Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Sambutan Ketua Dewan Syari’ah DPP Hidayatullah
Sambutan Ketua Departemen Dakwah DPP Hidayatullah
PAKET I
FIQH MUDAWALATIZ ZAMAN
Bab I
Prinsip Pergiliran Zaman
Arahan Allah –
Arahan Nabi SAW
Berita Gembira Kemenangan Islam
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Alam
Warisan Sejarah
Bab II
Arahan Pembaharu (Taujih Al-Mujaddid)
Akar Krisis Ummat Islam
Krisis Perasaan Terhadap Keagungan Islam
Krisis Kebanggan Beragama
Kehilangan Harapan Pertolongan Tuhan
Bab III
Solusi Atas Berbagai Krisis (Hillul Azamat)
Memahami Islam Secara Detail
Keimanan Yang Kuat
Membangun Jamaah
Bab IV
Tahapan Turunnya Wahyu Sebagai Jawaban (Ar-Ruju’ ila as-Suwar al-
Murattabah Hasban Nuzul)
Argumen Orisinalitas Tekstual
Argumen Kontektual
PAKET II
RISALATU AL-‘AQIDAH
Bab I
Prinsip Akidah (Risalatu al-‘Aqidah)
“Membaca” sebagai Pilar Pembangunan Peradaban
“Membaca” dalam Tinjauan Al-Qur’an
Ilmu Dalam Perspektif Islam
Membangun Tradisi Ilmiyah
Bacalah Dengan Asma Allah
Bab II
Ma’rifatur Rabb (Mengenal Rabb)
Fakta Sejarah
Fakta Fithrah
Fakta Indra
Fakta Logika
Fakta Tekstual
Bab III
Ma’rifatul Insan (Mengenal Manusia)
Definisi al-‘alaq Secara Bahasa
Definisi Al ‘Alaq Secara Keilmuan
Kesan Yang Dumunculkan
Bab IV
Ma’rifatul ‘Alam (Mengenal Alam Semesta)
Asal Kejadian Alam
Sunnatullah Pada Alam
Bab V
Proses Lahirnya Syahadat Pada Surat Al ‘Alaq (Asy Syahadat fii dhoui
surat Al ‘Alaq)
Fiqh Syahadat
Syarat Diterimanya Syahadat
Pembatal-pembatal Syahadat
Loyalitas Dan Pengingkaran
PAKET III
RISALATU ASY-SYARI’AH
Bab I
Prinsip Syariat
Surat al-Qalam 1-7
Definisi kebahasaan qalam
Mendalami qalamullah & karamullah
Bab II
Karakteristik Syariat Allah
Rabbani (berketuhanan)
Akhlaqiyah (membentuk moral)
Insaniyah (manusiawi)
Tanasuq (teratur)
Syumul (universal)
Bab III
Jaminan Allah bagi yang Ber-Qur’an
Tidak gila
Memperoleh pahala yang tidak terputus
Memiliki akhlaq yang agung
Bab IV
Akibat Mengabaikan Konsep Allah
Gila dunia, tahta dan wanita
Balasan yang tidak abadi (temporal)
Berperangai hina
Bab V
Profil Generasi Qurani
PAKET IV
RISALATU AL-AKHLAQ
Bab I
Risalah Al Akhlaq (Prinsip Akhlaq)
Surat Al Muzzammil 1-9
Menjaga Stamina Ruhiyah
-Shalat Malam
-Membaca Al Quran
-Mengingat Allah
-Berserah Diri Kepada Allah
-Tahan Uji
-Hijrah
Bab II
Lulusan Madrasah Al Muzzammil (Khirriiju Madrasati Al Muzzammil)
PAKET V
RISALATU AD-DA’WAH WAL HARAKAH
Bab I
Prinsip Dakwah dan Harakah
Tafsir Surat Al Muddatsir 1-7
Qum Fa Andzir
Tahapan Peringatan
Mengagungkan Rabb
Membangun Citra Diri
-Kebersihan Jiwa
-Kebersihan Moral
-Kebersihan Harta
-Kebersihan Kekuasaan
Ketulusan
Sabar Di Jalan Dakwah
Bab II
Tabiat Jalan Dakwah (Thabi’atuth Thariq)
Bab III
Metodologi Dakwah (Uslub Ad Dakwah)
Bab IV
Wawasan Seorang da’i (Tsaqofatud Da’i)
PAKET VI
RISALATU AL-JAMA’AH
Bab I
Risalah Jama’ah (Prinsip Jama’ah)
Makna Global Surat Al Fatihah
Bab II
Membangun Masyarakat Islam Dengan Spirit Al Fatihah
(Binaul Mujtama’ Al Islami Fii Dhou’i Surat Al Fatihah)
Bab III
Unsur-unsur Masyarakat Islam (Anashir Al Mujtama’ Al Islami)
-Kawasan (Al Quro, Al Bi-ah)
-Al Ummah (Penduduk, Ahl)
-Aturan (Asy Syariah, Al Qanun)
-Kepemimpinan (Al Imamah, Al Imarah)
-Tugas Kepemimpinan (Wazhifah Al Imamah)
Bab IV
Paket Al Fatihah (Qism Al Fatihah)
Tafsir Al Fatihah
Kultur Masyarakat Al Fatihah
Karakteristik Masyarakat Islam
Sinopsis Operasional Tahapan Turunnya Wahyu Dalam Gerakan
SAMBUTAN
Sekretaris Dewan Syari’ah Hidayatullah
Segala puji hanya kepunyaan Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepada uswah (teladan) kita Rasulullah shalla-llahu
‘alaihi wa sallam, para sahabatnya serta para pengikut setianya sampai akhir
zaman.
Kelahiran Hidayatullah identik dengan gerakan dakwah. Program utamanya
berupaya mewujudkan agenda perubahan dalam skala kehidupan individu,
keluarga, masyarakat secara mendasar dan terarah. Menata ulang pemikiran,
karakter dan tindakan seseorang agar berfikir, merasa dan berperilaku sesuai
dengan keinginan Allah atau maraji’ (referensi) Islam. Cita-cita awal lembaga
dakwah yang berbasis di pesantren ini ingin menerapkan pola dakwah dan
tarbiyah secara gradual (tadrijiyan). Metodologi pembinaan dengan mengacu
kepada proses tarbiyah Allah kepada Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam di
Gua Hira dengan materi tahapan nuzul-nya wahyu. Berdasarkan pendapat pakar
tafsir dari kalangan sahabat,
Ibnu Abbas, yaitu : al-‘Alaq, al-Qalam, al- Muzzammil, al-Muddatsir dan al-
Fatihah. Ditutup dengan surat al-Fatihah, karena ia induk al-Quran (Ummul
Qur’an). Mereka yang memiliki kesiapan memahami, menghayati dan
mengamalkan muatan al-Fatihah secara otomatis telah menjiwai seluruh isi al-
Quran.
Prinsip dasar gerakan dakwah ini merujuk kepada wahyu secara tekstual dan
kontekstual, didukung oleh sejarah perjalanan Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa
sallam dan realitas kebang-kitan kesadaran beragama ummat Islam hari ini.
Dalam metodo-logi urut-urutan wahyu, dipilih pendapat Ibnu Abbas, tanpa
mengurangi hormat kepada ahli tafsir yang lain, karena secara ilmiyah ia dikenal
faqih dalam tafsir melebihi generasi sahabat yang lebih tua, berkat doa Nabi
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam untuknya sejak ia di ayunan ibunya.
“Ya Allah, faqih-kanlah dia dalam urusan agama dan ajarilah dia ta’wil”. Dari Ibnu
Abbas radhiya-llahu ‘anhu: Umar mengajak aku ke sebuah diskusi
yang diikuti orang-orang yang pernah mengikuti perang Badar yang terdiri dari
orang tua, seakan-akan saya disejajarkan dengan mereka, kemudian ada
seseorang yang bertanya, “Kenapa pemuda ini dimasukkan dalam kelompok
kita, padahal kita juga mempunyai anak yang sebaya dengannya?” Umar
menjawab, “Itu pendapat kalian?” Pada suatu hari Umar memanggil saya dan
saya datang bersama-sama dengan para sahabat dan saya tahu bahwa Umar
memanggil saya pada hari itu, adalah untuk menunjukkan kelebihan saya
kepada mereka. Kemudian Umar berkata, “Apakah pendapat kalian terhadap
firman Allah yang berbunyi : idzaa jaa-a nashrullaahi wal fat-h?” Salah
.
SAMBUTAN
Ketua Departeman Dakwah DPP Hidayatullah
Segala puji hanya kepunyaan Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepada uswah (teladan) kita Rasulullah shalla-llahu
'alaihi wa sallam, para sahabatnya serta para pengikut setianya sampai akhir
zaman.
Materi-materi pembinaan (mawad tarbawiyah) dalam buku ini adalah wasilah
tarbiyah (media pendidikan), tazkiyah (penyucian) dan tarqiyah (peningkatan
kualitas) bagi aktifis Hidayatullah secara mikro dan masyarakat yang
memerlukannya secara umum. Materi merujuk referensi utama al-Quran dan al-
Hadits, di samping bersumber dari para muassis dan masyasikh (pendiri dan
pembina) Hidayatullah yang telah terbukti dengan ikhlas mentransfer ilmu dan
nilai kepada para mutarabbi (anak didik).
Penyunting memformat semua materi dalam bentuk rasmul bayan (mind
mapping, skema, peta pikiran) berbahasa Arab dan diterjemahkan secara singkat
disertai dalilul nash (argumentasi tekstual) dari al-Quran dan al-Hadits serta
Sirah Nabi pada masing-masing skema; dengan maksud agar pembaca lebih
mudah dan akseleratif dalam menangkap subtansi tema (maahiyatul maudhu’).
Buku ini berisi 6 paket materi (sittu mawad). Masing-masing paket merujuk
kepada al-mashdar al-wahid (referensi utama) al-Quran, al-Hadits dan
argumentasi kontekstual.
Paket Pertama, Fiqh Mudawalatiz Zaman (Memahami Prinsip Pergiliran
Zaman).
Paket Kedua, Risalah al-‘Aqidah (Prinsip Aqidah).
Paket Ketiga, Risalah asy-Syari’ah (Prinsip Syari’ah).
Pakat Keempat, Risalah al-Akhlaq (Prinsip Akhlaq).
Paket Kelima, Risalah ad-Da’wah wal Harakah (Prinsip Dakwah & Harakah).
Paket Keenam, Risalah al-Imamah wal Jama’ah (Prinsip Jama’ah).
Melalui wasilah bayan tafshili (media penjelasan secara detail) diharapkan
tema-tema yang dibahas dalam buku ini memiliki ma’nawiyah (spirit) yang
membangkitkan ghirah keIslaman aktifis Hidayatullah. Untuk menangkap ruh
tarbiyah dan da’wah ini, mutarabbi (obyek didik) bisa mempelajarinya secara
otodidak, atau diperoleh dengan manhaj at-talaqqi (metode penerimaan dengan
menghadap instruktur) dengan penjelasan secara ijmal (global) dan di-tashhih.
Metode menyimak secara langsung inilah yang diajarkan oleh Rasulullah
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam.
Sesuai dengan karakteristik ajaran Islam itu sendiri, materi tarbiyah disini
bersifat infitahiyah (inklusif). Di dalamnya bukanlah sesuatu yang bersifat
qath’i (pasti). Ia adalah hasil ijtihad (kesungguhan berfikir) para ulama dakwah
untuk mendekatkan diri kepada al-haqq (kebenaran). Semakin sering dikaji dan
diperdalam (ad-dirasah wa al isti’ab), akan melahirkan kader dakwah (rijalud
PAKET I .
..... ...... ...
Memahami Prinsip Pergiliran Zaman
$
BAB I
..... ...... ...
PRINSIP PERGILIRAN ZAMAN
Arahan Allah (taujih rabbani)
.H.H. ..J.H. J.P.J.H.J.H. J.K. . H.J.K.K.J.P. J.P.J.P. J.K. H.J.H.J.H.J. P.P.J.H.H. .J.P.H.J.H.
H.H. .J.P.K.H. H.H.
: ..... ..) P.P.J.K. ..J.H. H.J.H.J.. N.H. 139 - 140 (
“Janganlah kamu merasa hina, dan jangan (pula) bersedih hati, karena
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang
beriman. Jika kamu ditimpa penderitaan maka kaum (kafir) juga merasakan
penderitaan yang sama.” (QS Ali Imran : 139-140. Lihat juga ayat 104).
Jika mencermati kondisi ummat Islam belakangan ini sungguh menjadikan hati
kita tersayat. Betapa penderitaan berkepanjangan yang menderanya tak kunjung
berakhir, musibah demi musibah datang silih berganti, cobaan demi cobaan
yang menyelimutinya tak kunjung lepas. Namun, yang perlu kita sadari bersama
bahwa kaum selain kita juga merasakan kesulitan yang sama. Hanya saja obyek
perasaan derita kita berbeda dengan yang mereka rasakan. Kesulitan kita adalah
betapa beratnya mempertahankan komitmen (iltizam), keteguhan (tsabat),
kesabaran, serta konsistensi (istiqamah) dalam menjalankan syariat Islam di
tengah-tengah gegap-gempitanya manusia yang berkonspirasi memarjinalkan
peran Allah dalam kehidupan ini.
Sedangkan kesulitan kaum kafir adalah mempertahankan status quo kebatilan di
tengah maraknya kebangkitan ummat Islam (nahdhatul ummah). Fenomena
kesadaran beragama para mahasiswa, intelektual, kaum perkotaan semakin
menggeliat. Mereka berusaha secara maksimal untuk membendung gejala
kesadaran kembali ke Islam. Nampaknya kebangkitan Islam itu tidak bisa
diredam dan diredupkan. Usaha mereka hanya sia-sia belaka.
: .....) H..N.P.J.. P.K.K. H.J.K.H.K. 29 (
“Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang beriman).” (QS al-Fath : 29).
. K.H. J.H.H. P. H.J.P. N. K.P. J. H. N.K. P.. H..J.H.H. J. K.K..H.J.H.K. K.. H.J.P. ..PK.J.P. J.
H. H. J.P.J.K.P.
.S.P. K.J.S... .H.H. P.H.K.J.P.K. S.H.J.. K.J.K.H. .H.P..J.K. P.H.J.P.H. H.H.J.H. J.K.N..H.P.
H.J.P.K..H.J..
: ......) H.J.P.K.J.P.J.. H.K.H. J.H.H. 32 - 33 (
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupn orang-orang kafir tidak menyukai.
Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan
agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS At-Taubat : 32-33. Lihat juga : ash-
Shaff : 8-9; al-Fath : 28).
.
.H.J
..P.
H.H.P
.J.
.H.J.H.KH...J.H.J.H.P.K.J.H..K.K.J.H.JH.K.J.P.P.J.P.P.J
“Telah nampak kebencian pada mulut-mulut mereka, dan apa yang disimpan di
dada mereka lebih besar.” (QS Ali Imran : 118).
Jadi tidak kita saja yang menderita kesulitan, mereka juga merasakan kesulitan
dalam menghadapi banyaknya kaum terpelajar, bangsa-bangsa di negara maju
yang ingin kembali kepada ajaran yang sesuai dengan fithrah mereka. Setelah
mereka lari dari agama (kristen) karena dianggap menghambat kemajuan
berfikir. Dan terjadilah kebebasan yang tak terkendali. Sains dan teknologi yang
menjanjikan sarana kehidupan (wasilatul hayat) pada kehidupan globalisasi
sebagai produk paham kebendaan (materialisme), terbukti gagal dalam
memandu manusia modern menemukan kebahagiaan hidup.2 Mereka kembali
kepada aliran eksistensialisme (hati nurani). Tetapi hati nurani seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan, pergaulan, persepsi, kebiasaan yang
berbeda-beda.
Kita juga merasakan kesulitan dalam mendesain kehidupan ini hanya mencari
ridha Allah, saat dimana kebanyakan manusia ingin mencari keridhaan, restu
kepada selain Allah. Oleh karena itu pada bagian ayat berikutnya Allah
memberikan hiburan (tasliyah) kepada kita.
.H.K.l
.H.l
.P..m
.H.N..s
.チ..
..K.K
....チ
..
....H.J.H.N
...... ).:
..K.KH.
.H.J.H.H
(140
.
.P..N.K.J.i
.
.H.P.J..H
.H.N.K.H.K.J.P.J
.P.H.H..H.H..
.―H. ..N.J.H
“Demikianlah hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar
memperoleh pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya
(gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zhalim.” (QS Ali Imran : 140).
Terkadang kaum beriman itu sedang naik di atas pada masa keemasannya.
Menempati posisi penting dan strategis. Adakalanya jatuh terpuruk, dan kaum
kafir berjaya di dunia ini. Tentu kejayaan yang diraih selain kita adalah
kejayaan yang palsu. Sementara kejayaan yang kita peroleh adalah kemenangan
sejati. Kemenangan yang mencerahkan, menampakkan cahaya kebenaran.
Sebab kejayaan orang kafir itu tidak mendapat arahan, bimbingan dan petunjuk
dari Allah, sedangkan kejayaan ummat Islam memperoleh restu dari Allah.
Kejayaan kaum muslimin terjadi ketika kita menyaksikan kembalinya
kekuasaan Allah di dunia ini, secara de jure dan de facto (secara syar’i dan
kauni).
Fiqh pergiliran dan pergantian zaman adalah sebuah kenyataan sejarah
kehidupan manusia yang patut kita jadikan renungan secara mendalam. Timbul
2
al-Islamu Hadharatul Ghaad (Islam Peradaban Masa Depan), karya Dr. Yusuf al-
Qardhawi.
tenggelamnya bangsa di muka bumi ini memiliki maksud spesifik di mata Allah
subhanahu wa ta’ala. Agar Dia mengetahui siapa diantara kita yang benarbenar
beriman dan Dia mengambil sebagian komunitas itu sebagai syuhada’.
Barangsiapa memperhatikan keadaan ummat-ummat sepanjang sejarah maka ia
akan mendapatkan pelajaran bahwa obor peradaban berpindah dari bangsa satu
ke bangsa lain, dari satu tangan ke tangan lain. Sesungguhnya perputaran (saat)
ini adalah milik kita, bukan melawan kita, kata Hasan al-Banna.
Dahulu kepemimpinan dunia di tangan negara-negara Timur, melalui peradaban
Fir’aun, Asyuriah, Babylonia, Chaldea, Phoenisia, Persia, India dan China;
kemudian ke Barat melalui peradaban Yunani dengan filsafatnya yang terkenal,
berpindah lagi ke Timur lewat peradaban Arab-Islam, peradaban yang
menyatukan iman dan ilmu, materi dan spiritual, lahir dan batin, lalu tenggelam
dan melupakan risalahnya.3
Barat memegang kendali kepemimpinan dunia. Akan tetapi ia tidak amanah.
Bahkan mengalami kebangkrutan norma, melampaui keadilan, memetingkan
kekuatan dari kebenaran, materi atas ruhani, benda atas manusia. Merupakan
kewajaran bila obor peradaban harus berpindah ke tangan lain.4
Kesadaran kita terhadap prinsip mendasar (mabda’ asasi) ini harus melekat
dalam totalitas kepribadian kita sebagai sosok muslim, sosok yang
memposisikan diri sebagai bagian dari elemen perubah (min ‘anashirit taghyir).
Supaya sedikit pun kita tidak melangkah ke jalan lain selain jalan Allah. Tidak
sedetik pun kita berfikir untuk memilih alternatif lain selain solusi dari Allah.
Kalaupun orang lain tidak tahan, tidak sabar, kurang teguh menapaki tabiat
perjalanan dakwah ini, tidak mengurangi stamina fisik dan ma’nawiyah (spirit)
kita.
Arahan Nabi (taujih nabawi)
Prinsip pergantian zaman ini juga selaras dengan prediksi Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh
Imam besar dalam bidang hadits Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu
Hudzaifah, intelijennya Nabi shalla-llahu 'alaihi wa sallam (shahibus sirr) pada
14 abad yang silam.
.H.H.H.J.H. J.H. H..H. .H.K. .H.P.H.J.H. N.P. H.J.P.H. J.H. P.. H..H. .H. J.P.J.K. P.N.P.―...
P.J.P.H.
“Adalah (fase kepemimpinan) nubuwah ada pada kalian apa yang Allah
kehendaki terjadi. Kemudian Allah mengangkatnya manakala Dia menghendaki
mengang-katnya.”
3 al-Mubasysyirat bi Intisharil Islam (Berita-berita Gembira tentang Kemenangan
Islam), karya Dr. Yusuf al-Qardhawi.
4 Hal Satasquthu Amrika Kamaa Saqathath al-Ittihadu as-Sufyieti (Apakah
Amerika
akan Runtuh Seperti Uni Soviet?), karya Mahmud az-Zuby.
Inilah periode awal perjalanan sejarah ummat Islam. Saat itu ummat Islam
dipimpin langsung oleh manusia paripurna (insan kamil), pemimpin orangorang
yang bertaqwa (imamul muttaqin), panglima para mujahid (qa-idul
mujahidin), yaitu Muhammad shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Mereka langsung
dipandu oleh figur teladan (uswatun hasanah) sejak masa kesulitan,
kegoncangan (fatrah al-idhthirab) di Mekah sampai jaya di Madinah. Sejak
sebelum berfikir tentang perang sampai berkali-kali terjun di medan laga. Sejak
sebelum berfikir tentang format kepemimpinan sampai menjadi pemimpin yang
disegani di Jazirah Arab. Manusia penunggang onta yang tertata ulang persepsi
(tashawwur) dan mata hati (bashirah) mereka tentang Tuhan, alam sekitar dan
diri mereka sendiri, terbukti dalam sejarah memiliki kapasitas dan kapabilitas
menjadi penghulu dunia (ustadziyatul ‘alam). Beralalulah masa keemasan itu
(‘ashrudz dzahab) selama 23 tahun. Ketika Allah menghendaki, Ia mencabut
masa kejayaan itu.
)
.P.p
.H.P.l
..s
.P.H.K.H.³.H.H..H.J.H..K...―
.
.P.p
.K.H.H.P.J.P.H..H..H
..P.H.J
.H.P.J.H.P.N
.H.J.H.P.H..K.H.
.
.H.H.H.J.H.J.H.H.H
“Kemudian akan ada khilafah di atas manhaj nubuwah itu, maka terjadilah
apa yang Allah kehendaki terjadi. Kemudian Allah mengangkatnya manakala
Dia menghendaki untuk mengangkatnya.”
Inilah fase kedua perjalanan sejarah ummat Islam. Para ulama dan ahli sejarah
sepakat bahwa periode ini adalah pada masa khulafaur rasyidin: Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali. Ada yang berpendapat sampai ke kurun khalifah
kelima, Umar bin Abdul Aziz. Masa ini fase khalifah yang lurus, jujur dan adil.
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam melegitimasi masa kedua ini masih
dalam koridor minhajin nubuwah (metode kenabian). Artinya periode pertama
dan kedua ini adalah masa teladan dan rujukan (referensi) ummat Islam.
.H.J.H..H.H.H.³..H.J.H.H.H.N.K.H.J.H..K.H.P.J.K.H..N.H.H.H.J.K.H.H.N.H.......チ. .....
.P
.S
.K .
.
.
..... チチ.. .....³
..
..H
.
... ....チ... ..チ.チ... .. .
.J.H.P.P..KP..P.J
....... チ
.H.K.K.J.K.K.H
.. .... .
.
. .......... .
.
........ .
.
.
.H.J.PK..J.H.P.J
............ .....(.
... .
.H.J.H.P.J.H.
...チ.チ. .
.N.K.P.J. .
...... .... .
.H..H.P.J
.H.J
.....
.
.......チ. . ....チ. .
.
.
.
.
. ..チ. .. ..チ..... . .. . .
“Barangsiapa hendak menjadikan teladan, teladanilah para sahabat
Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, mereka itulah yang paling
baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit takalluf-nya (sedikit
mengada-ada), paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya.
Mereka adalah kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan
menegakkan dien-Nya. Karena itu hendaklah kalian mengenal keutamaan
jasajasa
mereka dan ikutilah jejak mereka, sebab mereka senantiasa berada di atas
jalan (Allah) yang lurus.” (HR. Ahmad dari Ibnu Masud).
Ketika belakangan ini usaha penegakan tatanan kehidupan Qur’ani pada level
eksekutif dan legislatif disalahartikan, bahkan dikhawatirkan terjadi disintegrasi
bangsa, itu adalah sesuatu yang wajar. Karena di belahan dunia manapun belum
Fase kehidupan ummat Islam yang ketiga ini dikuasai oleh raja yang menggigit.
Ia datang silih berganti dengan sebutan yang berbeda-beda. Yang paling awal
adalah Dinasti Umaiyah, kedua Dinasti Abasiyah dan ketiga Dinasti
Utsmaniyah yang berakhir pada tahun 1924. Sekitar 13 abad ummat Islam di
bawah kekuasaan raja-raja yang menggigit ini (mulkan ‘adhdhan).
Pada masa ini para khalifah disebut raja, karena secara formal menjabat
khalifah tetapi pada dataran operasional pola pemerintahannya menerapkan
sistem kerajaan.5 Kepemimpinan bukan dilahirkan oleh syura tetapi diwariskan
kepada keluarga dekat kerajaan, anak keturunannya.
Disebut “raja yang menggigit” karena masih menggigit Kitabullah dan Sunnah
Rasul, tetapi hampir-hampir lepas. Dan pada akhirnya lepas juga pada tahun
1924 dengan munculnya Dewan Nasional Turki oleh Mustafa Kamal Attaturk
(Bapak Bangsa Turki). Namun, para ulama’ yang istiqamah menggelarinya
dengan Mustafa Kamal A’da’ut Turk (Musuh Bangsa Turki). Inilah masa
keruntuhan dan keterpurukan ummat Islam. Dunia Islam laksana kebun yang
penuh tanaman subur dan bunga-bunga yang indah, tetapi tanpa pagar
pelindung dan penjaga kebun yang bertanggung jawab.
Kondisi ini sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa
sallam, “Kamu sekalian akan dijarah beramai-ramai oleh ummat-ummat
manusia seperti halnya santapan yang dikerumuni orang-orang lapar. Karena
kamu semuanya ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi tidak berkualitas”.
Sebelum tahun 1924, sekalipun kendali kekuasaan dipegang oleh “raja yang
menggigit”, tetapi ummat Islam masih memiliki payung dan pusat komando
(al-imamah al-‘uzhma) di Turki. Dalam dokumen sejarah dicatat, para penguasa
negeri-negeri muslim di seluruh dunia selalu mengadakan korespondensi
dengan pusat kekuasaan di Turki. Pada akhir abad ke-20, panglima Fatahilah
sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, beliau singgah untuk belajar di
Akademi Militer di Turki. Sekembalinya ke Nusantara beliau bisa memukul
mundur pasukan penjajah Portugis.
Lalu, Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam meneruskan sabdanya :
.H.H.H.J.H. J.H. H..H. .H.K. .H.P.H.J.H. N.P. H.J.P.H. J.H. P.. H..H. .H. P.J.P.H.H.
.·.K.H.H. .³.J.P. P.J.P.H. N.P.
“Kemudian akan ada (pemegang) kekuasaan yang diktator, maka terjadilah
apa yang Allah kehendaki terjadi. Kemudian Allah mengangkatnya manakala
Allah menghendaki untuk mengangkatnya.”
Masa keempat perjalanan sejarah ummat Islam ini mengalami krisis
kepemimpinan. Ummat Islam dari segi kuantitas tergolong besar, tetapi mereka
laksana sampah, makna lain dari gutsaa’ (buih), menurut pakar hadits Dr. Daud
Rasyid. Mereka bukan berkumpul tetapi berkerumun. Mereka mayoritas, tetapi
hati-hati individu mereka tercabik-cabik oleh paham kedaerahan (nasionalisme)
yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan kepentingan. Kehadirannya tidak
5 Al-Khilafah wal Muluk (Kekhilafahan dan Kerajaan), karya Abul A’la al-Maududi.
Ibnu Katsir menyebutkan hadits dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, yang
diriwayatkan Imam Ahmad, “Kekasihku – Rasulullah – menyuruhku untuk
menjalankan tujuh hal.” Kemudian beliau menyebutkan antara lain,
“Rasulullah menyuruhku mengatakan kebenaran meskipun itu pahit, dan
menyuruhku agar tidak takut terhadap cercaan orang yang mencerca.”6
3) Kabar gembira dari Sunnah Nabi
P.. P.P.J.H. H. P..H.N...H. P.J.N... H.H.H. .H. H.J.H.J. .H.H.
N.H.P.J.H.H. ...... .... ...... ...... .H.H.J.H. N.K.
. K. P.. ―.K.P. ·.P.H. H.H.J.K.J. K. K. P.. ―.K.P. .·.K. m.J.K.H. S.P.K. J.H. m.J.K.H. S.K.K.
H. J.S... .H.H.
(..... .. .... ....) H.J.P.J..
“Islam akan mencapai wilayah yang dicapai siang dan malam. Allah tidak
akan membiarkan rumah yang mewah maupun yang sederhana kecuali akan
memasukkan agama ini ke dalamnya. Dengan memuliakan oarng yang mulia
atau menghinakan orang yang hina. Mulia karena dimuliakan Allah
disebabkan keIslamannya dan hina karena dihinakan Allah disebabkan
kekafirannya.” (HR. Ahmad dalam Musnad).
Maksud sampainya Islam ke daerah yang disentuh siang dan malam, yaitu
tersebarnya Islam ke seluruh permukaan bumi, sebagaimana siang dan malam
menutupinya, dan masuknya agama ini ke daerah perkotaan maupun
pedesaan.
.K.H.J.H.H. K.S.P. K.J.S... .H.H. P.H.K.J.P.K. S.H.J.. K.J.K.H. .H.P.J..K. P.H.J.P.H. H.H.J.H.
J.K.N.. H.P.
: ......) H.J.P.K.J.P.J.. 33 (
“Dia lah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk (al-
Quran) dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya diatas segala agama.”
(QS at-Taubah : 33).7
Pengertian lafazh “liyuzh-hirahu ‘alad-diini kullihi” ialah dominasinya atas
semua agama. Pada abad-abad pertama, Islam mengungguli Yahudi, Nasrani,
paganisme Arab, Majusi Persia, dan sebagian agama-agama Asia-Afrika. Akan
tetapi, Islam belum menang atas semua agama. Kita masih menunggu berita
gembira ini, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Dan masih banyak lagi berita gembira meluasnya kemakmuran, kembalinya
khilafah atas manhaj nubuwwah, bertahannya kelompok kebenaran, datangnya
pembaharu setiap abad, turunnya al-Masih, datangnya al-Mahdi, kemudian
fenomena kebangkitan kesadaran beragama di kawasan-kawasan yang selama
ini menjadi pusat kekufuran, dan populasi ummat Islam yang semakin
bertambah. Hal ini dapat dilihat pada jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun
yang terus bertambah, berasal dari daerah yang selama ini tidak mengenal
Islam, dsb.
6 Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hal. 67-68.
7 Lihat juga: al-Fath : 28; ash-Shaff : 9
baru berumur kurang lebih 450 tahun. Itupun telah terjadi krisis akhlak dan
material. Jika kaum muslimin pada masa lampau mampu menguasai peradaban,
tentu bisa juga untuk mengendalikan masa depan, bi-idznillah.
df
...... .....
......
.......
.....
........
AKAR KRISIS
UMAT ISLAM
.... .. ....... ....
.....
Krisis perasaan akan
keagungan Islam
...... ....... ....
Krisis kebanggaan
beragama
.. ...... .... ...
Kehilangan harapan thd
pertolongan Allah
..
......
...... .....
Memahami
Islam scr detil
...... ......
Membangun
iman mendalam
......
......
Mewujudkan
solidaritas kokoh
BAB II
.u..... .....
ARAHAN PEMBAHARU
Akar krisis ummat Islam (al-asbab ar-ra’isi li azmaat al-muslimin)
Berbagai krisis yang menimpa kaum muslim sekarang ini merupakan akumulasi
dari berbagai krisis sebelumnya, yang dimulai sejak format ketatanegaraan
berbentuk khilafah (Islami) berubah menjadi format muluk (kerajaan, jahili).
Al-Quran menjelaskan secara global bahwa krisis multidimensi itu terjadi
karena berpaling dari ketentuan Allah.8 Makna ayat ini, barangsiapa yang
berpaling dari syariat dan hukum-hukum Allah maka akan menemui kehidupan
yang serba-sulit (ma’isyatan dhonkaa) di dunia, sangat menderita, sekalipun
secara lahiriyah sejahtera.9
Berkata Ibnu Katsir, “Barangsiapa berpaling dari ketetapan Allah dan
melupakannya, maka baginya kehidupan yang sempit di dunia (ma’isyatan
dhonkaa), tiada ketenangan maupun kelapangan dada, bahkan merasakan
kesempitan hidup disebabkan kesesatannya sekalipun secara lahiriyah makmur,
bisa berpakaian, makan, bertempat tinggal sesuka hatinya. Tetapi jiwanya
goncang, bingung dan diliputi keragu-raguan.10 Ada yang berpendapat
disempitkan liang lahatnya nanti sehingga tulang rusuknya berselisih.
Dalam hadits riwayat Imam ath-Thabrani dari Ibnu Abbas dijelaskan bahwa
penyebab terjadinya berbagai krisis, adalah diawali oleh krisis kepribadian
(basic of knowing) dengan mudah mengobral janji, krisis keimanan dengan
menolak ber-tahkim dengan hukum Allah, krisis moral ditandai dengan
merajalelanya praktek perzinaan, perkosaan, pergaulan bebas, pornografi,
praktek aborsi, dan gaya hidup materialistik yang berindikasi dengan mental
hedonistik, meghalalkan segala cara ketika memperoleh kekayaan serta
keengganan untuk berzakat. Kemudian Allah menurunkan musibah penguasa
yang zhalim, harga-harga kebutuhan pokok membumbung tinggi, musibah
kemiskinan struktural, penyakit AIDS mewabah, manusia menjadi individualis,
terjadi bencana alam di mana-mana.
