You are on page 1of 14

PENARIKAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa hipotesis mempertajam tujuan
penelitian.untuk apakah hipotesis tersebut dapat diterima,perlu diujin dalam kenyataan
empis dengan mengumpulkan data yang releven dengan variabel-variabel yang
disebutkan pada hipotesis. Jenis data yang akan dikumpulkan itu dijelaskan pula dalam
perumusan hipotesis itu masalah selanjutnya ialah di mana diperoleh data tersebut dan
bagaimana mendapatkannya. Dalam hubungan ini kita berbicara tentang populasi dan
sampel penelitian.
Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian yang dari
padanya informasi ingin diketahui. Obyek tersebut disebut satuan anlisis.Yang
dimaksud dengan satuan analisis ialah”…those units that we initially describe for
the ultimate pupurse of aggregating their characteristics ini order todwscribe
some larger group or explain some abstract phenomenon (Babbie; 1979; hal.
883). Satuan analisis ini mengandung perilaku atau karakteristik yang diteliti. Misalnya
kita ingin meneliti pengaruh gizi terhadap anak balita. Anak balita secara individual
merupakan satuan analisis. Satuan analisis ini dibedakan dengan satuan pengamatan.
Satuan pengamatan ialah satuan dari mana informasi diperoleh tentang satuan analisis.
Jika perilaku anak balita diketahui melalui ibunya, maka ibu tersebut merupakan satuan
pengamatan,sedang anak balita adalah satuan analisis. Dapat juga satuan analisis
sekaligus merupakan satuan pengamatan. Penelitian tentang motivasi belajar
mahasiswa misalnya.mahasiswa sebagai satuan analisis,, dan karena informasi tentang
motivasi belajar itu diketahui dari mahasiswa yang bersangkutan maka sekali gus ia
menjadi satuan pengamatan. Satuan analisis bisa berupa individu, bisa juga berupa
lembaga. Penelitian tentang kesejahteraan keluarga misalnya, satuan analisis ialah
keluarga, yaitu suatu lembaga yang terdiri atas bapak, ibu dan anak-anaknya.
Keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian disebut populasi.
Berdasarkan banyakya satuan analisis dalam suatu populasi, maka populasi itu
dapat dibedakan atas populasi terbatas (definite population) dan populasi tidak
terbatas(indefinite population). Secara teoretis suatu populasi dikatakan terbatas, jika

1
jumlah satuan analisis sebagai anggotanya dapat dihitung dan kalau dihitung maka
perhitungan dapat berakhir. Jika kita meneliti mutu pendididkan padaSMU di Jawa
Tengah pada tahun 1996, maka setiap SMU dalam lingkungan Jawa Tengah
merupakan satuan analisis dari penelitian itu. Jumlahnya dapat dihitung dan kalau
dihitung maka perhitungan dapat selesai. Lain halnya jika penelitian itu dilakukan
terhadap prestasi belajar Universitas Kristen Satya Wacana. Satuan analisisnya ialah
mahasiswa yang pernah, yang sedang, dan yang akan belajar di Universitas tersebut.
Jumlah mahasiswa yang pernah dan yang sedang belajar di Universitas itu dapat
dihitung, tetapi terdapat mahasiswa yang akan belajar tidak bisa dihitung, dan kalaupun
bisa dihitung maka perhitungan tidak dapat selesai. Oleh karena itu populasi seperti itu
disebut populasi tidak terbatas. Dalam praktek populasi yang sangat besar, sekalipun
dapat dihitung dan perhitungan dapat selesai, namun sering
diperlakukansebagaipopulasi tidak terbatas. Penelitia terhadap anak balita di Indonesia
misalnaya, dianggap populasi tidak terbatas.
Sampel sering juga disebut “contoh”, yaitu himpunan bagian (sub set) dari
suatupopulasi (lihat lembar Media M.01). sebagai bagian dari populasi maka sampel
memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu
populasi disebut penarikan sampel atau samling. Populasi yang ditarik sampelnya pada
waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi
yang diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Daftar
nama-nama satuan analisis pada sampling population ini sering disebut dengan sample
frame. Target population dan sampling population dapat berbeda sebagai konsekuensi
dari perbedaan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam jarak
waktu tersebut populasiny bisa berubah, bertambah atau berkurang karena berbagai
sebab. Oleh karena itu jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan jangan terlalu
lama.
Masalah yang dihadapi dalam penarikan sampel ialah cara penarikan sampel
dan ukuran besarnya sampel. Hal ini sangat tergantung pada sifat populasi terutama
pada ketersebaran anggota dalam wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori
tertentu. Dengan kata lain tergantung padavariasi populasi. Oleh karena itu sebelum
sampel ditentukan, perlu digambarkan lebih dahulu karakteristik populasi yang diteliti

2
terutama untuk mengetahui sejauh mana keragaman atau variasi diantara satuan-
satuan analisis dalam populasi yang bersangkutan.

