Professional Documents
Culture Documents
SOSIOLOGI POLITIK
OLEH:
AL GAZALI
Tugas makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas “FAINAL” mata kuliah
Sosilogi Politik dengan judul “ SOSIOLOGI POLITIK” di Starta Satu (S1) Universitas
Muhammadiyah Makassar Bidang Studi Pendidikan Sosiologi.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr.H. Muhlis Madani, M.Si beserta Bapak
Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Politik yang telah membimbing
dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi
tugas Fainal mata kuliah Sosiologi Politik.
Penyusun
Algazali
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I. KONSEP DAN PENGERTIAN SOSIOLOGI POLITIK............................................. 1
A. Sosiologi .................................................................................................................. 1
I. Latar Belakang Social Lahirnya Sosiologi............................................. 1
II. Pengertian Sosiologi .............................................................................. 2
III. Defenisi Sosiologi ................................................................................. 3
B. Politk ........................................................................................................................ 7
Pengertian Politik Dari Para Ahli ................................................................ 9
Teori Politik ............................................................................................... 13
C. Sosiologi Politik ..................................................................................................... 15
I. Sejarah Sosilogi Politik ........................................................................ 15
II. Aliran Pemikiran Sosiologi Politik ...................................................... 19
III. Keterkaitan Antara Sosiologi Dan Politik ............................................ 22
BAB II. MASYARAKAT DAN KONFLIK ........................................................................... 25
A. Masyarakat ............................................................................................................ 25
I. Pengertian Masyarakat ............................................................................... 26
II. Ciri-Ciri Masyarakat .................................................................................. 28
III. Unsur-Unsur Masyarakat ........................................................................... 28
B. Konflik .................................................................................................................. 28
I. Defenisi Konflik ......................................................................................... 29
II. Beberapa Pandangan Mengenai Konflik ................................................... 30
III. Factor Penyebab Konflik ........................................................................... 33
IV. Jenis-Jenis Konflik ..................................................................................... 35
V. Akibat Konflik ........................................................................................... 36
VI. Proses Pemetaan Konflik ........................................................................... 37
VII. Perspektif Mengatasi Dilema ..................................................................... 37
VIII. Metode Dan Teknik Pemetaan Sosial ........................................................ 43
IX. Memahami Masyarakat Dan Masalah Sosial ............................................ 44
BAB III. MASALAH SOSIAL POLITK (KEMISKINAN) ................................................... 50
A. Kemiskinan ............................................................................................................ 50
1. Definisi Kemiskinan .................................................................................. 50
2. Jenis-Jenis Kemiskinan .............................................................................. 53
3. Penyebab Kemiskinan ............................................................................... 54
B. Program Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ................................................ 55
C. Kesimpulan Dan Saran Mengenai Masalah Kemiskinan ...................................... 56
1. Kesimpulan ................................................................................................ 56
2. Saran .......................................................................................................... 57
BAB IV. PENUTUP (HUBUNGAN TEORI DAN PRAKTEK) ........................................... 58
A. Pencerminan Teori Sosial Dan Praktek Politik ............................................... 58
B. Teori Social Dan Politik Dalam Sejarah Teori Sosial ..................................... 61
C. Perkiraan, Tindakan, Dan Nilai-Nilai Obyektifitas Ilmu-Ilmu Sosial ............ 63
D. Teori Sosial, Pengertian Sosial, Dan Tindakan Politik ……………………... 63
E. Marxisme Dan Komunisme ………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 66
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………………………….69
BAB I
KONSEP DAN PENGERTIAN SOSIOLOGI POLITIK
A. SOSIOLOGI
I. Latar Belakang Sosial Lahirnya Sosiologi
Sosiologi sebetulnya merupakan refleksi ilmiah atas perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu kita perlu mengetahui beberapa
perubahan sosial yang mendorong lahirnya sosiologi sebagai suatu ilmu.
• Revolusi Politik
Revolusi politik yang fenomenal adalah revolusi politik yang terjadi di
Perancis tahun 1789 dan beberapa perubahan politik lainnya yang terus
berlanjut sampai abad 19. Dalam revolusi itu terjadi situasi khaos dan ketidak
tertiban. Masyarakat tiba-tiba berubah dari organisasi yang teratur, tertib
menjadi tidak teratur. Ketidaktertiban ini mendorong ilmuwan untuk
mereleksikan faktor sosial apa yang mungkin bagi ketertiban sebuah
masyarakat?