Para pembaharu mengidentifikasi penyebab krisis integritas ummat tersebut,
diawali dari kesempitan batin (azmat al-masya’ir), kemudian melahirkan
kesempitan dalam berbagai bidang kehidupan; kemudian menawarkan
alternatif-alternatif pemecahannya secara fundamental dan menyeluruh.
Pertama, krisis perasaan terhadap keagungan Islam (azmat al-masya’ir ‘an
‘azhamatil Islam).
Ummat Islam sekarang tidak meyakini secara bulat (100%) bahwa Islam adalah
solusi mendasar dalam mengantisipasi persoalan individu, keluarga dan
8 QS Thaha : 124.
9 Shafwatut Tafasir II, hal. 250.
10 Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir II, hal. 497.
Ketika terjadi Perang Badar antara muslim dan kafir, kekuatan material dua
pasukan yang saling berkonfrontasi itu tidak sepadan. Kaum muslimin dalam
posisi lemah, terdiri dari kalangan masyarakat akar rumput, lapar (berpuasa
Ramadhan), peralatan perang seadanya. Semula kaum muslimin hanya ingin
mengambil kembali hak-haknya yang dirampas oleh orang kafir, setelah pulang
dari kafilah dagang. Tetapi Abu Sufyan memilih jalan lain menuju ke Makkah
dan memprovokasi kabilah Quraisy untuk berperang melawan kaum muslimin.
Dengan kelebihan yang melekat pada dari tokoh kafir Makah itu, yakni orator
(pandai berceramah tanpa teks, khuthbah murtajalah), semua elemen
masyarakat Quraisy, tersulut amarahnya kepada komunitas Islam yang sedang
dirintis oleh Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Dalam waktu singkat
bisa terkumpul pasukan 4 kali lipat dari jumlah pasukan Islam.27
Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam sendiri sempat mengkhawatirkan
keberlangsungan eksistensi mereka, umat beliau, seperti terlukis dalam doa
yang beliau panjatkan:
.J.H. K.J.H.J. K.. J.H.J.P. J.H.H. P.H..H.K.J.. K.K.H. J.K.J.H. J.K. N.P.N..H. P.P.J.H.H. .H.
J.K. J.P.J.. N.P.N..H.
.J.H.J..
“Ya Allah, kabulkanlah doaku. Ya Allah sekiranya pasukan ini hancur
terkalahkan, niscaya Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi setelah
hari ini”.
Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam terus berdoa hingga selendangnya
terjatuh dari pundaknya, hingga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada
beliau, “Demi Allah, wahai Rasulullah, Allah pasti akan menolong dan
mengabulkan doa Anda”. Allah subhanahu wa ta’ala pun berkenan menolong
kaum muslimin dengan kemenangan yang sangat gemilang.28
Berbeda jauh saat kaum muslimin berperang pada Perang Hunain. Ketika itu
mereka membanggakan SDM unggul dan peralatan perang. Karena peperangan
dikomando langsung oleh Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam diikuti oleh
para Sahabat senior. Begitu kepercayaan diri tertanam secara berlebihan, hampir
saja kaum muslimin mengalami kekalahan telak. Kebanggaan material terbukti
tidak berhasil menolong dari kepungan musuh dan merapatkan barisan kaum
muslim.29
Thalut dan ummatnya yang hanya minum seteguk air, sekedar untuk melepas
dahaga, terbukti memiliki kekuatan mental untuk melanjutkan peperangan, dan
dengan izin-Nya, Jalut dan pasukannya berhasil dipukul mundur. Sedangkan
prajuritnya yang minum air sungai secara berlebihan hingga kekenyangan,
ternyata tidak memiliki kesanggupan untuk berperang.30
27 Fiqh as-Sirah, Syekh Muhammad al-Ghazali.
28 QS Ali Imran : 123.
29 QS at-Taubah : 25.
30 QS al-Baqarah : 249.
Demikian pula kekalahan yang sama dialami ummat Islam pada Perang Uhud,
ketika pasukan pemanah tidak disiplin karena terpesona dengan kekayaan
dunia.
..) J.P.K.P.J.H. K.J.K. J.K. H.P. J.P. .H.H. .N.H. J.P.J.P. .H.J.H.J.K. J.P.J.H.H. J.H. ..H.J.K.P.
J.P.J.H..H.H. .N.H.H.H.
: ..... 165 (
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa (pada peperangan Uhud), padahal kamu
telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada
peperangan Badar) kamu berkata, ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini?’
Katakanlah, ‘Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri’.” (QS Ali Imran : 165).
df
BAB III
...... u..
SOLUSI ATAS BERBAGAI KRISIS
Mengantisipasi krisis psikologis ummat sebagaimana yang telah dipaparkan
pada awal maudhu’ (tema) ini, perlu diambil langkah-langkah diagnosis
berikut.
Pertama, memahami syariat Islam secara terperinci (al-ma’rifah ad-daqiq ‘an
syari’atil Islam)
Dengan mengilmui syariat Islam, Allah akan memberikan ‘ilmu kasbi (ilmu
yang diperoleh melalui usaha yang tekun) dan ‘ilmu ladunni (ilmu baru yang
didapatkan atas kemurahan Allah). Dengan ilmu yang luas akan mengantarkan
seseorang mampu mengidentifikasi permasalahan kehidupan ummat dan
mencari solusi alternatif. Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman
dan berilmu.31 Posisi manusia lebih tinggi dari makhluk lain, termasuk malaikat,
karena interaksinya dengan ilmu.32
Allah mencela orang yang menuruti hawa nafsu dan tidak mau menggali
potensi-potensi sama’, bashar dan fuad-nya secara maksimal.33 Ibnu Taimiyah
mengatakan kebodohan adalah musibah kematian sebelum meninggal. Allah
akan meminta pertanggungjawaban manusia atas penggunaan sama’, bashar
dan fuad-nya.34
Doa yang seringkali dipanjatkan oleh Rasulullah pada awal-awal perlangkahan
Islam adalah doa agar dianugerahi SDM unggul, “Ya Allah, jayakanlah Islam
ini dengan masuk Islamnya salah satu dari dua Umar.” Dengan ilmu syariat
akan menambah pemiliknya takut kepada Allah,35 dan akan menyimpulkan
bahwa semua ciptaan-Nya tidaklah sia-sia.36
Bangsa-bangsa yang memiliki komitmen peningkatan SDM, maka akan
memiliki keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan, sosial, politik, ideologi,
ekonomi, keamanan, dll. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa perintah
mencari ilmu menggunakan kalimat faridhatun, dimana “ta’ marbuthah” dalam
kata ini mempunyai arti superlatif (mubalaghah), alias sangat diwajibkan.
Kedua, membangun iman secara mendalam (al-iman al-‘amiiq)
31 QS al-Mujadilah : 11.
32 QS al-Baqarah : 31; al-‘Alaq : 5.
33 QS al-A’raf : 178.
34 QS al-Isra’ : 36.
35 QS Fathir : 28.
36 QS Ali Imran : 191.
Iman akan melahirkan kesadaran untuk hidup Islami secara total dan
menyeluruh,37 menerima Islam sebagai minhajul hayat (sistem hidup), tak
terjebak pada parsialisasi Islam (juz’iyyatul Islam), atau ber-Islam karena
dorongan intres pribadi. 38
Iman yang benar akan melahirkan sikap sami’na wa atha’na (kami mendengar
dan kami tunduk) pada ketentuan Allah. 39 Mukmin sejati memiliki kesiapan
lahir dan batin untuk diatur oleh Allah dengan suka rela. 40
Dengan iman akan melahirkan loyalitas pada kebenaran mutlak, keadilan,
kejujuran, kedamaian, kedisiplinan, keindahan dan sifat-sifat utama yang lain.
Kemenangan iman bukan hadiah ummat Islam semata, tetapi kemenangan
kemanusiaan atas kezaliman, ketidakadilan hukum dan ekonomi dan sikap
represif lainnya. Karena Islam adalah untuk semua manusia (kaffatan lin-naas)
41
dan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil-‘alamin).
Iman yang tidak melahirkan gerakan penegakan syariat dalam kehidupan sama
jeleknya dengan amal yang tidak berlandaskan iman. Setelah mengikrarkan
syahadat, konsekuensinya adalah menegakkan syariat shalat. 42 Syariat shalat
merupakan penye-garan ulang tentang kesiapan muslim dalam mengatur segala
aspek kehidupan dengan syariat, demikian kata Al-Maududi.
Ketiga, membangun solidaritas dan soliditas sesama ummat (al-ittishal alwatsiiq)
Terapi yang ketiga adalah terampil dalam menjalin hubungan interpersonal dan
intrapersonal (shidqun fil mu’amalah). Ada dua komponen penting sebagai pilar
dalam bergaul (rukn al-mukhalathah). Pertama, minimal kita tidak memiliki
sikap berburuk sangka, dengki, benci kepada sudara muslim. Kedua, maksimal
kita mampu menunjukkan sikap itsar (mengutamakan orang lain melebihi
dirinya sendiri).
Berbeda dengan paham barat yang mengatakan, “Kalian bebas berbuat apa saja
asal tidak melanggar batas-batas kebebasan kami.” Islam mengajarkan sejauh
mana Anda mengorbankan kebebasan Anda untuk kepentingan orang lain.43
Bertolak dari shidqun fil mu’amalah akan melahirkan ukhuwah Islamiyah.
Sejarah menunjukkan bahwa dengan jalinan ukhuwah yang solid maka berbagai
kesulitan maupun tantangan yang dihadapi ummat akan mudah diselesaikan.
Jika ketiga diagnosa krisis yang dipaparkan pada awal tema ini, diuji secara
shahih pada realitas kehidupan ummat, insya-Allah berbagai krisis yang bersifat
konsepsional dan teknis akan segera berakhir.
37 QS al-Baqarah : 208.38 QS al-Baqarah : 85; al-Hajj : 11.
39 QS an-Nuur : 51.
40 QS an-Nisa’ : 65.
41 QS al-Anbiya’ : 107.
42 QS Thaha : 12, 14.
43 QS al-Hasyr : 9.
Dengan sumber daya manusia yang beriman, berilmu dan dirakit dalam
bangunan organisasi yang kokoh maka akan men-zhahir-kan Islam diatas
agama-agama yang lain, semuanya. 44
Ketiga solusi mendasar diatas – menurut kajian Sistematika Nuzulnya Wahyu –
dinamakan Prinsip Dasar Aqidah, Syari’ah dan Imamah-Jamaah.
df
44 QS ash-Shaff : 9. Lihat: Nahnu wal Hadharah al-Gharbiyyah, Abul A’la al-
Maududi.
BAB IV
...... ... ..u..... ..... ... ......
TAHAPAN TURUNNYA WAHYU SEBAGAI JAWABAN
Argumentasi orisinalitas tekstual (hujjatu ashaalati an-nash)
Sesungguhnya program dasar Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia
adalah, pertama, sebagai hamba-Nya. Maka, langkah pertama dan utama
seorang hamba Allah adalah berusaha mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub
ilallah).
: ........) K.J.P.P.J.H.K. N.K. H.J.K.J.H. N.K.J.. P.J.H.H. .H.H. 56 (
“Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali supaya mereka
(ujungujungnya)
beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzariyat : 56).
Kesan (atsar) yang diperoleh lewat media pendekatan (‘ibadah mahdhah) ini
akan mendapat curahan 1% dari 100% salah satu sifat-Nya yang baik (al-asma’
al-husna), diantaranya sifat ar-Rahman ar-Rahim. Satu rahmat saja bumi dan
seisinya berjalan dengan harmonis, seluruh makhluk hidup dengan damai, ibu
bisa mengasihi anaknya, binatang-binatang buas tak berebutan dalam satu
lokasi minuman.
...... - H.N.H.J.. H.H.H. P.J.K. .³.K..H. H.N.H.H. J.H. K.. K.H.J.H.K. .J.P.N.H.H.
“Berakhlaklah dengan akhlak Allah subhanahu wa ta’ala barangsiapa yang
berakhlak dengan salah satu akhlak-Nya, niscaya ia masuk surga.” (al-hadits)
―.K.N... H..H. . .J.K. P.H.H. .H.H. H. J.K. J.K.J.H. S.H. H.J.K. .H.H. : N.H.H. N.H. P..
P.J.P.H. :
.. P.P.J.H.H. mH.H. K.. J.K.H.H.H. H.K.H. J.K.J.H. K.. P.P.J.H.H. K.K.J.H. K..
J.K.H.H.H. .H.K.H. J.K.P.P.J.H.
.³..H.K. N.H.K. H.H.H.J.. K.K.H. .³..H.K. K.J.H.K. P.J.H.H.J.K. .³.J.K. N.H.K. H.H.H.J..
K.K.H. P.J.K. ..J.H. mH.H.
(....... ....) ³.H.H.J.H. P.P.J.H.. .³.J.H. J.K..H.. J.K.H. .³..H. P.J.K. P.J.H.H.J.K.
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman
(dalam hadits qudsi) : ‘Aku dalam sangkaan hamba-Ku, dan Aku akan selalu
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kemudian apabila ia ingat Aku dalam
dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia ingat kepada-Ku
dalam satu kaum, maka Aku akan mengingatnya dalam kaum yang lebih
banyak dari pada kaum itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan
mendekatinya sehasta. Jika ia mendekat-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya
sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, aku akan datang
kepadanya dengan berlari-lari kecil.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
dalam potensialisasi diri, tetapi pada aspek yang lain lemah dalam aktualisasi
diri. Keimanan yang tidak melahirkan kepekaan dan tanggung jawab sosial,
sama jeleknya dengan amal yang tidak dilandasi oleh iman. Dan manusia model
ini termasuk pendusta agama. Shalih secara ritual tetapi tidak shalih sosial.
Sosok yang baik untuk dirinya sendiri (shalih li nafsihi), tidak shalih bagi orang
lain.
Dalam memakmurkan alam sebagai tugas kekhalifahan, Allah subhanahu wa
ta’ala telah membuat paket aturan yang mengandung kebenaran mutlak, maka
dijamin sukses dalam menjalankan fungsi sebagai wakil-Nya. Aturan itu disebut
diinul haq (dien yang benar). Tujuan (al-hadaf) penegakan aturan ini agar
diunggulkan-Nya atas agama yang lain.
S.H.J.. K.J.K.H. .H.P.J..K. P.H.J.P.H. H.H.J.H. J.K.N.. H.P. .......チ... .K.H. J.H.H. K.S.P.
K.J.S... .H.H. P
: ......) H.J.P.K.J.P.J.. 32 - 33 .(
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an)
dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS at-Taubah : 32-33).
Proses pemenangan agama Islam ini adalah dengan pencerahan. Menampakkan
cahaya (nuur), sehingga kegelapan-kegelapan (zhulumat) sirna dengan
sendirinya. Menang tanpa ngasorake lan nglurug tanpa bala (menang tidak
menghinakan pihak yang kalah, dan mendatangi tanpa membawa bala tentara).
Seperti sastra berikut yang melukiskan kehadiran Rasulullah shalla-llahu
‘alaihi wa sallam.
K.J.P.―... P..H.J.K. H.J.H. * K.J.P. H.J.H. ..J.P. H.J.H. * ..J.H. H.J.H. ..J.H. H.J.H.
“Engkau adalah matahari. Engkau adalah bulan purnama. Engkau adalah
cahaya di atas cahaya. Engkau adalah lampu (penerang) hati.”
Penegakan aturan (iqamtud dien) adalah dharurah basyariah (kebutuhan
primer) dan hajah syar’iah (tuntutan keagamaan). Karena Allah adalah pencipta
(al-Khaliq), bumi adalah ciptaan-Nya dan manusia adalah makhluk-Nya. Jika
Allah sebagai Pencipta sementara makhluk-Nya tak memberlakukan tegaknya
syariat di bumi-Nya, pastilah akan terjadi chaos (fitnah).
: .......) .H.H.H.H.H. .. N.K. ..H.K.. .H.K.J.K. H..H. J.H. 22 (
“Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada dua Tuhan, maka pastilah
keduanya binasa.” (QS al-Anbiya : 22).
Untuk menghindari kekacauan ini, terkadang harus memilih alternatif perang.
Perang bukan berarti merusak, tetapi menghilangkan berbagai hambatan
(‘awa’iq) yang menghalangi sampainya rahmat Islam ini kepada yang berhak
menerimanya. Ibarat tubuh yang tertimpa penyakit akut, untuk mencegah
penularannya ke seluruh tubuh, maka bagian tubuh yang terluka terpaksa
diamputasi. Demi kesembuhan tubuh, minum obat yang pahit alternatif yang
harus dipilih. Demikianlah sebagian filosofi perang dalam Islam.
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang haqq.” (QS al-
Hajj : 6; 62).
: .....) P.K..H.J.. K.K.J.P. J.K. H.J.P.J.H. .H. N.H.H. ―.H.J.. H.P. H.. N.H.K. H.K.H. 30 (
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil.” (QS
Luqman : 30).
: ......) H.J.K.H.J.P.J.. H.K. N.H.J.P.H. H.H. H.S.H. J.K. ―.H.J.. 147 (
“Kebenaran itu berasal dari Rabbmu maka jangan sekali-kali kamu menjadi
orang yang ragu-ragu.” (QS al-Baqarah : 147).
Kebenaran dari Allah itu mencakup ayat-ayat tanziliyah (ayat quliyah).
: ......) H.S.H. J.K. ―.H.J.. H.P. J.H. P..H.H.J.. H.J.P.J.P.H. J.H. 3 (
“Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, ‘Dia (Muhammad)
mengada-adakannya’. Sebenarnya al-Qur’an itu adalah kebenaran (yang
datang) dari Tuhanmu.” (QS as-Sajdah : 3).
Demikian pula kebenaran itu mencakup ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
: ..... ..) ³.K..H. .H.H. H.J.H.H. .H. .H.N.H. 191 (
“Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.” (QS Ali
Imran : 191).
Secara fisik, manusia baik dalam keadaan suka atau terpaksa tunduk pada
aturan hukum alam (sunnatullah). Proses kejadian manusia dari janin (embrio),
shabiy (bayi), thifl (anak-anak), murahiq (pemuda), kuhulah (dewasa) dan
syaikh (lanjut usia), adalah fenomena penciptaan yang direncanakan Tuhan
pasti terjadi. Tiada yang bisa menghalangi proses itu sedikitpun, Sekalipun
secara verbal bisa menolak. Tiada sikap lain terhadap kebenaran mutlak itu
kecuali mempelajari dan mengikutinya.
N.P.N..H. ....... .H.J.P.J..H. .·.H. N.H.J.. ......... ...... - P
“Ya Allah perlihatkan kepada kami kebenaran itu kebenaran dan
karuniakanlah kepada kami (agar) mengikutinya.”
Ketika mempelajari kalimat Allah (ayat qauliyah) dan mengkaji khalqillah
(ciptaan Allah, ayat kauniyah), di dalamnya pasti ada aturan yang mengikat.
Aturan firman Allah dikenal dengan qadha’ tasyri’i dan aturan ciptaan Allah
disebut qadha’ takwini.
: ....) K.. K..H.K.H.K. H.J.K.J.H. H. 64 (
“Tiada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah.” (QS Yunus : 64).
: .....) K.. K.J.H.K. H.J.K.J.H. H. 30 (
masing-masing 145 kali. Akhirat terulang 115 kali sebanyak dunia. Malaikat
terulang sebanyak 88 kali sebanyak kata syetan. Thumaninah (ketenangan)
terulang 13 kali sebanyak kata dhiq (kecemasan). Panas terulang 4 kali
sebanyak kata dingin.
Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjukkan dampaknya yaitu ridha
(kepuasan) masing-masing 73 kali. Kikir sama dengan akibatnya yaitu
penyesalan masing-masing 12 kali. Zakat sama dengan berkat yakni kebajikan
melimpah, masing-masing 32 kali. Kata yaum (hari) terulang sebanyak 365,
sejumlah hari dalam setahun. Kata syahr (bulan) terulang 12 kali, juga sejumlah
bulan-bulan dalam setahun.
Argumentasi kebenarannya bisa dibuktikan secara kontekstual (pola
penerapannya, manhaj). Pola penerapan ini dikenal dengan metode tadriji
(gradual, bertahap). Rahasia tahapan pelaksanaan wahyu ini memiliki hikmah
khusus.
........... P..H.J.H.J.H. ..... ........... : ......) H 105 (
“Dan Kami turunkan (al-Qur’an itu) dengan sebenar-benarnya dan al-Qur’an
itu telah turun dengan (membawa) kebenaran.” (QS al-Isra’ : 105).
Ungkapan “menurunkan” dalam ayat diatas menggunakan kata tanzil, yang
berasal dari akar kata nazzala-yunazzilu-tanzilan, bukannya anzala-
yunziluinzaalan.
Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsurangsur.
Ulama bahasa membedakan dua kalimat tersebut. Tanzil berarti turun
secara bertahap, sedang inzal hanya turun dalam arti umum.
.³..J.P.H. ...チ. ..... ....... ..... チ........... チ.......... : ......) ³.J.K.J.H. P..H.J.N.H.H. m 106 (
“Dan al-Qur’an itu Kami bagi-bagi, agar kamu dapat membacakannya
kepada manusia secara berangsur-angsur, dan Kami turunkan ia dengan
turun yang sempurna.” (QS al-Isra’ : 106).
³.H.K..H. ³.H.J.P. P..J.P.J.. K.J.H.H. H.K.J.P. H.J.H. .J.P.H.H. H.J.K.N..
H..H.H. ......チ. .... ......チ... ........
......... チ............ : .......) ³ 32 (
“Berkatalah orang-orang kafir, ‘Mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok.” (QS al-
Furqan : 32).
Jadi melaksanakan wahyu secara bertahap adalah intruksi dan acuan langsung
dari Allah. Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam hanya mengikutinya
(ittiba’) tanpa merevisi sedikitpun, sama sekali tidak membuat-buat sesuatu
yang baru tanpa contoh sebelumnya.
.H. N.K. P.K.N.H. J.K. J.P.K. H.H. J.K. P.H.J.P. .H. J.K.J.H. .H.H. K.P.―... H.K. .³.J.K.
P.J.P. .H. J.P.
: ......) N.H.K. .H.J.P. 9 (
“Katakanlah : Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul dan aku
tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku.” (QS al-Ahqaf : 9).
Jika kita tidak menerapkan kebenaran dari Allah berarti kita manusia yang sok
tahu (jahiliyah).
.H.K..P
.H.J.H.s
.J.P.J
.H.H
“Kamukah yang lebih tahu ataukah Allah?”
.H.J.H.P.H.H.J.H.H.J.H.P.J.H
“Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah : 216).
Tahapan turunnya wahyu disini menurut pakar tafsir dari kalangan sahabat,
Ibnu Abbas, yaitu : QS al-‘Alaq 1-5, al-Qalam 1-7, al-Muzzammil 1-10, al-
Muddatstsir 1-7, dan ditutup dengan al-Fatihah 1-7. Diakhiri dengan surat al-
Fatihah karena ia induk al-Qur’an. Yang memahami dan melaksanakan al-
Fatihah otomatis menjiwai seluruh al-Qur’an.
Argumentasi kontekstual (hujjah al-kayfiyyah aw al-manhaj)
Standar kebenaran konsep di samping orisinil, steril dari campur tangan
manusia, diukur pula tingkat kemampuannya dalam melahirkan pelakunya (al-
Qur’anu yahtaaju ila rajulin Qur’ani). Nilai-nilai al-Qur’an yang ideal harus
membumi, dibuktikan dengan perilaku pemeluknya.
Jika kita mengkaji perjalanan Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam dalam
membumikan al-Qur’an, dalam jangka waktu 23 tahun, gurun Jazirah Arab
terbukti dipadati manusia-manusia besar yang siap memimpin dunia. Manusia
yang telah tertata ulang persepsi (tashawwur) dan bashirah-nya (mata hati)
tentang dirinya, pandangan terhadap alam sekitarnya, wawasan tentang
Tuhannya dan misi kehadirannya di dunia. Dari sinilah awal perubahan besar
itu terjadi.
Dari masyarakat yang nomaden (badawah), lahirlah pemikir dan ilmuwan
besar seperti Umar bin al-Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar, Ibnu
Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab. Bahkan, menurut catatan
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, jumlah sahabat yang ditinggalkan Rasulullah
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam saat beliau wafat berjumlah 16.000 orang,
dimana sekitar 100 sampai 110 orang diantara mereka adalah ulama.
Dari masyarakat yang buta aksara itu lahirlah pemimpin-pemimpin besar.
Pemimpin negara seperti Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib. Pemimpin militer seperti Khalid bin Walid, Abu
Ubaidah al-Jarrah, al-Mutsanna bin al-Haritsah, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Amr
bin al-‘Ash, dll.
(
216
)......:
.P.J
.H..P
Dari masyarakat yang tidak terstruktur itu muncul puluhan entrepreneur ulung
seperti Abu Bakar, Ustman bin Affan, Abdurrahman bin Auf. Bahkan 9 dari 10
sahabat yang dijanjikan masuk surga adalah pebisnis. Dan lebih banyak lagi
keahlian yang dimiliki dari kalangan shahabiyat Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi
wa sallam.
Dari masyarakat yang buta budaya itu muncul kelompok profesional dalam
berbagai bidang. Bidang hukum (Ali bin Abi Thalib, Syuraih al-Qadhi),
administrasi (Abu Ubaidah), intelijen (shahibus sirr) seperti Hudzaifah bin al-
Yaman dan al-Abbas, atau aspek bahasa seperti Zaid bin Tsabit.
Dari masyarakat yang tidak diperhitungkan dalam percaturan peradaban dunia
saat itu, lahir dari kalangan grass root yang memiliki komitmen keagamaan
yang kuat seperti Bilal bin Rabah, Shuhaib bin Sinan ar-Rumi, atau keluarga
‘Ammar bin Yasir. Akidah bagi mereka lebih berharga dari nyawanya,
sekalipun secara ekonomi mereka kekurangan. Dari mereka lahir pula pemuda
dari keturunan budak yang menjadi panglima perang, misalnya Usamah bin
Zaid.
Kualitas ilmu dan iman para sahabat melebihi dari manusia pada masanya.
Kualitas seorang dari mereka melebihi 1000 orang biasa. Rajulun ka-alfin.
Sungguh, suara Abu Thalhah al-Anshari lebih baik daripada sekelompok orang
(lashawtu Abi Thalhata khairun min fi-atin). Ketika sebagian sahabat ada yang
mentertawakan fisik Ibnu Mas’ud yang kurus, Rasulullah membela dengan
ungkapannya yang terkenal, “Sungguh kaki Ibnu Mas’ud lebih berat dari
gunung Uhud di surga kelak, karena komitmen perjuangannya”.
Demikianlah profil generasi pertama kaum muslimin. Sejarah menceritakan
kepada kita tentang kemampuan al-Qur’an untuk melahirkan orang-orang besar.
Tinta emas sejarah tidak pernah kering dari sosok manusia yang kematangan
pemikirannya melebihi usianya, kedewasaannya melampaui masanya,
kehadirannya menggoncangkan dunia dan mengagumkan bagi yang
mengenalnya dengan jujur.
Kini kaum muslimin berada pada titik nadir kelemahannya, memerlukan
kehadiran model manusia seperti mereka untuk memandu mereka keluar dari
keterpurukannya. Bagaimanakah langkah metodologis supaya menjadi manusia
muslim ideal? Hanya konsep orisinil dan diterapkan secara sistematis dari al-
Qur’an yang bisa menjawabnya.
.
H.J.H.J.H.J.H..H.H...J.P.J..H.H.H..H.H.Hm..H.H.J.H.P.H..K.³..P.H.H.S.³..K.J.H.J.H.K..K... ).
.:
(21
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada
Allah.” (QS al-Hasyr : 21).
Wallahu a’lam bish-shawab.
df
$
PAKET II .
....... .....
Prinsip Akidah
$
.. .... ..... ... ... ... : .... .. ... ... ... . .... ..... ....... .. .... . ........ ........ ........ .. ....
..... ... ... ... ...
....
BACALAH
.........
PENGETAHUAN
......
PENGALAMAN
........ ... – ........
.........
INKLUSIF – RESPONSIF THD PERUBAHAN
.......
PERADABAN
.......
NOMADEN
...
BUTA BUDAYA &
AKSARA X .......
PERADABAN
........ .......
TAHU TULISAN &
BACAAN
.......
Peningkatan
...
Dengan cara
Allah
.. ......
Dengan jalan Allah
.......
Pendidikan
.. ..
Dari Allah
...... ......
Bersumber dari Allah
.....
Berdiri
.....
Duduk
...
.....
Berbaring
. ....... ......
Gerak dan diam karena Allah
.. ....... ......
Meneladani sifat rububiyah Allah
... .... ....
Bacalah dgn Nama
Tuhanmu
.......
Pendidikan
.. ...
Menuju Allah
...... ......
Menuju Allah
Iqra’ bismi rabbik : ikhlas karena Allah (bukan mengatasnamakan Allah), baik
dalam rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah (ibadah). Taat kepada Allah, Rasul dan
Ulil
Amri sekaligus. Ali bin Abi Thalib krw.berkata : Saya adalah budak terhadap
orang yang mengajari saya satu huruf, jika mau ia (bebas ) menjual saya atau
memerdekakan saya.
....
BACALAH
......
Hati
.. ...
Kemurahan Allah
.... ...
Ilmu ladunni
.. ....
Firman Allah
...... ....
Hukum syariat
...... .....
Pedoman hidup
...... .....
Amal shalih/taat hukum
.....
Penglihatan
.....
Pendengaran
......
Alat pena
.... ...
Ilmu kasbi
.. ...
Ciptaan Allah
... – .... ....
..
Hukum Allah di alam
...... .....
Sarana kehidupan
...... ... .. .......
Membacan dalam Perspektif al-Qur’an
....... .....
LEVEL MUTU BACAAN
.... - ......
ORANG ALIM – IKUTILAH DIA
.... - ......
ORANG LALAI – TINGGALKAN DIA
.... - ......
ORANG BODOH – BIMBINGLAH DIA
.... .... - ......
ORANG BODOH KUADRAT – TOLAK DIA
..... .... ...
KISAH NABI MUSA DAN
HAIDHIR
...... .. .....
“Maka aku ingin merusakkannya”
..... ....... .. ......
“Maka kami ingin agar Tuhan mereka
menggantinya”
...... .... .. ... .....
“Maka Tuhanmu ingin kelak jika mereka
berdua sudah dewasa”
BAB I
....... .....
PRINSIP AKIDAH
...ᅭ... ...ᅭ... .. ...
.K.N.. . P.H.J.H.J. H.―.H.H. J.H.J.. . m.H.H. J.K. H..H.J.K.J. H.H.H. . H.H.H. J.K.N.. .S.H.
K.J..K. J.H.J.K.
J.H.J.H. J.H..H. H..H.J.K.J. H.N.H. . K.H.H.J..K. H.N.H.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Paling Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.”
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita, “Yang pertama sekali mendahului
kedatangan wahyu kepada Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam adalah
mimpi-mimpi yang benar. Setiap mimpi beliau selalu terbukti (kebenarannya)
secara nyata, seterang cahaya di pagi hari. Setelah itu beliau terdorong untuk
ber-khalwat di Gua Hira untuk beribadah beberapa malam dan kembali lagi
kepada keluarganya untuk mengambil bekal menyendiri berikutnya. Hingga
suatu ketika datang kepada beliau ‘al-Haqq’, Kebenaran Mutlak, yaitu dengan
datangnya malaikat yang menyampaikan Iqra’ dan seterusnya.” (HR al-
Bukhari).
Mimpi yang benar, menurut Nabi Muhammad shalla-llahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, adalah 1/46 bagian wahyu
kenabian. “Secara kebetulan”, waktu enam bulan yang beliau alami sebelum
turunnya Iqra’ merupakan 1/46 dari masa kenabian Rasulullah shalla-llahu
'alaihi wa sallam yang berlangsung selama 23 tahun itu.
Beberapa waktu menjelang turunnya wahyu pertama, Muham-mad shalla-llahu
‘alaihi wa sallam seringkali mendengar suara yang berkata, “Wahai
Muhammad, sesungguhnya engkau ada-lah utusan Allah yang benar”. Dan
ketika beliau mengarahkan pandangan mencari sumber suara itu, beliau
mendapati seluruh penjuru telah dipenuhi oleh cahaya yang gemerlapan dan hal
ini mencemaskan beliau sehingga dengan tergesa-gesa beliau kembali menemui
istri tercintanya. Khadijah lalu menyarankan menemui Waraqah bin Naufal,
seorang tua yang mempunyai pengetahuan tentang agama-agama terdahulu.
Dalam pertemuan tersebut terjadilah dialog.
“Dari mana engkau mendengar suara tersebut?” tanya Waraqah. “Dari atas,”
jawab Nabi. Waraqah kemudian berkata, “Yakinlah bahwa suara itu bukan
bisikan setan, karena setan tidak akan mampu datang dari arah atas (simbol
ketinggian Tuhan), tidak pula dari arah bawah (tempat menundukkan kening
untuk bersujud). Suara itu adalah suara dari malaikat.” Hal ini sejalan dengan
al-Quran, surat al-A’raf : 17.
menjadikannya. Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang
berguna bagi musafir di padang pasir.” (QS al-Waqi’ah : 71-73).
H.P.H.J.H. J.S.H. K..H.H.J.. K.. .H.H. J.S.K. N.H.P.H. H..H. H.J.N... P.H.H. H.H.H.
.N.H.H. ..... ...... ..チ......
: .......) H.J.K.K..N... H.K. P.. H..H. J.K. J.K.P.K.H.H. P.H.J.P. .H. J.H.J.. K.H.H.H. H..H.
102 (
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya-Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS ash-Shaffat :102).
Berkali-kali manusia diperintahkan untuk melakukan nazhar, fikr, dabbara,
serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam raya ini tidak
mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.
..H.K.J.. H..K.H. . J.H.K.P. H.J.H. K..H.N... H..K.H. . J.H.K.P. H.J.H. H.K.K.J. H..K.
H.J.P.P.J.H. H.H.H.
