You are on page 1of 29

BAB I

AQIDAH ISLAM

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI AQIDAH


Aqidah diambil dari akar suku kata ‘aqoda’, artinya ikatan dua utas tali
dalam satu buhul sehingga tersambung. Aqad berarti pula janji,
ikatan/kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Secara istilah
aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa
tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Inti dari aqidah islam adalah keimanan. Yang dimaksud dengan iman
sendiri adalah :
‫االيمان هو تصديق با لقلب تقرير با للسان وعمل با االركان‬
“Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengerjakan denagn perbuatan.”
Aqidah Islam merupakan penutup aqidah samawi (risalah langit), Al
Qur’an dan sunah rasul yang agung secara lengkap telah menjelaskan aqidah itu
dan memberikan petunjuk kepadanya berupa keimanan dan eksistensi Allah, hari
akhir, para malaikat, kitab-kitab suci dan para nabi secara takdir.
Aqidah Islam merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan
hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam, dengan ini orang muslim
terikat dengan semua aturan yang datang dari islam, hal ini yang menjadi
kekuatan serta dapat memotivasinya untuk tetap tunduk.
Fungsi Aqidah Islam

Aqidah islam mempunyai fungsi sebagai berikut :


1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia
sejak lahir, yaitu potensi fitrah yang selalu membutuhkan agama dalam
rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan. Untuk itu dipelukan adanya
keselarasan antar keyakinan lahiriah dan batiniah.

         


      

1
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl : 78)
2. memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa akan membuat
kegelisahandan gundah gulana jiwa yang hilang berubah menjadi
ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kenikmatan.

3. memberikan pedoman hidup yang pasti

         
          
 
“Dan agar orang-orang yang Telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al
Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk
hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk
bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Hajj:
54)

B. Karakteristik Aqidah Islam


Aqidah ilahiyyah mempunyai karakteristik yang membedakan dengan
yang lainnya, yaitu sebagai berikut :
1. Aqidah yang jelas

Aqidah yang jelas dapat diterima oleh akal, karena akal selalu menuntut
keesaan atau ketunggalan (karena apa yang terjadi bila kreator alam ini
lebih dari satu apalagi banyak) di balik keberagaman dan kebiknekaan
alam raya ini.

2. Aqidah fitrah

Aqidah inilah yang dibutuhkan oleh fitrah, hal ini senada dengan firman
Allah dalam surat Ar Rum : 30, serta dinyatakan dengan implisit oleh Nabi
melalaui haditsnya :
“setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah (islam) dan sesungguhnya
kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai yahudi, Nasrani atau
majusi” (HR. Muttafaq ‘alaihi)

2
3. Aqidah yang solid (kokoh)

Aqidah yang solid dan baku, tidak menerima tambahan dan pengurangan
dan tidak pernah mengalami distorsi atau penyelewengan-penyelewengan
terhadap aqidah ini.
4. Aqidah Argumentatif

Aqidah yang argumentatif yang tidak cukup dalam menetapkan dalam


persoalan-persoalannya dengan mengandalkan doktrin lugas dan intruksi
keras serta dogma-dogma menyesatkan.
      ..........
“......Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah
orang yang benar".”
5. Aqidah moderat

Aqidah yang moderat (pertengahan) yang mana anda tidak akan


mendapatkan pada sikap yang berlebih-lebihan maupun pengurangan.

C. Eksistensi dan Keesaan Allah


Eksistensi Allah sebagai penguasa alam semesta beserta semua
makhluk yang ada didalamnya tidak dapat terbantahkan lagi dengan
argumentasi apapun. Al Qur’an telah memberikan metode yang dapat
membuktikan eksistensi Allah, yaitu dengan cara :
1. Mengalihkan akal dan nalar kepada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan
Allah) di alam yang berbicara bahwa di baliknya ada penciptaan yang
Maha bijaksana, bahawa ciptaan ini harus ada penciptanya dan keteraturan
ini harus ada pengaturnya.

2. Menggugah fitrah sehat manusia yang dengannya seseorang dapat


langsung mengetahui bahwa ia memiliki Tuhan dan sembahan yang maha
kuat dan maha besar yang melindungi dan merawatnya.

3. Quotasi (pengambilan fakta) oleh Al Qur’an berdasarkan fakta sejarah


manusia. Tentang hal ini, Al Qur’an banyak menyitir berbagai sejarah

3
yang dialami oleh para Nabi beserta umatnya yang terdapat dalam
beberapa ayat diantaranya :

- Tentang Nuh as, terdapat dalam QS Al A’rof : 64

- Tentang Nabi Hud as, terdapat dalam QS. Al A’raf : 72

- Tentang Nabi Shaleh dan kaumnya Tsamud, terdapat dalam QS. An


Naml : 52-53

- Serta berbagai ayat yang menjadi saksi sejarah akan eksistensi dan
keberadaan Allah Robbil Izzati.

               
  
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."” (QS.
Al ikhlas : 1-4)
Allah yang mencipta, mengatur, mengurus dan menjaga alam semesta
ini. Allah juga Tuhan yang Esa dalam UluhiyyahNya, maksudnya adalah
tidak ada yang berhak untuk menerima ibadah kecuali Allah, tidak ada
yang berhak untuk menerima rasa takut, rasa cinta, rasa rindu kecuali
hanya Allah.

