You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam perjalanan bangsa Indonesia, pelaksanaan pendidikan di
Negara ini tidak semulus seperti yang diharapkan para pendiri
negara. Selama 60 tahun pasca kemerdekaan, pendidikan kita
mengalami pasang surut. Seiring dengan pergantian Menteri,
kebijakan-kebijakan untuk mengupayakan peningkatan kualitas
pendidikan pun berganti-ganti. Sayangnya upaya-upaya yang
telah dilakukan belum terealisasi sebagai mana yang diharapkan,
di antaranya tampak pada belum jelasnya indikator tentang lulusan
(output) sekolah yang dapat dimasukkan katagori bermutu.
Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia yang
berdampak pada rendahnya kualitas SDM dari data yang dikutip
oleh Majalah Gerbang (Mei 2004) dari laporan program
pembangunan PBB/UNDP tentang human development indeks
(HDI), pada tahun 2002 Indonesia berada pada peringkat ke-110
dari 173 negara, dan pada tahun 2003 peringkat itu kembali
merosot tajam.
Untuk membenahi dan mengupayakan kebangkitan dan
peningkatan kembali kualitas pendidikan kita diperlukan
perubahan dan pembaruan. Adanya perubahan kewenangan dan
kebijakan pemerintah pusat dan dengan digulirkannya otonomi
daerah melahirkan perubahan pula pada sistem pendidikan
nasional. Sebagai wujudnya adalah pembaruan Undang-Undang
Sisdiknas No. 2 tahun 1989 yang diganti dengan Undang-Undang
Sisdiknas /UU RI No. 20 tahun 2003.
Dalam penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003 disebutkan bahwa, pembaruan sistem pendidikan
nasional dilakukan untuk memperbarui visi, misi dan strategi
pembangunan pendidikan nasional. Adapun visi pendidikan
nasional adalah terwujudnya system pendidikan nasional sebagai
pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah.
Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan
nasional yang berkualitas pada setiap jenjang pendidikan dasar
dan menengah, dalam pasal 51 UU Sisdiknas dirumuskan bahwa
pengelolaan setiap satuan pendidikan dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
Sebagai produk baru masih cukup banyak orang dari
kalangan pendidikan sendiri yang belum mengetahui secara
jelas dan memahami tentang isi UU Sisdiknas dan apa itu MBS
bagaiman implemetasinya. Didasari pemikiran bahwa MBS
merupakan sebuah alternatif jawaban atas masalah-masalah
dalam dunia pendidikan maka semua pihak yang terlibat
langsung dalam dunia pendidikan terutama pengelola sekolah
sangat perlu untuk memahami tentang MBS manfaat, masalah-
masalah dalam penerapannya dan pengaruhnya terhadap
prestasi belajar siswa.

B. TUJUAN
Didasari oleh pemikiran bahwa masih banyak pihak yang
terlibat langsung dalam dunia pendidikan mengetahui dan
memahami tentang MBS, maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah :
1. untuk mengetahui faktor-faktor pendukung yang
berpengaruh dalam penerapan MBS dan MPMBS;
2. untuk mengetahui peran apa yang dapat dilakukan guru
untuk optimalisasi penerapan MBS di sekolahnya;
3. untuk mengetahui manfaat MBS dalam meningkatkan
prestasi siswa dan kemajuan sekolah;
4. untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul dalam
penerapan MBS/MPMBS dan kemungkinan pemecahannya.

C. SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Sistematika dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, berisi tentang :
a. Latar belakang
b. Tujuan Penyusunan Makalah
c. Sistematika Penyusunan
2. Bab II Konsep Dasar MBS dan Implementasinya
a. Pengertian dan Karakteristik
b. Faktor-faktor pendukung yang berpengaruh dalam
penerapan MBS
c. Strategi Penerapan MBS di Sekolah
d. MBS dan Peningkatan Prestasi Siswa
3. Bab III Kesimpulan dan Saran
BAB II
FUNGSI DAN MODEL PEMBELAJARAN REMIDIAL

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN REMEDIAL


Remidial pada dasarnya merupakan bagian dari pembelajaran
secara keseluruhan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua siswa dapat
mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak
mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. Untuk
memberikan kesempatan siswa yang “terlambat” mencapai
ketuntasan menguasai materi pelajaran, diadakan pembelajaran
remedial (remidial teaching)
Berdasarkan perspektif konstruktivisme yang ingin
dikembangkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), peran
guru dan bahan pelajaran merupakan fasilitator untuk belajar aktif
selama siswa membangun pengetahuan dan pemahaman yang
menyeluruh. Termasuk terhadap siswa yan terlambat atau
mengalami kesulitan memahami informasi baru yang dikajinya.
Peran guru sebagai fasilitator ini juga memfasilitasi siswa yang
mengalami kesulitan denga mengalokasikan secara khusus agar
siswa tersebut dapat membangun pengetahuan dan
pemahamannya.
Siswa yang mengikuti pelajaran dalam perkembangannya
sangat bervariasi kemampuan intelektualnya, dan kita sebagai
guru hendaknya membantu siswa agar tetap bertahan dan dapat
mempelajari mata pelajaran yang kita ajarkan. Dengan demikian
sekolah sebaiknya menciptakan suatu lingkungan belajar dan
pengalaman yang memungkinkan siswa belajar, baik terhadap
siswa yang diatas rata-rata, maupun yang dibawah rata-rata.
Sebagian besar siswa dapat belajar dari lingkungan pendidikan
secara umum dengan pola pembelajaran biasa di sekolah. Tetapi
ada sebagian siswa yang relatif memerlukan arahan lebih yang
intensif dan sistematik dari guru agar terjadi proses belajar pada
dirinya. Di dalam kelas, siswa tersebut belajar mengacu pada
kurikulum yang sama dengan teman siswa lainnya. Tetapi, ada
sekelompok kecil siswa memerlukan waktu tambahan, pengelolaan
khusus, penambahan tugas-tugas, atau bahkan pemberian ulangan
khusus. Hal ini ditempuh untuk memudahkan mereka untuk
memenuhi kebutuhan agar mereka dapat belajar.

