : 79 ml. Hasil rancangan diperoleh sebuah reactor kompos dengan panjang 60 cm, lebar 50 cm,
tinggi 86 cm, dengan kapasitas produksi aktual sebesar 0,56 kg kompos per hari, dan dengan
efisiensi 79 %. Biaya produksi sebesar Rp 218.100 dengan IRR 32 %, NPV Rp. 737.212,80, BC
ratio 2,2 dan BEP 0,72 tahun. Dengan reaktor kompos ini dapat dihasilkan kompos secara
kontinyu setiap hari setelah proses dekomposisi berlangsung selama 21 hari. konvensional ini,
membutuhkan sejumlah
gerobak/truk pengangkut, rute transportasi truk sampah, dan lahan penampung sampah yang
lokasinya
jauh dari pemukiman domestik, serta sejumlah insinerator untuk pembakaran sampah.
Penyelenggara
sistem ini terutama adalah pemerintah yang dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota
(PD
Kebersihan) dengan hanya sedikit keterlibatan masyarakat. (Kramadibrata dan Kastaman, 2003).
Gambar 1. Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional
Namun menurut Kramadibrata & Kastaman (2003), dari fakta di lapangan yang selama ini
terjadi, proses kerja yang ditampilkan oleh sistem ini memiliki beberapa kelemahan pokok , yaitu :
1. Masih terbatasnya penataan dan pemanfaatan sampah, terutama yang berbasis masyarakat.
2. Masih terbatasnya partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan
sampah.
3. Masih terbatasnya pengembangan potensi ekonomi dari sampah.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan peran masyarakat sebagai produsen sampah dalam
pengelolaan sampah adalah Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu. Sistem ini menitikberatkan pada
komunitas terkecil penghasil sampah yaitu rumah tangga, yang mempunyai andil dalam
meningkatkan
volume sampah Kota Bandung sebesar 65 %. Prinsip sistem ini adalah pemilahan sampah organik
dan
anorganik, daur ulang sampah non-organik, dekomposisi sampah organik menjadi kompos,
menampung kompos, sertifikasi kompos dan distribusi kompos ke pengguna. Sampah non organik

10
dapat didaur ulang dan diolah kembali. Hanya sekira 30 % atau 6 % dari total sampah yang tidak
bisa
diolah kembali. Sampah organik bisa didekomposisi menjadi kompos sebagai pupuk atau silage
untuk pakan, dan selanjutnya bisa dijual.
Sampah TPS
Rumah
Insinerator
TPA
3
Berdasarkan uraian di atas diperlukan adanya rancang bangun reaktor kompos skala rumah
tangga untuk memproduksi kompos dalam waktu yang singkat, mempunyai kualitas yang baik dan
murah sehingga mendukung sistem pengelolaan sampah yang menunjang pertanian ramah
lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah merancang bangun reaktor kompos skala rumah tangga, yang
dapat mengolah sampah organik menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat (21 hari) dan
dapat
mengurangi ketergantungan pada pupuk non organik (buatan). Diharapkan dengan adanya reaktor
ini
dapat lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola kebersihan kota, mengurangi
biaya
pengelolaan sampah, menghasilkan nilai tambah dari pemanfaatan pupuk organik (kompos) yang
menunjang pertanian ramah lingkungan, serta mengurangi pencemaran lingkungan, baik terhadap
tanah, air dan udara.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian rekayasa,
(Herwanto, 2000) yaitu kegiatan penelitian perancangan yang tidak rutin sehingga di dalamnya
terdapat kontribusi baru, baik dalam bentuk proses maupun produk. Tahapan Peneltian ini adalah
seperti yang disajikan pada Gambar 2.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2004 hingga Januari 2005 bertempat di Laboratorium Alat
dan Mesin Teknik Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, sedangkan pengujian kualitas
kompos dilakukan di Laboratorium Tanah UPP SDA Hayati Jatinangor.
Alat yang digunakan dalam perancangan reaktor adalah : alat tulis, satu unit komputer. Alat
yang digunakan dalam pembuatan reaktor kompos terdiri dari : Perlengkapan las asetilen, las
listrik,
gergaji besi, mesin bubut, gerinda, gerinda tangan, seperangkat perkakas (palu, tang, jangka,
gunting
pemotong plat, penggaris siku, kunci pas), mesin bor, mesin pemotong plat, rivet.
Mulai
Observasi Kebutuhan
Kriteria Perancangan
Rancangan Fungsional
Rancangan Struktural
Analisis Teknik
Pembuatan Reaktor
Selesai
Pengujian

