You are on page 1of 37

LAPORAN PENELITIAN

TENTANG

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT


MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
PRODUKSI DAN PEMASARAN BUAH MANGGA
DI KABUPATEN MADIUN

TAHUN ANGGARAN 2000

RINGKASAN EKSEKUTIF

KERJASAMA ANTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH


PROPINSI JAWA TIMUR
DENGAN

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam tatanan ekonomi regional Kabupaten Madiun, sektor pertanian


hingga saat ini masih memegang peranan yang sangat penting dalam
menyediakan pendapatan daerah dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal
ini disebabkan karena sebagian besar penduduk masih menggantungkan mata-
pencahariannya pada sektor ini. Oleh karenanya pembangunan sektor
pertanian yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
memperkuat landasan untuk pembangunan pada tahap berikutnya perlu
dilakukan terus.
Tingkat keberhasilan pembangunan pertanian yang ditandai dengan
meningkatnya produktivitas masih dihantui oleh adanya berbagai tantangan dan
peluang. Dengan demikian di samping untuk melestarikan produktivitas,
pembangunan pertanian juga harus ditujukan untuk perbaikan gizi masyarakat
dan peningkatan kegiatan-kegiatan agribisnis yang dapat diakses langsung oleh
masyarakat. Dengan arah seperti ini, sasaran peningkatan pendapatan,
perluasan kesempatan kerja, melalui peningkatan “sektor basis” akan dapat
segera terwujud. Bertitik tolak dari pertimbangan seperti di atas, maka
pemerintah akhir-akhir ini mulai menaruh perhatian yang sangat besar untuk
mengembangkan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang
diharapkan dapat merangsang kegiatan agribisnis dan mangarah pada komoditi
sektor “basis”, seperi komoditas mangga, yang selama ini dianggap
mempunyai potensi pemasaraan dan distribusi ke luar daerah.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sistem agribisnis
komoditas mangga di wilayah Kabupaten Madiun yang dapat diidentifikasikan
selama ini adalah:
(a). Volume perdagangan buah mangga ke luar daerah selama ini mengalami
fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang
terkait dengan masalah ini adalah kendala-kendala kualitas (terutama
tentang tingginya ragam jenis/varietas yang ada dan umumnya
mempunyai kualitas buah yang inferior); keadaan teknik penanganan
pascapanen (pengemasan dan pengepakan buah segar) untuk
perdagangan jarak jauh; serta kendala-kendala diversifikasi produk olahan
buah mangga.
(b). Selama ini tanaman mangga masih banyak (sekitar 70% dari total
populasi) ditanam penduduk pada lahan pekarangan di sela-sela tanaman
lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan
tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan,
apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak"
(feasible) baik ditinjau dari aspek finansiil, ekonomi, maupun sosial.
(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara
komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang

Mangga-2000
2

permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan


agribisnis mangga, perlu dikaji model penge lolaan yang dapat
memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, trans-
fer teknologi serta permasalahan lainnya.

1.2. Tujuan

(1). Ikut menggerakkan roda perekonomian nasional pada tingkat akar rumput
(grass - roots), khususnya yang melibatkan secara langsung masyarakat
dengan segenap sumberdayanya untuk mengelola agribisnis buah
Mangga
(2). Membantu memperlancar sistem produksi , nilai tambah dan distribusi
hasil buah mangga serta hasil-hasil olahannya, melalui perancangan dan
upaya penerapan teknologi tepat guna inovatif
(3). Mengembangkan kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk
berwawasan sebagai pengusaha mikro dan/atau pengusaha kecil yang
terkait dengan pengelolaan agribisnis komoditas mangga
(4). Menggalang sinergisme antara masyarakat , kelembagaan tradisional
yang ada, perguruan tinggi dan PEMDA guna menggerakkan roda
perekonomian masyarakat dengan melibatkan kelompok-kelompok
masyarakat (Receiving System Groups) secara langsung dengan segala
sumberdayanya untuk mengembangkan agribisnis komoditas mangga .

II. METODE PENELITIAN

2.1. Kerangka Konsep: Model sistem agribisnis mangga


Sistem agribisnis sebagai suatu unit aktivitas ekonomi terdiri atas
serangkaian proses-proses produksi primer, sekunder , tersier, dan jasa-jasa
(Downey dan Erickson, 1989). Mengacu pada batasan ini, maka kegiatan
penelitian diawali dengan evaluasi kapabilitas sumberdaya alam, agro-sosio-
teknologi, dan diakhiri dengan kajian alokasi dan distribusi pendapatan di antara
pelaku kegiatan, termasuk petani.

(1.). Evaluasi agroekologi. Tiga macam faktor lingkungan yang


dianggap snagat menentukan ekeberhasilan pertumbuhan dan produksi
mangga adalah ketinggian tempat, curah hujan tahunana (dan jumlah uran
kering), dan kedalaman efektif tanah.

(2). Sistem usahatani mangga. Sistem usahatani mangga di Jawa


Timur sebagian terbesar dilakukan oleh rakyat seca-ra individual dengan skala
kecil. Keragaman sistem usahatani ini dsangat besar dengan tingkat

Mangga-2000
3

kompleksitas yang berbeda-beda. Secara struktural sistem usahatani mangga


terdiri atas komponen ekologis dan komponen sosial-ekonomi.

2.2. Ruang Lingkup


Lingkup kegiatan penelitian ini pada hakekatnya dapat dipilah menjadi
tiga tahapan, yaitu:
(1). Tahapan analisis keragaan sistem agribisnis komoditas mangga di wilayah
Kabupaten Madiun, yang berpusat di wilayah Kecamatan Dolopo dan
sekitarnya. Kajian ini meliputi aspek-aspek:
(a). Potensi agroekologi dan sumberdaya alam bagi pengembangan
komoditas mangga: Pewilayahan Komoditas mangga
(b). Profil Usahatani pertanaman mangga rakyat
(c). Agro - sosio-teknologi komoditas mangga
(d). Teknologi pra-panen, panen, dan pascapanen, serta pengolahan hasil
buah mangga
(e). Sistem dan lembaga pemasaran buah mangga.
(2). Tahapan perancangan paket teknologi tepat-guna, dilanjutkan dengan
mengkomunikasikannya kepada khalayak melalui pendekatan “Receiving
System Groups”. Implementasinya dalam bentuk penyuluhan, penerangan,
temu lapangan, demonstrasi / percontohan teknologi budidaya, teknologi
pemasaran dan teknologi pengolahan hasil. Kegiatan ini dipusatkan di
wilayah Kecamatan Dolopo dan sekitarnya
(3). Tahapan implementasi / ujicoba teknologi tepat guna melalui bentuk-bentuk
“lomba” yang diikuti oleh masyarakat pelaku agribisnis mangga. Kegiatan
ini meliputi teknologi budidaya tanaman, pascapanen dan pengolahan hasil.

