Professional Documents
Culture Documents
dan Radioaktif
Mineral alam zeolit yang merupakan senyawa alumino-silikat dengan struktur sangkar
terdapat di Indonesia dalam jumlah besar dengan bentuk hampir murni dan harga murah.
Mineral zeolit mempunyai struktur "framework" tiga dimensi dan menunjukkan sifat
penukar ion, sorpsi, "molecular sieving" dan katalis sehingga memungkinkan digunakan
dalam pengolahan limbah industri dan limbah nuklir. Di Indonesia, zeolit ditemukan pada
tahun 1985 oleh PPTM Bandung dalam jumlah besar, diantaranya tersebar di beberapa
daerah pulau Sumatera dan Jawa. Namun dari 46 lokasi zeolit, baru beberapa lokasi yang
ditambang secara intensif antara lain di Bayah, Banten, Cikalong, Tasikmalaya, Cikembar,
Sukabumi, Nanggung, Bogor dan Lampung.
Abstrak
Mineral alam zeolit yang merupakan senyawa alumino-silikat dengan struktur sangkar
terdapat di Indonesia dalam jumlah besar dengan bentuk hampir murni dan harga murah.
Mineral zeolit mempunyai struktur "framework" tiga dimensi dan menunjukkan sifat
penukar ion, sorpsi, "molecular sieving" dan katalis sehingga memungkinkan digunakan
dalam pengolahan limbah industri dan limbah nuklir.
Pendahuluan
Mineral alam zeolit biasanya masih tercampur dengan mineral lainnya seperti kalsit,
gipsum, feldspar dan kuarsa dan ditemukan di daerah sekitar gunung berapi atau
mengendap pada daerah sumber air panas (hot spring). Zeolit juga ditemukan sebagai
batuan endapan pada bagian tanah jenis basalt dan komposisi kimianya tergantung pada
kondisi hidrotermal lingkungan lokal, seperti suhu, tekanan uap air setempat dan
komposisi air tanah lokasi kejadiannya. Hal itu menjadikan zeolit dengan warna dan
tekstur yang sama mungkin berbeda komposisi kimianya bila diambil dari lokasi yang
berbeda, disebabkan karena kombinasi mineral yang berupa partikel halus dengan
impuritis lainnya. Deposit mineral alam zeolit yang cukup besar ditemukan di beberapa
negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang, Australia, Kuba dan beberapa negara
Eropa bagian timur seperti Ceko dan Hunggaria. Di Indonesia, zeolit ditemukan pada tahun
1985 oleh PPTM Bandung dalam jumlah besar, diantaranya tersebar dibeberapa daerah
pulau Sumatera dan Jawa. Namun dari 46 lokasi zeolit, baru beberapa lokasi yang
ditambang secara intensif antara lain di Bayah, Banten, Cikalong, Tasikmalaya, Cikembar,
Sukabumi, Nanggung, Bogor dan Lampung. Pemanfaatan zeolit masih belum banyak
diketahui secara luas, yang pada saat ini zeolit di Indonesia dipasarkan masih dalam bentuk
alam terutama pada pemupukan bidang pertanian. Berikut ini akan dibahas potensi zeolit
dalam pengolahan limbah.
Grup Natrolit
Natrolit Na16[Al16Si24O80]6 H2O T5O10 (4-1)
Thomsonit Na16Ca8[Al20Si20O80]24 H2O T5O10
Grup Heulandit
Heulandit Ca4[Al8Si28O72] 24H2O T10O20 (4-4-1)
Klinoptilolit Na6[Al6Si30O72]24 H2O T10O20
Grup Filipsit
Filipsit K2Ca1.5[Al6Si10O32]12H2O S4R
Grup Zeotype
ALPO4-5 [Al12 P12O48] (C3H7)4 NOH q H2O S4R, S6R
Pada struktur zeolit, semua atom Al dalam bentuk tertahedra sehingga atom Al akan
bermuatan negatif karena berkoordinasi dengan 4 atom oksigen dan selalu dinetralkan oleh
kation alkali atau alkali tanah untuk mencapai senyawa yang stabil. Lain halnya dengan
batuan lempung (clay materials) dengan struktur lapisan, dimana sifat pertukaran ionnya
disebabkan oleh 1) brokend bonds yaitu makin kecil partikel penyerapan makin besar, 2)
gugus hidroksid yang mana atom hidrogen dapat digantikan dengan kation lain atau 3)
substitusi isomorf Al pada tertrahedra Si menyebabkan ikatan Al-Si cukup kuat dan
mengurangi swelling.
Kemampuan pertukaran ion (adakalanya dengan istilah kemampuan penyerapan ion atau
sorpsi) zeolit merupakan parameter utama dalam menentukan kualitas zeolit yang akan
digunakan, biasanya dikenal sebagai KTK (kemampuan tukar kation). KTK adalah jumlah
meq ion logam yang dapat diserap maksimum oleh 1 g zeolit dalam kondisi
kesetimbangan. Kemampuan tukar kation (KTK) dari zeolit bervariasi dari 1,5 sampai 6
meq/g. Nilai KTK zeolit ini banyak tergantung pada jumlah atom Al dalam struktur zeolit,
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan KTK batuan lempung, seperti kaolinit (0,03-
015 meq/g), bentonit (0,80-1,50 meq/g) dan vermikulit (1-1,50 meq/g).
