You are on page 1of 18

Pengertian Kompres Hangat :

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di

celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.

Manfaat Kompres Hangat :

Adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam
menangani kasus klien yang mengalami pireksia.

Alat dan bahan :

· Larutan kompres berupa air hangat 40 °C dalam wadahnya ( dalam kom )

· Handuk / kain / wash lap untuk kompres

· Handuk pengering

· Sarung tangan

· Termometer

Prosedur :

· Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

· Cuci tangan

· Ukur suhu tubuh

· Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah.

· Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres ( dahi, ketiak, perut, leher belakang ).

· Tutup kain kompres dengan handuk kering


· Apabila kain telah kering atau suhu kain relative menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam
cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres, lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan
dicapai

· Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit

· Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat

· Cuci tangan

Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat dalam Upaya Menurunkan Suhu


Tubuh.

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus melalui sumsum tulang
belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan
sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga
terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit
meningkat ( berkeringat ), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal
kembali.

http://nursingbegin.com/kompres-hangat/IMUNISASI adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya


penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu
tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar
anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin
secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang
mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.

Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak
berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan
pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari
1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:

1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil
yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.

2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

 Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini
akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
 Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini
akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk
hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT
terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali,
yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).

Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah
mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT pada usia 14-16 tahun kemudian setiap
10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh
perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama
beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:

 Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)


 Kejang
 Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat
kejang dalam keluarganya)
 Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika
anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai
kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di
tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk
mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan
maupun tungkai yang bersangkutan.
(Sumber: www.mentorhealthcare.com

eknik Mengurangi rasa nyeri Persalinan


Posted: Juni 18, 2010 by nyapatrien in Uncategorized

PENGERTIAN NYERI DALAM PERSALINAN

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalianan dan kelahiran pervaginam, nyeri

disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa impuls

sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal

yang pertama (T10 sampai L1).

Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis

melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat (S2 sampai S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum ini
membuat hubungan sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan saluran spinotalamik.

Selama bagian akhir dari Kala I dan di sepanjang Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat

bagian janin melewati pelvis.

Nyeri pada saat melahirkan melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain seperti patah tulang atau

sakit gigi. Banyak perempuan yang belum siap memiliki anak karena membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat

melahirkan nanti.

Namun, kini ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengurangi rasa nyeri yang datang saat akan melahirkan

,menghilangkan rasa nyeri saat persalinan berupa pengurangan rasa sakit akan dapat membantu mempercepat proses persalinan

dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.

metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat

sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.

1) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI DALAM PERSALINAN

Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Rasa takut atau kecemasan

Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui,

rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat

meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.

b. Kepribadian

Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam

menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.

c. Kelelahan

Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari

akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

d. Faktor sosial dan budaya

Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan

membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.

e. Pengharapan

Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan

tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan
menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

2) TEKNIK PENGURANGAN RASA NYERI SAAT PERSALINAN

a. Terapi farmakologis

Kalo ini mah udah jelas-jelas harus dokter yang bertindak untuk ngatasinya. Berbagai obat disuntikkan ke ibu, baik itu anastesis

umum yang di suntikkan epidural, spinal, ataopun sekedar regional.

b. Terapi non farmakologis

Terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang

setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba

Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat obatan diantaranya adalah :

1) Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang yang mendukung

dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami,

keluarga, atau teman dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang

dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu, yang

paling penting adalah orang-orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Di beberapa tempat,

hanya wanita yang boleh menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami

menjadi pendamping dalam persalinan bahkan menolong persalinan.

2) Perubahan posisi dan pergerakan

Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman, untuk membantu ibu agar ibu tetap

tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan posisi yang telah dipilih ibu, bidan hanya menyarankan

alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif.

Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan

bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangi

rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar ke depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar

pada suami.

