You are on page 1of 69

BAB I

PEMBUATAN KOMPOS

A. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan kompos
2. Mengetahui tahapan pengomposan dengan mengetahui perubahan
yang terjadi.

B. LATAR BELAKANG
Kompos, sebenarnya sudah kita kenal sejak dahulu kala. Leluhur kita
telah lama mempelajari nilai penggunaan kompos itu. Mereka menerima
panen yang melimpah setelah hutan primer terbuka. Tempat yang dibuka itu
bagian atasnya mengandung tanah yang sangat subur, yang terjadi dari daun-
daun, rumput-rumput hancur yang tercampur kotoran burung dan binatang-
binatang sehingga terkumpul berabad-abad. Namun ketika mereka berdiam di
tempat tersebut dan mengolahnya dari tahun ke tahun, mereka lihat kesuburan
tanah itu semakin berkurang. Maka mereka mulai meniru hutan alam,
memulihkan tanah tersebut dengan daun-daun, rumput, semak-semak dan
kotoran yang dapat dikumpulkan. Dengan demikian tanah dijaga agar tetap
subur.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan kompos biasanya diperoleh dari alam, misalnya dari tumbuh-
tumbuhan dan bahan organik lainnya. Pembuatan kompos adalah
menumpukkan bahan-bahan dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan
yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai
pupuk. Bahan organik tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara langsung
karena unsur hara yang terkandung di dalamnya tidak dapat diserap oleh
tanaman, jadi diperlukan proses pengomposan (Sutedjo, 1995).

1
Kompos biasanya dibuat secara berselang-seling yaitu bahan dasar,
pupuk kandang, pupuk buatan, bahan dasar lagi, dan seterusnya. Pemberian
pupuk kandang dimaksudkan untuk menambahkan unsur hara, sedang
pemberian kapur maksudnya untuk menetralkan pH pupuk (Anonim, 2004).
Beberapa faktor yang mempengaruhi agar pengomposan berhasil :
a. Ukuran Bahan
Semakin kecil ukuran bahan mentah, maka semakin cepat pula proses
pembusukannya. Dan ukuran bahan yang terlalu besar akan menyebabkan
lamanya proses pengomposan.
b. Suhu
Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalau rendah akan menghambat
pertumbuhan mikrobia perombak. Suhu optimum mikrobia perombak dapat
hidup adalah pada suhu 35-40oC.
c. C/N Ratio
Timbunan yang mempunyai C/N ratio tinggi akan menghasilkan panas
untuk pembusukan bahan dengan cepat. Kalau timbunan mempunyai C/N
ratio yang yang rendah, maka timbunan akan ditumbuhi jamur. Bahan dasar
yang mempunyai C/N ratio yang tinggi harus dicampur dengan bahan yang
mengandung sumber nitrogen agar proses pembusukan dapat berlangung
cepat.
Unsur N merupakan sumber energi bagi mikrobia di dalam melakukan
perombakan kompos dalam bentuk urea dan SP-36. kadar C apabila C/N
ratio semakin tinggi lebih dari 30% dari proses pengomposan, maka akan
terjadi proses immobilisasi.
d. Kelembaban
Pada saat pembuatan kompos harus dijaga kelembabannya agar
nitrogen dan amoniak tidak banyak hilang dan agar dapat meningkatkan
aktifitas mikrobia perombak. Apabila timbunan menjadi terlampau basah
dan aerob, maka pengadukan dapat dilakukan untuk mengembalikan pada
keadaan yang normal.

2
e. pH
pH sangat berpengaruh pada kegiatan enzim. Enzim yang dikelurkan
oleh mikrobia menentukan besar kecilnya enzim yang dihasilkan. Untuk
mengatasi pH yang terlalu rendah dapat ditambahkan bahan kapur. pH yang
optimum untuk proses pengomposan adalah 6-7.
f. Oksigen ( O2)
Degradasi mikrobia akan menurun dengan menurunnya oksigen.
Karena fungsi oksigen dalam metabolisme mikrobia dalam keadaan aerob,
yaitu bahan organik akan diurai menjadi CO2 dan H2 sedang pada keadaan
anaerob, bahan organik akan menghasilkan CO2 dan asam-aam organik.
Golongan besar organisme mendekomposisi adalah bakteri, fungi dan
actionmycetes. Mikroorganisme ini dapat segera aktif dan baik untuk
didekomposisi dan sintesa secara bersamaan.
Ciri-ciri kompos yang baik :
1) Warna coklat sampai hitam.
2) Kadar seratnya sedikit.
3) Strukturnya remah.
4) Konsistensi gembur.
5) Berbau daun yang lapuk.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Kompos
Kadar serat Suhu Akhir
No Perlakuan Warna Sifat fisik
(%) (C)
Macak-macak
1 Jerami Coklat 50 32,5
(lunak)
Hijau Macak-macak
2 Glyrecideae 30 32,5
kehitaman (lunak)
Macak-macak
3 Jati Coklat tua 70 32,5
(remah)

E. PEMBAHASAN

3
Dalam pembuatan kompos ini, bahan terlebih dahulu diinkubasi
selama kurang lebih 7 minggu. Setelah itu, pada masing-masing perlakuan
diamati perubahan-perubahan yang terjadi diantaranya warna, sifat fisik, kadar
serat (%) dan suhu (oC). maing-masing perlakuan tersebut, antara lain :
1. kompos dengan bahan mentah berupa Glyrecideae
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah Glyrecideae
memiliki sifat macak-macak (lunak), warna hijau kehitam-hitaman dan
kadar serat 30%, maka kompos ini dikatakan sudah cukup matang, hal ini
dapat dilihat dari kandungan serat yang terdapat dalam kompos tersebut.
Pada saat diperas serat yang tersisa sedikit. Apabila dibandingkan dengan
jati dan jerami, proses pengomposan pada Glyrecideae lebih efektif,
karena kandungan lignin yang ada pada Glyrecideae agak rendah.
2. Kompos dengan bahan mentah berupa jerami
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah jerami
memiliki sifat macak-macak (lunak), warna coklat dan kadar serat 50%,
Apabila dibandingkan dengan jati, proses pengomposan pada jerami lebih
efektif, karena kandungan lignin yang ada pada jerami agak rendah
dibandingkan jati. Ratio C/N yang tinggi pada jerami juga agak
menghambat pematangan proses pengomposan.
3. Kompos dengan bahan mentah daun jati
Ditinjau dari sifat fisiknya, kompos dari bahan mentah jati
memiliki sifat macak-macak (remah), warna coklat tua dan kadar serat
70%, maka kompos ini dikatakan belum cukup matang. Apabila
dibandingkan dengan Glyrecideae dan jerami, proses pengomposan pada
jati berjalan lebih lama, karena kandungan lignin yang ada pada jati sangat
tinggi.

F. KESIMPULAN
4
1. Perubahan yang terjadi pada pembuatan kompos dari bahan :
a. Glyrecideae
- Sifat fisik : macak-macak (lunak)
- Warna : hijau kehitam-hitaman
- Kadar serat : 30%
- Suhu akhir : 32,5 0C
b. Jerami
- Sifat fisik : macak-macak (lunak)
- warna : coklat
- Kadar serat : 50%
- Suhu akhir : 32,5 0C
c. Daun jati
- Sifat fisik : macak-macak (remah)
- Warna : coklat tua
- Kadar serat : 70%
- Suhu akhir : 32,5 0C
2. Proses pengomposan yang paling cepat adalah pada kompos Glyrecideae
dan yang berjalan lama adalah daun jati.

DAFTAR PUSTAKA
5
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB II
6
PENERAPAN PUPUK AZOLLA

A. TUJUAN
1. Mengetahui manfaat dari tanaman azolla kaitannya dengan kesuburan
tanah.
2. Mengetahui pengaruh dari pupuk azolla terhadap tanaman padi.

B. LATAR BELAKANG
Mengingat besarnya biaya yang diperlukan untuk penyediaan pupuk

nitrogen buatan ditambah dengan resiko semakin menipisnya cadangan

minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui serta timbulnya dampak negatif

bagi lingkungan, maka perlu diupayakan penyediaan hara nitrogen yang lebih

murah, mudah dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan dengan

memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan mikrobia tanah dalam

menyediakan hara nitrogen secara alami khususnya pada lahan padi sawah.

Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa tanaman padi sawah di daerah tropis

secara alami dapat memproduksi 2-3 ton gabah per ha dengan memanfaatkan

nitrogen yang ada di alam melalui kegiatan fiksasi N secara biologis oleh

mikrobia tanah (Reddy, Ladha, So, Hernandez, Ramos, Angeles, Dazzo dan

de Bruijn, 1997). Tanaman Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena

azolla, merupakan cyanobacteria (salah satu Blue green algae) yang dapat

menambat N2. penambatan N2 udara adalah Anabaena azolla lebih lebih

efisien dibanding dengan Blue green algae lain yang hidup bebas, karena

jumlah heterosite sebagai tempat berlangsungnya penambatan N2 lebih

banyak. Azolla sangat efisien dalam memanfaatkan unsur K dari air irigasi,
7
sehingga konsentrasinya dapat mencapai 2-3,5 %. Konsentrasi pada air irigasi

hanya 2-5 ppm K2O, maka disamping N, Azolla dapat dimanfaatkan sebagai

sumber K.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman azolla sangat bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah
dalam hal ini peningkatan kadar hara yang tersedia bagi tanaman, karena
tanaman azolla mengandung 3,5 – 4 % N; 41,5 – 45,3 % C; sehingga C/N
rationya berkisar antara 8,3 – 10. dengan C/N ratio yang rendah, Azolla
mudah terdekomposisi. Azolla sangat efisien dalam memanfaatkan unur K
dari air irigasi, sehingga konsentrasinya dapat mencapai 2 – 3,5%. Konsentrasi
K dalam air irigasi hanya 2 – 5 ppm K2O, maka disamping sumber N, Azolla
dapat dimanfaatkan sebagai sumber K.
Tanaman azolla tidak beracun bagi ternak, unggas, dan ikan. Dengan
demikian azolla dapat dimanfaatkan untuk pupuk berbagai tanaman, pakan
ternak, unggas maupun ikan. Kegunaan lain untuk pemurnian air, menekan
perkembangan nyamuk dan menekan pertumbuhan gulma pada tanah sawah.
Pemanfaatan azolla sebagai pupuk tanaman, dapat diberikan baik dalam
bentuk segar, kerig atau kompos.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2. Pengamatan Penerapan Pupuk Azolla
8
1. LATOSOL
Tinggi Σ N Berat basah Berat kering
No Perlakuan
(cm) Anakan Kualitatif (gram) (gram)
Kontrol ul 1 59 2 3 11 2
1 ul 2 61 4 3 23,5 3,3
rata-rata 60 3 3 17,25 2,65
Azolla 60 g ul 1 64 2 4 7,8 1,5
ul 2 63 9 5 21 3,3
rata-rata 63,5 5,5 4,5 14,4 2,4
Azolla 120 g ul 1 62 4 4 17 2,7
2 ul 2 63 4 5 26,9 3,7
rata-rata 62,5 4 4,5 21,95 3,2
Azolla 180 g ul 1 67 4 4 23 3,5
ul 2 67 4 6 31 4
rata-rata 67 4 5 27 3,75
Urea 0,2 g ul 1 75 4 5,5 18,5 2,4
3 ul 2 72 5 6 13,7 3
rata-rata 73,5 4,5 5,75 16,1 2,7

