Professional Documents
Culture Documents
Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia (RI) dimana tercantum
dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang tertulis
bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia juga disiratkan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 pada bagian ketiga yang berbunyi “KAMI POETRA
DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA”.
Faktor-faktor diatas medasari terpenuhinya fungsi bahasa tersebut sebagai bahasa baku
yang telah memperkuat sikap masyarakat Indonesia terhadapnya. Jika melihat dari
kedudukannya, Bahasa Indonesia ialah status relatif bahasa Indonesia sebagai lambang
nilai budaya Indonesia yang dirumuskan atas dasar nilai sosial Indonesia.
Namun jika melihat dari kondisi negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku
dan bahasa, wajarlah penerapan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari menjadi
sulit dikarenakan keanekaragaman bahasa daerah itu sendiri. Masyarakat Indonesia lebih
terbiasa menggunakan bahasa daerahnya sendiri ketimbang menggunakan Bahasa
Indonesia yang merupaka bahasa kenegaraan.
http://azizturn.wordpress.com/2009/09/12/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang
sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai
bahasa negara.
“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah
tau, bukan? Kalau kagak tau yang kebacut, gitu aja”.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca
surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari daerah
atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti ‘kepingin’,
‘paling banter’, ‘kesusu’ dan ‘mblayu’? Apabila kita menginginkan tercapainya tujuan
komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh
lawan bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan menggunakan
struktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.
Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedan ujud antara bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita baca
pada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sebagaimana
yang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seeorang lain daerah
atau lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan
kosakata dan istilah. Hal ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda.
Dalam lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata
yang diperlukan dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi,
sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat kesamaan. Semuanya
menggunakan bahasa yang berciri baku. Dalam lapangan dan situasi di atas tidak
pernah digunakan, misalnya, struktur kata ‘kasih tahu’ (untukme mbe r itahuk an),
‘bikin bersih’ (untukme mbe r sihk an), ‘dia orang’ (untukme re k a), ‘dia punya harga’
(untukhar ganya), dan kata ‘situ’ (untuk Saudara, Anda, dan sebagainya), ‘kenapa’
(untukme ngapa), ‘bilang’ (untukme ngatak an), ‘nggak’ (untuktidak), ‘gini’ (untuk
begini), dan kata-kata lain yang dianggap kurang atau tidak baku.
Perbedaan dari Proses Terbentuknya
Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua kedudukan
bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara dan nasional, sebenarnya sudah terlihat di
dalam uraian pada butir 1.2 dan 1.3. Akan tetapi, untuk mempertajamnya dapat
ditelaah hal berikut.
Sudah kita pahami pada uraian terdahulu bahwa latar belakang timbulnya
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara jelas-jelas berbeda. Adanya kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan bangsa Indonesia
pada waktu itu. Putra-putra Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu
yang mutlk untuk mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan “Bersatu kita teguh
bercerai kta runtuh” benar-benar diresapi oleh mereka. Mereka juga sadar bahwa
untuk mewujudkan persatuan perlu adanya saran yang menunjangnya. Dari sekian
sarana penentu, yang tidak kalah pentingnya adalah srana komunikasi yang disebut
bahasa. Dengan pertimbangan kesejarahan dan kondisi bahasa Indonesia yang
Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedan itu terlihat pada wilayah
pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi itu. Kapan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai, kiranya sudah kita ketahui.
Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengn tanggung jawab
kita terhadp pemakaian fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tertentu, terdapat kaitan apa dengan kita? Kita berperan
sebagai apa sehingga kita berkewajiban moralmenggunakan bahasa Indonesia
sebagai fungsi tertentu? Jawaban atas pertanyaan itulah yng membedakan tanggung
jawab kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi bahasa Indonesia baik dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.
Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan keturunan Cina,
tetapi karena dia warga negara Indonesia dan secara kebetulan menjabat sebagai
Ketua Lembaga Bantuan Hukum, maka pada saat dia memberikan penataran kepada
anggotnyan berkewajiban moral untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidak
perduli apakah dia lancar berbahasa Indonesia atau tidak. Tidak perduli apakah
semua pengikutnya keturunan Cina yang berwarga negara Indonesia ataukah tidak.