POSISI POSISI SAAT BERSALIN

• A.posisi berbaring

Berbaring horizontal (supine): secara umum tidak nyaman. Posisi ini dapat mengakibatkan uterus menekan pembuluh darah vena

cava, menurunkan aliran darah ke plasenta, dan menekan diafragma yang membuat ibu sulit untuk bernafas. Untuk meningkatkan

kenyamanan dan dukungan, letakkan bantal dibawah lutut dan tekuk lutut sedikit, atau duduk semi fowler dengan kepala dan
bahu terangkat dan tersanggah oleh setumpuk bantal.

Kelebihan:

Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah

mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Kepala bayi lebih mudah

dipegang dan diarahkan. Kelemahan:

Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan

posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa

sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi

relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi.

Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan

perlambatan peredaran darah balik ibu

B. Posisi berbaring Miring

Berbaring miring (lateral): mencegah terjadinya penekanan pada perineum dan mencegah penekanan pada vena cava sehingga

memaksimalkan aliran darah ke uterus dan janin. Pada saat melahirkan, pasangan dapat membantu menyangga kaki ibu yang

mencegah penekanan terhadap kepala bayi Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada

penopang kursi khusus untuk bersalin.

Dilakukan pada kala I dan kala II . caranya: wanita berbaring dengan kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantar

kakinya ditempatkan disebuah bantal.

Pengaruh posisi ini:

• Memungkinkan wanita yang lelah untuk beristirahat

• Dapat mengatasi masalah detak jantung jika berkaitan dengan terjadinya hipotensi

• Menghindarkan tekanan terhadap tulang sacrum

Posisi miring tidak dianjurkan, jika wanita menolak posisi tersebutdan merasakan nyeri yang amat sangat dan menginginkan

posisi yang lain.

Kelebihan:

Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga

tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih
nyaman.

Kelemahan:

Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letal kepala bayi susah dimonitor, dipegang,

maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomy.

C. POSISI SETENGAH DUDUK

Posisikan si Ibu dengan bantal di punggungnya, atau minta suami untuk duduk membelakangi si Ibu. Pada waktu kontraksi,

bungkukkan badan ke depan atau tarik kaki ke atas.

Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup

membuat ibu nyaman. Posisi setengah duduk dilakukan pada kala I dank Kala II.

Kelebihannya:

Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat

berlangsung secara maksimal.

Kelemahan:

Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama

D. Bergoyang-goyang sambil duduk

Pada waktu melahirkan, pergerakan yang berirama dapat membuat nyaman. Gerakan badan perlahan-lahan ketika duduk di atas

bola hamil (sebuah bola karet besar biasanya digunakan sebagai alat untuk melahirkan secara natural), di pinggir kasur atau di

kursi yang kuat.

Kalau si Ibu duduk di atas kursi, mintalah seseorang untuk duduk di lantai sambil bersandar ke kaki si Ibu. Bila si Ibu duduk

sambil bersandar ke kursi, tekanan pada lutut nya bisa mengurangi sakit punggung si Ibu.

E. Bergoyang-goyang sambil berdiri

Berdiri atau berjalan menolong proses kelahiran untuk mendapatkan momentum, terutama di tahap-tahap awal. Bersandar pada

suami untuk menahan selagi kontraksi berlangsung. Atau lingkarkan tangan si Ibu ke leher suami dan mulai bergoyang-goyang,

seperti sedang slow dance. Posisi ini juga enak untuk mengelus punggung.
F. Bersandar ke depan

Kalau punggung si Ibu terasa sakit, bersandar ke depan bisa membuat lebih enak. Duduk di kursi seperti di gambar atau

bersandar ke atas meja. Posisi ini juga enak untuk mengelus punggung.

Manfaatnya: Mengurangi nyeri punggung

G. Bersandar ke kaki

Ibu boleh bersandar ke depan waktu berdiri. Angkat satu kaki ke atas kursi. Perlahan-lahan bersandar kedepan sewaktu kontraksi.