2. Prinsip dan cara penarikan sampel


Penarikan sampel itu sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mau
membeli buah salak di pasar, terlebih dahulu dicicipi satu atau dua buah salak yang
akan dibeli itu untuk memastikan enak atau tidak. Mengambil satu atau dua biji buah
salak itu disebut penarikan sampel atau contoh, mencicipi buah salak disebut analisis
sampel, memastikan enak atau tidak adalah tugas inferensi atau kesimpulan yang
ditarik terhadap seluruh buah salak dalam karung dari mana diambil sampel. Melakukan
inferensi inilah tujuan akhir dari penarikan sampel. Jika sampel yang ditarik tidak
mewakili/ menggambarkan seluruh populasi, maka walaupun analisis sampelnya
dilakukan dengan cermat, tetapi inferensi yang dilakukan terhadap seluruh populasi
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Karena itu prinsip keterwakilan (representative)
merupakan prinsisp dasar pada penarikan sampel.
Jika sebiji buah salak yang dicicipi itu tidak mewakili semua buah salak di dalam
karung di mana contoh itu diambil, maka tidak dapat ditarik kesimpulan yang berlaku
umum terhadap populasi buah salak itu. Sebenranya untuk mengetahui karakteristik
seluruh anggota pada populasi, setiap anggota dalam populasi itu harus diamati sati
persatu. Cara ini disebut metode sensus. Metode ini jarang dipakai dalam penelitian
ilmiah, pertama-tama karene memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Dengan kata lain kurang praktis dan tidak ekonomis. Alasan kedua sering metode itu
bersifat destruktif (merusak). Jika setiap buah salak yang dijual oleh penjualnya dicicipi
satu persatu sampai habis , makaa si penjual dirugikan. Karena alas an-alasan seperti
itulah maka metode sampling banyak dipakai.
Misalnya bagaimana kita menarik sampel yang mewakili itu. Sering kita
menganggap bahwa sampel yang kita tarik sudah menggambarkan karakteristik
populasinnya, pada hal sampel tersebut bias terhadap populasi. Misalkan kita meneliti
keefektifan pengalaman belajar mahasiswa pada kampus Universitas Tdulako di Palu.
Dari 6000 orang mahasiswa pada populasi kita ingin menarik sampel sebanyak 200
orang untuk memperoleh jumlah tersebut peneliti menunggu mahasiswa di depan

3
tempat parkir kendaraan pada pukul 8.00 – 9.30 pagi. Setiap mahasiswa yang datang
ditempat parker itu dicatata dan diperlakukan sebagai sampel sampai ditemukan jumlah
200 orang ke 200 orang itu yang sudah dicatat adala bagian dari populasi sebanyak
6000 orang. Selanjutnya ke-200 orang itu diteliti keefektifan pengalamn belajarnya dan
ternyata rata-rata memiliki 80 % keefektifan pengalaman belajarnya dihitung atas dasar
jumlah pengalaman belajar minimal yang dituntut oleh kurikulum.untuk
menggeneralisasikan kesimpulan ini terhadap seluruh popoluasi tampaknya kurang
bijaksana. Ke- 200 orang mahasiswa yang diambil 6000 orang itu hanyalah mahasiswa
yang datang dikampus dengan kendaraan bermotor, dan mahasiswa yang kuliah pagi
hari.padahal banyak mahasiswa yang datang di kampus dengan jalan kaki, dan banyak
juga yang kuliah siang atau sore. Golongan ini tidak terwakili dalam sampel tersebut.
Supaya penarikan sampel tidak bias, harus dalam satuan analisis dalam populasi
mendapatkan peluang yang sama untuk ditarik menjadi anggota sampel.oleh karena itu
untuk memenuhi keterwakilan, penarikan sampel harus dilakukan secara random
(acak). Penarikan sampel dengan cara ini disebut random sampling. Penarikan sampel
dikatakan random jika setiap anggota pada setiap populasi mempunyai peluang yang
sama untuk ditarik sebagai anggota sampel. Besarnya sampel yang ditarik dari populasi
tergantung pada variasi yang ada dikalangan anggota populasi. Apabila anggota
populasinya homogen, maka sampel yang kecil dapat mewakili seluruh populasi.
Butir-butir darah didalam tubuh kita adalah homogen, setiap butir mempunyai
karakteristik yang sama, tidak menjadi soal apakah darah itu diambil dibagian tangan ,
atau kaki,atau kepala,semua sama. Tetapi apa bial kita meneliti perilaku mahasiswa
terhadap politik, maka pariasinya dikalangan mahasiswa cukup besar baik dilihat dari
segi bidang studi yang ditekuninya, atau Alma Mater, atau segi agamanya. Supaya
semua variasi terwakili maka dibutuhkan sampel yang relative besar. Makin homogen
suatu populasi makin kecil sampelnya, dan mekin tinggi variasi makin besar sampel
yang dibutuhkan.