2.3. Data dan Informasi yang dihimpun


Bertitik tolak dari konsepsi di atas maka data-data yang diperlukan
meliputi data agroekologi (lahan, iklim, dan air), agroekonomi (I/O usahatani
mangga, pemasaran, dan lainnya), Agro-sosio-teknologi (teknologi "mangga"
yang dikuasai petani: Budidaya, pascapanen dan pengolahan hasil), dan data-
data penunjang lainnya.

2.4. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian secara umum adalah Wilayah Kabupaten Madiun,
Propinsi Jawa Timur. Daerah pusat produksi mangga yang dipilih adalah
Kecamatan Dolopo , Kebonsari, dan sekitarnya dan sekitarnya.

2.5. Metode Pengumpulan Data dan Analisisnya


Kegiatan survei (dengan metode RRA dan Receiving System Groups)
dilakukan untuk menghimpun data dan informasi primer tentang: sistem
usahatani mangga, sistem pemasaran, karakteristik agroekologi, penguasaan

Mangga-2000
4

teknologi mangga oleh petani, dan respon petani terhadap pengembangan


agribisnis mangga.
Kegiatan “transfer informasi teknologi inovatif” dilakukan dalam bentuk
dialog / diskusi lapangan, penerangan/penyuluhan/ceramah, Demonstrasi /
percontohan, lomba-lomba perawatan tanaman dan penanaman bibit mangga,
dan penyebaran leaflets.
Responden petani mangga dipilih di antara pemilik mangga di wilayah
Kecamatan Dolopo. Dalam studi pemasaran melibatkan sejumlah lembaga
pemasaran buah mangga di Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Pasar Dolopo,
Pasar Buah Kodya Madiun, dan kis-kios/ pengecer buah mangga di wilayah
Kabupaten dan Kota Madiun. Khusus untuk penelaahan pembibitan telah
dilibatkan beberapa pusat pembibitan / penangkar bibit di Desa Jiwan-
Kabupaten Madiun, Penangkar bibit di Dolopo, dan penangkar di Caruban.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Produktivitas Mangga di Wilayah Kabupaten Madiun

Perkembangan produksi mangga di Madiun, Jawa Timur semenjak


tahun 1985 menunjukkan kecenderungan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis
mangga yang dominan Arumanis/ Gadung , Manalagi dan mangga Jawa

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga.

Tahun Produksi Perkembangan


(ton) (% /th)
1988 186.250 -
1990 207.600 11.46
1991 284.850 37.21
1993 306.225 7.50
1995 452.500 47.77
1998 611.250 35.08
Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jawa Timur
3.2. Zone Pengembangan Mangga
Tanaman mangga sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai
bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup
tahan kekeringan (termasuk wilayah Kecamatan Dolopo dan sekitarnya). Di
daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami gangguan
seperti kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek
buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air
tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah
dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode kering sebelum dan sewaktu

Mangga-2000
5

pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan


cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat
mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik
tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya
cukup dalam.
Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola
hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi
lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas
tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat
berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus.
Wilayah pengembangan mangga dapat dijelaskan seperti berikut.
(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-700 m dpl,
CH = > 2000 mm/tahun)
Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya
adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga
menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu
kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.
(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400-700
m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun)
Sebaran wilayah ini sangat luas dengan kondisi agroekologi sangat
beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah solum
tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.
(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering(0-400 m dpl, CH =
< 750 mm/tahun). Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman
mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang
mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan
umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim
adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.
(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl,
CH = 1000-2000 mm/tahun). Wilayah ini sangat potensial untuk
dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat
umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi mangga. Periode kering
cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala
yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal,
drainase jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.

3.4. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga

3.4.1. Sistem Pengusahaan

Mangga-2000
6

Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekarangan


secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengusahaan mangga
berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga


Berdasarkan Sistem Pengusahaannya

Sistem Usahatani % responden


1. Mangga diusahakan pada lahan
pekarangan 60 - 70
2. Mangga diusahakan pada lahan
tegal dan tumpangsari dengan
tanaman pangan 20 - 25
3. Mangga diusahakan pada lahan
tegal secara monokultur < 10

Source: Appraisal lapangan, 2000.

Tanaman mangga di lahan pekarangan umumnya tidak mendapatkan


perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya,
pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman telah berumur tua
dan dahulu ditanam dari biji. Dalam keadaan seperti ini sifat irregular-bearing
sangat menonjol , kualitas hasil panen dan waktu panen sangat beragam.

3.4.2. Produktivitas Tanaman Mangga


Jumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra produksi
Dolopo disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 . Estimasi Jumlah Tanaman dan Produksi Mangga

Kultivar Jumlah tanaman mangga Produksi


Dewasa Muda Total buah
(q)
Gadung 95.527 55.520 151.047 137.085
Manalagi 44.735 33.149 77.884 58.357
Golek 20.950 23.986 44.936 35.803
Madu 7.229 18.303 25.532 7.898
Jenis lain 45.972 63.932 109.904 142.372
Sumber: Diolah dari berbagai sumber data sekunder, 1998/99.

Mangga-2000
7

3.4.3. Sistem usahatani mangga rakyat


Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani
sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani

Rata-rata kondisi riil


1. Rata-rata jumlah pohon / RTP 3 - 10 pohon
2. Lahan yang digunakan Lahan pekarangan
3. Jarak tanam Tidak beraturan
4. Sistim penanaman bibit Sebagian besar berasal dari cangkokan
5. Jenis mangga yang banyak Arumanis (gadung): umur < 10 tahun
diusahakan Mangga Jawa: tanaman tua > 15 tahun
6. Pemangkasan Umumnya dilakukan pada
waktu tanaman umur 1-3 tahun
7. Pemupukan Umumnya dilakukan pada waktu
tanaman umur 1-2 tahun
8. Pemberantasan hama dan Jarang dilakukan
penyakit
Source: Diolah dari Data Primer , 2000.