• Revolusi Industri dan Kebangkitan Kapitalisme
Revolusi industri dan Kebangkitan Kapitalisme ditandai transformasi
ekonomi dari agrikultur menjadi industri. Banyak orang meninggalkan dunia
pertanian dan memilih bekerja pada dunia industri yang ditawarkan oleh
pabrik-pabrik. Dalam sistem industri ini orang bekerja dengan waktu yang lama
namun mendapat upah yang rendah.
Situasi buruh yang meperihatinkan dalam dunia industri melahirkan
gerakan-gerakan buruh yang menentang sistem kapitalisme yang tidak adil.
Gerakan ini membawa bencana yang besar terutama bagi masyarakat Barat.
Situasi ini mendorong Karl Marx, Emile Durkehim, Max Weber dan Geroge
Simel untuk melakukan refeleksi kritis terhadap apa yang terjadi dalam
masyarakat kapitalisme.
• Kebangkitan Sosialisme
Sosialisme merupakan jawaban atau jalan keluar yang ditawarkan oleh Karl
Marx terhadap eksploitasi terhadap manusia terutama buruh sebagaimana yang
terjadi dalam masyarakat Kapitalisme.
• Urbanisasi
Sejumlah besar orang pada abad 19 dan ke 20 tercerabut dari rumah mereka
di pedesaan dan pergi ke kota. Hal ini disebabkan oleh tawaran industri-industri
di kota. Hal in membawa persoalan, mereka harus menyesuaikan diri dengan
kehidupa kota, kota mengalami kepadatan penduduk, polusi, kemacetan dan
seterusnya. Alam kehidupan perkotaan dan persoalan-persoalannya menarik
perhatian para sosiolog.
• Perubahan Agama
Perubahan-perubahan sosial sebagamana yang terjadi dalam revolusi
industri, politik dan urbanisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap agama.
Perubahan dalam agama menarik perhatian August Comte, Emile Durkheim
Max Weber, dan Karl Marx.
• Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak hanya diajarkan di kolese-kolese atau universitas-
universitas tetapi juga dalam masyarakat secara keseluruhan. Produk teknologi
dan ilmu pengetahuan mempengaruhi setiap sektor kehidupan.
II. Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan
tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai
hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal
sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya Emile Durkheim— ilmuwan sosial Perancis —
yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris
Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di Amerika Lester F.
Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran
ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
1. Pitirim Sorokin.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik
antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok- kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya,
yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan
produk kehidupan kelompok tersebut.
7. Soejono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan
yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan
masyarakat.
8. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku
sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai
kelompok dan kondisi.
9. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam
kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi
orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem
tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : Sosiologi adalah
ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola- pola
hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian
umum,rasional,empiris serta bersifat umum.Ciri-ciri umumnya adalah semua gejala
sosial.
-Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi -
Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Lebih janjut
Soemardjan dan Soemardi menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan struktur
sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok seperti kaidah-
kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok sertal lapisan-
lapisan sosial.
Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, umpamnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi
dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan
agama, antara segi kehidupan agama dengan segi kehidupan ekonomi dan lain
sebagainya. Dan perubahan sosial merupakan bagian dari proses sosial itu sendiri.
Dari dua defenisi tersebut di atas ada beberapa elemen yang dapat kita jelaskan
lebih lanjut yang merupakan hakekat dari sosiologi itu sendiri yakni 1) sosiologi
sebagai suatu ilmu; 2) masyarakat. Walaupun dua ahli tersebut di atas tidak menyebut
“masyarakat”, apa yang sebut sebagai struktur sosial dan proses sosial yang terjadi
dalam struktur sosial itu sendiri melahirkan apa yang kita sebut sebagai masyarakat.
Perspetif Sosiologi
Perspektif ini melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri bagian-
bagian yang berbeda, namun secara bersama menghasilkan stabilitas. Asumsi dasar
dari perspetik ini adalah masyarakat dibentuk oleh struktur sosial yang terdiri dari
pola-pola tingkah laku yang relatif stabil. Struktur sosial yang penting adalah bagia-
bagian yang utam dalam masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem politik dan agama.