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat
(P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan
dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak
efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud
kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pengertian-ciri-dan-penggunaan-kalimat-
efektif/
Dalam menulis karangan, wacana, artikel atau apapun yang berkaitan dengan tulis
menulis maka kita harus mengetahui jenis-jenis paragraph antara lain :
1. Paragraf deduktif adalah kalimat utama di awal (umum-khusus)
Cirri-ciri paragraph deduktif adalah
a. Definisi
b. Pernyataan
c. Pendapat
Contoh : Masalah yang kita hadapi sebenarnya adalah penyaluran dan pemasaran
produksi beras. Supaya produksi semakin meningkat tidak berhenti, penyaluran dan
pemasaran harus tetap dilaksanakan. Sekarang yang melakukan dan pemasaran adalah
bulog.
Langkah-langkah Pembuatan
Langkah-langkah pokok pembuatan karangan ilmiah adalah sebagai berikut :
a. Memilih sebuah pokok soal (topik) yang dapat ditulis sesuai dengan minat Anda, minat
pembaca, arti penting topik, fasilitas, dan kesempatan
b. Mencari sumber yang autoratif
c. Membatasi pokok soal yang akan dibicarakan agar pengumpulan data, informasi, dan
fakta serta pengolahannya terfokus dan agar karangan dapat dikembangkan secara
memadai, yaitu pernyataan-pernyataan pendirian didukung dengan hal-hal yang konkret
dan spesifik
d. Menentukan suatu tesis percobaan (tentative) atau garis besar acuan sementara yang
menjadi arah umum dan tujuan yang hendak dicapai
e. Mencari di perpustakaan judul-judul buku dan artikel yang membicarakan topik yang
telah dipilih dan dibatasi.
f. Mengumpulkan/meminkjam buku-buku dan bacaan yang lain yang akan dipakai
sebagai sumber. Pertama-tama kumpulkan semua bacaan/buku yang diperkirakan dapat
menjadi sumber (working bibliography); working bibliography masih akan dipilihuntuk
menyusun final bibliography, yaitu sejumlah buku sumber yang sungguh-sungguh akan
dipakai untuk menulis karangan ilmiah
g. Mencatat tiap judul buku/bacaan pada sebuah kartu bibliography, lengkap dengan data
tentang nama pengarang dan publokasinya. Kartu-kartu bibliografi ini diperlukan untuk
menyusun catatan kaki,/catatan akhir dan daftar pustaka/daftar acuan kelak.
h. Membaca buku-buku/bacaan-bacaan sumber dengan membuat catatan-catatan,
misalnya catatan dengan sistem kartu. Catatan ini dapat berupa kutipan, sitiran, ringkasan
atau komentar pribadi.
i. Menata bahan-bahan yang terkumpul berupa catatan-catatan menjadi suatu garis besar
(kerangka karangan, outline). Setelah bahan-bahan itu ditata, akan terlihat bagian yang
sudah cukup bahannya, bagian yang belum cukup bahannnya, dan bagian yang masih
perlu ditambah dengan bahan yang lain. Dalam hal terakhir ini, Anda harus membaca
buku-buku lain lagi serta mengadakan pengamatan, wawancara dan sebagainya.
j. Merumuskan tesis final
k. Menyusun kerangka karangan yang final.
l. Menulis draft pertama karangan (karangan sementara). Pengantar (introduksi) tidak
selalu yang pertama kali disusun. Mungkin saja batang tubuh karangan ditulis terlebih
dahulu, kemudian penutupnya berupa ringkasan atau kesimpulan. Setelah itu, baru
disusun pengantarnya. Logikanya ialah bahwa setelah mengetahui kemana pembaca
harus diantar, dengan mudah kita menuliskan pengantarnya.
Dalam menulis karangan sementara ini, kutipan, catatan kaki atau catatan akhir
hendaknya diletakkan pada tempatnya dan ditulis dengan jelas dan setepat-tepatnya.
Baris-baris karangan sementaraini sebaiknya cukup longgar untuk memberi tempat
kepada koreksi-koreksi perbaikan. Dalam membuat draft pertama, perhatikanlah petunjuk
berikut ini
Ada berbagai bentuk organisasi laporan penelitian dan sejenisnya. Namun bentuk-bentuk
organisasi itu pada dasarnya sama, yakni terdiri atas tiga bagian : Bagian Awal, Bagian
Teks dan Bagian Akhir.