Zeolit dengan struktur "framework" mempunyai luas permukaan yang besar dan
mempunyai saluran yang dapat menyaring ion/molekul (molecular sieving). Bila atom Al
dinetralisir dengan ion polivalen, misalnya logam Pt, Cu dsb, zeolit dapat berfungsi
sebagai katalis yang banyak digunakan pada reaksi-reaksi petrokimia. Tabel 4
memperlihatkan klasifikasi zeolit berdasarkan kemampuan terhadap penyaringan molekul
organik. Zeolit khabazit yang mempunyai pori 0,489-0,588 nm dan dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa parafin seperti CH4 dan C2H6, n-parafin dan iso-parafin dan
aromatis. Zeolit Na-mordernit dengan pori 0,400-0,489 nm dapat memisahkan gas N2, O2,
CH4, C2H6 dengan n-parafin, iso-parafin dan aromatis. Begitu pula Ca dan Ba-Mordernite
yang mempunyai pori 0,384-0,400 dapat memisahkan hidrokarbon, CH4 dengan gas Ar
dan N2. Sifat katalitis zeolit disebabkan uni kation pada atom Al zeolit yang dapat
dipertukarkan dengan ion H dan aktif sebagai katalisis reaksi.
Diameter
Jenis Penyaring Tak disaring
(nm)
0.489 - 0.558 Khabazit CH4, C2H6, nparaffins iso-parafin
0.400 - 0.489 Mordenit N2, O2, CH4, C2H6 n-parafin,aromatik
0.384 - 0.400 Ca-mordernit gas Ar, N2 hidro karbon, CH4
Dalam bidang katalis, sorben Al2O3 biasanya digunakan tetapi akhir-akhir ini juga
digunakan zeolit A dalam industri petrokimia pada proses isomerisasi, hidro sulforisasi,
hidrocracking, hidrogenasi, reforming, dehidrasi, dehidrogenasi dan de-alkilasi, cracking
parafin, disportion toluen/benzen dan xylen. Zeolit mordenite klinoptilolit sering
digunakan, sedangkan zeolit sintetik terutama digunakan jenis ZSM 5 dan zeolit A.
Dengan adanya kekawatiran pencemaran lingkungan oleh polifosfat yang biasa digunakan
dalam deterjen sebagai "builder" untuk meningkatkan efisiensi ditergen pada air yeng
mengandung Ca dan Mg tinggi. Saat sekarang, zeolit klinoptilolit juga digunakan sebagai
pengganti polifosfat. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit A pada deterjen
ternyata tidak menyebabkan akumulasi pada sistim air buangan, zeolit berlaku seperti
partikel padat dan tidak bersifat toksik terhadap kehidupan di air [4,5]. Di Jepang,
klinoptilolit digunakan untuk filler kertas, karet dan polimer untuk memperoleh material
"low density". Di Amerika Serikat, zeolit alam juga digunakan untuk campuran pada
semen dan Tchernev telah mendemonstrasikan penggunaan zeolit yang sama untuk "solar
heating/cooling" pada panel energi cahaya matahari berdasarkan adsorpsi/desorpsi molekul
air diwaktu siang dan malam hari.
Bidang Pertanian dan Lingkungan
Makin meningkatnya kebutuhan pupuk kimia seperti urea, KCl dan SP-36 yang pada saat
ini yang sulit terbeli oleh masyarakat untuk digunakan dalam peningkatan hasil
pertaniannya, pada hal dalam pelaksanaan pemupukan hanya sekitar 50% pupuk yang
dapat diserap oleh tanaman, sedangkan sebagian lainnya mengalami degradasi atau
terbawa hanyut oleh air tanah sehingga pemupukan tidak efisien yang juga akan
mencemari lingkungan dengan kandungan N, S dan P.
Zeolit digunakan sebagai "soil conditioning" yang dapat mengontrol dan menaikkan pH
tanah serta kelembaban tanah. Dalam pengalaman petani di Jepang, penambahan zeolit
pada pupuk tanaman bervariasi dari 15-63% terutama untuk tanaman apel dan gandum.
Penambahan zeolit pada pupuk kandang ternyata juga akan meningkatkan proses
nitrifikasi. Pada saat ini bidang pertanian merupakan pemakai zeolit terbesar di Indonesia.
Disamping untuk "slow release fertilizer", zeolit juga digunakan untuk sebagai carrier
pestisida/herbisida dan fungisida. Namun ada keraguan penambahan zeolit pada pupuk
akan terjadi akumulasi zeolit pada lahan pertanian. Jumlah penambahan zeolit ini akan
tergantung pada jenis tanah setempat. Untuk tanah arid dan semi desert penggunaan zeolit
sebagai campuran pupuk mungkin perlu dikurangi.
Dalam bidang peternakan, zeolit juga digunakan sebagai "food supplement" pada ternak
ruminansia dan non-ruminansia masing-masing dengan dosis 2.5 - 5% dari rasio pakan
perhari yang dapat mneningkatkan produktivitas baik susu, daging dan telur, laju
pertumbuhan serta memperbaiki kondisi lingkungan kandang dari bau yang tidak sedap.