2. REGOSOL
Tinggi Σ N Berat basah Berat kering
No Perlakuan
(cm) Anakan Kualitatif (gram) (gram)

9
Kontrol ul 1 71 7 3,5 64,5 4,8
1 ul 2 64 7 3 36,8 7,7
rata-rata 67,5 7 3,25 50,65 6,25
Azolla 60 g ul 1 70 4 3,5 33,5 5,6
ul 2 73 3 5 52,5 31,5
rata-rata 71,6 3,5 4,25 43 18,55
Azolla 120 g ul 1 73 4 4 62,5 10
2 ul 2 75 13 3,5 82 19
rata-rata 74 8,5 3,75 72,25 14,5
Azolla 180 g ul 1 77 7 4 60 10
ul 2 78 12 2,5 56,5 9,9
rata-rata 77,5 9,5 3,25 58,25 9,95
Urea 0,2 g ul 1 76 9 3,5 80 17,3
3 ul 2 74 11 3 110,6 31,5
rata-rata 75 10 3,25 95,3 24,4

E. PEMBAHASAN
Pada latosol, hasil dari perlakuan dengan pemberian pupuk urea sangat
berpengaruh baik, dilihat dari pertumbuhan tanaman padi yang sangat subur.
Dibandingkan dengan pemberian Azolla, tanaman kurang begitu merespon
dalam menyerap N, diakibatkan dari pengaruh tanah yang sifat kimia nya
termasuk tanah-tanah yang kekurangan N, sehingga apabila diberi pupuk
anorganik berupa urea, tanaman langsung merespon lebih baik. Apabila
dibandingkan dengan kontrol, pertumbuhan tanaman mengalami hambatan,
dilihat dari pertumbuhan tanaman yang kerdil, jumlah anakan yang sedikit,
serta N kualitatif yang rendah, ini diakibatkan karena tidak adanya pasokan
unsur hara dari luar terutama unsur N yang membantu dalam pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Pada regosol, pemberian pupuk urea dan Azolla sangat membantu
didalam pertumbuhan tanaman padi. Dari perlakuan dengan pemberian Azolla
dengan dosis pupuk yang meningkat, pertumbuhan tanaman dari segi jumlah
10
anakan semakin banyak, tetapi N kualitatif semakin menurun, ini diakibatkan
oleh respon tanaman padi kurang begitu baik dengan dosis terlalu tinggi
dalam penyerapan N. Pada Urea memberikan hasil yang hampir sama dengan
pemberian Azolla. Dibandingkan dengan kontrol, pertumbuhan tanaman
mengalami hambatan, dilihat dari pertumbuhan tanaman yang kerdil, jumlah
anakan yang sedikit, serta N kualitatif yang rendah, ini diakibatkan karena
tidak adanya pasokan unsur hara dari luar terutama unsur N yang membantu
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman.
Pada regosol respon tanaman terhadap pasokan pupuk dari luar sangat
baik dibandingkan dengan latosol, dilihat dari pertumbuhan tanaman pada
regosol yang lebih subur dari pada latosol.

F. KESIMPULAN
1. Pengaruh tanaman Azolla terhadap kesuburan tanah :
a. Tanaman Azolla mampu meningkatkan unsur hara N yang tersedia bagi
tanaman.
b. Azolla juga dapat membantu tanaman dalam mengikat air lebih besar.
2. Dengan penambahan pupuk Azolla, maka nilai N kualitatif pada tanaman
padi lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi tanpa penambahan
pupuk Azolla.
3. Dengan pemberian pupuk urea, ternyata mampu meningkatkan unsur hara
N tersedia bagi tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

11
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB III
PENGENALAN JENIS PUPUK

12
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui atau mengenal karakteristik masing-masing pupuk
2. Untuk mengetahui berbagai macam jenis pupuk dan pengguanaan yang
tepat sesuai dengan yang diperlukan oleh tanaman berdasarkan pada sifat
fisika dan kimia bahan pupuk.

B. LATAR BELAKANG
Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah pemupukan, baik cara, dosis maupun waktu pemberiannya.
Sebenarnya hal-hal yang menyangkut pupuk tidak asing bagi petani atau
masyarakat lain. Namun, yang mereka kerjakan belum tentu sesuai dengan
yang dibutuhkan tanaman sehingga budidayanya tidak berhasil dengan baik.
Pupuk diberikan pada tanaman dengan tujuan menambah zat (unsur
hara) yang dibutuhkan tanaman, umumnya unsur hara telah tersedia didalam
tanah, tetapi karena terus menerus diserap oleh tanaman maka jumlahnya akan
berkurang.
Unsur hara yang dibutuhakan tanaman sangat banyak tetapi terpenting
dan harus sekitar 16 unsur, 3 unsur yang dibutuhkan diambil tanaman dari
udara, seperti karbondioksida, hidrogen dan oksigen. Oleh karena itu,
ketersediaannya banyak maka unsur hara tersebut jarang dipermasalahkan.
Lain halnya dengan ke13 unsur lainnya yang berada didalam tanah. Unsur
hara dalam tanah terus berkurang seiring pertumbuhan tanaman karena perlu
tambahan dari luar berupa pupuk. Unsur hara yang berada dalam tanah dapat
dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman.
Unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman disebut unsur makro, sedangkan
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro.
Jenis pupuk di Indonesia bermacam-macam dengan kandungan unsur
hara atau bahan organik yang berbeda pula. Oleh karenanya, pemupukan
tergantung jenis tanah. Dengan mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur
hara dan kandungan unsur hara yang ada dalam pupuk maka diharapkan kita
13
dapat melakukan pemupukan secara tepat. Jenis pupuk (unsur hara) yang
diberikan dapat disesuaikan dengan unsur yang dibutuhkan tanaman. Selain
itu, cara pemberian pupuk pun perlu untuk diperhatikan agar pupuk dapat
diserap tanaman secara efisien (sebagian besar tanaman terserap tanaman dan
hanya sedikit yang hilang). Demikian pula, waktu pemberian harus
diperhatikan agar tidak banyak pupuk yang terbuang percuma.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau
memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat-zat pada tanah yang
langsung atau tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada
tanaman. Adapun pupuk menurut pengertian umum adalah bahan-bahan yang
diberikan pada kompleks tanah, tumbuh-tumbuhan, agar langsung dan tidak
langung dapat menambah zat makanan tanaman yang tersedia dalam tanah.
Dalam arti sempit, pupuk adalah bahan yang ditambahkan pada kompleks
tanah, tumbuhan, untuk melengkapi keadaan makanan dalam tanah yang tak
cukup mengandung unsur tanaman.
Pengenalan beberapa jenis pupuk berdasarkan sifat fisik dan kimia
mutlak diperlukan. Hal ini berkaitan dengan cara penyimpanan dan
penggunaannya. Kesalahan dalam penyimpanan dan cara penggunaan pupuk
dapat menimbulkan kerugian yang tidak kecil karena disamping menyebabkan
kurang efektifnya penggunaan pupuk juga akan menimbulkan kerusakan pada
pupuk itu sendiri, baik kerusakan fisik maupun kimia.
Pupuk harus digunakan secara efisien untuk mendapatkan hasil yang
setinggi-tingginya dengan masukan pupuk yang minimum dan dengan
memperhatikan kualitas lingkungan. Penggunaan pupuk yang efisien perlu
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain :
1. Pemilihan yang tepat atas bentuk dan sumber pupuk
2. Pemberian tepat waktu, untuk mendapat pertumbuhan,
hasil biji, dan kualitas tanaman yang optimum

14
3. Penempatan yang sesuai untuk menghasilkan
pengguanaan oleh tanaman.
4. Aspek ekonomi penggunaan pupuk.
5. Jenis-jenis pupuk dapat menentukan dari suatu pupuk
tersebut.
Adapun sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
1. NPK
Pupuk NPK disebut juga sebagai “Pupuk Majemuk Lengkap”. Di
Indonesia belum biasa digunakan namun mengetahui sifat fisik dan kimianya,
kandungan didalamnya adalah perlu. Pupuk majemuk lengkap yang
diperdagangkan mempunyai jumlah kadar total jauh lebih tinggi, yaitu antara
30-60 % dan untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang berkaitan dengan
berbagai jenis tanaman, serta tipe tanah telah diproduksi juga berbagai macam
pupuk majemuk lengkap dengan perbandingan yang bermacam-macam.
Tetapi pemakainnya harus dipilih perbandingan NPK yang sesuai dengan
bagan pemupukan yang berlaku. Pemakaian pupuk NPK tentunya harus
melalui penyelidikan terlebih dahulu sehingga dapat dipilih mana yang sesuai
persentasi kandungan NPK nya untuk kepentingan tanah, dengan demikian
maka ekonomis, efektifitas dan efisiensi penggunaannya dapat terjamin.
Penggunaan pupuk majemuk lengkap ini masih sangat minim atau
belum biasa digunakan, mungkin beberapa faktor telah menyebabkannya.
Padahal keuntungan daripada pemakaian pupuk ini akan lebih menghemat
waktu daya kerja dan biaya pengangkutan karena dengan satu kali pemberian.
Pemupukan selesai dan tidak ada persoalan pencampuran pupuk, yang akan
tetap dijumpai bila dipakai dua atau tiga macam pupuk tunggal.
Pupuk ini diperdagangkan dalam bentuk butiran-butiran kasar atau
granuler, berwarna biru muda dan pupuk ini larut dalam air. Bahan yang
terpenting dalam pupuk ini ammonium fosfat.