11
Reaktor
Pengujian tidak
Kompos
layak
layak
tidak
layak
Analsisis Ekonomi tidak
Gambar 2. Tahapan Penelitian
4
Alat ukur yang digunakan dalam pengujian reaktor kompos adalah : timbangan, pH meter
tanah, Thermometer digital merk Kern, dan Light Moisture Tester Tanah. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini di antaranya :
1. Silinder Besi diameter 40 cm tebal 2 mm
2. Besi siku 36 mm x 36 mm x 2 mm
3. Plat besi tebal 2 mm
4. Mur dan baut diameter 6,6 mm
5. Bantalan FYH P 204 diameter 20 mm
6. Besi poros diameter 20 mm
7. Sampah organik rumah tangga
8. Bio aktivator Biofresh
Sedangkan variabel yang diamati antara lain :
1. Laju Suhu Pengomposan
2. Keasaman (pH)
3. Waktu Pengomposan
4. Karakteristik Fisik Kompos (kadar air, warna kompos, ukuran partikel, bau)
5. Karakteristik Kimia Kompos
Prosedur pembuatan kompos yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sampah organik dipilah antara yang mudah didekomposisi dengan yang sukar didekomposisi
2. Sampah organik untuk pengomposan dikecilkan ukurannya sampai dengan ukuran 1 – 5 cm.
3. Sampah organik rumah tangga dicampur dengan serbuk gergaji dengan perbandingan 1 : 0,69
kemudian ditambah air sampai dengan kandungan air sekira 50 %.
4. Bioaktivator dicampur dengan molasses atau larutan gula merah kental dan air
5. Campuran bioaktivator disemprotkan ke dalam campuran bahan
6. Campuran bahan dimasukkan ke dalam reaktor
7. Setelah 20 hari campuran yang sudah menjadi kompos bisa di angkat
8. Kompos yang telah diangkat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
9. Kompos yang telah diangin-anginkan diayak dengan pengayak kawat
10. Kompos yang telah diayak dimasukkan ke dalam kemasan plastik
11. Simpan di tempat yang sejuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Teknik dan Rancangan Struktural
a. Komponen Struktural Reaktor Kompos
Komponen struktural raktor terdiri dari : ruang pengomposan, pemisah antar lapisan, tutup
reaktor, saluran udara, poros, bantalan, pegangan tutup reaktor (handgrip), rangka
5

12
b. Gambar Rancangan Reaktor Kompos
Gambar 3. Reaktor Kompos Hasil Rancang Bangun
c. Dimensi Reaktor
Model Reaktor kompos ini berukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, tinggi 86 cm dengan
kapasitas 0,9875 kg sampah/hari. Waktu pengomposan selama 20 hari. Kapasitas produksi 0,565
kg
kompos/hari, dan kapasitas efektif 79 %. Berat kosong reaktor sebelum diisi bahan kompos adalah
sebesar 12,5 kg.
Hasil Pengujian Reaktor
a. Suhu
Proses pengomposan mengalami 3 tahapan berbeda dalam kaitannya dengan suhu, yaitu :
mesophilic, thermophilic dan tahap pendinginan. Pada tahap awal mesophilic suhu proses akan
naik
dari suhu lingkungan ke 40 oC dengan adanya fungi & bakteri pembentuk asam, tahap ini terjadi
pada
hari 1 – 3 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Suhu proses akan terus meningkat ke tahap
thermophilic antara 55 – 65 oC selama 3 – 4 hari, dalam penelitian ini suhu maksimal yang dapat
dicapai adalah 53 oC, walaupun rata-rata suhu maksimal adalah 46,4 oC dimana mikroorganisme
akan
digantikan oleh bakteri thermopilic, actinomycetes dan fungi, namun suhu tersebut masih dalam
kisaran suhu ideal minimum proses pengomposan (CPIS, 1992 dalam Darius,2000). Kondisi suhu
tersebut juga diperlukan untuk proses inaktivasi bila ada bakteri pathogen.
Tahap pendinginan ditandai dengan penurunan aktivitas mikroba dan penggantian
dari mikroorganisme thermophilic dengan bakteri & fungi mesophilic fase ini terjadi pada hari
ketujuh sampai hari ke empat belas. Aktivitas ini ditandai dengan penurunan suhu pengomposan
sampai sama dengan suhu lingkungan. Selama tahap pendinginan ini, proses penguapan air dari
material yang telah dikomposkan akan masih terus berlangsung, demikian pula stabilisasi pH dan
penyempurnaan pembentukan humus.
Kadar air, suplai udara, ukuran dan bentuk tumpukan, kondisi lingkungan sekitar dan
kandungan nutrisi sangat mempengaruhi suhu dalam tumpukan kompos. Kecenderungan suhu
akan
lebih rendah jika kondisi kadar air berlebih karena panas yang dihasilkan akan digunakan untuk
proses
penguapan. Sebaliknya kondisi kadar air yang rendah akan menurunkan aktivitas mikroba dan
menurunkan kecepatan pembentukan panas.
6
Gambar 4. Grafik Rata-rata Perubahan Suhu Pengomposan
b. Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat keasaman (pH) kompos hasil pengujian yang dilakukan dengan analisis potensiometri
dengan H2O adalah 7,3 dengan KCL 1 N 7,3 sedangkan dengan menggunakan alat pengukur pH
tanah
rata-rata adalah 6,99. Standar nasional untuk tingkat keasaman kompos dari sampah rumah tangga
adalah antara 6,80 – 7,49. Selama proses dan dalam tumpukan umumnya kondisi pH bervariasi
dan
akan terkontrol dengan sendirinya
c. Nisbah C/N