4
B. JENIS DAN TEHNIK PENARIKAN SAMPEL
1 Jenis-jenis Sampling
Jenis penarikan sampel secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua
bagian, yaitu: Pertama, metode penarikan sampel Non probabilitas (non probability
sampling method). Kedua metode penarikan sampel probabilitas (probability samplina
method). Pada metode penarikan sampel non probabilitas, cara penarikan sampel
ditempuh berdasarkan kepada pertimbangan pribadi semata. Sebaliknya, metode
penarikan sampel probabilitas lebih menekangkan kepada pertimbangan kemungkinan
kemungkinan terjadi atau tidaknya suatu peristiwa, dengan dasar metoda-metoda ilmia
yang berlaku pada umumnya.
Beberap jenis metode penarikan sampel non probabilitas, antara lain: quata
sampling, judgement sampling (purposive sampling),accidental sampliang, convenience
sampling dan snowball sampling. Sedangkan yang termasuk metode-metode
penarikan sampel probabilitas, yaitu: simple random sampling, systimatik sampling,
stratified sampling dan cluster sampling.
Uraian-uraian lebih lanjut mengenai jenis-jenis penarikan sampel tersebut dapat
diikuti sebagai berikut:
a. Quota sampling

Metode penarikan sampel non probabilitas yang paling sering digunakan adalah
quota sampling. Dalam penarikan sampel quota besarnya sama atau sub- kelas dalam
populasi ditaksir dari data statistic yang dipublikasikan dan pencacah (interviewer)
memilih kebebasan memilih responden.

Sebagai contoh:: Seorang peneliti ingin mengetahui keadaan Distribusi


Pendapatan disuatu desa. Jika penduduk di desa tersebut terdapat lima ratus (500)
kepala keluarga. Besarnya sampel responden yang akan diambil ditentukan secara
kasar semanyak enam puluh (60) unit sampel. Selanjutnya unit-unit sampel tersebut
didistribusi untuk kepala keluarga kelas pendapatan bawah dua puluh (20) unit,
kemudian dua puluh (20) unit untuk kepala keluarga keluarga kelas pendapatan
menengah dan dua puluh (20) unit siasanya didistribusikan untuk kepala keluarga kelas
pendapatan atas.

5
Dari contoh di atas seolah-olah jumlah sampel ditentukan secara stratifikasi
proposional, namun demikian hal ini berbeda secara jauh. Pada quota sampling
interviewer tidak dikehendaki memilih responden yang diperlukan atas dasar random
guota mengisi tiap-tiap sel dalam quota yang ditentukan. Pihak interviewer diberikan
kebebasan mencari responden dilokasi yang bersangkutan, menurut mereka lebih
mudah dihubungi.