D. Keimanan Kepada Malaikat


Malaikat yang merupakan makhluk ghaib yang bertugas untuk
melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Allah.
Karena Ghaib, mereka tidak bisa dilihat oleh panca indera, tetapi atas
izin Allah mereka dapat menjelmakan dirinya seperti manusia, seperti
malaikat jibril seperti amnusia dihadapan Maryam, ibu Isa Almasih (QS.
Maryam : 16-17)
Malaikat diciptakan Allah dari cahay dengan mempunyai sifat dan
pembawaan yang berbeda dengan makhluk lainnya yaitu :
1. mereka adalah makhluk yang selalu takut dan patuh kepada Allah

4
2. mereka adalah makhluk yang tidak pernah berdosa atau bermaksiat (QS.
At Tahrim : 6)

3. mereka adalah makhluk yang tidak pernah sombong dan selalu bertasbih
kepada Allah (QS. Al A’raf : 206)

Kita wajib mengimani keberadaan malaikat sesuai denagn apa yang


diperintahkan oleh Allah dan RasulNya, meyakini adanya kehidupan rohani
yang harus dikembangkan sesuai dorongan para malaikta itu, harus
melahirkan sikap hati-hati, optimis, dinamis, dan tidak mudah putus asa.
Diantara makhluk kategori setan ada yang dikenal dengan sebutan iblis,
yaitu makhluk ghaib yang dengan berusaha dengan berbagai cara
menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan dengan merangsang nafsu
rendah manusia dan selalu mempengaruhi manusia agar berprilaku sama
dengan iblis. Konsekuensi adalah ahrus senantiasa waspada, hati-hati dan tetap
istiqamah agar tidak terjerat kepada godaan syetan yang menyesatkan.
      
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz dzariat : 56)

E. Keimanan kepada Kitab-Kitab


Iman kepada kitab-kitab Allah merupakan rangkaian ketiga dari pondasi
keimanan. Kitab-kitab Allah merupakan wahyu Allah yang berisi informasi-
informasi dan aturan-aturan dan hukum-hukum dari Allah bagi manusia yang
diberikan kepada para utusan-Nya dan wajib disebarkan kepada seluruh
umatnya serta di bukukan, wahyu yang di turunkan oleh Allah untuk para
utusannya saja dan tidak dibukukan dikena dengan istilah Suhuf.
Kitab-kitab suci sebelum Al Qur’an diturunkn oleh Allah khusus untuk
kelompok masyarakat dan bangsa tertentu.
Al Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman Allah berupa
wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
sebagai Rasulullah. Sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari
di kota Makkah dan Madinah.

5
Iman kepada kitab Allah dapat memberikan keyakinan yang kuat bagi
manusia akan kebenaran yang ditempuh, karena manusia tidak mampu melihat
masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan ini berakhir, maka
Allah memberi tahu melalui kitabNya, sehingga manusia dapat mengatur
hidupnya sesuai denga rencana dan kabar Allah dalam kitab tersebut.

F. Keimanan Kepada Rasul-rasul


Iman kepada rasul-rasul Allah merupakan konsekuensi logis dari
keimanan kita kepada Allah, karena tidaklah pantas jika Allah menciptakan
manusia dan menundukkan untuknya semua apa yang ada di alam, kemudian
membiarkannya terombang ambing tanpa petunjuk.
Rasul adalah manusia yang dipilih Allah yang diberi kuasa untuk
menerangkan sesuatu yang datang dari Allah.
Rasul pun merupakan contoh tauladan baik sifat, sikap, perkataan,
perbuatan, dan tingkah lakunya yang patut diikuti oleh manusia, karena dialah
sebaik baiknya makhluk di sisi Allah.
Rasul yang wajib kita imani dan keberadaanyya dan dikabarkan dalam
Al Qur’an adalah berjumlah 25 orang, mulai dari Nabi adam sampai
penghujung Nabi Muhammad SAW.

G. Keimanan kepada hari Kiamat


Keberadaan hari akhirat merupakan salah satu bentuk dari keadilan
Allah, akhirat hadir menjawab pertanyaan fitrah diri, yaitu “apakah kita
tercipta hanya untuk sekedar kehidupan di Dunia ini saja dan hanya untuk
masa yang pendek ini saja?”.
Akal tidak bisa menerima jika Allah tidak menjadikan adanya hari
Akhirat, hari pembalasan dan hari dipertanggungjawabkan semua amalan kita.
Sangatlah salah pemikiran orang-orang yang menganggap bahwa
kehidupan akan berakhir dengan kematian, karena setelah kematian, maka
manusia akan dihadapkan kepada kehidupan yang lebih panjang, dan
kehidup[an yang menentukan apakah kebahagiaan atau kesengsaraan yang
akan didapat.

6
Hari kiamat adalah rencana Allah yang pasti datang saatnya. Sifat-sifat
kiamat digambarka oleh Allah dalam Al qur’an bahwa hari itu seluruh alam
akan dihancurkan, manusia akan digiring ke hadapan pengadilan Allah yang
Maha Adil,semuadi periksa sesuai dengan amal perbuatannya.
Keimanan terhadap hari kiamat harus dibarengi dengan keimanan
terhadap peristiwa-peristiwa yang menyertai hari kiamat tersebut serta alam-
alam yang akan kita alami setelah hari kiamat itu terjadi.
Yang harus kita imani terhadap hari kiamat, yaitu :
1. kita harus percaya akan adanya alam qubur

2. kita harus meyakini adanya alam dimana akan dibangkitkannya kembali


seluruh umat manusia sejak zaman Nabi adam sampai mereka yang
merasakan kiamat, yaitu alam Ba’ast

3. kita haurs meyakini adanay padang Mahsyar (QS. An Najm: 39-41)

4. kita harus meyakini adanya alam hisab atau mizan (QS. Al Mujadilah:6)

5. kita harus meyakini adanya syurga beserta berjuta-juta kenikmatan yang


ada didalamnya sebagai balasan bagi mereka yang selalu taat menjalankan
perintah agama (QS. Al Waqi’ah : 27-34)

6. kita haurs yakin akan adanya neraka beserta adzabnya yang maha pedih
sebagai balasan bagi mereka yang selalu bermaksiat kepada Allah (QS. Al
Humazah :4-7)

7. kitapun harus menyadari dengan sepenuh hati bahwa kehidupan di akhirat


itu, baik nantinya berujung di syurga maupun di neraka, sifatnya kekal dan
takkan pernah berakhir, selamanya di daamnya.

