You are on page 1of 21

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

( SPK )

A. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KELOMPOK

Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan


manusia, karene sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas
dari kelompoknya. Kelompok dalam pembelajaran dapat diartikan
sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi
secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka
merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara
positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam pembelajaran kelompok, setiap anggota kelompok akan


bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula.
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok
banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang
menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir.

Berdasarkan psikologi humanistik juga mendasari strategi


pembelajaran ini, pengembangan pembelajaran kelompok,
pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan
perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan
interpersonal.

Menurut Teori Medan, bersumber dari aliran psikologi kognitif


Menurut Psikologi Gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih
memberi pengaruh.
Menurut Teori Psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar
kumpulan individu, melainkan merupakan satu kesatuan yang
memiliki dinamika dan emosi tersendiri.

B. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( SPK )

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan


belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Empat unsur penting dalam SPK :

1. Adanya peserta dalam kelompok.


2. Adanya aturan dalam kelompok
3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran


dalam setiap kelompok belajar, pengelompokan siswa dapat
ditetapkan berdasarkan atas minat dan bakat siswa, latar
belakang kemampuan siswa, campuran baik campuran ditinjau
dari minat maupun yang ditinjau dari kemampuan.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi


kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai
peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan


kemampuannya yang telah dimiliki, maupun meningkatkan
kemampuan baru, baik kemampuan aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga setiap anggota
kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar
Strategi dari pembelajaran kelompok adalah Strategi
Pembelajaran kooperatif ( Cooperative learning ).

Menurut Slavin ( 1995 ) mengemukakan dua alasan :

1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan


Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa
Sekaligus dapatmeningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain, serta
dapat meningkatkan harga diri.

2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan


siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan

Dari dua alasan tersebut, menurut Slavin pembelajaran


kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki
kelemahan.

C STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
( heterogen )
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan ( reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan

SPK mempunyai dua komponen utama yaitu :

1. Komponen tugas kooperatif ( cooperative task) tentang


bekerja sama
2. Komponen struktur insentif kooperatif ( cooperative
incentive structure)
tentang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama
mencapai
tujuan kelompok

Dengan demikian diharapkan SPK memberikan dampak


pembelajaran berupa peningkatan prestasi belajar peserta
didik ( student achievement), serta dampak pengiring relasi
sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap
lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap
waktu, dan suka memperikan pertolongan pada yang lain.

Strategi ini dapat digunakan manakala :


• Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usa
individual dalam belajar
• Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh
keberhasilan dalam belajar
• Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari
teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain
• Jika guru menghendaki utuk mengambangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum
• Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan
menambah tingkat partisipasi mereka
• Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan

D. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama


dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik, dalam pengertian penguasaan bahan
pelajaran, tetapi juga adanya unsure kerjasama untuk penguasaan
materi tersebut, kerjasama ini merupakan cirri khas dari
pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin dan Chambers ( 1996 ) berpendapat bahwa
melalui pembelajaran melalui kooperatif dapat dijelaskan melalui
beberapa perspektif :
• Perspektif Sosial : melalui kooperatif setiap siswa akan saling
membantu dalam belajar, karene mereka menginginkan semua
anggota kelompok memperoleh keberhasilan ( bekerja secara tim
dengan mengevaluasi keberhasilan oleh kelompok )

• Perspektif perkembangan Kognitif artinya adanya interaksi


angtara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi
siswa untuk mengolah berbagai informasi. Kolaborasi kognitif
( setiap siswa akan berusaha untuk menimba dan memahami
informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya).

