Professional Documents
Culture Documents
Kata Undang-Undang Dasar oleh para founding fathers mungkin dimaksudkan sebagai
terjemahan dari grondwet (grond = dasar, wet = undang-undang), atau grundesetz (Grund =
dasar, gesetz = undang-undang), yang membedakannya dengan pengertian konstitusi.
Dalam kepustakaan Belanda (misal L.J. van Apeldoorn), menjelaskan bahwa konstitusi berisi
seluruh peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengandung
prinsip-prinsip dan norma-norma hukum yang mendasari kehidupan kenergaraan, sedang
undang-undang dasar hanya memuat bagian yang tertulis saja.
Kelihatannya para penyusun Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, pada tahun 1945,
menganut pola pikir ini, terbukti dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar dikatakan :
Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu.
Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang di sampingnya Undang-Undang
Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Konstitusi berasal dari kata latin contituere, yang artinya menetapkan atau menentukan. Maka
dalam suatu konstitusi terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dasar dan kewajiban
anggota suatu organisasi, atau warganegara suatu negara, perlindungan terhadap anggota atau
warganegara dari tindak sewenang-wenang sesama anggota atau warganegara maupun dari
penguasa. Konstitusi juga menentukan tatahubungan dan tatakerja antar unit atau lembaga yang
terdapat dalam suatu organisasi atau negara sehingga akan terjalin suatu kerja yang efektif, dan
produktif, sesuai wawasan yang dianutnya.
Begitu banyak definisi tentang konstitusi, namun dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa konstitusi adalah :
1. Keseluruhan peraturan-peraturan dasar suatu bangsa, negara atau organisasi politik, body of
fundamental rules and principles of a nation, state or body politic, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis;
2. Berisi ketentuan-ketentuan yang menetapkan pendistribusian kekuasaan yang berdaulat pada
unsur, unit dan lembaga secara horisontal maupun vertikal dalam kehidupan bersama dimaksud;
3. Peraturan-peraturan dasar tersebut mengandung prinsip-prinsip dan norma-norma yang
mendasari kehidupan bersama;
4. Mengatur hak dan kewajiban dari segala unsur yang terlibat dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara;
5. Menjamin dan melindungi hak-hak tertentu rakyat atau anggotanya.
Untuk memperluas wawasan tentang makna suatu konstitusi kami kutipkan pendapat Prof. Dr.
Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo, bahwa konstitusi suatu negara adalah :
1. Hasil atau produk daripada sejarah dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan; begitu
sejarah perjuangannya begitulah pula konstitusinya;
2. Rumusan daripada filsafat, cita-cita, kehendak, dan program perjuangan suatu bangsa;
3. Cermin daripada jiwa, jalan pikiran, mentalitas dan kebudayaan suatu bangsa. Dari
konstitusinya dapatlah diketahui bagaimanakah suatu bangsa memandang terhadap berbagai
permasalahan hidup di dunia serta sekelilingnya, dan bagaimana jalan yang hendak ditempuh
guna mengatasi masalah-masalah tersebut.
Maka telah sepantasnya bila setiap negara memiliki konstitusinya sendiri, sesuai dengan sejarah
perjuangan bangsanya, sesuai dengan filsafat dan cita-cita, kehendak dan program
perjuangannya, dan sesuai dengan jiwa, jalan pikiran, mentalitas dan kebudayaan bangsanya
sendiri. Bila dalam uraian di bawah ini terdapat kutipan dari beberapa konstitusi negara tertentu
adalah sekedar sebagai bahan perbandingan, dan menggambarkan betapa berbedanya konstitusi
suatu negara dengan konstitusi negara lain.
Konstitusi modern lahir didorong oleh kesadaran manusia akan kedudukan, hak dan kewajiban
dirinya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Para filsuf seperti Thomas Hobbes, John Locke, J.J.
Rousseau memberikan saham yang sangat besar bagi kelahiran konstitusi modern ini. Dengan
gagasan-gagasan para filsuf inilah yang kemudian melahirkan konstitusi modern pertama di
Perancis dan Amerika.
Konstitusi modern bukan hanya merupakan usaha manusia dalam melindungi dirinya dari tindak
kesewenang-wenangan penguasa, tetapi lebih bersifat upaya untuk merealisasikan hak asasi
manusia, bagaimana kebebasan individu, dan kesetaraan dalam kehidupan sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya dapat terselenggara dengan sepatutnya.
