You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam konteks mempelajari bahasa Indonesia, selain kita harus memahami


struktural, kosa kata, pragmatik, bahkan dari membaca dan mengapresiasikan bahasa
dan sastra Indonesia, yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pengetahuan
ejaan bahasa Indonesia itu sendiri. Karena, penentuan benar dan tidaknya teks bahasa
Indonesia, bukan dilihat dari indahnya gaya bahasa yang disampaikan, akan tetapi
dilihat dari benar tidaknya ejaan yang dipakai.
Oleh sebab itu, pengetahuan ejaan bahasa Indonesia perlu dipahami lebih
mendalam karena hal ini bisa menentukan bahwa seseorang mahir dalam kebahasa-
indonesiaan.
Penulisan kata dalam bahasa Indonesia adalah suatu uraian penting yang harus
diketahui. Maka dari itu, di dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang macam-
macam atau bagian-bagian dari penulisan kata. Di samping itu juga, perlu diketahui
bahwa di dalam penulisan kata tersebut, terdapat bagian-bagian yang terdapat catatan-
catatan yang akan lebih mengenalkan dan lebih dalam, apa-apa sajakah penjelasan
atau perbedaaan dalam pembahasan ini. Maka dari itu, untuk mengetahui lebih dalam
pembahasan penulisan kata dalam arti yang lebih luas, maka hal ini akan dibahas
dalam makalah ini, dengan dibatasi pada permasalahan aspek semantik peristilahan,
penulisan huruf kapital dan huruf miring.

1
BAB II
ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN

A. Penerjamahan
Istilah baru dapat disusun dengan menerjemahkan istilah asing. Misalnya:
Natural law hukum alam
Samenwerking kerjasama
Balnced budget anggaran berimbang

B. Asas Penerjemahan
Dalam penerjemahan istilah asing itu tidak selalu diperoleh dan tidak
selalu perlu dihasilkan bentuk yang berimbang satu-lawan-satu. Yang pertama-
tama harus diusahakan adalah kesamaan dan kesepadanan makna konsep, bukan
kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya. Dalam pada ini medan makna
(semantic field) dan ciri makna istilah bahasa masing-masing perlu diperhatikan.
Misalnya: waste water treatment pengolahan limbah cair
medical treatment pengobatan
network jaringan
dry well rumah pompa
mother-in-law ibu mertua
(begrotings) post mata anggaran
Istilah dalam bentuk positif sebaiknya tidak diterjemahkan dengan istilah
dalam bentuk negatifnya, dan sebaiknya.
Misalnya: bound morpheme diterjemahkan denagn morfem terikat bukan
morfem tak bebas.

2
C. Perangkat Istilah yang Bersistem
Dalam bidang tertentu deret konsep yang berkaitan dilambangkan dengan
perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan bentuk yang berkaitan
secara konsisten.
Misalnya: a. morpheme morfem
phoneme fonem
sememe semem
b. eigendomsrecht hak milik
kiesrecht hak pilih
monopolie hak monopoli
stakingrecht hak mogok
c. power daya
horse power daya kuda
d. force gaya
torque momen gaya
e. sysmtem sistem
systematic sistematika
f. linear momentum momentum linear;
momentum lurus
angular momentum momentum sudut
moment of momentum momen momentum
g. energy tenaga, energi
electric energy tenaga listrik
potential energy energi potensial, tenaga diam
mechanic energy tenaga gerak
h. aphoteek apotek
apotheker apoteker

3
D. Sinonim dan Kesinoniman
Dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi berlainan bentuk luarnya, disebut sinonim. Apabila ada kesinoniman, dalam
praktik pemakaian istilah perlu diusahakan seleksi. Di dalam hubungan dengan
kesinoniman ini ada empat macam golongan istilah, yaitu:
1. Istilah yang diutamakan, yaitu istilah yang paling sesuai
dengan prinsip pembentukan istilah dan yang pemakaiannya dianjurkan
sebagai istilah baku.
2. Istilah yang diizinkan, yaitu istilah yang timbul karena
adanya istilah asing yang diakui dan istilah Indonesia secara bersama. Baik
istilah asing maupun istilah Indonesia itu dapat digolongkan ke dalam istilah
yang diizinkan sebagai sinonim istilah yang diutamakan.
Misalnya: absorb serab, absorb
diameter garistengah, diameter
frequency frekuensi, kekerapan
relative relatif, nisbi
temperature suhu, temperatur
3. Istilah yang diselangkan, yaitu istilah yang diizinkan,
tetapi yang sedapat-dapatnya dihindari karena dianggap berlebihan.
Pemakaiannya lambat laun perlu ditinggalkan.
Misalnya: micro- micro-, lebih baik daripada renik
acceleration percepatan, lebih baik daripada akselerasi
particle partikel, lebih baik daripada ziara.
4. Istilah yang dijauhkan, yaitu istilah yang sinonim
sifatnya, tetap yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan. Karena itu
perlu segera ditinggalkan.
Misalnya: matematika lebih baik daripada ilmu pasti
autosugesti lebih baik daripada saran dari
oksigen lebih baik daripada zat asam