: .......) J.H.K.P. H.J.H. K.J.H.J. H..K.H. . J.H.K.P. H.J.H. 17 - 20 (
“Tidakkah mereka melihat kepada onta bagaimana diciptakan, dan ke langit
bagaimana ia ditinggikan, ke gunung bagaimana ia ditancapkan, serta ke bumi
bagaimana ia dihamparkan.” (QS al-Ghasyiyah : 17-20).
Perintah membaca ini mencakup dengan akal, emosi dan hati nurani. Perintah
yang diawali dengan komunikasi dua arah yang efektif melahirkan sikap
ketaatan yang tinggi. Ajakan yang dimulai dengan pendekatan, akan
memunculkan militansi. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang bisa
memuaskan otak pemikir, mempertajam perasaan para sufi, memperbaiki
akhlak yang keras hati, menghidupkan rasa keindahan bagi pecinta seni.
Manusia yang enggan mengaktifkan institusi pendengaran, penglihatan dan hati
maka ia laksana binatang ternak, bahkan lebih sesat. Ibnu Taimiyah mengatakan
manusia yang pasif laksana telah mati sebelum meninggal. Karena hatinya
tertutup dari hidayah.
: ....) .H.P..H.J.H. m.J.P.P. .H.H. J.H. H..J.P.J.. H.J.P.N.H.H.H. H.H.H. 24 (
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci.” (QS Muhammad :24).
J.P.H. K.J.K.J.H. S.K.J.. H.K. .³.J.K.H. H.N.H.H.K. .H.J.H.H. J.H.H.H. ...チ.チ. J.P.H.H. .H.K.
H.J.P.H.J.H. H. . .チ.....
J.P.H.H. .H.K. H.J.P.K.J.P. H. ..... .K.H.J.P. ―.H.H. J.P. J.H. K..H.J.H.J.H. H.K.H.J.P. .H.K.
H.J.P.H.J.H. H. .
: ......) H.J.P.K..H.J.. P.P. 179 (
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf : 179).
Membaca tidak sekedar untuk memadati otak sehingga hanya menjadi
pengetahuan (daya tahu) yang bersifat teoritis. Membaca menuntut adanya aksi,
iradah (daya mau). Keluasan ilmu pengetahuan tanpa disertai kemauan
mengamalkan maka ilmu itu akan menjadi saksi yang memberatkan pemiliknya
(hujjatun ‘alaihi) kelak di depan Mahkamah Ilahi..
Kualitas bacaan berbanding lurus dengan mutu amal. Kebenaran membaca
sangat mempengaruhi keabsahan amal. Perbedaan kesimpulan bacaan
mempengaruhi perbedaan kesempurnaan amal. Amal yang tak berdasarkan
bacaan (taqlid) adalah salah, atau dikatagorikan dengan bid’ah (membuat amal
ibadah tanpa contoh sebelumnya). Amal yang benar merujuk pada kelengkapan
referensi yang utuh (ittiba’). Ibnu Mas’ud mengatakan, “Bacalah dan
beramallah”.
Dalam ilmu hukum seseorang yang melihat bahaya, kemudian dia tidak
bergerak untuk menanggulangi bahaya itu (diam), sekedar sebagai penonton
dan tidak segera beraksi maka ia akan menjadi tertuduh. Disini korelasi yang
menunjukkan makna iqra’ yang menuntut adanya gerakan (aksi).
“Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mengubah
dengan tangannya, jika tidak sanggup maka dengan lisannya, dan jika tidak
sanggup juga maka dengan hatinya. Itu adalah selemah-lemah iman.” (HR
Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu).
Nabi shalla-llahu 'alaihi wa sallam memberikan gelar orang Islam yang enjoy
dengan melihat kemaksiatan yang tersebar di sekitarnya tanpa upaya
merubahnya dengan ‘ayaithanun akhrash’ (syetan yang bisu).
Dalam memberikan standar membaca ini, Imam al-Ghazali membagi manusia
menjadi empat kelompok.
.P
.H..K.P.H..N.K.J
.P
.H.P...H.J.K.J.H.H.J.K.J.H.N.H.J.K.J.H.P.H
Pertama, seorang yang tahu dan ia menyadari bahwa dirinya tahu maka ia
adalah orang yang ‘alim, ikutilah dia.
.N.s
.
.H.H.P...H.J.K.J.H.H.H.J.K.J.H.H.J.K.J.H.P.H.H..K...H.J.P.J.P
Kedua, seorang yang tahu tetapi ia tidak menyadari bahwa dirinya tahu, maka ia
termasuk orang yang lalai, tinggalkan dia.
.
.H.H.J.K.J.P
.H.H.P...H.H.J.K.J.H.H.J.K.J.H.N.P.H.H.J.K.J.H.P.H.H.K..
Ketiga, seorang yang tidak tahu dan menyadari bahwa dirinya tidak tahu maka
ia adalah orang yang bodoh, bimbinglah dia.
.H.H.P...H.H.J.K.J.H.H.H.J.K.HJ..N.P.H.H.J.K.J.H.P.H.H.
.K...P.H.N...H..PJ..J.P
Keempat, seorang yang tidak tahu tetapi tidak menyadari bahwa dirinya tidak
tahu maka ia bodoh kwadrat, tolaklah dia.
Dalam kacamata al-Qur’an, jika membaca sesuatu hanya dari kacamata
lahiriyah saja, maka seseorang mudah berburuk sangka terhadap Tuhan. Karena
pendalamannya terhadap obyek bacaan dangkal. Bukankah kita seringkali
tertipu oleh panca indra kita sendiri. Dari kejauhan kita melihat air, setelah
didatangi ternyata fatamorgana. Kita mengira bayangan kita tetap, padahal
bergerak. Padahal betapa sering kita memperoleh nikmat dengan dibungkus
kulit yang pahit. Blessing in disguis (disana ada berkah terselubung).
..H. J.P.H. Σ.H. H.P.H. .³.J.H. .J.―.K.P. J.H. .H.H.H. J.P.H. ..J.H. H.P.H. .³.J.H. .J.P.H.J.H.
J.H. .H.H.H.
: ......) H.J.P.H.J.H. H. J.P.J.H.H. P.H.J.H. 216 (
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyenangi sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah : 216).
Fenomena ini terjadi antara Nabi Musa dan Nabi Haidhir. Dari rentetan
peristiwa kedua Nabi Allah itu terlihat perbedaan yang sangat tajam kualitas
bacaan masing-masing. Sehingga melahirkan kualitas amal (sikap) yang
bertolak belakang pula.
Marilah kita ceritakan peristiwa yang menurut penglihatan Nabi Musa tampak
ketidakadilan semata-mata. Coba anda bayangkan, Nabi Musa dan gurunya naik
sebuah perahu kepunyaan orang-orang miskin yang konon keduanya tidak
dikenakan bayaran karena para pemilik perahu disitu telah mengenal baik guru
Nabi Musa (Haidhir). Tapi apa balas budi atas kebaikan para pemilik perahu
itu? Bukan balas budi, tetapi dilobanginya perahu itu sampai karam.
Keduanya berjumpa dengan seorang anak laki-laki yang masih dibawah umur,
belum patut mendapat hukuman, apalagi hukuman mati. Tetapi anak laki-laki
itu dibunuh oleh guru nabi Musa. Tidakkah wajar protes Nabi Musa seperti
yang disebutkan dalam cerita itu?
Kejadian yang ketiga tidak kurang ganjilnya. Nabi Musa bersama gurunya itu
telah kehabisan bekal, mereka memasuki sebuah negeri lalu mereka
mengharapkan mereka bersedia memberikan makan barang sedikit, tapi
penduduk negeri itu begitu teganya menolak memberikan jamuan. Lalu kedua
orang yang lapar itu kemudian menemukan dinding yang hampir roboh, lalu
dinding itu diperbaiki oleh guru Nabi Musa dan ditegakkannya kembali. Lalu
apakah aneh kalau timbul gagasan Nabi Musa untuk meminta upahnya dari
pemilik dinding itu untuk membeli makanan sekedar penahan lapar ?
Karena peristiwa-peristiwa tadi dibaca Musa hanya dari segi lahiriyah saja,
tampak oleh beliau ketidakadilan, jiwa beliau memberontak sehingga tidak bisa
lagi menahan kesabarannya, beliau lupa akan perjanjian dengan gurunya itu
sebelumnya lalu beliau mengajukan protes keras.
yang lebih suci dan berbakti, bahwa dinding itu bukanlah milik orang-orang
yang tidak bersedia menjamu mereka, tetapi kepunyaan dua anak yatim yang
belum dewasa, tidak tahu menahu tentang sikap yang tidak patut dari penduduk
negeri itu.
Ya. Setelah dijelaskan semua peristiwa-peristiwa itu bagi Nabi Musa, maka
keadaan berbalik menjadi 180 derajat. Kini bukan saja Nabi Musa menganggap
kejadian itu seadil-adilnya, tetapi didalamnya mengandung kebijaksanaan
Tuhan Yang Maha Bijaksana.
Dari rentetan kejadian diatas kita memahami bahwa kualitas pengamatan yang
dimiliki Nabi Haidhir berbeda jauh dengan mutu penglihatan Nabi Musa,
sehingga melahirkan tindakan yang semula sulit dikompromikan.
Islam mengecam seseorang yang berbuat tanpa kelengkapan informasi (ilmu).
Mengatakan tahu padahal tidak tahu; mengatakan melihat, tapi tidak melihat;
mengatakan mendengar tetapi tidak mendengar; mengatakan faham tetapi tidak
faham; sehingga ia beramal hanya mengikuti dorongan hawa nafsunya. Karena
aktifitas sama’, bashar, dan af-idah akan dimintai pertanggungjawaban di
hadapan Tuhan.
.J.H. H..H. H.K.H.J.P. ―.P. H..H.P.J..H. H.H.H.J..H. H.J.N... N.K. ..J.K. K.K. H.H.
H.J.H. .H. P.J.ᅭ. H.H.
: ......) ³.J.P.J.H. 36 (
“Dan jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya.” (QS al-Isra’ : 36).
Ilmu dalam perspektif Islam (al-‘ilmu fi miizanil Islam)
Ilmu menurut bahasa artinya kejelasan atas sesuatu atau pengetahuan. Para
ulama mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan akan kebenaran berdasarkan
dalil (hujjah), atau penemuan terhadap sesuatu secara hakiki.
Dengan definisi ini jelaslah perbedaan ilmu dengan tsaqafah. Tsaqafah adalah
pemahaman terhadap berbagai disiplin ilmu secara global (ijmal), sedangkan
ilmu adalah pemahaman khusus lagi mendalam terhadap salah satu cabang ilmu
dari berbagai jenis ilmu lainnya. Karena itu ilmu merupakan kebutuhan primer
bagi manusia seperti kebutuhan makan dan minum, maka Islam memberi
perhatian yang sangat besar terhadapnya; tingkat perhatian yang tidak dijumpai
dalam agama sebelumnya maupun dalam sistem buatan manusia manapun, baik
yang terdahulu maupun yang akan datang. Dengan melihat Kitabullah dan
Sunah Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam kita akan menemukan contoh
dalam teksnya dengan jelas.
Al-Qur’an mensejajarkan antara ikrar dan persaksian orang-orang yang berilmu
dengan persaksian Allah dan malaikat.
: ..... ..) K.J.K.J..K. .³.K..H. K.J.K.J.. ..P.J.P.H. P.H.K.H.H.J..H. H.P. N.K. H.H.K. H. P.N.H.
P.. H.K.H.
18 (
“Allah menyatakan bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian).” (QS Ali Imran : 18).
Orang-orang mukmin yang berpengetahuan lebih utama dan lebih tinggi
kedudukannya pada hari kiamat daripada orang-orang mukmin yang tidak
berpengetahuan.
: ........) m..H.H.H. H.J.K.J.. ..P.J.P. H.J.K.N..H. J.P.J.K. .J.P.H.. H.J.K.N.. P.. K.H.J.H. 11 (
“(Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-
Mujadalah : 11).
Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berpengetahuan.
: .....) H.J.P.H.J.H. H. H.J.K.N..H. H.J.P.H.J.H. H.J.K.N.. .K.H.J.H. J.H. J.P. 9 (
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” (QS az-Zumar : 9).
Ketakwaan dan rasa takut kepada Allah yang sebenarnya hanya akan dicapai
oleh para ulama’.
: ....) P..H.H.P.J.. K.K..H.K. J.K. H.. .H.J.H. .H.N.K. 28 (
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya
hanyalah para ulama.” (QS Fathir : 28).
Ahli ilmu adalah orang yang menjadi saksi atas orang-orang yang berbuat
durhaka.
: .....) K..H.K.J.. P.J.K. P.H.J.K. J.H.H. J.P.H.J.H.H. J.K.J.H. .³.J.K.H. K..K. .H.H. J.P. 43 (
“Katakanlah : Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku (dan kamu dan antara
orang) yang mempunyai ilmu al-Kitab.” (QS ar-Ra’du : 43).
Penguasaan terhadap ilmu adalah sumber kekuatan.
: .....) H.P.J.H. N.H.J.H. J.H. H.J.H. H.J.K..H. .H.H. K..H.K.J.. H.K. ..J.K. P.H.J.K. J.K.N..
H..H. 40 (
“Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari Kitab Allah, Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (QS an-
Naml : 40).
Hakikat dan keagungan akhirat hanya diketahui oleh para ulama’.
.H..N.H.P. H.H. .³.K..H. H.K.H.H. H.H.. J.H.K. ..J.H. K.. P..H.H. J.P.H.J.H. H.J.K.J.. ..P.J.P.
H.J.K.N.. H..H.H.
: .....) H.J.P.K..N... N.K. 80 (
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, Kecelakaan besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang-orang yang
sabar.” (QS al-Qashash : 80).
Tiada yang mengetahui hakikat segala sesuatu kecuali para ‘ulama.
(43
(52
(7
.K.J
..P
.K.P.H
.
.
.PK..H
..K.N
. ).......:
.H.H.J.H.J.H.H.J.K..N.K.H.H..H.J..J.H..K.P.J.H
“Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, dan tiada
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS al-Ankabut : 43).
Allah menyifati kitab suci-Nya, bahwa Dia menjelaskannya berdasarkan kepada
ilmu.
.K
.H.
.K.m
.H.
)
......:
.H.H.H.J.J.P.J.H..m.H.N.J.P.H.H..K.J.m
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab suci (al-Qur’an)
kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan
Kami.” (QS al-A’raf : 52).
Kisah-kisah yang dipaparkan dalam ayat-ayat al-Qur’an juga bersumber kepada
ilmu.
.K.K.J
..s
.
.....:
.H.H.H.P.N.N.H.H.J.K.J.m.H.H.N.H..K.K.J.H).
“Maka sesungguhnya akan Kami habarkan kepada mereka (apa-apa yang
telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan
Kami sekali-kali jauh (dari mereka).” (QS al-A’raf : 7).
Allah menciptakan manusia dan Dia mengajari mereka pandai berbicara.
.K.J
.H.
.H.
.... )..:
(4-3
.H.H.H.J.H ..H.N.H.P..J.H.H
“Dia (Allah) telah menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS
ar-Rahman : 3-4).
Banyak pula hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu.
“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR al-Bukhari dan
Muslim).
“Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan pada dirinya, Dia akan
memahamkannya dalam urusan agama.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
“Barangsiapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Ilmu yang diperintahkan dalam Islam bersifat mutlak. Keutamaan ilmu
bertingkat-tingkat sesuai dengan obyek dan bidang bahasannya. Dan ilmu yang
paling utama adalah ilmu agama, dengannya manusia dapat mengenal dirinya
dan Tuhannya, menyingkap jalan hidupnya, dan mengetahui hak dan
kewajibannya.
Setelah itu baru ilmu yang dapat mengungkap hakikat yang menuntun manusia
menuju kebenaran, mendekatkan mereka kepada kebaikan, mewujudkan
kemaslahatan bagi mereka, atau menghindarkan mereka dari bahaya.
Asas-asas pengetahuan ada lima yaitu : guru, murid, ilmu, metode, sarana dan
prasarana (QS al-‘Alaq : 1-5).
Membangun tradisi ilmiah (iijadu al-bi’ah al-‘ilmiyyah)
Islam membentuk sikap mental ilmiah dengan berbagai cara.
1) Mencela taklid
.J.H.H. .H.J.H.H. .H. .H.P.J.H. .J.P..H. K.J.P.N... H..K.H. P.. H.H.J.H. .H. H..K. .J.H..H.H.
J.P.H. H.J.K. .H.K.H.
: .......) H.J.P.H.J.H. H.H. .³.J.H. H.J.P.H.J.H. H. J.P.P..H..H. H..H. J.H.H.H. .H.P..H..H.
104 (
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, Marilah mengikuti (apa yang
diturunkan) Allah dan (marilah mengikuti) Rasul. Mereka menjawab,
‘Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya’. Dan (apakah mereka akan mengikuti juga nenek-moyang
mereka) walaupun nenek-moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan
tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS al-Maidah : 104).
2) Menolak persangkaan
: .....) .³.J.H. S.H.J.. H.K. J.K.J.P. H. N.N... N.K.H. N.N... N.K. H.J.P.K.N.H. J.K. m.J.K. J.K.
J.P.H. .H.H.
28 (
“Dan mereka tidak mengetahui sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, padahal sesungguhnya
persangkaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.” (QS an-
Najm : 28).
“Jauhilah persangkaan karena persangkaan adalah sedusta-dusta perkataan.”
(Muttafaq ‘Alaih)
3) Menolak emosi, hawa nafsu, dan pertimbangan pribadi, menetapkan
prinsip netral dan obyektif
..H.H. H.H.N.. K.N.K. ―.H.H. J.H.H. J.P.H..H.J.H. H.J.P.K.N.H. .H.N.H. J.H.J..H. H.H.
.J.P.J.K.H.J.H. J.H. J.K.H.
: .....) K.. H.K. .³.P. K.J.H.K. 50 (
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa
sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.” (QS al-Qashash : 50).
4) Memberikan perhatian kepada pengamatan, berpikir, dan perenungan
......) m.J.H. J.K. P.. H.H.H. .H.H. K.J.H.J.H. K..H..H.N... K.J.P.H.H. K.. .J.P.P.J.H.
J.H.H.H.
: 185 (
“Tidakkah mereka memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah.” (QS al-A’raf : 185).
: ........) H.J.P.K.J.P. H.H.H. J.P.K.P.J.H. H..H. 21 (
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka tidakkah kalian perhatikan.” (QS adz-
Dzariyat : 21).
.J.K.S.H.P.J.. P.H.K..H. H..H. H.J.H. .J.P.P.J..H. K.J.H.J. K.. .J.P.J.K.H. ..H.P. J.P.K.J.H. J.K.
J.H.H. J.H.
: ..... ..) 137 (
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnatullah, karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orangorang
yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS Ali Imran : 137).
5) Memerangi buta huruf
.K.N.. . P.H.J.H.J. H.―.H.H. J.H.J.. . m.H.H. J.K. H..H.J.K.J. H.H.H. . H.H.H. J.K.N.. .S.H.
K.J..K. J.H.J..
: .....) J.H.J.H. J.H..H. H..H.J.K.J. H.N.H. . K.H.H.J..K. H.N.H. 1 - 5 (
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajari manusia apa yang tak diketahuinya.”(QS al-‘Alaq : 1-5).
6) Menganjurkan untuk mempelajari berbagai bahasa
Sehingga di antara sahabat-sahabat Nabi shalla-llahu 'alaihi wa sallam ada
yang menguasai bahasa Parsi, Romawi, dan Habsyi. Rasulullah telahg
menyuruh Zaid bin Tsabit mempelajari bahasa Suryani, bahasa orang-orang
Yahudi, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud, dan at-
Tirmidzi.
7) Menganjurkan penggunaan statistik
“Hitunglah untukku berapa orang yang melafadzkan kata-kata Islam.” (al-
Hadits). Mereka pun menghitung sampai 1500.
8) Menggunakan prinsip perencanaan
Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan proyek perencanaan ekonomi dan
pertaniannya yang termaktub dalam al-Qur’an merupakan dalil dan bukti yang
sangat jelas tentang hal ini.
9) Mengakui logika eksperimen dalam urusan duniawi
(.... .. ... ..... .. .... ....) J.P..H.J.P. K.J.P.P.K. P.H.J.H. J.P.J.H.
“Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu.” (HR Muslim dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha).
10) Memperhatikan pendapat orang-orang banyak dan berilmu
: .......) .³.J.K.H. H.K. J.H.J..H. 59 (
“Maka tanyakanlah ia pada Dzat Yang Mahatahu.” (QS al-Furqan : 59).
: ....) m.J.K.H. P.J.K. H.P.S.H.P. H.H. 14 (
“Dan tidak akan bisa bercerita kepadamu seperti (yang dilakukan) oleh Yang
Mahatahu.” (QS Fathir : 14).
11)Mengizinkan untuk mengambil semua ilmu duniawi yang bermanfaat dari
sumber manapun meski dari non-Muslim sekali pun (infitahiyah).
“Kata hikmah adalah milik orang mukmin yang hilang. Di mana pun dia
menemukannya, maka dialah yang paling berhak untuk mengambilnya.” (HR
at-Tirmidzi).
12) Melarang dengan keras dan memarangi khurafat, khayalan, sulap, sihir,
dan sejenisnya.
Bacalah dengan nama Rabb-mu
Perintah membaca dengan beragam maknanya pada ayat pertama surat al-‘Alaq
diteruskan dengan “bismi rabbik” yang bermakna ‘dengan nama Tuhanmu’. Bi
disini ada yang mengatakan hanya sekedar sisipan, ada yang berpendapat
mengandung arti mulabasah (penyertaan), berarti “bacalah disertai dengan
Nama Tuhanmu!”
Bismi rabbik adalah satu ungkapan. Sudah menjadi kebiasaan orang Arab sejak
zaman dahulu hingga kini mengaitkan suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
nama sesuatu yang mereka muliakan. Ini dimaksudkan untuk memberikan
kesan (atsar) yang baik atau katakanlah memberikan “berkat” (tambahan
kebaikan material dan immaterial) untuk pekerjaan itu. Juga untuk
menunjukkan bahwa pekerjaan tadi dilakukan semata-mata demi ‘dia’ yang
disebut namanya itu.
Kebiasaan orang-orang Arab, ketua parlemen membuka sidang-sidang resmi
dengan mengucapkan “bismillah wa bismi asy-sya’b” (atas nama Allah dan
atas nama rakyat). Demikian pula anak lahir diberi nama tokoh tertentu, agar
anak kelak memiliki harapan dan mencontoh sifat-sifat terpuji dari tokoh itu.
Mengaitkan pekerjaan dengan nama Allah mengantarkan pelakunya ikhlas
karena-Nya. Agar amalnya menghasilkan keabadian. Tanpa ketulusan semua
amal akan punah.
: .......) .³.J.P.J.H. ³..H.H. P..H.J.H.H.H. m.H.H. J.K. .J.P.K.H. .H. H..K. .H.J.K.H.H. 23 (
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan (tanpa keimanan dan
keikhlasan) itu, lalu Kami jadikan amal tersebut (bagaikan) debu yang
berterbangan.” (QS al-Furqan : 23).
..N... P.H.J.H. .H. .N.H.H. ³..H.P. P.H.J.H.H. P.H.N... .N.H.H. H.K..H.J..H. N.H.J.. P..
P.K.J.H. H.K.H.H.
: .....) K.J.H.J. K.. P.P.J.H.H. 17 (
“Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya,
adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (QS
ar-Ra’du : 17).
Menyertakan pekerjaan dengan nama Allah akan berbekas sepanjang zaman.
Sebagaimana manusia yang dididik oleh Rasulullah dengan nama Allah, metode
Allah, dan karena Allah melahirkan proses pertumbuhan yang menjengkalkan
hati orang-orang kafir.
.³. N.P. J. P..H.H. J. P.H.J.H. H..H.H.P. K..N.P.J.. .H.H. P..N.K.H. P. H.H. H.J.K.N..H. K..
P.J.P.H. ..N.H.P.
.J.P.―... K.H.H. J.K. J.K.K.J.P.P. K.. J.P..H.J.K. .³..H.J.K.H. K.. H.K. ³.J.H. H.J.P.H.J.H.
.³.N.P.
K.J.K.J.K.J. K.. J.P.P.H.H.H. K..H.J.N... K.. J.P.P.H.H. H.K.H. ............ チ......... チ....... ........
........
.....チ.... チ..... .......... ......... チ.....チ. ......チ. ..... .......... : .....) 29 (
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka : kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu
menyenangkan hati para penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir.” (QS al-Fath : 29).
Menurut Abdul Halim Mahmud (mantan Syaikh Al Azhar) dalam bukunya, Al-
Qur’an fi Syahri al-Quran mengatakan :
Dengan kalimat iqra bismi rabbik, al-Qur’an tidak sekedar memerintahkan
membaca, tetapi ‘membaca’ adalah simbol dari segala yang dilakukan manusia,
baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan
jiwanya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu”, “bergeraklah demi
Tuhanmu”, “bekerjalah demi Tuhanmu”.
Demikian pula, apabila Anda berhenti bergerak atau berhenti melakukan
aktifitas, maka hendaklah hal tersebut didasarkan pada bismi rabbika. Ayat
tersebut akhirnya berarti “Jadikanlah seluruh kehidupanmu (duduk, berdiri dan
berbaring), wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, demi Allah”.
u.... .....
(MENGENAL RABB)
ᅭ........ ......
(FAKTA SEJARAH)
ᅭ...... ......
(FAKTA FIRTRAH)
ᅭ.ᅭ.... ......
(FAKTA INDRAWI)
ᅭ...... ......
(FAKTA LOGIKA)
...... ......
(FAKTA SEJARAH)
BAB II
... ......£
MENGENAL “RABB”
Dalam al-Qur’an tidak ada satu ayat pun yang menunjukkan bahwa manusia itu
ateis (mulhid). Karena keberadaan Tuhan begitu jelas, tidak perlu dibuktikan.
Berikut dijelaskan hujjah eksistensi Tuhan.
Fakta sejarah (ad-dalil at-tarikhi)
Dari masa ke masa ditemukan hampir semua ummat manusia mempercayai
kekuatan di balik alam ini (Tuhan). Hanya saja ungkapan wujud Tuhan
digambarkan sesuai dengan tingkat peradaban manusia.
Orang-orang Yunani Kuno menganut paham politeisme (keyakinan banyak
tuhan) : bintang adalah tuhan (dewa), Venus adalah Dewa Kecantikan, Mars
adalah Dewa Peperangan, Minerva adalah Dewa Kekayaan, sedangkan Tuhan
tertinggi adalah Apollo atau Dewa Matahari.
Orang-orang Hindu mempunyai banyak dewa, yang diyakini sebagai tuhantuhan.
Keyakinan itu tercermin antara lain dalam Hikayat Mahabarata.
Masyarakat Mesir, tidak terkecuali. Mereka meyakini adanya Dewa Isis, Dewi
Osiris, dan yang tertinggi Ra’. Masyarakat Persia pun demikian, mereka
percaya bahwa ada Tuhan Gelap dan Tuhan Terang.
Para ahli filsafat setelah menerawang, berfikir, merenung, membanding,
mengukur, menjangka, pendeknya memfilosofi, sampailah ia di ujung
perjalanan. Yakinlah ada sesuatu Yang Maha Mutlak, Dialah ‘puncak ideal’
(kata Plato). Dialah ‘Tao’, yang tak dapat diberi nama (kata Lao Tze). Maka
insaflah kelemahan dirinya.
Pengaruh keyakinan tersebut merambah ke masyarakat Arab, walaupun jika
mereka ditanya tentang Penguasa dan Pencipta langit dan bumi mereka
menjawab, “Allah”. Tetapi dalam waktu yang sama mereka menyembah juga
berhala-berhala al-Lata, al-Uzza, dan Manata, tiga berhala terbesar mereka, di
samping ratusan berhala lainnya. Definisi Allah bagi kaum jahiliyah berbeda
dengan Allah menurut al-Qur’an.
Al-Qur’an datang untuk meluruskan keyakinan itu, dengan membawa ajaran
tauhid. Berbicara tentang Allah versi Allah saja terulang sebanyak 2697 kali.
Fakta fitrah (ad-dalil al-fithri)
Jangankan al-Qur’an, Kitab Taurat dan Injil dalam bentuknya yang sekarang
pun (Perjanjian Lama dan Baru) tidak menjelaskan wujud Tuhan. Karena
keberadaan-Nya sedemikian jelas dan terasa. Sehingga tidak perlu dijelaskan.
Namrud (QS al- Baqarah :258). Fir’aun, ketika berhadapan dengan Musa
‘alaihis salam bertanya, “Siapa tuhan semesta alam itu?” (QS asy-Syu’ara’ :
23).
Bukti pernyataan yang lahir dari sikap keras kepala adalah pengakuan Fir’aun
sendiri ketika ruhnya akan terlepas dari jasadnya. Al-Qur’an menjelaskan sikap
Fir’aun yang ketika itu kembali ke fithrah, tetapi terlambat.
.H.H.H. H.J.K..H.J.K. J.P.H. H.K. J.H.H.. J.K.N.. N.K. H.H.K. H. P.N.H. P.J.H.. H..H.
P.H.H.J.. P.H.H.J.H. .H.K. N..H.
: ....) H.J.K.K.J.P.J.. H.K. H.J.P.H. P.J.H. H.J.H.H. J.H.H. H..J. H.J.K.K.J.P.J.. H.K. 90 - 91 (
“Hingga saat Fir’aun telah hampir tenggelam, berkatalah dia, ‘Saya percaya
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Apakah
sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS
Yunus : 90-91).
Fakta indrawi (ad-dalil al-hissi)
Ada sebagian orang menuntut bukti wujud Tuhan dengan pembuktian material.
Mereka ingin segera melihat-Nya secara langsung. Nabi Musa ‘alaihis salam
suatu ketika pernah bermohon agar Tuhan menampakkan diri-Nya kepadanya,
sehingga Tuhan berfirman sebagai jawaban permohonanya.
.N.H.H. .N.H.H. J.K..H.H. H.J.H.H. P.H..H.H. N.H.H.J.. K.K.H. K.H.H.J.. H..K. J.P.J..
K.K.H.H. J.K..H.H. J.H. H..H.
.H.H.H. H.J.H.K. P.J.P. H.H..H.J.P. H..H. H..H.H. .N.H.H. .³.K.H. .H.J.P. N.H.H. .·.H.
P.H.H.H. K.H.H.J.K. P.―.H.
: ......) H.J.K.K.J.P.J.. P.N.H. 143 (
“Engkau sekali-kali tidak dapat melihat-Ku. Tetapi lihatlah ke bukit itu, jika ia
tetap di tempatnya (seperti keadaannya semula), niscaya kamu dapat melihat-
Ku. Tatkala Tuhannya tampak bagi gunung itu, kejadian tersebut menjadikan
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa
sadar kembali, dia berkata, ‘Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada-Mu, dan
aku orang yang pertama (dari kelompok) yang beriman’.” (QS al-A’raf : 143).
Kejadian itu membuktikan bahwa manusia agung pun tidak mampu melihat-
Nya – paling tidak – dalam kehidupan di dunia ini. Agaknya kenyataan seharihari
membuktikan bahwa kita mengakui sesuatu tanpa harus melihatnya.
Bukankah kita mengakui adanya angin, hanya dengan merasakan atau melihat
bekas-bekasnya? Bukankah kita mengakui adanya “nyawa” bukan saja tanpa
melihatnya bahkan mengetahui eksistensinya.
Ada beberapa faktor yang menjadikan makhluk tak bisa melihat sesuatu.
Pertama, sesuatu yang dilihat terlalu kecil apalagi dalam kegelapan. Sebutir
pasir pada malam hari tidak mungkin ditemukan seseorang. Namun bukan
berarti pasir tidak ada.
Kedua, sesuatu itu sangat terang. Bukankah kelelawar tidak dapat melihat di
siang hari, karena sedemikian terangnya sinar matahari dibandingkan dengan
kemampuan matanya untuk melihat. Tetapi bila malam tiba, dengan mudah ia
dapat melihat. Demikian pula manusia tidak sanggup menatap matahari dalm
beberap saat saja, bahkan sesaat setelah melihatnya ia akan menemukan
kegelapan. Kalau demikian wajar jika mata kepalanya Tuhan Pencipta matahari.
Sayidina Ali radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya oleh seorang sahabatnya, Zi’lib
al-Yamani.
: H..H. .P..H.H. H.J.H.H. : H.J.K. .P..H.H. H. .H. P.P.J.H. H.J.H.H. : H..H. .H.N.H.
H.J.H.H. J.H. : H.J.K.
.K..H.J.K.J. K.K..H.H.K. P.J.P.P.J.. P.P.K.J.P. J.K.H.H. K..H.K.J.. K.H.H..H.P.K. P.J.P.P.J..
P..H.H. H.
Ditanyakan, “Apakah anda pernah melihat Tuhan?” Beliau menjawab,
“Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?” Ditanyakan lagi,
“Bagaimana anda melihatnya?” Imam Ali menjawab, “Dia tak dapat dilihat
oleh mata dengan pandangannya yang kasat, tapi bisa dilihat oleh hati dengan
hakikat keimanan”.
Mata hati jauh lebih tajam dan dapat lebih meyakinkan daripada pandangan
mata. Bukankan mata kita sering menipu kita? Kayu yang lurus terlihat
bengkok di dalam sungai, bayangan kita lihat tetap, padahal bergerak. Dari
kejauhan kita melihat air, ternyata fatamorgana. Binatang yang besar terlihat
kecil dari kejauhan.
Fakta logika (ad-dalil al-‘aqli)
Banyak ayat-ayat yang menjelaskan argumen logika tentang keesaan Tuhan.
: .......) .H.H.H.H.H. P.. N.K. ..H.K.. .H.K.J.K. H..H. J.H. 22 (
“Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada dua Tuhan, maka pastilah
keduanya binasa.” (QS al-Anbiya : 22).
Seandainya ada dua pencipta, maka akan kacau ciptaannya. Karena jika
masingmasing
pencipta menghendaki sesuatu yang tidak disetujui olah yang lain, maka
kalau keduanya berkuasa, ciptaan pun akan kacau atau tidak akan terwujud.