Dengan demikian, tentu saja penarikan kuota memiliki keuntungan- keuntungan,


disamping biayanya murah dan lebih menyenangkan pihak interviewer dapat
mengendalikan secara ketat data-data yang dikumpulkan, sehingga cenderung
mengurangi bias (penyimpangan), dalam seleksi sumber-sumber informasi potensial

b. Judgement Sampling (purposive sampling)

Pada metode judgement sampling atau purposive sampling peneliti menghubungi dan
melakukan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.
Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap calon responden yang termasuk
kedalam bagian obyek penelitian, maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon
responden tersebut sebagai bagian unit sampel. Dengan kata lain, asal saja calon
responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun
respoden yang . bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dijadikan sebagai
sebagai sampel penelitian.

Penggunaan metode penarikan sampel secara judgemental atau purposive


memang lebih menguntungkan, yaitu biayanya murah, lebih menyenangkan,
memerlukan waktu yang lebih sedikit dapat sebaik metode sampel probabilitas. Namun
demikian nilai-nilai obyektivitas data sangat tergantung dari keahlian interviewer sendiri.
Sering kali pemakaian metode ini mengabaikan unsur obyektivitas dari interviewer.
Sehingga data yang dikumpulkan cendrung bias.

Contoh penarikan sampel judgemental atau purposive adalah sebagai berikut:


Seornag pedagang yang ingin mengetahui sebab-sebab turunnya volume penjualan
sabun cuci merek Surf yang diperdagangkannya. Dlam hal ini secara purposive
pedagang tersebut menentukan calon respondennya dengan para konsumen sabun
6
cuci yang dapat dihubunginya. Siapapun pembeli sabun cuci yang ditemui dijadikan
sasaran responden yang mewakili. Dalam hal ini hasil pengumpulan datanya cukup
valid. Namun demikian,metode ini juga memiliki validitas yang lebih baik jika metode ini
dipakai secara kombinasi, yaitu metode purposive dipakai pada tingkat pertama ketika
responden mewakili yang dilakukan interviewer secara randomatau metode probabilitas
lainnya.

Oleh karena itu, metode-metode ini benar-benar dapat dijadikan lebih baik jika
saja digunakan oleh peneliti yang benar-benar ahli dan berpengalaman. Pada
umumnya metode ini hanya digunakan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang
bersifat khusus. Bahkan acap kali metode ini digunakan bersama-sama dengan
metode-metode penarikan sampel probabilitas lainnya, sehingga hasilnya menjadi lebih
baik.

c. Accidental Sampling

Dalam metode penarikan sampel ini, pihak pencacah atau interviewer melalui siap saja
yang ditemuinya tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki keterkaitan
dengan aspek peneitiannya ataukah tidak memiliki keterkaitan sama sekali. Peneliti
pada perinsipnya dapat mengumpulkan data dari setiap responden yang dapat ditemui ,
siapa saja, dimana saja dan kapan saja.

Oleh karena itu, metode ini tampek relative murah dan cepat, akan tetapi data
yang dikumpulkan seringkali kurang obyektif karena bisa terjadi responden yang terpilih
merupakan responden yang tidak mewakili, atau representatife.

d. Convenience Sampling

convenience Sampling adalah istila awam yang mencakup variasi luasnya


prosedur pemilihan responden. Convenience Sampling unit sampel yang ditarik mudah
dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukurnya dan bersifat kooperatif.

Penggunaan metode penarikan sampel ini, biayannya lebih murah, waktu yang
di buthkan relative sedikit dan mudah dijalankan. Walaupun demikian ada kalanya

7
metode ini kurang obyektif, sehingga seringkali timbil bias dalam pelaporan hasil.
Responden yang dipilih umumnya dapat dihubungi dengan mudah, dapat diajak kerja
sama, tidak menyusahkan jika dilakukan pengukuran relative lebih mudah. Namun
demikian karena responden terpilih merupakan bagian kecil dari populasi sering
hasilnya kurang mampu memberikan gambaran data yang sesungguhnya.

contoh: seorang pengusahaingin mengethui seluruh penduduk kota dalam


mengkomsumsi makanan dalam kaleng yang diproduksinya. Jika di Negara tersebut
ada dua puluh (20) kota dan kota besar tiga (3) buah, maka pengusaha tersebut
memanggil beberapa keluarga yang terdapat di ketiga kota besar tersebut, misalnya
saja masing-masing tiga keluarga yang memiliki karakteristik sesuai yang dikehendaki
oleh interviewer yang akan dihubungi. Hasil akhir inter viuw menunjukkan, secara
umum mereka sangat menyukai produk perusahaan tersebut. Sebagai akibatnya
pengusaha tersebut meningkatkan volume penjualan dua kali lipat, sehingga skhirnya
terjadi kelebihan produksi.