Dengan demikian karakteristik Strategi Pembelajaran Kelompok


dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pembelajaran secara tim artinya tim merupakan tempat untuk


mencapai tujuan, dengan demikian setiap siswa harus saling
membantu untuk mencapai tujuan tersebut, satu sama lain
saling memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif, manajemen


mempunyai empat fungsi pokok, di antaranya ; fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
kontrol. Artinya segala bentuk membutuhkan perencanaan yang
matang, sehingga dalam pelaksanaan pencapaian tujuan dapat
berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing, sedangkan criteria
keberhasilannya melalui tes dan non tes

c. Kemauan Untuk Bekerja sama, Keberhasilan dalam


pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, maka prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam
proses pembelajaran kooperatif, perlunya saling membantu,
saling berinteraksi dan sal;ing berkomunikasi

d. Partisipasi dan Komunikasi ( Participation Communication


) ; melatih siswa agar mampu berinteraksi serta berpartisipasi
dan berkomunikasi, hal ini sangat penting sebagai bekal mereka
kelak di masyarakat. Untuk memiliki kemampuan berkomunikasi
memang memerlukan waktu siswa tidak dapat secara langsung
menguasai dalam waktu yang singkat, guru harus terus melatih
sampai pada akhirnya siswa memiliki kemampuan untuk menjadi
komunikator yang baik.

Dalam prosedur pembelajaran kooperatif dikenal beberapa prinsip


di
antaranya :

1. Penjelasan Materi, diartikan sebagai proses penyampaian


pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok, dalam proses ini guru dapat menggunakan metode
ceramah, metode Tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat
menggunakan demonstrasi.

2. Belajar dalam Kelompok, Pengelompokan siswa dalam proses


ini bias dengan cara heterogen, menurut Lie ( Anita Lie ( 2005)
alasan penggunaan pengelompokan heterogen lebih disukai,
karena dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar
( Peer Tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan
interaksi, memudahkan pengelolaan kelas.

3. Penilaian ; dilakukan dengan tes atau bentuk kuis dan dilakukan


secara individual dan kelompok.

4. Pengakuan Tim ( Tim Recognition), adalah poenerapan tim


yang dianggap paling menonjol atau tim yang berprestasi untuk
diberikan hadiah, sehingga dapat memotivasi tim untuk
meningkatkan keberhasilannya

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SPK

1. KEUNGGULAN SPK
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran
di antaranya :

a. Melalui SPK siswa tidak terlalu tergantung pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.

b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkanide


atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain
c. SPK dapat menumbuhkan rasa kerja sama dengan tidak
mengenal berbagai perbedaan
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.

e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk


meningkatkan prestasi akademik, sekaligus kempuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.

f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk


menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik,
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.

g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan


informasi dan kemmampuan belajar abstrak menjadi nyata ( riil )

h. Interasksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan


motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir yang
berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2. KETERBATASAN/ KELEMAHAN SPK

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK membutuhkan


waktu, sangat
tidak mungkin siswa secara langsung dapat memahami filsafat
cooperative dalam waktu yang singkat.

b. Ciri utama SPK adalah siswa saling membelajarkan, jika tanpa


peer teaching yang efektif, maka bias terjadi cara belajar yang
demikian tidak dipahami dan tidak dapat dicapai oleh siswa.
c. Keberhasilan SPK lebih menonjol keberhasilan kelompok,
sebenarnya yang diharapkan dalam pembelajaran adalah
keberhasilan prestasi siswa secara individual.

d. Keberhasilan SPK dalam upaya menganmbangkan kesadaran


berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,
hal ini tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu yang singkat.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan


yang sangat penting bagi siswa, tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual, idealnya dalam SPK bagaimana membangun
kepercayaan diri bagi setiap siswa.
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
( CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING )

A. PENDAHULUAN
Dalam Pembelajaran kelompok dengan menerapkan strategi
pembelajaran
kontekstual, kelas dijadikan sebagai tempat berdiskusi tentang
hasil
penemuan lapangan.
Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and learning )
merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pada
pembelajaran kelompok yang melibatkan siswa secara penuh
dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk beraktivitas
mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya.
Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung,
dengan harapan perkembangan siswa secara utuh selain aspek
kognitif, afektif, juga psikomotor, diharapkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
B. KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupannya.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami :
a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung ( proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran )
b. CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata
c. CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam
kehidupan, artinya melalui CTL materi yang diterima siswa
bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, tetapi
sebagai bekal bagi mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata di masyarakat.