          
         
“Dan dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, Kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali
itu adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha
Tinggi di langit dan di bumi; dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(QS. Ar-Ruum:27)

H. Keimanan Terhadap Takdir

7
Takdir merupakan rangkaian terakhir dari rukun iman yang harus kita
yakini, sering diistilahkan juga dengan qadha dan qadar. Qadha merupakan
ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang sesuatu. Sedangkan qadar
adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu.
Kalau taqdir berasal dari kata “qodaro” yang berarti mengukur,
memberi kadar atau ukuran. Takdir merupakan pengetahuan Allah atas semua
peristiwa di masa lampau ataupun di masa depan, seolah sebagai “kejadian
tunggal”.
Takdir merupakan pembendaharaan ilmu Allah, beriman kepada takdir
Allah akan memacu orang untuk mengoptimalkan ikhtiar tanpa mesti bersusah
payah atau putus asa dan kecewa terhada hasil yang dicapai.
Oleh sebab itu, pribadi yang yakin terhadap takdir Allah akan tampil
menjadi pribadi orang yang optimis, selalu berusaha ulet dan sabar serta
tawakal kepada Allah.

BAB II
SYARI’AH

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SYARI’AH


Makna dasar syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, berasal dari
syari’ yang berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Sedangkan
secara istilah. Sayari’ah adalah sisitem norma yang mengatur hubungan
manusian dengan tuhan, manusia dengan menusia, dan hubungan manusia

8
dengan alam raya. Atau definisi lain mengatakan bahwa syari’ah adalah
peraturan-peaturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-
kesimpulan yang berdasar dari wahyu itu mengenai manusia. Syari’at ini
mengatur bagaimana manusia menjalani hidupnya.
Dalam segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang
diwahyukan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam, baik dalam
hubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesame manusia dan
benda dalam masyarakat.
Fungsi syaria’at Islam:
1. Menunjukan dan mengarahkan pada pencapaian tujuan manusia
sebagai hamba Allah.
2. Menunjukan dan mengarahkan manusia pada pencapaian tyujuan
manusia sebagai khalifah Allah.
3. Membawa manusia kepada kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.
Secara garis besar, syaria’at atau ilmu fikih dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu:
1. Fiqih ibadah
2. Fiqih muamalah
3. Fiqih munakahat
4. Fiqih jinayat

B. IBADAH
Ibadah secara bahasa dapat diartikan sebagai menyembah atau
menghamba, ketaatan, ketundukan, dan kerendahan serta pengabdian. Secara
etimologis, ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah, menjadikan diri
kita sebagai hamba atau budakAllah. Ibadah merupakan penghambaan
manusia kepada Allah sebagai pelaksanaan tugas hidup sebagai makhluk.
1. Ibadah Khusus (makhdah)
a. Thaharah

9
Taharah secara bahasa adalah bersuci dari kotoran baik yang bersifat
hissy (dapat diindera, seperti air kencing), maupun bersifat maknawi
(tidak dapat diindera), seperti bersuci dari aib dan perbuatan maksiat.
Yang dikategorikan thaharah atau bersuci , adalah :
1) Wudlu
Wudlu dilakukan untuk membersihkan diri jika kita berhadast
kecilyaitu bila kita buang air kecil, buang air besar dan buang
angin. Cara berwudlu adalah dengan membasuh anggota badan kita
yang menjadi anggota wudlu dengan air secara merata.
2) Mandi besar
Dilakukan ketika selesai haidl dan nifas, serta keluar mani ketika
habis junub.
3) Tayamum
Adalah bersuci dengan menggunakan tanah/debu (yang suci) untuk
mengusap muka dan kedua tangan dengan niat, agar bolehnya
melaksanakan shalat apabila tidak mendapatkan air.
4) Istinja
Adalah membersihkan tempat keluarnya najis (qubul dan dubur)
baik dengan air atau dengan batu atau dengan yang lainnya.
b. Shalat
Shalat secara bahasa berarti do’a, sedangkan menurut istilah syara’,
shalay adalah ibadah yang mencakup ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Ibadah shalat dari segi hukumnya terbagi menjadi shalat wajib dan
shalat sunat.
Shalat merupakan ibadaha yang pokok dan menjadi tiang agama
serta menjadi pembeda nyata orang muslim dengan orang kafir, sahalat
ini pula merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah,
siapa orang yang shalatnya rapi dan beres, maka yang lainnya punakan
beres, tetapi siapa orang yang shalatnya rusak , maka yang lainnya
akan rusak.