2. Urea
15
Unsur haranya memperbaiki sifat kimia tanah. Urea berupa senyawa
organik CO(NH2)2, kadar N-nya 45-46%. Termasuk golongan pupuk
higroskopis, karena pada kelembaban relatif 75% sudah mulai menarik air dari
udara. Berbentuk kristal (butir) putih bergaris tengah 1 mm larut dalam air,
yang dengan pengaruh dan peranan jasad renik di dalam tubuh tanah diubah
menjadi ammonium karbonat. Reaksi fisiologis Urea adalah asam lemah,
sedangkan equivalent acidity nya 80.
sifat-sifat dari urea adalah sebagai berikut :
a. Termasuk golongan pupuk higroskopis, pada kelembaban nisbi
73% sudah mulai menarik uap air dari udara.
b. Larut dalam air, dalam tanah urea dirubah oleh bakteri-bakteri
menjadi ammonium sulfat.
c. Reaksi fisiologisnya adalah asam lemah, angka pengapuran 80.

3. Za
Zwavelzure Amoniak (NH4)2SO4-. Pupuk Za telah lama dikenal di
Indonesia dan pemakaiannya sekitar 50-80% dari semua pupuk, kenyataannya
sekarang Za menurun produksi, mungkin karena pemakaian yang terus
menerus, karena pupuk ini reaksi fisiologis asam maka tanahnya akan menjadi
masam, namun demikian karena kita telah mengetahui pengaruh pemasaman
tanah oleh pupuk ini dan equivalent acidity nya (EA) atau angka pengapuran
untuk meniadakan kemasaman itu, maka penggunaan Za tetap diperlukan.
Za diperdagangkan dalam bentuk kristal, berwarna putih abu-abu dan
keabu-abuan atau kuning tergantung pembuatannya. Warna tidak mengandung
arti penting karena hanya menunjukkan pembuatannya. Za terdiri dari 97%
(NH4)2SO4 dan tidak boleh mengandung asam bebas lebih dari 0,4%
kandungan zat lemas atau (N) 20,5-21%.
Pupuk Za dapat dikatakan sedikit higroskopis, baru akan menarik uap
air dari udara basa kelembaban nisbi 80% pada 30 °C. Pupuk ini larut dalam
air selanjutnya didalam tanah pupuk ini akan terurai menjadi ion-ion
ammonium dan sulfat. Ion amoniak diaborpsi oleh koloid-koloid tanah
16
sehingga bahaya peresapan N di dalam tanah kecil. Bila terdapat banyak
oksigen, amoniak akan dinitrifikasikan menjadi nitrat, yang tidak diabsorpsi
oleh koloid tanah. Dengan demikian bahaya pembasuhan N kedalam tanah
menjadi lebih besar. Diamping itu nitrat dalam keadaan aerob akan mengalami
denitrifikasi menjadi nitrit dan akhirnya menjadi gas nitrogen yang akan
hilang ke udara. Pupuk Za mempunyai reaksi fisiologis masam, karena itu jika
terus menerus dilakukan pemupukan dengan pupuk ini akan memasamkan
tanah. Za tidak boleh dicampur dengan pupuk-pupuk yang mengandung kadar
bebas, seperti kalsiumsianamida, kalium-amonium-nitrat. Pupuk ini berfungsi
pada fase vegetatif.

4. KCl
Pupuk Kalium klorida terdapat dalam dua macam adalah sebagai
berikut :
a. KCl 80 dengan kadar K2O 52-53%
b. KCl 90 dengan kadar K2O 55-58%
Tingginya kadar klorida (Cl) pemakaiannya demikian terbatas,
sehubungan dengan ini maka KCl sering tidak dipergunakan bagi tanaman
yang peka terhadap Cl. Pupuk KCl ini ternyata sedikit atau agak higroskopis,
mempunyai reaksi fisiologis asam lemah. Berguna pada fase generatif.

5. Gandasil D
Pupuk ini diserap dalam bentuk NH4+, NO3-, H2PO42-, Mg,dan Zn,
termasuk pupuk majemuk karena mengandung unsur NPK. Bersifat
higroskopis, tekstur halus. Pupuk ini merupakan pupuk daun lengkap atau
sempurna, berbentuk seperti tepung halus dan larut dalam air, warna pupuk
putih agak kehijauan atau hijau muda.kandungan kadar N 14%, P 2O5 12%,
K2O 14% dan Mg 1% serta unsur hara makro lainnya yang melengkapi yaitu
Mn, BO, Cu, Zn serta Aneurin (sejenis hormon tumbuh) kegunaan untuk fase
vegetatif.
6. Gandasil B
17
Diserap tanaman dalam bentuk NH4+, NO3-, HPO42- , Mg dan Zn. Pupuk
berbentuk tepung halus bewarna merah muda atau pink larut dalam air
kandungan kadar N 6%, P 20%, K 30%, Mg 3% dan unsur hara mikro lainnya
yang melengkapi yaitu Mn, BO, Cu, Zn dan vitamin. Kegunaannya pada fase
generatif.

7. ZK
Diserap tanaman dalam bentuk K+, termasuk pupuk tunggal karena
mengandung K saja. Bersifat alkalis (pH 5). Berstruktur butiran, tekstur kasar,
warna abu-abu.

8. SP-36
Diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- termasuk pupuk
tunggal karena mengandung P saja. Bersifat masam (pH 5). Berstruktur
butiran, tekstur kasar, warna abu-abu.

18
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3. hasil pengamatan pengenalan jenis pupuk
Macam Pengamatan Hasil Pengamatan
Nama singkatan
NPK Urea Za SP-36 KCl Gan B Gan D ZK
Simbol dagang
Sifat fisis : Coklat
Biru Putih Putih Abu-abu Pink Hijau Krem
a. Warna kemerahan
b. Tekstur Kasar Kasar Halus Kasar Kasar Halus Halus Halus
c. Struktur Butiran Kristal Kristal/butiran Butir kasar Kristal Tepung Tepung Tepung
d. Konsistensi Lepas Lepas Lepas Lepas Lepas Lekat Lekat Lekat
e. Kadar Lengas 3,14 % 4,13 % 0,07 % 5,45 % 4,27 % 0,075 % 6,17 % 10,9 %
f. Kelarutan Larut larut Cepat larut Larut Larut Larut Larut Larut
g. Higroskopis 237,02 % 503,7 % 234,54 % 261 % 432,09 % 429,05 % 537,3 % 1272,2 %
h. Density - - - - - - - -
Sifat Kimia :
NPK CO(NH2)2 (NH4)2SO4 P2O5 KCl NPK NPK K2SO4
a. Rumus Kimia
+
NH4+, NO3-, NH4+, NO3-,
b. diserap tanaman NH 4 ,
NH4+, NO3- NH4+ H2PO4- NH4+, NO3- HPO42-, Mg2+, HPO42-, Cu2+, K+
dalam bentuk NO3 -

Zn2+ Mg2+, Zn2+


c. kadar unsur hara - - - - - - - -
d. pH 4,5 5,5 5 3 5–6 7,5 8 5,5
e. Zat Pembawa CO4 CO2 SO42- O3 Cl- Mg2+ SO4

19
E. PEMBAHASAN
1. Struktur pupuk
Merupakan dari partikel-partikel pupuk berdasarkan pupuk yang
diperdagangkan. Dari hasil pengamatan pengenalan jenis pupuk di peroleh
data sebagai berikut :
a. Berbentuk butir : NPK dan SP-36
b. Berbentuk kristal : Urea, ZA, dan KCl
c. Berbentuk tepung : Gandasil B, Gandasil D dan ZK.
Pada dasarnya pupuk yang diperdagangkan dalam bentuk apapun tidak
mempunyai pengaruh, tetapi yang mempunyai pengaruh penting adalah
kandungan hara dalam pupuk tersebut.

2. Kelarutan pupuk
Menunjukkan mudah atau tidaknya pupuk tersebut larut dalam air.
Dari hasil pengamatan pengenalan jenis pupuk diperoleh data sebagai berikut:
a. Pupuk tidak mudah larut : NPK
b. Pupuk mudah larut : Urea, ZA, SP-36, KCl, Gandasil B, Gandasil D, dan
ZK.
Pupuk yang tidak mudah larut dikarenakan unsur hara yang dikandung
pupuk ini lebih banyak dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan
berkembang dalam fase generatif, fase vegetatif dan untuk ketahanan tubuh
tanaman.

3. Higroskopis pupuk
Menyatakan mudah tidaknya pupuk tersebut menarik air dari udara.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pengenalan jenis pupuk di
peroleh data sebagai berikut :
a. Pupuk dengan kandungan higroskopis di atas 500 % : Urea, ZK dan
Gandasil D.
b. Pupuk dengan kandungan higroskopis kurang dari 500% : ZA, SP-36,
Gandasil B, NPK dan KCl.
20
c. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa pupuk yang mempunyai higroskopis
tinggi kurang baik karena akan lebih mudah mencair bila tidak tertutup
dengan rapat, sehingga perlu penyimpanan yang baik. Dapat dikurangi
tingkat higroskopisnya dengan pupuk tersebut dibuat butiran-butiran,
semakin kecil luas permukaannya maka semakin kecil daya mengikat air
dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi dalam kenyataannya pupuk NPK,
Urea, KCL dan Gandasil D memiliki tingkat higroskopis yang lebih tinggi
daripada pupuk ZA, SP-36, Gandasil B dan ZK karena dipengaruhi oleh
struktur dan kelarutan dari pupuk terebut.

4. Berdasarkan pH
Bahwa pada dasarnya pupuk yang bereaksi adalah pupuk dengan pH
netral. Pupuk dengan pH masam NPK (pH = 4,5), ZA (pH = 5), Urea (pH =
5,5), KCl (pH = 6) dan SP-36 (pH = 3) akan mempengaruhi kelarutan pupuk
dalam tanah, sedangkan pupuk pH basa, Gandasil B (pH = 7,5) dan Gandasil
D (pH=8), juga akan mempengaruhi kelarutan pupuk dalam tanah.

5. Berdasarkan cara pemberian pupuk


Berdasarkan cara pemberian pupuk dibedakan berdasarkan dua
kategori adalah sebagai berikut :
a. Pemberian pupuk pada akar
Merupakan segala macam pupuk yang diberikan lewat akar, yaitu pupuk
NPK, Urea, ZA, SP-36, KCl dan ZK.
b. pemberian pupuk daun
Merupakan segala macam pupuk yang diberikan lewat daun, yaitu pupuk
Gandasil B dan Gandasil D.