3.4.4. Pemasaran buah


Buah mangga pada umumnya dipasarkan dalam bentuk buah segar,
kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk
olahan. Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
luar daerah sentra produksi.

a. Saluran Pemasaran
Buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten Madiun sebagian kecil
dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten dan sebagian besar dikirim ke luar
wilayah. Saluran pemasaran buah mangga tersebut dapat diabstraksikan sbb:

Petani Pedagang 15-20% Pengecer


MANGGA Dolopo di Madiun

20-30% 50 - 65%

Pedagang dalam Propinsi Pedagang luar Propinsi


Jawa Timur: Jawa Timur:

Mangga-2000
8

- Surabaya - Jakarta , Bandung


- Malang - Bali
- Kediri - Semarang, Solo

b. Metode Pemasaran
Penjualan buah mangga dari petani kepada pedagang pengumpul
biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon atau kontrak. Sebagian
besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%),
sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon dan kontrak,
mekanisme penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.

c. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran mangga dari Kabupaten Madiun ke luar daerah (ke
Jakarta dan Bandung) disajikan dalam Tabel 5. Market Share petani dari harga
beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 40-45%.

3.4.5. Agro-Technologi Mangga


Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Madiun diperoleh informasi
tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 7.
Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga
(Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga.
Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan
belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh
dikatakan melakukan budidaya apa adanya.

Tabel 5. Pemasaran Mangga ke luar wilayah Madiun

Aktivitas Nilai Pangsa relatif


(Rp/100 buah) (%)
1. Petani
Harga jual 14.280 44.70
2. Pedagang pengumpul
a. Harga beli 14.280 44.70
b. Biaya
- Panen 714 2.23
- Sortasi 460 1.44
- Packing 1.285 4.02
- Transport lokal 250 0.78
- Kuli angkut 860 2.69
- Transport keluar

Mangga-2000
9

daerah (Jakarta) 5.732 17.94


Total 9.301 29.12
c. Harga jual 31.945 100
d. Keuntungan 8.355 26.15
Keterangan: Berpedoman harga tahun dasar 1998/99.

3.5. Kelayakan sistem agribisnis mangga

3.5.1. Aspek Agroekologi


Tanaman mangga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
tempat-tempat dengan ketinggian 0-700 meter diatas permukaan laut,
sedangkan kondisi yang ideal adalah 0-400 m dpl bebas banjir/genangan air.
Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman mangga sebagai berikut :
(1). Daerah-daerah yang kondisi iklimnya ditandai oleh bulan basah kurang dari
9 bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8
bulan basah dan 4- 5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm
atau lebih, sehingga tidak terjangkau oleh sistem perakaran .
(2). Daerah-daerah yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan keringnya 4-6
bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.
(3). Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang dari 5 bulan dan bulan
keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan dan keringnya 8
bulan, dengan kedalaman muka air tanahnya 50 cm sampai dengan 150
cm di bawah permukaan.

Tabel 6. Keadaan Agro-Teknologi Budidaya Mangga.

Dolopo Kebonsari
Pekarangan Tegalan Pekarangan Tegalan
I. Bibit dan Pembibitan
a. Asal bibit
- Sendiri 75.0 % 36.5 % 55 % 20%
- Membeli 25.0 % 63.5 % 45 % 80
b. Cara Pembibitan
- Biji 55.0 % 0 15 % -
- Sambungan 26.0 % 55.0 30 % 60%
- Okulasi 15.0 % 30.0 20 % 40
- Cangkok 4.0 % 15.0 35 % -
c. Jarak Tanam; m
- Tak teratur 8 x8 - 7 x7 -
- Teratur 10 x 10 12 x 12 10 x 10 10 x 10
d. Sistim Penanaman
- Tumpangsari 100 % 75 % 85 % 50%
- Monokultur - 25 % 15 % 50
II. Pemeliharaan

Mangga-2000
10

a. Pemangkasan/
Benalu 55.55 % 40.75 % 50 % 80%
b. Pemupukan 11.00 % 55.00 % 20 % 90%
c. Pemberantasan
hama penyakit 5.00 % 45.00 % 12 % 70%
d. Penyiangan 40.00 % 75.00% 20 % 80%
III. Jumlah rata-rata 4 -5 pohon 60 3-4 40
pohon setiap orang
Sumber: Diolah dari data primer, 2000.

3.5.2. Prospek pengembangan mangga

Keberhasilan pengembangan mangga di Kabupaten Madiun, Jawa


Timur menghadapi beberapa faktor:

(a). Suplai bahan pangan


Pengembangan tanaman mangga haruslah diarahkan pada lahan kering
(pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah
kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang Kabupaten yang
menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam tanaman mangga
pada setiap jengkal lahan yang kosong.
(b). Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan kritis di wilayah Kabupaten Madiun sampai saat ini masih
memerlukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di
kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya
kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan.
Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman
ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
(c). Respon Penduduk/Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani untuk menanam
mangga pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan
terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini
pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk
pengadaan bibit mangga yang baik.
(d). Peningkatan intensitas penggunaan lahan
Intensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu
sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil
dipanen dan kadang- kadang gagal dipanen karena mengalami
kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak
menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan
tidur "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan
seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.

Mangga-2000
11

(e). Peningkatan Pendapatan Petani


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga memberikan
sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila
pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut
diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.

3.5.3. Aspek Sosio-teknologi


Penguasaan agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya
sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani
yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi teknologi inovatif.
Teknologi bibit dan pembibitan, pena naman dan perawatan tanaman, serta
fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.

3.5.4. Ketersediaan Input Produksi


Ketersediaan sarana produksi untuk pengembangan mangga yang
terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di wilayah
Kabupaten Madiun, Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan
permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan
masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan,
karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel
7).

Tabel 7 . Analisis Usaha pembibitan volume 1500 batang bibit

Bahan :
a. Sewa Tanah 0.15 Ha Rp. 150.000
b. Benih 2000 x Rp. 10 Rp. 20.000
c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.- Rp. 1.700
II 30 Kg x Rp. 170.- Rp. 5.100
d. Tali Plastik Rp. 1.000
e. Kranjang 2000 x Rp. 50.- Rp. 100.000
f. Entris 2000 x Rp. 15 Rp. 30.000
Rp. 307.800

Tenaga_Kerja :
a. Pengolahan Tanah:
- Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000
- Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 35.000
b. Penanaman:
- Ajir & tanam 12.5 HKSP x Rp.2.000. Rp. 25.000
c. Pengairan:

Mangga-2000
12

- Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 50.000


- Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 48.000
d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 36.000
e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000
f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 Rp. 150.000
g. Pemanenan &
pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 100.000
Rp. 484.000
Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250 Rp.1.875.000
Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000 Rp. 791.800
Pendapatan : Rp.1.083.200
Sumber: Berpedoman harga tahun daras 1997/98
Olahan hasil observasi lapangan, 2000

3.5.5. Aspek Finansial

a. Tingkat profit
Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara kormersial
dalam bentuk ke-bun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi
keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan usahatani mangga
monokultur disajikan dalam Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Biaya Investasi Awal Usahatani Mangga (Hasil Estimasi)

Uraian Satuan Volume Nilai (Rp)


1. Sewa tanah Ha 1 200.000
2. Sarana pengairan Buah 2 400.000
(pembuatan sumur) (@ Rp. 200.000 )
3. Sarana produksi:
a. Bibit batang 175 218.750
b. Pengolahan tanah HKSP 11 22.000
c. Penanaman HKSP 20 40.000
d. Pengairan HKSP 8 16.000
e. Pupuk dan rabuk unit 175 43.750
Sub Total 340.500
Total of initial invesment 940.500
*) Berpedoman harga tahun dasar 1998/99.

Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman


mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan

Mangga-2000
13

dengan alasan untuk mem perhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya


mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian,
gangguan hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama
30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan
keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari
kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga
pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV)
sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR)
sekitar 32.75 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara
finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.

3.6. Teknologi Inovatif Tepat Guna


Komoditi buah segar mangga dan produk olahannya mempunyai
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang
mampu bersaing dengan buah-buah sejenis dari daerah lain dan produk eks-
impor. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh komoditi mangga ini
adalah “quality control” untuk mendapatkan kualitas buah segar yang tinggi dan
seragam sesuai dengan pasar. Untuk buah Mangga adalah Arumanis/Gadung
Grade A Kualitas 1, Mangga Manalagi adalah Grade 1, dan untuk mangga Golek
adalah Kualitas 1.

Tabel 9. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga


(untuk setiap Hektar kebun Mangga)

Keterangan Keadaan
1. Umur mulai berproduksi 4 tahun
2. Umur impas permodalan 10 tahun
3. Net Present Value (NPV)
dengan DF = 18 % Rp. 4.060.000
4. Internal Rate of Return (IRR) 32.75 %
5. Nilai Break Event Point (BEP)
a. Produksi 152 buah / pohon
b. Harga Rp. 32.5 / buah

*) Harga menggunakan tahun dasar 1997/98

Dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas buah mangga ini


diperlukan upaya-upaya pemberdayaan petani produsen melalui penerapan
teknologi tepat guna dalam aspek:
1. Teknologi Pra-panen , yang berkenaan dengan

Mangga-2000
14

AGROTEKNOLOGI INOVATIF pembibitan dan penanaman bibit,


perawatan tanaman dan pembentukan tajuk tanaman,
penanganan pembungaan dan pembuahan, serta perawatan
buah.
2. Teknologi panen, panen selektif yang berpedoman pada “Kalender
petik Buah” serta indikator visual yang berkaitan langsung dengan
kualitas buah
3. Teknologi pasca-panen, terutama yang berkenaan dengan
“pengemasan dan pengepakan” buah mangga dengan
menggunakan keranjang bambu, peti kayu, atau kotak
kerdus/karton yang dilengkapi dengan “guntingan kertas sayur”
atau “kertas telur”.

Penggunaan sistem pengepakan dengan peti kayu atau kotak karton


yang dilengkapi dengan “Kertas Telur” disarankan dengan kemasan seberat 30-
35 kg dan kemasan 15-20 kg untuk buah mangga Grade A kualitas 1. Sistem
ini seyogyanya untuk buah mangga yang akan dikirim menempuh jarak jauh.
Dalam hal penerapan teknologi perawatan tanaman hingga panen
dapat diabstraksikan sbb:
Tanaman mangga secara alami dapat berbuah sekali dalam setahun.
Tindakan pengelolaan selama satu siklus panen buah dengan menerapkan
“AGROTEKNOLOGI INOVATIF” untuk menghasilkan buah Grade A dengan
Kualitas No 1 adalah sbb:

Panen

Pemupukan dan perawatan tajuk tanaman

Pemupukan
Pengairan
Circle weeding Pemangkasan tajuk

Pelengkungan cabang

Pestisida
Zat tumbuh / Pecah kuncup daun/bunga
hormon

Bunga - Fruitset

penjarangan

Mangga-2000
15

pembungkusan Perkembangan Buah

Panen

Teknik perawatan tanaman mangga secara inovatif harus berpedoman


pada bagan di atas. Perawatan tanaman yang baik pada satu periode panen
akan berpengaruh baik pula pada periode panen berikutnya. Demikian juga
sebaliknya, pengelolaan tanaman yang jelek akan menurunkan produktivitas
tanaman pada panenan berikutnya.

Mangga-2000
16

Teknologi pembibitan grafting untuk mendapatkan bibit unggul produktif:

Biji mangga Jawa Lokal Pohon induk terpilih

Perkecambahan biji Pecah kuncup daun

Bibit /tanaman muda : Sambung pucuk Tunas pucuk

Bibit Grafting di pesemaian Polybag systems

Bibit grafting hidup/


siap tanam

Penanaman bibit di lahan : Pocket systems

Mangga-2000
17

Teknologi penanganan pascapanen buah dapat diabstraksikan sbb:

Panen Buah Mangga: Indikator visual “buah tua”

Sortasi dan Gradasi: Grade A Kualitas 1

ke luar propinsi dalam kota/kabupaten Madiun

Penghambatan Percepatan / Penyeragaman


Proses pematangan Proses Pematangan
(perlakuan CaCl2) (Perlakuan ether)

Teknologi Teknologi
Pengepakan Pengemasan /labelling
- keranjang
-peti kayu
- kotak kardus Pengiriman / Pengangkutan/
Transportasi

Bongkar muatan

Pengemasan akhir & labelling

Penyajian pada market-gate:


Kios buah / Swalayan/ Pasar buah/ Pengecer

Konsumen

3.7. Kawasan Agribisnis Milik Masyarakat (KAMM):


Kebun Mangga

Mangga-2000
18

3.7.1. Dasar Pertimbangan

1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat perkebunan


mangga dan olahan mangga, melalui KAMM Mangga (Kebun rakyat
mangga)
2. Antisipasi KRISIS produk buah, akibat melimpahnya buah-buah impor
3. Sistem Produksi dan Distribusi produk buah segar Indonesia:
- lemahnya posisi tawar petani mangga
- Industri estate di Jawa sekala besar in-feasible
- Produksi mangga pada lahan-lahan subur mengalami tekanan berat
dari komoditi lain
- Sistem kemitraan petani mangga - pedagang mangga “kurang adil”
- Biaya produksi relatif tinggi, terutama biaya angkutan
4. Industri hilir masih terbatas pada industri olahan tertentu.
5. Luasnya kawasan lahan kritis yang potensial untuk dikembangkan menjadi
kebun-rakyat mangga

