Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
NOVRIANTO TAMBUNAN
0809113037
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK .
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………….ii
BAB I : Pendahuluan
A.Latar Belakang……………………………………………………1
B.Ruang Lingkup……………………………………………………1
BAB II : Pembahasan
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berbagai latar belakang dpt dikaitkan dgn meningkatnya perdagangan manusia seperti
lemahnya penegakan hukum,peran pemerintah dlm penanganan maupun minimnya informasi
tentang trafficking.Faktor dominan yang dapat kita tengarai adalah kemiskinan,
ketersediaanlapangan kerja, dan kebodohan. Dari beberapa faktor ini tentu saja sindikat-sindikat
dari pelaku trafficking bisa memanfaatkannya untuk kepentingannya..
Kasus prostitusi anak yang terungkap dalam jaringan sosial ini merupakan bagian dari kejahatan seksual
yang disebutkan dengan eksploitasi seksual komersial anak (ESKA). ESKA ini merupakan bentuk
kejahatan seksual yang terorganisasi yang obyeknya adalah anak-anak. Sejumlah bentuk ESKA yang
kerap kali dijumpai di Indonesia adalah pornografi anak dan pelacuran anak.Orang awam mungkin akan
sulit menerima kenyataan bahwa anak-anak yang melacurkan diri merupakan bagian dari eksploitasi
seksual walaupun anak-anak tersebut memutuskan diri secara ”sukarela”. Namun, keputusan anak untuk
menjadi obyek seks komersial tidak bisa diterima karena anak tidak cakap secara hukum untuk
memutuskan diri menjadi obyek seks. Berbeda halnya dengan orang dewasa yang ”boleh” memutuskan
dirinya menjadi obyek seks komersial walaupun masih menjadi perdebatan yang belum selesai.
Lebih dari 150.000 anak di Indonesia menjadi korban eksploitasi seksual komersial.Eksploitasi
seksual komersial anak yang populer dengan istilah ESKA merupakan pelanggaran mendasar
terhadap hak-hak anak yang terdiri dari kekerasan seksual oleh orang dewasa dan pemberian
imbalan dalam bentuk uang tunai atau bentuk lain terhadap anak. Dalam kasus ini,anak dijadikan
sebagai sebuah objek seksual dan objek komersial. Eksploitasi seks baik yang komersil maupun tidak
mengancam kalangan anak dan remaja. Perkembangannya di Indonesia kini telah memasuki tahap
memprihatinkan sehingga diperlukan sosialisasi upaya meminimalisir hal tersebut.Eksploitasi seks baik
yang komersil maupun tidak mengancam kalangan anak dan remaja. Perkembangannya di
Indonesia kini telah memasuki tahap memprihatinkan sehingga diperlukan sosialisasi upaya
meminimalisir hal tersebut
B.Ruang Lingkup.
Maksud dan Tujuan makalah ini agar kita dapat memahami betapa bahayanya eksploitasi
seks tergadap anak dan dampaknya bagi anak tersebut.Selain itu makalah ini bertujuan untuk
mempermudah pemahaman mahasiswa dalam hukum perlindungan anak dan wanita.
BAB II
PEMBAHASAN
Eksploitasi adalah Tindakan baik dengan atau tanpa persetujuan korban yg meliputi tetapi
tidak terbatas pada pelacuran, kerja/pelayanan paksa, perbudakan/praktik serupa perbudakan,
pemindahan/ transplantasi organ & atau jaringan tubuh, atau segala tindakan yangg berupa
penindasan, pemerasan & pemanfaatan fisik, seksual, tenaga, & atau kemampuan seseorang oleh
pihak lain dengan cara sewenang wenang utk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun
immateriil.
2.UU no.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. (lembaran Negara tahun 1979 no.32).
6. UU No. 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan Konvensi ILO nomor 182 Mengenai
Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk
Untuk Anak.
C. Faktor Penyebab Perdagangan Anak.
1. Kemiskinan.
2. Meningkatkan Permintaan.
3. HIV/AIDS.
4. Penyalahgunaan Internet.
5. Pendidikan rendah.
6. Pengangguran.
7. Wisata Seks.
10. Konsumerisme.
13. Kesadaran masyarakat dan pemerintah tentang eksploitasi seksual anak belum
memadai.
Pertama, Pemerintah termasuk legislatif, yudikatif, Kepolisian, Departemen Luar negeri dan
kantor Imigrasi agar memberikan prioritas utama pada tindakan untuk menentang eksploitasi
seksual komersial anak dan mengalokasikan sumber daya yang memadai.
Meningkatkan kerjasama yang lebih mantap antar Negara dan semua sektor masyarakat untuk
mencegah anak-anak memasuki perdagangan seks serta memperkuat peran serta keluarga dalam
melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual komersial.