Kalau salah satu mengalahkan yang lain, maka yang kalah bukan Tuhan. Dan
apabila keduanya bersepakat, itu merupakan bukti kebutuhan dan kelemahan
mereka, sehingga keduanya bukan Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin
membutuhkan sesuatu atau lemah atas sesuatu. Fenomena keteraturan,
ketetapan, petunjuk, rezeki, kasih sayang, moral, di alam raya ini adalah bukti
keesaan Tuhan.
³.H.H. P.. H.H.H. .チ... H.J.P.K..H.H.P. P..H.H.P. K.J.K. ³ .チ..... ..H.K.H.J.H. J.H.
m.P.H.K. .³.H.H. ³
: .....) H.J.P.H.J.H. H. J.P.P.H.J.H. J.H. K.K P.J.H.J.. ³.H.H. 29 (
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang lelaki (budak) yang dimiliki
oleh beberapa orang yang berserikat dan saling berselisih (buruk perangai
mereka), dengan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang raja.
Adakah keduanya (budak-budak itu) sama halnya? Segala puji bagi Allah,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS az-Zumar : 29).
Ayat ini menggambarkan bagaimana keadaan seseorang yang harus taat kepada
sekian banyak orang yang memilikinya, tetapi pemilik-pemiliknya itu saling
berselisih dan buruk perangainya. Alangkah bingungnya dia. Majikan yang satu
memerintahkan satu hal, belum lagi selesai datang yang lain mencegah atau
mengintruksikan hal yang berbeda. Begitulah seterusnya, sehingga pada
akhirnya budak itu hidup dalam kompleks kejiwaan yang tak diketahui
bagaimana menanggulanginya. Bandingkan dengan seorang budak lain yang
hanya milik penuh seseorang sehingga ia tidak mengalami dan kontradiksi.
Sementara orang ada yang membuat kemungkinan berikut, yakni bahwa
manusia ingin hidup bebas. Sesungguhnya keinginan itu disamping mustahil,
bertentangan dengan kemanusiaannya, karena berarti tidak ketika itu tidak
mengakui adanya hukum, tujuan, keinginan, ide – dalam arti dia kosong sama
sekali dari keyakinan tertentu – dan keadaan demikian mencabut dari hakikat
kemanusiaannya. Keadaan semacam ini tidak ada wujudnya dalam kehidupan
manusia di dunia. Orang yang liberal, pasti dalam hidupnya dilandasi oleh
keyakinan tertentu atau berusaha mencari ide/keyakinan tertentu. Manusia harus
menerima wewenang pengaturan dari keyakinan tertentu (ide yang ada dalam
hatinya). Wajar, jika al-Qur’an pada ayat diatas menggunakan istilah yang
mengandung arti rajulan, budak (seseorang yang dimiliki oleh pihak lain).
(Allah dalam Kehidupan Manusia, karya Murtadha Muthahhari).
Keadaan ruwet yang dilukiskan oleh ayat diatas, terbukti kebenarannya dalam
kenyataan hidup orang-orang yang lemah imannya, karena memiliki banyak
keyakinan yang kontradiktif. Orang yang semacam ini didominasi sekian
penguasa yang buruk perangainya sehingga ia mengidap penyakit kejiwaan
kepribadian terbelah (split personality). Akidah tauhid adalah kebutuhan jiwa
manusia untuk memperoleh kepastian hidup.
Berikut rangkaian pertanyaan yang menunjukkan akan kebutuh-an asasi itu :
“Siapa yang menjamin bila Anda melontar ke depan, maka batu itu tidak
mengarah ke belakang? Apa yang menjamin bahwa air selalu mencari tempat
yang rendah? Siapa yang menjamin bahwa sekali waktu api itu tak
membakar?”
Fakta tekstual (ad-dalil an-naqli)
Al-Qur’an secara harfiyah bermakna “bacaan sempurna” merupakan nama
pilihan Allah yang tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal
tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al
Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.
Tiada bacaan yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya
atau tidak bisa menulis aksaranya , dan dihafal huruf demi huruf oleh orang
dewasa, remaja dan anak-anak melebihi Al-Qur’an.
Tiada bacaan yang memiliki perhatian sedemikian rupa, bukan saja sejarahnya
secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat
turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya melebihi Al-
Qur’an.
Tiada bacaan yang dipelajari sedemikian serius, bukan hanya susunan redaksi
dan pemilihan kosa katanya, kandungannya yang tersurat, yang tersirat bahkan
sampai kesan yang ditimbulkannya, melebihi Al-Qur’an. Semua dituangkan
dalam jutaan jilid buku, dari generasi demi generasi. Kemudian apa yang
dituangkan dari sumber yang tidak kering itu, berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semuanya
mengandung kebenaran. Al-Qur’an adalah permata yang memancarkan cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Tiada bacaan yang diatur tatacara membacanya, mana yang dipendekkan,
dipanjangkan, dipertebal, diperhalus ucapannya, dimana tempat yang terlarang
atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya,
sampai kepada etika membacanya. Senandung Al-Qur’an “Kalamun” berikut
yang dibaca para ulama’ usai ta’lim atau tadarrus Al-Qur’an secara
bersamasama.
.P.J.P.H. m..H. S.P. J.K. J.K.H.J.H. K.K. K.N.K.H. m.J.K.H. m.J.H. J.H. H.N.H.P. P.P..H.H.
―.H.P. H. ..J.K.H. ..H.H.
.K.J.H. K.K. J.S.H.H. K.K.J.P.P. S.K.K. J.K.J.S.H. S.H..H.H. J.K.H.J.H.H. J.K.J.H. H.J.K.
J.K.J.H.K. ..J.K.H.
.K.H.J.P.H. J.K.J.H.H. .J.H.J.. K.. S.H. .H. K.K. J.K.H.H. ³.H.J.K.H. .³.J.K.H. .³.J.H. K.K. J.K.
J.H.H. J
.K.H.J.H.
“Suatu firman yang qadim yang tidak ada bosan mendengarnya (yakni Kitab
Suci Al-Qur’an). Dia suci (unggul atau tidak mungkin terdiri) dari segala
ucapan, perbuatan, dan niat. Dengan Al-Qur’an kami minta kesembuhan dari
segala penyakit. Cahayanya merupakan petunjuk bagiku dalam gulita dan
gulana hati. Ya Rabbi, berikanlah kepadaku kenikmatan (kegembiraan) karena
rahasia (misteri) huruf-hurufnya. Terangilah dengan Al-Qur’an pendengaran,
nurani, dan ucapakanku. Anugerahkan kepadaku dengannya keterbukaan hati,
ilmu, dan hikmah. Dan, tentramkan rasa takutku di dalam kubur, dengannya,
ya Rabbi.”
Adakah bacaan ciptaan makhluk yang seagung itu? Al-Qur’an menantang :
.K.J.K.K. H.J.P.J.H. H. K..J.P.J.. .H.H. K.J.K.K. .J.P.J.H. J.H. .H.H. ―.K.J..H. P.J.K.J.
K.H.H.H.J.. K.K.H. J.P.
: ......) .³.J.K.H. m.J.H.K. J.P.P.J.H. H..H. J.H.H. 88 (
“Katakanlah, Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun
semacam Al-Qur’an ini, mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya,
walaupun mereka bekerja sama.” (QS al-Isra’ : 88).
Masihkah kita meragukan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah Yang Maha
Agung dan Maha Mulia?
df
.....
......
MENGENAL
MANUSIA
.....
LUPA
.....
DINAMIS
....
JINAK
.ᅭ.....
......
MELEKAT
.... .....
MAKHLUK
SOSIAL
... .ᅭ.....
..
BERGANTUN
......
PERIODIK
....
SPERMA & OVUM
... ..
SEGUMPAL
DARAH
....
..ᅭ...
DAGING
... ....
..ᅭ...
DAGING TAK
....
TULANG
...
DAGING
... ...
Makhluk
Berbentuk Lain
BAB III
...... .....
MENGENAL MANUSIA
Makna “al-‘alaq” secara kebahasaan (lughatan)
Pada ayat kedua aurat al-‘Alaq Allah menampakkan perbuatan-Nya “khalaqal
insana min ‘alaq” (Dia menciptakan manusia dari segumpal darah). Dari ayat
ini menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu al-Khaliq (Pencipta) dan
manusia adalah makhluk yang diciptakan dari segumpal darah.
Pengenalan disini tidak hanya tertuju kepada rasio manusia, tetapi juga kepada
kesadaran batin dan intuisinya, bahkan seluruh totalitas manusia. Pengenalan
dengan mata hati diharapkan membimbing akal dan fikiran sehingga anggota
tubuh dapat menghasilkan perbuatan yang baik dan memeliharanya.
Kata “al-insan” yang berarti manusia terambil dari akar kata “uns” (jinak,
senang dan harmonis), atau ia terambil dari akar kata “nis-yun” yang berarti
lupa. Atau terambil dari akar katanya “naus” yaitu pergerakan atau dinamika.
Makna-makna diatas memberikan gambaran tentang potensi yang dimilikinya,
lupa, kemampuan bergerak yang melahirkan dinamika, makhluk yang
sewajarnya melahirkan rasa senang, jinak dan harmonis pada pihak-pihak lain.
Berbeda dengan “basyar” yang juga diterjemahkan manusia, tetapi dari aspek
fisik (QS al-Kahfi : 110). Tetapi pada ayat berikut mencakup fisik dan psikis.
: .....) m.J.K.J.H. K.H.J.H. K.. H..H.J.K.J. .H.J.H.H. J.H.H. 4 (
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaikbaiknya.”
(QS at-Tiin : 4).
Al-Qur’an mengantar manusia menghayati petunjuk-petunjuk Allah,
memperkenalkan jatidirinya, antara lain dengan menguraikan proses
kejadiannya. Ayat kedua surat al-‘Alaq menguraikan secara singkat hal tersebut,
kemudian diperkuat oleh ayat yang lain berikut.
.P. . m.J.K.H. m..H.H. K.. ³.H.J.P. P..H.J.H.H. N.P. . m.J.K. J.K. m.H.H.P. J.K.
H..H.J.K.J. .H.J.H.H. J.H.H.H.
..H.K.J.. .H.J.H.H.H. .³..H.K. H.H.J.P.J.. .H.J.H.H.H. ³.H.J.P. H.H.H.H.J.. .H.J.H.H.H.
³.H.H.H. H.H.J.―... .H.J.H.H.
P..H.J.H.J.H. N.P. .³.J.H. ..... ....... : ........) H.J.K.K..H.J.. P.H.J.H. P.. H.H..H.H.H. 12 - 14
(
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah.
Kemudian saripati itu Kami jadikan nuthfah dalam tempat yang kokoh (rahim),
kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqah. Lalu ‘alaqah itu kami jadikan
mudhgah (segumpal daging) dan mudhghah itu Kami jadikan tulang.
Selanjutnya tulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan
ia makhluk yang berbentuk lain (yakni bukan sekedar fisik, ruh). Mahasucilah
Allah, sebaik-baik Pencipta.” (QS al-Mu’minun :12-14).
Ayat diatas menyimpulkan proses kejadian manusia dari segi fisik dalam lima
tahap : (1) nuthfah (pertemuan sperma dan ovum), (2) ‘alaqah, (3) mudhghah
(segumpal daging), yakni pembentukan organ-organ vital yang dalam surat al-
Hajj : 5 dirinci bahwa ada mudhghah mukhollaqah (terbentuk secara sempurna)
dan ada pula ghairu mukhallaqah (terbentuk secara tidak sempurna), (4) ‘izham
(tulang), (5) lahm (daging).
Kata ‘alaq’ dalam surat al-‘Alaq berarti menempel, melekat, berdempet serta
masuk ke dinding rahim. Sekalipun ada yang mengatakan segumpal darah.
Tetapi para ahli bahasa Arab menyatakan bahwa sesuatu diberi nama sesuai
dengan sifatnya. Seperti hati di beri nama ‘qalb’ karena sifatnya yang
berbolakbalik.
Makna “al-‘alaq” secara istilah (ishthilahan)
Ketika spermatozoa laki-laki menyatu dengan ovum (sel telur) perempuan,
terbentuklah bahan dasar calon bayi. Sel tunggal ini, yang dalam ilmu biologi
dikenal sebagai zygot, akan mulai berkembang dengan sendirinya melalui
pembelahan dan akhirnya menjadi ‘sepotong daging’ (mudhghah).
Akan tetapi, zygot itu tidak menjalani masa perkembangannya dalam ruang
hampa. Zygot melekat pada rahim bagaikan akar-akar yang tertancap dengan
kokoh di tanah dengan sulur-sulur mereka. Melalui ikatan ini, zygot bisa
memperoleh bahan-bahan dari tubuh ibunya yang amat penting bagi
pertumbuhannya. Yang menarik, dalam Al-Qur’an, Allah selalu menyebut
zygot yang berkembang di rahim sang ibu sebagai ‘alaq.
.H.³.K.J.H
.H. ).......:
.J.H.H.P.³..
.......
.H..H
.H
(39-36
.P.p
.
.P.J
.K.Ϊ
.P.P.J
.H.H.J.H
.s
.m
.H..P.H.J
.K.l
.H.H.J.PH..J
.
.H.H.H.H.H.H.N...H.H.H.H.J.P. ..N.J.H.J.K. ..N.H.H.H.J
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan tidak terurus? Bukankah
dia dahulu hanya setitik mani yang dipancarkan? Kemudian, mani itu menjadi
‘alaqah, lalu (Allah) menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah
menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.” (QS al-Qiyamah :
36-39).
Makna Arab untuk kata ‘alaqah adalah ‘sesuatu yang melekat di suatu tempat’.
Kata ini secara harfiah dipakai untuk mengungkapkan lintah yang melekat di
tubuh untuk mengisap darah. Tentu saja inilah kata terbaik yang memungkinkan
untuk memaparkan keadaan zygot yang melekat di dinding rahim dan menyerap
makanannya dari situ.
Al-Qur’an mengungkap lebih banyak lagi mengenai zygot. Dengan secara
sempurna melekat di dinding rahim, zygot itu mulai tumbuh. Sementara itu,
rahim si ibu terisi dengan suatu cairan yang disebut cairan amnion yang
mengitari zygot. Corak terpenting cairan amnion (tempat pertumbuhan bayi)
adalah melindungi bayi dari pukulan-pukulan yang berasal dari luar. Fakta ini
terungkap dalam Al-Qur’an.
.P.l
.H.i
.J.H.PJ.
.J.P.J.K.J.H..m.H.K
.J.m ..H.H.H.J.H..P. .K.H.H..m.H.m
.J.m..... )..:
(21-20
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari cairan yang hina, kamudian Kami
tempatkan dia di tempat yang kokoh terlindung (rahim).” (QS al-Mursalat :
20-21; al-Mu’minun : 12-14; al-Infithar : 6-8).
Informasi ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an berasal dari satu sumber yang
mengetahui pembentukan ini hingga serinci-rincinya. Omong kosong sajalah
yang mengatakan mengenai kelahiran manusia secara kebetulan.
Kesan yang dimunculkan
Kesan ayat “khalaqal insana min ‘alaq” tidak hanya berbicara tentang
reproduksi manusia tetapi menekankan tentang sifat bawaan manusia sebagai
makhluk social, seperti dikemukakan sebelum ini bahwa diantara arti ‘alaq
adalah “ketergantungan”. Sehingga dapat dipahami bahwa manusia itu makhluk
yang telah diciptakan Allah dengan memiliki sifat ketergantungan kepada
pihak-pihak lain sampai akhir perjalanan hidupnya. Al insanu makhlukun
madaniyyun (keberadaan manusia karena keterikatan dengan orang lain), kata
sosilolog muslim Ibnu Khaldun. Bahkan agama adalah hubungan interaksi yang
baik (ad-diinu al-mua’amalah). Disamping itu, makhluk sosial tidak dapat
hidup dalam bentuk apapun kecuali menggantungkan diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala.
Kata ‘alaq diartikan sebagai salah satu periode kejadian manusia,
mengantarkannya kepada kesadaran tentang asal-usulnya. Sedangkan kesan
dari
kata itu menimbulkan kesadaran tentang ketergantungan kepada banyak pihak
yang pada akhirnya memandu manusia menyadari keterikatan dengan
lingkungannya, dunianya, bahkan menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah
Yang Maha Pencipta (al-Khaliq).
Ini pula yang membuka pintu pikiran (wijhah) dan mata batinnya (bashirah),
orientasi (ittijah), pola pikir (tashawwur) manusia menuju pengenalan diri,
lingkungan dan Sang Khaliq. Pengenalan (ma’rifat) tersebut merupakan jenis
pengetahuan yang paling mendasar. Al-Qur’an memberikan pesan penting ini.
(19
.P.J..H
.K
.P.. .
.P.H
P..JH
.
.K.H
.
... )..:
.H.H.H.P.J..N.J.H.H.H.H.H.J.H..P.J.H.J.P.J.P.P..J.H.K.P.J.H
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Tuhan, maka Dia
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka itulah orangorang
yang fasiq.” (QS al-Hasyr : 19).
Manusia yang lalai adalah manusia yang tidak mengingat asal kejadiannya, dan
tidak menyadari siapa yang menghadirkannya di dunia ini. Ketika seseorang
berjalan menelusuri padang sahara, kemudian tersesat, tiba-tiba datang seorang
pemandu; maka yang pertama kali dia beri ucapan terima kasih adalah pemandu
itu. Itulah Allah dan utusan-utusan-Nya.
df
BAB IV
...... .....
MENGENAL ALAM
Kini, mari kita melihat kembali ayat yang menunjukkan bahwa langit dan bumi
itu dalam keadaan ‘ratq’ lalu keduanya diartikan ‘dipisahkan’ dalam kata kerja
‘fatq’. Maksudnya, yang satu menerobos yang lain dan membuat jalan
keluarnya.
Sungguh, bila kita mengingat peristiwa pertama Ledakan Dahsyat, kita lihat
bahwa bintik yang disebut ‘telur kosmik’ itu mengandung semua bahan alam
semesta. Segala sesuatu, bahkan “langit dan bumi” yang belum tercipta pun,
terkandung dalam bintik ini dalam keadaan ‘ratq’. Sesudah itu, telur kosmik ini
meledak, kemudian semua zat menjadi ‘fatq’. Yang menarik temuan-temuan
ilmiyah ini belum ada sebelum abad ke-20.
Yang terang alam semesta berjalan menurut aturan yang pasti. Semuanya
bertasbih menurut bahasanya masing-masing. Sedangkan, kita di bagian alam
yang kecil ini tidak bersedia tunduk kepada aturan Allah, alangkah sombongnya
kita.
: ......) K..H.J.K.J.. K.. .J.H.J.H. N.H. . H..H.J.K.J.. H.H.H.H. .H.H.H.H. H..H.N...H. 7 - 8 (
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.” (QS ar-Rahman :
7-8).
.N.K. .H.J.H.H. .³.J.H. P.P.J.K.P. m.J.H. H.N.H. .H.J.H.H. .H.H. K.P.P.J.K. S.K.S... S.H.H.
H..H.N... .K.J.H. H.J.H.
: .......) H.J.K.K..H. .N.P. 104 (
“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaranlembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai pertama begitulah Kami
akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya
Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS al-Anbiya’ : 104).
: ..) K.J.K.H.J.. K.J.K.H.J.. P.J.K.J.H. H.K.H. .H.H. Ϊ.H.H.J.P.K. J.K.J.H. P.J.N...H. 38 (
“Dan, matahari beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketentuan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Yasin : 38).
Jika kita salah dalam mengelola alam raya ini, maka akan mendatangkan
bencana.
.H. .H.H. J.P.P.J.P.P.H. J.P.P.J.P.P.H. J.P.P..H.K. .H.K. .H.J.P.H. H.N.H.H. K..H. K..
.H.J.H.H. .H.J.P. H.J.H.
: ......) H.J.P.K.J.H. J.P.J.P..H. .J.P.J.P.H. J.P.K.P.J.H.K J.P.J.H.H. 35 (
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka : Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS at-
Taubah : 35).
.P.H. Σ.H. H.P. J.H. J.P.H. .³.J.H.H.P. K.K.J.H. J.K. J.P..H.. .H.K. H.J.P.H.J.H. H.J.K.N..
N.H.H.J.H. H.H.
.H.K. P..H. K.J.H.J.H. K..H..H.N... P..H.J.K. K.KH. K.H..H.K.J.. H.J.H. H.K. .J.P.K.H. .H.
H.J.P.N.H.P.H.
: ..... ..) ..J.K.H. H.J.P.H.J.H. 180 (
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta
yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.”
(QS Ali Imran : 180).
Sunnatullah pada alam (qadha’ takwini fil kauni)
Para ahli sejarah menyebutkan bahwa kaum zindiq meminta waktu kepada Abu
Hanifah, khusus untuk berdebat dengannya, tentang Tuhan. Ketika tiba waktu
yang disepakati, Imam Abu Hanifah terlambat. Beberapa saat kemudian, beliau
datang menemui mereka, setelah mereka berputus asa menunggu
kedatangannya. Mereka menyalahkan Imam Abu Hanifah karena
keterlambatannya. Imam Abu Hanifah berkata kepada mereka, sambil meminta
maaf, “Aku telah datang menemui kalian pada waktu yang telah ditentukan.
Tetapi aku tertahan lama di pinggir sungai Tigris, mencari pemilik perahu
yang akan membawa menyeberangi sungai. Namun, aku tidak menemukannya.
Ketika aku telah putus asa, dan bermaksud pulang, aku melihat beberapa
potong papan yang datang sendiri, lalu masing-masing papan itu bergabung
menjadi satu, sehingga jadi sebuah perahu indah di hadapanku. Aku lalu
menaiki perahu itu, menyeberangi sungai. Dan kini, aku sudah berada di
hadapan kalian.”
Orang-orang zindiq berkata kepada Imam Abu Hanifah, “Apakah engkau
hendak memperolok-olokkan kami? Apakah mungkin papan papan itu datang
sendiri menjadi perahu?”
Imam Abu Hanifah berkata kepada mereka, “Inilah yang membuat kalian
berkumpul untuk berdebat denganku. Maka, jika kalian tidak percaya bahwa
perahu bisa membuat dirinya sendiri, bagaimana mungkin kalian ingin aku
percaya bahwa alam yang sempurna dan menakjubkan ini telah mengalami
peristiwa-peristiwa perubahannya dengan sendirinya, tanpa Sang Pencipta
Yang Agung?”
Kaum zindiq terpojok. Mereka tidak bisa membantah alasan yang sangat
rasional itu. Akhirnya mereka menyatakan ke-Islaman di hadapan Imam Abu
Hanifah.
Kehidupan yang ada diatas bumi kita pasti memiliki beragam syarat yang
esensial, dimana tidak mungkin syarat itu dipenuhi, diteliti dan diatur secara
kebetulan atau serampangan.
Teori kebetulan terkait dengan sistem alam yang lengkap dan valid, hanyalah
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang bodoh, atau orang yang keras
kepala, yang sebenarnya sedang menyaksikan kebenaran di depan matanya,
tetapi ia justru menolaknya.
Berikut contoh-contoh detail sistem alam yang meruntuhkan teori kebetulan.
a) Seandainya lapisan bumi ini tebal, niscaya ia akan menghisap oksigen dan
karbondioksida. Tentu saja kehidupan ini takkan pernah ada.
b) Seandainya atmosfir lebih rendah daripada yang sekarang ini, maka
sesungguhnya jutaan meteor yang terbakar setiap hari di luar angkasa, akan
mengenai seluruh bagian kulit bumi, serta akan membakar segala sesuatu
yang mudah terbakar.
c) Seandainya matahari kita memberikan setengah dari cahaya panasnya
sekarang ini, niscaya tubuh kita akan membeku. Seandainya cahaya panas
matahari bertambah setengah kali sinarnya yang sekarang, niscaya kita akan
menjadi abu.
d) Seandainya bulan menyinari kita pada saat ini, berjarak 20.000 mil dari
bumi, niscaya seluruh muka bumi ini akan dilimpahi oleh air yang sangat
deras setiap harinya, yang bisa menghanyutkan gunung-gunung.
e) Seandainya malam kita sepuluh kali lebih panjang atau lebih lama dari yang
biasa kita lalui, niscaya matahari musim panas akan membakar
tumbuhtumbuhan
kita di siang hari. Sedangkan di malam hari, setiap tumbuhan di
bumi akan membeku.
f) Seandainya jumlah oksigen di udara mencapai 50% atau lebih besar
kapasitasnya dibanding dengan kapasitas normal (21%) yang tersedia, maka
setiap benda yang bisa terbakar akan menjadi daerah nyala api, sejak
percikan api pertama.
g) Seadainya air yang meliputi bumi ini terasa manis, niscaya kehidupan di
muka bumi ini akan dipenuhi oleh kebusukan dan penderitaan. Sedangkan
rasa asin adalah sesuatu yang bisa mencegah terjadinya pembusukan dan
kerusakan. Dan, seandainya tidak terjadi persenyawaan kalori dengan
yodium, niscaya takkan ada garam dan selanjutnya takkan ada kehidupan.
h) Seandainya tidak ada hukum daya tarik (gravitasi), maka dari mana akan
bertemu dan kawinnya atom dan partikel-partikelnya?
i) Seandainya poros bumi konstan, tentu akan terjadi musim panas yang
berkepanjangan di suatu wilayah, dan musim dingin yang berkepanjangan
di wilayah lain.
j) Seandainya bumi seperti bintang Mercuri yang tak beredar kecuali menuju
satu arah, yaitu matahari, niscaya tidak ada seorang pun yang hidup, karena
malam yang berlangsung selamanya demikian pula siang. Dengan
demikian, tidak akan ada kehidupan.
Demikianlah, teori kebetulan tentang alam ini tertolak dengan sendirinya. Dan
sesungguhnya di balik alam raya ini ada arsiteknya, Allah Yang Maha Pencipta.
Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan alam raya ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka
.
df
....... .... ....
SYARAT DITERIMANYA
SYAHADAT
..... ....... .....
ILMU YANG MENIADAKAN
KEBODOHAN
ᅭ.... ....... ......
YAKIN YANG MENIADAKAN
KERAGUAN
ᅭ.... ....... ......
PENERIMAAN YANG
MENIADAKAN PENOLAKAN
....... ....... .......
KETUNDUKAN YANG
MENIADAKAN KEENGGANAN
..... ....... .....
KEJUJURAN YANG MENIADAKAN
KEDUSTAAN
..... ....... .....
KEIKHLASAN YANG
MENIADAKAN SYIRIK
....... ....... .ᅭ.....
KECINTAAN YANG MENIADAKAN
KEBENCIAN
....... .....
PEMBATAL-PEMBATAL
SYAHADAT
....... ..... .....
JAHIL AKAN MAKNA SYAHADAT
..ᅭ.. .. ....... ... .. ᅭ....
MERAGUKAN SEBAGIAN ATAU
KESELURUHAN MAKNANYA
... .....
MENYEKUTUKAN ALLAH
......
NIFAQ (KEIMANAN YANG DUSTA)
........ ....... .. .....
MEMBENCI MAKNA &
KONSEKUENSINYA
....... ..... ...
MENINGGALKAN MAKNANYA
....... .. ᅭ....
MENOLAK MAKNANYA
.. ... .
..
.....
Mengingkari
.......
Memusuhi
........
Memisahkan diri
.....
Membenci
......
Menaati
......
Membela
.....
Mendekat
......
Mencintai
.....
Penghancuran
(21:57-58)
......
Membangun
(22:41,78; 24:55)
.....
Monoloyalitas (98:11,14)
.
TIADA
...
TUHAN
.....
Penolakan
(16:36)
......
Yang menolak
(4:48,116)
......
Pengingkaran
..
KECUALI
..
ALLAH
......
Peneguhan
(7:59)
......
Yang dikecualikan
(7:65,73)
.....
Loyalitas
....... .....
Loyalitas & Pengingkaran
...... ......
Tali yang kuat
..... ...
Kekuatan jiwa
......
Mengutamakan saudara
.... ...
Benteng yang kokoh
....... ...... ....
Asas khidupan Islami
...... .. .......
Kebahagiaan di dunia
..... .. ..... ...
Menolak rayuan syahwat
.......
Patriotisme
........ ....
Me
Krisis perasaan akan
.. ... ...... ....
Jalan bertaqarrub kpd Allah
..... ... ......
Jalan menuju akhirat
.....
Akhlak – Moralitas
....... ...
MAKNA SYAHADAT
..
RABB
......
PENCIPTA
.....
MAHA MULIA
......
MAHA TAHU
........ .....
TAUHID RUBUBIYAH
.......
ABDI
.......
PASRAH
.......
Mengagungkan
.......
BERTAHKIM
...... .....
TAUHID ULUHIYAH
........
JAHILIYAH
.......
ISLAMIYAH
.......
SYAHADAT
......
MANUSIA
.....
CIPTAAN
... ..
Dari Segumpal
Darah
.... ..
TIDAK TAHU
....
BACALAH
..... - .... .... .... ... .. ... .... .... ...... .. -
......
.... ... .. .......
.....
BAB V
..... .... ... .. .......
PROSES LAHIRNYA SYAHADAT DALAM SURAH AL-‘ALAQ
Sebagai abdi (‘ibadah)
Jika men-tadabburi kandungan surat al-‘Alaq : 1-5, sungguh kita akan
memperoleh pelajaran yang fundamental. Kajian akidah yang diajarkan oleh
para Rasul setiap masa. Dengan kajian ini tidak saja membangun dasa-dasar
ilmu pengetahuan (the bacic of knowledge), pula membangun dasar-dasar
kepribadian (the basic of knowing).
Intisari studi (dirasah) surah al-‘Alaq : 1-5 adalah penempatan posisi Rabb dan
kedudukan al-insan secara proporsional. Allah adalah sebagai subyek (pencipta,
Maha Mulia, Maha Pandai) dan manusia sebagai obyek. Awal sebuah
kerusakan (chaos) terjadi di dunia ini ketika manusia tidak bersedia menerima
dirinya sebagai obyek, bahkan memposisikan dirinya sebagai subyek. Makhluk
memposisikan diri seperti al-Khaliq. Hina tetapi merasa diri mulia, masih
memerlukan pujian dan sanjungan. Hanya memiliki ilmu sedikit (wa ma utitum
minal ‘ilmi ila qalilan), dipinjami kekuasaan, menolak aturan Tuhan Yang
Maha Mengetahui (al-‘Alim) dan Maha Mulia (al-Akram).
Ketika manusia (al-insan) lupa diri (nis-yan), maka tidak tahu diri dan tidak
tahu Tuhan, ketika itu ia meng-cover diri (kafir, menutup diri) dari
perkembangan sekitarnya. Sehingga ia lemah dalam merespon setiap
perubahan, perkembangan yang terjadi (dhu’ful istijabah lil mutaghayyirat).
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir (menutupi
fitrahnya sendiri).
Dinosaurus punah di muka bumi ini karena kelemahnnya dalam merespon
perkembangan di luar dirinya. Hewan-hewan lain yang hidup berdampingan
dengannya dianggap sebagai ancaman, bukan anugerah. Sikap menutup diri
inilah salah satu bentuk thagha’ (sikap melampaui batas).
Puncak kerusakan kepercayaan adalah syirk (selingkuh) dan puncak kerusakan
akhlak adalah sombong, thagha’, meminjam istilah Imam al-Ghazali. Syirik
identik dengan selingkuh dan sombong adalah sikap menolak kebenaran
(batharul haqq) dan meremehkan orang lain (ghamthun naas). Kelemahan
apapun yang dimiliki oleh manusia, sifat dasarnya akan menonjol yaitu al-uns
(cenderung harmonis), sehingga memudahkan untuk membangun kerjasama
(ta’awun) dengan pihak manapun dan terhadap siapapun, kecuali jika dalam
dirinya ada sebiji sawi sifat sombong. Tidak akan masuk surga apabila dalam
diri manusia terdapat sebiji sawi sifat sombong (al-Hadits).
Jika kita menengok kehidupan masa lalu, nenek moyang kita dahulu juga
disibukkan oleh persoalan di luar dirinya, menaklukkan alam, mengusir
binatang buas, kehidupan berpindah-pindah (nomaden). Sehingga ketika
muncul gejolak dirinya, cenderung menerapkan hukum rimba. Yang menang
siap menindas yang kalah, yang kalah bersedia untuk hidup menderita.
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada
kali yang lain.” (QS Thaha : 55).
: ...) .³..H.J.H. J.P.H.H.H. J.H.H. 14 (
“Yang menciptakan kamu secara periodik.” (QS Nuuh :14)
Seorang ahli sastra Arab mengatakan bahwa dunia ini bukan masa akhir.
.H.K. .J.H.H. ..K. .J.P.P.J.. .H..H.H. .H.J..H. .N.H.K. .J.P.J.H.
..J.P.J.H. H.N.H.K. J.H.J..H. m.J.H. H.J.P.P. H.J.N.H. .H.K.H.
Jika engkau membawa jenazah ke kuburan, ingatlah (suatu saat) engkau akan
digotong. Dan jika engkau diserahi urusan kaum, ingatlah (suatu saat) engkau
akan di ma’zulkan.
..) .³.J.H.H. .³.J.H. K.J.H.J.H. K..H..H.N... K.. J.H. H.H.J.H. P.H.H. H.J.P.J.H. K.. K.J.K.
H.J.H.H.H.
: ..... 83 (
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa.” (QS Ali Imran : 83).
Alam dan seisinya tunduk kepada aturan Allah (sunnatullah). Alangkah
sombongnya jika kita makhluk kecil di bagian alam ini menolak aturan-Nya?
Sikap yang benar bagi makhluk yang lemah adalah pasrah (taslim) kepada Dzat
Yang Mengatur dan Mengendalikan alam ini.
Mengagungkan Allah (ta’zhim)
Berikutnya Allah memperkenalkan diri dengan sifat fi’li-Nya yang Maha Mulia
(al-akram), berbentuk superlatif (bentuk mubalaghah, penyangatan). Allah
memiliki segala sifat kesempurnaan, sedangkan manusia makhluk, tempatnya
salah dan lupa (mahallul khatha’ wan nis-yan), karena manusia tebuat dari
segumpal darah (min ‘alaq). Dari bahan dasar ini manusia memiliki banyak
kelemahan. Dalam diri manusia dipenuhi dengan lubang kotoran. Kotoran
lubang mata, kotoran telinga, kotoran hidung, kotoran, lubang muka (qubul),
kotoran lubang belakang (dubur), dll. Jika topeng yang menutupi kita, terbuka
alangkah hinanya fisik kita, tidak ada harganya, ora ana ajine (Bhs. Jawa).