Orang mulai bertanya apakah hak penguasa untuk memerintah rakyat ? Siapakah yang
melimpahkan kekuasaan untuk memerintah ini ? Seberapa jauh kewenangan penguasa untuk
mengatur segala segi kehidupan rakyatnya ? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang
dapat diajukan berkaitan dengan panerapan kekuasaan ini perlu dirumuskan dalam konstitusi
negaranya.
Sejak awal panitia UUD yang dipimpin Soekarno, menyadari bahwa rancangan UUD harus
sejalan dengan pemikiran dasar Preambule. Kebetulan atau disengaja, yang jelas keseluruhan
“panitia sembilan “ yang memuat rancangan mukadimah/preambule UUD terdiri dari kaum
pergerakan dan wakil NU dan Muhammadiyah. Jadi mereka terdiri dari para “counter elite”
dalam tata masyarakat kolonial. Dipimpin oleh Soekarno, mereka adalah Hatta, Yamin, Sibardjo,
dan maramis, dari kalangan “nasionalis”, Abikusno dan Salim dari “nasionalis Islam” serta kahar
Muzakkir dan Wachid Hasyim dari golongan ulama. Dokumen yang mereka hasilkan bukanlah
sekedar “kompromi” (sesuatu yang kemudian malah dibatalkan, demi persatuan bangsa), tetapi
lebih penting lagi adalah, pantulan dari keyakinan sebagai bangsa”, visi kesejarahan, tujuan
bernegara, landasan kenegaraan.
Para anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia dengan sepenuh hati dan bersungguh-sungguh, atas keahlian dan
keyakinan masing-masing, mencoba untuk merumuskan yang terbaik Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Gagasan-gagasan atau dasar fikiran yang beliau-beliau kemukakan masih
tetap aktual sampai pada dewasa ini, seperti misal gagasan yang dikemukakan oleh Mr. M.
Yamin, Prof. Dr. Soepomo, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Bagus Hadikoesoemo, dsb. Masih
tetap menjadi wacana dalam bidang politik dan pemerintahan.
Bahwa terjadi perbedaan pendapat dalam mencoba merumuskan Pembukaan UUD 1945 adalah
wajar-wajar saja. Namun yang penting yang perlu dicatat, adalah kebesaran hati para founding
fathers, bahwa mereka adalah demokrat tulen, yang mau mengorbankan kepentingan pribadi,
meskipun menyangkut masalah yang sangat prinsipiil, demi kepentingan negara bangsa.
Untuk menghormati jasa-jasa para pendiri negara ini sudah sepantasnya bila kita lestarikan
karya agung mereka, sehingga merupakan bukti penghargaan dan penghormatan dapat
menghargai karya-karya para pendahulunya. Maka telah sepantasnya bila kita bangsa Indonesia
tetap bersepakat untuk tidak merubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, sebagai penghargaan dan penghormatan atas karya agung para founding fathers.
Di atas telah diuraikan betapa penting kedudukan Pembukaan dalam Konstitusi atau Undang-
Undang Dasar, yang sering disebut juga dengan istilah Preambule, atau Mukaddimah. Karena
dalam Pembukaan ini terkandung Staatfundamentalnorm yang merupakan prinsip atau
pandangan filsafati yang melandasi perumusan batang tubuh konstitusi, yang dijadikan pegangan
dalam hidup bernegara. Bahkan karena dalam Pembukaan itu termuat Staatsfundamentalnorm
yang merupakan penjabaran Staatsidee, maka merubah Pembukaan suatu UUD berarti merubah
atau membubarkan suatu negara. Berikut disampaikan contoh Pembukaan konstitusi dari
beberapa negara.
Untuk lebih memahami isi Preambule Konstitusi Amerika Serikat ini perlu pula kita fahami
pandangan filsafat yang melandasi Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, yang terdapat dalam
alinea pertama yang berbunyi sebagai berikut :
We hold these to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their
Creator with certain unalienable Rights, that among these are life, Liberty, and the pursuit of
Happiness — that to secure these rights, Government are instituted among Men, deriving their
just powers from the consent of the governed.