13
Nisbah C/N kompos yang dihasilkan pada pengujian mencapai 19, Unsur Karbon dan
Nitrogen keduanya dibutuhkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan mikroorganisme.
d. Kadar air
Kadar air diukur menggunakan alat pengukur kadar air dan pH tanah diperoleh rata-rata kadar
air adalah 37,4 %. Sedangkan menurut pengujian di laboratorium kadar air sampel kompos 66 %.
Kadar air akhir kompos menjadi berkurang karena selama proses pengomposan ada pelepasan
kandungan air, terutama setelah diangin-anginkan.
e. Warna Kompos
Warna kompos hasil pengujian berwarna hitam kecoklatan menyerupai warna tanah, ini
merupakan indikator kompos matang.
g. Bau (odor)
Pada pengujian tidak timbul bau yang menyengat yang biasanya timbul pada proses
dekomposisi sampah. Pada kompos hasil pengomposan bau yang timbul sama dengan bau tanah.
Bau
yang ditimbulkan pada proses pengomposan disebabkan oleh nisbah C/N yang rendah yang
menyebabkan terbentuknya amoniak sehingga nitrogen akan hilang ke udara dalam bentuk
amoniak
yang menyebakan bau tidak sedap.
Menurut hasil penelitian Kramadibrata & Kastaman (2003), beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam proses pengomposan antara lain :
1. Kadar air optimum untuk proses pengomposan yang efisien berkisar antara (50-60)%.
7
2. Ukuran partikel sampah yang akan dibuat kompos optimum berkisar antara 10-50 mm
untuk memudahkan proses dekomposisi oleh mikroba pengurai, mengingat makin kecil
ukuran, luas permukaan bahan yang akan didekomposisi akan makin besar.
3. Aerasi atau sirkulasi udara dalam reaktor. Pada reaktor berlangsung proses dekomposisi secara
aerob, sehingga suplai oksigen pada timbunan kompos harus cukup. Sehingga untuk reaktor
dengan tidak menggunakan proses pembalikan sampah, maka penumpukan sampah yang akan
dikomposkan tidak melebihi 90 cm dan pada tiap lapisan reaktor diberi rongga untuk sirkulasi
udara agar kandungan oksigen mencukupi.
4. Suhu sangat penting untuk menurunkan nisbah C/N, membunuh biji gulma, bakteri pathogen,
parasit dan telur-telurnya. Suhu yang terjadi selama proses dekomposisi berkisar 60 – 70 oC.
h. Ukuran Kompos
Ukuran kompos untuk kompos dari sampah organik rumah tangga adalah antara 0,55 – 25 mm.
Pada penelitian ini yang lolos pengayakan menggunakan kawat dengan ukuran lubang 6 x 6 mm
dan
yang lolos adalah sebesar 93,25 %. jadi rata-rata kompos yang dihasilkan adalah kompos halus.
Hasil Pengujian Kualitas Kompos
Hasil pengujian kualitas kompos adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan kualitas kompos hasil pengujian dengan kualitas kompos
dari sampah organik domestik (SNI No.19-7030-2004)
No Nilai
.
Parameter Satuan
SNI Hasil pengukuran
Keterangan

