You are on page 1of 14

A.

PENDAHULUAN
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi kini menjadi peranan
utama. Dalam dunia perekonomian saat ini, informasi merupakan penentu kesuksesan
berbagai usaha baik usaha kecil maupun usaha raksasa. Informasi yang diperoleh akan
menentukan kebijakan perusahaan selanjutnya. Oleh karena itu, para agen (manajemen)
berusaha menyediakan informasi untuk kebutuhan sendiri dan untuk kebutuhan para
prinsipal guna pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan perusahaan jangka panjang.
Data keuangan dan data ekonomi merupakan informasi utama yang sangat diperlukan dalam
penentuan kebijakan investasi baik badan maupun pribadi.
Selain kebutuhan akan informasi, yang selalu menjadi pertimbangan utama adalah
kebutuhan dana untuk perusahaan. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perekonomian membawa perubahan pada cara perusahaan memenuhi kebutuhan dananya.
Kebutuhan dana tidak hanya dipenuhi melalui kredit perbankan atau investasi pribadi oleh
pemilik lagi, namun kebutuhan dana dapat dipenuhi melalui pasar modal. Dana dapat
diberikan oleh orang atau badan yang bahkan tidak dikenal.
Para pemilik atau penanam modal tersebar di segala pelosok daerah dan operasinya
sudah tidak hanya di lingkungan dalam negeri namun sudah meluas hingga ke luar negeri.
Modal yang ditanamkan dalam perusahaan harus mendapatkan pengawasan atau
pengendalian. Oleh karena itu, mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat
dipercaya dari perusahaan di mana mereka menanamkan modalnya. Selain para penanam
modal, bank-bank juga perlu melakukan pengawasan dalam pemberian kredit agar uang
yang dipinjamkan tersebut dapat dikembalikan dan menghasilkan bunga yang diharapkan.
Salah satu tindakan mengamankan pinjaman yang diberikan adalah melalui penilian laporan
keuangan para debitur atau calon debiturnya guna mengukur kemampuan ekonomi mereka
dalam mengembalikan pinjaman. Dalam pasar modal juga sangat diperlukan laporan
keuangan bagi perusahaan yang akan go public. Demikian juga pemerintah memerlukan
laporan keuangan wajib pajak sebagai dasar penentuan pajak agar lebih obyektif. Oleh
karena itu laporan keuangan yang disajikan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
sehingga para pengambil keputusan yang mendasarkan diri pada laporan keuangan tersebut
tidak tersesat. Hal itulah yang menjadikan peranan akuntan sangat penting dalam penyajian
laporan keuangan.
Pertumbuhan bisnis dan investasi yang sangat pesat serta perkembangan sistim
akuntansi yang menerapkan sistim pengawasan intern yang semakin baik membawa
perubahan pada peranan akuntan, terutama akuntan yang bertugas memeriksa kebenaran
suatu laporan keuangan atau auditor. Pelaksanaan auditpun berubah dari pengujian dengan
persentase yang masih tinggi menjadi persentase yang lebih kecil (sistim statistik sampling).
Tujuan auditpun bukan lagi menyatakan kebenaran tetapi menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laba Rugi serta Laporan
Perubahan Modal.

B. SEJARAH PASAR MODAL


Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai
pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880.
Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs  mendirikan cabang bursa efek
di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah
Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para
penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-
orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari
penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu
mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi
pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912
dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai
perdagangan.
Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan
memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda
mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan Efek-nya di Batavia serta
menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang. Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara
keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan
bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia
Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek,
menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang
serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan
perseorangan enggan menanam modal di Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya
aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda. Setahun setelah pemerintahan
Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia
dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal
Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1
September 1951, yang kelak ditetapkankan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952
tentang Bursa, pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni
1952, setelah terhenti selama 12 tahun. Adapun penyelenggaraannya diserahkan kepada
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank negara dan
beberapa makelar Efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu, menggoncang dan
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan pasar modal, juga terhadap
mata uang rupiah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966. Penurunan ini mengakibatkan
nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah, sehingga tidak menarik lagi bagi investor.
Hal ini merupakan pasang surut Pasar Modal Indonesia pada zaman Orde Lama. Langkah
demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan kepercayaan rakyat
terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping pengerahan dana dari masyarakat melalui
tabungan dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus untuk membentuk
Pasar Modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di
bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim
menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak
tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal,
maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami
kemunduran.
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-
Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun
1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam
bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral. 
Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk
membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri keuangan, Bapepam juga
menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun
pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan
dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan
untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal. Tersendatnya
perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain
mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi
harga saham dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang
berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987,
Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988. Karena tiga
kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1988 hingga sekarang. Pada
waktu Pasar Modal dihidupkan kembali tahun 1976, dibentuklah Bapepam, singkatan
dari Badan Pelaksana Pasar Modal.
Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat untuk emiten, antara lain:
1. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar,
2. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai,
3. tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana/perusahaan,
4. solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan, dan
5. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil.
Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi (peningkatan tersebut
tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain),
2. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang
mengambang bagi pemenang obligasi,
3. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi
resiko.