Gunakan kursi yang kecil agar tidak terlalu tinggi dan terasa nyaman. si Ibu bisa bersandar tanpa kursi bila diinginkan, letakkan

satu kaki di depan, dan tekuk ke depan perlahan-lahan.

H. Duduk dengan satu kali di atas

Posisi yang tidak simetris memberikan banyak variasi. Cobalah mengangkat satu kaki waktu duduk. Si Ibu sebaiknya agak

sedikit membungkuk ke arah kaki yang di angkat sewaktu kontraksi.

I. Berlutut

Kadang kala berlutut menolong rasa sakit di punggung. Gunakan bola hamil atau bantal yang banyak. Di Rumah Sakit, angkat

kasur dibagian kepala. Berlutut di bagian bawah kasur sambil mengistirahatkan tangan dan badan bagian atas di atas kasur.

J. Jongkok

Posisi jongkok menolong membuka pelvis si Ibu, memberikan si bayi ruang untuk berputar sewaktu bergeran melalui lorong

rahim. Jongkok juga membuat si Ibu mendorong lebih efektif sewaktu melahirkan. Gunakan kursi yang kuat atau palang jongkok

yang disediakan di kasur untuk menahan. Jongkok dengan bertahan ke tembok atau ke suami juga diperbolehkan. Dilakukan

terutama pada kala II.

Manfaatnya:

• Membutuhkan usaha mengejan yang lebih sedikit

• Meningkatkan perasaan ingin mengejan

• Dapat mendorong penuruna janin

• Dapat mengurangi nyeri punggung

Posisi jongkok tidak baik digunakan apabila ektremitas bawah cidera atau adanya kelemahan kaki.
Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi.

Kelebihan:

Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat

mengejan.

Kekurangan:

Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan

perkembangan pembukaan dan

tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.

K. Merondang/Posisi Berpijak pada Tangan dan Lutut

Tidak perlu merasa malu untuk berposisi merondang sewaktu melahirkan. Posisi ini mengurangi tekanan pada tulang punggung,

sehingga sakit punggung tidak akan terasa dan menolong memutar si Bayi ke posisi yang lebih enak untuk melahirkan. Posisi

merondang juga memberikan si Bayi suplai oksigen lebih banyak.

Manfaatnya:

• Mengurangi nyeri punggung

• Mengurangi hemoroid

• Dapat mengatasi detak jantung janin khususnya jika berkaitan dengan kompresi tali pusat

L. Posisi dada-lutut terbuka

Posisi ini dapat digunakan pada kala I dan kala II. Caranya:

Wanita berlutut, bersandar kedepan untuk menyangga gaya berat tubuhnya pada kedua tangan. Lalu dada direndahkan kearah

lantai, sehingga bokongnya lebih tinggi dbandingkan dengan dada. Pada posisi ini, kedua pinggul kurang fleksi (sudut > 90)

dibandingkan dengan posisi dada-lutut tertutup yang biasa. Posisi yang lebih terbuka membuat panggul berada pada sudut yang

sangat berbeda dibandingkan jika lutut ditarik kebawah batang tubuh.

Manfaatnya:

• melindungi dari terjadinya gawat janin dengan prolaps tali pusat.

• Dapat mengatasi masalah detak jantung janin.

• Mengurangi nyeri punggung

• Mengurangi hemoroid
4)sentuhan dan massase

. Sentuhan dan masase

Relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu.

Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian

menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selam atahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi

karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat

menciptakan perasaan nyaman dan enak.

Dalam persalinan, pijat juga membantu ibu merasa lebiih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli

dan ingin menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah

kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat menggunakan minyak sayur, minyak pijat atau sedikit

bedak supaya tangan agak licin dan ibu merasa nyaman.

Umumnya, ada 2 teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure. Effluerage adalah

teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi.

Dalam persalinan, effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan

ringan dan tanpa tekana kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.