14
1. Kadar Air % < 50 37,4 Sesuai
2. Temperatur 0C Suhu
udara
25,6 Sesuai
3. Warna Kehitama
n
Kehitaman Sesuai
4. Bau Tidak bau Tidak berbau Sesuai
5. Ukuran Partikel Mm 0,55 – 25 Lolos ayakan 6
mm 93,25%
Sesuai
6. Kemampuan Ikat Air % 58,72 Tidak diukur -
7. Ph 6,80 –
7,49
7,1 -7,3 Sesuai
8. Bahan Asing % 0 0 Sesuai
Unsur Makro
9. Bahan Organik % 27 – 58 115,9 Lebih besar
10. Nitrogen % 0,4 3,62 Sesuai
11. Karbon % 9,81–
32,28
67,23 Lebih besar
12. Phosphor(P2O5) % 0,39 Tidak ada standar
13. C/N Ratio 9,38-20 18,57 Sesuai
14. Kalium (K2O) % 0,59 Tidak ada standar
Unsur Mikro
15. Arsen Mg/kg < 0,50 Tidak diukur Logam berat
16. Cadmium(Cd) Mg/kg < 3 Tidak diukur Logam berat
17. Cobal (Co) Mg/kg < 34 Tidak diukur Logam berat
18. Chromium (Cr) Mg/kg < 210 Tidak diukur Logam berat
19. Tembaga (Cu) Mg/kg < 100 Tidak diukur Unsur mikro
8
20. Mercuri (Hg) Mg/kg < 0,8 Tidak diukur Logam berat
21. Nikel (Ni) Mg/kg < 62 Tidak diukur Logam berat
22. Timbal (Pb) Mg/kg < 150 Tidak diukur Logam berat
23. Selenium(Se) Mg/kg < 2 Tidak diukur Logam berat
24. Seng (Sn) Mg/kg < 500 Tidak diukur Unsur mikro
Unsur Lain
25. Calsium % < 25,49 6,83 Sesuai
26. Magnesium (Mg) % < 0,63 7,31 Unsur mikro
27. Besi (Fe) % < 2,03 113,57 Unsur mikro
28. Alumunium (Al) % < 2,20 Tidak diukur Unsur mikro
29. Mangan (Mn) % < 0,06 186,05 Unsur mikro
Bakteri
30. Fecal Coli MPN/gr < 1000 Tidak diukur
31. Salmonella sp. MPN/4 gr < 3 Tidak diukur