C. PROFESI AKUNTANSI
Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar, 2003) yang dimaksud
dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di
bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja
pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan
akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh
akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak
dan konsultan manajemen.
Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi
lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki
beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan
profesi, mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam
melaksanakan keprofesiannya.
2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam
profesi itu.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat/pemerintah.
4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.
5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai
kepercayaan masyarakat.
Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut
sebagai salah satu profesi.
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang diperlukan
oleh masyarakat yang makin lama semakin bertambah kompleksnya. Gelar akuntan adalah
gelar profesi seseorang dengan bobot yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang
lain. Misalnya bidang hukum atau bidang teknik. Secara garis besar Akuntan dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja
bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam kategori
akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) dan dalam
prakteknya sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus
memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan
pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa
penyusunan sistem manajemen.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan manajemen.
Jabatan tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka adalah menyusun sistem akuntansi,
menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan
kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga
pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Badan Pengawas Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,
melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum
pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
Seseorang berhak menyandang gelar Akuntan bila telah memenuhi syarat antara lain:
Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi yang telah
diakui menghasilkan gelar Akuntan atau perguruan tinggi swasta yang berafiliasi ke salah
satu perguruan tinggi yang telah berhak memberikan gelar Akuntan. Selain itu juga bisa
mengikuti Ujian Nasional Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh konsorsium
Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi yang didirikan dengan SK Mendikbud RI tahun 1976.
Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat langsung dalam pengelolaan
perusahaan. Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak, yaitu internal dan eksternal.
Keterlibatan internal terjadi bila akuntan menjadi salah satu bagian dari manajemen untuk
melaksanakan fungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan perusahaan. Selaku akuntan manajemen, akuntan adalah bagian dari manajemen
perusahaan sehingga dia terlibat langsung dalam aktivitas-aktivitas perusahaan. Menurut
perspektif teori keagenan, dalam hal ini akuntan adalah bagian dari agen sehingga perilaku
akuntan boleh dikatakan sama dengan perilaku agen.
Keterlibatan eksternal akuntan adalah bila akuntan menjalankan profesinya sebagai
auditor yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas kewajaran laporan keuangan.
Profesi auditor dari para akuntan memainkan peran yang penting (crucial) karena mereka
memverifikasi kewajaran informasi yang mendasari dilakukannya berbagai macam transaksi
bisnis pemakai laporan keuangan. Tanpa kepercayaan terhadap kebenaran kondisi keuangan
suatu perusahaan, para investor akan ragu untuk membeli saham suatu perusahaan terbuka
dan pasar akan sulit tercipta (Tjager dkk, 2003).
Dalam hubungannya dengan prinsip GCG, peran akuntan secara signifikan terlibat
dalam berbagai aktivitas penerapan masing-masing prinsip GCG sebagai berikut:
1. Prinsip Kewajaran (fairness).
Laporan keuangan dikatakan wajar bila laporan keuangan tersebut memperoleh
opini atau pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari akuntan publik.
Laporan keuangan yang wajar berarti laporan keuangan tersebut tidak mengandung
salah saji material, disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia (dalam hal ini adalah Standar Akuntansi Keuangan). Peran akuntan
independen (akuntan publik) adalah memberikan keyakinan atas kualitas informasi
keuangan dengan memberikan pendapat yang independen atas kewajaran penyajian
informasi dalam laporan keuangan. Adanya kewajaran laporan keuangan dapat
mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik sahamya pada sebuah perusahaan.
Jelaslah bahwa kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan akan
dipengaruhi oleh adanya kewajaran penyajian. Kewajaran penyajian dapat dipenuhi jika
data yang ada didukung oleh adanya bukti-bukti yang syah dan benar serta penyajiannya