21
F. KESIMPULAN
1) Penggunaan pupuk dalam usaha pemupukan sangat dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia dari suatu pupuk tetentu.
2) Pupuk yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, baik
sesuai waktu pemberian, dosis atau sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh
pupuk tertentu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

23
BAB IV
PEMBUATAN PUPUK CAMPURAN

A. TUJUAN
1. Mengetahui cara membuat pupuk campur dengan formulasi yang telah
ditentukan.
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada pembuatan pupuk campur.

B. LATAR BELAKANG
Perbedaan jenis tanah dan penggunaan lahan pertanian menyebabkan
perbedaan dalam pemberian jenis pupuk. Perbedaan ini sering terjadi karena
kelengkapan kandungan unsur, baik pada suatu jenis tanah maupun pada jenis
pupuk tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah pupuk campuran
dengan formulasi yang sesuai dengan jenis tanah dan kondisi lahan pertanian
yang ada.
Pupuk campur adalah suatu pupuk majemuk atau lengkap yang dibuat
diluar pabrik. Selama pembuatan pupuk campur ini, harus diperhatikan syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan pupuk campur, sebab ada
kalanya pupuk tersebut tidak dapat dicampur dengan pupuk lain.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Foth (1981), kemampuan tanah menyediakan nutrient
tersedia bervariasi besar, juga kebutuhan mineral tanaman yang berbeda
cukup bervariasi. Dalam menyediakan nutrient bagi bermacam-macam
tanaman dengan kebutuhan pokok berbeda. Hal ini disebut dengan pupuk
campur, dan dibuat dengan mencampur dua atau lebih pembawa pupuk yang
terpisah.
Pupuk campur adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih unsur
hara pokok yang diperlukan tanaman. Pupuk campur dibuat dengan
mencampur dua atu tiga pupuk tunggal secara mekanis dengan perbandingan
24
tertentu, tergantung dari berat atomnya. Dalam pembuatan campur dikenal
istilah filler atau zat pengisi. Filler berfungsi untuk memenuhi berat yang
dikehendaki, juga berguna untuk pemerataan dalam penyebaran pupuk hingga
akan memperoleh kadar pupuk yang jumlahnya relatif sama. Dulu, semua
pupuk campur dimasukkan ke dalam kantung di pabrik pembuatan diangkut
ke tempat penjualan bagi para petani. Biasanya para petani melaksanakan
pemupukan bersama penanaman atau pembajakan dari pekerjaan lain.
Menurut Buckman & Brandy (1982) pada saat ini penggunaan pupuk
campur dan pengangkutan dalam bentuk cair (tidak di dalam kantung) sudah
semakin biasa, teutama di Negara Amerika Serikat. Keuntungannya adalah
menghemat tenaga kerja, biaya penyimpanan, produksi, pengangkutan,
penaburan. Pupuk yang dihasilkan dari pabrik memilki kelebihan khuusnya
dalam hal dosis, karena mempekerjakan para ahli. Lain halnya bila pupuk
campur ini dibuat oleh para kelompok tani atau individu, karena dosis pupuk
yang dibuat biasanya berlebihan ataupun kurang, bahkan tidak esuai aturan,
sehingga akan menimbulkan pengaruh yang buruk tanaman aka mati.
Masalah dalam pencampuran adalah tidak meratanya pencampuran
pupuk ang diberikan akibat ada penggumpalan. Pupuk yna biaanya digunakan
untuk mencampur adalah urea, ammonium nitrat, ammonium sulfat,
ammonium fosfat, TSP, dan kalium khlorida.
Syarat-syarat pembuatan pupuk campur adalah sebagai berikut :
1. Pupuk tunggal yang mengandung NH4+ tidak boleh dicampur dengan
pupuk yang asam bebas (CaCO3) karena akan berubah menjadi NH3+ dan
akan menguap.
2. Pupuk yang mengandung Ca bebas tidak boleh bercampur dengan pupuk
asam fosfat yang larut, karena aka membentuk endapan Ca (PO4)2.
3. Pupuk tunggal yang mengandung Ca bebas tidak boleh dicampur dengan
air, karena dapat mengurangi kelarutan serta daya guna asam fofat.
4. Garam-garam K dapat dicampur dengan bermacam pupuk buatan sesaat
sebelum diberikan, karena akan menggumpal bila dicampur jauh hari
sebelum disebarkan.
25
D. HASIL PENGAMATAN
(Urea – SP-36 – KCl = 10 – 10 – 5)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembuatan Pupuk Campur
No Macam pengamatan Sebelum Sesudah
Abu-abu Abu-abu
1 Warna
kemerahan kemerahan
2 Tekstur Kasar Kasar
3 Struktur Butiran Butiran
4 Konsistensi Tidak lekat Tidak lekat
Kadar lengas
4,6 % 7,02 %
a. botol kosong
16,2 g 20,8 g
5 b. botol kosong + pupuk
26,87 g 30,25 g
c. botol + pupuk setelah dioven
26,4 g 29,63 g

E. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pengamatan awal dan
akhir sebelum dan sesudah pupuk tersebut dicampur sifat fisiknya baik
warna, struktur, tekstur maupun konsistensinya tidak mengalami
perubahan. Adanya perbedaan pada tingkat kadar lengas disebabkan
lamanya penyimpanan, tingkat higroskopisitas jaga turut mempengaruhi,
karena dengan lamanya waktu penyimpanan mengakibatkan pupuk dapat
menyerap air dari udara sehingga menambah kandungan air yang ada di
pupuk.

F. KESIMPULAN
1. Setelah pupuk campur dibiarkan selama ± 7 minggu, ternyata dari
sifat fisiknya baik warna, struktur, tekstur maupun konsistensinya
tidak mengalami perubahan.
2. Perubahan yang terjadi pada pembuatan pupuk campur adalah kadar
lengas.
DAFTAR PUSTAKA

26
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB V
PENETAPAN KADAR ASAM BEBAS
27
A. TUJUAN
Menentukan kadar asam bebas pada pupuk ZA.

B. LATAR BELAKANG
Pupuk buatan yang memiliki sifat fiiologis masam setalah bereaksi
lebih lanjut dalam tanah akan melepaskan asam bebas, sehingga akan
mempengaruhi reaksi tanah bila dipupukkan. Apabila tanah diperlakukan
dengan pupuk yang mempunyai sifat (reaksi) fisiologis asam, maka tanaman
akan lebih banyak menyerap yang masuk dalam larutan tanah. Hal ini akan
mengganggu penyerapan unsur hara lain oleh tanaman. Unsur yang dapat
menyebabkan tanah bereaksi asam inilah yang disebut asam bebas dalam
pupuk. Jadi kadar asam bebas suatu pupuk adalah jumlah asam yang terdapat
dalam pupuk yang dapat menyebabkan kemasaman atau penurunan pH tanah
bila pupuk tersebut diberikan secara terus menerus, kadar asam bebas dari
pupuk tidak boleh lebih dari 0,4% karena kadar asam bebas yang lebih dari
0,4% akan menghambat pertumbuhan dan dapat mematikan tanaman. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan pemupukan harus hati-hati karena pada
umumnya pupuk buatan atau anorganik itu sendiri terdiri dari 3 jenis pupuk
yaitu yang bersifat masam, netral, dan basa. Jadi harus dihindari pemakaian
pupuk yang bereaksi masam. Kadar asam bebas pada pupuk akan meningkat
jika pupuk telah rusak atau terlalu lama.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar asam bebas pada pupuk adalah asam yang tedapat dalam pupuk
yang dapat menyebabkan kemasaman tanah atau penurunan pH, bila pupuk
diberikan terus menerus (Anonim, 2004).
Asam anorganik seperti H2SO4 merupakan asam yang dapat
memberikan banyak hidrogen dalam tanah, kenyataannya asam ini bersama
asam organik kuat lainnya, merupakan penyebab terbentuknya keadaan
28
keasaman sedang hingga sangat asam. Asam sulfat terbentuk tidak hanya oleh
proses penguraian, akan tetapi juga oleh kegiatan mikrobia pada bahan pupuk
tetentu seperti yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfat (Lingga, 2000).
Ammonium sulfat (ZA) adalah pupuk anorganik yang berbentuk
padatan kristal putih, abu-abu, untuk ZA kadar nitrogen adalah 20,5 – 21,0%
N. pupuk ini higroskopis, baru akan menarik air dari udara pada kelembaban
nisbi 80% pada suhu 30 C. ammonium sulfat banyak mengandung asam bebas
berupa SO4 yang tersedianya harus sangat sedikit yang boleh terikat, karena
yang kuat terjadi melalui nitrifikasi, seperti diketahui dapat dengan mudah
membuktikan asam pupuk ini asam pupuk cukup besar, ini akan
mengakibatkan tanaman akan terganggu. Kadar asam bebas yang
diperbolehkan dikandung oleh suatu pupuk batas maksimumnya adalah 0,4%
maka pupuk tersebut tidak layak digunakan sebagai pupuk bagi tanaman,
sebab akan menghambat pertumbuhan suatu tanaman, kadar asam bebas yang
melebihi kadar maksimum akan dapat melepaskan ion H yang bersifat asam,
sehingga tanah akan masam (Sutedjo,1987).

D. HASIL PENGAMATAN
Kadar asam bebas yang diperoleh : 0,09%

E. PEMBAHASAN
Hasil pengamatan pada pupuk, kadar asam bebas yang didapat adalah
0,09%. Nilai ini lebih rendah dari 0,4% yang ditetapkan untuk kadar asam
bebas suatu pupuk, dari hasil ini berarti pupuk yang digunakan masih layak
digunakan untuk tanaman. Peningkatan atau kenaikan kadar asam bebas suatu
pupuk sangat dipengaruhi oleh kandungan pupuk dan lama penyimpanannya.
Kemasaman tanah yang terlalu tinggi akan menyebabkan keracunan pada
suatu tanaman oleh karena pupuk ZA cenderung besifat masam maka
sebaiknya diterapkan pada tanah-tanah bersifat tidak masam.

F. KESIMPULAN

29
1. Kadar asam bebas pupuk ZA adalah 0,09%
2. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar asam bebas lebih kecil dari 0,4%
maka pupuk ZA ini dapat digunakan tanpa mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

30
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB VI
PENETAPAN KADAR P2O5 PUPUK SP-36

31
A. TUJUAN
1. Untuk mempermudah perhitungan P yang terlarut dalam larutan
2. Untuk menetapkan kadar P2O5 dari pupuk yang larut air sehingga tersedia
bagi tanaman.

