You are on page 1of 4

Kedatangan

Belanda di
Indonesia created by: Elvira VIII-4/13

Bangsa Belanda pertama kali mengetahui letak Indonesia berdasarkan


informasi dari Jay Huygen Van Linschoten, lalu Belanda pun melakukan
ekspedisi pertamanya. Belanda tiba di Indonesia pada tahun 1596
dengan mendarat di Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
Namun, karena kekerasan dan kurang menghormati rakyat maka
mereka diusir dari Banten. Kemudian pada tahun 1598, pedagang
Belanda datang kembali ke Indonesia di bawah pimpinan Van Nede
dengan delapan kapal dipimpin Van Neck, Van Heemskerck datang di
Banten dan diterima Sultan Banten Abdulmufakir dengan baik. Sejak
saat itulah terjalin hubungan perdagangan dengan pihak Belanda.

Namun, tujuan dagang tersebut kemudian berubah. Belanda ingin


berkuasa sebagai penjajah yang kejam dan sewenang-wenang,
melakukan monopoli perdagangan, imperialisme ekonomi, dan
perluasan kekuasaan.

Setelah bangsa Belanda berhasil menanamkan kekuasaan


perdagangan dan ekonomi di Indonesia maka pada tanggal 20 Maret
1602 Belanda membentuk kongsi dagang Hindia Timur atau VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang dianjurkan oleh Johan
van Olden Barnevelt yang mendapat izin dan hak istimewa dari Raja
Belanda. Alasan pendirian VOC adalah adanya persaingan di antara
pedagang Belanda sendiri, adanya ancaman dari komisi dagang lain,
seperti (EIC) Inggris, dan dapat memonopoli perdagangan rempah-
rempah di Indonesia. Pimpinan VOC terdiri atas 17 anggota (Heren
Zeventien). Dengan mengantongi berbagai hak dan kekuasaan, VOC
mempunyai kekuasaan yang sangat luas seperti sebuah pemerintahan.
VOC pun semakin berkembang dan mendatangkan banyak
keuntungan. Gubernur Jendral VOC yang pertama yaitu Pieter Both
(1610-1614), ia berkuasa di Jayakarta yang menjadi pusat kegiatan
VOC. Saat itu VOC diperintah oleh seorang adipati, Pangeran
Wijayakrama. Ia lalu berkuasa di Banten sebagai Wakil Sultan Banten.
Mulanya hubungan ini berjalan dengan baik, namun dalam
perkembangan, VOC tampak makin bernafsu memonopoli
perdagangan. Hubungannya pun semakin memburuk. Hal ini terjadi
setelah VOC di bawah Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen, ia
memerintah selama 2 periode tahun 1619-1623 dan 1627-1629. Tahun
1619 J.P. Coen menyerbu Jayakarta. Tanggal 30 Mei 1619, Kota
Jayakarta dibakar oleh VOC. Lalu namanya diganti menjadi Batavia,
untuk mengabadikan nama nenek moyang Bangsa Belanda, yaitu
Bangsa Bataaf. Kedudukannya di Indonesia pun semakin diperkuat.
VOC juga memberi perhatian khusus kepada Kepulauan Maluku. VOC
juga membangun berbagai benteng di Indonesia bagian Timur, seperti
Benteng Victoria di Ambon, Benteng Duurstede di Saparua, Benteng
Rotterdam di Makassar, Benteng Orange di Manado, dan Benteng
Nasau di Banda. Setelah berhasil mengusir Portugis dari Maluku, VOC
melarang rakyat Maluku menjual rempah-rempah selain kepada VOC.
Jumlah tanaman dan tempat penanaman rempah-rempah juga
ditentukan VOC.Tanaman rempah-rempahnya antara lain lada, kayu,
nila, kapas,gula, dan beras.

Untuk mengawasi monopolinya VOC melakukan pelayaran Hongi, yakni


misi pelayaran Belanda yang ditugasi mengawasi, menangkap, dan
mengambil tindakan terhadap para pedagang dan penduduk pribumi
yang dianggapnya melanggar ketentuan perdagangan Belanda dengan
perahu kora-kora. Usaha VOC semakin berkembang pesat (1623) dan
berhasil menguasai rempah-rempah di Ambon dalam peristiwa Ambon
Massacre. Selanjutnya tahun 1641, VOC berhasil merebut Malaka dari
tangan Portugis. VOC selalu menggunakan Batigslot Politiek (politik
mencari untung, 1602 – 1799) dengan memegang monopoli Belanda di
Indonesia. Selain itu, VOC menjalankan politik devide et impera, yakni
sistem pemecah belah di antara rakyat Indonesia. Perjalanan kongsi
dagang VOC lama kelamaan mengalami kemunduran.
Banyak masalah yang timbul akibat keamanan dan
pembiayaan. Kurangnya pengawasan juga menimbulkan
korupsi. Karena makin banyak dana yang digunakan untuk
keperluan perang maka VOC pun menjadi lemah dan
mengalami kemerosotan. Akhirnya tanggal 31 Desember
1799 VOC resmi dibubarkan. Tahun 1806 atas desakan
Napoleon Bonaparte, Republik Bataaf diubah menjadi bentuk
kerajaan. Untuk melaksanakan pemerintahan maka diangkat
Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811).
Mulai saat ini lahirlah Pemerintah kolonial di Indonesia.

Gubernur jenderal Belanda di Indonesia, Daendels dalam pengaruh


Perancis,terkenal karena membuat jalan dari Anyer-Panarukan
Masa penjajahan Inggris, gubernur jenderalnya dijabat oleh Raffles
(1811-1814). Kebijakan yang dilakukannya adalah :
1. membagi Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah
pengawasan
2. mengangkat para bupati menjadi pegawai negeri
3. melarang kerja rodi
4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente)
5. membentuk susunan pengadilan model Inggris
Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814) maka Inggris
menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Diangkatlan Van Den Bosch
menjadi penguasa di Indonesia dengan tugas mencari uang sebanyak-
banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Ia kemudian
menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu “Tanam
Paksa (Cultuurstelsel)”. Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan
penderitaan rakyat Indonesia, hal inilah yang kemudian menimbulkan
usaha perlawanan rakyat menentang kekuasaan penjajah.
Perlawanan Rakyat Menentang Penjajahan Asing
Sebab-sebab terjadinya perlawanan :
1. penerapan berbagai politik pemerasan yang menyengsarakan rakyat,
misal:
- politik devide et impera
- politik monopoli
- politik pax neerlandica
2. campur tangan penjajah terhadap urusan keraton
3. kekecewaan rakyat akibat kurang dihargainya budaya penduduk
pribumi
4. dll

Sumber-sumber :
http://masheriyo.blogspot.com/2007/11/masuknya-bangsa-barat-dan-
perlawanan.html
http://www.google.com/search?
hl=en&client=safari&rls=en&q=Abdulmufakir&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/S
ejarah/MASUKNYA%20PENGARUH%20ISLAM%20DI%20INDONESIA.pdf
Buku IPS Terpadu kelas 2 SMP

Dibuat oleh : Elvira Lesmana


8.4/13

You might also like