Kata al-akram biasa diterjemahkan dengan “Yang Maha Pemurah” atau
“Semulia-mulia”. Jika kembali ke akar kata “karama” yang menurut kamuskamus
bahasa Arab antara lain berarti : memberikan dengan mudah dan tanpa
pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia dan sifat kebangsawanan.
Ada perbedaan dalam perintah “membaca” pada ayat pertama dan perintah
yang
sama pada ayat ketiga. Ayat pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi
seseorang ketika membaca (dalam segala pengertiannya), yaitu membaca demi
Dengan kemajuan IPTEK, manusia bisa hidup dalam dunia yang serba
otomatis. Hanya dengan menekan tombol, manusia di ujung timur bisa saling
kontak dengan manusia di ujung barat, besi keras menjadi lunak, benda yang
bergerak menjadi diam. Tetapi ilmu pengetahuan tidak mampu menjamin
kebahagiaan. Sekalipun ilmu menjanjikan sarana material kehidupan, tetapi
tidak memandu bagi tujuan dan tugas hidup itu sendiri. Untuk apa ia harus hadir
di muka bumi ini? Ilmu dan teknologi hanya menghasilkan apa yang disebut
wasilatul hayat (sarana kehidupan), sedangkan iman melahirkan minhajul hayat
(pedoman kehidupan).
Tujuan dan tugas kehidupan adalah wilayah garapan iman. Iman yang
menumbuhkan pada diri manusia rindu kepada kebenaran dan kesucian, serta
membenci kefasikan. Iman yang mendorong jasmani menuju ke tingkat rohani
yang lebih tinggi di sisi Allah. Iman yang memberi kekuatan pemuda untuk
membentengi diri dari gejolak nafsu biologis, sebagaimana kekuatan iman
Yusuf ‘alaihis salam dalam menghindari godaan para wanita selebritis,
sehingga lebih memilih penjara daripada takluk melawan gejolak dirinya.
.J.H. N.P.H.J.H. J.S.H. J.K.J.H. N.K.H. K.J.H.K. J.K.H.J.P.J.H. .N.K. N.H.K. ―.H.H. P.J.S...
S.H. H..H.
: ....) H.J.K.K..H.J.. H.K. J.P.H.H. N.K.J.H.K. 33 (
“Ya Tuhanku, penjara lebih aku senangi daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,
tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah
aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS Yusuf : 33).
Iman yang mendidik manusia memiliki sikap berkorban, seperti pengorbanan
Ismail ‘alaihis salam untuk siap melepas nyawanya demi perintah Tuhan (QS
ash-Shaffat : 102). Iman merobah sikap individualis, egois menjadi jiwa
patriotisme dalam sejarah klasik dan modren (QS Thaha : 112; az-Zilzalah : 7;
an-Nisa’ : 40). Fenomena isytisyhad (bom syahid) yang dilakukan para pemuda
di belahan bumi yang lain belakangan ini, membuktikan bahwa ajaran klasik
iman masih relevan untuk memberikan pelajaran nyata dan pukulan telak
kepada simbol dikatator internasional (malikun jabbar).
Iman yang bisa melahirkan akhlak terpuji. Kehilangan akhlak akan
meruntuhkan diri sendiri, kata Ali bin Abi Thalib. Bangsa yang tidak bermoral
laksana bangunan tanpa pondasi. Kata sastra Arab, “Bila moral bangsa itu
terkena musibah, maka adakanlah upacara ta’ziyah”. Sebab morallah nyawa
mereka, jika ia tiada maka wujud mereka pun tiada.
.J.P.H.H. J.P.P.H.J.H. J.H.H.H. P.P. J.K.H. * J.H.K.H. .H. P.H.J.H.J. P.H.P.J. .H.N.K.H.
Suatu ummat hanya berdiri tegak, selama akhlaknya bermutu tinggi. Ia akan
runtuh, apabila akhlaknya menghilang.
Selama pembuat kebijakan berusaha menerapkan aturan kehidupan hanya
dengan undang-undang dan surat-surat keputusan, tapi lupa bahwa manusia itu
hanya bisa dikendalikan realitas yang ada pada dirinya bukan dari pengaruh
eksternal maka surat-surat keputusan itu tidak bermanfaat. Egoisme, hawa
semua sembahan selain Allah; dan dimensi penetapan, yang dalam hal ini
penetapan hak uluhiyah hanya bagi Allah semata.
: ....) P.. N.K. H.H.K. H. P.N.H. J.H.J..H. 19 (
“Maka ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah.” (QS Muhammad : 19).
Lawan dari pengetahuan ini adalah ketidaktahuan (al-jahl) akan makna
syahadat.
Kedua, keyakinan (al-yaqin), yakni tahu secara sempurna akan makna syahadat
tanpa keraguan sedikit pun. Jadi, imannya tak mengandung sesuatu yang
bertentangan dengannya dalam hati.
. K.K..H.J.H.K. .J.P.H..H.H. .J.P..H.J.H. J. H. N. P. K.K.J.P. H.H. K..K. .J.P.H.. H. J.K.N.. H.
J.P.K.J.P.J.. .H. N.K.
: .......) H.J.P.K..N... P.P. H.K.H.J.P. K.. K.J.K.H. K.. J.K.K.P.J.H.H. 15 (
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (QS al-
Hujurat : 15).
Lawan keyakinan adalah keraguan (asy-syakk).
Ketiga, keikhlasan. Kata ini diambil dari kata susu murni (al-laban al-khalish),
yang tidak lagi dicampuri kotoran yang merusak kemurnian & kejernihannya.
Ikhlas berarti membersih-kan hati dari segala yang kontradiktif dengan makna
syahadat.
: ..ᅭ....) H..H.H.P. H..S... P.H. H.J.K.K.J.P. H.. ..P.P.J.H.K. N.K. .J.P.K.P. .H.H. 5 (
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali hanya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”
(QS al-Bayyinah : 5).
Keikhlasan adalah lawan syirik (asy-syirk). Keikhlasan laksana tak menerima
lamaran lain, dan syirik adalah perselingkuhan.
Keempat, kejujuran (ash-shidq), yaitu bahwa lahirnya tidak menyalahi batinnya.
Keduanya harus saling sesuai dan sejalan, yaitu antara lahir dan batinnya, antara
ilmu dan amalnya, antara doa dan usahanya, antara apa yang ada dalam hati
dengan yang ada dalam raga. Maka tidak ada sesuatu yang dikerjakan oleh raga
yang menyalahi apa yang diyakini oleh hati.
: ......) H.J.P.H.J.P. J.P.H. P.J.H.J. P.P.H. H.K.H.J.P. m.J.P.K. J.P.H..H.J.K. .J.P.K.J.H. J.H.H.
.J.P.H.. H.J.K.N..H.
82 (
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya.” (QS al-
An’am : 82).
.P.J.K. H. P.H.J.H. .H.H. J.H. J.P.J.K.H. K.J.H.H. H.. ..P.H..H. .H. .J.P.H.H. ...H.K.
H.J.K.K.J.P.J.. H.K.
: ......) ³.J.K.J.H. .J.P.N.H. .H.H. P.K.H.J.H. J.H. 23 (
“Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur,
dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit
pun tidak berubah (janjinya).” (QS al-Ahzab : 23).
Rasulullah Saw juga bersabda :
.. .... .. ....... ....) H.N.H.J.. H.H.H. K.K.J.H. J.K. .³.K..H. P.. N.K. H.H.K. H. H..H. J.H.
(... .. ... ...
“Siapa yang mengucapkan : Tiada tuhan selain Allah dengan jujur dalam
hatinya, maka ia masuk surga.” (HR al-Bukhari dari Muadz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu).
Lawan kejujuran adalah an-nifaq, yaitu menampakkan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada dalam batinnya, atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam hatinya
tetapi menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
Kelima, cinta (al-mahabbah), yakni mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan
segala apa yang dari keduanya berupa ilmu dan amal, serta mencintai
orangorang
yang beriman.
: ......) K.K .·.P. ―.H.H. .J.P.H.. H.J.K.N..H. 165 (
“Dan orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah.” (QS al-
Baqarah : 165).
: .......) P.H.J.―.K.P.H. J.P.―.K.P. 54 (
“Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (QS al-Maidah :
54).
: ..... ..) P.. P.P.J.K.J.P. K..J.P.K.N..H. H.. H.J.―.K.P. J.P.J.P. J.K. J.P. 3 (
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu.” (QS Ali Imran : 3).
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
.N.K. K.J.H.K. N.H.H. P.P.J.P.H.H. P.. H.J.P.H. J.H. : K..H.J.K.J. H.H.H.H. H.H.H. K.J.K.
N.P. J.H. ..H.H.
.. ... .. ..... ....... ....) ... K.K N.K. P.―.K.P. H. H.J.H.J.. N.K.P. J.H.H. .H.P..H.K.
(... .. ... ....
“Ada tiga hal yang bila terdapat dalam diri seseorang, niscaya ia akan
mendapatkan manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada segala sesuatu selain keduanya, dan bahwa ia tidak mencintai
seseorang melainkan hanya semata karena Allah, ……” (HR al-Bukhari dan
Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
Cinta itu disamping rela berkorban untuk yang dicintai, ia adalah amanah. Yaitu
kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau
dengan kata lain semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam Selain itu murka terhadap para pelaku atau
pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang mereka bawa.
.. . .. ........ ....) K.. K.. P.J.P.J..H. K.. K.. ―.P.J.. K..H.J.K.J. .H.P. P.H.J.H.
(.... .. ... ...... ..ᅭ..
“Ikatan iman yang terkuat adalah cinta karena Allah dan marah karena
Allah.” (HR ath-Thabrani dari Ikrimah dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum)
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam juga menyebut bagian ketiga dari
syarat mendapatkan manisnya iman dalam hadits terdahulu.
- K..N... K.. H.H.J.P. J.H. P.H.H.H. .H.H. P.J.K. P.. P.H.H.J.H. J.H. H.J.H. K.J.P.J.. K..
H.J.P.H. J.H. H.H.J.H. J.H.H.
......
“Dan bahwa ia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya daripadanya, sama seperti ia membenci untuk dilemparkan
ke dalam neraka.”
Lawan dari cinta adalah benci (al-karahah) terhadap semua kata dan orang yang
menyalahi Allah dan Rasul-Nya serta Islam.
Keenam, ketundukan (al-inqiyad), yaitu tunduk dan menyerah-kan diri kepada
Allah dan Rasul-Nya secara lahir dengan mengamalkan semua perintahnya dan
meninggalkan semua larangannya. Lawannya adalah penolakan atau
ketidakmauan (al-imtina’).
.J.P.H.J.H.H.H. .J.P..H.H. N.H. P.H.K.H.H.J.. P.K.J.H.H. P.N.H.H.H. .J.P..H.H.J.. N.P.
P.. .H.―.H. .J.P..H. H.J.K.N.. N.K.
: ..ᅭ..) H.J.P.H.J.P. J.P.J.P. J.K.N.. K.N.H.J..K. .J.P.K.J.H.H. 30 (
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Tuhan kami ialah Allah
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan) : Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat : 30; an-Nuur : 63; al-
Ahzab : 36).
Ketujuh, penerimaan (al-qabul), yakni kerendahan, ketundukan dan penerimaan
hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya akan
melahirkan ketaatan dan ibadah kepada Allah, dengan jalan meyakini bahwa
tidak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran Islam.
Lawan dari penerimaan adalah pembangkangan dan penolakan (ar-radd), yaitu
berpaling dan membangkang dari ajaran-ajaran Rasulullah shalla-llahu 'alaihi
.K. H.J.H.H. H.K.H. J.H.J.H. J.H.H. H.J.J.K.J.P.J.. K.J.P. J.K. H..H.K.J.H. H.J.K.K..H.J..
H.J.P.K.J.P.J.. K.K.N.H. H.
: ..... ..) ³..H.P. J.P.J.K. .J.P.N.H. J.H. N.K. m.J.H. K.. K.. 28 (
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir manjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memlihara
diri dari sesuatu yang ditakuti mereka.” (QS Ali Imran : 28; 149; al-Maidah :
80-81; al-Mujadalah : 22; an-Nahl : 30).
Tujuannya agar manusia memurnikan loyalitasnya kepada Allah, Rasul-Nya,
dan orang-orang mukmin, serta bersikap bara’ (lepas diri) dari selain mereka.
Hatinya terpenuhi oleh perasaan ini, hanya mendukung penganut kebenaran dan
iman, bergembira dengan kemenangan mereka, mendoakan kebaikan bagi
mereka, bersedih dengan musibah yang mereka hadapi, di pertarungan apapun
yang terjadi antara al-haqq dan al-bathil.
Karena itu diantara tanda orang mukmin adalah gembira terhadap kemenangan
dien Muhammad shalla-llahu 'alaihi wa sallam dan bersedih karena
kemundurannya. Sedangkan di antara tanda-tanda munafik ialah gembira
terhadap kekalahan dien Islam dan bergembira karena kemenangannya.
.. K.. .N..H.H. K.H.P.H. : J.P.J.K.H. P.―.K. N.K. N.K. H. H.J.H. K.S.K. K.. P..
P.P.―.K.P. ..H.J.H.
(... .. ... ..... ... .. .... ....) K.J.H.H. .H.H.H.J..H. K.J.H.H. .H.H.H.J.K.
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya hari
dimana tak ada naungan kecuali naungan-Nya, (diantara mereka) adalah : dua
orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah dengan mana mereka
berkumpul dan berpisah.” (HR Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Dari sini terlihat bahwa orang-orang munafiq tidak mampu mengendalikan
dirinya ketika melihat kehancuran menimpa orang-orang mukmin. Ia riang
gembira dan berusaha menampakkan kegembiraan hatinya. Sebab, loyalitas
telah diperuntukkan bagi selain mukmin. Sedangkan hatinya dipenuhi dengan
kedengkian dan kemunafikan. Ia mengungkapkan perasaan-perasaan ini dengan
cara-caranya yang khas. Apabila ia seorang politikus, ia ungkapkan dengan
terang-terangan atau terselubung. Jika ia seorang jurnalis, ia ungkapkan dengan
pemberitaan yang menjengkelkan. Jika ia berada diantara sesamanya, teranglah
apa yang ditutup-tutupi.
Maka, wajib seorang muslim mencintai muslim lainnya yang beratuhid,
mengharapkan kemenangan untuknya, mendoakan kebaikan baginya, saling
berbagi rasa dengannya, dan memberikan pembelaan untuknya. Ini harus
disadari bahwa semua perkara tadi merupakan ajaran dien yang dengannya
Allah disembah. Juga merupakan hak sudara muslimnya tanpa harus melihat
hasil pertempuran, apakah menang atau kalah. Karena, bimbang dalam
memberikan wala’ (loyalitas) itu merupakan tanda kemunafikan. Jika melihat
kemenangan milik orang-orang mukmin, mereka bantu dan dukung. Namun,
jika melihat orang-orang kafir menang, mereka akan menolong mereka.
.m
..N.J.H.H.H.H.N.P.J.H.K.P.l
.H.K.J
.H.
.
.
.H.H.P.J.H.J...K.H.K.H..P.J.H.H
.J.H.P.J.H.H.P.J.KH..J.H..
.J
.K
..K.K
.m
.J..
.
.H
.H
.K
)......:
(77
.H.J.H.H.H..P.J.J.H.J.H.J.K.J.H.H.J.P.J.H.H.J.H.J.P.J.K.H..J.P.J.K.J.H
(141
“(Yaitu) orang-orang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai
orang-orang mukmin). Jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka
berkata, ‘Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?’ Dan jika orangorang
kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka balik berkata,
‘Bukankah kami turut memenangkan kamu, dan membela kamu dari orangorang
mukmin?” (QS An-Nisa’ : 141).
Demikianlah orang munafik bersikap mendua dan menipu, bahkan Dasamuka
(berwajah sepuluh). Kadang kala ia juga mengucapkan perkataan yang bisa
memuaskan kedua pihak, supaya sama-sama tetap dapat bergabung dengan
pihak mana pun yang kelak menang.
Jika kita melihat apa yang menimpa umat Islam, khususnya pada masa
kelemahan dan penyiksaan mereka, kita akan melihat kepala-kepala munafik
muncul. Mereka menampakkan taring-taringnya, lalu memberikan dukungan
dan bantuan kepada orang-orang musyrik dan sekuler. Mereka kerahkan segala
yang Allah berikan untuk menolong orang-orang musyrik. Kebalikan dari sikap
para Nabi, sebagaimana yang diucapkan Musa ‘alaihis salam.
.
.SH..K.H
.
.K
.³.
... )..:
.H.H.H.J.H.J.H.H.H.N.H.H.J.H.P.J.H.H.J.K.J.P.J.K.K.J.H
“Ya Rabb-ku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku
sekali-kali tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.” (QS
al-Qashash : 17).
Fakta ini menunjukkan bahwa mayoritas orang yang mengaku Islam belum
merealisasikan tauhid dengan benar. Dalam jiwa mereka belum menancap
bara’ kepada orang-orang musyrik dan sekuler. Bahkan, mereka cenderung atau
sudah tampak jelas membantu musyrik untuk menyerang muslim. Inilah bentuk
nifaq i’tiqadi (kemunafikan dalam akidah) yang bisa mengeluarkan mereka dari
agama Allah.
Mereka bangga dengan tingginya kalimat sekuler. Berkebalikan dengan janji
Musa ‘alaihis salam, mereka justru berkata, “Wahai Rabb-ku, demi nikmat
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku pasti akan menggunakannya
untuk membantu mereka (kaum musyrikin) dalam menghancurkan orang-orang
mukmin”. Na’dzu billah.
Sesungguhnya wala’ dan bara’ (loyalitas dan permusuhan) adalah perkara
fundamental. Ilmuwan berkata, “Tidak terdapat dalam Al-Qur’an ayat-ayat
yang lebih banyak setelah ayat-ayat tentang uluhiyah melebihi ayat-ayat yang
berkaitan dengan persoalan wala’ dan bara’.(Hakadza ‘Allamal Anbiya Laa
Ilaaha Illallah, karya Syekh Salman bin Fahd al-‘Audah).
Wallahu ‘alam bish-shawab.
df
.
PAKET III .
....... .....
Prinsip Syariat
$
......
.
..
...
.... ..
...... ...
Konsep manusia
..... ...
Orang gila
..... ... ...
Pahala terputus, sementara
.... ... .... ....
Akhlak yang rendah
..ᅭ.....
Sesat
........ – ........ -
........
..... ....
..
......
......
.....
......
.. ...
Konsep Allah
...... ... ..... ... ..
Bukan orang gila
..... ... .... .. ...
Pahala tak terputus
.... ... .... ....
Akhlak yang agung
.......
Mendapat petunjuk
....... – ........ – ..... .. -
........
.... ....
Kehidupan mulia
.... .....
Kehidupan sempit
.......
Sengsara
.......
Bahagia
.....
Surga
.....
Neraka
....... .....
PRINSIP SYARIAH
BAB I
....... .....
PRINSIP SYARIAT
Surat al-Qalam ayat 1-7
...ᅭ... ...ᅭ... .. ...
.J.H. .³.J.H.H H.H. N.K.H. . m.J.P.J.H.K. H.S.H. K.H.J.K.K. H.J.H. .H. . H.J.P.P.J.H. .H.H.
K.H.H.J..H. .
.K. . P.J.P.J.H.J.. P.P.S.H.K. . H.J.P.K.J.P.H. P.K.J.P.H.H. . m.J.K.H. m.P.P. .H.H.H.
H.N.K.H. . m.J.P.J.H.
. H.J.K.H.J.P.J..K. P.H.J.H. H.P.H. K.K.J.K.H. J.H. N.H. J.H.K. P.H.J.H. H.P. H.N.H.
“Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis. Tidaklah engkau, dengan nikmat
Tuhanmu, seorang gila. Dan sesungguhnya untukmu pahala yang tiada
putusputusnya.
Dan sesungguhnya engkau adalah benar-benar atas budipekerti yang
agung. Maka engkau akan melihat dan mereka pun akan melihat kelak. Siapa
di antara kamu yang terganggu fikiran. Sungguh Tuhanmu, Dialah yang lebih
tahu siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia pun lebih tahu siapa yang
mendapat petunjuk.”
Definisi kebahasaan ‘qalam’ (lughatan)
Dari segi bahasa, kata ‘qalama’ berarti memotong ujung sesuatu. Dalam sebuah
hadits yang menjelaskan ‘sunnah-sunnah fithriyah’ disebutkan diantaranya
taqlimu al-azhafir (memotong ujung kuku). Tombak yang dipotong ujungnya
sehingga meruncing dinamai maqaliim. Anak panah yang runcing ujungnya dan
yang bisa digunakan mengundi dinamai pula qalam, sebagaimana firman-Nya :
H.J.P.J.P. J.K. J.K.J.H.H. H.J.P. .H.H. .チ......... : ..... ..) H.H.J.H. P.P.J.H. J.P.―.H. J 44 (
“Padahal kamu tidak beserta mereka melemparkan anak-anak panah mereka
(untuk mengundi) siapa di antara mereka yang memelihara Maryam.” (QS Ali
Imran : 44).
Demikian pula ditemukan dalam bentuk jama’ ‘aqlam’ bermakna ‘pena’ pada
firman Allah berikut.
m.H.H.H. J.K. K.J.H.J. K.. .H. N.H. J.H.H. ΄....... .H. m.P.J.H. P.H.J.H. K.K.J.H. J.K.
P.―.P.H. P.J.H.J..H.
: .....) K.. P..H.K.H. J.H.K.H. 27 (
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena-pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (keringnya), niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah”. (QS Luqman : 27).
Al-Quran secara umum menjelaskan bahwa ‘qalam’ adalah alat yang digunakan
untuk menulis, yakni alat tulis apapun – termasuk komputer yang tercanggih.
Demikian pula ‘qalam’ adalah alat untuk mengundi. Dalam surat al-Qalam,
qalam adalah alat, tetapi yang dimaksudkan adalah hasil penggunaan alat
tersebut, yakni “tulisan”.
Dalam kaidah bahasa Arab seringkali suatu kata yang berarti “alat” atau
“penyebab” dimaksudkan untuk akibat atau hasil penggunaan alat itu. Dan suatu
kata atau ayat yang singkat boleh jadi ditemukan rincian artinya dalam ayat
yang lain (tafsir al-ayat bil ayat).
Maka, arti qalam pada surat al-‘Alaq dengan surat al-Qalam saling berkaitan,
apalagi surat al-Qalam turun setelah akhir ayat kelima surah al-‘Alaq, menurut
beberapa riwayat.
Penemuan pena serta tulis menulis merupakan satu anugerah Allah yang
terbesar. Dengan tulisan, satu generasi dapat mentransfer ilmu dan pengalaman
mereka kepada generasi berikut, sehingga manusia tidak terus-menerus mulai
dari nol. Begitu pentingnya pena dan hasil tulisannya, para ahli membagi
kehidupan manusia dalam dua periode. Periode pra-peradaban (prehostoric) dan
periode peradaban (historic). Sedang batas pemisah antara keduanya adalah
penemuan pena serta tulisan.
Mengenal tulisan (qalamullah) dan kemurahan Allah (karamullah)
Kalau merujuk arti qalam dalam bentuk jama’ ‘aqlam’ dalam Al-Qur’an surat
Luqman ayat 27, yang dimaksudkan adalah ‘ilmullah (ilmu Allah). Ada yang
berpendapat Al-Qur’an, as-Sunnah dan al-Islam. Konsep Allah adalah syariat
(syara’a) Allah yang diperuntukkan hamba-hamba-Nya.
Dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan
dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah
diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang
belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau dasar
usaha manusia (‘ilmu kasbi). Cara kedua dengan mengajar tanpa alat atau tanpa
usaha manusia (‘ilmu laduni, ‘ilmu khafi).
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu hanya dua tahun hidup bersama Nabi
shalla-llahu 'alaihi wa sallam, tetapi paling banyak meriwayatkan hadits selain
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Abu Hurairah lebih banyak memperoleh ‘ilmu
khafi (ilmu tersembunyi). Walaupun berbeda, keduanya dari satu sumber, yaitu
Allah.
Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut
peranannya untuk memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan
bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang
subyek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiap
76 tahun, muncul terakhir tahun 1986. Pada kasus ini, walaupun para astrologi
menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan
mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah kehadiran komet itu
dalam memperkenalkan diri.
Wahyu, ilham, intuisi, firasat, yang diperoleh manusia yang siap dan suci
jiwanya, atau apa yang disebut kebetulan, yang dialami ilmuwan yang tekun,
semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas.
Itulah pengajaran tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam bukan
lewat qalamullah tetapi atas karamullah (kemurahan Allah), karena wahyu
turun bukan atas usaha beliau. Kadang langsung masuk ke dalam dadanya.
Setelah dibacakan Allah, setelah itu tidak pernah lupa.
(6
.H.P.J.K.P.H.H.H.H.J.H.).....:
“Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu
tidak akan lupa.” (QS al-A’laa : 6).
Seringkali Rasulullah menghendaki turunnya wahyu, tetapi tak kunjung
diturunkan. Bahkan beliau pernah hampir saja menjatuhkan dirinya dari atas
gunung, karena beban berat yang dipikul, sementara wahyu yang ditunggu tidak
turun.
Kitab Ihya Ulumuddin, karya Imam al-Ghazali diperoleh justru ketika
meninggalkan teori-teori ilmiah yang telah dipelajarinya selama ini. Buku
Manhaj Tarbiyah Islamiyah, oleh Muhammad Quthb, disusun setelah
mengalami stagnasi kejiwaan (Lihat: Wawasan Al-Qur’an, Prof. Dr. M.
Quraisy Syihab, MA).
df
BAB II
.. ... .....
KARAKTERISTIK KONSEP ALLAH
Rabbani
Konsep Allah memiliki keistimewaan yang membedakannya dengan
undangundang
lain buatan manusia, yaitu bersifat rabbaniyyah. Lebih tepatnya,
rabbaniyyatul mashdar dan rabbaniyyatul ghayah (bersumber dari Allah dan
tujuan akhir karena Allah).
Konsep Allah bercelupkan keagamaan, terbungkus oleh kesucian yang tiada
taranya dan menanamkan kepada penganutnya rasa cinta dan hormat yang
bersumber dari mata air keimanan dengan kesempurnaan, keluhuran dan
kemuliaannya, bukan bersumber dari rasa takut terhadap kekuasaan legislatif
dengan aparatnya.
Konsep itu bukan produk manusia yang kemampuannya terbatas dan
terpengaruh oleh kondisi, tempat, dan waktu, terpengaruh oleh hawa nafsu,
perasaan dan pertimbangan kemanusiaan.
Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Mencipta dan Memiliki semua makhluk,
Pengatur semesta alam ini, Menciptakan manusia, Maha Mengetahui apa yang
bermanfaat dan apa-apa yang maslahat serta yang bisa memperbaiki.
: .....) P.J.K.H.J.. P.J.K.N... H.P.H. H.H.H. J.H. P.H.J.H. H.H. 14 (
“Ingatlah, (Allah Yang Mencipta), Maha Mengetahui, dan Dia Maha Halus
lagi Maha Awas.” (QS al-Mulk : 14).
Kaum muslimin meyakini bahwa konsep Allah paling sempurna, syamil, paling
adil, paling mampu mewujudkan kebajikan dan menolak berbagai macam
keburukan. Konsep Allah berhasil menegakkan kebenaran dan menumbangkan
dan mencabut mafsadat ke akar-akarnya. Dan seorang muslim dapat merasakan
kepuasan dengan keadilan dan kebajikannya.
Seorang muslim juga meyakini dalam lubuk hatinya bahwa Allah selalu
mengawasi ketika ia tengah menjalankan konsep ini atau pada saat ia
meninggalkannya. Dia meyakini bahwa Allah mencatat perbuatannya itu untuk
di-hisab saat seluruh manusia dibangkitkan untuk melihat amal perbuatannya.
: .......) P.H.H. .·.H. m.N.H. H..H.J.K. J.H.J.H. J.H.H. . P.H.H. .³.J.H. m.N.H. H..H.J.K.
J.H.J.H. J.H.H. 7 -
8(
“Maka barangsiapa yang beramal kebajikan sebobot zarrah pun, ia psti akan
melihatnya. Dan barangsiapa yang beramal kejahatan sebesar zarrah pun,
pasti ia akan menemuinya.” (QS az-Zalzalah : 7-8).
Keteraturan dan keserasian dalam fenomena alam (khalqiyah) dan konsep Allah
(kalimatullah) sebagai suatu keseimbangan (tawazun), kita temui sebagai suatu
gejala yang tampak pada setiap apa-apa yang disyariatkan Allah, tampak pada
setiap makhluq-Nya.
Universal (syumul)
Konsep Allah mencakup aspek ibadah yang mengatur hubungan dengan
Rabbnya.
Masalah ini dijelaskan oleh fiqh ibadah yang terdiri dari bab thaharah,
shalat, shaum, hajji, nadzar, udh-hiyyah (berkorban), ayman (sumpah) dan halhal
lain yang tidak pernah dikenal dalam qanun.
Mencakup pula hukum kerumahtanggaan (nizhamul usrah), seperti nikah,
thalaq, mengatur rumah tangga, nafkah, wasiat, waris, dan hal-hal yang
termasuk dalam masalah pembentukan rumah tangga Islami dan segala upaya
mempertahankannya, masalah ‘iddah, dll. Hukum ini dikenal dengan Hukum
Pribadi (al-ahwal asy-syakhshiyah).
Juga mencakup segi mu’amalah, transaksi seperti jual beli, gadai, hibah,
utangpiutang,
join dalam usaha (syirkah), luqathah (barang temuan), dan sejenisnya
yang bertujuan mengatur hubungan antarindividu dalam menggunakan harta
dan menjaga hak masing-masing yang semua ini sekarang dinamakan Hukum
Sipil.
Ia juga mencakup bidang ekonomi seperti berkaitan dengan pengembangan
harta atau pemakaiannya sebagaimana pula berkaitan dengan pengatutan
Baitul-
Maal, tentang pemasukan dan pengeluaran zakat, harta ghanimah, fai’, pajak,
serta hal-hal yang diharamkan Allah seperti riba, menimbun harta, memakan
harta orang dengan cara batil, dsb.
Konsep Allah juga mencakup tindak pidana dan balasannya yang telah
ditentukan dengan nash dan hadis seperti qishash, dan hukuman-hukuman lain
seperti potong tangan bagi pencuri, mencambuk atau merajam pezina,
mencambuk peminum minuman keras dan orang yang menuduh orang lain
berzina. Atau sanksi-sanksi yang ketentuannya diserahkan kepada ulil amri,
para qadhi atau hakim, yang disebut dalam fiqh dengan hukuman ta’zir (dera).
Inilah yang dikenal undang-undang kejahatan dan Hukum Pidana (jinayat).
Juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan hukum, putusan, dakwaan,
persaksian, iqrar (pengakuan), sumpah dan lainnya yang bertujuan menegakkan
keadilan antar-umat manusia dan menyelesaikan suatu kasus atau perkara yang
semua termasuk ke dalam apa yang disebut Hukum Acara.
Mencakup aspek undang-undang kepemimpinan, dasar kewajiban mengangkat
pemimpin dan syarat-syaratnya yang harus dipenuhi, cara pemilihannya, hak
dan kewajibannya, hubungannya dengan dengan rakyat, hukum mentaatinya,
serta bagaimana menghadapi pembangkang (oposisi) dan sejenisnya, yang
bertujuan mengatur hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Ini
termasuk ke dalam “Undang-undang Dasar”.
BAB III
....... ....... .. ...
JAMINAN ALLAH BAGI YANG BERQUR’AN
Tidak gila
Gila adalah perbuatan yang menyalahi kebiasaan, ukuran, kriteria umum
(khariqul ‘adah). Jika merujuk kepada hadits, diterangkan bahwa diantara orang
yang tidak dikenai dan bebas dari taklif (beban tugas) menjalankan syariat
diantaranya adalah ‘anil jununi hatta ya’qila (orang gila sampai akalnya
berfungsi). Orang gila tidak dikenai taklif karena akalnya tidak normal.
Maksud ayat “ma anta bi ni’mati rabbika bi majnun” adalah bahwa dengan
nikmat Islam ini maka kamu tidak akan melakukan pekerjaan hina.
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah yang menjelaskan kriteria wanita yang
harus dijadikan calon istri meliputi hartanya, kecantikannya, keturunannya. Jika
semua sifat tidak terkumpul pada satu orang, maka beruntunglah kamu dengan
memilih yang beragama, taribat yadaaka (‘agar kedua tanganmu tidak
berdebu’). Taribat dari kata turab artinya debu; yadaaka artinya kedua
tanganmu (usaha yang kamu lakukan). Jika agama tidak dijadikan alternatif
pilihan, kedua tanganmu berdebu (mengerjakan pekerjaan yang hina). Tidak
pantas dilakukan oleh makhluk yang berakal. Postur tubuhnya seperti manusia
tapi karakternya seperti anjing (kalb), kera (qird) dan himar (keledai).
.K. K.J.H.J.. K.H.H.H. P.P.H.H.H. P..H.H. H.H.N..H. K.J.H.J. H..K. H.H.J.H. P.N.K.H.H.
.H.K. P..H.J.H.H.H. .H.J.K. J.H.H.
: ......) J.H.J.H. P.J.P.J.H. J.H. J.H.J.H. K.J.H.H. J.K.J.H. 176 (
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya)
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
mengusirnya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya juga.” (QS al-A’raf : 176).
Jika kata majnun (gila) dikaitkan dengan kata janna pada surat al-An’am : 72,
yang artinya menutupi, maka sakit gila menjadikan seseorang dalam dunia ini
sia-sia. Karena dia tidak dikenai tugas dan kewajiban (taklif). Oleh karena itu
perintah dan larangan tidak akan masuk hatinya, karena instrumen
kemanusiaannya tertutup.