3.7.2. Tujuan

1. Memberdayakan ekonomi masyarakat perkebunan mangga rakyat melalui


KAMM Mangga guna peningkatan daya saing produk buah mangga dari
kawasan laon
2. Menginisiasi berkembangnya KAMM Mangga-Terpadu yang didukung oleh
adanya techno-industrial cluster yang relevan
3. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk agribisnis
mangga: Buah mangga, olahan mangga, pupuk organik, silage pakan
ternak
4. Pengembangan kelembagaan Koperasi pengelola KAMM Mangga-terpadu

Mangga-2000
19

3.7.3. Keterkaitan Sistem Kelembagaan

MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

DANA INVESTASI

POSYANTEK Teknol Koperasi KAMM-Mangga


dana

Kebun KSP Mangga


Teknologi & 100-500 ha
SIM-Pasar Kebun-Rakyat 3-S

Industri Pengolahan
Pohon-Industri
MANGGA

Industri Industri
Pupuk Organik Jasa Transport
Pakan Ternak Promosi
(sillages) Pemasaran

Mangga-2000
20

KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KAMM-MANGGA

Cluster
ALSINTAN

KSP INDUSTRI Olahan Cluster PASAR


KEBUN Kripik mangga produk Regional
Mangga Mangga mangga
3-Strata
Ampas
olahan

- Pupuk
- Pestisida Bahan
- Herbisida penolong

Hujauan Cluster
Cluster pakan Pemasaran &
Agrokimia Transportasi

Pasar
Industri Industri Cluster Nasional
Silages Pupuk Kemas &
Pakan Organik Packaging
ternak

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

Mangga-2000
21

3.7.4. EVALUASI KONDISI Agribisnis Mangga

1. KEKUATAN:

a. Ketersediaan bahan baku yang didukung oleh keungolahan manggan


komparatif kualitas sumberdaya lahan dan agroklimat
b. Sifat unggul buah mangga untuk pasar regional dan nasional
c. Ketersediaan SDM dan masyarakat dengan etos kerja pantang menyerah
d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi
terhadap pengembangan Kebun-Rakyat Mangga
e. Potensi pasar yang sangat besar

2. KELEMAHAN

a. Kesenjangan hasil LITBANG ke aplikasi komersial


b. Lembaga pemasaran bertindak juga sebagai “lembaga eksklusif”
c. Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku
(cluster) agribisnis mangga
d. Produk hilir masih terbatas pada buah mangga segar.
e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi

3. PELUANG

a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka


b. Diversifikasi produk-produk perkebunan mangga sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster /pelaku kegiatan
agribisnis mangga (KAMM Mangga)
d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi mangga

5. ANCAMAN
a. Hambatan-hambatan sistem distribusi buah mangga domestik
b. Persaingan dengan produk buah impor
c. Persaingan dengan komoditi non-mangga dalam penggunaan lahan
d. Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan buah mangga

3.7.5. Program Pengembangan

1. Pemberdayaan Koperasi Pengelola KAMM Mangga Terpadu di wilayah


Dolopo, Kabupaten Madiun Jawa Timur
2. Pengembangan KAMM Mangga Terpadu dengan komponen utamanya:
a. KSP (Kawasan Sentra Produksi) Kebun rakyat Mangga 3-Strata

Mangga-2000
22

b. Cluster Industri Olahan Mangga


c. Cluster Industri Pupuk Organik Limbah kebun mangga
d. Cluster Industri Silages Pakan Ternak
e. Cluster ALSINTAN Pendukung
f. Cluster Agrokimia
g. Cluster LITBANG, Kebun Teknologi dan Sistem Informasi Pasar
h. Cluster Pengemasan dan Pengepakan
g. Cluster Transportasi dan Pemasaran
3. Kajian Keungolahan manggan produk-produk hilir kebun mangga rakyat
4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian
5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA)

3.7.6. OUTCOME
1. Berkembangnya KAMM Mangga-terpadu dengan keterkaitan yang adil di
antara cluster-cluster yang ada melalui pendekatan kawasan
2. Terbentuknya Koperasi pengelola KAMM Mangga yang mampu
mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk
mangga
3. Berkembangnya industri pengolahan buah mangga sekala mini
4. Meningkatnya citra dan keungolahan manggan produk mangga domestik

3.7.7. DAMPAK

1. Sinergi kelembagaan dan industri dalam “CLUSTER”


2. Sinergi antar pelaku agribisnis/agroindustri dalam KAMM Mangga terpadu
3. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi mangga
4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan mangga
5. Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan kritis

3.7.8. SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Tujuan utama dari pengembangan Kawasan Agribisnis Mangga ini


khususnya adalah peningkatan pendapatan petani mangga di wilayah lahan
kritis yang direncanakan menjadi sentra produksi komoditi mangga. Tujuan
lainnya adalah meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar
sentra produksi mangga tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa
perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya.
Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai adalah :
1. Pengembangan atau pembangunan kebun-rakyat komoditi utama mangga
di wilayah KAMM dengan total areal sekitar 500-1000 ha.

Mangga-2000
23

2. Penumbuhan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan


pertanian meliputi : Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) mangga,
Koperasi Petani Mangga, perusahaan/swasta, Balai Penyuluhan Informasi
Pertanian (BIPP) dan FORKA (Forum Komunikasi Agribisnis Mangga).
3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di wilayah
KAMM, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra agribisnis komoditas
mangga akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara lain :
sistem pengairan dengan sumur gali, jalan desa/jalan kebun, pasar/kios
desa dan pusat informasi agro-teknologi.
4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pengolahan dan sistem pemasaran
tradisional.

A. Pengembangan Komoditas

Pembangunan Kebun Mangga


Gadung Klon 21 dan Arumanis Klon 143 ditetapkan sebagai kultivar
mangga yang akan ditanam pada lokasi Kawasan Agribisnis (KAMM) Mangga
Mlarak-Sambit.
Target pembangunan kebun mangga/sentra produksi mangga pada
tiga kecamatan terpilih adalah seluas 1000 Ha kebun rakyat; sebagian daer
kebun rakyat ini sekarang telah ada dan sisanya dapat dilaksanakan dalam
waktu mendatang.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa
pengembangan sistem agribisnis mangga ditempuh dengan mengintegrasikan
(secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan
kebun mangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat
inovasi agroteknologi mangga (KAMM Mangga).
Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang
pengembangan KAMM mangga, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan
pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan
pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5).
Teknologi pengolahan buah mangga.