10
c. Zakat
Zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan beberapa syarat, dengan kata lain zakat
adalah memberikan harta apabila tekah mencapai nisab dan haul
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu. Harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah hasil perkebunan, peternakan,
perdagangan, emas dan perak serta harta lain yang termasuk pada zakat
mal.
Sedangkan zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan
oleh setiap jiwa umat Islam menjelang Idul fitri. Adapun oaring-orang
yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) antara lain :
1) Fakir
2) Miskin
3) Amilin
4) Mu’allaf
5) Hamba sahaya
6) Gharim
7) Fisabilillah
8) Ibnu sabil
d. Shaum
Shaum menurut bahasa adalah menahan diri, sedangkan meurut
istilah adalah menahan diri dari makan, minum, dan jima’ dari mulai
terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Ibadah shaum ini menjadi
beberapa hukum, yaitu ada shaum wajib (bulan ramadhan, kafarat,
nadzar), shaum sunat (shaum senis, kamis, daud, a’rafah dll), shaum
makruh dan shaum harta (shaum pada hari raya idul fitri dan idul
adha).
e. Haji
Asal makna ‘haji’ adalah menyengaja sesuatu, sedang yang
dimaksud haji adalah mengunjungi ka’bah untuk melakukan bebebrapa
amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu. Ibadah haji hukumnya
wajib bagi mereka yang mampu melakukannya baik secara materi,

11
fisik, maupun psikis. Beberapa rangkaian yang terdapat dalam ibadah
haji diantaranya:
1) Thowaf
2) Sa’I
3) Wukuf
4) Ihram
5) Tahallul
6) Jumroh
7) Dan lain sebagainya.

C. MUAMALAH
Muamalah secara bahasa berarti salaing mengerjakan, diambil dari
akar kata ‘aamal. ‘yu’amilu’, mu’aamalatan’. Sedangkan arti muamalah
menurut istilah fiqih adalah segala peraturan Allah (syari’at Islam) yang
mengatur soal-soal hubungan aantara manusia dengan manusia lainnya dalam
urusan penghidupannya agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam
kebersamaan hidup manusia.

D. WARIS DALAM ISLAM


Mawaris atau faroid adalah aturan yang berkaitan dengan harta pusaka
atau warisan. Pengetahuan tentang cara perhitungan pembagian harta pusaka
dan pengetahuan tentang bagian-bagaian harta peninggalan yang wajib untuk
setiap pemilik hak pusaka atau waris.
Ilmu faro’idh disyari’atkan Allah untuk memelihara dan mengatur
kelanjutan harta benda orang yang mati, supaya tidak diperebutkan oleh orang
atau tidak tersia-sia bilamana tidaka ada ahli warisnya.
Adapun beberapa bentuk pengalihan harta tersebut yang tidak diatur
dalam ilmu waris, yaitu:
1) Wasiat, ada;ah menagguhkan amal kebaikan kepada waktu sesudah
mati.

12
2) Hadiah, adalah memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
dikirimkan, guna mendapatkan penghormatan dan kasih saying.
3) Wakaf, adalah menahan sesuatu barang daripada diperjual belikan,
diberikan atau dipinjamkan oleh yang punyanya, guna dijadikan
manfaat untuk kepentingan sesuatau tertentu yang diperbolehkan oleh
syara’ setara tetap bentuknya dan boleh dipergunakan dan diambil
manfaatnya oleh orang yang ditentukan, baik perorangan atau umum.

E. MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan / Perkawinan)


Nikah secara bahasa diartikan bercampur, sedangkan menurut istilah
ilmu fiqih nikah adalah aqad antar calon suami dengan seorang wali nikah
yang menjamin halalnya bersetubuh antara istri dan suaminya dengan
kalimat nikah / kawin. Sedangkan menurut UU perkaawinan nikah adalah
ikatan lahir batin antar seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tamgga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan YME.
Hukum nikah itu asalnya sunat, bagi orang yang mengingnkannya
serta terpenuhi persyaratannya. Hukum itu bisa berubah tergantung ‘ilatnya
(sebabnya) yaitu :
1. Jatuh wajib, bagi orang yang mampu serta hampir tidak kuat menahan
hawa nafsunya.
2. Jatuh mubah, bagi orang yang mampu serta kuat menahan hawa
nafsunya.
3. Jatuh makruh, bagi orang yang tak mampu biaya serta kuat menahan
hawa nafsunya.
4. Jatuh haram, bagi orang yang tidak ada kesanggupan memenuhi
kewajibannya atau dengan nikahnya itu bermaksud jahat terhadap istrinya.
Hal-hal yang bersangkutan dengan pernikahan
1. Kriteria memilih calon pasangan
Kriteria yang harus dijadikan patokan, antara lain :
a. kekayaan
b. keturunan

13
c. kecantikan
d. keagamaan
2. Khitbah : menyatakan permintaan untuk menikah dari seorang laki-laki
kepda seorang perempuan atau sebaliknya dengan perantara seseorang
yang dapat dipercayai.
3. Mahram : orang- oaring yang haram untuk dinikahi.
4. Rukun nikah:
a. Calon pasangan suami istri.
b. Wali
c. Saksi
d. Mahar
e. Ijab qabul
5. Talaq : melepaskan ikatan nikah dari suami kepada istrinya dengan
lafadz tertentu.
6. ‘Iddah : masa menanti yang diwajibkan atas perempuan yang
dicceraikan suaminya (cerai hidup atau cerai mati), gunanya supaya
diketahui kandungannya isi atau tidak.
7. Hikmah pernikahan:
a. Memelihara derajat manusia
b. Menjaga garis keturunan
c. Mengembangkan kasih sayang.