B. LATAR BELAKANG
Pupuk SP-36 merupakan salah satu pupuk buatan yang mengandung
unsur P. Unsur P dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-.
Secara umum P (fosfat) dalam tanaman adalah sebagai berikut :
1.Dapat mempercepat pertumbuhan akar.
2.Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.
3.Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
4.Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
tanaman dewasa.
5.Ketahanan terhadap penyakit.
6.Sebagai penyusun lemak dan protein.
Tanaman yang kekurangan unsur P akan menghambat perkembangan
sistem perakarannya, anakan berkurang, jumlah ruas berkurang sehingga
menyebabkan tanaman kerdil, daun biru kehijauan atau hijau keunguan
(pigmen antosianin) dan akhirnya nekrotik.
Dengan mengetahui peranan P bagi tanaman maka kita akan tahu
bagaimana mengelola P supaya dapat dimanfaatkan oleh tanaman semaksimal
mungkin sehingga diperoleh hasil yang tinggi.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Fosfor merupakan salah satu unsur yang diperlukan oleh tanaman
dalam jumlah besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil
32
dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tetapi, fosfor dianggap sebagai
sumber kehidupan (key of life). Fosfor di dalam tanah dapat digolongkan
menjadi 2 bentuk, yaitu betuk organik dan bahan anorganik. Fosfor yang
diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa
organik. Fosfor ini mobile atau mudah bergerak antar jaringan tanaman. Kadar
optimal fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3%-
0,5% dari berat kering tanaman (Affandi, 2002).
Fosfor dalam tanaman umumnya tetap dalam bentuk oksida. P setelah
diserap dalam bentuk H2PO4- umumnya cepat diestrifikasi melalui gugusan
hidroksil berantai C menjadi fosfat berenergi tinggi P-P, misalnya ATP.
Perubahan P organik menjadi P organik hanya memerlukan waktu beberapa
menit (Affandi, 2002). Tetapi P organik ini cepat dilepaskan menjadi P
anorganik lagi ke dalam xylem tanaman. P yang relatif stabil apabila P yang
ada di dalam 2 ester (C-P-C) (Affandi,2002). Ketersediaan P di dalam tanah
dipengaruhi oleh sifat fisika maupun sifat kimia.

1. Secara kimia
a. Bentuk-bentuk fofor tanah
Kandungan fosfat dalam tanah berkisar antara 0,02-0,10%.
Jumlah ini sebenarnya kurang untuk tanah. Untuk mencukupinya,
biasanya ditambahkan pupuk. Umumnya pupuk P yang ditambahklan
bisa dalam bentuk organik maupun anorganik. Konsentrasi P total
biasanya paling tinggi pada lapisan permukaan terendah dalam horison
A yang lebih dibawah atau horizon B bagian atas sebagai hasil
pendauran P oleh tanaman yang tumbuh.
b. pH tanah
Pada pH kisaran 5-7,2 bentuk ion yang dominant adalah H2PO4-.
Sedangkan pada pH 7,2-9 ion yang dominan adalah HPO42-.
2. Secara Fisika
a. Aerasi dan pemadatan

33
Sistem aerasi sangat mempengaruhi keadaan oksidatif senyawa-
senyawa anorganik, dekomposisi bahan organik dan pelepasan P pada
kondisi anaerob yang diakibatkan oleh penggenangan ferro fosfat
lebih mudah larut dari pada ferri fosfat, akibatnya ketersediaan P
menjadi meningkat. Pemadatan justru menghambat penembusan akar.
Kondisi demikian menyebabkan P tersedia menurun.
b. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, dibawah 20 °C menyebabkan
ketersediaan P menjadi turun sehingga menyebabkan pertumbuhan
akar terhambat dan serapan P juga menjadi turun.
c. Kelengasan
Serapan P oleh tanaman akan menurun dengan meningkatkan kadar
lengas tanah.
d. Pergerakan dan kehilangan air
Fosfor mobile pada jaringan tanaman dan immobile pada tanah tidak
begitu bergerak pada titik aplikasi. Konsentrasi yang rendah dalam
larutan tanah menyebabkan fosfor tidak mudah hilang karena proses
pelindihan. Tetapi, fosfor rentan terhadap erosi (Aninim, 2004).

D. HASIL PENGAMATAN
Kadar P2O5 pada PupuK SP-36 adalah 19,77 %

E. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan, diperoleh Kadar P2O5 sebesar 19,77%. Nilai ini
menunjukan bahwa Kadar P2O5 yang ada pada pupuk SP-36 sangat rendah
sekali, kadar P2O5 ini turun dari kadar yang sebenarnya yaitu sebesar 36%, ini
diakibatkan oleh pupuk yang telah lama tersimpan sehingga kadarnya
menurun, sebab lain oleh sifat higroskopisitas yang dimiliki oleh SP-36 yang
juga cukup besar, sehingga pupuk lebih mudah menyerap air dari udara dan
menurunkan kadar P2O5 yang ada pada SP-36.

34
F. KESIMPULAN
1. Kadar yang ada pada pupuk SP-36 adalah sebesar 19,77%
2. Kadar ini turun dari kadar yang sebenarnya yaitu sebesar 36%.

DAFTAR PUSTAKA

35
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB VII
PENETAPAN KADAR K2O PUPUK ZK

36
A. TUJUAN
Untuk menetapkan kadar K20 dalam pupuk ZK yang terlarut dalam air
sehingga tersedia tanaman.

B. LATAR BELAKANG
Kalium merupakan hara penting yang dibutuhkan dalam jumlah besar
oleh tanaman dan dalam tanah terutama bersumber dari batuan.Kandungan
total K dalam bumi diperkirakan 90-98% K2O dan hadir dalam batuan baik
batuan basis ataupun masam dengan sumber utama mineral feldspar. Dalam
tanah K hadir dalam mineral primer bantuan, mineral sekunder terutama illit
dalam bentuk tertukar pada kompleks absorpsi lempung dan yang hadir dalam
bahan organik tanah serta terlarut dalam larutan tanah.Penetapan K2O pupuk
ZK disini ditetapkan dengan menggunakan prinsip analisis gravimetri
(pengendapan) :
Penerapan K dalam tanah adalah :
1. Mendorong tanaman untuk tumbuh kuat dan lebat.
2. Menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu dan
meningkatkan sitem perakaran.
3. Mendorong produksi hidrat arang.
4. Berperan penting dalam pengangkutan hidrat arang dalam tanaman.
5. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan.
Gejala kekahatan ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman kerdil,
tampak pada daun yaitu nekrotik pada tepi-tepinya dan pada puncak, bagian
tengah daun tetap hijau.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Berbeda dengan unsur N dan P, unsur K tidak sebagai pembentuk
tubuh tanaman. Tetapi unsur ini terdapat pada semua sel sebagai ion dalam
37
cairan sel (cellsap) dan sebagai persenyawaan absorbsi pada zat putih telur
plasma sel.
Sebagai ion kalium pada daun, yaitu sekitar hijau daun, aktif dalam
pembuatan hidrat arang (tepung atau gula), karena itu tanaman yang sama
sekali tidak dapat menghisap kalium tidak dapat menghasilkan tepung atau
gula. Dan karena tanaman yang banyak menghasilkan tepung atau gula
menghendaki adanya kalium di tanah dalam jumlah yang besar.
Kalium juga mengambil yang penting dalam pembelahan sel serta
pembentukan protein. Jadi bila tidak tersedia unsur kalium di tanah, meski
unsur-unsur lain tercukupi, tanaman akan kerdil atau sama sekali mati.
Disamping itu kalium juga mempunyai peranan yang penting dalam
menghisap air oleh tanaman. Tanaman yang mengandung banyak kalium akan
kuat menghisap air. Sehingga tubuh tanaman akan tegak berdirinya kuat.
Pemberian N yang banyak bila disertai dengan K (dan juga P), akan
menghindari rebahnya suatu tanaman.
Tanaman yang cukup mengadung unsur K akan tahan terhadap
serangan penyakit Pericularia, suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sejenis
jamur. Unsur-unsur lain mempunyai peranan atau kegunaan yang tidak kalah
pentingnya dengan ke-3 unsur tersebut. Tetapi umumnya tanah-tanah
pertanian di Indonesia dianggap tidak kekurangan unsur lain, kecuali unsur N,
P dan K (RM. Ali Sastrohoetomo, 1986).

D. HASIL PENGAMATAN
Kadar K2O Pupuk ZK adalah 46,76 %

38
E. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan, diperoleh kadar K2O sebanyak 46,76%. Nilai
ini menunjukkan bahwa kadar K2O yang diperoleh dari hasil pengamatan
tergolong agak rendah dari kadar K2O yang sebenarnya yaitu sebesar 50%, ini
diakibatkan oleh lamanya masa penyimpanan sehingga kadarnya menurun,
pupuk ZK yang berbentuk butiran-butiran kecil berwarna putih yang dikenal
oleh petani yaitu mengandung :
1. ZK 90 mengadung 40% - 50% K2O.
2. ZK 90 mengandumg 52% - 53% K2O

Tabel 5. Harkat Penetapan Kadar K2O


Kadar K2O Harkat
< 10 Sangat rendah
10 – 20 Rendah
21 – 40 Sedang
41 – 60 Tinggi
> 60 Sangat tinggi

Dari kadar K2O yang ada menunjukkan kadar K2O pada pupuk ZK
masih tinggi, sehingga masih baik untuk diberikan kepada tanaman.

F. KESIMPULAN
Dalam penetapan kadar K2O diperoleh nilai kadar K2O pupuk ZK
sebesar 46,76 %.

DAFTAR PUSTAKA

39
Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB VIII
PENETAPAN KADAR C PUPUK

40
A. TUJUAN
Untuk menetapkan kadar C organik dengan metode Walkley and Black.

B. LATAR BELAKANG
Bahan organik adalah sisa tumbuhan dan hewan yang terlonggok
(akumulasi) yang telah mengalami perombakan sebagaian dan resistensi
kembali. Kandungan bahan organik dalam tanah mineral berkisar 0,5 – 5 %
sedangkan pada tanah gambut dapat mencapai 100%. Bahan organik sangat
bermanfaat baik dalam sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Perbaikan sifat
fisik diantaranya : bahan organik berupa senyawa organik polimer (rantai
panjang senyawa karbon) mempunyai gugus fungsional COOH, COH, CO,
dan lain-lain, dapat mengikat zarah-zarah tanah sehingga struktur menjadi
baik, kapasitas mengikat air meningkat. Perbaikan sifat kimia ; sebagai unsur
hara N, P, K, meningkatkan kapasitas pertukaran kation, meningkatkan
keterediaan unsur hara dan mengurangi pelindihan. Sedangkan perbaikan sifat
biologi tanah adalah membantu meningkatkan aktifitas mikrobia didalam
tanah. Penetapan kadar C organik dengan metode Walkley and Black, yaitu
volumetrik. Metode secara volumetrik disini yang digunakan adalah secara
tidak langung yaitu menetapkan volume sisa oksidator (K2Cr2O7 + H2SO4)
dengan menitrasi FeSO4. prinsip utamanya adalah mengoksidasi senyawa
organik dengan campuran okidator (K2Cr2O7 + H2SO4).

C. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, sedang
pengaruh relatif sangat besar dibanding dengan jumlahnya yang sedikit dalam
tanah. Biasanya paling sedikit separuh dari kemampuan menukar kation
dipengaruhinya dan bertanggung jawab pada kemantapan agregat tanah lebih
besar dibanding tiap-tiap faktor tunggal yang lain. Lagi pula bahan organik
menyediakan senyawa energi dan senyawa pembentuk tubuh jasad mikro
untuk aktifitasnya didalam tanah.
41
Sumber asli bahan oganik tanah ialah jaringan tumbuhan. Dalam
keadaan alami diatas tanah, akar pohon semak-emak, rumput dan tanaman
tingkat rendah lainnya tiap tahun menyediakan sejumlah besar sisa-sisa
organik. Sebagian besar dari tumbuhan biasa diangkut sebagai hasil panen,
akan tetapi beberapa bagian diatas tanah dan semua akar ditinggalkan. Karena
bahan ini didekomposisikan dan dihancurkan oleh berbagi macam organime
tanah, hasilnya akan menjadi bagian horizon dibawahnya, karena adsorbsi
atau pencampuran fisik secara aktif.
Hewan dianggap sebagai sumber bahan organik kedua. Kalau mereka
menyerang jaringan tumbuhan, mereka memberikan hasil samping dan
meninggalkan bagian tubuh mereka sebagai peredaran hidupnya.
Unsur karbon merupakan penyusun umum dari semua bahan organik.
Perbandingan karbon dari bahan organik dalam tanah pada umumnya berkisar
dari 8:1 15:1. benyak energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah
berasal dari oksidasi karbon. Akibat oksidasi yang terus-menerus dan jumlah
besar. Berbagai perubahan yang dialami oleh unsur ini didalam dan diluar
tanah seluruhnya, disebut peredaran karbon. Pelepasan CO2 karena senyawa
dalam sisa tumbuhan dihancurkan, karbon dioksida dilepaskan. Ini merupakan
sumber utama dari gas tersebut, meskipun dalam jumlah sedikit akar
tumbuhan juga menghasilkan dan turut serta dalam air hujan. Karbondioksida
dalam tanah terjadi dalam panas dan dingin, karenanya menjadi lengkap.
Sebagian kecil karbon diokida bereaksi dalam tanah, yang menghasilkan
dalam tanah, yang menghailkan asam karbonat (H2CO3), karbonat, bilkarbonat
dari kalsium, kalium, magnesium dan lain-lain. Garam-garam ini mudah larut
dan dapat hilang karena drainase atau diguakan oleh tanaman tingkat tinggi.
Jadi tidak hanya Ca, Mg dan K tersedia untuk adsorbsi oleh permukaan
mikrobia dan tanaman tingkat tinggi, tetapi ion CO32- dan juga demikian
HCO-. Sejumlah kecil karbon dapat masak dalam tumbuhan dengan cara ini.
Tetapi kebanyakan karbon yang ada dalam tambahan tingkat tinggi diperoleh
dari atmosfer karena fotosintesis.

42
Tabel 6. Harkat Kandungan C dan Bahan Organik tanah
Menurut PPT Menurut London, JR
Nilai C organik (%) Harkat Nilai C organik (%) Harkat
<1 Sangat rendah <2 Sangat rendah
1–2 Rendah 2- 4 Rendah
2,01 – 3 Sedang 4 – 10 Sedang
3,01 – 5 Tinggi 10 – 20 Tinggi
>5 Sangat tinggi > 20 Sangat tinggi

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 7. Pengamatan Kadar C dan BO
No Jenis Pupuk Kadar C (%) BO (%)
1 Jerami 11,7 (Sangat tinggi) 20,16
2 Pupuk kandang 0,3 (Sangat rendah) 0,6
3 Azolla 10,53 (Sangat tinggi) 18,2
4 Daun singkong 10,1 (Sangat tinggi) 17,3
5 Akasia 18,1 (Sangat tinggi) 31,2
6 Jati 8,27 (Sangat tinggi) 14,3
7 Glyrecideae 2,5 (Sedang) 4,3
8 Rumput 6,25 (Sangat tinggi) 10,8

E. PEMBAHASAN
1. Pupuk Jerami
Kandungan bahan organik pada jerami adalah 20,16 %, menurut London
JR termasuk kedalam harkat sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh masih
segarnya jerami yang digunakan dalam pengamatan. Kadar C dan kadar bahan
43
organik pada pupuk jerami itu mempunyai nilai yang tinggi karena pupuk ini
masih dalam bentuk yang segar atau belum banyak mengalami dekomposisi.
Kadar lengas jerami adalah 20 % jumlah kadar lengas jerami ini termasuk
tinggi yang artinya kemampuan menahan airnya cukup tinggi dan sangat baik
apabila digunakan sebagai bahan organik tanah, karena dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kadar lengas yang tinggi berarti kapasitas
mengikat air meningkat dan mengurangi adanya pelindihan unsur hara oleh
aliran air permukaan atau Run off sehingga ketersediaan unsur haranya
meningkat dan juga akan meningkatkan aktivitas mikrobia didalam tanah.

2. Pupuk kandang.
Kandungan bahan organik pada pupuk kandang adalah 0,6 %, menurut
London JR termasuk kedalam harkat sangat rendah, hal ini disebabkan oleh
sudah terdekomposisinya bahan organik pada pupuk kandang yang digunakan
dalam pengamatan. Kadar lengas pupuk kandang adalah 13,7 % jumlah kadar
lengas pupuk kandang ini termasuk agak tinggi. Pada pengamatan ini pupuk
kandang yang akan digunakan sebagai bahan organik sudah siap untuk
diberikan secara langsung kepada tanah karena unsur2 haranya telah banyak
terdekomposisi dan tersedia bagi tanaman.

3. Azolla
Kandungan bahan organik pada azolla adalah 18,2 %, menurut London
JR termasuk kedalam harkat tinggi, hal ini disebabkan oleh masih segarnya
azolla yang digunakan dalam pengamatan. Kandungan bahan organik yang
tinggi ini sangat baik untuk pemupukan, karena azolla merupakan sumber N
yang cukup besar karena mampu menambat N dari udara dan digunakan oleh
tanaman.

4. Daun singkong
Kandungan bahan organik pada daun singkong adalah 17,3 %, menurut
London JR termasuk kedalam harkat tinggi, hal ini disebabkan oleh masih
44
segarnya daun singkong yang digunakan dalam pengamatan. Artinya bahan
organik yang ada pada daun singkong belum mengalami dekomposisi lebih
lanjut.

5. Akasia
Kandungan bahan organik pada akasia adalah 31,2 %, menurut London
JR termasuk kedalam harkat sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh masih
segarnya akasia yang digunakan dalam pengamatan. Artinya kadar C dan
kadar bahan organik yang ada pada akasia belum mengalami dekomposisi
lebih lanjut. Tingginya bahan organik pada akasia juga disebabkan oleh
adanya lignin yang ada pada akasia sehingga sangat sulit untuk
terdekomposisi.

6. Jati
Kandungan bahan organik pada jati adalah 14,3 %, menurut London JR
termasuk kedalam harkat tinggi, hal ini disebabkan oleh masih segarnya jati
yang digunakan dalam pengamatan. Artinya kadar C dan kadar bahan organik
yang ada pada jati belum mengalami dekomposisi lebih lanjut. Tingginya
bahan organik pada jati juga disebabkan oleh lapisan lilin yang ada pada jati
sehingga sangat sulit untuk terdekomposisi.

7. Glyrecideae
Kandungan bahan organik pada Glyrecideae adalah 4,3 %, menurut
London JR termasuk kedalam harkat sedang, hal ini disebabkan oleh sudah
matangnya bahan organik Glyrecideae yang digunakan dalam pengamatan.
Dalam pengamatan kali ini, Glyrecideae mempunyai kandungan lignin yang
sedikit sehingga sangat mudah terdekomposisi.

8. Rumput
Kandungan bahan organik pada rumput adalah 14,3 %, menurut London
JR termasuk kedalam harkat tinggi, rumput merupakan sumber bahan organik
45
yang sangat besar bagi tanaman karena umumnya terdapat dalam jumlah yang
besar. Pada pengamatan kali ini rumput yang digunakan belum mengalami
dekomposisi lebih lanjut, sehingga memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi.

E. KESIMPULAN
Nilai kadar C tertinggi terdapat pada pupuk akasia yaitu 18,1 % dan
kadar C terendah terdapat pada pupuk kandang yaitu 0,3 %. Nilai kadar bahan
organik tertinggi terdapat pada akasia yaitu 31,2 % dan yang terendah terdapat
pada pupuk kandang yaitu 0,6 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
46
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

BAB IX
PENETAPAN KADAR N

A. TUJUAN
Untuk menetapkan kadar Nitrogen (N) pada beberapa bahan.
47
B. LATAR BELAKANG
Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak dan merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan tanaman. Bentuk N yang diserap tanah adalah : NO3 dan NH4 +.
Sumber N berasal dari udara, tanaman penyemat N2, sisa tanaman, hewan dan
jasad renik. Adapun senyawa yang ada tanah berupa : Amonia (NH 3), asam
amino (R-CHNH2-COOH), N2, NO3-. disamping itu ada juga tambahan
aktifitas manusia beupa pupuk organik misalnya : Urea (CO(NH2))2, KNO3,
(NH4)2SO4.
Kelakuan N dalam tanah besifat mobil (lincah) tergantung keadaan
tanahnya. Dalam suasana oksidasi maka terjadi proses nitrifikasi dan
terbentuk NO3, senyawa ini mudah terlindih karena tanah bermuatan negatif,
sedang bentuk NH4+ terikat di kompleks pertukaran tanah. Fungsi N
ditanaman untuk pertumbuhan vegetatif. Tanaman yang kekurangan N
pertumbuhannya akan kedil dan menguning erta akan mudah terserang
penyakit.
Penetapan kadar N total dilakukan tahap-tahap ebagai berikut :
1. Destruksi : dalam tahapan ini senyawa N yang berada dalam ikatan
kimiawi senyawa organik dilepaskan.
2. Destilasi : merubah NH4SO4 menjadi NH3, dengan menambah NaOH dan
mengikatnya menjadi (NH4)SO4.
3. Menentukan jumlah N total dengan menitrasi sisa asam penampung yang
berlebihan setelah bereaksi dengan NH3.