Masase sangat baik dan merupakan cara lembut untuk membantu Anda merasa lebih segar selama persalinan. Sentuhan dan

kelembutan masase membuat Anda relaks. Satu penelitian menunjukan bahwa wanita yang mendapat masase selama 20 menit

setiap jam selama fase persalinan aktif merasa lebih tenang dan lebih terbebas dari nyeri. Berikut ini hasil wawancara dengan Dr.

Dedy Arman Saidi Sp OG., dari RS Hermina Bekasi

Banyak bagian tubuh dari wanita yang menjalani persalinan dapat dimasase. Memijat kepala, leher, punggung, dan tungkai dapat

memberikan kenyamanan dan relaksasi. Individu yang melakukan pemijatan harus benar-benar memberikan perhatian pada

respon wanita yang dipijat untuk menentukan apakah tekanan diberikan dengan tepat.

Berbagai tipe pijatan memberikan efek pada wanita yang dipijat dengan berbagai cara berbeda. Anda dan pasangan Anda

mungkin ingin melakukan dua jenis masase yang diuraikan di bawah ini baik untuk sebelum persalinan maupun untuk digunakan

selama persalinan.
Effluerage

Adalah masase dengan ujung jari yang ditekankan dengan lembut dan ringan di atas perut dan di atas paha. Masase ini digunakan

selama persalinan dini. Mengusapnya dengan ringan, tetapi tidak memberikan tekanan yang kuat, dan ujung jari tidak pernah

terlepas dari permukaan kulit.

Mulailah dengan tangan pada kedua sisi pusar. Gerakan tangan ke arah atas dan ke arah luar pusar, dan kembali ke bagian pubik.

Kemudian pindahkan kembali tangan ke arah pusar. Masase dapat diperluas sampai paha. Masase ini juga dapat dilakuakn

sebagai gearkan saling menyilang, di sekitar sabuk pemantau janin. Gerakan jari menyilang perut dari satu sisi ke sisi lainnya dari

sabuk pemantau janin.

5). counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament

Pijatan Counterpressure

Merupakan cara terbaik dalam menghilangkan nyeri punggung akibat persalinan. Letakkan tumit tangan atau bagian datar dari

kepalan tangan (Anda juga dapat menggunakan bola tenis) di atas tulang ekor. Berikan tekanan kuat dalam gerakan melingkar

kecil. (BOD)

Pijat counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga

menggunakan bola tenis. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan

sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami

kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun

pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu

6). pijatan ganda pada pinggul

Pijatan atau sentuhan pada area tertentu ternyata dapat mereduksi nyeri pasangan. Adapaun area yang bida dilakukan pemijatan

yakni di area pinggul, punggung, dan lutut. Sirkulasi darah juga menjadi lancar sehingga nyeri berkurang.

7). penekanan pada lutut

8).kompres hangat dan kompres dingin

Memang tak menghilangkan keseluruhan nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang dibungkus
handuk dan dicelup ke air dingin mengurangi pegal di punggung dan kram bila ditempel di punggung. Menaruh handuk dingin di

wajah juga bisa mengurangi ketegangan

Pemanasan merupakan metode sederhana yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan, panas buatan

dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus dengan handuk di punggung, menggunakan kantong

kain berisi kulit ari beras/gandum yang dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan denagn cara

menggosokkan tangan pendamping persalinan di punggung ibu. Pijatan ini akan menghangatkan kulit sekaligus merangsang

tubuh melepaskan senyawa alamiah pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu

menggunakan air es mengunakan washlap atau kantong kompres khusus untuk es.

Kompres biasanya dapat mengendalikan rasa nyeri juga memberikan rasa nyaman sekaligus meredakan ketegangan. Bungkus

botol air panas dengan handuk dan celupkan kedalam air dingin untuk mengurangi pegal punggung dank ram. Gunakan pula

handuk dingin di wajah untuk mengurangi ketegangan.