F. JINAYAT
Kata jinayat merupakan isim mashdar dari ‘janaa’ yang berarti
memetik/memotong/memungut. Arti jinayat menurut istilah ilmi fiqih adalah
pelanggaran yang dibuat oleh seseorang pelaku terhadap Allah atau
larangannya, hak-hak manusia dan hak binatang yang mana pelakunya harus
diberi/dijatuhi hikuman yang setimpal.
Jinayat dibagi kedalam tiga aspek, yaitu:

14
1. Jaraimul qishas, kejahatan yang dikenai hukuman diyat atau qishas
yaitu pembunuhan.
a. Pembunuhan yang benar-benar disengaja
b. Pembunuhan yang tidak disengaja semata-mata, adalah
pembunuhan yang tidak dimasukan membunuh, karena salah
sasaran, atau ketidak tahuan pelaku sehingga secara tidak sengaja
menghilangkan nyawa seseorang.
c. Pembunuhan seperti sengaja, adalah penbunuhan yang dilakukan
yidak sengaja dan tidak menggunakan alt dan cara yang dapat
membunuh.
2. Jaraimul hudu, kejahatan yang dapat dikenai hikum had (hukuman
tertentu yang diwajibkan tas orang yang melanggar larangan-larangan
tertentu). Yang termasuk jinayat jenis ini adalah:
a. Zina, adalh memasukan kemaluan laki-laki sampai tekuknya ke
dalam kemaluan perempuan yang diigini.
b. Menuduh zina, ini merupakan dosa besar dan mewajibkan hikuman
dera delapan puluh kali bagi yang merdeka dan empat puluh kali
bagi yang hamba.
c. Mabuk, yaitu meminum minuman yang diharamkan.
d. Mencuri, mengambil harta orang lain dengan cara diam-diam,
diambil dari tempat penyimpanannya.
e. Memberontak atau bughaah adalah kaum muslim yang tidak taat
kepada imam muslimin karena ada kekeliruan (keraguan) paham.
f. Murtad, adalah keluar dari agama Islam baik pindah ke agama lain
atau menjadi tidak beragama.
g. Durhaka kepada orang tua.
3. Jaraimul ta’zir
Adalah kejahatan yang dapat dikenai ta’zir, antara lain ta’zir atas
maksiat, kemaslahatan umum dan pelanggaran-pelanggaran,
sedangkan hukumannya tergantung pada keputsan hakim.

15
BAB III
AKHLAK

A. AKHLAK, ETIKA DAN MORAL


Akhlak merupakan keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang
melahirkan perbuatan, baik dan buruk , akglak berasal dari bahasa arab
‘akhlaq’ , yang secara etimologis berarti budi pekerti , perngai, tingkah laku

16
atau tabi’at etika adalah ilmu yang menyelidiki baik dan buruk dengan
memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang di ketahui oleh akal pikiran.
Moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide –ide umum
( masyarakat ) yang baik dan wajar.
Akhlak merupakan dimensi ke tiga dari ajaran islam setelah akidah
dan syariah, akhlak ini menyangkut masalah masalah kehidupan yang
berkaitan dengan ketentuan ketentuan dan ukuran ukuran, baik buruk atau
benar salahnya satu perbuatan. Akhlak berkaitan dengan bagaimana
sehahrusnya orang manusia bertindak sehingga iadapat mengukur dan di
ukur moralitasnya. Akhlak merupakan tujuan inti dan misi utama di utusnya
para rasul di muka bumi ini.

B. Karakteristrik Akhlak Islam


Akhlak islam memiliki karakteristrik sebagai berikut :
1. Akhlak yang argumentatif dan dapat di pahami
2. Akhlak (moral) yang universal
3. Akhlak yang sesuai dengan fitrah
4. Akhlak yang memperhatikan realita
5. Akhlak yang positif
6. Akhlak yang komprehensif
Akhlak yang seimbang (tawazun), yaitu akhlak yang menggabungkan
antara sesuatu dengan kebalikan dengan pengaruh keserasian, dan
keharmonisan, tanpa sikap yang berlebihan dan pengurangan.

C. Cakupan Akhlak Islam


Akhlak yang di ajarkan dalam islam mencakup beberapa cakupan,
yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah (khalik), di tujukan untuk membina hubungan yang
akrab dengan
Allah sebagai pencipta dan penentu segala, sehingga Allah di rasakan
selalu hadir dalam

17
gerak dan langkahnya, yang termasuk kedalam akhlak ini di antaranya :
a. Mencintai Allah melebihi cinta pada apapun dan siapapun
b. Beriman pada Allah
c. Bertaqwa
d. Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridoan Allah
e. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah
f. Menerima dengan ikhlas semua qodho dan qadar Ilahi setelah ber
ikhtiar dengan seoptimal mungkin.
g. Memohon ampun pada Allah atas segala dosa yang pernah di lakukan.
h. Bertawakal kepada Allah.
i. Berdo’a
2. Akhlak Terhadap Mahluk Dibagi dua :
A. akhlak terhadap manusia, di tujukan untuk membangun kebersamaan
dan keharmonisan pribadi dan sosial dibagi menjadi :
1. Akhlak terhadap rasulullah
a. Mencintai rasulullah dan mengikuti segala sunnahnya
b. Menjadikan rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam kehidupan
sehari hari
c. Menjalankan apa yang di suruhnya dan menjauhi larangan nya.
2. Akhlak terhadap orang tua
a. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya
b. Merendahkan diri yang di iringi dengan persaan kasih sayang
c. Bekomunikasi dengan orangtua dengan khidmat dan menggunakan kata
kata yang lemah lembut
d. Berbuat baik dengan sebaik bainya
e. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka yang masih hidup
ataupun sudah meninggal
3. Akhlak terhadap diri sendiri
a. Amanah yaitu sikap peribadi yang setia tulus hati dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang di percayakannya
b. Sidiq, berlaku benar dan jujur dalam perkataan atau perbuatan
c. Adil, menempatkan sesuatu pada tempatnya