C. TINJAUAN PUSTAKA
N dalam jumlah yang cukup besar terdapat dalam bentuk-bentuk
terkombinasikan secara kimiawi dalam tanah, formasi-formasi geologi dan
lautan. Senyawa-senyawa Nitrogen dapat berupa organik maupun anorganik.
Beberapa senyawa nitrogen, seperti dinitrogen elemental (N2) berbentuk gas

48
tetapi senyawa-senyawa yang paling penting dalam pertanian adalah Nitrat
(NO3-) dan Amonium (NH4-).
Perbandingan karbon dan nitrogen bahan organik di dalam tanah olah
umumnya berkiar dari 8:1 – 15:1 dengan rata-rata antara 10 dan 12 banding 1,
di daerah dengan iklim tertentu perbandingan ini variasimya kecil, sekurang-
kurangnya sama dengan tanah yang diusahakan, perbandingan C dengan N
cenderung lebih rendah pada tanah didaerah kering daripada di daerah basah.
Apabila suhu tahunan hampir sama. Pada umumnya perbandingan untuk
subsoil lebih rendah daripada lapisan-lapisan permukaan.
Perbandingan di dalam tumbuhan dan mikroba bebeda-beda sekitar 20
– 30 banding 1, untuk pupuk hijau dan pupuk kandang, sebear 90:1 bahkan
lebih di dalam sisa-sisa jerami tertentu. Diantara nilai yang ekstrim ini,
terdapat semua tingkatan. Sebaliknya perbandingan karbon nitrogen dalam
jasad mikro tidak hanya lebih tetap tetapi juga lebih kecil, biasanya antara 4:1
dan 9:1. umumnya jaringan bakteri mengandung protein sedikit lebih banyak
dari fungi dan dengan sendirinya mempunyai perbandingan yang lebih kecil,
dapat dilihat bahwa kebanyakan sisa-sisa organik yang masuk ke dalam tanah
sebagian besar terdiri dari karbon nitrogen besar, dan nilai perbandingan C
dan N untuk tanah teletak diantara tanaman tingkat tinggi dan mikroba.
Dalam banyak hal, perbandingan karbon nitrogen di dalam organik
tanah meupakan faktor penting, dan diantaranya yang paling berarti sebagai
berikut :
1. Persaingan untuk mengasilkan nitrogen yang tersedia terjadi jika sisa-sia
bahan organik dengan perbandingan C:N yang tinggi ditambahakan pada
tanah.
2. Karena perbandingan di dalam tanah itu tetap, pemeliharaan karbon dalam
hal ini bahan organik, tergantung pada banyaknya nitrogen di dalam tanah.
Perbandingan C dan N dan kadar organik karena karbon dan nitrogen
berkurang sampai perbandingan kurang lebih tetap tertentu (katakanlah 11
berbending 1) jumlah nitrogen tanah sebagian besar ditentukan oleh jumlah
karbon organik yang ada, bila terjadi keadaan yang mantap. Makin besar
49
jumlah nitrogen yang ada di dalam sisa yang asli, makin besar kemungkinan
penimbunan ikatan karbon organik. Karena perbandingan yang kurang lebih
tetap (kira-kira 1:1,7) ada diantara karbon oganik dan humus tanah, jumlah
bahan organik yang harus dipertahnkan dalam setiap tanah sebagian besar
tidak harus tergantung pada jumlah nitrogen organik yang ada.
Diantara 3 unsur pupuk, nitrogen adalah satu-satunya unsur yang jika
diberikan agak berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman
tertentu. Daun berwarna hijau tua, lunak, banyak berair merupakan petunjuk
pemberian nitrogen yang berlebih. Efek unsur ini yang dapat sangat
merugikan ialah :
1. Nitrogen dapat menghambat waktu masak yang normal
2. Dapat melemahkan batang dan meningkatkan kehampaan biji.
3. Dapat merendahkan kualitas, ini terutama menonjol pada biji-bijian dan
buah-buahan tertentu, seperti jawawut dan perik.
4. Kadang-kadang dapat mengurangi ketahanan terhapap penyakit.

Tabel 8. Harkat Nitrogen total


Menurut PPT Menurut London, JR
N Total (%) Harkat N Total (%) Harkat
< 0,1 Sangat rendah < 0,1 Sangat rendah
0,1 – 0,2 Rendah 0,1 – 0,2 Rendah
0,21 – 0,5 Sedang 0,2 – 0,5 Sedang
0,51 – 0,75 Tinggi 0,5 – 1 Tinggi
> 0,75 Sangat tinggi Sangat tinggi
Sumber : Anonim, 2005
Tabel 9. Harkat Nilai C/N
Nilai C/N Harkat
<5 Sangat rendah
5 – 10 Rendah
11 – 15 Sedang
16 - 25 Tinggi
> 25 Sangat tinggi
Sumber : Anonim, 2005

50
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 10. Pengamatan Kadar N
No Jenis Pupuk Kadar N Ratio C/N
1 Jerami 0,94 (Sangat Tinggi) 12,4 (Sedang)
2 Pupuk kandang 3,9 (Sangat Tinggi) 0,07 (Sangat Rendah)
3 Azolla 3,23 (Sangat Tinggi) 3,3 (Sangat Rendah)
4 Daun singkong 1,12 (Sangat Tinggi) 7,38 (Rendah)
5 Akasia 1,62 (Sangat Tinggi) 11,1 (Sedang)
6 Jati 2,2 (Sangat Tinggi) 4,6 (Sangat Rendah)
7 Glyrecideae 2,5 (Sangat Tinggi) 1 (Sangat Rendah)
8 Rumput 3,8 (Sangat Tinggi) 1,6 (Sangat Rendah)

E. PEMBAHASAN
1. Jerami
Kandungan N pada jerami sebesar 0,94 %. menurut PPT termasuk
dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari jerami yaitu sebesar 12,4.
dan masuk ke dalam harkat yang sedang. Artinya pada nilai ini intensitas
proses imobilisasi sudah menurun, dan proses mineralisasi sudah mulai
berjalan dengan baik, sehingga apabila diberikan ke tanah maka akan baik
sekali, karena unsur-unsur hara tidak digunakan lagi oleh mikrobia untuk
keperluan hidupnya tetapi akan tersedia bagi tanaman.

2. Pupuk kandang
Kandungan N pada pupuk kandang sebesar 3,9 %. menurut PPT
termasuk dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari pupuk kandang yaitu sebesar
0,07. dan masuk ke dalam harkat yang sangat rendah. Kalau dilihat nilai C/N
ini berarti proses mineralisasi berjalan sangat cepat, sehingga unsur-unsur hara
banyak tersedia bagi tanaman, dan pupuk kandang ini siap untuk dipakai tanpa
diinkubasi terlebih dahulu.
51
3. Azolla
Kandungan N pada azolla sebesar 3,23 %. menurut PPT termasuk
dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari azolla yaitu sebesar 3,3. dan
masuk ke dalam harkat yang sangat rendah. Azolla sangat dibutuhkan oleh
tanaman terutama dalam mensuplai N bagi tanaman. Penggunaan bahan
organik berupa pupuk azolla sagat efektif karena proses pengomposannya
yang cepat.

4. Daun singkong
Kandungan N pada daun singkong sebesar 1,12 %. menurut PPT
termasuk dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya sangat cepat. Nilai C/N dari daun singkong yaitu sebesar 7,38. dan
masuk ke dalam harkat yang rendah. Dilihat dari kadar N yang tinggi
menandakan daun singkong juga efektif digunakan untuk sumber hara bagi
tanaman. Daun singkong sangat mudah terdekomposisi karena mempunyai
kandungan lignin yang sedikit.

5. Akasia
Kandungan N pada akasia sebesar 1,62 %. menurut PPT termasuk
dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari akasia yaitu sebesar 1,62. dan
masuk ke dalam harkat yang sangat rendah. Akasia memiliki C/N yang sangat
rendah ini menandakan bahwa energi yang digunakan mikrobia untuk
kelangsugan hidupnya atau untuk pembentukan sel tidak diambil lagi dari
akasia, artinya ketersediaan N sudah cukup untuk digunakan oleh tanaman.

6. Jati

52
Kandungan N pada jati sebesar 2,2 %. menurut PPT termasuk dalam
harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan organiknya
berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari jati yaitu sebesar 4,6. dan masuk ke
dalam harkat yang sangat rendah. Nilai C/N dan kandungan N pada jati
termasuk kategori sangat baik untuk diberikan sebagai sumber hara bagi
tanaman, namun agak sedikit bertolak belakang dengan teori bahwa
kandungan lignin yang dimiliki oleh jati sangat besar sehingga akan
menghambat proses dekomposisi bahan organik, namun dalam hal ini berarti
proses dekomposisi pada jati berjalan sangat cepat.

7. Glyrecideae
Kandungan N pada Glyrecideae sebesar 2,5 %. menurut PPT termasuk
dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari jati yaitu sebesar 1. dan
masuk ke dalam harkat yang sangat rendah. Glyrecideae termasuk golongan
leguminose sehingga berperan dalam menambat N di udara, inilah yang
mengakibatkan N pada Glyrecideae sangat tinggi. C/N yang sangat rendah
menandakan mudahnya Glyrecideae terdekomposisi akibat kandungan lignin
yang sedikit.

8. Rumput
Kandungan N pada rumput sebesar 3,8 %. menurut PPT termasuk
dalam harkat yang sangat tinggi, artinya proses dekomposisi bahan
organiknya berjalan sangat cepat. Nilai C/N dari rumput yaitu sebesar 1,6. dan
masuk ke dalam harkat yang sangat rendah. Artinya rumput merupakan
sumber hara yang baik untuk tanaman, karena kandungan N yang besar dan
C/N yang sangat rendah sehingga mikrobia tidak mengambil hara dari rumput
untuk proses metabolismenya, oleh karena itu hara-haranya tersedia bagi
tanaman.