Dengan Al-Qur’an hati manusia menjadi lapang, terbuka. Sehingga mudah
tersentuh dengan kebenaran. Jika khilaf ia menyesal dan bersegera kembali
kepada Allah. Hatinya bersih, terbebas dari berbagai kontaminasi virus hati
(amraadhul qalb). Orang Yahudi jarang sekali yang masuk Islam karena
hatinya keras (qaswatul qalb). Sekeras-keras batu jika dipecahkan, maka di
tengah-tengahnya akan mengeluarkan air.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Seakan-akan aku
lihat kepada Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam ketika beliau
menceritakan salah seorang Nabi dari Nabi-nabi yang banyak itu, dia dipukul
oleh kaumnya sampai berdarah-darah, disapunya darah yang mengalir di
wajahnya itu lalu berdoa, “Ya Allah, ampuni kaumku, karena sesungguhnya
mereka tidak tahu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Akhlaq Rasulullah yang menonjol disini adalah muhsin (tetap berbuat baik
kepada yang bersikap jelek kepadanya) (QS Ali Imran : 134), yaitu memaafkan
dan mendoakan.
Bahkan beliau bersabda dalam redaksi hadits yang lain, “Maafkanlah orang
yang menzhalimimu, berilah orang yang mengharamkan pemberian denganmu,
dan sambunglah hubungan terhadap orang yang selama ini memutuskan
hubungan denganmu”.
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Sesungguhnya Nabi shalla-llahu ‘alaihi
wa sallam melaksanakan Al-Qur’an, baik perintahnya maupun larangannya,
telah menjadi sikap hidup dan melekat ke dalam tabiat asli beliau. Perintah Al-
Qur’an dikerjakan, larangannya ditinggalkan. Semuanya dihiasi oleh budi
pekerti yang agung, malu, dermawan, berani, pemaaf, menahan marah.
Pendeknya semua budi yang indah.
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sebuah hadits dengan sanadnya dari
Urwah bin Zubair, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, berkata, “Tidak sekalipun
pernah Nabi shalla-llahu ‘alaihi wa sallam memukul khadam, dan tidak pernah
memukul perempuan, bahkan tidaklah menjadi kesukaannya memukul, kecuali
memukul dalam perang fi sabilillah. Dan kalau beliau memilih dua hal, pasti
beliau pilih mana yang paling mudah, asal jangan dosa. Dan tidaklah beliau
membalas dendam, kecuali kalau aturan Allah dilanggar orang. Kalau aturan
Allah dilanggar, saat itulah beliau baru membalas, bukan untuk dirinya
melainkan untuk agama Allah”.
Ada sahabat yang mengatakan, ketika pertama kali kita kenal Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam kita takut kepadanya, setelah lama kita bergaul
dengannya kita mencintainya.
)
.H.J.H.P..J.P.J.K.J.KH..J.H.³.H.J.H.H.H.J.³.H.H..P.P.J
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaqnya.
Dan orang terhitung orang baik-baik ialah yang bersikap baik terhadap
isterinya.” (HR at-Tirmidzi).
Akhlaq di sini mencakup dimensi yang lebih dalam dan luas. Mengendalikan
jiwa, berkata jujur, ihsan dalam berbuat, amanah dalam bermuamalah, berani
berpandapat, adil dalam menetapkan hukum, berpegang teguh dengan
kebenaran, keinginan (‘azam) yang kuat untuk melakukan kebaikan, menyuruh
kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, menjaga kebersihan, menghormati
peraturan dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa.
.K
.
.
.P.P.J
.
.m
.K.K.H
..K.K.J
........(...
BAB IV
..... ... ..... .......
KEHINAAN PEMBELA IDEOLOGI MANUSIA
Gila (majnun)
Orang yang jauh dari Al-Qur’an akan menjadi gila. Gila wanita, gila harta dan
gila tahta. Selain Al-Qur’an tidak akan mampu menolak godaan wanita, harta
dan tahta. Bagi orang kafir ketiga kekayaan itu yang dijadikan tujuan akhir
hidupnya. Sehingga hatinya kafir (terkover, tertutup) dari petunjuk Allah.
Sehingga seruan Allah, seolah-olah suara yang didengar dari jarak yang jauh,
suara apa itu ?.
..H.H. J.K. K.J.H..H.P. H.K.H.J.P. .³.H. J.K.J.H.H. H.P.H. ..J.H. J.K.K..H.. K.. H.J.P.K.J.P. H.
H.J.K.N..H.
: ..ᅭ..) m.J.K.H. 44 (
“Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka (tidak menerangi mereka).
Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang
jauh.” (QS Fushshilat : 44).
Segala aktifitas orang kafir hanya akan menutup (raana) hatinya sendiri. Dan
mereka menjadi pemburu yang kecewa, karena yang diburunya tidak
ditemukan.
. H. P. H..H. .H.K. N..H. ³..H. P..H.J.N... P.P.H.J.H. m.H.J.K.K. m..H.H.H. J. P.P..H.J.H.
.J.P.H.H. H.J.K.N..H.
: .....) .³.J.H. P.J.K.H. 39 (
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana
di tanah datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.” (QS an-Nuur :
39).
Memperoleh balasan sesaat (mu-aqqatan)
Yang diperoleh bagi orang berpaling dari Al-Qur’an hanyalah mata’ (kepuasan
sementara). Balasan itu tidak akan memuaskan hatinya, seakan-akan minum air
laut semakin di minum semakin haus. Semakin banyak yang didapatkan
semakin menumpuk pula kebutuhan dan kekurangannya. Orang kaya, menurut
Islam, bukan yang banyak hartanya tetapi kaya hati.
Kata Abu Bakar, “Jadikanlah harta itu pada genggaman tanganmu dan
janganlah engkau masukkan dalam hatimu.” Orang Islam semangat dalam
mengumpulkan karunia-Nya, tapi tidak kikir dalam membelanjakan
kebaikankebaikannnya.
Oleh karena itu seorang yang jauh dari Al-Qur’an akan merasakan kehidupan
yang serba sulit (ma’isyatan dhankan). Secara lahiriyah bisa makan ini, itu,
bertempat tinggal sesuka hatinya, tetapi hatinya terpenjara oleh nafsunya.
Orang yang tidak ber-Qur’an tidak bisa zuhud. Sementara orang yang ber-
Qur’an mampu bersikap zuhud (membatasi konsumsi) setelah
mengumpulkannya. Kreatif dalam mengelola karunia Allah. Dikumpulkannya
sebanyak mungkin, kemudian dia tinggalkan untuk Allah. Lelaki Qur’ani
memiliki daya cipta material, pada saat yang sama memiliki daya kendali
material.
Mukmin adalah petarung sejati, pebisnis sejati, tetapi pada akhirnya ia
pemimpin sejati. Seorang mukmin tidak sekedar mampu menurunkan tirani,
tetapi mampu membuat rakyat sejahtera setelah berkuasa. Dan itu mustahil
dilakukan sebelum ia menjadi pebisnis sejati.
Berperangai hina
.J.K.K. .H. ³.H.H.K. .J.P.J.P. J. P.H. .H. J.P.H. K.J.N. .. K. . J. P.J.K. .J.H.H.J.. H. J.K.N.. P.
P.J.K.H. J.H.H.H.
: ......) 65 (
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar perintah
pada hari Sabtu, maka Kami firmankan : Jadilah kamu kera-kera yang hina.”
(QS al-Baqarah : 65).
Hari Sabtu adalah waktu istirahat dari bekerja, dikhususkan untuk beribadat
kepada Tuhan. Memuliakan hari Sabtu adalah salah satu janji Bani Israil dengan
Tuhan. Tetapi mereka pandai mempermainkan hukum Tuhan. Peristiwa ini
terjadi di danau Thabaria, Alia, Madyan, kata para ahli. Mereka berdiam di tepi
pantai. Sekalipun dilarang mencari ikan pada hari Sabtu, tetapi mereka
memasang alat penangkap ikan (kail) pada Jum’at malam, lalu diambil pada
hari Ahad. Sehingga mereka mendapat kutukan Tuhan menjadi kera yang hina.
Sebagian ahli tafsir berpendapat : mereka menjadi babi, keledai.
Jika direnungkan ayat ini, bukan berarti mereka berubah bentuk. Tetapi
perangainya berubah menjadi perangai binatang. Lebih memuliakan ikan
daripada seruan Tuhan. Jika keledai berkarakter keledai, tidak mengherankan.
Manusia berperangai seperti keledai, inilah bentuk kehinaan. Yang dibenci
Tuhan dan manusia adalah seorang yang memiliki kesamaan sifat dengan
binatang. Memiliki akal, sama perangainya dengan makhluq yang tidak berakal.
Akal yang merupakan karunia terbesar dari Allah untuk dirinya, tidak
difungsikan. Mereka bangga dengan memperoleh keuntungan duniawi. Tetapi
tidak sadar sesungguhnya mereka dijauhi oleh orang yang baik. Menghalalkan
segala cara, asalkan tujuan tercapai (al-ghayatu tubarrirul wasa-il). Tidak ada
kawan abadi, yang abadi adalah kepentingan itu sendiri.
Menurut Ibnu Mundzir, dari Ibnu Abil Hatim, mereka terima dari Mujahid,
“Yang disumpah Tuhan sehingga menjadi kera atau monyet adalah hati
mereka, bukan badan mereka. Peristiwa ini adalah majaz (kiasan) seperti pada
surat al-Jumu’ah ayat 5, ‘Laksana keledai memikul kitab’.”
.H.J.H..H.PP..P.P.H.N.H.H.J.H.s
“Siapa yang jelek akhlaqnya, ia menyiksa dirinya sendiri.”
Wajar, orang yang berbuat menyalahi suara batinnya, akan tersiksa. Ia akan
dihantui perasaan bersalah (inhizamun nafsi). Tidak akan merasakan kepuasan
batiniyah. Karena hati nuraninya dinodai dengan akan noktah hitam. Imam Ali
bin Abi Thalib menyimpulkan akibat buruk dosa, dalam doanya :
“Ya Allah, ampuni dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan. Ya Allah,
ampunil dosa-dosaku yang mendatangkan bencana. Ya Allah, ampuni
dosadosaku
yang merusak karunia. Ya Allah, ampuni dosa-dosaku yang menahan
doa. Ya Allah, ampuni dosa-dosaku yang menurunkan bala. Yaa Allah, ampuni
dosa-dosaku yang mempercepat kebinasaan”.
df
BAB V
....... ..... .....
PROFIL GENERASI QURANI
Ada fenomena yang unik dalam sejarah Islam yang patut dijadikan rujukan,
tolak ukur keberhasilan dakwah di mana saja dan kapan saja, bagi yang terjun di
medan dakwah. Gejala itu tidak lain adalah dakwah ini mampu men-setting
generasi, yakni generasi Sahabat radhiyallahu ‘anhum, generasi terbaik dalam
sepanjang sejarah Islam dan kemanusiaan.
Setelah itu boleh dikata, tidak pernah terulang lagi munculnya generasi
sekualitas itu, sekalipun ada beberapa figur yang muncul (mujaddid), tetapi
belum pernah lahir dalam bentuk society (160.000 orang, peny.), selain dari
generasi Sahabat. Gejala ini menimbulkan pertanyaan di kalangan yang masih
bersedia memikirkan kelangsungan dakwah Islam. Apakah penyebab dan
rahasia keberhasilan mereka?
Kemurnian dan keutuhan sumber asasi (ashalatu al-mashdar)
Al-Qur’an yang dikaji oleh para sahabat Rasul shalla-llahu 'alaihi wa sallam
dan yang menjadi asas perjuangan mereka dalam kehidupan, adalah Al-Qur’an
di tangan kita sekarang. Dan itu yang akan dibaca oleh generasi sesudah kita
nanti sampai akhir zaman. Al-Qur’an yang tetap asli, utuh, dan murni. Demikin
pula hadits Rasulullah, yang bagi sahabat dahulu dijadikan sebagai pedoman
kerja, semuanya masih tersimpan rapi dan mudah dipahami. Kecuali pribadi
Rasulullah yang telah meninggalkan kita. Lalu apakah ini yang menjadi
penyebab? Jawabannya bukan.
Seandainya keberadaan Rasulullah yang menjadi rahasianya, niscaya Allah
tidak akan menjadikan dakwah Islam ini kaffatan linnas wa rahmatan lil
‘alamin. Dan Islam bukan risalah terakhir diturunkan oleh Allah. Akan tetapi
Islam tidak demikian. Allah menjamin keutuhan dan kemurnian Al-Qur’an,
sekalipun Rasulullah telah wafat. Dakwah ini akan berlangsung secara
kontinyu, sekalipun beliau tiada. Bahkan, beliau telah sukses menyampaikan
risalah ini dengan sempurna sampai akhir zaman.
Kehilangan pribadi Rasulullah bukan menjadi faktor utama dalam dakwah ini.
Sayyid Quthb, dalam bukunya Ma’alim fii ath-Thariq mencoba mengamati
profil masyarakat sahabat. Dari hasil pengamatannya, beliau mengemukakan
tiga faktor yang menjadi karakteristik generasi Qur’ani yang pertama itu.
Pertama, al-Qur’an, sumber utama (al-Qur’an manba-un wahiid)
Generasi sahabat mempersepsikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber dan
landasan kehidupan. Adapun hadits adalah tafsir operasional dari sumber utama
itu. Ketika Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang perilaku Rasulullah, dia
menjawab, “Budi pekertinya adalah Al-Qur’an”.
Sebenarnya ketika itu bukan tidak ada hambatan peradaban dalam menegakkan
semangat beragama. Peradaban Romawi kala itu sudah mencapai tingkat
kemajuannya di bidang budaya, ilmu, dan hukum, yang sampai sekarang masih
dianut oleh beberapa negara sebagai sistem hukum. Demikian pula kebudayaan
Yunani yang terkenal dengan logika dan filsafatnya. Kebudayaan Persia, India,
dan China tercatat sebagai kebudayaan yang besar waktu itu. Dua peradaban
Romawi dan Persia mendominasi Jazirah Arab dari utara dan selatan.
Tetapi, fokus generasi sahabat kepada Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber
dan acuan, mempunyai sasaran khusus. Rasulullah ingin mencetak generasi
yang spesifik, di mana hati, akal, wawasan, ideologi, dan orientasi (ittijah)
mereka terpelihara orisinilitasnya dari berbagai pengaruh luar yang tidak sesuai
dengan manhaj Al-Qur’an.
Generasi inilah yang dicatat sejarah sebagai generasi yang unik, sebab generasi
berikutnya telah mengalami pembauran sistem dan telah terkontaminasi
berbagai polutan dalam memahami sumber utama. Seperti filsafat dan logika
Yunani yang banyak mencemari pemikiran pemikir Islam, israiliyat Yahudi dan
teologi Nasrani, serta berbagai kebudayaan dan peradaban asing, yang turut
mencampuri penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga mengurangi kadar
kejernihan pemikiran generasi berikutnya dalam memahami Al-Qur’an.
Kedua, metode penerimaan al-Qur’an (manhaj at-talaqqi)
Antara generasi sahabat dan generasi berikutnya cenderung mengalami
perbedaan dalam aspek pola penerimaan Al-Qur’an. Generasi awal ketika
membaca Al-Qur’an tidak bertujuan membongkar rahasia alam, sains,
pengayaan materi-materi ilmiah. Akan tetapi menerima Al-Qur’an seperti
menerima perintah dari Allah untuk diterapkan secara langsung dalam
kehidupan pribadi dan masyarakat. Persis seperti seorang prajurit menerima
perintah dari komandannya untuk dilaksanakan secara spontan. Sahabat
mencukupkan sepuluh ayat untuk dihafal dan diamalkan muatannya.
Metode penerimaan yang aplikatif – justru menyingkap ufuk ilmu dan
keindahan, pesan-pesan inti – yang tidak terungkap sekiranya mereka
berinteraksi dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode pertama
dapat mempraktiskan kerja, meringankan beban, menterjemahkan teori-teori
ilmiah yang mandeg ke dalam kerja nyata yang dinamis.
Sesungguhnya Al-Qur’an tidak menerima metode apapun selain dari metode
penerimaan yang praktis dan aplikatif. Karena Al-Qur’an bukan buku seni,
ilmu, sejarah, sekalipun semuanya terkandung dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup (minhajul hayah). Karena itu
Allah menurunkannya secara bertahap.
(106
..... ).:
.J.³
.H.J.K
.K.H.J.H.H.P.H.H..P.J.m.H.H.N.J.H..P
.H.H.J.H..s
.³.
.PH...l
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (QS al-Isra’ :106).
Allah menurunkan Al-Qur’an tidak sekaligus. Tetapi berdasarkan
kebutuhankebutuhan
dan perkembangan yang kontinyu dalam ideologi dan konsepsi, juga
berdasarkan problem alamiah yang dihadapi umat Islam dalam kehidupannya.
Terakadng ayat turun menerangkan peristiwa tertentu dan kondisi khusus, serta
menggariskan peranan yang harus dimainkan mereka dalam menghadapi
kejadian itu, dan memperbaiki kesalahan mereka, dengan begitu terasa
keterikatan jiwa dengan Allah sebagai Pencipta. Dari metode penerimaan yang
praktis ini para sahabat muncul sebagai generasi yang terbaik.
Ketiga, isolasi (mufashalah) dari persepsi lama
Apabila seorang telah mengikrarkan dirinya sebagai muslim berarti ia telah
menghapus segala masa lalunya ketika jahiliyah, dan sekarang akan memulai
hidup baru yang sama sekali terpisah mutlak dari hidupnya pertama pada masa
jahiliyah; merasakan hidup yang lalu itu penuh noda dan kotoran yang hanya
bisa terhapus dengan Islam.
Dengan sikap pasrah seperti ini, ia menerima petunjuk Islam yang baru. Maka
setiap kali tidak mampu menunaikan kewajiban yang dibebaankan Islam
kepadanya, ketika itu ia merasakan bersalah dan berdosa. Akhirnya, jalan
membersihkan dirinya ialah dengan kembali kepada petunjuk Al-Qur’an. Isolasi
perasaan secara mutlak ini antara masa lalu yang jahiliyah dan masa sekarang
yang Islami, jelas terlihat dalam hubungan sosial dengan masyarakat jahiliyah
yang ada di sekitarnya dengan melepaskan samasekali hubungannya dengan
lingkungan jahiliyah dan menyatu dengan lingkungan yang Islami, sekalipun
hubungan dagang dan harian masih terjadi. Yang jelas, perubahan total terjadi
dalam lingkungan, kebiasaan, adat, wawasan, ideologi, serta pergaulan yang
baru telah bertolak dari tauhid. Ketiga karakteristik inilah yang tidak dimiliki
oleh generasi berikutnya, sehingga tidak bertahannya nilai-nilai ke-Islam-an
yang utuh dalam persepsi dan mata hati mereka.
Untuk mengembalikan ma’nawiyah (spirit) ber-Qur’an ini, perlu kita membuka
ruang yang luas dalam kepribadian kita dengan bekal khusus. Yaitu
pemberdayaan ruhani kita secara lebih intensif (tarbiyah ruhiyah), agar Qur’an
bisa berinteraksi lebih kuat dan mendalam dalam diri kita. Karena Al-Qur’an
berasal dari Dzat yang Maha Suci, dikirimkan melalui makhluk yang suci, dan
diberikan kepada hamba yang dipilih-Nya (ishthafaahu), Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
Wallahu ‘alam bish-shwab.
df
$
PAKET IV .
..... .....
Prinsip Akhlak
$
....
......
..... ....
Qiyamul Lail
.....
......
Baca Qur’an
.. ...
Ingat Allah
......
Tawakkal
.....
Sabar
......
Hijrah
... ...
Langkah lbh teguh
... ....
Bacaan lbh berkesan
.... ...
Ucapan berbobot
.... ....
Produktif
.... ...
Pandangan sejuk
...... .....
Posisi terpuji
... ....
Tempat masuk
yang benar
.... ...
.....
Sebab masuk
...... ....
Tanda iman
...... .....
Penghapus dosa
.....
3:138 – Penjelasan
....
2:147 – Kebenaran
......
10:57 – Obat
....
17:82 – Rahmat
.....
2:2,128 – Petunjuk
.......
25:1 – Pembeda
.....
5:15-16 – Cahaya
.......
3:138, 54:17,22 –
Nasihat
.....
42:42, 40:15 – Ruh
.....
15:19 – Pengingat
....... ... ..... ....
Shalat yang palig utama setelah
shalat fardhu
....... ...
Terangkat derajatnya
....... ... ..... ... ..
Siapa yang ingin raih kemuliaan,
dia bangun malam
...... ....
Manusia paling mulia
... ..... ....
Boleh iri padanya
........ ...
Kebiasaan orang shalih
.....
........
Menjaga
stamina ruhani
.....
.....
Prinsip Akhlaq
BAB I
..... .....
PRINSIP AKHLAQ
Surat al-Muzzammil ayat 1-9
...... ...... .. ...
.S.H.H. K.J.H.H. J.K. J.H. . ³.J.K.H. P.J.K. J.P.J.. K.H. P.H.J.K. . ³.J.K.H. N.K. H.J.N... K.P. .
P.S.N.P.J.. .H.―..H.
.H.J.H.H. .³.J.H. ―.H.H. H.K. K.J.N... H.H.K..H. N.K. . ³.J.K.H. ³.J.H. H.J.H.H. J.K.J.P.H.
.N.K. . ³.J.K.J.H. H..J.P.J..
.H. . ³.J.K.J.H. K.J.H.K. J.N.H.H.H. H.S.H. H.J.. K.P.J..H. . ³.J.K.H. .³.J.H. K..H.N... K.. H.H.
N.K. . ³.J.K.
. ³.J.K.H. P.J.K.N..H. H.P. N.K. H.H.K. H. K.K.J.H.J..H. K.K.J.H.J..
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk shalat), di malam
hari kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan
tartil. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan
bacaan
di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai
urusan
yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepada-Nya
dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tiada Tuhan
melainkan
Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung”.
Menjaga stamina ruhaniah (ri’ayatu al-ma’nawiyah)
Mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritualnya, semangat hidup. Selalu
ada
gelora yang bertalu-talu di balik lubuk hati mereka. Itulah yang membuat sorot
mata
mujahid selalu tajam, di balik kelembutan mereka. Itulah yang membuat mereka
memiliki harapan, di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang
lain.
Itulah vitalitas.
Tak pernahkah kesedihan menghinggapi mereka? Tidak adakah jalan ketakutan,
kegelisahan, kegalauan, menuju jiwa mereka? Pernahkah mereka terusik bahkan
tergoda oleh keputusasaan yang berakibat mengundurkan diri dari perjuangan?
Adakah di saat-saat dimana mereka merasa lemah, cemas, dan tidak mungkin
memenangkan pertarungan?
Para mujahid adalah manusia biasa. Semua gejala jiwa yang dirasakan manusia
juga
dirasakan oleh mujahid. Sebagaimana layaknya manusia, kehidupan mujahid pun
fluktuatif (naik-turun). Ada saat dimana ia naik, sukses, gembira. Di saat yang
lain
mereka harus gagal, sehingga membuat takut, cemas, sedih, gundah-gulana.
Bahkan,
terkadang mereka merasakan berada pada puncak stagnasi (futur).
Yang membedakan para mujahid dari manusia umumnya bahwa mereka memiliki
keterampilan bagaimana mempertahankan vitalitas, melawan ketakutan-
ketakutan,
kegalauan, kecemasan, dan menghalau keputusasaan. Mereka mengetahui sejak
dini
“Lambung mereka jauh dari tempat tidur. Mereka berdoa kepada Tuhannya
dengan
penuh harap dan cemas, dan mereka menginfakkan sebagian rizki yang Kami
berikan
kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui kesenangan yang menyejukkan
pandangan mata yang disembunyikan bagi mereka sebagai balasan terhadap
amal
yang dahulu mereka lakukan.” (QS as-Sajdah : 16-17).
: ..... ..) H.J.P.P.J.H. J.P.H. K.J.N... H..H.. K.. K..H.. H.J.P.J.H. 113 (
“Mereka membaca ayat-ayat Allah pada sebagian malam ketika mereka
melakukan
shalat.” (QS Ali Imran : 113).
: ..... ..) K..H.J.H.J.K. H.J.K.K.J.H.J.P.J..H. 17 (
“Dan orang-orang yang beristighfar pada waktu sahur.” (QS Ali Imran : 17).
Allah mendeskripsikan orang-orang yang memiliki iman sempurna bahwa mereka
beribadah di waktu malam hari dengan dasar ilmu. Karena itu Allah meninggikan
kedudukan mereka di atas yang lainnya.
..K..H. H.P. J.N.H. ........ ...... : .....) K.S.H. H.H.J.H. .J.P.J.H.H. H.H.K.H.J. P.H.J.H.
.³.K..H.H. .³.K..H. 9 (
“(Apakah kalian, wahai orang-orang musyrik, yang lebih beruntung), ataukah
orangorang
yang dalam keadaan sujud dan berdiri dengan penuh ketundukan pada waktu
malam hari karena mengkhawatirkan (keselamatan) akhirat dan mengharap
rahmat
Tuhannya.” (QS Az-Zumar : 9).
.....u... ...... : ......) .³.J.P.J.H. .³..H.H. H.―.H. H.H.H.J.H. J.H. .H.H. H.H. ³.H.K..H. K.K.
J.N.H.H.H. 79 (
“Dan bertahajjudlah pada sebagian malam sebagai tambahan bagimu
(Muhammad).
Mudah-mudahan Tuhanmu memberikan kedudukan yang terpuji kepadamu.” (QS
al-
Isra’ : 79).
: ......) ³.J.K.H. ³.J.H. P.J.S.H.H. P.H. J.P.J..H. K.J.N... H.K.H. 26 (
“Dan pada sebagian malam, sujudlah kepada-Nya dan mahasucikanlah Dia pada
sebagian besar waktu malammu.” (QS al-Insan : 26).
: .....) K.J.P.―... H..H.J.K.H. P.J.S.H.H. K.J.N... H.K.H. 49 (
“Dan pada sebagian malam, mahasucikanlah Dia dan pada saat fajar setelah
bintang-bintang terbenam.” (QS ath-Thur : 49).
Shalat malam merupakan faktor utama bagi seseorang untuk bisa masuk surga,
sebagaimana sabda Nabi shalla-llahu 'alaihi wa sallam, “Wahai sekalian manusia,
sebarkan salam, berilah makan, sambunglah kekerabatan, dan shalatlah di saat
manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya kamu masuk surga, kampung
keselamtan.” (HR Ibnu Majah).
Shalat malam merupakan penutup kesalahan dan penghapus dosa, seperti dalam
hadits, “Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam karena shalat malam itu
merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, ibadah yang
mendekatkan
diri kepada Tuhan kalian, serta penutup kesalahan dan penghapus dosa.” (HR at-
Tirmidzi).
Boleh iri terhadap orang yang rajin shalat malam, dalam artian mengharap agar
bisa
menirunya. Rasulullah menyatakan, “Tidak boleh dengki kecuali terhadap dua
kelompok orang. Pertama, orang-orang yang diberi karunia oleh Allah berupa Al
Quran lalu dia amalkan di sepanjang malam dan siang, dan kedua, orang yang
diberi
harta oleh Allah lalu harta tersebut dia infakkan sepanjang malam dan siang.”
(HR
al-Bukhari).
Allah akan memberikan perkataan yang berbobot (QS al-Muzzammil : 5). Allah
juga
telah bersumpah dengan ciptaan-Nya, yaitu waktu malam (wal-laili, demi waktu
malam). Apabila Allah bersumpah dengan makhluq-Nya sendiri itu menunjukkan
tingginya kedudukan yang disumpahnya.
Di waktu malam gangguan berkurang, suasana hening. Keheningan malam
berpengaruh kepada fikiran dan hati. Jika potensi akal dan hati menyatu akan
melahirkan tekat yang kuat (iradah atau ‘azmun qawiy). Dengan ide dasar
(qaulan
tsaqilan), melahirkan langkah-langkah strategis. Kemudian sosialisasi program
pencerahan secara berkesinambungan, tak kenal henti. Dari sini kemudian
tertanam
kebaikan di benak publik, maka ia akan ditempatkan pada posisi yang tinggi
(maqaman mahmuda) di hati mereka.
...... - J.P.K..H.H.P.K. H.J.P.H.J.P.H. H.J.P.H.J.P. .H.N.K.
“Sesungguhnya anda dikaruniai rizki dan di tolong oleh orang-orang yang lemah
diantara kamu.” (Al-Hadits).
Dalam suatu Hadits Qudsi Allah berfirman, bahwa pada sepertiga malam Tuhan
turun
ke langit dunia untuk mendengarkan keluhan hamba-Nya yang mengeluh,
menerima
taubat oarng yang bertaubat dan permohonan orang yang mohon ampun.
Maksudnya hubungan kita dengan langit sangat dekat. Ahli ilmu alam menyebut
bahwa udara ini dipenuhi oleh ether, maka ether di waktu malam itu
memperdekat
hubungan. Dan bacaan al-Qur’an ketika itu lebih berkesan di hati.
Tartil al-Qur’an
Membaca Al Quran dengan tartil artinya membaca dengan menghadirkan hati
(alqira’atu
ma’a hudhuri al-qalbi).
Al-Khazin mengatakan, “Ketika Allah memerintahkan dengan qiyamul lail diikuti
dengan tartil Al-Qur’an, sehingga memungkinkan orang yang shalat dengan
menghadirkan hati, tafakur terhadap hakikat dan makna ayat. Ketika sampai
pada
mengingat Allah, hatinya merasakan keagungan-Nya dan kemuliaan-Nya. Ketika
menyebut janji dan ancaman, dia akan takut dan penuh harap. Ketika
menyebutkan
kisah dan perumpamaan, dia mengambil pelajarannya. Maka, hatinya tersinari
dengan marifat kepada Allah. Membaca dengan cepat menunjukkan akan
ketidaktahuan maknanya. Disini jelas bahwa maksud dari ‘tartil al-Quran’ adalah
menghadirkan hati ketika membacanya”.
.N
..H
.P
.K
.H.
.H..K.K.J
.H.
matang, mengatur barisan tentara-tentaranya. Setelah merampungkan
persiapan yang
matang, beliau mengangkat kedua tangannya berdoa kepada Allah, sebagai
bentuk
tawakkal. Setelah mempersiapkan perbekalan material dan immaterial, lalu
menyerahkan keberhasilan dan kemenangan hanya kepada Allah. Bukan ber-
tawakkal
pada persiapannya itu. Tawakkal adalah memaksimalkan ikhtiyar dan ketentuan
akhir
adalah hak prerogatif Allah. Bekerja cerdas dan berdoa keras.
Langkah-langkah yang disusun Rasulullah Saw untuk keberhasilan hijrah ke
Madinah
sebagai berikut :
1) Memilih sahabat pilihan yang bisa menemani perjalanan, Abu Bakar ash-
Shiddiq.
2) Menyiapkan logistik didelegasikan kepada Asma binti Abu Bakar. Ia membawa
makanan dan minuman dengan ikat pinggangnya, hingga dijuluki Dzatun
nithaqaini (wanita yang mempunyai dua ikat pinggang).
3) Menyiapakan kendaraan yang siap dinaiki dalam perjalanan yang sulit dan
panjang.
4) Menyertakan seorang penunjuk jalan yang menguasai rute perjalanan yang
akan
dilalui.
5) Mengelabuhi musuh yang mengepung rumahnya dengan menunjuk Ali bin Abi
Thalib untuk menggantikan tempat tidurnya.
6) Ketika beliau dikejar, beliau dan temannya bersembunyi di Gua Tsur.
7) Ketika Abu Bakar mengatakan, “Sekiranya salah seorang dari mereka melihat
di
bawah kakinya, mereka pasti melihat kita, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Bagaimana dugaanmu terhadap dua orang, wahai Abu Bakar, bahwa pihak
ketiga adalah Allah.”
Rasulullah bersabda, “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan
tawakkal
yang sebenarnya, maka kalian pasti diberi rizki sebagaimana burung diberi rizki,
ia
pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong, kemudian pulang pada sore
hari
harinya dalam keadaan kenyang.” (HR at-Tirmidzi).
.P.p .J.K.H..J.H..K.H.P.J.K.H. ..N.H..K.H.K.H.J.H.J.K.J.P.J.J.P.J.H.H.H.J.K.J)....
.
......(......
“Ya Allah yang menurunkan Al Kitab, menjalankan awan, dan mengalahkan
pasukan
sekutu, hancurkan musuh-musuh itu, dan menangkan kami atas mereka.” (HR al-
Bukhari dan Muslim).
Hijrah
Sejak awal perkembangan dakwah, lingkungan yang kondusif menjadi prioritas.
Menanam benih kebenaran di lahan yang tidak subur maka benih itu tidak akan
tumbuh dengan subur. Dalam pendidikan anak saja, lingkungan harus
dipersiapkan
dengan baik. Di rahim mana benih itu ditanam, kondisi ruhani ketika menanam,
dll.
(........ .... ... ....) P.K..H.P. J.H. H..K. J.P.P.H.H. J.P.J.H.J.H. K.K.J.K.H. K.J.K. .H.H.
P.P.N...
“Seseorang itu mengikuti agama kawannya, maka hendaklah kalian melihat
salah
seorang diantara kamu dengan siapa ia berteman.” (HR Abu Dawud dan at-
Tirmidzi).
Manusia pada dasarnya anak dari sebuah lingkungan (ibnul bi-ah). Selama
tigabelas
tahun Rasulullah berdakwah di Makah, tetapi yang menjadi pendukung beliau
tidak
sampai ratusan orang. Berbeda dengan dakwah beliau di kawasan yang baru
yang
kondusif (kawasan yang didesain Islami) di Madinah. Dalam waktu 10 tahun
beliau
membawa pasukan obor berjumlah 10.000 orang untuk memasuki Makah dengan
cara
damai (nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, Bhs. Jawa).
Ahli sastra Arab mengatakan, “Seseorang itu diperbudak oleh kebiasaan dan
lingkungannya”.
df
...... ..... ....