Dalam hal fauna laut, zeolit berperan sebagai pengontol pH air dan penyerap NH 3NO3- dan
H2S, filter air masuk ke tambak, pengontrol kandungan alkali, oksigen dan perbaikan lahan
dasar tambak melalui penyerapan logam berat Pb, Fe, Hg, Sn, Bi dan As. Selektivitas
penyerapan ion sangat penting ditentukan mengingat kompleksnya komposisi kimia air (air
tanah, permukaan, air limbah) yang diperlakukan terhadap zeolit baik dalam
penggunaannya pada bidang pertanian dan lingkungan.
Zeolit juga pernah ditaburkan dari pesawat terbang diatas reaktor Chernobil untuk maksud
menyerap hasil fisi yang terdapat dalam jatuhan debu radioaktif (fall out) akibat kebakaran
reaktor Sovyet tahun 1985 (1,6).
Bahasan
Sebelum membahas berbagai penggunaan zeolit dalam iptek secara umum, akan diuraikan
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di lingkungan BATAN terutama di P2PLR
yaitu :
1. Zeolit yang diteliti adalah zeolit Bayah, Lampung, Tasikmalaya, dan Sukabumi.
2. Zeolit Bayah dan Lampung secara kemurnian dan sifat penukar ionnya lebih baik
dari zeolit Tasikmalaya dan Sukabumi.
3. Zeolit Bayah merupanan zeolit campuran jenis klinoptilolit dan mordernit,
sedangkan zeolit Lampung mengandung jenis klinoptilolit saja dengan rumus kimia
oksida untuk zeolit Bayah dan Lampung adalah : ZB : Na0,15 K1,44 Ca2,04 Mg0,70
Mn0,02 Fe0,44 {(AlO2)6,76 (SiO2)}29,32 6,57 H2O
ZL : Na0,17 K1,28 Ca1,15 Mg0,87 Mn0,02 Fe0,46 {( AlO2)6,95 (SiO2)} 29,05 8,86 H2O.
4. ZL dan ZB mempunyai kemampuan penyerapan terhadap Cs-137 dan Sr-90, NH4+,
Cd2+, Cu2+, Mn2+, Ni2+, Pb2+, Mn2+ dan Fe2+.
5. Modifikasi kedua zeolit dalam bentuk ASP disamping menyerap ion logam berat
diatas, juga mempunyai kemampuan menyerap anion sperti Cl-, F-, PO43- dan SO42-.
6. Zeolit Lampung juga telah diteliti untuk "slow release herbisida, pestisida dan
fungisida yang dilakukan di PAIR.
7. Zeolit telah diteliti oleh IPB dalam dalam bidang pertanian sebagai "slow release
fertilizer".
Berdasarkan potensi zeolit tersebut diatas beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan
pada kegiatan penelitian di BATAN antara lain :
Pengolahan limbah
Hasil penelitian di P2PLR kiranya telah dapat diaplikasikan dan ditindak lanjuti untk skala
semi pilot untuk pengolahan limbah nuklir dan limbah B3 antara lain untuk :
1. teknik kolom penyerapan limbah mengandung hasil fisi,
2. teknik kolom penyerapan limbah B3,
3. penyerapan Flour dari limbah "Fuel Element Production",
4. pengganti pasir dalam proses sementasi konsentrat limbah radioaktif,
5. campuran bahan "backfill" pada sistim penyimpanan limbah,
6. proses dekontaminasi air industri pengganti resin organik,
7. komposit sorben antara lain zeolit PAN, zeolit-PVA.
Kelemahan penggunaan zeolit pada teknik kolom adalah 'clogging" (aliran influen
terhambat). Oleh karena itu untuk mencapai penyerapan yang optimal diperlukan
pemurnian mineral alam sebelum digunakan atau dimodifikasi strukturnya dan dibuat
dalam ukuran butiran tertentu dengan menggunakan binder polimer misalnya poly akrilo
nitril dan poli vinil alkohol sehingga komposit zeolit dapat dibuat dalam berbagai bentuk
misalnya granula, pelet, lembaran, "hollow" dan sebagainya.
Keuntungan campuran zeolit-bentonit sebagai "backfill", dimana bentonit berfungsi
menahan rembesan air, sedangkan zeolit berfungsi menahan pelindihan radionuklida oleh
zeolit.
Tabel 5. Kapasitas Tukar Ion ASP terhadap Logam Berat dan Anion
Intisari. Mineral zeolit adalah suatu kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi dari
logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca, dan Na), dengan rumus umum LmAlxSiyOz _
nH2O dimana L adalah logam. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang
mempunyai sifat _sik dan kimia yang sama dengan zeolit yang ada di alam, zeolit sintetis
ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis, yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai zeolit yang ada di alam. Karena secara umum, zeolit mempunyai kemampuan
untuk menyerap, menukar ion, dan menjadi katalis, membuat zeolit sintetis ini dapat
dikembangkan untuk keperluan industri, seperti yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu
zeolit sintetis sebagai bahan alternatif pengolah limbah.
1. Pendahuluan
Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada
batuan beku basa. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan dari
batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas volkanik yang
banyak mengandung unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin
meningkat, dari penggunaan dalam industri kecil hingga dalam industri berskala besar.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, zeolit sudah benar-benar dimanfaatkan dalam
industri. Karena sifat-sifat yang dimiliki oleh zeolit, maka mineral ini dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang industri yaitu sebagai bahan yang dapat
digunakan untuk membantu pengolahan limbah pabrik. Masalah limbah industri semakin
meresahkan masyarakat, sehingga banyak dilakukan usaha-usaha untuk mengatasi
pencemaran limbah ini, baik itu dengan mengurangi volume limbah yang terbuang ataupun
dengan mendaur ulang kembali limbah tersebut.
Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai sifat _sik dan kimia yang
sama dengan zeolit alam. Zeolit ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis. Karena
secara umum zeolit mampu menyerap, menukar ion dan menjadi katalis, membuat zeolit
sintetis ini dapat dikembangkan untuk keperluan alternatif pengolah limbah.
Karakteristik zeolit.
Sifat-sifat kimia dan _sika zeolit. Mineral zeolit adalah kelompok mineral alumunium
silikat terhidrasi LmAlxSiyOz _ nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca,
dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koe_sien dari H2O, serta L
adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis (M+ 2 , M2+)Al2O3gSiO2 _ zH2O, M+ berupa
Na atau K dan M2+ berupa Mg, Ca, atau Fe. Li , Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat
menggantikan M+ atau M2+, g dan z bilangan koe_sien. Beberapa specimen zeolit
Morfologi dan sistem kristal zeolit. Zeolit berbentuk kristal aluminosilikat terhidrasi yang
mengandung muatan positif dari ion-ion logam alkali dan alkali tanah dalam kerangka
kristal tiga dimensi (Hay, 1966), dengan setiap oksigen membatasi antara dua tetrahedral
(Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Rangka zeolit yang terbentuk dari ikatan 4 atom O dengan 1 atom Si (Bell,
2001)
Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu: a) struktur seperti
rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular dan prismatic, contoh: natrolit,
b) struktur seperti lembaran (sheet-like structure), dengan bentuk kristal platy atau tabular
biasanya dengan basal cleavage baik, contoh: heulandit, c) struktur rangka, dimana kristal
yang ada memiliki dimensi yang hampir sama, contoh: kabasit. Zeolit mempunyai
kerangka terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan adsorpsi Ca bertukar dengan
2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si. Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari
rongga-rongga yang berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi
luas. Morfologi ini terbentuk dari unit dasar pembangunan dasar primer yang membentuk
unit dasar pembangunan sekunder dan begitu seterusnya.
Macam-macam zeolit. Zeolit secara umum dibedakan dalam tipe yang calcic dan alkali^
arich, dengan komposisi yang berbeda, berikut komposisi dan formula dari zeolit. Selain
jenis zeolit alam, ada zeolit jenis lain yaitu zeolit sintetis. Zeolit sintetis dibuat dengan
rekayasa yang sedemikian rupa sehingga mendapatkan karakter yang sama dengan zeolit
alam. Zeolit sintetis sangat bergantung pada jumlah Al dan Si, sehingga ada 3 kelompok
zeolit sintetis:
Tabel 1. Komposisi dan formula dari zeolit yang bertipe kalsik (Deer,1963 dalam Hay,
1966)
Tabel 2. Komposisi dan formula zeolit yang bertipe alkalik (Deer, 1963 dalam Hay, 1966)
3. Zeolit sintetis dengan kadar Si tinggi
Zeolit jenis ini sangat higroskopis dan menyerap molekul non polar sehingga baik untuk
digunakan sebagai katalisator asam untuk hidrokarbon. Zeolit jenis ini misalnya zeolit
ZSM-5, ZSM-11, ZSM-21, ZSM-24. Genesa zeolit. Nama zeolit ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu \Zeni" dan \Lithos" yang berarti batu yang mendidih, karena apabila
dipanaskan membuih dan mengeluarkan air (Breck, 1974 dalam Lefond, 1983).
Berdasarkan pada asalnya zeolit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetis.
Zeolit alam. Pada umumnya, zeolit dibentuk oleh reaksi dari air pori dengan berbagai
material seperti gelas, poorly cristalline clay, plagioklas, ataupun silika. Bentukan zeolit
mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada Na+, K+ dan Ca2+.
Pembentukan zeolit alam ini tergantung pada komposisi dari batuan induk, temperatur,
tekanan, tekanan parsial dari air, pH dan akti_tas dari ion-ion tertentu.
Zeolit sintetis. Mineral zeolit sintetis yang dibuat tidak dapat persis sama dengan mineral
zeolit alam, walaupun zeolit sintetis mempunyai sifat _sis yang jauh lebih baik. Beberapa
ahli menamakan zeolit sintetis sama dengan nama mineral zeolit alam dengan
menambahkan
kata sintetis di belakangnya, dalam dunia perdagangan muncul nama zeolit sintetis seperti
zeolit A, zeolit K-C dll. Zeolit sintetis terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada
temperatur dari temperatur kamar sampai dengan 200 _C pada tekanan atmosferik
Komposisi dan struktur gel hidrat ini ditentukan oleh ukuran dan struktur dari jenis
polimerisasi. Zeolit dibentuk dalam kondisi hidrothermal, bahan utama pembentuknya
adalah aluminat silikat (gel) dan berbagai logam sebagai kation. Komposisi gel, sifat _sik
dan kimia reaktan, serta jenis kation dan kondisi kristalisasi sangat menentukan struktur
yang diperoleh.