18
d. Al-iffah, memelihara kesucian diri dan kehormatan dari tindakan tercela,
pitnah dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya
e. Al-haya, malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan yang
melanggar perintah Allah
f. Asy-saja’ah, keberanian yang merupakan sikap mental yang dapat
menguasai hawa nafsu
g. Al-quwwah, kekuatan yang terdiri dari kekuatan
fisik,jiwa,semangat,pikiran dan kecerdasan
h. As-sobru, kesabaran baik ketika di timpa musibah ataupun dalam
mengerjakan sesuatu
i. Ar-rahman, kasih sayang yang menjadi sifat yang saling mengasihi
dengan diri sendiri, orang lain dan sesama mahluk
j. Al-iqtishaad, hemat yang meliputi terhadap harta, tenaga, dan waktu
k. Menjauhi segala yang buruk baik perkataan maupun perbuatan
4. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat
a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga
b. Saling melaksanakan kewajiban agar dapat memperoleh hak masing
masing
c. Berbakti kepada orangtua
d. Mendidik anak anak dengan kasih sayang
e. Memelihara dan melanjutkan hubungan silaturahmi yang dibina orangtua
yang sudah meninggal
5. Akhlak terhadap tetangga
a. Saling mengunjungi
b. Saling membantu baik di waktu senang atau susah
c. Saling memberi sehingga menimbulkan rasa saling mencintai
d. Saling menghormati
e. Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
6. Akhlak terhadap masyarakat
a. Menghormati nilai dan norma yang berlaku
b. Saling memuliakan tamu yang berkunjung
c. Tolong menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa

19
d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan
mencegah perbuatan mungkar
e. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupan
f. Bemusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama
g. Mentaati segala putusan yang telah di sepakati bersama
h. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang di
berikan oleh orang lain
i. Menepati janji yang telah ia ikrarkan
b. Akhlak terhadap bukan manusia yaitu terhadap lingkungan hidup yang
merupakan karunia
Allah yang patut di syukuri dan di kelola dengan baik, bentuk akhlaknya
antara lain :
1. Sadar dalam memelihara kelestariuan lingkungan hidup
2. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati yang di
ciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan mahluk lainya
3. Sayang terhadap sesama mahluk.

Sebagai mana sabda Rosul SAW


“kasihanilah makhluk yang ada di bumi, niscaya makhluk yang ada di langit akan
menyayangi kamu.” (Al-Hadits)

BAB VI
TAQWA

A. Pengertian taqwa
Kata taqwa berasal dari bahasa Arab “ Taqwa” , menurut penelitian
Almuqoddisi di dalam Al-Qur’an terdapat 256 kata ‘taqwa’ pada 251 ayat
dalam berbagai hubungan dan variasi makna. Akar katanya mempunyai

20
banyak arti antara lain : takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan
memelihara kewajiban.
Definisi Taqwa yang paling umum adalah melaksanakan semua
perintah –Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Hakikat Taqwa adalah seseorang tidak pernah terlihat dalam sebuah
hal yang dilarang , tidak pernah kehilangan dari suatu hal yang di perintah,
selalu mencegah diri dari adzab Allah dan selalu waspada dan hati-hati dalam
menyalami dan mengarungi titian hidup ini .
Ciri manusia yang bertaqwa, di jelaskan oleh Allah dalam firman –
Nya yaitu :

      


          
   
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan
mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat”. (Q.S.Al-Baqarah : 3-4)

      


         
       
          
  
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Q.S.Ali-
Imran : 134-135)

21
B. Balasan taqwa
Orang-orang yang bertaqwa, akan mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun akhirat sebagai balasan dari ketaqwaan nya tersebut, di antaranya
:
a. Akan di berikan furqon ( petunjuk yang dapat membedakan antara yang
hak maupun yang bathil , atau juga berarti pertolongan)
b. Dihapus segala dosanya oleh Allah
c. Akan di berikan rahmat oleh Allah
d. Diberikan cahaya untuknya berjalan mengarungi hidup
e. Diampuni dosanya oleh Allah
f. Akan diberikan jalan keluar oleh Allah dari masalah yang di hadapimya
g. Diberikan rizki oleh Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka.

C. Cara-cara mencapai derajat taqwa


Jalan yang bisa di lakukan untuk mencapai derajat taqwa , di
antaranya :
a. Mu’ahadah, adalah sikap dan perilaku yang selalu mengingat bahwa
kita pernah melakukan perjanjian dengan Allah untuk menjadikan Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah, dengan ini kita selalu
di ingatkan agar selalu menepati perjanjian itu.
b. Muroqobah, adalah suatu kondisi dimana kita selalu mendekatkan diri
kepada Allah dalam keadaan apapun dengan dzikir dan ibadah yang tiada
henti .
c. Muhasabah, adalah suatu kondisi di mana kita selalu berintropeksi diri
kan perjalanan hidup yang telah di jalani, kemudian menindak lanjutinya
dengan perbaikan dan perubahan yang mengarah pada kondisi yang
lebih baik dan lebih sesuai dengan ridho dan izin Allah.
d. Mu’aqobah, adalah memberikan sanksi terhadap diri atas pelanggaran
yang di lakukan oleh diri akan peraturan–peraturan yang telah di
berlakukan oleh Allah, baik karena meninggalkan perintah atau karena
melaksanakan larangan .