Dalam strategi pembelajaran kontekstual terdapat lima


karakteristik penting dalam proses pembelajarannya yaitu :
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada ( activating knowledge ) artinya
apa yang akan dipelajari tidak lepas dari pengetahua yang
sudah dipelajari
2. Dalam konsep yang kontekstual adalah belajar dalam
rangka mengambangkan dan menambah pengetahuan baru
( acquiring) diperoleh secara deduktif , pembelajaran dimulai
secara global dan verbal, kemudian kea rah yang lebih detail.
3. Pemahaman pegetahuan ( Understanding Knowledge )
artinya pengetahuan yang diterima bukan hanya dihapal,
tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
( applying knowledge ) artinya pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh dari sekolah dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi ( reflecting knowledge ) terhadap
perkembangan pengetahuan, hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

C. LATAR BELAKANG FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS CTL

1. LATAR BELAKANG FILOSOFIS


Banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktifisme yang
digagas oleh
Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh pemikiran-
pemikiran Epistemology Glambatista Vico ( Suparno,
1997 ) Vico
mengungkapkan “ Tuhan adalah pencipta alam semesta
dan
manusia adalah tuan dari ciptaannya”. Mengetahui menurut
Vico
berarti mengetahui bagaimana berbuat sesuatu, artinya
seseorang
dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan
unsur-unsur
apa yang membangun sesuatu itu.

Oleh karena itu menurut Vico pengetahuan itu tidak terlepas


dari orang ( subjek ) yang tahu pengetahuan merupakan
stuktur konsep dari dari subjek yang mengamati.

Pandangan filsafat konstruktifisme tentang hakikat


pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar,
bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman,
pengetahuan bukan suatu pemberian dari orang lain, tapi
hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
individu.
Menurut Piaget ; sejak kecil setiap anak sudah diberi
struktur kognitif yang dinamakan skema yang terbentuk dari
pengalaman, berkat pengalaman itulah struktur kognitif anak
terbentuk skema.
Proses penyempurnaan skema tentang sesuatu yang
dilakukan anak disebut asimilasi, sedangkan proses
penyempurnaannya disebut proses akomodasi, sebelum ia
mampu menyusun skema itu, ia dihadapkan pada posisi
ketidakseimbangan ( disequilibrium)
Pandangan Piaget ; pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model
pembelajaran, di antaranya model pembelajaran kontekstual,
menurut model pembelajaran kontekstual pengetahuan itu
akan bermakna manakala ditemukan sendiri dan dibangun
sendiri oleh siswa.
2. LATAR BELAKANG PSIKOLOGIS
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya, bahwa
pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka
dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran
psikologis kognitif yaitu proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan, belajar melibatkan
proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan serta pengalaman.
Dari latar belakang yang mendasarinya, terdapat beberapa
hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL :
a. Belajar bukan sekedar menghafal, tetapi merupakan
proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan
pengalaman yang dimiliki, semakin banyak pengalaman,
semakin banyak pula pengetahuan yang dapat diperoleh.
b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta, pengetahuan
itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang
dialami, sehingga pengetahuan yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia seperti
pola berpikir, bertindak, kemampuan memecahkan
masalah, termasuk penampilan atau performance.
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, maka akan
berkembang secara utuh,bukan hanya perkembangan
intelektual, melainkan pula mental dan emosi
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang
berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju
yang kompleks
e. Belajar pada hakikatnya menangkap pengetahuan dari
kenyataan, pengetahuan yang diperoleh adalah
pengetahuan yang bermakna untuk kehidupan anak.