4
hidrogen lebih baik daripada zat air
nitrogen lebih baik daripada zat lemas
kimia lebih baik daripada ilmu pisah
valensi lebih baik daripada martabat
Sinonim asing yang benara-benar sama diterjemahkan denagn satu istilah
Indonesia.
Misalnya: average, mean rata-rata
Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan
istilah yang berlainan.
Misalnya: rule kaidah
law hukum
axiom aksioma
postulate postulat

E. Homonim dan Kehomoniman


Homonim adalah kata yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi yang
mengungkapkan makna yang berbeda-beda karena berasal dari sumber yang
berlainan. Suatu homonim disebut homograf atau homofon adalah bergantung
kepada keidentikan dalam ejaan atau lafal dan maknanya.
1. Homograf
Homograf adalah bentuk istilah yang sama ejaannya, tetapi mungkin lain
lafalnya.
Misalnya: teras (teras kayu)
teras (teras rumah)
pedologi (paedology = ilmu didik)
pedologi (paedology = ilmu tanah)
ketam (hewan di sawah)
ketam (alat penghalus kayu)

5
2. Homofon
Homofon adalah bentuk istilah yang sama lafalnya, tetapi berlainan ejaan dan
maknanya.
Misalnya: bank bang
sanksi sangsi
massa masa

F. Hiponim dan Kehiponiman


Hiponim adalah istilah yang maknanya terangkum oleh makna yang lebih
luas, yaitu superordinatnya. Untuk kata-kata mawar, cempaka, melati, kenanga
misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga, yang jadi
superordinatnya.
1. Di dalam terjemahan, istilah superordinat pada umumnya tidak disalin
dengan salah satu hiponimnya, kecuali kalau di dalam bahasa Indonesia tidak
terdapat istilah superordinatnya. Kata poltry, misalnya, diterjemahkan dengan
unggas dan bukan dengan ayam atau bebek.
2. Apabila tidak ada pasangan istilah superordinat dalam bahasa
Indonesia, konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat asing akan
menentukan makna hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice,
misalnya, dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras atau nasi,
tergantung pada konteksnya.

G. Kepoliseman
Istilah yang mempunyai makna yang berbeda-beda, tetapi yang masih
berkaitan, menunjukkan gejala kepoliseman. Keanekaragaman makna itu timbul
karena pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda.
Misalnya: kepala (jawatan), kepala (orang), kepala (sarung).

6
Istilah asing yang polisem harus diterjemahkan sesuai dengan artinya
dalam bahasa Indonesia, karena medan makna yang berbeda, satu kata asing tidak
selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama.
Misalnya: a. cushion head topi tiang-pancang
had gate pintu air atas
velocity head tinggi tenaga kecepatan
b. fuse sekring
detonating fuse sumbu detonasi
to fuse melebur, berpadu

7
BAB III
PEMAKAIAN HURUP KAPITAL DAN HURUP MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar


1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Contoh: Anak-anak itu sedang belajar.
Mengapa harus terjadi?
Matahari bersinar terang.
Permohonan itu telah dikabulkan.
2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Contoh: Ayah bertanya, “Kapan kita pergi ke Filipina?”
“Kemarin aku naik kereta api,” katanya.
Guru menasihatkan, “Belajarlah dengan rajin.”
3. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama dalam ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah Yang Mahakuasa
Yang Maha Esa
Yang Maha Pengasih
Quran
Alkitab
Weda
Islam
Katolik
Kristen
Hindu
Budha

8
Tuhan selalu mengasihi semua hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, yang Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.
4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama dalam gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti
nama orang.
Contoh: Haji Abdul Kadir
Imam Maliki
Nabi Ismail
Sultan Ageng Tirtoyoso
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh: Tahun lalu dia pergi naik haji.
Dia diangkat menjadi sultan.
5. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama dalam nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh: Presiden Soeharto
Gubernur Basofi Soedirman
Perdana Menteri Nehru
Profesor Dr. Stijadi
Akan tetapi huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang.
Contoh: Siapakah perdana menteri yang baru dilantik?
Kolonel Sugondo baru dilantik menjadi brigadir jenderal.
6. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama nama orang.
Contoh: Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Husein Sastranegara

9
Dewi Sartika

7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf


pertama nama bangsa, suku, bahasa.
Contoh: bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Inggris
Akan tetapi, perhatikan penulisan di bawah ini:
mengindonesiakan kata-kata asing
kebelanda-belandaan
keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama nama hari, bulan, tahun, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh: Senin Galungan
Maret Perang Salib
Maulid Perang Candu
Hijriah Masehi
Saka Proklamasi Kemerdekaan
Natal Lebaran
Waisak Nyepi
9. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama nama geografi
Contoh: Asia Tenggara Terusan Suez
Jakarta Tanjung Harapan
Surabaya Teluk Benggala
Danau Toba Selat Bali
Gunung Kawi Laut Jawa
Bukit Barisan Kali Brantas
Lampung Tengah Jazirah Arab