Dari alinea pertama Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat, dari Preambule Konstitusi Amerika
Serikat dapat kita temukan prinsip-prinsip dan konsep dasar penyelenggaraan negara Amerika
Serikat. Prinsip dan konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertama bangsa Amerika mengakui bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang dikaruniai hak-
hak tertentu yang tidak dapat diambil oleh siapapun juga. Diantaranya hak-hak tersebut adalah
hak hidup, hak kebebasan, dan hak mengejar kebahagiaan. Namun dalam langkah selanjutnya
bangsa Amerika tidak peduli lagi peran Tuhan bagi manusia dalam kehidupan kenegaraan. Tuhan
tidak dilibatkan dalam kehidupan bernegara.
2. Sumber kekuasaan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya berasal dari rakyat yang
diperintah. Kekuasaan diterapkan berdasar persetujuan yang diperintah. Inilah prinsip
pemerintahan demokrasi, just power from the consent of the governed.
3. Konstistusi yang disusun tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi-kondisi
diantaranya : (a) more perfect union, (b) justice, tranquility, common defence, (c) general welfare,
dan (d) merealisasikan liberty. Jadi sudah sejak awal bangsa Amerika menginginkan persatuan,
keadilan, ketenangan, keamanan, kesejahteraan, dan terealisasikannya kebebasan dalam
kehidupan bernegara. Prinsip-prinsip inilah kemudian dapat kita amati dalam praktek kehidupan
kenegaraan di Amerika Serikat.
LAOS, sadar akan peranan yang dijamin oleh sejarahnya dan diyakinkan bahwa masa depannya
hanya terletak pada persatuan kembali Propinsi Tanah Air, dengan khidmat menegaskan
persatuan dan kemerdekaannya.
Rakyat Laos menegaskan kesetiaannya kepada Kerajaan dan kepada dinasti SRI BAGINDA
SISAVANG VONG, Raja Laos.
Rakyat menyatakan keinginannya agar diperintah oleh sistem pemerintahan yang demokratis.
Undang-Undang Dasar ini mengakui asas-asas pokok hak-hak Rakyat Laos teristimewa :
- persamaan kedudukan dalam hukum, perlindungan oleh Undang-undang terhadap mata
pencaharian, kebebasan berkata hati dan kebebasan-kebebasan demokratis lain, dengan syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Undang-undang :
dan menetapkan untuk mereka sebagai kewajiban mereka :
- berbakti kepada Tanah Air, menghormati suara hati, melakukan solidaritas, memenuhi
kewajiban keluarga, ketekunan dalam pekerjaan dan pelajaran, kejujuran, dan patuh kepada
undang-undang.
Dari pembukaan Undang-Undang Dasar Laos tesebut dapat ditarik suatu gambaran bahwa
Rakyat Laos mendambakan persatuan, hak asasi manusia, pemerintahan yang demokratis,
ketaatan pada Raja dan Undang-undang, serta memiliki sifat-sifat terpuji. Dambaan tersebut
tidak terlepas dari pengalaman sejarah Negara Laos yang cukup panjang, mulai dari pengalaman
penjajahan dari berbagai negara silih berganti, dan perpecahan rakyat Laos sebagai akibat sejarah
masa lampau.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke dapan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Marilah kita cermati apa yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar ini.
a. Sumber Kekuasaan
1. Dalam alinea ketiga disebutkan bahwa pernyataan kemerdekaan itu adalah atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa, hal ini bermakna bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh rakyat
Indonesia itu semata-mata karena mendapatkan rahmat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa.
Suatu pengakuan adanya suatu kekuasaan di atas kekuasaan manusia yang mengatur segala hal
yang terjadi di alam semesta ini. Dengan kata lain bahwa kekuasaan yang diperoleh rakyat
Indonesia dalam menyatakan kemerdekaan dan dalam mengatur kehidupan kenegaraan
bersumber dari Allah Yang Maha Kuasa.
2. Sementara itu dalam alinea keempat disebutkan bahwa negara Republik Indonesia tersusun
dalam bentuk kedaulatan rakyat, yang berarti bahwa sumber kekuasaan terletak di tangan rakyat.
Hal ini ditegaskan lebih lanjut dalam Bab I, pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa
“kemerdekaan adalah di tangan rakyat,…..”.
3. Dengan demikian terdapat dua sumber kekuasaan sekaligus, yakni bersumber pada Tuhan dan
bersumber pada rakyat.