Elemen lain dari struktur sosial adalah fungsi sosial yang mengacu pada konsekwensi
bagi berjalan masyarakat secara keseluruhan. Elemen-elemen ini terdiri dai bagian-
bagian yang saling bergantung satu sama lain.
• Perspekti sosial-konflik
Perspektif ini berakar pada pemikiran Karl Marx yang membagi masyarakat
atas dua kelas yang kelas yakni kaum borjuis dan kaum proletat. Kaum borjuis memiki
kapital untuk mengontrol alat-alat produksi, sedangkan kaum proletar hanya sebagai
tenaga kerja. Kelas yang pertama memiliki kekuasaan, sedangkan kelas yang lain tidak
memiliki kekuasaan. Kedua kelas ini selalu berada dalam kemungkinan untuk saling
menguasai.
Perspektif ini melihat masyarakat sebagai suatu hasil dari interaksi individu
yang berlangsung secara terus menerus dan berbagai konteks.
Ruang Lingkup Sosiologi
Adapun ruang lingkup secara garis besar ialah masyarakat itu sendiri. Selanjutnya
di dalam masyarakat terdapat individu yang antara satu dengan yang lainnya berbeda baik
kriteria, sifat, kemampuan, kebiasaan, maupun kondisi perekonomiannya. Pada
hakekatnya ruang lingkup Sosiologi itu sendiri merupakan segala aspek yang ada dan
terjadi pada lingkungan masyarakat.
B. POLITIK
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau
negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,
politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti
pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon
politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah
politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan
politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari
manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat,
ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi
orang lain agar menerima pandangannya. Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha
memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi
adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu
kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan
negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu
kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi
kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution)
atau alokasi (allocation).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan
(decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu
menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang telah dipilih.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-
kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada. Untuk
bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara
yang digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan
(coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan
(statement of intent) belaka.
Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.
Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan
kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam
beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik
dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat
(public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut
kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan
(individu).
J. Barents
dalam bukunya Ilmu Politika: “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan negara … yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik
mempelajari negara-negara itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.”
Joyce Mitchel
W.A. Robson
Karl W. Duetch
dalam buku Politics and Government: How People Decide Their Fate: “Politik adalah
pengambilan keputusan melalui sarana umum.” (Politics is the making of decision by public
means).
David Easton
dalam buku The Political System: “Ilmu politik adalah studi mengenai
terbentuknya kebijakan umum.” Menurutnya “Kehidupan politik mencakup
bermacam-macam kegiatan yang memengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang
yang diterima oleh suatu masyarakat dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan
kebijakan itu. Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada
hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan untuk suatu masyarakat.”
(Political life concerns all those varieties of activity that influence significantly the
kind of authoritative policy adopted for a society and the way it is put into practice.
We are said to be participating in political life when our activity relates in some way
to the making and execution of policy for a society).
Ossip K. Flechtheim
dalam buku Fundamentals of Political Science: “Ilmu politik adalah ilmu sosial
yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan
organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang
tak resmi, yang dapat memengaruhi negara.” (Political science is that specialized
social science that studies the nature and purpose of the state so far as it is a power
organization and the nature and purpose of other unofficial power phenomena that are
apt to influence the state).
Deliar Noer
Kosasih Djahiri
dalam buku Ilmu Politik dan Kenegaraan: “Ilmu politik yang melihat
kekuasaan sebagai inti dari politik melahirkan sejumlah teori mengenai cara
memperoleh dan melaksanakan kekuasaan. Sebenarnya setiap individu tidak dapat
lepas dari kekuasaan, sebab memengaruhi seseorang atau sekelompok orang dapat
menampilkan laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau pihak yang
memengaruhi.”
Wirjono Projodikoro
Idrus Affandi
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses
politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai
politik.
Teori politik
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara
di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme,
federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme,
kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki,
nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.
Secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu
system politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari system
tersebut dan bagaimana melaksanakan tujuannya.