1. Makalah Mahasiswa
Dalam makalah mahasiswa, data yang diolah disajikan sekurang-kurangnya dengan
tatanan sebagai berikut :
a. judul/halaman judul
b. kerangka makalah
c. isi, terdiri dari
(1) pernyataan tesis (gagasan pokok) makalah pada pengantar
(2) penjabaran gagasan pokok makalah pada batang tubuh
(3) kesimpulan dan pernyataan ulang gagasan pokok makalah pada penutup
d. catatan akhir (bila dipakai system ini)
e. lampiran (kalau ada)
f. daftar pustaka
2. Laporan Resmi Menurut Edward P. J. Corbett
Edward P. J. Corbett menyarankan bentuk penyajian laporan resmi sebagai berikut :
a. surat penyerahan (a letter of transmittal)
b. halaman judul ( a title page)
c. daftar isi (a table of contents)
d. daftar ilustrasi, table, bagan, dan grafik (a table of illustrations, tables, charts, and
graphs)
e. sari laporan (an abstract of the report)
f. pengantar laporan (an introduction to the report)
g. batang tubuh laporan (the body of the report)
h. daftar kesimpulan (a list of conclusions)
i. daftar saran (a list of recommendations)
j. lampiran-lampiran (appendices)
k. daftar bacaan atau daftar acuan (bibliography or list of references).
l. Indeks (index)
3. Laporan Penelitian Menurut Slamet Soeseno
Dalam bukunya yang berjudul Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Slamet Soeseno
memberikan langkah-langkah penyusunan naskah ilmiah, seperti :
a. perumusan masalah
b. studi literature dan pengamatan kenyataan
c. perumusan hipotesis dan uji kebenarannya
d. penulisan laporan penelitian, dengan penyajian sebagai berikut :
1. judul (berikut nama penulis dan tempat tugas pekerjaannya)
2. abstract atau sari (inti sari tulisan hasil penelitian yang hendak disajikan)
3. pendahuluan (informasi latar belakang dan identifikasi masalah yang membawa
kepada pembicaraan tentang masalah dan pemecahannya)
4. tubuh utama (batang tubuh), berisi
a. bahan dan metode penelitian yang dipakai
b. uraian pelaksanaan dan tafsiran maupun rekaannya
5. penutup, berisi
a. hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran
b. ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu terlaksananya penelitian
6. referensi atau acuan (daftar acuan)
e. pengkajian kebenaran dalam seminar
4. Laporan penelitian Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Untuk laporan penelitian, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengemukakan
bentuk penyajiannya sebagai berikut :
a. judul, pelaksana, penerima laporan
b. kata pengantar
c. daftar isi
d. daftar table
e. abstrak
f. bab pendahuluan
g. bab pengolahan data
h. bab kesimpulan
i. bab hambatan dan saran
j. daftar pustaka
k. lampiran
5. Penyusunan Laporan Menurut John P. Riebel
Dalam bukunya How to Write Reports, Papers, Theses, Articles (1978), John P. Riebel
memberikan langkah-langkah penyusunan laporan sebagai berikut :
a. menganalisis masalah (analyzing the problem)
b. merencanakan penanganan masalah (planning the treatment of the problem)
c. menyelidiki masalah (investigating the problem)
d. merancang produk (designing the product)
e. menyusun produk (constructing the product)
f. mengecek laporan (checking the results)
g. mengubah/membenahi produk (modifying the product)
h. menyiapkan produk akhir (preparing the final product).
Penjelasan
a. Menganalisis Masalah
(1) Siapa yang akan membaca laporan?
(2) Apakah tujuan laporan?
(3) Tindakan apa yang diinginkan perusahaan?
(4) Bagaimana ruang lingkup/cakupan laporan
(5) Apakah yang telah diminta secara khusus?
(6) Dalam berapa lama laporan harus diselesaikan?
(7) Manakah petunjuk-petunjuk atau perintah khusus yang harus dipertimbangkan?
b. Merencanakan Penanganan Masalah
(1) Informasi, apa saja harus dimasukkan : fakta, informasi, hasil-hasil, kesimpulan,
saran, atau gabungan semua itu?
(2) Apa yang telah diketahui; apa yang tidak diketahui?
(3) Manakah unsur-unsur yang lebih penting dan yang kurang penting?
(4) Manakah studi atau laporan-laporan sebelumnya yang dapat membantu?
(5) Siapa yang dapat membantu?