10
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya
pergi ke arah tenggara; madi di sungai; berlayar ke teluk; menyebrangi
selat.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya:
pisang ambon, jeruk bali, apel batu, gula jawa, kacang bogor, garam
inggris, dodol garut, tahu kediri.
10. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama nama resma badan, lembaga pemerintahan ketatanegaraan serta nama
dokumen.
Contoh: Universitas Terbuka
Kerajaan Saudi Arabia
Dewan Perwakilan Rakyat
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia
11. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama semua kata untuk nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk dan yang yang
tidak terletak pada posisi awal
Contoh: Layar Terkembang
Salah Asuhan
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Umum
12. Huruf kapital atau huruf besar dipakai dalam singkatan
nama, gelar, sapaan.
Contoh:
Contoh: Tn. Tuan S.E. Sarjana Ekonomi

11
Ny. Nyonya S.H. Sarjana Hukum
Nn. Nona S.S. Sarjana Sastra
Sdr. Saudara M.A. Master of Arts
Prof. Profesor dr. dokter
Ir. Insinyur Dr. Doktor
Catatan: Singkatan di atas selalu diikuti tanda titik.

13. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf


pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, adik,
saudara, kakak dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh: Kapan Ibu berangkat?
Itu siapa, Pak?
Besok Paman akan datang. (untuk dirinya)
Mereka pergi ke rumah Pak Bupati.
Kakak dan adik berkunjung ke rumah Ibu Muhammad.
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
petunjuk hubungan kekerabatan yang tak dipakai sebagai kata ganti atau
sapaan.
Contoh: Semua guru mengikuti upacara.
Semua lurah dan camat hadir di pendapa kabupaten
Kita wajib menghormati ibu dan ayah kita.

B. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:
1. Menulis buku, majalah dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan.
Contoh: surat kabar Jawa Pos
Sutasoma karangan Mpu Tantular
Majalah Olahraga dan Kesehatan

12
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata
atau kelompok kata.
Contoh: Pasal itu tidak memuat ketentuan hukum.
Buatlah kalimat dengan berkecak pinggang.
Huruf pertama kata benci adalah b.

3. Menuliskan kata nama ilmiah, atau ungkapan asing


kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh: Vok populi, vok Dei bermakna suara rakyat adalah suara Tuhan.
Penggunaan kata training centre sebaiknya diganti dengan kata pusat
pelatihan
Oryza sativa nama Latin tanaman padi.
Ora et labora berarti berdoa dan bekerja.
Catatan: Dalam penulisan tangan atau ketika, huruf atau kata yang akan
dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

13
BAB IV
PENUTUP

Sebagai penutup dari uraian makalah ini, penulis memberikan kesimpulan,


bahwa penggunaan semantik peristilahan, penulisan huruf kapital dan huruf miring
harus disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan,
sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian istilah dan penulisan huruf atau kata.
Terakhir dari penulis, sebagai saran kepada para pembaca, sebagai bangsa
yang menghormati budaya dan potensi negaranya seyogyanya untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan dan benar, serta bangga berbicara memakai bahasa
Indonesia di hadapan orang asing.
Semoga makalah ini sedikit banyak memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

14
DAFTAR PUSTAKA

Meimunah, Siti Aniyat, dkk. 1993. Kamus Istilah Tata Bahasa Indonesia. Surabaya:
Indah.
--------------------. 1994. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. (Edisi ke-2 berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI, No. 0543 a/V/1987, tanggal 09
September 1987). Bandung: Pustaka Setia.
Suharto & Iryanto, Tata. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Indah.

15
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam
semoga selalu tercurah atas Nabi akhir zaman, Muhammad rahmat bagi seluruh alam,
juga kepada para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Berkat pertolongan dari Allah Swt. akhirnya penulis dapat menyelesaikan
sebuah makalah bahasa Indonesia, dengan memfokuskan pembahasannya pada
“Aspek Semantik Peristilahan, Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring”
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Allah Swt.
membalas dengan balasan yang setimpal. Besar harapan penulis kepada pembaca,
terutama kepada Bapak Dosen, kiranya untuk memeriksa dan memberikan kritik serta
saran atas isi makalah ini supaya tercapai kesempurnaan di dalam penyusunan
makalah-makalah selanjutnya.

Cipasung, Januari 2009


Penyusun

i
16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN

1
BAB II ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN
...............................................................................................................
...............................................................................................................
2
A. Penerjamahan
2
B. Asas Penerjemahan
2
C. Perangkat Istilah yang Bersistem
3
D. Sinonim dan Kesinoniman
4
E. Homonim dan Kehomoniman
5
F. Hiponim dan Kehiponiman
6

17
G. Kepoliseman
6
BAB III PEMAKAIAN HURUP KAPITAL DAN HURUP MIRING
...............................................................................................................
...............................................................................................................
8
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

8
B. Huruf Miring

12
BAB IV PENUTUP
...............................................................................................................
...............................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA

ii

18
ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN
PENULISAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:
AHMADI

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG


SINGAPARNA TASIKMALAYA
2009

19

You might also like