1. Partai politik
2. Kelompok kepentingan
3. Kelompok penekan
5. Tokoh politik.
C. SOSIOLOGI POLITIK
Dalam tradisi ilmu sosial, sosiologi politik sangat konsern pada masalah
kekuasaan. Kekuasaan ditafsir sebagai kesanggupan individu atau suatu kelompok
sosial guna melanjutkan bentuk tindakan (membuat dan melaksanakan agenda
keputusan). Pada awalnya sosiologi politik dipandang sebagai ilmu tentang negara
dan ilmu tentang kekuasaan. Dari dasar teori umum di atas, selanjutnya Marx
mengembangkan ke teori khusus, antara lain:
Sedangkan "bapak" pendiri kedua dalam ilmu sosiologi (setelah Marx) adalah
Max Weber. Kendati pada sisi-sisi lain, hadirnya Weber merupakan kritik terhadap
Marx, telapi patut diakui terdapat sejumlah upaya pengembangan yang dilakukannya
yang sangat berarti bagi perkembangan sosiologi politik..
Max Weber mendasari teori sosiologi politiknya pada status atau posisi
individual di tengah masyarakat; yang saling berganti dan kadang tumpang tindih.
Bagi Weber, antara status, posisi dan struktur sosial satu sisi dapat dipisah-pisahkan,
namun pada sisi lain terkadang merupakan suatu system yang sulit diidentifikasikan.
Hal tersebut dapat diamati melalui metodologinya dalam sosiologi politik ini.
Dalam metodologinya, Weber menyatakan politik atau perjuangan bersama-sama
berintikan melaksanakan politik atau perjuangan untuk pendistribusian kekuasaan di
dalam suatu kekuasaan besar (negara) maupun kekuasaan kecil (kelompok-
kelompok).
1. Dominasi tradisional
Dominasi tradisional adalah legitimasi berdasarkan suatu kewibawaan
yang dapat diperoleh melalui adat-istiadat atau kebisaan yang
karenanya seseorang mendapatkan pengakuan untuk melaksanakan
penyesuaian diri.
2. Dominasi diri
Dominasi diri adalah legitimasi berdasarkan kewibawaan yang
diperoleh lewat keanggunan pribadi yang luar biasa hingga mencapai adi-
manusiawi dan adi-kodrati, dan ketaatan serta kepercayaan kepada wahyu
yang bersifat mutlak. Dalam anti, lewat keluarbisaan ini seseorang individu
mendapatkan legitimasi dalam proses kekuasaan di tengah masyarakat.
3. Dominasi kebajikan legalitas
Legitimasi akan diperoleh oleh seseorang apabila ia menyandarkan
diri pada kepatuhan akan undang-undang atau peraturan-peraturan yang dibuat
secara rasional. Tanpa adanya keabsahan melalui undang-undang dan
seperangkat aturan maka seseorang sulit akan memperoleh legitimasi
kekuasaan di tengah masyaraktnya.
Bermula dari dua "bapak" pendiri ini sosiologi politik berkembang
dengan pesat. Perkembangan itu segera menemukan bentuknya setelah pemikiran politik
memperlakukan hubungan antara civil society dengan negara dalam cara yang berbeda.
Pencetus awalnya adalah Tacqueville. Pandangan Tacqueville difokuskan pada masalah
pembangunan demokrasi dan pembentukan masyarakat modern di Perancis,
Inggris, dan Amerika. Gerakan demokrasi (suatu fenomena gerakan politik modern),
menurutnya ditunjukkan untuk menghasilkan pembedaan persamaan sosial dengan
cara menghasilkan pembedaan kedudukan karma keturunan, penghargaan dan
penghormatan yang melekat pada setup anggota masyarakat. Disinilah barangkali
Tacqueville telah masuk dalam perkembangan sosiologi modern (Bottomore, 1992).
1. Goentano Mosca
Mosca ingin menekankan pentingnya independensi. Independensi yang
diinginkan Mosca ini menunjukkan pemikiran Marx yang menjelaskan sistem
perlawanan dan berkelas-kelas. Jelasnya, kendati realitas masyarakat politik
menunjukkan pelapisan-pelapisan yang cenderung diskriminatif, namun
menurut Mosca semua dapat dilaksanakannya dengan cara
membangun perimbangan kekuatan dan kekuasaan.
2. Karl Popper
Secara ekstrim, Popper menyebut teori Marxis tentang
masyarakat politik dianggap menunjukkan "inpotensi semua politik", selama
sistem politik dan trasformasinya masih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan non
politis. Jelasnya Popper ingin melihat persoalan politik adalah politik yang hanya
bisa ditafsirkan lewat kesamaan umum dalani realitas sosial masyarakat
politik.