Proses komersial yang pertama dilakukan berdasar atas sintesis laboratorium yang asli
menggunakan hidrogel yang amorf. Pengolahan zeolit secara garis besar dapat dibagi
dalam dua tahap, yaitu preparasi dan aktivasi:
Tahapan preparasi zeolit diperlakukan sedemikian rupa agar mendapatkan zeolit yang siap
olah. Tahap ini berupa pengecilan ukuran dan pengayakan. Tahapan ini dapat
menggunakan mesin secara keseluruhan atau dengan cara sedikit konvensional. Aktivasi
zeolit dapat dilakukan dengan cara pemanasan atau penambahan pereaksi kimia baik
asam maupun basa:
1) Aktivasi pemanasan, dilakukan zeolit dalam pengering putar menggunakan bahan
umpan yang mempunyai kadar air sekitar 40%, dengan suhu tetap 230 _C dan waktu
pemanasan selama tiga jam.
Proses pembuatan. Salah satu pembuatan zeolit sintetis adalah dengan proses hidrogel
(Lefond, 1983). Alumina trihidrat Al2O3_3H2O, diuraikan dalam suhu tertentu dan
dicampur dengan sodium silikat dalam suatu tangki pembuat gel hingga terbentuk suatu gel
yang homogen. Gel ini kemudian dipompakan pada suatu tangki yang lain, sesudah itu
dikristalisasikan setelah beberapa jam pada suhu 200 _F diikuti dengan difraksi oleh sinar
X (Lefond, 1983). Zeolit sintetis juga dapat dibuat dengan proses clay conversion, proses
ini menghasilkan bubuk yang memiliki tingkat kemurnian rendah { tinggi yang tidak saling
terikat yang kemudian menghasilkan zeolit dalam matriks lempung. Penggunaan. Zeolit
sintetis memiliki sifat yang lebih baik dibanding dengan zeolit alam.
Yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai zeolit yang ada di alam. Zeolit sintetis
mampu sebagai bahan pengolah limbah yang efektif, karena sifat yang dimiliki jauh lebih
baik dari zeolit alam, sebagai contoh zeolit sintetis tipe YHNa mampu menyerap SO2 dari
gas residu dari limbah pabrik, pada akhirnya dapat menjaga lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengembalikan kondisi tanah agar bisa meningkatkan
produktifitas pertanian per satuan luas. Di Jabar sendiri, produktifitas per satuan luas
tanaman padi sejak tahun 1992 mengalami stagnasi. Bahkan pada tahun 1998/1999
mengalami penurunan menjadi 4,8 ton/ha dari tahun sebelumnya 5,2 ton/ha. Hasil
penelitian itu antara lain penggunaan mineral zeloit pada lahan pertanian. Sebenarnya,
teknologi di bidang pemupukan dengan mineral zeloit ini bukan barang baru. Namun
dalam aplikasinya di Indonesia, penggunaan zeolit ini mengalami hambatan. Itu setidaknya
tecermin dari pemanfaatannya yang diperkirakan baru sekitar 5.000 hingga 6.000 ton per
tahunnya. Hambatan itu yakni, karena kurangnya informasi mengenai manfaat zeolit
kepada pengguna yang memerlukan, terutama petani yang mempunyai tingkat pendidikan
rendah. Harga yang relatif mahal untuk ukuran petani Indonesia serta kualitas mutu zeolit
yang diperdagangkan memiliki perbedaan fisik akibat perbedaan lingkungan
pembentukannya mempunyai pengaruh terhadap potensi penggunaannya.
Penelitian yang mengarah kepada pemanfaatannya dalam usahatani padi, sudah dilakukan
oleh Pusat Penelitan Tanah Bogor bekerja sama dengan Departemen Pertambangan dan
Energi. Sedangkan untuk penggunaan yang lebih luas (tanaman pangan-red) juga sudah
dilakukan oleh Fakultas Pertanian IPB dan Fakultas Pertanian Unpad, tak terkecuali dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jabar sendiri. Hasilnya menunjukan bahwa penggunaan zeolit
berperan positif dalam peningkatan produktifitas dan penggunaannya di lahan kering
(darat). Penggunaan zeolit ini dianjurkan pula dikombinasikan dengan pupuk organik dan
atau kaptan (kapur pertanian).
Sedangkan penggunaan zeolit di lahan sawah tidak perlu dikombinasikan dengan kaptan.