4. Sebagai akibat maka perlu adanya suatu pola sistem penyelenggaraan pemerintahan sebagai
penerapan kekuasaan yang bersumber dari dua arah tersebut. Perlu dipikirkan bagaimana
menyusun suatu sistem yang mampu mengintegrasikan kedua sumber kekuasaan yang
bersumber dari Tuhan dan bersumber dari rakyat.
c. Faham Demokrasi
Negara Indonesia dengan jelas menganut faham demokrasi, yang mengakui kedaulatan di tangan
rakyat, serta susunan negara Republik Indonesia terbentuk dalam kedaulatan rakyat, yang
merupakan istilah lain dari demokrasi. Meskipun demokrasi yang diterapkan di negara Indonesia
hendaknya berdasar pada Pancasila.
d. Faham Persatuan
Yang diutamakan dalam kehidupan bernegara adalah keseluruhan rakyat Indonesia. Hal ini
terbukti dari rumusan-rumusan berikut :
1. Tujuan dibentuknya pemerintah negara Indonesia adalah untuk (1) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3)
mencerdasakan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini menggambarkan
bahwa kepentingan umum diletakkan di atas kepentingan pribadi tanpa kepentingan pribadi
dikorbankan atau diabaikan.
2. Yang ingin diwujudkan dengan berdirinya negara Indonesia ini adalah suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Nampak dalam rumusan tersebut bahwa bukan kepentingan
individu yang ditonjolkan tetapi keseluruhan rakyat Indonesia.
3. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa : “Negara” – begitu bunyinya – “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan dasar persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya. Negara, menurut pengertian “pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi
segenap bangsa Indonesia seluruhnya. inilah suatu negara yang tidak boleh dilupakan.
3. Negara Kesatuan
Menurut C.F. Strong, negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang legislatif tertinggi
dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Kekuasaan terletak pada pemerinatah
pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi. Kedaulatan ke
dalam maupun ke luar sepenuhnya terletak pada pemerintah pusat. Dengan demikian maka
kedaulatannya tidak terbagi. (Meriam Budiardjo, hal 140).
Maka sekarang marilah kita mencoba menelaah ada tidaknya prinsip-prinsip yang terkandung
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai bentuk-bentuk negara tersebut.
1. Pada alinea kedua disebutkan : “….. dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
dapan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.””istilah bersatu, tidak dapat diartikan bahwa kedaulatan negara Indonesia terpusat atau
terdistribusi dalam bentuk negara kesatuan atau federal. apakah kata bersatu memiliki makna
terpusatnya kekuasaan dan kedaulatan dipemerintahan pusat ? hal ini memerlukan argumen
yang cukup.
2. Salah satu unsur atau sila dasar negara Republik Indonesia adalah persatuan Indonesia. Untuk
dapat memahami makna persatuan Indonesia ini perlu ditelusuri terumuskannya sila tersebut.
Untuk itu perlu dicermati pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.
Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945, diantaranya mengusulkan sebagai dasar
negara yang akan dibentuk adalah kebangsaan, sebagai dasar terbentuknya negara kebangsaan,
nationale staat. Berikut kami cukilkan beberapa bagian dari pidato tersebut yang berkaitan
dengan dasar kebangsaan ini.
“ Diantara bangsa Indonesia, yang paling ada desir d`etre ensemble, adalah rakyat Minangkabau,
yang banyaknya kira-kira 2 1/2/ milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi
Minangkabau bukan satu kesatuan, melainkan hanya satu bagian daripada satau kesatuan.
Penduduk Yogya pun adalah merasa le desir d`etre ensemble, tetapi Yogya pun hanya satu bagian
kecil daripada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan le desir d`etre
ensemble, tetapi Sunda pun hanya satu bagian kecil daripada kesatuan.”
Dari kutipan pidato tersebut tidak dapat dijadikan landasan bagi bentuk negara kesatuan. Apalagi
kalau kita ikuti lebih lanjut pidato Bung Karno, yang memberikan gambaran bahwa beberapa
contoh yang dikemukakan justru dari bentuk negara federal, seperti Jermaniraya, India, dan
sebagainya. Dengan demikian sila ke-tiga Pancasila tidak menjamin apakah bentuk negara itu
kesatuan atau federal, tetapi yang penting bahwa negara tersebut adalah negara kebangsaan yang
membentuk suatu kesatuan, suatu nation-state.