3. Vilfredo Pareto
Pareto ingin menyatakan bahwa betapa pentingnya adanya suatu elite
dalam kekuasaan. Karma elite politik mampu diwujudkan sebagai suatu fakta
kehidupan sosial yang universal, tidak berbeda, dan tidak dapat berubah yang
eksistensinya tergantung pada perbedaan-perbedaan psikologis antar individu.
Dalam pemikiran Pareto tercermin bahwa kekuasaan politik dalam
masyarakat akan terwujud apabila ditegakkan melalui konsep "pemimpin" dan
"dipimpin"; sebagai unsur dominan mekanisme politik dalam masyarakat yang
tidak semata berguna bagi efektivitas mesin politik, melainkan suatu jawaban
adanya tertib politik dalam masyarakat.
Setidaknya sampai saat ini para ilmuwan sosiologi politik - seperti Maurice
Duverger, Michael Rush, Phillip Althoff maupun Tom Bottomore - belum meringkas
secara rinci dan sistematis tentang apa yang disebut aliran pemikiran sosiologi
politik. Kendati demikian, sejak permulaan tumbuh sampai perkembangannya,
setidak-tidaknya dapat diidentifikasikan beberapa aliran yang meliputi positivisme,
marxisme, empirisme dan struktualisme. Walaupun mungkin pembaca acapkali kabur
membedakannya, penulis ingin menerangkan pembatas itu dan sedapat mungkin
mencari benang merah pembedaannya.
1. Positivisme
Akar positivisme berangkat dari pemikiran bahwa tidak ada perbedaan-
perbedaan penting antara ilmu sosial dan ilmu alam, karenanya aliran ini
bermaksud menyajikan suatu hubungan kausal terhadap peristiwa-
peristiwa sosial.
Positivisme memandang bahwa studi tentang masyarakat manusia
merupakan upaya pemahaman tentang pengertian tindakan yang diatur dengan
hukum dan dilakukan dengan sengaja. Namun demikian, sepanjang
perkembangannya, dalam teori politik itu sendiri terjadi perdebatan yang cukup
mendalam dan sistematis seperti dalam karya Poulantzas dan sejumlah tokoh
lainnya mengenai negara dan dalam pembahasan Habermas tentang legitimasi.
Positivisme sering dituding telah melahirkan reorientasi radikal ilmu
politik, careen ia cenderung mengarah pada sudut pandang ilmu alam.
Rumusannya yang mesti mendapatkan perhatian terhadap perilaku politik
dibandingkan dengan struktur formal dari lembaga-lembaga, dapat diikuti
dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan apakah perilaku
dipandang sebagai aktivitas fisik yang dapat diamati dan yang dapat
dijelaskan secara kasuistis, ataukah sebagai tindakan sengaja. Disinilah
positivisme mendapatkan ruang bagi perdebatan.
2. Empirisme
Empirisme menyatakan pandangannya bahwa pengetahuan ilmiah
haruslah didasarkan pada pengujian dan pengamatan melalui pengumpulan
fakta tertentu yang terdapat secara pasti dalam ilmu-ilmu sosial. Hal ini yang
ditandaskan dalam empirisme adalah bahwa suatu ilmu pengetahuan
bukanlah berkembang melalui pengumpulan fakta-fakta yang dapat
diobservasi secara langsung, tetapi melalui elaborasi konsepkonsep yang
merumuskan fakta dan menentukan kedudukannya.
Dalam empirisme, aktivitas teoritis akan mencakup penemuan dan
analisa terhadap suatu realitas di luar apa yang diterima dengan segera.
Seperti dikatakan Maurice Godelier (1974), bahwa perbedaan tegas antara
pandangan kaum strukturalis dengan empiris terletak pada struktur sosialnya.
Pendapat tersebut nampak relevan dengan empirisme. Berbagai usaha
berikutnya telah dilakukan, terutama yang dibahas dalam Lakatos dan Musgrave
dalam karyanya "Criticism and Growt of Knowledge" untuk merumuskan
berbagai versi pengertian testabilitas empiris yang lebih jitu.
3. Strukturalisme
Strukturalisme seringkali menempatkan dirinya dalam sosok yang
berlainan dengan empirisme. Permasalahannya tidak berkaitan dengan
perbedaan di antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dan yang bersifat khusus,
yakni suatu perbedaan yang terfokus pada ilmu alam dengan ilmu sosial, lebih
dari itu dapat diamati pada sifat ilmu pengetahuan umum tentang masyarakat.