53
F. KESIMPULAN
Nilai kadar N yang tertinggi terdapat pada pupuk kandang yaitu 3,9 %,
sedangkan nilai kadar N yang terendah terdapat pada pupuk jerami yaitu 0,94
%. Nisbah C/N yang tertinggi terdapat pada pupuk jerami yaitu 12,4,
sedangkan nisbah C/N yang terendah terdapat pada pupuk kandang yaitu 0,07.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Buku Petunjuk Praktikum Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Sastrohoetomo, M. Ali. 1986. Pupuk Buatan dan Penggunaannya. Penerbit
Djambatan, LPTP Bogor.
Sosrosoedirdjo, S. Dkk.1992. Ilmu Memupuk 2. CV. Yasaguna, Jakarta.
54
Sutedjo, MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

55
LAMPIRAN

56
1. Hasil Perhitungan Pengenalan Jenis Pupuk
a. Perhitungan kadar lengas
1). NPK; a: 18,67 g, b118,79 g, c118,66 g
b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
118,79 – 118,66
= x 100 %
118,66 – 18,67
= 0,13 %

2). Urea; a: 20,58 g, b: 121,38 g, c: 121,19 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
121,38 – 121,19
= x 100 %
121,19 – 20,58
= 0,189 %

3). Za; a: 19,29 g, b: 119,29 g, c: 119,11 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
119,29 – 119,11
= x 100 %
119,11 – 19,29
= 0,18 %

4). SP-36; a: 4,70 g, b: 35,28 g, c: 33,70 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
35,28 – 33,70
= x 100 %
33,70 – 4,70
= 5,45 %

5). KCl; a: 4,61 g, b: 25,14 g, c: 24,30 g

57
b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
25,14 – 24,30
= x 100 %
24,30 – 4,61
= 4,27 %

6). Gandasil B; a: 4,30 g, b: 31,10 g, c: 31,08 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
31,10 – 31,08
= x 100 %
31,08 – 4,30
= 0,075%

7). Gandasil D; a: 4,92 g, b: 23,16 g, c: 22,10 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
23,16 – 22,10
= x 100 %
22,10 – 4,92
= 6,17 %

8). ZK; a: 4,69 g, b: 12,02 g, c: 11,30 g


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
12,02 – 11,30
= x 100 %
11,30 – 4,69

= 10,9 %

b. Higroskopisitas (H)
Tabel 11. Pengamatan Higroskopisitas
58
Jenis Berat Plastik Berat Pupuk Minggu (e)
No
Pupuk Kosong (d) Mula-mula I II III IV
1 ZA 0 100 99,7 99,8 100,04 101
2 Urea 0,74 100 101,9 102, 103 105,39
3 SP-36 0,25 100 101,43 4 101,7 104,94
4 Gandasil B 0,7 100 120,4 101, 131 142,5
5 Gandasil D 0,41 100 129 3 169 109,9
6 ZK 0 100 102 121, 114 90,7
7 NPK 0,73 100 106,3 5 95 85,56
8 KCl 0 100 101,6 138 103,2 104,77
100
111,
9
101,
6

Perhitungan Pada minggu ke IV:


Rumus :
(e – d) – (c – a)
H= x100%
(c – a)
1. ZA
(101 – 0) – (34,58 – 4,39)
H= x100%
(34,58 – 4,39)
= 234,54 %
2. Urea
(105,39 – 0,74) – (21,76 – 4,49)
H= x100%
(21,76 – 4,49)
= 503,7 %
3. SP-36
(104,94 – 0,25) – (33,70 – 4,70)
H= x100%
(33,70 – 4,70)
59
= 261 %

4. Gandasil B
(142,5 – 0,7) – (31,08 – 4,3)
H= x100%
(31,08 – 4,3)
= 429,5 %
5. Gandasil D
(109,9 – 0,41) – (22,1 – 4,92)
H= x100%
(22,1 – 4,92)
= 537,3 %
6. ZK
(90,7 – 0) – (11,30 – 4,69)
H= x100%
(11,30 – 4,69)
= 1272,2 %
7. NPK
(85,56 – 0,73) – (30,2 – 5,03)
H= x100%
(30,2 – 5,03)
= 237,02 %
8. KCl
(104,77 – 0) – (24,30 – 4,61)
H= 100%
(24,30 – 4,61)
= 432,09 %

60
2. Perhitungan Pembuatan Pupuk Campur
Pada awal pengamatan
b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
26,87 – 26,4
= x 100 %
26,4 – 16,2
= 4,6 %

Pada akhir pengamatan


b-c
Kadar lengas = x 100 %
c–a
30,25 – 29,63
= x 100 %
29,63 – 20,8
= 7,02 %

3. Perhitungan Kadar Asam Bebas


Tabel 12. Pengamatan Penetapan Kadar Asam Bebas
No Macam Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Titrasi NaOH 3,7 ml
2 Berat Pupuk 20 g
Kadar asam bebas 0,09 %

dik: ml NaOH 1 N dititrasi (a) = 3,7 ml


Berat pupuk (b) = 20 g

Rumus :
a x 0,0049
Kadar asam bebas = x 100 %
b
3,7 x 0,0049
= x 100 %
20

= 0,09 %
61
4. Perhitungan Kadar P2O5 PupuK SP-36
Tabel 13. Hasil pengamatan Penetapan Kadar P2O5 Pupuk SP-36
Prosedur Pengamatan Hasil Pengamatan
a. Berat Pupuk 5g
b. Berat kertas saring baku 0,96 x 2 = 1,92 g
c. Berat b + endapan baku 4,46 g
d. Berat endapan baku 2,54 g
e. Berat kertas saring blanko 0,97 g
f. Berat c + endapan blanko 2,31 g
g. Berat endapan blanko 1,34 g
h. Kadar P2O5 19,77 %

(endapan baku – endapan blanko) g 250


Kadar P2O5 = x x 0,03295 x 100 %
Berat bahan pupuk 10

(2,54 – 1,34) 250


= x x 0,03295 x 100 %
5 10

= 19,77 %

5. Perhitungan Kadar K2O Pupuk ZK


Tabel 14. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar K2O Pupuk ZK

Prosedur Pengamatan Hasil Pengamatan


Berat Pupuk 4g
Berat kertas saring 0,96 g
Berat b + endapan 1,51 g
Berat endapan kadar K2O 0,55 g

62
Berat endapan KClO4
Kadar K2O = x 0,3401 x 10 x 100 %
4
0,55
Kadar K2O = x 0,3401 x 10 x 100 %
4
= 46,76 %

6. Perhitungan Kadar C Pupuk


Tabel 15. Kadar Lengas Masing-masing Pupuk
Cepuk a + pupuk b + oven Kadar Lengas
No Jenis Pupuk
(a gram) (b gram) (c gram) (%)
1 Jerami 21,9 22,5 22,4 20
2 Pupuk Kandang 26,9 30,2 29,8 13,7
3 Glyrecideae 19 22 21,8 7,1
4 Daun Singkong 42,2 43,5 43,4 8,3
5 Daun Jati 16,7 19 18,8 9,5
6 Azolla 18,5 21,9 21,7 6,2
7 Akasia 21 23,5 23,4 4,2
8 Rumput 26,5 27,4 27,2 28,5

Tabel 16. Jumlah FeSO4 yang dititrasi


No Jenis Pupuk ml FeSO4 yang dititrasi
1 Blanko 1,025
2 Jerami 0,525
3 Pupuk kandang 0,95
4 Azolla 0,52
5 Daun singkong 0,55
63
6 Akasia 0,175
7 Jati 0,625
8 Glyrecideae 0,9
9 Rumput 0,775
1. jerami
(b − a ) × N FeSO 4 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×berat pupuk
100 + KL

100
BO = kadar C × %
58
(1,025 − 0,525 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 + 20

= 11,7 %
100
kadar BO =11,7 × %
58
= 20,16 %
2. Pupuk kandang
(1,025 − 0,95 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×500
100 +13 ,7

= 0,3 %
100
kadar BO = 0,3 × %
58
= 0,6 %

3. Azolla
(1,025 − 0,52 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 + 7,1

= 10,53 %
100
kadar BO =10 ,53 × %
58
= 18,2 %

64
4. Daun singkong
(1,025 − 0,55 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 +8,3

= 10,1 %
100
kadar BO =10 ,1 × %
58
= 17,3 %

5. Akasia
(1,025 − 0,175 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 +9,5

= 18,1 %
100
kadar BO =18 ,1 × %
58
= 31,2 %

6. Jati
(1,025 − 0,625 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 + 6,2

= 8,27 %
100
kadar BO =8,27 `× %
58
= 14,3 %

7. Glyrecideae
(1,025 − 0,9) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 + 4,2

= 2,5 %

65
100
kadar BO = 2,5 × %
58
= 4,3 %

8. Rumput
(1,025 − 0,775 ) ×1 × 3 50 100
kadar C = × × ×100 %
100 10 77
×100
100 + 28 ,5

= 6,25 %
100
kadar BO =6,25 `× %
58
= 10,8 %

7. Perhitungan Kadar N Pupuk


Tabel 17. Jumlah NaOH yang dititrasi
No Jenis pupuk ml NaOH yang dititrasi
1 Blanko 17,4
2 Jerami 16
3 Pupuk kandang 11,25
4 Azolla 12
5 Daun singkong 15,55
6 Akasia 14,75
7 Jati 13,7
8 Glyrecideae 13
9 Rumput 12,1

Rumus
66
(b − a ) × nNaOH ×14
kadar N = ×100 %
100
× berat pupuk
100 + KL
1. Jerami
(17 ,4 − 16 ) × 0,1 × 14
kadar N = × 100 %
100
× 250
100 + 20
= 0,94%
11,7 %
Nilai C / N =
0,94 %

= 12,4

2. Pupuk kandang
(17 ,4 −11,25 ) ×0,1×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 +13 ,7

= 3,9 %
0,3 %
Nilai C / N =
3,9 %

= 0,07

3. Azolla
(17 ,4 − 12 ) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 7,1

= 3,23 %
10 ,53 %
Nilai C / N =
3,23 %

= 3,3

4. Daun singkong
(17 ,4 − 15 ,55 ) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 8,3
67
= 1,12 %
8,27 %
Nilai C / N =
1,12 %

= 7,38

5. Akasia
(17 ,4 − 14 ,75 ) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 9,5

= 1,62 %
18 ,7 %
Nilai C / N =
1,62 %

= 11,1

6. Jati
(17 ,4 − 13 ,7) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 6,2

= 2,2 %
10 ,1 %
Nilai C / N =
2,2 %

= 4,6

7. Glyrecideae
(17 ,4 − 13 ) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 4,2

= 2,5 %
2,5 %
Nilai C / N =
2,5 %

=1
8. Rumput

68
(17 ,4 −12 ,1) × 0,1 ×14
kadar N = ×100 %
100
× 250
100 + 28 ,5

= 3,8 %
6,25 %
Nilai C / N =
3,8 %

= 1,6

69

You might also like