Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Kelompok V
Fase padat
Massa jenis (sekitar suhu
7,86 g/cm³
kamar)
Massa jenis cair pada titik
6,98 g/cm³
lebur
1811K
Titik lebur
(1538 °C, 2800 °F)
3134K
Titik didih
(2861 °C, 5182 °F)
Kalor peleburan 13,81 kJ/mol
Kalor penguapan 340 kJ/mol
(25°C) 25,10
Kapasitas kalor
J/(mol·K)
2. SIFAT KIMIA BESI
1. Mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Karena memiliki
ikatan ganda dan ikatan kovalen logam.
Menurunkan kadar karbon dari 3-4 % dalam besi cair menjadi 0-1,5
%
Pengotor seperti Si, Mn, dan P diikat oleh kapur yang dimasukkan
besi cair.
2Fe + O2 → 2FeO.
Si + O2 → SiO2
SiO2 yang bersifat asam (asidik) ini lalu bereaksi dengan fluks yang
bersifat basa (umumnya CaO, yang telah dihembuskan ke dalam
campuran bersama dengan oksigen dan membentuk suatu produk
yang terpisah dari logam panas sebagai terak:
Dalam terak.
C + FeO → Fe + CO
C + 1/2O2 → CO
Oksigen, hidrogen, dan nitrogen larut dalam lelehan baja dan harus
dibuang sebelum baja dicetak. Ini membuat rongga dalam
pencetakan. Menjelang akhir proses pembuangan gas, Al
ditambahkan. Penambahan bertujuan mengurangi kadar oksigen
dalam baja.
4. PERSENYAWAAN BESI
A. Besi III
Ion besi (III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm -3
untuk low-spin dan 232 C mm-3 untuk high-spin, sehingga mempunyai
daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter
kovalen. Sebagai contoh, besi (III) klorida berwarna merah hitam, berupa
padatan dengan struktur jaringan kovalen. Pada pamanasan hingga fase
gas terbentuk spesies dimerik, Fe 2Cl6. besi (III) klorida dapat dibuat dari
pemanasan langsung besi dengan klorin menurut persamaan reaksi:
Besi (III) bromida mirip dengan besi (III) klorida, tetapi besi (III) iodida tidak
dapat diisolasi sebab ion iodida mereduksi besi (III) menjadi besi (II).
Besi (III) klorida anhidrat bereaksi dengan air menghasilkan gas HCl
karena reaksinya bersifat eksotermik, kontras dengan padatan kuning
keemasan garam heksahidrat. FeCl 3.6H2O, yang larut begitu saja dalam
air menghasilkan ion heksahidrat, [Fe(H2O)6]3+:
Semua garam besi (III) larut dalam air menghasilkan larutan asam.
Rapatan muatan kation yang relatif tinggi (232 C mm 3-) mampu
mempolarisasikan molekul air ligan dengan cukup kuat, sehingga molekul
air pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton dari air
ligan.
Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk pembuatan tinta, cat,
termasuk pigment cetak biru. Selain itu, uji paling sensitif adanya ion besi
(III) adalah dengan menambahkan larutan ion tiosianat ke dalam larutan
Fe(III); terjadinya warna merah darah oleh karena terbentuk ion
pentaaquotiosianatobesi (III), sebagai indikasi adanya ion Fe 3+ dalam
larutan.
Warna ini sangat khas dan mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit
pengotor ion besi (III) dapat terdeteksi dengan ion tiosianat ini.
Reaksi ion besi (III) lainnya yang cukup unik adalah dengan larutan ion
tiosulfat dalam keadaan dingin ( pada suhu es), menghasilkan warna
violet gelap ion bis(tiosulfato)ferat (III):
B. Besi (II)
besi (II) klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl
kering pada logam besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat
reduktor, maka oksidasi lanjut Fe(II) menjadi besi(III) dapat dicegah:
Harga potensial oksidasi besi (II) menjadi besi (III) sangat bergantung
pada ligannya. Sebagai contoh, ion heksasianoferat(II), [Fe(CN) 6]4-, jauh
lebih mudah teroksidasi daripada ion heksaaquobesi(II), [Fe(H 2O)6]2+:
Oleh karena suhu tanur sangat tinggi, besi yag terbentuk berupa
cairan. Reaksi pembentukan terak yang menghilangkan pengotor
berlangsung sebagai berikut.
MnO + C → Mn + CO (1400oC)
SiO2 + 2C → Si + 2CO (1400oC)
P2O5 + 5C → 2P + 5CO (1400oC)
Mn, Si, P, C, dan S larut dalam besi cair. Besi cair turun ke dasar tanur
dan dikeluarkan secara periodik. Adapun terak, karena massa jenisnya
lebih kecil, mengapung di atas besi cair itu. Lapisan terak sekaligus
berfungsi melindungi besi cair dari oksidasi kembali. Terak dikeluarkan
dari saluran tersendiri dan dapar digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan jalan raya atau bahan pupuk.
Besi yang dihasilkan dari tanur disebut besi gubal (pig iron) atau
besi kasar, mengandung kira-kira 95% besi, 3-4 % karbon, dan sisanya
pengotor lain seperti Mn, Si, P, dan S. Besi gubal bersifat keras tetapi
rapuh. Pada umumnya, sebagian lain dapat dialirkan ke dalam cetakan
sehingga diperoleh besi tulang (cast iron). Besi tempa diperoleh dari besi
gubal dengan mengurangi kadar karbon. Besi tempa lebih lunak dan tidak
rapuh.
b.Sintesis baja
logam-logam campur dari besi disebut baja. Perubahan yang harus
dilakukan pada pembuatan baja dari besi gubal, yaitu :
1. menurunkan kadar karbon dari 3 - 4 % menjadi 0 - 1,5 %,
2. menghilangkan pengotor seperti Si, Mn, dan P,
3. menambahkan logam-logam campur seperti Ni dan Cr, sesuai
dengan jenis baja yang akan dibuat.
Tungku oksigen adalah silinder baja raksasa dengan pelapis yang bersifat
basa pada bagian dalamnya. Tungku ini berkapasitas sekitar 200 ton besi
cair, 80 ton besi bekas, dan 18 ton kapur (CaO) sebagai fluks. Ke dalam
campuran yang berupa cairan sangat panas itu ditiupkan oksigen murni
melalui pipa berpendingin. Gas oksigen akan mengoksidasi karbon
menjadi karbon monoksida (CO), sedangkan pengotor lainnya dipisahkan
ke dalam terak. Proses pembuatan baja dengan tungku oksigen ini hanya
memerlukan waktu sekitar 22 menit.