a. TUJUAN PEMBELAJARAN REMEDIAL


Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari
pembelajaran reguler di kelas, yang ditujukan hanya terhadap
siswa yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Secara
garis besar tujuan dari pembelajaran remedial sebagai berikut :
1. Karena setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan
belajar, standar akademik, belajar di kelas dan kinerja
akademiknya, dan karena setiap siswa harus belajar. Dengan
pembelajaran remedial siswa yang lambat belajarnya
dibandingkan dengan yang lainnya akan dibantu belajarnya,
dengan cara menyesuaikan kurikulum sekolah, pendekatan,
guru menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Di
samping itu dirancang pembelajaran secara individual untuk
membangun konsep dasar, menuntaskan metode belajar,
meningkatkan kepercayaan diri dan menguatkan sefektifitas
belajar.
2. Melalui pembelajaran remedial, guru menyiapkan
pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan keterampilan umum (generic skills), meliputi :
hubungan antar personal, berkomunikasi, memecahkan
masalah, mengelola diri sendiri, belajar mandiri, berfikir
mandiri, mengembangkan kreatifitas, dan menggunakan
teknologi sebagai sumber belajar. Di samping itu, pelatihan
ini juga membantu siswa menekankan pada belajar
sepanjang hayat (life-long learning), membantu
mengembangkan sikap positif dan nilai-nilai sebagai bekal
belajar selanjutnya, dan pengembangan karir.
b. SASARAN PEMBELAJARAN REMIDIAL
Siswa yang tergolong lambat dalam menguasai suatu standar
kompetensi, pada pembelajaran biasa yang diikutinya di dalam
kelas reguler kurang signifikan terhadap upaya membangun
pengetahuan di dalam dirinya, sehingga memerlukan
pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial difokuskan
terhadap topik tertentu (sesuai kebutuhannya), bergantung
kepada usia siswa, dan kesulitan yang dialaminya dalam
memahami suatu topik (Mariana, Made Alit, 2003:20).
Berdasarkan tingkatan usia remedial dikelompokkan menjadi :
1. Remedial untuk siswa Sekolah Dasar.
Pada tingkatan sekolah dasar (SD) pembelajaran remedial
difokuskan pada proses pemantapan keterampilan dasar
(basic skills), yang berkaitan dengan tugas-tugas misalnya:
membaca dengan memahami, menulis dengan bercerita,
berhitung suatu besaran tertentu.
2. Remedial untuk siswa Sekolah Menengah
Untuk siswa sekolah menengah, remedial mengarah kepada
pemahaman terhadap konsep yang lebih kompleksdan
informasi yang komprehensif. Dengan demikian,
pembelajaran remedial difokuskan kepada strategi
pembelajaran dalam keterampilan mengkaji dan
memperoleh sesuatu topik (study skills), menentukan cara
yang paling sesuai untuk mempelajari topik, dan mengingat
serta menyampaikannya kembali pemahamannya. Di sini
guru membantu siswa untuk memahami, mengorganisasikan
dan membangun hal-hal yang telah dipelajari siswa.
3. Remedial untuk siswa Sekolah pendidikan Luar Biasa (SLB)
Untuk siswa yang masuk dalam kelompok siswa luar biasa
(learning disabilities) remedial diarahkan kepada kesiapan
mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Untuk itu,
pendidikan kecakapan hidup (life skills education) dalam arti
yang khusus sesuai dengan jenis hambatan yang mereka
temui, sangat bermanfaat bagi mereka.

c. CIRI PEMBELAJARAN REMIDIAL


Pembelajaran remedial dimulai dari identifikasi kebutuhan siswa
yang bersangkutan. Kebutuhan siswa ini dapat ditentukan
dengan cara menganalisa kesulitan belajar siswa dalam
memahami konsep-konsep tertentu. Pada dasarnya
pembelajaran remedial berulang secara generik seperti
pembelajaran reguler tetapi memiliki perbedaan dalam dua hal :
1. Pembelajaran remedial berangkat dari kesulitan belajar
yang dialami siswa atau kebutuhan siswa tentang
penguasaan konsep yang sulit dipahami.
2. Dalam pembelajaran remedial proses pembangunan
pengetahuan pada diri siswa disesuaikan dengan kebutuhan
individual siswa, artinya tidak harus mengurut fase
pembelajaran yang dilalui. Dari kebutuhan siswa dapat
langsung menuju kepada pembangunan dan pengajuan
eksplanasi ilmiah dan solusi, kemudian mencari informasi-
informasi yang relevan sebagai pendukung terhadap
eksplanasi dan solusi tersebut.

B. KESULITAN BELAJAR
Siswa yang tergolong ke dalam kelompok yang harus dimasukkan
ke dalam kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami
kesulitan dalam hal, sebagai berikut.
1. Kemampuan mengingat kurang.
2. Perhatian yang sangat krang dan mudah terganggu dengan
sesuatu yang lain di sekitarnya pada saat belajar.
3. Secara relatif lemah kemampuan memahami secara
menyeluruh.
4. Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar.
5. Kurang dalam kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya.
6. Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah.
7. Sering gagal dalam menyimaksuatu gagasan dari suatu
informasi.
8. Mengalami kesulitan alam memahami suatu konsep yang
absatrak.
9. Gagal menghubungkan suatu konsep dengan lainnya yang
relevan.
10.Memerlukan waktu relatif lebih lama daripada yang lainnya
untuk menyelesaikan tugas-tugas.

C. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN BANTUAN DALAM REMEDIAL


Pembelajaran remedial merupakan sebuah bantuan yang dilakukan
guru. Dalam prosesnya sebagai bantuan harus dilakukan secara
intensif, dapat berupa melengkapi LKS, menjawab pertanyaan-
pertanyaan, membangun model, dan membuat keputusan
dan/atau kesimpulan. Bantuan yang diberikan guru kepada siswa
dilakukan secara individual, sesuai dengan kesulitan masing-
masing siswa.
Dalam membantu siswa, pembelajaran remedial berpegang pada
beberapa prinsip, yaitu :
1. Penyiapan pembelajaran; merupakan proses identifikasi
kebutuhan siswa dan menyiapkan rencana pembelajaran
agar efektif.
2. Merancang berbagai kegiatan; mengelompokkan berbagai
kegiatan belajar untuk siswa yang bervariasi dalam
mencapai tujuan yang sama.
3. Merancang belajar bermakna; merancang situasi yang
bermakna, yang memberikan pengalaman belajar yang
menarik minatnya dan timbul inisiatif belajarnya.
4. Pemilihan pendekatan; pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dari contoh yang kongkrit
sebelum masuk ke konsep yang abstrak.
5. Berikan arahan yang jelas; memberikan arahan yang jelas
untuk menghinari kebingungan. Sebab siswa yang
mengalami kesulitan belajar biasanya kurang kemampuan
memahami suatu bacaan.
6. Rumuskan gagasan utama; ajak siswa merumuskan gagasan
utama pembelajaran tersebut sesuai dengan kesulitan yang
dialaminya. Dan menghubungkan konsep yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari agar pembelajaran efektif.
7. Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi; merancang
kegiatan yang menarik keinginan siswa, membimbing siswa
keluar dari kesulitan belajar untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya.
8. Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas untuk
meningkatakan keinginan belajar.
9. Memfokuskan pada proses belajar; perhatikan keuntungan
yang dapat diperoleh siswa, beri kesempatan siswa untuk
dapat memecahkan masalah dan memahami kapasitas
dirinya.
10.Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa, berikan
bimbingan secara pribadi.

D. PENILAIAN DALAM REMEDIAL


Penilaian dalam remedial dilakukan sebagai langkah akhir untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar, dan
mengatasi kesulitan belajarnya. Dari penilaian inilah kita dapat
memperoleh informasi sejauh mana keberhasilan remedial yang
dilakukan dan tingkat ketuntasan belajar siswa dalam penguasaan
materi yang diajarkan.
Metode penilaian umum yang biasa digunakan untuk memperoleh
balikan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran
remedial :
1. Penilaian formatif
Guru mengukur kemampuan siswa dari kinerja sehari-hari.
2. Penilaian sumatif.
Mengacu pada kemajuan belajar, guru dapat mengukur kinerja
siswa melalui ulangan atau tes.

E. MODEL PEMBELAJARAN REMEDIAL


a. Pembelajaran Remedial di Luar Jam Sekolah (Outside
School Hours)
Model ini membuat pembelajaran remedial untuk membantu
kesulitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa materi
subyek, sebelum atau setelah jam pelajaran dilaksanakan.
Beberapa keuuntungan dari model ini meliputi:
1. Siswa menerima tambahan waktu untuk membahas
kembali dari hanya pembelajaran yang biasa diikuti di kelas.
2. Siswa memperoleh bantuan untuk mengidentifikasi area
belajar yang sulit dan memberikan titian untuk mengisi
kesenjangan dengan cara memberikan informasi tambahan
agar lebih mudah memahaminya.
3. Kelompok siswa yang tingkat kemampuan intelektualnya
sejenis dalam pembelajaran remedial diberi kesempatan
untuk mengajukan kesulitan-kesulitan dan bantuan
pendekatan yang sesuai agar lebih memahaminya.
4. Dalam kelompok kecil kelas remedial, akan sangat
membantu interaksi antara guru dan siswa selama
pembelajaran yang mengakibatkan siswa belajar dengan
bermakna.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran
Remedial Outside School Hours, yaitu :
1. Penekanan pada remediasi yang bertujuan membantu siswa
membangun dasar yang kokoh tentan materi subyek yang
dianggap sulit dan kemampuan belajar mandiri dengan
bimbingan guru.
2. Guru hendaknya mengkaji intisari kurikulum yang
menekankan pada ketuntasan belajar siswa, dan
menentukan materi tambahan yang sesuai.
3. Guru dapat memberikan ilustrasi yang lebih banyak
sebagai jembatan memahami materi subyek untuk
membantu memapankan pengetahuan yang diperlukan dan
membangun konsep yang lebih baik daripada pembelajaran
di kelas biasa.
4. Hanya kelompok siswa yang peringkatnya sama yang
mengikuti pembelajaran remedial pada topik yang sama.