Contoh tersebut menunjukkan data yang dikumoulkan kurang obyektif, sehingga


hasil akhirnya menjadi kurang baik. Oleh karena itu penggunaan metode ini juga sangat
mentut pengalaman dan keahlian peneliti, sehingga hasilnya dapat bemanfaat.

d. Snowball Sampling

Snowball Sampling merupakan metode penarikan sampel secara berantai, dari satu
sampel responden yang diketahui diteruskan kepada responden berikutnya sesuai
dengan ipormasi responden pertama, begitu setrusnya, sehingga responden yang
dihubungi semakin lama semakin besar. Dalam hal ini, seorang inter penchaca dapat
mengumpulkan data yang di inginkanya menjadi semakin besar, pertama-tama ia harus
menghubungi satu calon responden yang dianggapnya mewakili. Setelah itu melalui
informasi yang diperoleh dari responden tersebut dapat dihubungi kembali beberap
responden yang terpilih. Proses pelacakan sampel responden terus bercabang,
berantai sampai kepada jumlah sampel resposponden yang dianggap memadai.
Bagaikan bola salju yang menggelindding dari atas kebawah, semakin lama semakin

8
besar sampai kepada tempat dimana bola tersebut berhenti menggelinding maka
disitulah pelacakan sampel responden berhenti.

Contoh : seorang peneliti ingin mengetahui perilaku para penyelundup dalam


melakukan aktifitasnya. Langkah awal yan dilakukan adalah mencari salah seorang
responden yang mengetahui responde yang mengetahui. Kemudian, setelah deperoleh
informasi dari responden yang bersangkutan diteruskan pelacakan kembali kepeda
responden berikutnya. Begitu seterusnya sampai dianggap jumlah responden jumlah
responden yang telah dikumpulka sudah memadai.

Metode penarikan sampel seperti ini banyak dijumpai pada jenis-jenis penelitian
yang respondenya sulit dipantau secara umum dan penelitian yang datanya bersifat
rahasia. Tiada cara lain tidak adanya informasi yang dapat dijadikan dasar pelacakan
sampel responden secara umum memungkinkan peneliti menempu cara tersebut.

Metode ini memang banyak keuntunganya,selain murah cepat juga secara


administrative tidak kaku. Namun demikian, kelemahanya sering terjadi responden yang
dijadikan referensi tidak memberikan informasi yang sesungguhnya ada kalanya
ditentukan menurut kemauan pihak pertama. Sebagai akibatnya, data yang diperoleh
sering tidak obyektif dan sering kali memperlambat proses pelacakaan responden
berikutnya.

e. Simple Random Sampling

Simple random sampling merupakan salah satu metode penarikan sampel


probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki
kemungkinan yang sam untk terpilih sebagai responden.

Metode ini umum dipakai jika unit sampel dalam populasi jumlahny relative
sedikit. Pada kondisi demikian penggunaan metode ini akan menjadi efisisen dan
efektif. Namun demikian, jika jumlah elemen-elemen populasi sangat besar,
penggunaan metode ini menjadi tidak menyenangkan, kurang pleksibel dan biaya yang
dikeluarkan dapat menjadi lebih mahal.

9
Penerapan metode penarikan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan
system lotari. Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin mendapatkan informasi
tentang perlu tidaknya penggunaan alat kontrasepsi bagi masyarakat di suatu
kampong. Dari jumlah rumah tangga sebanyak tiga puluh (30) kepala keluarga di
kampong yang bersangkutan, kemudian di daftar satu persatu. Setelah proses tersebut
selesai dijalankan, maka peneliti yang bersangkutantinggal memasukkan nama-nama
calon responden ke dalam suatu wadah dan terus diacak-acak sampai bena-benar
merata. Selanjutnya, peneliti yang bersangkutan mengeluarkan satu persatu nama
calon responden yang telah didaftar tersebut sampai sebanyak lima belas (15)
responden sesuai dengan yang ditentukan.