(6) Manakah urutan sementara yang akan diikuti untuk penyelidikan?
c. Menyelidiki Masalah
(1) Apakah datanya teliti (cermat)?
(2) Apakah datanya lengkap?
(3) Apakah ada cukup data untuk tulisan yang dimaksud?
(4) Apakah semua tahap yang penting telah diliput?
(5) Manakah fakta-fakta dan hasil-hasil yang paling penting?
(6) Apakah kesimpulan sunguh-sunngu muncul dari data?
(7) Apakah yang harus ditekankan: data, metode, hasil, ataukah kesimpulan?
(8) Apakah sifat laporan memerlukan bahwa semua tahap disajikan dengan terperinci?
d. Merancang Produk
(1) Bagaimana penataannya sehingga tujuan laporan akan terpenuhi dengan sebaik-
baiknya?
(2) Seberapa jauh pembaca dapat memahami kata-kata teknis
(3) Bagaimanakah penataan bahan yang sebaik-baiknya agar laporan berguna berguna
sebesarnya dan menghemat waktu pembaca sebanyak-banyaknya?
(4) Manakah bentuk khusus yang akan mendukung dengan sebaik-baiknya penggunaan
laporan kelak?
(5) Apakah diperlukan suatu pernyataan pelimpahan (penugasan), tujuan dan ruang
lingkup?
(6) Apakah kerumitan maslah memerlukan daftar isi, indeks atau ringkasan
(7) Untuk kejelasan maksud, data spesifik, contoh-contoh, detail-detail dan ilustrasi-
ilustrasi manakah yang diperlukan?
(8) Fakta-fakta yang ahrus ditafsirkan?
(9) Manakah bagian-bagian yang harus ditekankan?
e. Menyusun Produk
(1) Ikutilah penataan yang sudah ditentukan
(2) Janganlah menyia-nyiakan waktu untuk bagaimana mulai, kembali ke permulaan
kelak
(3) Menulislah dengan secepat-cepatnya tanpa terlalu memusingkan pemakaian kata
setepat-tepatnya dan pemakaian ejaan dan tanda baca secermat-cermatnya. Pilihlah kata,
ejaan, dan tanda baca dicek kemudian hari
(4) Bekerjalah bertahap jika laporannya panjang dan kompleks
(5) Masukkanlah segala sesuatu yang penting; laporan dapat diperpendek kelak
f. Mengecek Laporan
1. Penataan atau tatanan
a. Apakah topiknya jelas sejak permulaan?
b. Apakah ada pemborosan ruang pada permulaan laporan?
c. Apakah topiknya dikemukakan bertahap secara jelas?
d. Apakah ada hubungan tahap yang satu dengan tahap yang lain jelas?
e. Apakah kesimpulan memberikan pandangan yang diinginkan pembaca?
2. Isi
a. Apakah bahannya cukup lengkap untuk memenuhi tujuan laporan?
b. Apakah perlu lebih banyak contoh , perincian kata, atau ilustrasi?
c. Apakah fakta-fakta perlu interpretasi lebih banyak?
d. Apakah pokok-pokok yang utama sudah cukup ditekankan?
3. Bentuk
a. Apakah bentuk laporan memudahkan bagian-bagiannya dicapai?
b. Apakah awal dan akhir tiap paragrap ditunjukkan dengan menggunakan judul dan
spasi secukupnya?
c. Apakah bentuk laporan sudah selesai dengan koordinasi dan subordinasi bahan-
bahannya?
d. Apakah perlu daftar isi, indeks dan ringkasan?
4. Gaya Tulis
a. Apakah gaya tulisnya memudahkan pembacaan yang cepat?
b. Apakah arti yang setepatnya terungkapkan/tersampaikan?
c. Apakah laporan jelas untuk rujukan di kemudian hari?
d. Apakah ada kata-kata usang yang harus dihilangkan?
e. Apakah kalimat-klaimatnya langsung dan berhasil guna?
f. Apakah ejaan dan tanda baca betul?
g. Mengubah/Membenahi Produk
• Adakah perubahan, penambahan, atau penghapusan yang perlu dalam isi laporan
• Ubahlah, jika perlu, penataan laporan
• Ubahlah, jika perlu, ejaan, tanda baca, dan gaya tulisnya
• Ubahlah, jika perlu bentuknya
http://petitevirus.wordpress.com/2009/04/19/menyusun-karangan-ilmiah/