LULUSAN SEKOLAH ALMUZZAMMIL
..... ....
Luas wawasan berfikir
..... ... ....
Bisa mencari penghidupan
..... ....
Kokohnya akhlaq
....... ....
Lurusnya ibadah
....... ....
Kemurnian akidah
..... ...
Kuatnya fisik
..... .. ....
Teratur urusannya
..... ... ....
Memperhatikan waktu
..... ....
Bermanfaat bagi orang lain
BAB II
.u.u.... ..... ..u..
LULUSAN MADRASAH AL-MUZZAMMIL
Tujuan tarbiyah dengan pendekatan tahapan turunnya wahyu ialah membentuk
kepribadian muslim yang utuh (takwin al-muslim al-mutakamil). Seluruh aspek
kemanusiaan diberdayakan secara sinergis dan optimal, sehingga akan
melahirkan potensi maksimal, baik segi ruhiyah (spiritual), fikriyah, ‘aqliyah
(intelektual), khuluqiyah (moral), jasadiyah (fisik), dan ‘amaliyah (operasional).
Sosok muslim mujtahid, mujahadah dan mujahid. Sosok muslim yang rasyid
(memadukan kecerdasan otak dan batin), dunia dan akhirat, spiritual dan
material, doa dan usaha, pikir dan zikir, memiliki daya cipta material dan daya
kendalinya. Manusia yang bertaqwa (inna akramakum ‘indallahi atqaakum),
meminjam istilah Muhammad Quthb.
Menurut Syekh Hasan al-Banna, pendidikan Islam mencakup seluruh aspek,
sebagaimana berikut :
1) Salim al-‘aqidah (bersihnya aqidah). Setiap individu muslim dituntut
memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat diperoleh melalui pemahaman
yang luas dan utuh terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.
2) Shahih al-Ibadah (lurusnya ibadah). Setiap individu dituntut untuk
beribadah sesuai dengan tuntunan syariat. Pada dasarnya ibadah bukanlah
hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui
penambahan, pengurangan, atau penyesuaian, dengan kondisi dan kemajuan
zaman (ghairu ma’qulil ma’na, atau tauqifi, paten).
3) Matin al-Khuluq (kokohnya akhlaq). Setiap individu dituntut untuk
memiliki ketangguan akhlaq sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu,
syhawat dan syubhat.
4) Qadir ‘ala al-Kasb (mampu mencari penghidupan). Setiap individu dituntut
untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam kebutuhan
hidup. Sehingga tidak menjadi tanggungan orang lain. Muslim sejati ikut
memecahkan persoalan, bukan bagian dari persoalan.
5) Mutsaqaf al-Fikr (luas wawasan berfikirnya). Setiap individu muslim
dituntut memiliki keluasan wawasan. Ia mampu memanfaatkan kesempatan
dan peluang untuk mengembangkan diri.
6) Qawy al-Jism (kuat fisiknya). Setiap individu dituntut untuk memiliki
kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.
7) Mujahid li Nafsihi (pejuang diri sendiri). Setiap individu dituntut untuk
memerangi hawa nafsunya dan mengukuhkan diri di atas hukum-hukum
Allah melalui ibadah dan amal shalih. Bisa berjihad melawan tipudaya
setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kejahatan.
$
PAKET V .
....... ...... .....
Prinsip Dakwah & Harakah
$
....
......
..... ..
Bangkit, beri peringatan!
.... ....
Rabbmu, agungkanlah!
.... ......
Pakaianmu, bersihkanlah!
..... ......
Dosa, tinggalkanlah!
...... .... ..
Tulus dalam memberi
..... .....
Bersabarlah!
..... .....
Kebersihan diri
..... .....
Kebersihan harta
..... .....
Kebersihan moral
....... .....
Kebersihan jabatan
...... .....
Tahap peringatan
.... .... – ..... ....
Perbaikan diri – Kehidupan yang mulia
..... .... ..... – ..... ....
Perbaikan keluarga – Sakinah, mawaddah wa
rahmah
...... .... – ....... ....
Membimbing masyarakat – Desa yang
diberkati
.... .... – ..... .....
Memerdekakan tanah air – Negeri yang aman
... .... .... – ....... ....
....
Memperbaiki pemerintah – Negeri makmur
.... – ........ ....... ...... .....
.....
Penegakan khilafah Islamiyah global –
Kaffatan lin-naas
........ .... – ...... .......
Penghulu dunia – Rahmatan lil ‘alamin
.. ..... – ......
Tujuan akhir – Meraih ridha Allah
...... .....
......
Penegakan Imamah
Mikro
...... .....
......
Penegakan Imamah
Makro
....... ...... .....
PRINSIP DAKWAH & HARAKAH
BAB I
....... ...... .....
PRINSIP DAKWAH DAN HARAKAH
Surah al-Muddatstsir ayat 1-6
...... ...... .. ...
. P.K.J.H.J.H. J.P.J.H. H.H. . J.S.H.H. H.H..H.K.H. . J.S.H.H. H.N.H.H. . J.K.J.H.H. J.P. .
P.S.N.P.J.. .H.―..H.
.J.K.J..H. H.S.H.K.H.
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan
Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan
untuk memenuhi (perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
Qum fa andzir (bangkitlah dan berilah peringatan)
J.K.J.H.H. J.P. . P.S.N.P.J.. .H.―..H.
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan.”
Wahai orang yang dikemuli dengan selimut yang menginginkan tidur dan
istirahat. Secara terminologis selimut disini bermakna selimut sesungguhnya
yang dipergunakan karena Nabi merasa kedinginan. Tetapi selimut disini juga
bermakna tugas nubuwah yang berat secara phisik dan psikhis yang dialami
utusan Allah yang terakhir itu.
Bangunlah dari tempat tidurmu dengan tekat yang membaja, azam yang bulat
terpatri dalam jiwa, dan peringatkanlah manusia dari siksa Allah jika mereka
tidak beriman. Dipanggil dengan ungkapan ‘ Al Muddatstsir’ sebagai bentuk
kelembutan dan kasih sayang Allah kepada Muhammad shalla-llahu ‘alaihi wa
sallam.
Kalau pada surat al-Muzzammil adalah perintah kepada Nabi dan ummatnya
untuk potensialisasi dari (tazkiyah, tashfiyah, tarbiyah dan tarqiyatu nafs). Pada
surat al-Muddatstsir ini perintah untuk aktualisasi diri (dakwah). Sebagai
konsekuensi logis jabatan sebagai mandataris Allah di muka bumi ini.
Proses potensialisasi diri dan aktualisasi diri (‘abdullah dan khalifatullah) ini
harus berjalan secara sinergis, tawazun. Jika menonjolkan salah satunya akan
melahirkan ruhaniawan yang kurang peka merespon perubahan sekelilingnya
(dhu’ful istijabah lil mutaghayyirat). Manusia idealis yang tidak mengakar di
bumi. Seperti para ahli sufi yang menikmati kepuasan aktifitas ruhaniyah secara
infiradi, karena lari dari tanggungjawab kehidupan sosial. Seandainya Nabi
hanya menikmati kelezatan spiritual isra’-mi’raj, tidak akan turun ke bumi.
.J.H.H.H. .J.H.H. J. K.J.K.J.H. .H.H. .J.P.H.H. J. K.H. .³. J.K.H. .J.P.H.H. .J.P..H.H. .H. H. J.
P.J.P.P.J.H. J. K.H.
(....... ....) .³.J.K.H.
“Perumpamaan orang yang berpegang teguh pada aturan Allah dan orang
yang melanggarnya diibaratkan seperti penumpang sebuah kapal laut : ada
yang berada diatas dan ada yang berada dibawah. Para penumpang yang
berada dibawah harus mengambil keperluan air minum dari atas. Kemudian
mereka berkata , “ Sebaiknya kami lubangi saja kapal bagian kami ini agar
tidak merepotkan penumpang yang berada dibagian atas”. Jika tindakan
mereka dibiarkan maka akan binasa semuanya. Jika mereka dicegah, niscaya
selamatlah seluruh penumpang yang ada di dalamnya.” (HR al-Bukhari)
Jika dakwah itu dilakukan menunggu kesempurnaan diri, api syubhat (salah
paham terhadap Islam) dan nafsu syahwat memanas, syetan-syetan akan
bertepuk tangan, saking gembiranya (al-Hadits).
Dakwah yang dimaksud disini adalah usaha secara sungguh-sungguh dan
berkesinambungan (istimrar) merubah masyarakat dari kebodohan (jahalah)
menuju pengetahuan (ma’rifah), dari pengetahuan menuju konsep (fikrah), dari
fikrah menuju gerakan (harakah) dan dari harakah menuju hasil akhir dakwah
(natijah) yaitu kemenangan Islam atas agama-agama yang lain, dan dari natijah
menuju tujuan akhir (ghayah), yakni ridha Allah.
Membangun kehidupan yang Islami, dengan begitu adalah cita-cita dakwah
kita. Tentu hal ini merupakan pekerjaan berat yang melelahkan phisik dan jiwa,
membutuhkan waktu yang panjang (QS at-Taubah : 43), melampaui umur
individu dan umur generasi. Dan akan melewati jalan yang terjal, licin, curam,
mendaki, tikungan tajam, dan batu karang.
: ........) .³..H. H.J.K.J.H. N.K. m.H.H. H.J.H. J.K.J.K. H.K.H.H. K.K.J.H. H..K. .³.J.P.
.H.J.H.J.H. J.H.H.H.
14 (
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia
tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun (satu milenium
kurang lima puluh tahun)” (QS al-Ankabut : 14).
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia mengira bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap (gelap di
perut ikan, di dasar laut dan di malam hari) : Bahwa tidak ada Tuhan selain
Engkau, Maka Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang
yang zalim.” (QS al-Anbiya’ : 87).
Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita akan
sunnatullah dalam dakwah :
..H.J.H.H. P.P.K..H.P. ..K..H.H. P.P.H.J.H. ..K..H.P.H. P.P.P.J.H. ..K.J.P. : H.K..H.H. K.J.H.
H.J.H. P.K.J.P.J..
...... - P.P.K..H.P. ..J.H.H. P.―.K.P.
“Orang mukmin senantiasa berada di antara lima ancaman berat : (1) mukmin
yang mendengkinya, (2) munafiq yang membencinya, (3) kafir yang
memeranginya, (4) syetan yang menyesatkannya, dan (5) nafsu yang
melawannya.” (Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Bakar bin Lai dari hadits Anas
radhiyallahu ‘anhu, di dalam Makarim al-Akhlaq).
: ......) P.N.―... P.K.J.H.H. J.H.P.H. J.K.H.H. H.J.P.H.N.H. .³.K..H. .³.H.H.H. .³.J.K.H.
.³.H.H. H..H.J.H.
42 (
“Sekiranya yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.” (QS
at-Taubah : 42).
.J.K.N.. .N.H.H. J.H.H.H. . H.J.P.H.J.P. H. J.P.H. .N.H.. .J.P.J.P.H. J.H. .J.P.H.J.P. J.H.
P..N... H.K.H.H. . ...
: ........) H.J.K.K..H.J.. N.H.H.J.H.H.H. .J.P.H.H. H.J.K.N.. N.H.H.J.H.H.H. J.K.K.J.H. J.K. 1
-3(
“Alif Lam Mim, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan : Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak akan diuji lagi ?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-Ankabut : 1-3)
.J.K.K..N... H.H.J.H.H. J.P.J.K. .J.P.H..H. H.J.K.N.. P.. K.H.J.H. .N.H.H. H.N.H.J.. .J.P.P.J.H.
J.. J.P.J.K.H. J.H.
: ..... ..) 142 (
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orangorang
yang sabar.” (QS Ali Imran : 142)
..H.J.H.J.. P.P.J.N.H. J.P.K.J.H. J.K. .J.H.H. H.J.K.N.. P.H.H. J.P.K.J.H. .N.H.H. H.N.H.J..
..P.P.J.H. J.H. J.P.J.K.H. J.H.
.J.H. N.K. H.H. K.. P.J.H. H..H. P.H.H. H.J.K.N..H. P.J.P.N... H.J.P.H. N..H. .J.P.K.J.P.H.
P..N.N...H.
: ......) ..J.K.H. K.. 214 (
“Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan,
sehingga Rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata, ‘Bilakah
datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
dekat.” (QS al-Baqarah : 214).
.K.H. K.K.J.K. K.J.H. .H.H. P.P.N... .H.H.J.P. P.H.J.H.J.H. P.H.J.H.J. N.P. P..H.K.J.H.J.
³.H.H. K..N... ―.H.H.
.H.H. K.K.J.K. K.J.H. .H.H. H.K.P.J.P. ³.N.K. K.K.J.K. K.. H..H. J.K.H. P.P.H.H. N.H.J.K.
.³.J.H. K.K.J.K. K.. H..H.
....... ....) ..H.J.K.H. K.J.H.H. .H.H. K.J.H.J. .H.H. H.K.J.H. N..H. K.J.H.J..K. P.H.H.J..
P.H.J.H.
(........ .....
“Orang yang paling berat tertimpa cobaan adalah para Nabi dan begitulah
yang utama dan terutama, seorang diberi cobaan menurut kekuatan agama
yang dimilikinya, semakin kuat agamanya semakin besar pula cobaannya, ujian
berjalan seiring dengan kadar agamanya, dan cobaan itu tidak akan
meninggalkan hamba tersebut sehingga ia berjalan dengan keadaan bersih
dari segala dosa.” (HR al-Bukhari, Ahmad dan at-Tirmidzi).
.H.H.J.. P.H.H. H.H.H. J.H.H. P.J.N... P.H.H. H.H.H. J.H.H. J.P.H.H.J.K. .³.J.H. N.H.H.
.H.K. H.. N.K.
(....... ....)
“Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, pasti Dia menguji
mereka. Barangsiapa yang rela (dengan cobaan itu) maka mereka akan
mendapat keridhaan-Nya, dan barangsiapa yang benci (kepada cobaan itu)
maka baginya kemurkaan-Nya.” (HR at-Tirmidzi).
(........ .... ....) K..H.H.N...K. P..N... K.N.P.H. K.K..H.H.J..K. P.N.H.J.. K.N.P.
“Jalan surga itu dipenuhi oleh berbagai kesusahan, dan jalan neraka itu
dikelilingi oleh berbagai kesenangan syahwat.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).
Tahapan peringatan (maratibul indzar)
Ada beberapa tahapan amal dakwah yang harus menjadi cita-cita yang
menggelorakan jiwa (thumuhat) sebagai seorang muslim.
1) Ishlahu an-nafsi (memperbaiki diri)
Memperbaiki diri ini agar memiliki fisik yang kuat, akhlaq mulia, wawasan
luas, mampu bekerja, beraqidah dengan benar, berjuang dengan jiwanya,
menjaga waktunya, mampu mengatur kegiatannya dan bermanfaat bagi orang
lain. Target dari tahapan pertama ini agar seorang muslim bisa mencapai
kehidupan yang mulia (hayatan thayyibah).
2) Ishlahu al-baiti (memperbaiki rumah tangga)
Mendidik semua anggota keluarga untuk menghormati fikrah-nya, menjaga
adab-adab Islam dalam seluruh sisi kehidupan, memilih istri yang baik,
mengajari hak dan kewajibannya, pandai dalam mendidik anak dan pembantu,
membesarkan mereka berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Membangun keluarga
yang berkualitas ini untuk menggapai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
3) Irsyad al-mujtama’ (membimbing masyarakat)
Membimbing masyarakat ini dengan cara menganjurkan kebajikan, memerangi
kejahatan dan kemungkaran, mendukung nilai-nilai kebaikan, memprakarsai
kebaikan, membentuk opini umum untuk mendukung fikrah Islam dan
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Fase ini bertujuan tercapainya desa yang diberkahi (qaryah
mubarakah).
harinya mengejar dunia sebagai tuhan dan pengatur mereka. Mereka mengikuti
perintahnya dan menjauhi larangannya. Mereka adalah sejelek-jelek
ummatku.” (HR. Thabrani).
Bila dunia, ilmu, kekuasaan kita besarkan, maka bukan saja Allah tampak kere,
kurus dan kurimen, sehingga Dia kita anggap tidak berdaya, tidak lagi kita
libatkan dalam setiap keputusan penting kehidupan kita. Bahkan sesuatu yang
terlihat dengan jelas kebenarannya menjadi kecil, mungil, tidak kelihatan.
Karena penglihatan batin (bashirah) kita buta. Kita acuh tak acuh dengan
penderitaan orang lain, kita bersenang-senang diatas kesengsaraan saudara kita.
Tidak pernah terlintas dalam batin kita ketika menikmati makanan lezat, di
tempat lain ada seonggok tubuh kurus yang direnggut nyawanya perlahan-lahan
karena tidak sanggup membayar biaya rumah sakit. Ada bayi-bayi merah yang
kehilangan dekapan dan air susu karena ibunya tidak bisa meninggalkan rumah
majikannya. Ilah lain yang kerapkali kita besarkan adalah kekuasaan.
(22
.P.J
.K.J
.P.J
.P.J
.K.P.J.. .K
.P.J.
.
.H.H.J.H.H.J.H.H.N.J.H.J.J.H.J.K.H.H.J.HH..J.H.H.P.J)....:
“Tetapi, jika kamu berkuasa, kamu pasti menimbulkan kerusakan di bumi, dan
kamu putuskan persaudaraan.” (QS Muhammad : 22)
Qatadah mengatakan, “Bagaimana kamu melihat suatu kaum yang berpaling
dari kitab Allah, bukankah mereka menumpahkan darah dengan cara yang
haram, memutuskan tali silaturrahim, dan durhaka kepada Yang Maha
Penyayang?” (Shafwatut Tafasir III, hal. 210).
Bila orang sudah salah kaprah dalam menyikapi kekuasaan, Allah pun menjadi
kecil, kebenaran menjadi kabur. Kedudukan tidak lagi dianggap sebagai amanah
Allah yang akan dipertanggungjawabkannya di hari kiamat, tetapi diterima
sebagai alat untuk berbuat sewenang-wenang. Kekuasaan yang seharusnya
dipakai untuk melindungi yang lemah, mengayomi yang dirundung derita, dan
membela yang teraniaya, malah digunakan untuk melindungi yang kuat,
mengayomi yang zhalim, membela yang menganiaya dan mendukung para
koruptor berdasi dan para penghisap kekayaan negara. Kekuasaan berbalik
menjadi berpihak kepada yang berpunya dan yang berkuasa.
Bila kita gila jabatan, bukan saja ancaman Allah yang menjadi kecil, akhirnya
menganggap diri kita besar, kita berubah menjadi orang yang menganggap diri
tidak pernah salah dan pantang disalahkan, dikritik, sekalipun tidak benar. Kita
menganggap paling benar sekalipun jauh dari kebenaran. Kita menganggap
lawan terhadap orang yang menasehati kita dengan tulus. Kita senang
mendengarkan orang-orang yang memuja dan membesarkan kita, seperti kata
Fir’aun :
.
.J.H ).........:
(24
.H.H.H.―.P.P.J.H
“Akulah Tuhanmu Yang Maha Tinggi.” (QS an-Nazi’at : 24).
Ketika kekayaan, kekuasaan, ilmu sudah ada di genggaman kita, akhirnya kita
menuhankan diri kita sendiri. Aturan buatan kita sendiri kita persepsikan lebih
baik dari aturan Allah. Kita menjadi takabbur. Bila hanya Allah saja yang kita
yakini Maha Besar, maka takbir akan menghunjam di hati. Kekayaan,
kekuasaan, ilmu, dan totalitas potensi yang kita miliki kita pandang menjadi
karunia dari Allah yang kita selalu syukuri. Segala atribut kebesaran,
kemewahan, kekayaan, kekuasaan kita gunakan untuk mengabdi, tunduk, patuh,
dan mengharumkan, membesarkan asma Allah.
: ᅭ....) K.J.P.P.J.. .H.J.H. J.K. .H.N.K.H. K.. H.K..H.H. J.S.H.P. J.H.H. 32 (
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj : 32).
Membangun citra diri
J.S.H.H. H.H..H.K.H.
“Dan pakaianmu, bersihkanlah.”
Yakni sucikanlah pakaianmu dari hal-hal yang najis dan kotoran. Karena
seorang mukmin itu baik dan suci, tidak patut untuk membawa sesuatu yang
kotor. Ibnu Zaid berkata, “Orang-orang musyrik dahulu tidak bersuci, maka
Allah memerintahkannya untuk membersihkan diri dan pakaiannya”. Ibnu
Abbas berkata, “Dianalogikan pakaian itu dengan hati. Dan maknanya
sucikanlah hatimu dari dosa dan masiat”.
Orang Arab berkata, “Si Fulan itu pakaiannya bersih yakni suci”, yang dengan
sifat itu mereka menginginkan bersih dari aib dan akhlak yang tercela. Mereka
mengatakan, “Si Fulan pakaiannya kotor,” maksudnya berhias dengan akhlaq
yang tercela. Ar-Razi mengatakan, “Sebab kebaikan julukan ini, karena pakaian
itu sesuatu yang melekat pada seseorang, oleh karena itu mereka menyebut
pakaian untuk menjuluki manusia”. Ada yang berpendapat, “Pakaiannya bagus
artinya dia bisa menjaga harga dirinya dalam sarungnya”.
J.P.J..H. H.J.―...H.
“Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah”
Yakni, jauhilah penyembahan terhadap berhala dan arca dan jangan sekali-kali
menghampirinya. Ibnu Zaid mengatakan, “Tuhan-tuhan yang dahulunya mereka
menyembahnya. Allah memerintahkannya untuk menjauhinya dan tidak
mendekatinya dan mendatanginya lagi”. Ada isolasi perasaan, persepsi secara
total. Imam al-Fakhr mengatakan, “Ar-rijz artinya sebutan untuk sesutu yang
kotor seperti ar-rijs.” Allah berfirman, “Maka jauhilah olehmu rijs dan autsan
(berhala).”
“Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah”, ungkapan ini mencakup untuk
memperbaiki akhlaq. Seakan-akan Allah berfirman : tinggalkanlah kebodohan,
lacut, semua kejelekan, dan janganlah berperilaku dengan akhklaq orang-orang
musyrik.
Yang dimaksud al-hajru disini adalah perintah untuk menjauhinya secara terus
menerus. Sebagaimana doa yang diucapkan orang muslim dalam surat al-
Fatihah, “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus,” maksudnya tetapkanlah kami
dalam petunjuk ini.
Program inti
Sikap orang lain terhadap kita dibentuk oleh ketrampilan kita membangun citra
diri. Semua buku-buku yang berkaitan dengan fiqh dakwah, yang dijadikan
fokus pembahasan adalah dai, bukan obyek dakwah. Karena kepribadian da’i
lebih fashih dari materi dakwah. Itulah sebabnya perintah dalam surat al-
Muddatsir adalah membersihkan diri da’i dari cacat moral sebelum berdakwah.
Ada beberapa program berikut yang perlu menjadi perhatian khusus.
Pertama, tazkiyatun nafs.
Dahulu bangsa Arab adalah bangsa yang kotor. Kepercayaan kepada Allah
(‘aqidah) mereka telah terkontaminasi oleh pemujaan berhala (ashnam) dan
benda-benda alam yang dianggap bertuah. Ekonomi masyarakat (iqtishad) telah
tercemari dengan penindasan yang kuat terhadap yang lemah,
kesewenangwenangan
yang kaya terhadap yang miskin, dan keserakahan the have kepada
yang kurus, kere dan kurimen. Kebudayaan mereka ternodai dengan kerendahan
akhlaq penghinaan kepada wanita, perbudakan sesama dan pemujaan terhadap
hawa nafsu. Hukum mereka adalah peradilan rimba. Yang kuat selalu benar,
mudah memperoleh akses ekonomi dan kekuasaan. Yang lemah selalu kalah
dan salah. Yang tidak memiliki posisi secara formal terisolir dan tersudut.
Agama mereka kaya dengan seremonial, tetapi miskin dalam aplikasi. Agama
yang membonsai pikiran dan hati nurani. Orang-orang yang pandai dibonsai
potensinya (tsallajatul ulama’).
Allah membangkitkan hamba yang dipilih-Nya, Muhammad bin Abdullah
shalla-llahu ‘alaihi wa sallam. Ia sendiri orang yang suci (musthafa) dan
dipercaya (al-amin). Ia lahir dari keluarga yang shaleh, pengurus, pemelihara,
dan penjaga al-Baitul Atiq (rumah Allah yang suci). Mereka juga menyambut
tamu-tamu Allah (dhuyufur Rahman) pada musim haji.
(2
.P.H..N.K.J.H.H.H. .K.l
.P.w
.³.J.P.J.H.PJ..J..H.i
.S.J.H.i
..P.J..K.l
.P.l
.J.s
.K
.
.H..K.K.H
.J.K.J
.K.J.m.... )..:
.P.H
.S
.J.K.J.H.P.SH..P.P.
.K.l
.P
..J.K.H..H.H..J.K.J.H.H.KH..J.H.H.H.H.H.m
“Ia bangkitkan di tengah bangsa nan ummi seorang rasul untuk membacakan
ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab
dan al-Hikmah, walaupun sebelumnya mereka dalam kesesatan.” (QS al-
Jumu’ah : 2).
Muhammad memulai mengajak masyarakatnya yang tidak terstruktur
(nomaden) dan kotor itu dengan meniupkan angin kesucian. Ia mengajak
kembali mengingat nama Allah dan memuja-Nya. Ia mengingatkan bahwa
manusia bisa tercemar citra dirinya karena terlalu mengutamakan dunia dan
melupakan hari esok yang pasti terjadi. Ia menyatakan dirinya sebagai pelanjut
para pejuang kemanusiaan sepanjang sejarah. Penerus para anbiya’, syuhada’,
shalihin. Pewaris perjuangan Nabi Ibrahim dan Musa ‘alaihimas salam.
. .H. J.―... H..H.H.J.. H. J.P.K.J.P. J.H. . .N.H.H. K. S.H. H.J. . H.H.H.H. . .N. H.H. J. H.
H. H.J.H. J.H.
.H.J.P.H. H.J.K..H.J.K. K.P.P. . H..J.P.J. K.P.―... J.K.H. .H.H. N.K. . .H.J.H.H. ..J.H.
P.H.K.H.J.H.
: .....) 14 - 19 (
“Sungguh bahagia orang yang mensucikan dirinya lalu mengingat Tuhannya
dan memuji-Nya. Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia padahal
akhirat lebih baik dan lebih kekal. Yang ini, sungguh ada pada suhuf terdahulu
suhuf Ibrahim dan Musa.” (QS al-A’la : 14-17).
: .....) .H..N.H. J.H. H..H. J.H.H. . .H..N.H. J.H. H.H.J.H. J.H. 9 - 10 (
“Sungguh, berbahagialah orang yang mensucikan dirinya. Celakalah orang
yang mencemarinya.” (QS asy-Syams : 9-10).
Secara bertahap berubahlah bangsa Arab. Mereka memilih kesucian sekali pun
harus bersimbah darah, air mata dan nyawa. Sumayyah bersama suaminya Yasir
dan anaknya ‘Ammar membersihkan aqidahnya dari kemusyrikan. Sekeluarga
memeluk Islam. Ia dianiaya, dipukuli, dijemur di tengah padang pasir yang
membakar. Padahal ia wanita yang tua renta dan lemah (kaanat ‘ajuzan
kabiratan dha’ifatan).
Sumayyah bertahan dengan keimanannya. Ia lebih menghargai idealismenya
daripada keselamatan dirinya. Abu Jahal datang dengan tombak di tangan. Ia
memaksa Sumayyah mengucapkan kata-kata kufur. Rasulullah mengutus
sahabat untuk menyampaikan berita gembira di surga kepada Sumayyah.
Rasulullah mengizinkan untuk mengucapkan kalimat kufur asal hati tetap
beriman. Tetapi, apa jawab Sumayyah?
.S.H.P. J.H. P.J.K.H.J.H. H. .H.H.J.H. P.. H.N.H. J.K.N.. H.N.H.P. N.K. H.H.N... K..
H.J.P.H. J.S.H. .J.P.K.J.H.
.J.P.J.. K.H.K.H.K. .H.H..H.K.
Sampaikan salamku pada Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam
Sesungguhnya Sumayyah yang telah Allah sucikan hatinya dengan iman, tidak
akan sanggup mengotori lidahnya dengan kata-kata kufur.
Abu Jahal marah dan menusukkan tombaknya pada rahim Sumayyah.
K.H.J.K.J. K.. m.H.J.K.H. H.N.H. J.H..H.H. K.J.H.J.. .H.H. J.H..H.
Ia mati karena kehabisan darah. Dan jadilah Sumayyah wanita yang pertama
kali syahid dalam Islam.
“Inilah buah tazkiyatun nafs, penyucian diri.”
Pada hari kedua dan ketiga terjadi peristiwa serupa. Hanya kali ini yang muncul
meminta tolong adalah tawanan muslimin dan anak yatim. Saat Ali membawa
kedua anaknya menemui Rasulullah, beliau melihat kedua cucunya gemetar
karena lapar, laksana dua ekor burung kecil yang kedinginan.
“Hai Aba Hasan,” kata Rasulullah, “aku sedih sekali melihat kalian. Marilah
kita temui istrimu Fatimah.” Fatimah masih dalam mihrabnya. Nabi segera
memeluk putrinya, “Ya Allah, tolonglah keluarga Muhammad yang hampir
kelaparan ini.” Maka turunlah firman Allah surat al-Insan ayat 5-12.
.. P..H.K. .H.K. P.H.J.H. .³.J.H. . .³.J.P..H. .H.P..H.K. H..H. m.J.H. J.K. H.J.P.H.J.H.
H..H.J.H.J. N.K.
. .³.J.K.H.J. P. P. ―.H. H. .H. .³. J.H. H. J.P..H.H.H. K.J.N...K. H. J.P.J.P. . .³.J.K.J.H. .H.
H.J.P.S.H.P.
. K.. K.J.H.K. J.P.P.K.J.P. .H.N.K. . .³.J.K.H.H. .³.J.K.H.H. .³.J.K.J.K. K.S.P. .H.H. H..H.N...
H.J.P.K.J.P.H.
. .³.J.K.H.J.H. .³. J.P.H. .³. J.H. .H. S.H. J. K. P..H.H. .N. K. . .³.J.P.P. H.H. ³..H.H. J. P.J.K.
P.J.K.P.
.N.H. .J.P.H.H. .H.K. J.P..H.H.H. . .³.J.P.P.H. ³.H.J.H. J.P..N.H.H. K.J.H.J.. H.K.H. N.H. P..
P.P..H.H.H.
: ......) .³.J.K.H.H. 5 - 12 (
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi
minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) mata air (dalam surga)
yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat
mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut
akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan
makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu
dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab)
Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam
penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan
memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan
Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga
dan (pakaian) sutera.
Inilah tazkiyatul mal, penyucian harta. Harta diperoleh dengan kerja keras yang
halal. Tetapi betapa pun cintanya ia memiliki harta itu, ia belanjakan buat yang
menderita, melarat dan sengsara. Demi kesucian, keluarga nabi itu (ahlul bait)
tidak sanggup makan di tengah penderitaan, tangisan orang lain.
Keempat, tazkiyatus sulthan.
Orang Islam tidak anti kekuasaan. Bahkan kekuasaan yang diperoleh
merupakan hadiah dari Allah bagi orang yang beriman. Ada tipe manusia yang
tidak berubah karena pendekatan kultural (da’wah dan tarbiyah), tetapi perlu
ditopang kekuasaan yang berwibawa seperti Abu Sufyan ketika jahiliyah.
Yang dilarang adalah mencemari kekuasaan dengan kepentingan pribadi,
keluarga dan golongan. Kata kemunafikan dan kekuasaan dalam Al-Qur’an
sama banyaknya (al-munafiqu wa as-sulthan). Ini berarti kekuasaan itu
cenderung menyimpang dan korup. Mensucikan kekuasaan itu berarti
Bahkan, menurut sebuah hadits, dua malaikat Allah akan mendoakan orang
yang melaksanakan infaq harian dengan tulus pada pagi hari dengan
menggunakan isim nakirah, “khalafan” (pengganti) yang tak terhingga.
.³.H.H. .³.K.J.P. K.J.. N.P.N..H.
Ya, Allah berikanlah orang yang berinfaq dengan tulus, pengganti (dari apa
yang ia infaqkan itu).
Khalafan (pengganti) disini menggunakan kalimat yang bersifat umum. Dalam
riwayat lain kholafan itu berupa keharmonisan keluarga, anak yang taat, siklus
pergaulan yang menyejukkan, jalan keluar dari beragam kesulitan, kebahagiaan,
kepuasan batin, dll. Bentuk dan macam “pengganti” itu sepenuhnya hak
prerogatif (mutlak) Allah.
Ketulusan pantang dipuji dan disakiti. Orientasi tertingginya hanya keridhaan
Allah Yang Maha Adil. Ketulusan yang dia lakukan, akan dimonitor Tuhan.
Dan akan berefek kepada pemiliknya, tidak salah alamat. Ibu Sudalmiyah,
ibunda dari Prof. Dr. M. Amien Rais pernah berujar, “Keikhlasan akan
menghasilkan sikap mental baja.”
Kata orang Jawa, “Dijiwit dadi kulit, dicokot dadi otot, setan ora doyan, dhemit
ora ndulit.” Yakni, apapun yang dilakukan orang lain terhadap dirinya, tidak
membuatnya berubah orientasi. Seorang ‘abid pada zaman dahulu terbukti
sukses mengalahkan syetan, hanya bersenjatakan ketulusaan niat. Dan setelah
itu kalah melawan syetan untuk kedua kalinya karena ia tidak bisa
mempertahankan niatnya semula.
K..H.K.J.K.J. K..H.H. J.K. K.H.H..H.P.J.. H.J.H. P.H.J.H.J.H.
Kelesuan sesudah kesungguhan timbul karena adanya kerusakan pada langkah
awalnya (niat).
.H.H. P.P.H..H.K. J.N.H. P.P.H..H.K. J.N.H. J.H.H. K..H.K.J.K.J. K..H.H. J.K. .H..H.N...
P.N.H.H.H. .H.N.K.