Cara lain juga dapat dilakukan dengan membuat daftar terlebih dahulu
setiap calon responden (table random). Kemudian, dari daftar tersebut peneliti tinggal
member tanda dari setiap calon responden yang diinginkan sambil memejamkan mata,
mulai dari responden pertama sampai kepada responden yang kelima belas.

f. systematic Sampling

seperti halnya pada metode penarikan sampel acak sederhana,maka dalam


metode systematic sampling atau penarikan sampel secara sistematik juga setiap
elemen-elemen dalam sampel relative diketahui dan memiki kesempatan yang sama
untuk terpilih. Dalam metode ini besarnya sampel n yang diperbolehkan dilukiskan
diketahui dan memiliki probabilitas yang sama untyuk terpilih, sementara besarnya
sampel n yang tertinggal memiliki probabilitas nol untuk dipilih. Jika populasi
mengandung N susunan elemen dan besarnya sampel yang diinginkan adalah n, maka
rasio n/N mendekati angka untuk mendapatkan interval sampel.

Sebagai contoh: jika populasi berjumlah lima ratus (500) elemen dan sampel
responden yang diinginkan berjumlah 50 responden, maka interval sampel adalah
sepuluh (10). Sampel pertama dipilih dari nomor urut satu (1) sampai sepuluh
(10),misalnya saja yang terpilih nomor tiga(3).selanjutnya,sampel responden berikutnya
setelah nomor (3), kemudian (13), (23), (33) dan seterusnya sampai mencapai sampel
responden yang kelima puluh.

10
Cara lainnya dapat ditempuh dengan cara ini terlebih dahulu mencari sampel
responden pertama dari populasi. Setelah itu, dengan menggunakan formula matematik
tertentu dicari sampel responden berikutnya. Misalnya jumlah populasi di suatu desa
ada sebanyak lima puluh (50) rumah tangga dan jumlah responden yang diinginkan
sebanyak sepuluh(10) responden. Langkah pertama, tentukan responden pertama (n -
1 )secara acak sederhana, misalnya ditemukan rumah tangga nomor 4. Dengan
menggunakan formula (n-1+ 5), maka diperoleh sampel responden berikutnya. Begitu
seterusnya sampai kepada sampel responden yang ke sepuluh(10).

Metode ini tampak lebih mudah dan fleksibel untuk ukuran sampel yang cukup
besar disbandingkan dengan metode penarikan sampel acak sederhana. Disamping itu,
tingkat ketepatan lebih baik.disamping itu, seperti halnya metode acak sederhana
penggunaan metode ini lebih tepat untuk jenis-jenis populasi yang bersifat homogeny.
Sebaliknya, untuk jenis-jenis populasi yang bersifat heterogen metode ini jarang
dipergunakan karena dianggap dapat mengganggu ke akuratan data yang
dikumpulkan.

g. Stratified Sampling

Stratified sampling atau metode penarikan sampel stratifikasi biasanya digunakan


kalau populasi memiliki susunan bertingkat. Dengan kata lain, elemen-elemen populasi
memiliki karakteristik yang beragam atau heterogen. Dalam banyak penelitian biasanya
sering dijumpai keadaan populasi yang tidak homogeny, melaingkan memiliki lapisan-
lapisan. Sebagai akibatnya, peneliti tidak dapat menerapkan metode penarikan sampel
yang lebih sederhana, baik metode penarikan sampel acak sederhana maupun metode
penarikan sampel acak sederhana maupun metode penarikan sampel sistematik.
Sebelum penggunaan metode ini, ada baiknya diperhatikan terlebih dahulu keadaan
strata yang terdapat dalam populasi, yaitu berapa banyak jumlah strata yang terdapat
dalam populasi, yaitu berapa banyak kemungkinana sampel individu yang harus ditarik
dari setiap starta tersebut. Jika jumlah starta cukup besar diperlukan kehati-hatian
dalam melakukan penarikan sampel agar masing strata dalam populasi dapat terwakili.
Stratified sampling secara umum dapat diartikan sebagai metode penarikan
dengan memperhatikan stratum-stratum dalam populasi. Jika penarikan sampel
11
responden dilakukan secara berimbang atau proporsional pada setiap masing-masing
sestrata metode ini disebut proposional stratified sampling. Selanjutnya, jika propotional
stratified sampling menggunakan tehnik acak maka metode ini disebut propotional
stratified random sampling. Sebaliknya,jika penarikan sampel stratifikasi tidak
memperhatikan pertimbangan atau proporsi, maka metode ini disebut unproportional
stratified random sampling .
Contoh penarikan sampel stratifikasi adalah sebaga berikut:
Jumlah populasi petani ditaksir ada sebanyak seribi(1000) elemen. Jumlah
responden yang diinginkan sebanyak 10%, atau seratus (100)responden. Dengan
serata usia petani dapat diketahui jumlah sampel seperti yang terlihat pada table
berikut.