Mangga-2000
24

KEBUN-RAKYAT MANGGA: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun mangga

Tanm pagar : Pete, Sengon, Lamtoro gung, JATI

10 m
Phn mangga

10 m

jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah

tnm sela JAGUNG, KAC HIJAU

arah slope PAH/sumur batas lahan

Kandang ternak: Unit pengolah


Kambing/ rabuk-kandang
Sapi kereman

Mangga-2000
25

Pola Pengembangan Kawasan


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pada setiap UTPP terpilih akan
dikembangkan sentra produksi mangga seluas 400-500 ha (100 ha kebun inti
dan 300-400 ha daerah dampak). Sekitar 5 Ha dari kebun inti tersebut dapat
dikelola oleh Penyuluh Lapang (PL), merupakan kebun inti sekaligus berfungsi
sebagai Demplot kebun mangga. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman
mangga yang dikelola petani mangga.

Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /Pembatas


Pada areal KAMM di antara pohon mangga muda yang ditanam dengan
jarak 8 x 8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, cabai/lombok yang dapat dipanen setelah 3 - 4 bulan.
Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat
memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman
mangga berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam
secara bergilir hingga pohon mangga mencapai usia 5 tahun. Sedangkan
tanaman pagar/pembatas dapat berupa jati, sengon, pete, kaliandra, lamtoro
gung dan lainnya.

Kondisi Fisik
Setelah kurun waktu beberapa tahun, diharapkan tercipta sentra
produksi mangga milik petani di wilayah KAMM dengan kondisi sebagai berikut :
a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200
pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.
b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun mangga atau 50 - 75 pohon
produktif.
c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.
d. Terdapat sumur gali atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air bersih.

B. Kelembagaan

Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) Mangga


Mengingat bahwa sasaran areal pengembangan agribisnis mangga
tersebar di wilayah Madiun, maka target penumbuhan kelompok tani sebagai
lembaga inti pengembangan sentra agribisnis mangga dalam kurun waktu
tersebut mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani
sebanyak 50 KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan
20 Ha kebun/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja
secara efektif.
Satu KUBA mangga terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang
diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha lahan

Mangga-2000
26

akan ditanami mangga sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu KUBA
Mangga mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon mangga.
Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agribisnis mangga
seyogyanya didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud
mempermudah menghadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena
penumbuhan kelompok tani berdasarkan kedekatan hamparan usahataninya,
maka melalui pelatihan-pelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan
Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam
kelompok tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

Pengembangan Koperasi Petani Mangga


Koperasi dan Kios/Waserda adalah prasarana pelayanan yang akan
dikembangkan menjadi lembaga pemasaran. Pelayanan dimaksud berupa :
- Penyediaan saprodi
- Membantu menyediakan modal
- Sebagai lembaga pemasaran
- Investasi armada pengangkutan
Koperasi diharapkan tumbuh dan keberadaannya dibutuhkan oleh para
petani baik dalam fungsinya sebagai lembaga yang menyediakan kebutuhan
para petani maupun sebagai lembaga pemasaran bersama yang dapat
memasarkan hasil produksi milik petani. Karena itu pengurus koperasi sedapat
mungkin berasal dari para kontak tani (Ketua KUBA) dalam kelompok-kelompok
tani dalam di wilayah kecamatan yang sama.
Dalam fungsinya sebagai lembaga pemasaran bersama, Kontak Tani
Andalan (Ketua KUBA) sebagai pengurus kelompok tani serta sebagai
pengurus Koperasi diharapkan mampu mengadakan rintisan kemitraan dengan
pengusaha/swasta agar bersedia menampung hasil panen petani. Dengan
demikian petani memperoleh kepastian pasar bagi produksinya.

Kebun-rakyat 3-strata MANGGA seluas 200 ha

Mangga-2000
27

RTPLK-2 RTPLK-400
RTPLK-1
0.5 ha tegalan
0.5 ha tegalan 125 phn mangga 0.5 ha tegalan
125 ph mangga tnm sela 125 ph mangga
tnm sela tnm sela

PPL
5 ha Tegalan
1250 phn mangga
tnm sela

KUBA-1 KUBA-2 KUBA-...

25 RTPLK 25 RTPLK ....... 25 RTPLK


12.5 ha kebun 12.5 ha kebun .... ha kebun
3125 ph mangga .... ph mangga

KOPERASI PETANI MANGGA

Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon mangga Klon 21


Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA PASAR BRI/BPD

Industri Olahan Pedagang KKPA, KUT

Mangga-2000
28

Petugas Penyuluh Lapangan (PL II)


PL II merupakan tenaga penyuluh lapangan yang dalam tugasnya
sehari-hari berhubungan langsung/memberikan bimbingan langsung kepada
kelompok-kelompok tani (KUBA). Dengan mempertimbangkan bahwa satu
orang PL II mampu membina areal seluas ± 200-300 Ha atau ± 15 KUBA, maka
pada lima Kecamatan lokasi sentra agribisnis mangga harus terdapat minimal
5 orang petugas PL II yang profesional dalam agribisnis mangga.
Diharapkan ke 5 orang PL II tersebut merupakan mediator antara Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan
petani dengan kelompok-kelompok tani yang memanfaatkan informasi-
informasi tersebut melalui program- program Sekolah Lapang (SL).

C. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan

1. Pengairan
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat
proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan
Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak memungkinkan
dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan (PAH) melalui pembangunan
embung penampung air hujan. Idealnya, 2 buah sumur harus terdapat pada 1
ha kebun mangga. Dengan standard tersebut maka selama 5 tahun
pembangunan Kebun Mangga (KAMM mangga) akan dibutuhkan sebanyak
2000 buah sumur gali atau 1000 buah embung air hujan untuk memenuhi
kebutuhan air pada lokasi KAMM mangga seluas 1000 Ha.

Jasa Angkutan dan Transportasi


Pembangunan sarana/prasarana angkutan kondisi jalan di sekitar
sentra produksi mangga maupun dari sentra produksi ke jalan Kabupaten
menentukan kecepatan penyaluran saprodi dan pengangkutan/pemasaran hasil
produksi. Dengan meningkatnya kondisi jalan di sekitar sentra, diharapkan akan
meningkatkan frekwensi lalulintas angkutan umum termasuk angkutan barang
disekitar sentra produksi mangga yang pada akhirnya menumbuhkan dan
meningkatkan kegiatan sektor sektor jasa yaitu jasa angkutan umum termasuk
angkutan barang.

Pasar
Pasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup
memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat
kabupaten. Untuk mengantisipasi melimpahnya mangga yang akan dipasarkan
dalam bentuk buah segar, maka lembaga pemasarean di tingkat kabupaten
perlu dilengkapi armada angkutan untuk mendistribusikan hasil produksi dari
desa dan kecamatan.