Perbedaan itu nampak pada perumusan pernyataan universal tentang
struktur-struktur sosial dan unsur-unsurnya (misalnya; tentang struktur
kekerabatan, hubungan-hubungan politis dan struktur-struktur dalam
sistem politik yang berbeda), juga perbedaan itu terletak pada kultural
codes (ciri kultural). Atau sebaliknya, bahwa untuk merumuskan prinsip-
prinsip evolusi sejarah sebagaimana banyak ditelaah kaum evolusionis sosial.
Pada strukturalisme, sumber-sumber utamanya dalam hal struktur
antropologi dan linguistik; yang dapat ditelusuri dalam doktrin epistimologis
Perancis, khususnya dalam karya Bachelard.
4. Marxisme
Kerdati Marxisme harus disebut sebagai aliran awal sosiologi politik,
namun yang ingin ditekankan di sini bahwa aliran sebelumnya (positivisme,
empirisme dan strukturalisme) sebagaimana ditempatkan oleh Tom Bottomore
(1992) dipandang sebagai kritik terhadap Marxisme.
Sebab harus diakui bahwa Marxisme merupakan inti pusat konsep-
konsep dan proposisi-proposisi teoritis. Namun hal ini tidak berarti akan mampu
menyelesaikan permasalahan secara utuh. Sehingga pada tingkat yang lebih
umum dapat dibedakan secara keseluruhan dengan semua aliran di luar
Marxis. Terlebih aliran Marxis dengan non Marxis tidak selalu jelas dan tidak
dapat ditegaskan batasan-batasannya - kalau memang harus disebut masih
terkait.
Selama Marxisme dapat dibedaksn sebagai sebuah paradigma umum
yang bersifat saling berbeda dengan paradigma Iainnya, maka mau tidak mau
akan melibatkan dua karakteristik khusus yang tidak semata-mata bersifat
teoritis atau metodologis. Pertama, hubungan Marxis dengan kehidupan sosial
praktis. Kedua, terletak pada orientasi idieologisnya. Karena itu, perbedaan
antara Marxisme dengan aliran pemikiran lainnya bukanlah dalam satu
kasus hubungan antara teori dengan praktek, karma hubungan semacam ini
terdapat dalam semua pemikiran sosial walaupun dalam tingkat kejelasan
yang berbeda-beda.
Menanggapi Marxisme sebagaimana ditandaskan oleh Lukacs (1968),
bahwa Marxisme pada hakekatnya tidak lebih dari sekedar ekspresi pemikiran
tentang proses revolusi. Hal yang berguna dari Marxisme, bahwa Marxisme
memberikan kerangka fundamental terhadap bentuk-bentuk masyarakat,
menguatnya segala keyakinan, memunculkan jenis masyarakat baru sehingga
jelas-jelas mengarahkan kepada adanya tindakan politik dalam masyarakat.
Lebih dari itu, Marxisme patut dicatat sebagai aliran pemikiran
sosiologi politik, menurut Rush & Althoff (1995), yang memberikan
sumbangan di bidang metodologi. Usaha pengembangannya mengenai
"sosialisasi ilmiah" memberikan standar keilmuan dan metode-metode yang
menjadi rujukan bagi ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Marxisme tergolong
aliran pemikiran yang kokoh teori-teorinya dengan ciri kemampuannya
menyajikan sejumlah pembuktian dan mengujinya dengan cara yang sistematis
dan teliti.
Keluarga
Aspek-aspek kehidupan keluarga yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik seorang anak, diantaranya
karena:
BAB II
A. MASYARAKAT
Dalam melihat masyarakat manusia, terdapat perbedaan pandangan yaitu antara teori
fungsional, teori konflik dan teori radikal. Teori fungsional memposisikan karakter sistemik dari
masyarakat manusia dan kemudian menjelaskan tindakan pada bagian-bagian dalam kaitanya
dengan kebutuhan-kebutuhan dan pencapaian-pencapaian yang diharapkan. Sebaliknya teori
konflik berkarakter antisistemik. Teori ini menekankan bahwa konflik dan perjuangan secara
konstan mengancam struktur masyarakat. Sedangkan teori radikal cenderung memandang
masyarakat manusia berada di tengah-tengah, di mana konflik kehidupan berlangsung.
pada tingkatan yang sama. Ini dikarenakan masing-masing individu secara tetap
harus memilih di antara tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Namun tujuan yang paling
dasar dari individu adalah usaha mempertahankan status dan prestise, menciptakan
kenyamanan, keselamatan di dunia dan akhirat.