''Meningkatnya produktifitas tanaman padi sawah setelah menggunakan zeolit, secara tidak
langsung akibat dari pengaruh meningkatnya kesehatan tanaman,'' ungkap Kepala PPS
Tanah dan Pemupukan/Penyuluhan Dinas Pertanian Tanaman pangan Jabar Ir Sabri S
Ahmad kepada Republika akhir pekan ini. Menurutnya, di lahan sawah, penggunaan zeolit
(M2/n O Al2O3 y SiO2 w H2O) ini tidak perlu dikombinasikan dengan kaptan karena ada
hubungannya dengan penyerapan unsur hara N, Ca, Si dan K oleh tanaman. Karena
pemberian Kalium (K) dapat menangkal efek buruk nitrogen. Dikatakan Sabri, salah satu
efek buruk dari pemberian N yang berlebihan adalah tanaman menjadi peka terhadap
penyakit cendawan. Dan untuk mengkoreksinya, digunakan pupuk Si yang berasal dari
Calsium Silicate Slag, Calcium Silicate dan atau Sodium Metasilicate. ''Sementara di lain
pihak telah dibuktikan bahwa pengapuran dapat menurunkan serapan Si oleh tanaman,''
katanya. Di samping itu, kata dia, peranan zeolit dengan kandungan Si-nya ditengarai bisa
mengendalikan wereng coklat (serangan penghisap cairan batang padi). Menurutnya,
serangan wereng coklat ini intensitasnya bertalian dengan kandungan Si dalam tanaman
(batang padi). Yaitu, batang padi dengan kandungan 7,0-7,6%; 6,0-6,2% dan 5,1-5,7%
berturut-turut menderita serangan ringan, sedang dan berat. ''Tanaman padi yang cukup
silikat tidak mudah mengalami gangguan hama,'' ungkapnya. Silikat itu sendiri bisa
diendapkan pada permukaan tanaman, sehingga endapan Si diperkirakan berfungsi sebagai
perisai. ''Mandible hama pemakan/penggerek menjadi aus bila hama itu memakan daun
kaya silikat. Begitu juga dengan hama penghisap daun, alat penghisapnya menjadi
bengkok,'' ujar Sabri seraya menambahkan, bahwa tanaman yang memiliki kandungan Si
dan Kalium yang cukup tinggi, akan mampu menahan kerebahan tanaman. ''Karena
kerebahan ini pun dapat menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas padi sawah antara
60% - 80%.'' Dibandingkan dengan perlakuan tanpa zeolit, kata Sabri, penggunaan zeolit
231 kg/ha, di samping mampu meningkatkan hasil gabah sebesar 23%, juga memberikan
peluang peningkatan tambahan keuntungan usahatani sebesar Rp 1.272.700/ha. Dia pun
mencontohkan perhitungannya berdasarkan hasil analisis ekonomi penggunaan zeolit
dalam usahatani padi sawah di Jabar.
Dengan pemberian zeolit 231 kg/ha, akan diperoleh hasih gabah 7.253 kg/ha GKP (gabah
kering pungut). Sedangkan yang tanpa zeolit akan diperoleh hasil 5.911 kg/ha GKP. ''Ini
artinya terdapat perbedaan hasil sebesar 1342 kg/ha bila kita menggunakan zeolit,''
katanya. Bila harga gabah diasumsikan sebesar Rp 1.000/kg, maka akan terdapat
perbedaan keuntungan sebesar Rp 1.342.000/ha. Jumlah itu bila dikurangi dengan
pembelian zeolit sebanyak 231 kg/ha (@ Rp 300/kg), maka keuntungan yang masih bisa
didapatkan sebesar Rp 1.272.700/ha. ''Semua perlakuan demplot dipupuk sesuai dengan
anjuran setempat. Dan hasilnya memberikan bukti yang nyata,'' ujar Sabri. Bahkan, lanjut
Sabri, dalam keadaan langka pupuk (dari jenis pupuk SP-36 maupun KCl) zeolit juga bisa
menggantikan unsur hara tertentu karena dalam jumlah kecil zeolit mengandung unsur hara
P dan K. Sedangkan dalam jumlah besar, mengandung unsur hara Si, yang secara tidak
langsung bias meningkatkan kesehatan tanaman. Zeolit juga bisa dimanfaatkan untuk
bahan tambahan pakan ternak. Sebagai imbuhan zeolit ditambahkan sebanyak kurang lebih
3 persen dari berat pakan. Ini fungsinya untuk memperlancar metabolisme pencernaan.
Karena senyawa-senyawa penghambat pertumbuhan nitrit, amoniak dapat diserap dengan
baik oleh zeolit.
Prinsip operasi penukaran ion. Tipe pertukaran ion dilakukan dalam kondisi isotermis.
Kondisi isotermis dari empat ion univalen yaitu Ag+, K+, Li+, dan Ca2+, menunjukkan
variasi dalam kisaran selekti_tas yaitu dari selekti_tas tinggi untuk Ag+ hingga ke rendah
untuk Li+, untuk ion seperti K+, nilainya berkisar dari negatif hingga positif. Dalam kasus
lain seperti Ca2+, isotermis tidaklah menghilangkan batas teoritis dari substitusi yang
lengkap pada tingkat yang paling rendah. Tipe isotermis ini dijumpai pada zeolit Y untuk
kation yang jarang. Operasi pertukaran ion dapat dilakukan dalam kondisi setimbang.
Keseimbangan antara larutan dengan zeolit dinyatakan ZaB (Z)zb + ZbA (S)zb = ZaB
(S)zb + ZbA (Z)za.
Prinsip operasi penyerapan dan penyaringan ion. Unsur-unsur kimia yang memiliki
diameter kinetik yang terlalu besar membuat unsur-unsur kimia ini tidak dapat melewati
pori-pori zeolit, sehingga secara efektif unsur-unsur ini tersaring, hal ini kemudian
digunakan sebagai separasi molekul berdasarkan atas ukuran dan bentuk. A_nitas dari
masing-masing jenis molekul yang dapat tertangkap dalam ronga-rongga yang ada dalam
zeolit bergantung pada lingkup elektroniknya. Medan elektrostatik yang kuat yang ada di
dalam rongga-rongga zeolit menghasilkan interaksi yang sangat kuat dengan molekul polar
seperti air. Molekul nonpolar juga dapat diserap dengan kuat berkaitan dengan tenaga
polarisasi dari medan listrik yang ada. Sehingga separasi dapat dilakukan oleh
zeolit.