tidak ditujukan hanya untuk sekelompok orang-orang tertentu.
Bagi akuntan manajemen, meskipun dia bekerja untuk pihak manajemen, mereka
tetap harus memegang profesionalisme mereka karena akuntan sebagai profesi dalam
melaksanakan tugasnya dibatasi oleh kode etik dan mereka harus tetap menjaga public
trust dari masyarakat. Memang sering terjadi konflik dalam diri akuntan yang bekerja
pada perusahaan karena di satu pihak mereka harus tetap memegang kode etik profesi
namun di lain pihak kadangkala mereka harus menuruti keinginan manajemen
perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kode etik. Bila terjadi hal yang demikian, keputusan uantuk berdiri pada pihak
yang mana ada pada diri akuntan. Bila akuntan tersebut memiliki integritas dalam
melaksanakan tugasnya, tentu dia tetap memegang etika profesi untuk mengungkapakan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara fair sesuai dengan
prinsip dan standar yang berlaku. Dengan ditegakkannya prinsip fairness ini, paling
tidak akuntan berperan membantu pihak stakeholders dalam menilai perkembangan
suatu perusahaan dan membantu mereka untuk membandingkan kondisi perusahaan
dengan perusahaan yang lainnya. Untuk itu, laporan keuangan yg disajikan harus
memiliki daya banding (comparability). Daya banding dapat diperoleh jika informasi
akuntansi disajikan secara konsisten, baik konsisten dalam pemakaian metode akuntansi
maupun konsisten dalam pengukurannya. Jika penggunaan metode dan prinsip
penyajian setiap tahunnya berbeda, akan sulit kiranya para pemakai untuk melakukan
perbandingan atau melakukan penilaian terhadap perkembangan usaha perusahaan.
2. Prinsip Akuntabilitas (accountability).
Akuntabilitas merupakan tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang
efektif yaitu dengan dibentuknya komite audit. Bapepam mensyaratkan bahwa anggota
komite audit minimum sebanyak 3 orang dan salah satu anggotanya harus akuntan.
Komite audit mempunyai tugas utama untuk melindungi kepentingan pemegang saham
ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas
reliabilitas dan integritas informasi dalam laporan keuangan dan laporan operasional
lain beserta kriteria untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan penyajian dari laporan
tersebut. Untuk alasan itulah profesi akuntan sangat diperlukan dan mempunyai peranan
yang penting untuk menegakkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas diperlukan sebagai
salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham
(prinsipal) dan manajemen (agen). Dengan adanya independensi dari komite audit
tersebut akan mempengaruhi investor dalam melakukan pilihannya untuk membeli atau
melepas suatu saham yang bisa dilihat dari adanya abnormal return (Steven J. Carlson,
et at, 1998).
3. Prinsip Transparansi (transparency).
Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan
perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas penyajian
informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu akuntan manajemen (yang
bekerja pada perusahaan) dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat
waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sarna. Untuk itu
informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan
sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Prinsip transparansi ini
menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap (disclosure) atas semua informasi yang
dimiliki perusahaan. Peran akuntan manajemen, internal auditor, dan komite audit
menjadi penting terutama dalam hal penyajian informasi akuntansi dalam laporan
keuangan perusahaan secara transparan kepada pemakainya. Ini sesuai dengan salah
satu aturan Bapepam yang menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan publik
harus mengandung unsur keterbukaan (tranparansi) dengan mengungkapan kejadian
ekonomis yang bermanfaat kepada pemakainya. Praktik yang dikembangkan dalam
rangka transparansi diantaranya perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan
transaksi-transaksi penting yang berkait dengan perusahaan, risiko yang dihadapi dan
rencana/kebijakan perusahaan (corporate action) yang akan dijalankan. Selain itu,
perusahaan juga perlu untuk menyampaikan kepada semua pihak tentang struktur
kepemilikan perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi.
4. Prinsip Responsibilitas (responsibility).
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota
masyarakat yaitu dengan cara mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan
dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya.
Prinsip ini berkaitan juga dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua
peraturan dan hukum yang berlaku. Seiring dengan perubahan sosial masyarakat yang
menuntut adanya tanggungjawab sosial perusahaan, profesi akuntan juga mengalami
perubahan peran. Pandangan pemegang saham dan stakeholder lainnya saat ini tidak
hanya memfokuskan pada perolehan laba perusahaan tetapi juga memperhatikan
tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan. Selain itu kelangsungan hidup
perusahaan tidak hanya ditentukan oleh pemegang saham tetapi juga oleh stakeholder
yang lain (misalnya masyarakat dan penmerintah).