b. Model Pembelajaran Remedial Pemisahan (Withdrawal)


Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan cara
memisahkan siswa dari kelas biasa, ke dalam kelas remedial.
Pemisahan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar
tentang materi subyek yang dibahas. Model ini digunakan
hanya untuk topik-topik yang dianggap esensial sebagai fondasi
pengetahuan yang lain atau lanjutan.
Keuntungan melaksanakan model pembelajaran remedial ini,
1. Karena kelompok siswa relatif sedikit, guru dapat
memahami lebih baik kebutuhan siswa secara individual,
kinerja siswa dalam kelas, dan kesulitan masing-masing
siswa dalam belajar.
2. Memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan
bantuan agar siswa lebih memahami topik yang dianggap
sulit.
3. membantu meningkatkan interaksi dalam pembelajaran
yang memungkinkan siswa belajar lebih intensif.
Yang perlu diperhatikan dalam melaksnakan pembelajaran
remedial model ini adalah, pelaksanaan yang terlalulama akan
memberikan efek julukan tertentu yang mengakibatkan
ketidaknyamananan bagi siswa yang bersangkutan, dan
menghilangkan kesempatan siswa berinteraksi dengan teman
lainya di kelas biasa.
c. Model Pembelajaran Remedial Tim (Co Teaching)
Model pembelajaran remedial ini merupakan sebuah kerja team,
dari mulai perencanaan, penyiapan bahan dan identifikasi
kebutuhan siswa, pelaksanaan kegiatan sampai
administrasinya.
Beberapa kelebihan model ini, yaitu :
1. Membangun kebersamaan dalam kelompok dan
menciptakan suasana kondusif bagi lingkungan pendidikan.
2. Membantu saling meningkatkan kemampuan profesional di
antara guru, sehingga efektifitas dapat ditingkatkan.
3. Lebih luwes dalam pengaturannya.
4. Mengurangi efek predikat jelek bagi kelompok siswa dan
memberi dukungan kebutuhan individual siswa.
5. Meningkatkan interaksi guru-siswa.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran
Remedial Co-teaching, sebagai berikut :
a. Persiapan
1) Guru bersama-sama menyusun rencana
pembelajaran,
2) Guru mendiskusikan strategi pembelajaran
dan adaptasi kurikulum yang diperlukan, merancang dan
mengumpulkan bahan remediasi untuk pengayaan materi
pembelajaran’
3) Merancang dan Lembar kerja dan media
pembelajaran sesuai dengan topik pembahasan dalam
membantu siswa memahami topik tersebut.
b. Presentasi Pelajaran
Selama pembelajaran guru dapat mengadopsi pembelajaran
dengan cara yang luwes sesuai dengan ciri topik serta tujuan
dan materi pembelajaran.

c. Evaluasi dan review


1) Mengevaluasi cara anggota team dan
perannya dalam bekerjasama dalam kelompok
2) Mengubah materi dan memperbaiki strategi
pembelajaran dalam memenuhi kebutuhan siswa,
3) Mengevaluasi kinerja siswa dan kemajuan
belajarnya.

You might also like