6. Pemanfaatan zeolit sintetis dalam pengolahan limbah
Limbah. Limbah adalah segala sesuatu yang merupakan sisa hasil buangan dari suatu
kegiatan/produksi yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah menurut jenisnya dapat
digolongkan menjadi 3 macam yaitu limbah padat, cair dan gas. Komposisi limbah pada
umumnya terdiri dari dua komponen utama yaitu anorganik dan organik. Komposisi
limbah organik, dapat berupa sampah padat yang terdiri dari daun-daun kering, sampah
rumah tangga, yang biasanya dihasilkan oleh daerah pemukiman. Sedangkan yang
anorganik seperti gelas, plastik dan lain-lain untuk daerah pemukiman lebih sedikit
dijumpai.
Metode pengolahan limbah dengan zeolit. Berdasarkan PP. 18/1999, kategori pengelolaan
limbah adalah Penghasil, Pengumpul, Pengangkut, Pengawas, Pengolah, Penimbun, dan
Pemanfaat. Untuk pengelolaan limbah yang berbahaya, ada tahapan yang harus dilakukan
yaitu penyiapan fasilitas pengelolaan dan pembuangan limbah beracun, penandatanganan
surat pernyataan bagi industri penghasil limbah, clean up program, emergency response,
ekspor limbah beracun dan pencegahan impor ilegal limbah beracun.
Zeolit juga dapat digunakan untuk mendapatkan gas methan yang murni dari limbah yang
berupa sampah yang membusuk ataupun limbah dari suatu peternakan. Gas methan yang
kering tersebut kemudian dialirkan melalui tabung-tabung yang berisi bubuk mineral zeolit
kering, biasanya yang dipakai adalah zeolit jenis kabasit ataupun erionit, ke dalam tabung
tersebut gas CO2 akan terserap dan terikat oleh zeolit sehingga akan dihasilkan gas methan
yang murni (Harjanto, 1987). Contoh lain adalah penggunaan mineral klinoptilolit, mineral
ini digunakan untuk menyerap ion radioaktif dari suatu reaktor atom misalnya 90Sr dan
137Cs, pertama-tama klinoptilolit digerus hingga mencapai ukuran butir 20-59 mesh, air
buangan yang berasal dari reaktor atom dialirkan melalui tabung-tabung yang berisi bubuk
mineral zeolit, apabila ion-ion radioaktif yang terperangkap tersebut tidak akan
dipergunakan lagi maka tabung-tabungnya dibuang atau ditanam di suatu tempat yang
aman (Harjanto, 1987).
Zeolit sintetis sebagai bahan pengolahan limbah. Hasil produksi industri berupa gas
berbahaya seperti gas yang mengandung logam berat, H2S, juga gas methan, digunakan
zeolit, karena dapat menyerap molekul polar baik dalam fase cair maupun fase gas.
Sedangkan pada pengolahan limbah padat hanya limbah padat tertentu saja yang dapat
diolah oleh zeolit. Pengolahan oleh zeolit ini hanya mengurangi volume bahan berbahaya
yang terdapat pada limbah padat, tidak menghilangkan limbah padat tersebut. Salah satu
contoh penggunaan zeolit sintetis yang akan dibahas adalah penggunaan zeolit sintetis
yang digunakan memindahkan sulfur dioksida dari gas sisa. Kapasitas adsorpsi terhadap
Sulfur dioksida (SO2) zeolit sintetis jenis zeolit Y berlaku pada suhu 25 hingga 200 _C dan
kandungan sulfur dioksida dengan konsentrasi terkandung 0,92 hingga 5,04 %. Proses
adsorpsi muncul dalam tingkat perpindahan yang tinggi tapi proses ini membutuhkan
volume yang besar dari adsorben dan pemakaian energi yang tinggi untuk
regenerasi dari proses ini. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan materi penyerap
dengan kemampuan kapasitas adsorpsi SO2 yang tinggi. Dalam proses adsorpsi SO2,
sebelumnya telah diuji kemampuan adsorpsi yang tinggi dari zeolit alam maupun zeolit
sintetis, yang memiliki akti_tas yang paling tinggi tenyata zeolit sintetis, kemudian dalam
proses ini digunakan zeolit sintetis. Metode yang digunakan adalah dengan mencampur
zeolit sintetis dengan alumina atau bentonit yang kemudian digunakan sebagai adsorben.
Penyerapan SO2 berlangsung dalam suatu reaktor yang menggunakan zeolit sintetis sekitar
2-3 gr (dengan diameter ukuran butir >5cm). Gas pengisi mensintesis campuran dari
nitrogen dan sulfur diokasida (SO2). Sebelumnya zeolit sintetis diaktivasi dengan
pemanasan, selama satu jam pada suhu 120 _C, kemudian setelah itu selama satu jam pada
suhu 400 _C dalam arus nitrogen. Temperatur adsorpsi yang berlangsung berkisar antara
20 { 200 _C. Desorpsi SO2 berlangsung dalam kondisi termal (400 _C) dalam arus
nitrogen dan kuantitas adsorben dari sulfur diokasida berlangsung dalam titrasi iodometrik.
Regenerasi adsorben berlangsung pada suhu 400 _C selama 30 menit. Gas residu suatu
industri yang mengandung SO2 memiliki temperatur yang relative lebih tinggi dengan
lingkungan. Sehingga perlu diperhatikan penurunan adsorpsi dari zeolit yang digunakan.