I. Pengertian Masyarakat
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti
teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata
society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Obyek Studi sosiologi pada dasarnya adalah masyarakat itu sendiri. Pengertian-
pengertian tentang masyarakat yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini dapat
kita temukan dalam Soerjono Soekanto (2006) dalam bukunya yang berjudul
Sosiologi, Suatu Pengantar.
Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan
yang selalu berubah inilah yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat
merupakan jalinan hubungan. Dan masyarakat selalu berubah.
– Ralfph Linton:
– Selo Soemarjan:
Auguste Comte:
B. KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
I. Defnisi konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi
ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari
adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap
tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi
telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi
pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,
pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil,
maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps,
1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya,
tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda
(Devito, 1995:381)
Stoner dan Freeman (1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu
pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori
konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx,
yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu
tentang Patron Klien.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian
terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini
akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk "memenangkan" konflik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk menghindari konflik.
VI. Proses pemetaan konflik
(sumber referensi kuliah)
Pahami isyu/
pernyataan
Identifikasi gerakan
IDENTIFIKAS
VII. Perspektif
IDENTIFIKASI mengatasi Dilema
star I
Dilema dalam ilmu-ilmu sosial (khususnya Sosiologi KEBUTUHAN
PELAKU/AKTO Politik) adalah tidak
R
adanya konsensus baku untuk memahami berbagai fenomena politik. Setiap
ilmuwan sosial akan dipengaruhi oleh perspektif yangIDENTIFIKASI
berbeda dalam
KEPENTINGA
menyusun kerangka analisis untuk memahami berbagai fenomena sosial.
Maka kita akan menemukan suatu
IDENTIFIKASI kesimpulan yang berbeda terhadap suatu
IDENTIFIKASI
finis
RESOURCES POSISI AKTOR
fenomena yang sama, karena adanya perbedaan perspektif.
Dalam proses keilmuan, perspektif atau pendekatan berfungsi sebagai kriteria
utnuk memilah-milah maslah yang hendak diteliti dan sebagai penuntun ke arah
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI
metode penelitian yang hendak digunakan.
STAKEHOLDE INTERVENSI
IMPLIKASI
R
Kita perlu memahami keragaman perspektif yang sering digunakan oleh
Sosiologi Politik, karena keragaman itu menunujukkan adanya pengakuan jujur
bahwa fenomena sosial tidak diakibatkan oleh penyebab tunggal atau satu
faktor saja, melainkan adanya hubungan multi-kausal dalam hubungan antar
variabel ilmu sosial.
Di samping itu untuk menunjukkan bahwa kemampuan manusia untuk
memahami fenomena secara menyeluruh dan dari segala segi sangatlah
terbatas, sehingga perlu dilakukan pengkhususan dan pembatasan pusat
perhatian.
1. Langsung
2. Perantara
3. Pengadilan
4. Represif
Resolusi-resolusi konflik
Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara
sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama
bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia
dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu
secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik
dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry
(1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan
sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
Penjelasannya:
Focus A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran
Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini
meliputi survey formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris
(participatory method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam wacana
penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian makro-
kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam
penelitian mikro-kualitatif (Suharto, 1997).
Survey Formal
Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan
informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders
lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi.
Metode Partisipatoris
(kemiskinan)
A. KEMISKINAN
1. Defenisi Kemiskinan
1. kemiskinan material,
2. kelemahan fisik,
4. kerentanan, dan
5. ketidakberdayaan.
Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang
terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak
balita dan ibu.
Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih
terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu
sumber air.
2. Jenis-Jenis Kemiskinan
Besarnya kemiskinan bisa diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis
kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan
relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan
disebut kemiskinan absolute
3. Penyebab Kemiskinan
– Distribusi pendapatan.
– Kesempatan kerja
– Tingkat inflasi
– Bencana alam
2. Kemiskinan structural
Kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota
atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Artinya sebagian anggota masyarakat tetap miskin
walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh
masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota
masyarakat dari kemiskinan.
Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para
petani yang tidak memiliki tanah sendiri, atau para petani yang tanah miliknya kecil
sehingga hasilnya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan
keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak terpelajar
dan terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labors. Golongan
miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari
pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah.
– PKPS BBM yang terdiri dari program bagi-bagi uang atau BLT
– P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan aneka ragam jenis
PNPM
– program BOS
– RASKIN
– Askeskin
Mengembangkan kemampuan.
Memperkaya kebudayaan.
Menunjang pertanian
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
LCC (League of California Cities) (1977), “Problem Analysis: Data Collection Technique”,
dalam Gilbert, Neil dan Harry Specht, Planning for Social Welfare: Issues, Models and
Netting, F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry (1993), Social Work Macro
Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
-------- (2002), Profiles and Dynamics of the Urban Informal Sector in Bandung: A Study of
World Bank (2002), Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods and Approaches,
--------1957. "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol.
59, No. 1.
Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882,
available online. Retrieved: 2006-06-28.
Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl
Identities. University of Michigan Press.
Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University
of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.
Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press.
ISBN 978-0-521-29164-4
Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New
York,
Dawkiins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback
ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2
Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved:
2006-06-29.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York.
ISBN 978-0-465-09719-7.
http://www.damandiri.or.id/file/buku/buku3haryono2005bab2.pdf
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2005/BI/TUJUAN%201.pdf
http://komunitas.wikispaces.com/file/view/kemiskinan+dan+upaya+pemberdayaan+masyarakt
.pdf
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/156/0
http://www.p2kp.org/wartaprint.asp?mid=1495&catid=2&
http://komunitas.wikispaces.com/file/view/kemiskinan+dan+upaya+pemberdayaan+masyarakt
.pdf
http://www.bappeda-purwakarta.or.id/artikel/kemiskinan%20perempuan.pdf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. DATA PRIBADI
Nama : AL GAZALI
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Malabo, 23 Maret 1984
Status : Lajang
Golongan darah : (A)
Tinggi,Berat : 165 CM, 55KG
Alamat Lengkap : M.Yamin Baru Lr.21 No.13
Telpon Hp : 085238202110
E-Mail : al_gazali@rocketmail.com
Alzapatista07@gmail.com
2. ORANG TUA
AYAH .
Nama : Abd Djalil Sh
Umur : 55th
Alamat lenkap : jl.a.yani no.153 (polewali-sulbar)
Pekerjaan : Wira Usaha
IBU: .
Nama : Nurhayati
Umur : 50th
Almat lengkap : jl.a.yani no.153(polewali-sulbar)
Pekerjaan : Wira Usaha
3. SAUDARA
Banyaknya Saudara : Satu (1)
Nama : Rukya
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat Sekarang : Blitar (jawa timur)
Status : Kawin
Pekerjaan : Wira usaha
Status Saudara : Saudara kandung
4. PENDIDIKAN FORMAL
Sd : Inpres Malabo (1996)
Sltp : Malabo (1999)
Sma : Smkn 2 Pare-Pare ( Pindah)
Smk Wonomulyo (2002-2003)
Perguruan Tinggi : Unismuh Makassar
5. PENGALAMAN ORGANISASI
Osis : Ketua (2000 Pare-pare)
Saka Bahari : Aggota
Fprm : Inisiator (Pembentuk/2009)
Fmn (Front Mahasiswa Nasional) : Koordinator Ranting Unismuh
Cabang Makassar
6. PENHARGAAN AKADEMIS
SERTIFIKAT/PIAGAM .
Latihan Dasar Kepemimpinan : Osis Skmn2 Pare-Pare (1999)
Kelopak Se-Sulsel : Limbung/Gowa (2000)
Program Pelatihan : 2002
Pesantren Mahasiswa : Unismuh Makassar (2007)
DAD : Unismuh Makassar (2010)
DLL………
SEMINAR .
Kongres 1 Mahasiswa Sosiologi Se-Indonesia : Hmj pend.Sosiologi UMM(2008)
Peningkatan Mutu Ujaian Nasional : BEM FAI UMM (2010)
Kongres Mahasiswa Sayap Kiri (B.MERAH) : FISIP UMY Jogjakarta (2008)
Kongres KMKM UIT : KMKM UIT (2009 dan 2010)
Kongres FBRM : Mabes FBRM (2009 dan 2010
DLL………