22
e. Mujahadah, adalah usaha yang sungguh- sungguh tanpa mengenal lelah
dan henti untuk tampil menjadi pribadi yang mendekatkan diri kepada
Allah dengan jalan yang telah di syari’atkan, sehingga tercapai derajat
mulia di sisi Allah.
Ruang lingkup taqwa meliputi empat jalur hubungan umat manusia, yaitu :
1. Hubungan manusia dengan Allah
Hubungan manusia dengan allah merupakan penyebab utama hubungan-
hubungan manusia dengan yang lainnya.
Bentuk pemeliharahan hubungan dengan Allah bisa di lakukan antara lain :
1. Beriman kepada Allah menurut cara-cara yang di ajarkan Allah melalui
wahyu yang sengaja di turunkannya untuk menjadi petunjuk dan
pedoman hidup
2. Beribadah kepada Allah dengan jalan melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, melakukan shaum, melaksanakan haji serta melaksanakan ibadah-
ibadah lain yang disyari’atkan.
3. Mensyukuri nikmat Allah dengan berbagai cara.
4. Bersabar menerima segala cobaan dari Allah.
5. Memohon ampun dengan taubat.

2. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri


Hubungan manusia dengan dirinya sendiri merupakan dimensi taqwa yang
ke dua. Hubungan dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya dalam al-qur’an
dalam beberapa ayatnya dicontohkan oleh rasul dalam beberapa haditsnya.
Diantarannya selalu berlaku :
1. Memelihara kehormatan diri
2. Sabar
3. Syukur
4. Istiqomah
5. Pemaaf
6. Adil
7. Ikhlas Selalu konsisten dengan akhlak yang baik

23
3. Hubungan Mannusia dengan Sesama Manusia
Hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dapat dipelihara
dengan jalan antara
lain :
1. Saling tolong menolong
2. Saling memaafkan
3. Selalu menepati janji
4. Lapang dada
5. Menegakan keadilan
6. Beramar ma’ruf nahi munkar
7. Menyebarkan rahmat dan kasih sayang

4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup


Dimensi keempat dari taqwa adalah adanya hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat dikembangkan antara lain dengann
mengelola, menjaga, melestarikan, memelihara, dan menyayangi binatang dan
tumbuh-tumbuhan, tanah, air, dan udara, serta semua alam semesta yang sengaja
diciptakan oleh Allah untuk kepntingan manusia dan makhluk lainnya.
         
       
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”.(Q.S.An-Nahl : 90)
        
      
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S.Ar-Rum :
4)

Konsekuensi dari pemeliharaan dan penjagaan terhadap empat


hubunngandi atas, melahirkan empat ( kesadaran) tanggung jawab, yaitu

24
tanggung jawab kepada Allah sebagai pencipta segala hal, tanggung jawab pada
hati nurani sendiri, tanggung jawab pada manusia lain, dan tanggung jawab untuk
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan sertaalam raya ini.

BAB V
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

A. KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM


Akal berasal dari bahasa arab, artinya mengikat dan menahan, mengerti,
memahami dan berpikir. Akal dalam pengertian Islam adalah daya berpikir yang
terdapat dalam jiwa manusia; daya yang memperoleh pengetahuan dengan
memperhatikan alam sekitarnya. Akal menjadi faktor utama yang menempatkan
manusia pada kedudukan yang lebih mulia dibandingkan makhluk Allah lainnya.
Dengan akal manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga
terwujud kebudayaan peradaban.
Kedudukan akal dalam islam, tinggi sekali, karena akallah wadah yang
menampung aqidah, syari’at serta akhlak yang menjelaskannya. Kita tidak pernah
bisa memahami Islam tanpa menggunakan akal. Dan dengan menggunakan
akalnya dengan baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah. Dengan
menggunakan akalnya manusia dapat berbuat, memahami dan mewujudkan
sesuatu.
Wahyu berasal dari bahasa arab, artinya suara, api, kecepatan, bisikan,
isyarat, tulisan dan kitab, juga berarti pemberitahuan yang cepat. Wahyu
didefinisikan sebagai penyampaian firman Allah kepada orang pilihan-Nya agar
diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Firman Tuhan

25
itu mengandung ajaran dan pedoman yang diperlukan umat manusia dalam
perjalanan hidupnya baik di dunia maupun akhirat.
Wahyu ini diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui tiga cara, yaitu
dimasukan langsung kepada hati dalam bentuk ilham, turun dari belakang tabir
dan melalui utusan dalam bentuk malaikat, seperti diungkap oleh ayat Allah
dalam Al-Qur’an, yaitu:
             
         
“Tidak terjadi bahwa Allah berbicara kepada manusia kecuali dengan wahyu
atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seseorang utusan untuk
mewahyukan apa yang Ia kehendaki dengan seizin-Nya, sungguh Ia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana”. (QS. Asy-Syura : 51)
Dalam islam wahyu atau firman Tuhan disampaikan kepada Nabi
Muhammad, diturunkan dengan jalan ketiga, yaitu melalui utusan dalam bentuk
malaikat Jibril, dan semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Qur’an ini yang
menjadi wahyu/firman tuhan tidak sebatas pada isinya saja, tetapi juga dalam
kata-katanya, sehingga kebenaranya mutlak, baik dari segi isi maupun dari segi
bahasanya, sehingga kalau ada susunan bahasanya yang diganti dan dirubah atau
isinya di modifikasi, maka itu sudah bukan wahyu atau firman tuhan lagi.

B. KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ILMU DALAM ISLAM


Akal merupakan wadah yang mengembangkan dan menghasilkan
pengetahuan, dari pengetahuan ini kemudian berkembang lagi menjadi ilmu.
Untuk dapat memahami ilmu secara benar, kemudian ilmu tersebut
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok ilmu.
Beberapa ulama berbeda pendapat dalam menentukan kelompok-
kelompok ilmu tersebut, diantaranya :
a. Al Farabi, mengklasifikasikan dan merinci ilmu menjadi ilmu bahasa,
ilmu logika, ilmu matematis, metafisika, ilmu politik, ilmu fiqih dan ilmu
kalam.
b. Al Ghazali, mengklasifikan ilmu menjadi :
1) Ilmu-ilmu teoritis dan praktis.

26
2) Ilmu yang dihadirkan atau ilmu laduni atau ilmu mukasyafah dan ilmu
yang dicapai atau pengetahuan yang diperoleh.
3) Ilmu-ilmu keagamaan/religius
Ilmu-ilmu keagamaan/religius, terdiri dari :
1) Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul), yaitu:
a. ilmu tentang keesaan Allah (ilmu tauhid)
b. ilmu tentang kenabian
c. ilmu tentang akhirat atau eskatologi
d. ilmu tentang sumber pengetahuan religius baik sumber primer (Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi) maupun sumber sekunder (ijma’ dan atsar sahabat).
2) ilmu tentang cabang-cabang (furu’) atau prinsip-prinsip turunan, terdiri dari :
a) ilmu tentang kewajiban manusia kepada Tuhan, ilmu ibadah.
b) ilmu kewajiban manusia kepada masyarakat.
c) ilmu tentang kewajiban manusia kepada dirinya sendiri, ilmu akhlak.
Ilmu-ilmu intelektual, diantaranya :
1. Ilmu matematika
2. Ilmu logika
3. Ilmu fisika
4. Ilmu-ilmu tentang wujud di luar alam atau metafisika
5. Ilmu fardlu ‘ain dan ilmu fardlu kifayah.
3. Qutubuddin Al Syirazi, menyajikan klasifikasi ilmu sebagai berikut:
a) Ilmu-ilmu filosofis
b) Ilmu-ilmu non-filosofis atau ilmu-ilmu religius
4. Al-Qur’an sebagai rujukan utama umat islam, ilmu itu terbagi kepada dua, yaitu
:
a) Ilmu ladunni, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia. Ilmu ini
juga disebut dengan ilmu ilahi.
b) Ilmu kasbi atau ilmu insani, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
Islam tidak membedakan dan memisahkan ilmu agama dan ilmu
pengetahuan umum. Keduanya merupakan bagian integral dari Islam dan saling
menguatkan dan berinteraksi satu dengan lainnya, ilmu-ilmu ini harus dikuasai

27
oleh umat islam dalam rangka memerankan peran dirinya sebagai hamba Allah
dan sebagai khalifah di muka bumi ini.

C. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


‫من كان يريد الدنيا فعليه بالعلم ومن كان يريد االخرة فعليه بالعلم ومن كان يريد هما فعليه‬
)‫بالعلم (الحديث‬
“barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia, maka padanya
denganilmu an barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka
padanya dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di
keduanya maka padanya dengan ilmu.” (Al Hadits)
Karena begitu pentingnya kedudukan ilmu dalam pencapaian kebahagiaan
dunia dan akhirat, maka islam sebagai ajaran yang sempurna, mewajibkan
umatnya selalu menuntut ilmu, walaupun harus mengeluarkan energi dan tenaga
yang banyak, baik energi fisik, biaya psikis maupun energi pikiran dan emosi.
)‫طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (الحديث‬
“menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah.” (Al
Hadits)

“Menuntu ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah”. (Al-
Hadits)
Orang yang berilmu, berdasarkan Al-Qur’an, sangat jelas dibedakan dengan yang
tidak berilmu, diantaranya :
1. Hanya orang yang berilmu yang dapat menerima pelajaran (Q.S.Az-
Zumar : 9)
2. Hanya orang yang berilmu yang takut kepada Allah (Q.S.Fathir : 28)
3. Hanya orang yang berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang
disampaikan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan (Q.S.Al-
Ankabut : 43)
4. Hanya manusia yang terbaik yang dikaruniakan ilmu/pengetahuan
(Q.S.Al-Baqoroh : 31-33, Q.S.Al-An’am : 75, dll)
Orang yang mempunyai ilmu merupakan orang yang mulia dalam pandangan
ajaran agama islam karena akan diangkat beberapa derajat oleh Allah.

28
D. STUDI KASUS ISLAM DALAM KONTEKS BIDANG STUDI
1. Ilmu kealaman
a. penciptaan alam semesta (QS.Ali-Imron : 190)
b. fisika inti : hakikat zarah (elemen terdasar). (QS.Yunus : 61)
c. astronomi (QS.Luqman : 29)
d. asal usul kehidupan (QS.Al-Anbiya : 30)
e. geologi (QS.An-Nazi’at : 30-31)
2. Ilmu kemanusiaan
a. psikologi (QS.Al-Mudatsir : 38)
b. bahasa (QS.Ar-Rum : 22)
c. sastra (QS.Asy-Syu’ara : 224-227)
3. Ilmu sosial
a. politik (QS.Ali-Imron : 26)
b. ekonomi (QS.Al-Muthopipin : 1-3)
c. hukum (QS.Al-An’am : 57)
d. pendidikan (QS.Al-Alaq : 1-5)

29

You might also like