15
Organisme pathogen
32. KTK C mol kg -1 – 47,9 Tidak ada standar
Hasil Analisis Ekonomi
Biaya konstruksi atau biaya produksi model reaktor ini apabila bahan konstruksi sebagian
menggunakan bahan bekas adalah sebesar Rp 218.100 sedangkan bila seluruhnya bahan baru
sebesar
Rp 276.000.
Hasil perhitungan kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa nilai Internal Rate of Return (IRR)
pengoperasian reaktor ini adalah sebesar 32 %, kemudian Net Present Value Rp. 737.212,80.
Sedangkan B/C Ratio nya adalah sebesar 2,2 % dan BEP 0,72 tahun untuk umur reaktor selama 5
tahun. Dilihat dari kelayakan investasi, alat ini layak secara ekonomi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian masih dijumpai beberapa kelemahan pada reaktor kompos yang
dirancang. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :
1. Konstruksi tutup tangki reaktor di bagian bawah tidak berlubang, sehingga dengan konstruksi
tersebut akumulasi air yang tertampung di bagian bawah reaktor semakin banyak. Kondisi ini akan
berdampak pada tingkat kadar air untuk kompos di lapisan paling bawah akan makin besar
mengingat sampah yang diisikan tiap hari ke dalam reaktor masih mengandung air. Untuk itu
diperlukan perbaikan konstruksi tutup tangki reaktor bagian bawah dengan membuat lubang dan
pengarah keluaran air gravitasi dari tumpukan sampah yang ada dalam reaktor.
2. Kompos yang diperoleh masih bercampur dengan bahan yang sukar terdekomposisi seperti
tulang,
biji-bijan atau kulit buah keras. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada prosedur pemilahan
sampah yang akan dimasukan ke dalam reaktor.
3. Saat kompos dari lapisan pertama reaktor diperoleh di hari ke 21, pada lapisan dinding reaktor
terdapat tanda-tanda korosif pada bahan (warna kuning pada tangki besi dari reaktor). Untuk itu
diperlukan perbaikan pada dinding reaktor dengan terlebih dahulu diberi lapisan cat atau ter untuk
menghindari korosi. Alternatif lain dengan menggunakan bahan tangki reaktor yang lebih tahan
lama seperti plastik.
9
Walapun demikian secara umum kinerja reaktor kompos ini sudah memenuhi kriteria yang
diinginkan, yaitu tidak berbeda jauh dengan standar yang ditetapkan melalui SNI.
SIMPULAN
1. Reaktor sesuai untuk diterapkan untuk mengatasi permasalahan sampah khususnya pada skala
rumah tangga, dengan beberapa kelebihan yang dimiliki, yakni : dapat diisi secara kontinyu, dapat
mereduksi bau sampah karena adanya aktivitas mikroba dari bioaktivator, mempercepat proses
dekomposisi, kompos dapat dihasilkan untuk lapisan pertama pada hari ke 21.
2. Kualitas kompos yang dihasilkan secara umum sesuai dengan standar nasional yang telah
ditetapkan, sehingga baik untuk diaplikasikan untuk bidang pertanian.
3. Secara ekonomi penggunaan reaktor ini layak untuk diaplikasikan mengingat dengan biaya
produksi sebesar Rp 218.100, alat ini mampu memberikan tingkat pengembalian invetasi (IRR)
sebesar 32 %, kemudian Net Present Value Rp. 737.212,80 dengan nilai B/C Ratio sebesar 2,2 %
dan BEP 0,72 tahun.
4. Aplikasi model reaktor kompos skala rumah tangga ini akan memberi manfaat yang besar
disamping penggunaan komposnya untuk pertanian juga sebagai alternatif solusi masalah sampah
kota yang hingga saat masih mengandalkan pada pembuangan sampah ke tempat pembuangan

16
sampah akhir, yang sarananya semakin terbatas dan sulit.
Saran
1. Untuk mengetahui hasil kinerja aktual reaktor ini perlu dilakukan pengujian adaptasi di
lingkungan rumah tangga.
2. Diperlukan adanya pengujian kadar kandungan unsur-unsur mikro pada kompos hasil pengujian,
mengingat dalam penelitian ini hal tersebut belum dilakukan.
3. Kompos yang dihasilkan dari reaktor ini disarankan untuk diujicobakan pada tanaman sehingga
dapat dibuktikan kelebihan dan kekurangan kompos yang diperoleh terhadap tanaman. Disamping
itu juga dapat diketahui komposisi aplikasi kompos yang tepat untuk jenis tanaman yang akan
dipupuk dengan menggunakan kompos ini.

DAFTAR PUSTAKA
Darius. 2001. Perancangan reaktor kompos skala rumah tangga. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pertanian.
Fakultas Pertanian Universiatas Padjadjaran. Jatinangor. (tidak dipublikasikan)
Herwanto, T. 2000. Modul rancang bangun mesin dan peralatan pasca panen kacang tanah pada
produksi dan pengolahan kacang tanah sebagai kegiatan usaha agribisnis. LPM Unpad.
Bandung.
Kramadibrata, A., dan Roni Kastaman. 2003. Introduksi teknis sistem pengelolaan sampah terpadu
(SILARSATU). Laporan Kajian Riset Terapan. Kerjasama LPM Unpad dengan Litbang Kota
Bandung. (tidak dipublikasi)
PD. Kebersihan Kota Bandung. 2003. Rata-rata produksi sampah per hari di kota Bandung tahun
2001/2002. Available at : http://www.bappeda-bandung.go.id. 7 November 2003.
SNI no.19-7030-2004. Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Bandung.

17

You might also like