Kedua, menindak pelaku eksploitasi seksual komersial anak, dan bentuk-bentuk lain dari
eksploitasi seksual anak, serta mengutuk dan menghukum semua yang terlibat dalam
pelanggaran, baik itu warga lokal maupun asing, serta menjamin agar anak-anak yang menjadi
korban praktek eksploitasi seksual komersial tidak dihukum.
Keempat, pemerintah segera mengimplementasikan dua Protokol tambahan dari Konvensi Hak
Anak tentang Penjualan anak, prostitusi anak dan pomografi anak dan Konvensi transnational
organized Crime beserta dua protokolnya, yakni protokol tentang pencegahan dan
penanggulangan perdagangan perempuan dan protokol penyelundupan orang.
Kelima, pemerintah segera menciptakan iklim pendidikan, mobilisasi sosial, juga aktivitas
pengembangan untuk menjamin agar orang tua bertanggung jawab atas anak-anak untuk
memenuhi hak-hak anak, kewajiban dan tanggungjawab untuk melindungi anak-anak dari
eksploitasi seksual komersial;
Keenam, pemerintah dan masyarakat segera memobilisir mitra politik, masyarakat nasional
maupun intemasional, termasuk lembaga pemerintah dan LSM, untuk membantu menghapus
segala bentuk eksploitasi seksual komersial anak serta memacu peran partisipasi masyarakat
yang popular, termasuk partisipasi anak-anak, dalam mencegah serta menghapus eksploitasi
seksual komersial anak.
Ketujuh, memobilisir sektor bisnis, termasuk industri wisata, untuk menentang penggunaan
jaringan dan pembentukannya bagi eksploitasi seksual komersial dan mendorong kalangan
profesional, media untuk mengembangkan strategi yang memperkuat peran media dalam
memberikan informasi yang bermutu, bisa dipercaya serta standar etika yang mencakup semua
aspek ekploitasi seksual komersial.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan & Saran.
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan makalah yang berisi kesimpulan yang
diambil dari penyusunan dari pokok bahasan yang diangkat untuk dapat menjawab identifikasi
masalah dan membuat saran-saran terhadap masalah perlindungan terhadap anak dari kekerasan
seksual.
Bentuk-bentuk dari kegiatan Seksual Komersial terhadap anak, baik Deklarasi Kongres
Dunia Menentang Eksploitasi Seksual Komersial terhadap anak maupun ketentuan KHA dan
Undang-Undang Perlindungan Anak mendefmisikan bahwa eksploitasi seksual komersial
terhadap anak meliputi kegiatan penyalagunaan seksual anak oleh orang dewasa dengan cara
paksa (coercion), pemberian uang atau sejenisnya kepada anak yang bersangkutan ataupun
kepada pihak ketiga, anak dijadikan sebagi objek seks serta objek komersial. Eksploitasi seksual
Komersial anak juga dapat dilihat dalam bentuk paksaan sertakekerasan terhadap anak-anak,
dalam bentuk kerja paksa dan bentuk perbudakan.
Sebagai masukan dari penulis untuk mengatasi masalah ini antara lain :
1. Membuka fasilitas umum untuk anak jalanan ditempat - tempat strategis anak - anak jalanan
untuk dilakukan penyetaraan pendidikan , jika pendidikan mereka bagus maka tentunya
paradigma dalam mencari pekerjaan dapat berangsur - angsur berubah.
2. Perbanyak dan Perketat pemberian beasiswa kepada anak - anak tak mampu bersekolah di
segala jenjang , karena bila beasiswa disalahgunakan maka kesempatan bagi tak mampu akan
berkurang , dan apabila si tak mampu tidak bersekolah dan mengenyam pendidikan maka tidak
menutup kemungkinan mereka akan menjadi terlantar dan mencari nafkah menjadi anak jalanan.
3. Pengarahan kepada LSM untuk membantu anak ,contohnya anak jalanan. sudah saatnya
pemerintah bekerjasama dengan LSM untuk melakukan pembinaan terhadap anak jalanan , mulai
dari softskill untuk kehidupan anak jalanan tersebut agar mereka mempunyai keahlian untuk
dipergunakan dalam dunia kerja.
4. Tegakkan Keamanan dan Tindakan Bermoral aparatur negara, sudah banyak kasus yang
menimpa anak anak yang bersifat kekerasan oleh aparatur penegak keamanan , sudah saatnya
tindakan bermoral dilakukan bukan hanya dengan senjata petugas bermain , tetapi pengarahan
untuk bersikap bermoral dalam mengatasi anak diperlukan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
INTERNET
http://jdih.jatimprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=100:anak-
ekploitasi&catid=1:makalah-hukum&Itemid=37
http://www.gudangmateri.com/2010/07/hentikan-eksploitasi-terhadap-anak.html
http://ajrc-aceh.org/wp-content/uploads/2009/05/eksploitasi-seksual-anak.pdf
Perundang-Undangan