Untuk mencari landasan bentuk negara yang sebaiknya bagi negara Indonesia, dapat kita cari
dari pengalaman sejarah bangsa, sejak dari zaman penjajahan Belanda, zaman masa perang
kemerdekaan, sampai dewasa ini.
Kita perlu waspada adanya pihak-pihak yang masih ingin menerapkan politik penjajahan, yakni
divide et impera, pecah belah dan kuasai. Untuk menguasai Indonesia secara menyeluruh cukup
sulit dan memerlukan pertimbangan bertubi-tubi, tetapi bila negara Indonesia ini pecah menjadi
negara-negara kecil-kecil, tiada mustahil satu persatu akan lebih mudah untuk dikuasainya.
Dalam perjalanan sejarah negara bangsa Indonesia telah pernah memiliki bentuk negara federal,
yakni sebagai hasil perundingan meja bundar di Negeri Belanda pada tahun 1949. Negara-negara
bagian yang menjadi unsur negara federal tersebut adalah negara-negara bentukan BFO-NICA,
kecuali negara Republik Indonesia yang beribu kota di Yogyakarta. Namun tidak sampai satu
tahun negara federal tersebut telah berubah menjadi negara kesatuan lagi, karena keinginan
bersatu dari negara-negara bagian. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa rakyat
menghendaki kesatuan.
Timbulnya gagasan negara federal adalah didorong oleh keinginan daerah mendapatkan
perlakuan yang adil dalam pembagian rejeki, perlakuan yang adil dihadapan hukum, disamping
mungkin adapula yang didorong oleh suatu prinsip dasar yang perlu diterapkan dalam
pengaturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan kalau ini yang menjadi
motivasi keinginan adanya negara federal, kami kira bahwa negara federal tidak menjamin
tercapainya tujuan tersebut. Apakah dengan negara federal ini akan dapat menghapus atau me-
minimized terjadinya KKN, yang diduga sebagai sebab terjadinya ketidak adilan. Apakah efisiensi
kerja dijamin dengan terjadinya federasi ? dan apakah hukum akan dapat dijamin ditegakkan
dengan federasi ? Hal ini telah disadari oleh para founding fathers yang dapat kita temui sikapnya
dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi sebagai berikut :
Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat,
semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun dibikin
Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan, apabila semangat para
penyelenggara negara, para pemimpin pemerintahan itu bersifat perseorangan, Undang-Undang
Dasar tadi tidak ada artinya dalam praktek.
Wacana atau debat mengenai bentuk negara kesatuan atau negara federal telah terjadi pula
dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dalam
Sidangnya yang ke-dua yang berlangsung dari tanggal 10 Juli 1945 sampai tanggal 16 Juli 1945
berikut kami kutipkan beberapa pendapat dari anggota BPUPKI tentang masalah bentuk negara
federasi atau negara kesatuan.
Anggota SOESANTO
Tentang uni atau federasi – sebab dalam rapat yang dahulu ada aliran yang suka kepada federasi
dan yang menyukai uni – di sini pertama saya berpendapat bahwa kita harus memahamkan arti
dan perbedaan antara uni dan federasi itu, yang mengenai 3 macam susunan negara.
Uni : yang berhak untuk berhubungan dengan luar negeri, hanya dan melulu pemerintah pusat.
Federasi yang bercorak Bondstaat : baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berhak
berhubungan dengan luar negeri. Dan pemerintah pusat berhak mengadakan aturan langsung
untuk semua penduduk.
Adapun perbedaan Bondstaat dan Statenbond ialah demikian. Dalam negara yang bersifat
Bondstaat baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berhak berhubungan dengan luar
negeri. Tetapi dalam Statenbond, pemerintah pusat tidak berhak langsung membuat aturan
untuk penduduk, melainkan hanya dengan perantaraan pemerintah daerah. Dengan mengingat
itu saya memilih bentuk uni, seperti juga yang dirancangkan di dalam rancangan Undang-
Undang Dasar yang telah saya usulkan.