9).berendam

Air dapat menagtasi rasa sakit karena dapat menyebabkan relaksasi. Jika ibu merasa tegang, kontraksi menjadi sangat

menyakitkan sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak lancar. Air membantu ibu lebih rileks dan lebih dapat

mengedalikan diri menghadapi kontraksi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selain itu di dalam air otot-otot ibu mengendur

•10). Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa sakit persalinan. Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

teknik pernafasan pada kala I awal dan teknik pernafasan pada kala I akhir.

- Teknik pernafasan kala I awal

Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan

teratur melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan pendek-pendek melalui

mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.

- Teknik pernafasan kala I akhir

Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal

minta ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek lalu bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah

perlahan dan teratur. Masa transisi ini merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks belum

membuka seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulu karena akan menyebabkan serviks oedema.

7. Visualisasi dan pemusatan perhatian


Para penggagas metode ini percaya melahirkan dapat menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam proses persalinan.

Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan menggunakan otak kiri. Di sisi lain, otak kanan yang menyimpan memori

tentang keindahan, keyakinan, imajinasi, dan fantasi sering tidak diberdayakan. Padahal, dengan otak kanan kita mampu

menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit termasuk dalam persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk persalina yang

bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini tidak mudah diterima begitu saja

sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-

olah itu nyata. Misalnya membayangkan seolah-olah sedang berada di taman bunga dan bayi sudah bersama ibu. Saat otak kanan

mencapaii 8 – 13 Hz ternyata kondisi ini merupakan gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang lebih mudah untuk

memvisualisasikan serta merasa lebih nyaman dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak sangat lelah sehingga tingkat

stress tinggi. Orang mudah merasa sakit, letih dan jenuh. Setiap ibu bisa melakukan visualisasi. Sebaiknya latihan dilakukan

sejak kandungan berusia dua bulan atau paling lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk tenang dan

menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat berlatih visualisai dalam waktu 7 x 2,5 jam (lebih baik di bawah

bimbingan pelatih prof Tekhnik ini dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat membuatnya nyaman.

Ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya

dedaunan padi yang melambai-lambai ditiup angin sore. Atau ajak dia ke suasana laut yang mengajak kita untuk mendengarkan

deburan ombak yang perlahan mengenai kaki kita yang tercelup dalam air laut di tepian pantai. Atau hal lainnya dimana Anda

lebih tau bagaimana memberikan ketenangan pada istri Anda saat ia membutuhkan ketenangan ituesional).

8. Musik

Musik dapat membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri sehingga ibu merasa rileks. Hal ini ditujukan bagi Anda yang

memang suka dengan yang namanya mendengarkan alunan nada. Baik itu berupa alunan ayat Al-Qur’an yang Anda dengarkan,

atau musik alam seperti suasana air terjun dengan gemricik air yang turun, atau dengan musik klasik

Pada kala I, biasanya secara naluri ibu bergerak mencari posisi yang nyaman dan tetap pada posisi tersebut selama kala I Posisi

yang dianjurkan adalah:

• Berdiri di belakang meja dengan rileks

Berdiri di belakang meja dengan rileks. Letakkan tangan pada sandaran kursi. Kondisi ini dapatmenolong selama kontraksi jika

ibu masih dapat berjalan.

• Berdiri menghadap pasangan

Ibu berdiri menghadap suami dan lingkarkan lengan pada lehernya, suami dapat diminta untuk dapat memijat pinggangnya.
• Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks

Ibu menyandarkan punggung pada suami dengan rileks dan suami dapat mendinginkan wajah dengan washlap.

• Duduk di kursi menggunakan bantal menghadap ke belakang

Ibu duduk di kursi menggunakan bantal, lengan diletakkan pada sandaran kursi dan menghadap ke belakang, suami dapat

memijat lembut punggung ibu.

• Rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada bantal

Ibu rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada bantal, suami dapat mengusap lembut bagian punggung.

Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh mengendalikan pemilihan posisi yang

diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam posisi apapun yang

dipilihnya, sambil menyarankan bila tindakan ibu tidak efektif atau merugikan bagi dirinya atau bagi bayinya. Anjurkan pada ibu

untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk

membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti

berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan.