TABEL I
Struktur Petani Desa Labuan dan Sampelnya

Usia petani(tahun) jumlah Proposi sampel Sampel


<20 100 10% 10
20-29 200 10% 20
30-39 200 10% 20
40-49 400 10% 40
59 ke atas 100 10% 10
Jumlah 1000 100% 100

Selanjutnaya, jika kita mengiginkan sampai kepada stratifikasi random, maka


penarikan sampel masing-masing strata di teruskan dengan menggunakan teknik yang
telah disebutkan semelumnya, sehingga masng-masing lapisan dari populasi dimaksud
terwakili secara penuh.
Sebaliknya, pada metode unproportional stratifit random sampling,besarnya
sampel untuk masing-masing tidak ditentukan secara proposional. Sebagai contoh jiaka
peneliti ingin menggunaka tehnik sampel stratifikasi tak proposianl yang populasinya
sebanyak lima ratus (500) burh pabrik. Jumlah sampel responden yang akan diambil
sebanyak 10%, atau lima puluh (50) orang. Peneliti memutuskan setiap strata
mengambil sampel rata-rata sepuluh persen.

12
TABEL 2
Struktur Buruh Pabrik Agiok dan Jumlah Sampelnya

Jenjang pendidikan jumlah umlah Sampel(10%) Proporsi sampel


Tidak tamat SD 150 15 30%
SD 100 10 20%
SLTP 50 5 10%
SLTA 150 15 30%
Akademi dan PT 50 5 10%
Jumlah 500 50 100%

Dalam contoh di atas ditunjukkan, penggunaan metode penarikan


sampelstratifikasi ini sangat mudah dijalankan jika saja karakteristik populasi kurang
beragam. Akan tetapi jika tingkat heterogenitas populasi semakin tinggi hal ini dapat
mempersulit pendistribusian sampel.
Selain itu, jika dilihat metode penarikan sampel stratifikasi proporsional dan tidak
proporsional masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode
stratifikasi proporsional adalah sampel yang diperoleh adalah relative
representatife..Sampel semacam ini lebih menggambarkan keadaan populasi yang
sesungguhnya dengan cara memperhitungkan dengan cirri-ciri tertentu. Namun
demikian kekurangan penggunaan metode ini adalah memerlukan usaha yang lebih
banyak bila saja jumlah strata dalam populasi semakin besar. Penelitian harus i bekerja
mengidentifikasikan strata dalam populasi sedemikian rupa, dan melakukan
perhitungan secara cermat. Demikian pula metode penarikan sampel strafikasi tidak
proporsional, secara umum lebih sederhana dan mudah dikerjakan bila dibandingkan
dengan metode penarikan sampel stratifikasi proporsional. Namun demikan sampel
yang diperoleh relatif kurang resresentatif, mengingat proporsi sampel yang
sesungguhnya tidak sebanding dengan proporsi populasi yang sebenarnya.

i. Cluster sampling
Cluster sampling atau sampling wilayah merupakan salah satu metode
penarikan sampel probabilitas dimana sampel-sampel dikelompokkan
menurut petak-petak daerah dan setiap petak daerah memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

13
Metode penarikan sampel wilayah ini selain memiliki kelebihan juga memiliki
banyak kekurangan. Kelebihannya adalah jika populasi yang akan diteliti
jumlahnya cukup besar dan tingkat sebarannya tidak merata, peneliti dapat
melakukan pengelompokan sesuai dengan keinginannya. Penelitian akan
menjadi lebih murah dan cepat, sehingga seolah-olah cukup representative
untuk sampel besar.Akan tetapi kelemahannya adalah ada kemungkinan
ketidak seragaman populasi, dengan demikian mengurangi tingkat
keberartian data. Selain itu, jika metode ini tidak dikombinasikan dengan
metode probabilitas lainnya peluang untuk mendapatkan responden
representative menjadi semakin terbatas.

14

You might also like