You are on page 1of 5

Teori Evolusi Biologi

Oparin, Haldane, dan teori Urey menyebutkan zat organik (asam amino) merupakan bahan dasar
penyusun makhluk hidup yang mulanya terakumulasi di lautan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam
sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam (NaCl).

Tahap Evolusi Biologi


Molekul supramolekul
(membran, ribosom, kromatin, mikrotubulus)
>>>
Organel
(nukleus, mitokondria, badan Golgi, unit pembangun)
>>>
Organisme tanpa membran inti
(Prokariota)
>>>
Organisme dengan membran inti
(Eukariota)

Evolusi biologi dimulai dari permbentukan sel. Asam amino dari evolusi kimia bergabung
membentuk makromolekul. Dibuktikan dengan penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung
monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami
polimerisasi. Hasil polimerisasi dinamakan proteinoid. Jika proteinoid dicampur air dingin akan terbentuk
kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa
sifat hidup yang memiliki membran selektif permeabel namun belum dikatakan hidup.
Oparin menggunakan istilah koaservat, yaitu tetesan koloid yang terbentuk saat larutan protein,
asam nukleat, dan polisakarida dikocok.
Substansi dalam koaservat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan dari
lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Terdapat lipid dan protein yang membatasi koaservat
dengan lingkungan luar, disebut selaput sel primitif, menyebabkan stabilitas koaservat terjaga dan
mengatur pertukaran substansi koaservat dengan lingkungan. Koaservat dengan selaput lipid protein
disebut protosel.
Protosel membentuk sel awal yang merupakan permulaan organisme uniselular. Organisme awal
tersebut diperkirakan bersifat prokariotik, anaerob, dan heterotrof karena pada atmosfer tidak ada
oksigen.
Seorang ahli biokimia Harvard, Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia
RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun lalu sebuah molekul RNA yang dapat mereplikasi terbentuk
secara kebetulan. Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA dapat memproduksi protein, lalu diperlukan
DNA untuk menyimpan informasi.

Sistem Genetik Pertama:


a. Gen pertama terbentuk dari polimerisasi spontan beberapa nukleotida.
b. RNA sederhana mengalami replikasi, tanpa protein katalitik atau enzim.
c. RNA yang terdiri atas intron dan ekson mensintesis polipeptida (protein) dengan melepas intron.
d. Enzim reverse transkriptase merupakan enzim pertama yang memungkinkan membentuk DNA.
e. Sel awal yang terdiri atas DNA masih merupakan hubungan intron dan ekson.

Segera setelah protosel memperoleh gen yang mampu mereplikasi menyebabkan protosel
mampu bereproduksi, dimulailah proses evolusi biologi.
Teori Evolusi Biologi

Dari Crayonpedia

1) Evolusi Dari Kelompok Awal


Dari sederetan peristiwa yang disebut di muka, pada akhirnya terbentuklah sel awal yang selanjutnya
merupakan bentuk permulaan dari makhluk bersel satu. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa
perbedaan antara hewan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat rendah tidak jelas. Sehingga
menuntun orang untuk berpendapat bahwa hewan maupun tumbuhan bersel satu berasal dari satu
bentuk asal yang juga merupakan bentuk asal dari flagelata yang kini dijumpai. Contoh flaqelata yang
dijumpai yang menunjukkan sifat seperti tumbuhan maupun hewan adalah Euglena dan Voluox.

2) Bentuk Pertama Tumbuhan


Ciri bentuk pertama dari tumbuhan adaIah menghilangnya flagela dan berkembangnya klorofil. Dari
bentuk awal ini kemudian berkembang alga, yaitu alga hijau, (yang diperkirakan berasal dari alga hijau -
biru), alga perang, alga merah dan sebagainya.
Semua alga mengandung klorofil di samping adanya pigmen lain. perubahan selanjutnya adalah
perkembangan alga bersel satu menjadi alga bersel banyak. Alga hijau dianggap sebagai asal – asul dari
lumut, yaitu suatu perubahan bentuk kehidupan dari air ke bentuk kehidupan di
darat. Bentuk kehidupan simbiosis terlihat pada lumut kerak, yaitu bentuk kehidupan simbiosis antara
alga hijau dan alga biru dengan jamur.

3) Bentuk Awal dari Hewan


Dari bentuk awal yang rrrenyerupai flagelata kemudian timbul flagelata yang menyerupai flagelata yang
ada sekarang.
Organisme inilah yang kemudian mewakili kelompok protozoa, yang kemudian dari radiasi yang bersifat
adaptatif timbullah protozoa-protozoa yang lain, yaitu kelompok ameboid, kelompok yang bersilia, dan
protozoa
yang bersifat parasit.
Hewan ciliata cenderung untuk mempertahankan bentuknya dari masa ke masa, sedangkan hewan
protozoa mempunyai bentuk adaptasi antara lain yang hidup di air tawar dan yang hidup di daratan.
Dari hewan bersel satu, terjadi perubahan yang berupa hewan bersel banyak.
Diduga bahwa hewan bersel banyak mula – mula berbentuk bola yang berongga, terdiri dari sel-sel yang
hanya satu lapis saja.
Berdasarkan hipotesis, hewan tersebut disebut blastea. Nama ini diambil dari satu bentuk esensial yang
selalu dilalui oleh setiap makhluk hidup bersel banyak dalam perkembangan embriologinya.
Alga dan protozoa sekarang ini merupakan hasil radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi
dijumpai, kecuali dalam bentuk blastula dalam perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak.
Bentuk blastea merupakan bentuk yang memungkinkan untuk berkembang lebih jauh yaitu pada radiasi
kedua dan ketiga.

a. Radiasi yang kedua


Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea adalah sebagai berikut.
1. Dari tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga terjadi 2 lapisan,
yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar (ektoderma). Dalam tingkat gastrula hewan tersebut
berkembang menjadi dewasa. Lihat Gambar 8.10. Contoh hewan diploblastik yang kita jumpai sekarang
adalah Porifera dan Coelenterata.
2. Kemungkinan lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka embrionya tidak
berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma dan lapisan ektoderma,
terbentuklah lapisan mesoderma. Setelah terbentuk lapisan mesoderma
baru-lah berkembang menjadi hewan dewasa.
Hewan ini tidak lagi dijumpai, namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi ketiga),
dijumpai dalam berbagai bentuk. Lihat Gambar 8.11.

b. Radiasi yang ketiga


Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar hewan hewan berikut ini karena meskipun
mempunyai mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan perkembangannya menjadi
embrio. Radiasi ketiga ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini. Lihat Gambar 8.12 di halaman 146

I ) Kelompok I
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan endoderma. Ruang
yang terbentuk disebut coelom.
karena coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata
dan Chordata.

2) Kelompok ll
Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok sel
dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga mesodermanya kompak dan tidak dijumpai
coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan
cacing pita.

3) Kelompok III
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja setelah
mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang menjadi coelom. Coelom tersebut
dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida,
Mollusca, dan Arthropoda (Crustacea, Insekta, labah-labah).

4) Kelompok IV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi ruangan
seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh ektoderma.
Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan yang memiliki pseudocoel termasuk
dalam pseudocoelomata.
Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda.
Pada masa embrio, Annelida yang hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk
dibedakan. Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan
meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali.
Hewan-hewan triploblastik pada dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu
terjadi perubahan bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu
dari simetri radial ke simetri bilateral.

You might also like