.H.H. .H.N.P.H. P.P.H..H.K. J.H.H.H.
Sesungguhnya berbagai keluhan itu muncul karena kerusakan sejak permulaan.
Barangsiapa yang benar permulaannya maka benar pula kesudahannya dan
barangsiapa yang salah permulaannya maka bisa jadi dia binasa.
K.K.H.K..H. .H.H.J.P. K.. P.H.J.H. H. K.K.H..H.K. K.K..H.H. K.. ―.K.H. H. J.H.
Barangsiapa yang tidak benar permulaan kehendaknya, niscaya tidak akan
selamat pada kesudahan akibatnya.
K.N.K.H.H.J.. K.. .³.J.K.H. J.P.H. S.S... K.. .³.J.K.H. J.P.
Jadilah kamu orang yang benar dalam rahasiamu niscaya engkau menjadi
orang yang fasih ditengah keramaian.
.H. H.K.P. .H.H. J.H.H. K.N.S... K.H.H.K. K.J.H.J.. P.H.H.H. K.J.H.J.. K.H.H.K. K.H.H.J..
P.H.H.
.J.H.H. H.S.P. H.N.H. J.H.H.
Baiknya amal karena baiknya hati dan baiknya hati karena baiknya niat.
Barangsiapa yang tulus dalam niatnya maka hasilnya akan mulus, dan
barangsiapa yang keruh niatnya akan keruh pula hasilnya.
Rasulullah pernah bersabda :
. J.P.K.J.P.J..H. H. J.P.K.J.P.J.. N.K. .J.P.H.H. H.J.P.K.J. P.J..H. H.J.P.K.J. P.J.. N.K. .J.P.H.H.
K..N... ―.P.
.K. .J.P.H.H. H . J.P.K..H.J..H. H . J.P.K..H.J.. N.K. .J.P.H.H. H . J.P.K..H.J..H. H .
J.P.K..H.J.. N.K. .J.P.H.H.
...... - m.H.H. K.. H.J.P.K.J.P.J..H. H.J.P.K.J.P.J..
“Semua manusia akan hancur kecuali orang yang berserah diri kepada Allah
(muslim), semua orang muslim akan hancur kecuali orang beriman, orang
beriman akan hancur kecuali orang ‘alim, dan orang yang alim akan hancur
kecuali yang mengamalkan ilmunya, dan orang yang beramal akan hancur
kecuali yang tulus. Dan orang yang tulus dalam bahaya.” (al-Hadits).
Manusia yang tulus jiwanya mudah dikenali, dan diakrabi. Karena memandang
orang lain sebagai anugerah, bukan ancaman. Berbeda dengan orang munafiq,
lain di hati lain pula yang di kepala dan yang diperlihatkan. Manusia munafiq
itu sosok yang bertopeng sepuluh (dasamuka, bhs. Jawa). Efek bagi pelakunya
adalah mudah tersinggung (kulla sha-ihatin ‘alaihim) keragu-raguan (raybah),
kebimbangan (idza ra-aita tu’jibuka ajsaamuhum). Orang yang ikhlas itu, tidak
menyimpan agenda tertentu untuk mengambil sesuatu dari orang lain. Tetapi
bahkan ia ingin berbagi dan memberi (itsar), sebanyak mungkin. Keikhlasan
menimbulkan jiwa yang tenang (thuma’ninah). Orang yang ikhlas itu bahkan
menyimpan rapat-rapat amalnya sebagaimana ia merahasiakan aibnya.
Sabar di jalan dakwah
J.K.J..H. H.S.H.K.H.
Dan untuk memenuhi (perintah) Tuhanmu, bersabarlah
Yakni, bersabarlah atas gangguan kaummu, untuk meraih ridha Allah. Ibrahim
an-Nakha’i mengatakan : bersabarlah dalam pemberianmu (sedekahmu) itu
hanya karena mengharap ridha Allah semata. Ash-shabru qarinul yaqin (sabar
itu temannya keyakinan). Tidak ada keyakinan (iman) jika sifat sabar ini belum
tumbuh dalam diri kita.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat Kami.” (QS as-Sajdah : 24).
Ibnul Jauzi mengatakan : Ayat ini peringatan untuk suku Quraisy sesungguhnya
kalian jika taat dan beriman kepada-Ku, Aku jadikan diantara kamu sebagai
pemimpin. Ini termasuk bentuk penghargaan terhadap bangsa Quraisy yang
BAB II
...... .....
TABIAT JALAN DAKWAH
Dalam kacamata al-Qur’an (fi dhaw’il Qur’an), seorang mukmin akan
menghadapi musibah yang tidak disengaja, karena cobaan itu datangnya di luar
perencanaanya, yaitu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa,
kematian
orang yang dicintainya, kekurangan buah-buahan. Dan Allah akan memberikan
kabar gembira bagi yang menyikapinya dengan sabar. Bahkan Allah
menjanjikan kepadanya shalawat, rahmat dan petunjuk menuju jalan
kebahagiaan (QS al-Baqarah : 155-157). Keluhan, ratapan seseorang ketika
ditimpa suatu penyakit akan menghapus dosa, dan dijamin terkabul apa yang
menjadi permohonannya (al-Hadits). Selain kondisi sakit, doa seseorang ada
kemungkinannya ditunda bahkan ditolak.
Dan musibah lain yang diakibatkan oleh sesuatu yang sengaja dipilih dan
pahalanya lebih besar, yaitu memilih jalan Islam yang secara sunnatullah akan
dihadapkan dengan berbagai macam rintangan, teror secara fisik dan mental
dari musuh, tekanan secara psikis dari keluarga, rayuan, konspirasi jahat,
intimidasi, fitnah, menghadapi masa-masa sulit (fatratu al-idhthihad), penjara,
pembunuhan, dll.
..H.J.H.J.. P.P.J.N.H. J.P.K.J.H. J.K. .J.H.H. H.J.K.N.. P.H.H. J.P.K.J.H. .N.H.H. H.N.H.J..
..P.P.J.H. J.H. J.P.J.K.H. J.H.
.J.H. N.K. H.H. K.. P.J.H. H..H. .J.P.H.. H.J.K.N..H. P.J.P.N... H.J.P.H. N..H. .J.P.K.J.P.H.
P..N.N...H.
: ......) ..J.K.H. K.. 214 (
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orangorang
yang beriman bersamanya : Bilakah datangnya pertolongan Allah?
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”) QS al-Baqarah : 214).
Lihat juga: QS al-Ankabut : 2; Ali Imron : 142; at-Taubah : 24; al-Buruj : 4-8).
Menurut riwayat dari Ibnul Mundzir dan Ibnu Jarir dan Abdurrazaq, bahwa
Qatadah menerangkan sesungguhnya ayat ini turun ketika kaum sekutu yang
terdiri dari kaum kafir Quraisy, Yahudi Bani Quraizhah dan kabilah-kabilah
Arab mengepung Madinah, yang dikenal dengan Perang Khandaq (parit) atau
Perang Ahzab (pasukan sekutu). Nyaris Madinah dikuasai musuh. Surat al-
Ahzab diturunkan untuk mengenang peristiwa itu. Ibnu Abas berkata : Ayat ini
peringatan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah bahwa dunia ini adalah
lahan ujian dan cobaan. Cobaan adalah sunnatullah bagi kehidupan orang-orang
beriman. Para Nabi juga mengalami ujian yang tidak kalah beratnya, untuk
membersihkan mereka supaya menjadi shafwatullah (pilihan Allah).
...... .....
METODOLOGI DAKWAH
.......
BIJAKSANA
...... ........
NASIHAT YANG BAIK
...... ........
DEBAT OBYEKTIF-ARGUMENTATIF
...... .. ... .......
Metodologi dakwah penting dibanding
muatannya
...... ... ... ..... .....
Berbicaralah dengan manusia sesuai kadar
pikiran mereka
BAB III
...... .....
METODOLOGI DAKWAH
.H.J.H. H.K. J.K.N..K. J. P.J.K..H.H. K.H.H.H.J.. K.H.K.J.H.J..H. K.H.J.K.J..K. H.S.H.
K.J.K.H. H..K. P.J.P.
: .....) 125 (
“Serulah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan pengajaran
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS an-Nahl :
125).
Ayat diatas mengandung tuntunan, acuan praktis metodologi dalam berdakwah.
Metodologi berdakwah (uslubud da’wah) merupakan aspek yang urgen dalam
membantu keberhasilan di medan dakwah. Sekalipun materi dakwah cukup
baik, disampaikan pada momentum yang tepat, tetapi mengabaikan metodologi
yang benar mustahil akan mencapai target akhir dakwah yang diprogramkan.
Oleh karenanya, di samping seorang da’i membekali diri dengan stabilitas
psikologis yang mantap dan ilmu yang luas, yang lebih penting adalah
memahami heteroginitas dan latar belakang serta kondisi riil bidang garapan
dakwahnya (dirasah maidaniyah), dengan harapan bisa memberikan input
sesuai dengan sasaran yang dituju, informasi yang selaras dengan kebutuhan
fitrahnya. “Sampaikan dakwah ini kepada ummat sesuai dengan kapasitas
pemikiran mereka.” (khaathibun naasa ‘alaa qadri ‘uquulihim).
Maksud ayat diatas adalah : Serulah manusia, hai Muhammad, kepada dinullah
(agama Allah) dan syariat-Nya yang suci dengan uslub (gaya) yang bijaksana,
halus dan lembut, yang bisa memberikan kesan dan pengaruh yang signifikan
kepada mereka (bimaa yu-atstsiru fiihim wa yanja’u), bukan dengan cara yang
keras dan kasar (Lihat: Shafwatut Tafasir II : 148). Sebagaimana dakwah
dengan sikap lemah-lembut yang diperagakan oleh Musa dan Harun ketika
mengajak raja Fir’aun ke jalan Islam.
. .H.H. P.N.K. H.J.H.J.K. H..K. .H.H.J.K. . J.K.J.K. K.. .H.K.H. H.H. J.K.H.H.K. H.J.P.H.H.
H.J.H. J.H.J.K.
.H. .H.J.H.H. H.P.J.H. J.H. P..H.H. .H.N.K. .H.N.H. H..H. . .H.J.H. J.H. P.N.H.H.H.
P.N.H.H. .³.S.H. ³.J.H. P.H. H.J.P.H.
: ..) H.H.H.H. P.H.J.H. .H.P.H.H. J.K.N.K. .H..H.H. H. H..H. . .H.J.H. J.H. 42 - 46 (
“Pergilah kamu bersama saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan
janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua
kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, semoga ia ingat
atau takut. Berkatalah mereka berdua : Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui
batas. Allah berfirman : Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku
bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (QS Thaha : 42-46).
Yakni jangan menyeru Ahli Kitab kepada Islam dan berdiskusi dengan mereka
dalam urusan agama kecuali dengan pendekatan yang baik seperti megajak
merenungkan ayat-ayat Allah, dan memberikan peringatan dengan
mengemukakan alasan-alasan dan penjelasan-penjelasan-Nya (Lihat: Shafwatut
Tafasir II, hal. 462).
Imam Al-Fahkr mengatakan : Sesungguhnya orang musyrik datang dengan
membawa kemunkaran maka layak untuk dihadapi dengan perdebatan yang
lebih keras, dengan mamatikan pemikirannya secara telak dan mematahkan
pemahamannya yang keliru terhadap Islam. Adapun terhadap Ahli Kitab,
karena mereka beriman dengan turunnya kitab-kitab dan diutusnya para Rasul,
mengakui kenabian Muhammad, maka berdebat dengan mereka dengan cara
yang lebih santun dan sejuk kecuali orang-orang yang zhalim diantara mereka
yang menetapkan anak untuk Allah, dan pernyataan mereka tentang Trinitas,
maka mereka harus diajak berdialog dan berdebat dengan pendekatan yang
lebih jelek, mematahkan pendapat mereka dan mengungkap kejahilan mereka
(Shafwatut Tafasir II, hal. 464).
Ketiga metodologi dakwah diatas sangat diperlukan di segala tempat dan masa.
Karena dakwah itu ajakan dan seruan membawa manusia menuju jalan yang
lurus (shiratal mustaqiim), bukan propaganda (di’ayah), sekalipun propaganda
itu terkadang menjadi alat dakwah. Dakwah lebih mengedepankan usaha
meyakinkan, sedangkan propaganda lebih cenderung memaksakan kehendak.
Dakwah dengan cara paksaan akan melahirkan ketaatan semu (kemunafikan).
Dakwah membangun kesadaran manusia dengan disentuh potensi dasar yang
dimiliki, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Karena membangun
komitmen dan kesadaran beragama itu tidak boleh ada pemaksaan kehendak
(QS al-Baqarah : 256).
Kebenaran dan kesesatan itu telah jelas perbedaannya. Urusan memberi
petunjuk dan menyesatkan seseorang adalah wewenang Allah semata. Seorang
da’i sebatas penyampai pesan (muballigh), pembuka pintu hidayah, bukan
pemutus perkara benar dan salah (hakim).
Inilah pedoman, tuntunan dakwah di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Berdakwah di tengah-tengah berbagai aliran pemikiran, upaya peragu-raguan
(tasykik), pembaratan (taghrib), peperangan pemikiran (al-ghazwu al-fikri),
usaha-usaha menjauhkan pemeluk Islam dari agamanya (tab’id), dan
menawarkan kehidupan skuler (laa-diniyyah), memerlukan format dakwah yang
lebih menarik, sesuai dengan tingkat kebutuhan sejarah dan zamannya. Dakwah
dengan cara konvensional tentu tidak menarik di kalangan masyarakat modern,
yang lebih maju cara berfikirnya. Tetapi kita harus yakin sesungguhnya setiap
ajakan yang luhur pasti akan ada yang merespon (likulli da’watin mujiib).
(........ .... .... .... ....) K.K.K..H. K.J.H. P.J.K. P.H.H. m.J.H. .H.H. N.H. J.H.
“Siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala
orang yang mengerjakannya.” (HR Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi).
Ketiga metodologi dakwah yang Qur’ani diatas akan tetap berlaku menurut
perkembangan zaman dan pemikiran manusia, karena pada dasarnya metode
dakwah dengan hikmah, nasihat yang baik, bantahan yang logis akan selalu
memperoleh tempat yang layak di benak publik.
df
...... .....
WAWASAN DA’I
...... ......
AL-QURA’NUL KARIM
...... ......
HADITS-HADITS NABI SAW
....... ......
SEJARAH HIDUP NABI SAW
....... ... – ....... .....
........
MENGENAL MEDAN – SENI & BUDAYA ....... ...
ILMU SEJARAH
..... ...
ILMU JIWA – PSIKOLOGI
......... ...
GEOGRAFI – ILMU BUMI
..... ...
ILMU AKHLAQ
....... ...
SOSIOLOGI – ILMU KEMASYARAKATAN
....... ...
ILMU POLITIK
..... ...
BAHASA DAERAH – LOKAL
...... ...... ...
ILMU PERBANDINGAN AGAMA
BAB IV
...... .....
WAWASAN SEORANG DA’I
Ada ungkapan yang mengatakan :
.J.K.J.P. H. K.J.N... P.K..H.
Yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu.
Seorang da’i yang lemah spirit dan kurang wawasannya, disamping ia tidak bisa
mempengaruhi dirinya, lebih berat lagi memberikan pencerahan pada tataran
obyek dakwah (mad’u). Seorang da’i/da’iyah yang adalah diterjunkan untuk
manusia (ukhrijat linnas), maka ia dituntut memiliki bekal ilmu (zaadul ilmi)
yang membantunya dalam memahami seluk-beluk, karakter dasar manusia dari
masa ke masa.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pengetahuan mereka.”
(al-Hadits).
Orang lain mempersepsikan sesuatu kepada kita, tergantung kepada strategi
pencitraan kita. Jika kita berhasil meyakinkan orang dengan citra diri kita, maka
hal ini adalah pendukung utama dalam kesuksesan misi dakwah yang kita bawa.
Inilah kendala yang terbesar dalam dakwah. Jika kita meneliti semua referensi
tentang fiqh dakwah dan harakah, maka yang dijadikan fokus perhatian dalam
garapan dakwah adalah da’i itu sendiri, bukan massa yang akan direkrutnya.
Kepribadian da’i memiliki magnit (daya tarik) dan atsarun fa’aal (pengaruh
yang signifikan) dalam mempengaruhi orang lain.
Dukungan vertikal dan horizontal (akar rumput) kepada da’i tergantung kualitas
hubungan (ittishal) da’i kepada keduanya. Jika kita dekat kepada Allah, Dia
akan menolong kita dan meneguhkan langkah-langkah kita. Demikian pula jika
kita berhasil menanamkan kebaikan, birr, ma’ruf di benak publik, mereka akan
mendukung kita minimal lewat do’anya. “Sesungguhnya kalian ditolong oleh
orang-orang lemah diantara kamu” (al-Hadits). Orang tidak sekedar melihat
idealisme kita, tetapi sejauhmana kualitas cara-cara kerja Islam kita (amal
Islami) kita dalam realitas kehidupan. Orang menilai kita terhadap apa yang
bisa kita berikan dan peran apa yang bisa dimainkan kepada mereka.
Menurut Muhammad Abduh, dalam Tafsir al-Manaar, ada 11 bidang ilmu
pengetahuan (tsaqafah) yang perlu dikuasai oleh seorang da’i dalam
melaksanakan tugas dakwah. Dengan pengetahuan luas akan mendukung
keberhasilannya dalam mengantisipasi berbagai kendala (tribulasi) yang
ditemukan di medan dakwah.
Pertama, al-Quran, al-Hadits & Sirah Nabi.
Seorang da’i dituntut menguasai dengan sempurna kemana ummat ini akan
dibawa. Ia harus faqih terhadap buku induk dakwah, yaitu al-Quran dan al
$
PAKET VI .
....... .....
Prinsip Jamaah
$
....... ....
.......
AQIDAH
.......
IBADAH
...... .....
SISTEM KEHIDUPAN
.......
......
....... – ... – ....
.......
Umat – Penduduk – Prajurit
yang patuh
...... - .......
Kepemimpinan
....... – ....... -
.......
Syari’ah – Aturan main
...... - .....
Kawasan yang Islami
........ ...... .....
PRINSIP IMAMAH & JAMA’AH
BAB I
....... .....
PRINSIP JAMAAH
Surat al-Fatihah ayat 1-7
.J.H. K.K.H. . K.J.K.N... K.H.J.N... . H.J.K.H..H.J.. S.H. K.K P.J.H.J.. . K.J.K.N... K.H.J.N...
K.. K.J.K.
.J.K.N.. H..H.K. . H.J.K.H.J.P.J.. H..H.S... .H.K.J.K. . P.J.K.H.J.H. H..N.K.H. P.P.J.H.
H..N.K. . K.J.S...
.J.S..N... H.H. J.K.J.H.H. K.J.P.J.H.J.. K.J.H. J.K.J.H.H. H.J.H.J.H.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-MU lah kami
menyembah dan hanya kepada-MU lah kami mohon pertolongan.Tunjukilah
kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka bukan jalan orang-orang yang Engkau
murkai, bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
Makna umum surat al-Fatihah
Jika al-Fatihah adalah pembuka kitab al-Qur’an (fatihatul Kitab), itu berarti
segala kandungan dan makna al-Qur’an telah terangkum di dalamnya. Tema
utama al-Qur’an berkisar pada masalah aqidah, ibadah, dan manhaj hayah
‘sistem kehidupan’. Dalam surat al-Fatihah dimulai dengan menyebut tema
aqidah, yaitu al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin, ar-rahmanir-rahim, maaliki
yaumid-diin. Selanjutnya yang kedua, bertemakan ibadah, yaitu iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’in. Serta ketiga, mempunyai tema manhaj hayah,
yaitu ihdina ash-shiraathaa al-mustaqim, dan shiraatha al-ladziina an’amta
‘alaihim ghairi al-maghdhuubi ‘alaihim wa laadh-dhaallin.
Pertama, al-Qur’an mengajak kepada aqidah, lalu ibadah dan selanjutnya
minhaj hayah. Dalam al-Fatihah kita dapatkan ketiga kandungan tema ini
datang secara berurutan sekaligus. Dalam ajaran Islam, tema aqidah bukan
semata-mata konsumsi otak, tetapi harus melahirkan hasil, berbekas,
diwujudkan dengan melaksanakan kewajiban. Ketika mengenal Allah memiliki
sifat rububiyah, rahmat, hisab, maka semua itu mengharuskan untuk beramal.
Bertolak dari sini, surat al-Fatihah dimulai dengan pujian kemudian
mengajarkan ibadah, meminta pertolongan, meminta hidayah agar selalu di atas
jalan lurus. Surat ini juga memperkenalkan Allah dan sifat rububiyah-Nya
sekaligus menunjukkan posisi kita, yaitu beribadah kepada-Nya. Poros gerak
ibadah itu ialah memuji Allah al-hamdulillah, beribadah kepada-Nya, meminta
pertolongan dan memohon agar konsisten berjalan di atas sistem yang
digariskan-Nya.
df
BAB II
MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAMI DENGAN SPIRIT ALFATIHAH
Kalau pada surat-surat sebelumnya, Allah mengenalkan diri-Nya dengan
“Rabb”; mengenalkan sifat dan perbuatan-Nya, maka pada surat Al-Fatihah ini
Allah mengenalkan diri-Nya dengan jelas, yaitu “Allah”. Nama Allah telah
mencakup nama Dzat-Nya dan perbuatan-Nya.
Allah disini meluruskan “Allah” yang diyakini masyarakat Jahiliyah. Kaum
musyrikin beranggapan bahwa Allah memiliki hubungan tertentu dengan Jin.
: ..ᅭ.....) .³.H.H. K.N.K.J.. H.J.H.H. P.H.J.H. .J.P.H.H.H. 158 (
“Dan mereka adakan (hubungan) keturunan antara Allah dan antara jin.” (QS
ash-Shaffat : 158).
Mereka juga beranggapan bahwa Allah memiliki anak-anak wanita.
: ......) .³..H.K. K.H.K.H.H.J.. H.K. H.H.N..H. H.J.K.H.J..K. J.P.―.H. J.P..H.J.H.H.H. 40 (
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang
Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan diantara para malaikat.” (QS al-
Isra’ : 40).
Mereka juga menganggap bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi langsung
kepada-Nya sehingga para malaikat dan berhala-berhala perlu disembah sebagai
perantara antara manusia dengan Allah.
: .....) .H.J.P. K.. H..K. .H.J.P.S.H.P.K. N.K. J.P.P.P.J.H. .H. H..H.K.J.H. K.K.J.P. J.K.
.J.P.H.N.. H.J.K.N..H.
3(
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : Kami
tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS az-Zumar : 3).
Pada surat al-Fatihah ini Allah secara jelas mendelegasikan sebagian tugas-Nya
kepada manusia sebagai wakil-Nya untuk mengelola alam raya (rabbul
‘alamin). Jadi posisi kita pada surat ini dilegalkan membawa nama (asma) dan
sifat (simah) Allah. Bismillahirahmanirrahim.
Dengan pendelegasian sebagian tugas kekhalifahan ini, manusia sebagai hasil
tarbiyah dan da’wah diarahkan oleh sebuah kepemimpinan untuk membumikan
pesan-pesan langit pada realitas kehidupan. Aspek sosial, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
BAB III
UNSUR-UNSUR MASYARAKAT ISLAMI
Ada beberapa komponen penting yang menjadi persyaratan terwujudnya
masyarakat Islami.
Pertama, kawasan, wilayah, teritorial yang kondusif (al-bi’ah, al-qura).
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung terlaksananya ajaran Islam.
“Hendaklah diantara kamu segolongan yang mengajak kebaikan dan
melarang kemungkaran.” (QS Ali Imran : 104).
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS Ali Imran : 110)
(143
(18
(105
.
.H.H
.P .
.P.
.
..K
.J.H.)......:
(97
.H..P.J.J.H.P.J.H.J.K.H..K.H.³ .HH.K.P.J
“Bukankah bumi Allah itu luas, kemudian kalian berhijrah di dalamnya.” (QS
an-Nisa’ : 97).
Kedua, ummat (al-ummah, ahl).
.m
.H.J.H.P.J.J.P.l
...... ).:
P.
.
N..
(104
.H.J.P.J.H.K..H
.K..J
..J.H.J.K.H.H.J.P.P.J.H.H.J.P.J.K.H.H.J.H.J.H.H.K..J.P.J.H.
.P
.J.P.J
P.
.
.H.J.NH.m
(110
P.J.K.H
.
.J.K..N..K
.K..J
.H.J.P.P.J.H.H.J.P.J.K.H.H.J.H.J.H.H.K..J.P
.J.H.K
)..
.... .:
P.
.
.H.H.³.)......:
.H.H.KH..H.H.H.J.H..P.NJ.³
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan.” (QS al-Baqarah : 143)
Ketiga, syariat (asy-syari’ah, aturan).
.P.
.
.K
.K.
.. )......:
N.H..HJ.H.H..HH..H.J.H.m.K.H.J.H.J.K.H..JN.H
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari
urusan (agama), maka ikutilah dia.” (QS al-Jatsiyah : 18)
.
.
.H
.K
.K
.K..
.S
..
..K.K.
.
..P)......:
.K.N.H.J.H.J.H.J.H..J.H..JH.H.K.H.J.P.H.H.J.H.HN.H.H..H
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu.” (QS an-Nisa’ : 105)
Keempat, kepemimpinan (al-imamah).
Ummat yang telah terbina dengan dakwah dan tarbiyah perlu dikelola, dipandu,
dan diarahkan oleh sebuah kepemimpinan. Diawali dari kepemimpinan yang
bersifat mikro (al-imamah ash-shughra), menuju kepemimpinan yang bersifat
....... .....
......
KARAKTERISTIK
MASYARAKAT ISLAM
........ ... .....
Ukhuwah sesama muslim
..... .. ......
Musyawarah
.. .... ... .....
Melaksanakan hukum Allah
.... .... ....
Menaati ulil amri
.... .... ... ...... ..
Mengembalikan putusan
atas ikhtilaf kepada ulil amri
...... ..... .......
Saling menasihati dengan
kebenaran & kesabaran
........ ... ........
.......
Membuat perjanjian mengatur
antara muslim & non-muslim ..... .....
Terbangunnya struktur kekuatan
mengantisipasi ancaman
KULTUR MASYARAKAT
AL-FATIHAH
..... ... ...
Berorientasi pada akhirat
.... ....
Mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT
...... ......
Menebarkan kasih sayang
........ ..
Bersifat universal
...... ....
Mengharap bantuan hanya dari Allah SWT
........ ...... .....
Berpedoman pada Manhaj Islami
..... ..... ..... ....
Meneladani figur publik yang baik
..... ....... ...
Menghindari murka Allah SWT
....... ..
Menghindari kesesatan
. .....
Beraktifitas dengan penuh keikhlasan
.. ...
Membawa nama Allah – Harus yang terbaik
BAB IV
PAKET AL-FATIHAH
Mayarakat Islami adalah komunitas yang tergambar dalam sebuah kawasan
(al-qura, al-bi’ah), didukung oleh ummat yang taat (al-jundiyah al-muthi’ah,
ahlu), dipandu oleh kepemimpinan (al-qiyadah, al-imamah), dengan aturan
main dari al-Qur’an, untuk mewujudkan kerajaan Allah di bumi; agar rahmat
Islam menyebar kepada semua yang berhak (kaffatan linnaasi wa rahmatan lil
‘alamin).
Bismillah, ‘dengan membawa nama Allah’. Rabbul ‘alamin dan Maliki
yaumiddin, ‘menegakkan amanah kekhalifahan untuk mengelola dunia dan
menjaga agama’. Shirat al-mustaqim, ‘al-manhaj ar-rabbani yakni al-Qur’an
dan Sunnah Rasul’. An’amta ‘alaihim, ‘para Nabi, shiddiqun, syuhada’,
shalihun diatas manhaj rabbani’. Al-magdhub ‘alaihim dan adh-dhaallin,
‘diatas manhaj jahili’.
Tafsir al-Fatihah
Bismillah, ‘dengan asma Allah’, minallah, billah, ilallah (dari Allah, dengan
cara Allah, menuju Allah). Al-hamdulillah, ‘ketulusan niat’. Rabb, ‘merawat,
mendidik, mengembangkan, meningkatkan kualitasnya’. Ar-Rahman, ‘kasih
kepada seluruh makhluq’. Ar-Rahim, ‘sayang kepada orang-orang mukmin’.
Malik, ‘hak menghalalkan dan mengharamkan’. Yaumuddin, ‘Hari kiamat,
pembalasan’. Iyyaka na’budu, ‘al-ibadah, semua aktifitas lahir dan batin yang
diridhai dan dicintai Allah’. Iyyaka nasta’in, ‘mohon pertolongan Allah’.
Ihdinash shirat al-mustaqim, ‘petunjuk, arahan, bimbingan’. Shirat almustaqim,
‘jalan yang lurus, tidak ada penyimpangan syubhat dan syahwat di
dalamya, yakni al-Islam, al-Qur’an, al-Hadits atau al-Manhaj al-Islami’. Shirat
alladzina an’amta ‘alaihim, Nabi, shiddiqun, shalihin, syuhada’, berada pada
manhaj Islami’. Ghoir al-maghdhubi ‘alaihim wa laa adh-dhaallin, ‘Yahudi,
Nasrani, berada pada manhaj jahili.’
Karakteristik masyarakat Islami
1. Otoritas kekuasaan Ulil Amri dari orang-orang beriman (tha’atu ulil amri).
(QS an-Nisaa’ : 59).
2. Otoritas kekuasaan melaksanakan hukum Allah (al-hukmu bima anzalallaahu)
(QS al-Maidah : 49).
3. Terjalinnya ukhuwah Islamiyah antara sesama muslim (al-ukhuwwatu
bainal muslimin) (QS al-Hujurat : 15).
4. Bermusyawarah dalam memecahkan persoalan (asy-syura fii al-umur) (QS
asy-Syura : 38).
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Shafwatut Tafasir. Tanpa tahun. Darul Kutub Al
Islamiyah, Jakarta.
Ahjad, Ustadz Najih, At-Tibyan Fi Al-Ahkam Al-‘Amaliyah, Ponpes Maskumambang,
Gresik.
Ahmad Karzun, Dr. Anis. Adab Thalibil ‘Ilmi, Dar Nurul Maktabah, Jeddah.
Al-Ghazali, Syekh Muhammad. ‘Aqidatu Al-Muslim. Al-Maktabah Al-Faishaliyah.
Al-Ghazali, Syekh Muhammad. Jaddid Hayatak, Darul Fikr, Beirut.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar Jabir. ‘Aqidatul Mukmin, Darul Fikr, Beirut.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar Jabir. Minhajul Muslim, Darul Fikr, Beirut.
Al-Maqdisi, Al-Hasani, Fathurrahman Li Thalibi Ayat Al-Qur’an. Maktabah Dahlan,
Indonesia.
Al-Qardhawi, Dr. Yusuf. Madkhal Li Dirasati Asy-Syari’ati Al-Islamiyyah, Maktabah
Wahbah, Kairo.
Al-Qardhawi, Dr. Yusuf. Tarbiyah Hasan Al-Banna dalam Jama’ah Al-Ikhwan Al-
Muslimun, Rabbani Press.
Al-Qaththan, Manna’ Khalil. Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an. Mansyurat Al-‘Ashr Al-
Hadits. Beirut.
Al-Wasyli, ‘Abdullah bin Qasim, Syarah Ushul ‘Isyrin, Menyelami Samudera 20
Prinsip Hasan Al-Banna, Era Intermedia, Solo.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Darul Fikr. Beirut,
Libanon.
Az-Zubi, Mahmud. Hal Satasquthu Amrika Kama Saqathat As Suviyeti.
Bin Hasan bin ‘Aqil bin ‘Aqil Syarif, Shalih Tak Berdayaguna, Rabbani Press.
Jakarta.
Bin Muhammad Al-Buraikan Abdullah Al Buraikan, Dr. Ibrahim. Al-Madkhal Li
Dirasati Al-‘Aqidah Al-Islamiyah ‘ala Madzhabi Ahlis Sunnah Wal Jama’ah.
HAMKA, Prof. Dr. Pelajaran Agama Islam. Bulan Bintang, Jakarta.
HAMKA, Prof. Dr. Tafsir Al-Azhar. Pustaka Panjimas. Jakarta.
Izzah Darwazah, Muhammad, At-Tafsiru Al-Hadits, Assuwaru Murattabah Hasban
Nuzul. Darul Ihya Lil Kutubi Al-‘Arabiyyah, Isa Al-Babi Al-Halabi wa syirkaahu.
Qardhawi, Syekh Dr. Yusuf. Al-Mubasysyirat Bi-ntishari Al-Muslimin.
Quthub, Sayyid. Ma’alim Fi Ath-Thariq.
Rasyid, MA, Dr. Daud. Islam Dalam Berbagai Dimensi. Gema Insani Press. Jakarta.
Sabiq, Sayid. Fiqh As-Sunnah. Darul Fikr, Beirut
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Oktober 2003. Sya’ban 1424 H.
Penerbit Lentera Hati.
Suar, Marwan bin Nuruddin. Mukhtashar Tafsir ath-Thabari. Darul Fikr. Beirut,
Libanon
Tahmid, Lc, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Menuju Jama’atul Muslimin, Telaah
Sistem
Jama’ah dalam Gerakan Islam, Rabbani Press.
Team Penulis, Panduan BerIslam, Departemen Dakwah, Dewan Eksekutif
Hidayatullah.
Thanthawi, Syekh Ali. Ta’rif ‘Am Bid Din Al-Islam. Darul Fikr, Beirut.
Yahya, Harun, Moralitas Al-Quran Solusi Atas Segala Persoalan Umat Manusia,
Rabbani Press. Jakarta.
Yahya, Harun, Pernahkah Anda Merenung Tentang Kebenaran, Robbani Press.
Jakarta.
Yahya, Harun. Membongkar Kesalahan Faham Materialisme, Mengenal Allah
Lewat
Akal. Rabbani Press. Jakarta.
Yakan, Fathi, Membongkar Jahiliah Meraih Sukses Berdakwah. Era Intermedia.
Solo.
df