Bidan harus memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu harus terlentang dalam masa persalinannya, karena jika ibu berbaring

telentang berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cafa inferior. Hal ini menyebabkan

turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada

janin. Posisi telentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan.

Posisi dalam persalinan antara lain:

a. Posisi duduk atau setengah duduk

Posisi duduk atau setengah duduk seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika

merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi. Bagi bidan lebih mudah untuk

membimbing kelahiran kepala bayi dan mendukung perineum.

b. Posisi merangkak

Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu dapat

membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal pada perineum.


c. Posisi jongkok atau berdiri

Posisi jongkiok atau berdiri dapat mempercepat kala I persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selain itu juga dapat

membantu penurunan kepala bayi.

d. Posisi berbaring miring ke kiri

Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah

di antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum

Posisi-posisi yang dipilih ibu dalam menghadapi persalinan kala I dan II sangatlah penting. Posisi persalinan, perubahan posisi

dan pergerakan yang tepat akan membantu meningkatkan kenyamanan/ menurunkan rasa nyeri, meningkatkan kepuasan akan

kebebasan untuk bergerak, dan meningkatkan kontrol diri ibu. Selain itu, posisi ibu juga dapat mempengaruhi posisi bayi dan

kemajuan persalinan. Perubahan posisi secara adekuat akan dapat merubah ukuran dan bentuk pelvic outlet sehingga kepala bayi

dapat bergerak pada posisi optimal di kala I, berotasi dan turun pada kala II. Bergerak dan posisi tegak (upright position) dapat

mempengaruhi frekuensi, lama dan efisiensi kontraksi. Grafitasi membantu bayi bergerak turun lebih cepat. Perubahan posisi

membantu meningkatkan asupan oksigen secara berkelanjutan pada janin, yang berbeda jika ibu berbaring horizontal karena

dapat menyebabkan terjadinya hipotensi. Berbagai perubahan posisi bisa dilakukan ibu dengan atau tanpa bantuan pasangan/

keluarga atau perawat.

Berbagai studi ilmiah tentang pergerakan dan posisi persalinan pada kala I dilakukan yang membandingkan dampak berbagai

posisi tegak (upright position) dengan posisi horizontal (supine) terhadap nyeri dan kemajuan persalinan. Berdasarkan review

yang dilakukan oleh Simkin & Bolding (2004) terhadap 14 studi intervensi terkait, menunjukkan bahwa: 1) tidak ada ibu yang

menyatakan bahwa posisi horizontal lebih meningkatkan kenyamanan dibandingkan posisi lainnya, 2) berdiri lebih meningkatkan

kenyamanan dibandingkan berbaring atau duduk, 3) duduk lebih meningkatkan kenyamanan dibandingkan berbaring jika dilatasi

serviks kurang dari 7 cm, 4) posisi tegak -duduk, berdiri atau berjalan- menurunkan nyeri dan meningkatkan kepuasan ibu, dan 5)

posisi tegak tidak memperpanjang masa persalinan dan tidak menyebabkan cedera pada ibu yang sehat. Sedangkan Review

sistematis terhadap sembilan studi intervensi tentang posisi ibu di kala I persalinan yang dilakukan oleh Souza et al (2006)

menunjukkan bahwa mengadopsi posisi tegak atau ambulasi aman bagi ibu dan memberikan kepuasan karena adanya kebebasan

untuk bergerak. Tetapi dikarenakan kurangnya bukti yang signifikan dan keterbatasan penelitian-penelitian yang ada, maka

keuntungan poisisi tegak belum dapat direkomendasikan untuk memperpendek durasi persalinan dan meningkatkan kenyamanan

ibu.