Mangga-2000
29

Agro-Teknologi
Petani mangga di Kabupaten Madiun pada saat ini umumnya masih
kurang menerapkan teknologi budidaya secara intensif maupun penanganan
panen dan pasca panen. Dalam hal budidaya, tanaman belum mendapat
perawatan dan pemupukan secara memadai. Dalam hal panen dan pasca
panen tidak dilakukan perlakuan tertentu karena sebagian besar petani
menjualnya dengan sistem tebasan.
Teknologi tepat guna yang diperlukan dan akan dilatihkan kepada para
petani meliputi :
- Teknik penyiapan lahan
- Pembibitan dan penanaman bibit
- Budidaya
- Panen
- Pasca Panen (pengolahan skala kecil).

D. Pengolahan dan Pemasaran

Buah mangga dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil
olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas tinggi
meliputi :
a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan
perlakuan fisiko-kimia.
b. Penghambatan proses pematangan buah dengan perlakuan fisiko-kimia.
c. Grading
d. Packing/pengemasan
e. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik.
f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon).

Gadung Klon 21 merupakan jenis mangga yang masih mempunyai


prospek besar dijual sebagai buah segar. Namun demikian tetap perlu
dilakukan antisipasi terjadinya fluktuasi harga atau turunnya harga mangga
segar pada saat booming produksi/supply mangga. Pengolahan buah mangga
menjadi produk olahan dapat berupa :
- Manisan/asinan mangga
- Kripik Mangga
- Selai dan sirup
- Buah potong dalam kaleng atau juice mangga
Industri selai dan sirup dapat dilakukan sebagai home Industri dan
bahan bakunya cukup dipenuhi dari mangga yang bukan kualitas nomor 1.
Untuk industri kripik, buah potong dalam kaleng atau juice mangga diperlukan
pengolahan skala besar, dengan kebutuhan bahan baku (buah mangga) yang
harus di supply secara kontinue. Paling sedikit dibutuhkan areal panen seluas
500 Ha untuk dapat memenuhi bahan baku mangga bagi industri tersebut.

Mangga-2000
30

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

(1). Sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur


mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak
pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-
daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak
tanaman mangga yang produktif.
(2). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pekarangan dan
kebun cam puran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m
x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk
dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C 2
dan C3.
(3). Rata-rata produksi buah mangga di Wilayah Kabupaten Madiun,
Jawa Timur, pada saat sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan
potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Rendahnya
tingkat “fruitset” (rata-rata kurang dari 40%) belum diupayakan ditingkatkan
dengna manipulasi agrokimia atau manipulasi fisik / tajuk tanaman.
(4). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat
beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Usaha
peremajaan tanaman mangga rakyat sebagian besar telah memilih jenis
Gadung / Arummanis , Manalagi atau Golek, tanaman mangga jenis unggul ini
rata-rata masih di bawah 10 tahun.
(5). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang
tampaknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul
desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer.
Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah
didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga
dengan cara tebasan kontan atau ijon.
1. Saluran pemasaran buah mangga segar di wilayah Kabupaten/kota
Madiun, Jawa Timur adalah: Petani ----> pedagang/penebas ---->
pedagang penyalur di kota Madiun ----> pengecer lokal ---->
Konsumen.
2. Saluran pemasaran buah mangga segar ke luar propinsi Jawa Timur
secara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas desa ---->
pedagang pengumpul Kecamatan Dolopo ---------> Pedagang/Grosir
di Jakarta/Bandung/Denpasar/Semarang ----> Pedagang pengecer
lokal ----> Konsumen.

Mangga-2000
31

(6). Penerapan fungsi-fungsi pascapanen dan manajemen pemasaran


buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang
pengumpul tingkat desa atau kecamatan, yaitu meliputi pengepakan dengan
keranjang , kotak karton , atau peti-peti kayu. Produsen jarang sekali melakukan
fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab
rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang
dari 50%).
(7). Model Pengembangan Sistem Agribisnis Mangga yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur harus didukung oleh lima
subsistem yang saling berinteraksi secara fungsional, yaitu (1) pusat informasi
mangga dan kebun bibit yang berfungsi sebagai kelembagaan transfer
informasi teknologi inovatif, (2) Subsistem produksi: kebun mangga rakyat dan
kebun mangga monokultur dengan pola kemitraan; (3) diversivikasi produk
olahan dari buah mangga, (4) penanganan pascapanen buah segar
(Pengemasan dan pengepakan), dan (5) promosi dan pemasaran produk-
produk buah mangga.

SARAN

Pengembangan Kawasan Agribisnis Milik Masyarakat (KAMM) Kebun


mangga di wilayah Kabupaten Madiun , Jawa Timur dapat ditempuh dengan
mengintegrasikan secara fungsional aktivitas kebun mangga komersial dengan
kebun mangga rakyat (di lahan pekarangan/tegalan dan kebun mangga
campuran) dan pusat-pusat inovasi agro-sosio-teknologi mangga. Lima hal
yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan
kawasan agribisnis mangga ini adalah: (a) pengembangan pusat informasi
mangga: inovasi teknologi bibit dan pembibitan, (b) teknologi off-season
bearing, (c) teknologi pascapanen buah: penghambatan pematangan buah,
pengemasan dan pengepakan dan (d) diversifikasi produk olahahan buah
mangga kualitas inferior.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada BALITBANGDA Propinsi Jawa Timur


atas kepercayaan dan penyediaan dana bagi pelaksanaan penelitian ini.
Kepada BALITBANGDA Kabupaten Madiun, PEMDA dan BAPPEDA Kabupaten
Madiun diucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan serta kerjasamanya
demi kelancaran pelaksanaan penelitian ini. Demikian juga kepada segenap
jajaran pemerintahan Kecamatan dan Desa Dolopo serta petani mangga atas
dukungan dan partisipasinya.

Mangga-2000
32

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, S. 1990. Pengaruh beberapa macam media terhadap pertumbuhan tiga


varietas batang bawah mangga dan keberhasilan sambungan muda
dengan teknik mini-trees. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
pertanian, Unibraw, Malang.

Annisa. 1992. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan mangga


Gadung yang disambung pada lima varietas batang bawah mangga
(Mangifera indica L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
pertanian, Unibraw, Malang.

Astawa, I.N.G. 1985. Pengaruh beberapa wadah pembibitan dan pemupukan


terhadap pertumbuhan berbagai jenis mangga sebagai bahan batang
bawah. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian,
Unibraw, Malang.

Bambang Tegopati, 1986. Penggunaan NAA untuk Mempercepat Tumbuhnya


Bunga Mangga, Jurnal Hortikultura Nomor 17: 551-553.