Anggota SOEKIMAN
Tentang bentuk “unitaristisch” atau “federalistisch” , Tuan-tuan yang terhormat, juga di dalam
hal ini riwayat menunjukkan sesungguhnya, bahwa pada permulaan hubungan negara-negara
adalah sebagai perserikatan negara-negara, “bondstaat”, kemudian meningkat kepada
“bondstaat” dan pada akhirnya meningkat lagi kepada eenheidsstaat, karena “eenheidsstaat”
sesungguhnya menjamin satu urusan, satu bentuk yang se-efficient-efficient-nya. Kita dapat
melihat contohnya di dalam riwayat Jerman……
Amerika baru bertingkat kedua saja, belum sampai kepada tingkat yang sempurna, yaitu tingkat
yang dinamakan unitaristisch; belum meningkat kepada tingkat penghabisan……. maka lebih
baiklah saya terima bentuk yang paling akhir, yaitu bentuk sebagai eenheidsstaat, yaitu negara
persatuan. Karena di dalam pemandangan saya, untuk mendirikan suatu bondstaat, haruslah
sudah ada staat-staat.
Dari kutipan tersebut di atas nampak bahwa baik dari golongan kebangsaan atau Islam
cenderung untuk memilih bentuk negara kesatuan, dan terbukti bahwa itulah yang menjadi
pilihan para founding fathers, yang akhirnya disepakati oleh BPUPKI.
Menurut hemat kami cara terbaik dalam rangka menentukan bentuk negara adalah adanya
political will yang ditindak lanjuti dengan tindakan yang nyata dan konsekuen dari semua
lembaga negara untuk menciptakan clean government. Dan good governance lebih dahulu upaya
untuk mengadakan perubahan bentuk negara hanya akan mensita pikiran, biaya dan tenaga, yang
masih sangat disangsikan keberhasilannya.
Ada baiknya kalau kita pelajari hasil team reinventing government yang dibentuk oleh Presiden
Bill Clinton untuk memperbaiki sistem pemerintahan di Amerika Serikat. team tersebut
mengusulkan empat langkah dalam rangka memperbaiki sistem pemerintahan Amerika Serikat
dalam menghadapi globalisasi langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Konsolidasi, perlu segera diteliti adanya pekerjaan yang tumpang tindih yang perlu diatur lagi,
dan dikaji hal-hal yang terlewat yang belum digarap. Realisasi ini membutuhkan keberanian,
karena pasti akan memakan korban.
2. Otonomi dan desentralisasi. Harus segera diadakan pengaturan urusan-urusan yang harus
didesentralisasi. Hal ini untuk memotong birokrasi, sehingga efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
3. Privatisasi, sejauh mungkin melibatkan swasta dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan pengawas.
4. Terminasi, penghentian dari kegiatan yang tidak memiliki makna yang hanya membebani
rakyat.
Untuk merealisasikan langkah atau kebijasanaan tersebut pasti kepentingan pribadi disingkirkan,
yang diutamakan adalah kepentingan rakyat, sehingga memerlukan SDM yang dapat
dihandalkan.
pada dasar negara. Dasar negara sebagai norma dasar dan norma hukum tertinggi
menjadi sumber normatif bagi pembentukan konstitusi. Konstitusi negara sebagau
hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis pada hakekatnya berisi
(Recht-Idee) yang menguasai hukum dasar negara, tertulis maupun tidak tertulis.
Cita hukum bearti gagasan, pikiran, rasa dan cipta mengenai hukum yang
diinginkan masyarakat. Cita hukum akan mengarahkan hukum pada cita-cita dari
suatu masyarakat. Dengan cita hukum maka hukum akan dibuat dan dibentuk
sesuai atau selaras dengan cita-cita dan harapan masyarakat. Dasar Negara
ssebagai hukum.
dasar negara, yaitu undang-undang Dasar 1945 dapat ditemukan pada penjelasan
berikut :
menguasai hukum dasar negara baik hukum dasar yang tertulis (UUD)
1. Negara persatuan, yaitu negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
2. Keadilan sosial, yaitu negara mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah pancaran
dari nilai nilai dasar Pancasila. Nilai nilai Pancasila itu selanjutnya dijabarkan
Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas
nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga
Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama
bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan
strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok
ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan
para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara
garis-garis besar sebagai instruksi kepada pusat dan lain-lain penyelenggara negara
dibawah konstitusi, yang lebih mudah untuk dibuat, diperbaharui, maupun dicabut.
Menurut Miriam Budiardjo, setiap Undang-undang Dasar / Konstitusimemuat
undang Dasar.