D. PERBEDAAN CTL DENGAN PEMBELAJARAN


KONVENSIONAL

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya


siswa
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan
cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran,
sedangkan
dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan
sebagai objek
belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara
pasif.
2. Dalam CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok,
seperti kerja
kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi,
sedangkan
dalam pembelajaran konvensional pembelajaran
3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata
secara riil, sedangkan dalam pembelajaran konvensional,
bersifat
teoritis dan abstrak.
4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman,
dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui
latihan-
latihan.
5. Tujuan akhir dari proses melalui CTL adalah kepuasan diri,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir
adalah
nilai atau angka
6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas
kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan
perilaku tertentu karena tahu bahwa itu akan rugi,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan dan
perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar misalnya
tidak melakukan sesuatu karena takut hukuman atau
sekedar untuk memperoleh nilai atau angka dari guru.
7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu
selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional
hal ini tidak mungkin terjadi, kebenaran yang yang dimiliki
berifat absolute dan final, karena pengetahuan yang
dimiliki siswa dikonstruksi oleh orang lain.
8. Dalam CTL, guru berperan memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional, guru
sebagai penentu jalannya proses pembelajaran.
9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bias terjadi di
mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan, sedangkan dalam pembelajaran
konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
10. Dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan
berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya
siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dsb,
sedanglkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan
pembelajaran hanya diukur melalui tes.

Dari beberapa perbedaan di atas, CTL memang memiliki


karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun
proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

E. PERAN GURU DAN SISWA DALAM CTL

Menurut Bobbi Deporte ( 1992 ) siswa mempunyai gaya


yang berbeda dalam belajar, siswa sebagai unsur modal
belajar terdapat tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe
visual, auditorial, dan kinestetis :
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya
siswa akan lebih cepat belajar dengan menggunakan indera
penglihatan
Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara
menggunakan alat pendengaran.
Tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak,
bekerja dan menyentuh.
Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu
memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu
menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru :
1. Dalam pembelajaran kotekstual, siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang.
2. Setiap anak memiliki kecenderugan untuk belajar hal-hal
yang baru dan penuh tantangan.
3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau
keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal
yang sudah diketahui
4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema
yang telah ada ( asimilasi ) atau proses pembentukan
skema baru ( akomodasi ).

F. ASAS-ASAS CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memilki 7 asas
yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL ( merupakan komponen CTL )
di antaranya :
1. Konstruktivisme adalah proses membangun dan
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Menurut Mark Baldwin yang
dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu
terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi jua dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang diamatinya., ada dua faktor yaitu objek
yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek
untuk menginterpretsi.

Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :

a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia


kenyataan
belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan
melalui
kegiatan subjek
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan
struktur
yang perlu untuk pengetahuan.
2. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa
langkah :

a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan

Penerapan asas ini dalam CTL dimulai dari adanya


kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin
dipecahkan, siswa didorong utuk menemukan jawaban, dan
hipotesis akan menuntun siswa untuk melakukan observasi
dalam rangka mengumpulkan data, kemudian menguji
hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan,
melalui proses ini diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,
rasional, dan logis, hal tersebut diperlukan sebagai dasar
pembentukan kreativitas

3. Bertanya ( Questioning )

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari


keingintahuan setiap
individu, sedangkan menjawab mencerminkan
kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran
CTL guru
tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi
memancing siswa
agar dapat menemukan sendiri. Dalam suatu
pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu.

4. Masyarakat Belajar

Penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan


dengan menerapkan melalui kelompok belajar, siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen. Guru dapat mengundang atau mendatangkan
nara sumber yang memiliki keahlian khusus untuk
membelajarkan siswa misalnya dokter, para petani dan lain-
lain.

5. Pemodelan ( Modelling )

Asas modeling adalah suatu proses pembelajaran dengan


memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru
saja akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan.
Melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
teoritis abstrak yang dapat memungkinkan verbalisme.
6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang


telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan
kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang
telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran CTL guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung,
membiarkan siswa secara bebas menafsirkan
pengalamannya sendiri.

7. Penilaian nyata

Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya


ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja
akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Penilaian nyata
adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.

Penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran


yaitu :
a. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
b. CTL memandang belajar bukan menghafal, akan tetapi
proses berpengalaman dalam kehidupan nyata
c. Dalam pembelajaran CTL, kelas bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi akan tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan di lapangan
d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil
pemberian orang lain.

You might also like