Berbagai studi intervensi juga dilakukan guna mengetahui efektifitas dan efisiensi berbagai posisi ibu pada Kala II. Hasil studi-
studi tersebut menunjukkan bahwa posisi tegak (upright) selama kala II persalinan memberikan keuntungan yang lebih

dibandingkan posisi dorsal (supine), antara lain: menurunkan ketidaknyamanan/ nyeri persalinan dan kesulitan mengedan

sehingga memperpendek kala II, menurunkan trauma perineum/ vagina dan infeksi pada luka persalinan, dan menurunkan jumlah

bayi dengan Apgar score yang kurang dari 7. Walaupun demikian, terdapat satu studi yang menunjukkan bahwa posisi tegak

(dengan atau tanpa kursi persalinan) dapat meningkatkan kejadian robekan labium dan meningkatkan perdarahan post partum.

(Gupta & Nikdem, 2003; Francais, 1997).

Adapun berbagai perubahan posisi yang dapat dilakukan ibu, antara lain:

• Pada tangan dan lutut: dapat mengurangi nyeri punggung dan memberikan kesempatan pada bayi dengan presentasi oksiput

posterior untuk berputar serta membantu bayi yang mengalami distress karena posisi ini memaksimalkan aliran darah ke uterus

dan plasenta. Posisi ini akan sulit dilakukan apabila ibu mendapat epidural anestesi.

• Posisi tegak (upright):

 Duduk pada awal persalinan: membuat uterus maju kedepan, mencegah uterus menekan diafragma, dan memperbaiki aliran

darah pada otot yang berkontraksi. Bisa menggunakan kursi persalinan atau kursi lainnya atau menggunakan bola.

 Berdiri atau berjalan: membantu memperlebar pelvik outlet dan membiarkan grafitasi bekerja mendorong bayi menekan

serviks. Gunakan diding atau pasangan sebagai penyanggah saat terjadi kontraksi.

 Berjongkok (squatting): membuka pelvis lebih lebar sehingga bayi memiliki cukup ruang untuk bergerak turun ke jalan lahir.

Saat berjongkok, rata-rata pelvik outlet menjadi 28% lebih besar dibandingkan dengan posisi berbaring. Dilakukan saat kepala

bayi telah engaged. Dapat menggunakan squatting bar atau dua orang yang mendukung mempertahankan posisi ini. Sebaiknya

tidak digunakan pada persalinan dengan presentasi oksiput posterior.

 Berlutut saat kelahiran: mempertahankan posisi upright tanpa menegangkan punggung. Berlutut bisa dilakukan di atas bantal,

pada tempat tidur atau pada dinding.

Salah satu tanggung jawab perawat yang penting pada kala I dan kala II persalinan adalah membantu ibu mendapatkan posisi

yang aman dan meningkatkan kenyamanan bagi dirinya. Tidak ada posisi yang sempurna. Tidak ada yang benar atau salah,

terbaik atau terburuk tentang posisi persalinan. Posisi yang paling tepat bergantung pada kenyamanan yang dirasakan ibu

berdasarkan kejadian persalinan yang dialaminya. Sebagian besar wanita merasa nyaman berbaring miring selama persalinan, dan

sebagian yang lain merasa lebih baik dengan berjalan, duduk atau berjongkok. Perawat berperan membantu ibu dalam memahami

apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya dan memutuskan posisi mana yang memberikan kenyamanan dan membantu memperlancar

kemajuan persalinan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat dalam membantu ibu mendapatkan posisi yang tepat, diantaranya posisi tegak

akan sulit dilakukan jika ibu mendapatkan epidural anestesi. Perawat perlu mengingatkan ibu untuk bernafas secara teratur
disetiap kontraksi dan fokuskan perhatian pada bayi yang akan dilahirkan. Perawat perlu memberikan perhatian bahwa pada ibu

yang mengalami nyeri punggung akibat back labor (janin dengan presentasi oksiput posterior), perubahan posisi akan membantu

meningkatkan rotasi janin dan menurunkan penekanan pada bagian presentasi pada area sacrum. Posisi apapun yang dipilih ibu,

kuncinya adalah perubahan posisi.

You might also like