Zeolit sintetis Y yang digunakan adalah zeolit sintetis YHNa dan zeolit sintetis YH. Zeolit
menjaga nilai kapasitas adsorpsi dalam kisaran temperature 75{100 _C tetapi apabila
temperaturnya naik maka nilai kapasitas adsorpsinya menjadi nol. Nilai kapasitas adsorpsi
yang tinggi pada temperatur yang rendah merupakan hasil dari physicaladsorption dan
chemisorption, bentukan dalam kondisi ini menjadi dominan.
Kandungan sulfur dioksida dalam gas residu nilainya uktuatif bergantung ada sumber
emisinya. Zeolit YH dan zeolit YHNa tidak teralterasi secara signi_kan, setelah 20 kali
siklus adsorpsi-desorpsi-regenerasi berlangsung pada kondisi eksperimen yang identik
yaitu pada suhu 25 _C, 1,82 SO2 dalam N2, aliran gas 131 ml/min. Jadi zeolit sintetis jenis
YHNa memiliki sifat yang baik dalam menyerap SO2.
Nilai ekonomis dari zeolit sintetis. Secara umum zeolit baik itu zeolit alam maupun zeolit
sintetis memiliki nilai ekonomi yang bisa dikatakan tinggi, hal ini mengingat dari mineral
zeolit ini jika diolah lebih lanjut akan dapat dimanfaatkan secara optimum. Contoh
penggunaan mineral zeolit secara umum adalah sebagai berikut: bahan bangunan dan
ornamen, bahan puzolan dan semen portland-puzolan, bahan agregat ringan, bahan
pengembang dan pengisi, bahan pembuat tapal gigi, dll.
Seperti halnya zeolit alam, zeolit sintetis seperti zeolit A, zeolit K-C, zeolit _, zeolite _,
zeolit ZK, dll. juga dapat dioptimalkan penggunaannya. Zeolit jenis ini dapat digunakan
antara lain: sebagai bahan semen puzolan, dan semen portland-puzolan, bahan agregat
ringan, bahan pengembang dan pengisi, bahan penambal gigi.
7. Kesimpulan
Zeolit sangat bermanfaat dalam bidang industri, sebagai bahan alternatif pengolahan
limbah industri. Hal ini adalah karena sifat-sifat yang dimiliki oleh zeolit itu seniri yaitu
kemampuan untuk menyerap molekul, menukar ion, dan menjadi katalis. Zeolit sintetis
adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai sifat _sik dan kimia yang sama dengan zeolit
yang ada di alam, zeolit sintetis ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis,
Daftar Pustaka:
1. Smitt, J.V., Zeolite, 4, 309, October 1984
2. A. Dyer., "Introduction to Zeolite Molecular Sieves", John Willey and Sons,
Chichester, (1988)
3. Dyer , "Chemistry and Industry ", 2, 241, (1984)
4. Mumpton, F.A and Sand, L.B., in "Natural Zeolite, occurence, properties and uses",
Pergamon Press, Oxford, (1978) . Breck, D.W., "Zeolite Molecular Sieves", John
Willey Interscience, New York, (1974)
5. Tsitsishvili, G.V., in "Natural Zeolite, occurence, properties and uses", Pergamon
Press, Oxford, (1978)
6. Ames, L.L., Amer. Mineral., 45, 1120, (1961)
7. Blanchard, G. et al., Water Res., 18, 1501, (1985)
8. Voilleque, P.G., in "The Three Mile Island Accident", ACS Series 293,
Washington D.C, 45, (1986)
9. Siemmen, M.J et al. in "Natural Zeolite, occurence,properties and uses", Pergamon
Press, Oxford, (1978) Breck, D.W., "Zeolite Molecular Sieves", John Willey
Interscience, New York, (1974)
10. Jozsf, T., "A mineral of the future", Mineralimpex, Budapest, (1989)
11. Sand, L.B and Mumpton, F.A., in "Natural zeolite, occurence, properties and uses",
(Eds Sand, L.B and Mumpton, F.A.) Pergamon Press, London, (1979)
12. Las. T, " Use of Natural Zeolite for Nuclear Waste Treatment", PhD Thesis, Dept.
Applied Chemistry, University of Salford, England (1989)
13. Las. T, "Zeolit Untuk Industri", Proceed Seminar/ Kolokium Lembaga Ilmu Dasar
ITI, Institut Teknologi Indonesia , Serpong, (1991).
14. Las. T, " Use of Inorganic Sorbents for Liquid Waste Treatment and Backfill for
Underground Repositories", TechnicalReport, IAEA-RC No 7215/R1/RB,
Shellafield, UK (1994)
15. Las. T, " Zeolite for Radioactive Waste Treatment, Techical Report, IAEA-RC No
7215/R2/RB, Beijing, China (1995)
16. Sutakarya H, Las. T, Sutoto, " Prospek Zeolit Bayah", Proceed Seminar Zeo-Agro,
HAL 223-237, IPB Bogor (1992)
17. Las T, Sofyan Yatim, "Pratomo Budiman S, Potensi Zeolit Untuk Pengolahan
Limbah Industri" UNAND Limau Manis Padang (1996)
18. Las T., " Use of zeolite for radioactive Waste treatmen and Disposal", JSPS-BPPT,
Jakarta, (19 Februari1996)
19. Las T., Nurokhim, Imobilisasi Cs-137 dengan Zeolit dalam Matriks Semen
",Prosiding Pertemuan Ilmiah Teknologi Pengolahan Limbah I", hal 58-63,
Serpong (10-11 Desember 1997)