Budhi, D.D. 1991. Pengaruh penyusuan terhadap tingkat keberhasilan dan


pertumbuhan tiga varietas batang bawah mangga. Skripsi, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1998. Laporan


Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur,
Surabaya.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1987. Prospek dan
Masalah Produksi Buah-Buahan di Jawa Timur (Makalah Kursus
Singkat). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986. Kebijaksanaan Pemerintah dalam


Pengembangan Hortikultura di Indonesia (Makalah Simposium). Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Indiyah, S. 1988. Pengaruh tiga rarietas batang bawah dan saat penyambungan
terhadap keberhasilan sambung dini tanaman mangga (Mangifera indica
L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw,
Malang.

Mangga-2000
33

Purnomo, S. 1987. Strategi Pengelolaan Tanaman dan Perbaikan Hasil


Mangga. Badan LITBANG Pertanian, Departemen pertanian, Jakarta.

Sentra, I. W. 1988. Pengelolaan Kebun Bibit Buah-buahan di Pasuruan.


Kerjasama Bank Indonesia, dengan Fakultas Pertanian Unibraw.
.
Soemarno. 1991. Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan
Lingkungan. Simposium Nasional Penel;itian dan PengembanganSistem
Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan, Malang 29-31 Agustus 1991.

Soemarno, N. Hanani, S. Wijana dan M. Dewani. 1996. Penelitian


Pengembangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur (Kasus Durian,
Mangga dan Rambutan). Kerjasama Pusat Penelitian Unibraw dengan
Bappeda Tingkat I Jawa Timur.

Supriyanto, A. 1985. Teknik Pembibitan Buah-buahan Secara Cepat. Sub


Balai Penelitian Hortikultura Tlekung, Malang.

Mangga-2000
34

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi keragaan sistem agribisnis


mangga di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur; kemudian dilanjutkan
dengan inovasi teknologi tepat guna dalam sistem produksi, pascapanen dan
pengolahan buah mangga. Metode survei digunakan untuk menelusuri data
dan informasi primer dan sekunder tentang mangga. Observais lapangan
secara appraisal dilakukan di pusat-pusat produksi mangga di kecamatan
Dolopo, Kebonsari, Kabuapten Madiun dan sekitarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usahatani mangga, baik
dalam kebun campuran/pekarangan maupun kebun monokultur, secara sosial
dan ekonomis layak untuk dikembangkan. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Madiun, Jawa Timur mempunyai kondisi agroekologi yang sesuai bagi tanaman
mangga. Daerah sentra produksi sekarang tersebar pada ketinggian 0-400 m
dpl dengan tipe iklim C3 dan D (Klasifikasi Oldeman), seperti kecamatan
Dolopo dan Kebonsari. Pada daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl
tanaman mangga masih dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik. Sebagian
besar jenis mangga lokal mempunyai buah yang kualitasnya kurang baik,
namun cukup baik untuk digunakan sebagai batang bawah.
Usaha peremajaan tanaman mangga rakyat umumnya memilih bibit
mangga Gadung/Arumanis dan Manalagi. Rata-rata produksi buah mangga
sekitar 10-11 ton/ha/th (mangga Gadung /Arumanis ) dan 7.5-8 ton/ha/th
(mangga Cv. Manalagi).
Saluran pemasaran buah mangga segar secara umum adalah Petani
-- pedagang/penebas -- pedagang penyalur di kota-kota besar -- pedagang
pengecer -- konsumen. Dalam transaksi penjualan biasanya posisi tawar-
menawar petani mangga snagat lemah. Dari hasil-hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Sistem Agribisnis Mangga di Kabupaten Madiun, Jawa
Timur harus didukung oleh lima komponen yang saling berinteraksi, yaitu (1)
Pusat Informasi mangga dan kebun bibit, (2) kemitraan sistem produksi antara
kebun mangga rakyat dan kebun mangga monokultur, (3) kelembagaan transfer
informasi teknologi inovatif, (4) penanganan pascapanen, dan (5) Siatem
pemasaran dan informasi pasar buah mangga, termasuk pasar ekspor

Mangga-2000
35

ABSTRACT

A study was conducted to evaluate the performances of mango agribussiness


systems in Madiun , East Java. Survey methode was used to collect data and
informations. Field observations were conducted in several mango production
areas in Dolopo and Kebonsari, Madiun regency. Land capability were
evaluated appraisally using general criteria of altitude, rainfall, and soil.
Feasibility of mango farming systems were evaluated involving a number of
farmers selected purposively in Dolopo and Kebonsari subdistricts.
The mango farming systems in homegardens and commercial monoculture
gardens, using plant spacing of 7 m x 7m and 10 m x 10 m were socio-
economically feasible and ecologically suitable to be developed. Tjhe
agroecology of most region of Madiun regency, East Java are suitable for
mango cultivation. Mango production areas generally located at the altitude of
0-400 m asl, under agroclimatic type of C2 , C3 and D. Only few mango
cultivars can be cultivated productively at the altitude of 400-1000 m asl. The
existing of cultivar of productyive mangoes tree are varied, resulting in a high
variations of mangoes fruits marketed. Most of these cultivars produce a lower
quality of fruits, although they can be used as good rootstocks. The activities of
mango replanting in the rural areas usually involve Gadung and Manalagi
cultivars. The serious impact due to the diverse population were the irregular-
bearing and the high fluctuation of fruit yield. The yield of Gadung cultivar in
Dolopo (monoculture gardens under medium level of management) during
period of 5-30 years is about 10-11 ton/ha/year, while the yield of Manalagi
cultivar in Dolopo is about 7.5-8.0 ton/ha/year. The usual market conduct in
East Java are: Farmer -- rural merchants -- merchants in towns of Bandung,
Surabaya, Jakarta -- retailers -- consumers.
The prospective model of mangoes agribusiness systems in East Java must
be supported by five interactive subsystems functionally, i.e. (1) information
center about mango technologies and seedlings management, (2) production
systems: small scale farming systems and commercial gardens systems, (3)
extension institutions which supply inovative technologies, (4) postharvest
management systems, and (5) marketing systems including informations of
overseas markets.

Mangga-2000
36

DAFTAR ISI

No Halaman

ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
II METODE PENELITIAN 2
Kerangka Konsep 2
Ruang Lingkup 3
Data dan Informasi yang Dihimpun 3
Loksi Penelitian 3
Metode Pengumpulan Data dan Analisisnya 4
III HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Produktivitas Mangga 4
Zonasi Pengembangan Mangga 5
Keragaan Sistem Agribisnis Mangga 6
Kelayakan Sistem Agribisnis Mangga 9
Teknologi Inovatif Tepat Guna 13
Kawasan Agribisnis Milik Masyarakat (KAMM): Mangga 18

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 30

Ucapan Terima Kasih 32


Daftar Pustaka 32

Mangga-2000

You might also like