C. PERANAN AKUNTAN DALAM PASAR MODAL


Para pemilik modal yang akan menyerahkan dananya kepada perusahaan melalui pasar
modal merupakan pihak eksternal yang dapat dianggap awam terhadap keadaan internal,
sehingga mereka membutuhkan suatu penilaian kelayakan investasi mereka. Laporan
keuangan merupakan dasar instrumen para pemilik modal untuk menilai perusahaan guna
menjamin pengembalian dana investasi mereka. Selain untuk menilai kelayakan investasi
untuk calon penanam modal, laporan keuangan juga berguna untuk para pemilik modal
dalam memberikan pengawasan atau pengendalian terhadap modal yang mereka tanamkan.
Peranan akuntan sangat penting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat memberikan
informasi yang objekif, sehingga tidak merugikan para calon penanam modal dan pemilik
modal.
Pada tahun 1987 profesi akuntan publik telah mendapatkan tempat terhormat dan
strategis dari pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 859/KMK.01/1987 tentang Emisi Efek melalui Bursa yang telah
menentukan bahwa:
1. Untuk melakukan emisi efek, emiten harus memenuhi persyaratan, antara lain:
mempunyai laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik/akuntan negara
untuk dua tahun buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat “wajar
tanpa syarat” untuk tahun terakhir.
2. Laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir tersebut harus disusun sesuai dengan
PABU di Indonesia disertai dengan laporan akuntan publik/ akuntan negara.
Pentingnya peranan akuntan dalam pasar modal dapat ditinjau dari peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan dalam pasar modal.
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
a. Disebutkan dalam ayat 64 bahwa akuntan termasuk salah satu profesi penunjang
dalam pasar modal.
b. Akuntan diwajibkan untuk memberikan pendapatnya secara independen, hal ini diatur
dalam pasal 67.
c. Pasal 68 menyatakan akuntan yang terdaftar pada Bapepam yang memeriksa laporan
keuangan Emiten, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, dan Pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang
Pasar Modal
d. Dalam penjelasan pasal 5 huruf h, disebutkan penugasan dari Bapepam kepada Bursa
Efek untuk melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Efek yang menjadi Anggota
Bursa Efek. Penugasan tersebut dapat pula diberikan kepada Akuntan atau Pihak lain
untuk melakukan pemeriksaan dalam kasus tertentu di mana jasa Akuntan atau Pihak
lain yang bersangkutan diperlukan.
e. Penjelasan pasal 5 huruf m bahwa yang dimaksud dengan “biaya pemeriksaan dan
penelitian” dalam huruf ini, antara lain, biaya-biaya yang dipungut dalam rangka
penelaahan dokumen Pernyataan Pendaftaran dan pemeriksaan yang melibatkan Pihak
lain dalam rangka pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh Akuntan.
2. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
a. KEP- 20 /PM/2002 tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar
modal
Disebutkan bahwa untuk memenuhi prinsip keterbukaan, Emiten atau
Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk meningkatkan kualitas keterbukaan
laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik maka diperlukan pendapat atau
penilaian yang independen dan profesional dari Kantor Akuntan Publik dan Akuntan.
Oleh karena itu, ditetapkan Keputusan Ketua Bapepam tentang Independensi Akuntan
yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Pembatasan penugasan audit diatur
dalam lampiran peraturan nomor VIII.A.2.
b. KEP-75/PM/1996 tentanng laporan biro administrasi efek dan emiten yang
menyelenggarakan administrasi efek sendiri
Diatur dalam lampiran peraturan nomor X.H.1 bahwa Biro Administrasi Efek
dan Emiten yang menyelenggarakan administrasi Efek sendiri wajib menyampaikan
laporan kegiatan kepada Bapepam yang telah diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di
Bapepam.
c. KEP-79/PM/1996 tentang laporan kepada Bapepam oleh akuntan
Disebutkan di dalam lampiran peraturan nomor X.J.1 bahwa akuntan yang
memeriksa Laporan Keuangan Emiten, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan Pihak lain yang melakukan kegiatan di
bidang Pasar Modal wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada
Bapepam.
d. KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala
Dalam lampiran peraturan nomor X.K.2 disebutkan bahwa laporan keuangan
tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan
disampaikan kepada Bapepam. Selain itu laporan keuangan yang diumumkan kepada
publik juga harus memuat opini dari akuntan.
e. KEP-38/PM/1996 tentang laporan tahunan
Diatur dalam lampiran peraturan nomor VIII.G.2 bentuk dan isi laporan tahunan
bahwa bentuk dan isi laporan tahunan salah satunya adalah laporan keuangan yang
telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dan peraturan Bapepam di bidang akuntansi serta harus diaudit
oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Jika terdapat perbedaan pendapat antara
perusahaan dan Akuntan atas laporan keuangan yang disajikan, dan jika perselisihan
tersebut mengakibatkan Akuntan memberikan pendapat tidak wajar, menolak
memberikan pendapat atas laporan keuangan, dan mengundurkan diri atau
diberhentikan, maka perusahaan harus mengungkapkan fakta ini serta hal ikhwal
perselisihan dan aspek-aspek penting dari laporan keuangan yang telah diperselisihkan
f. KEP-17/PM/2004 tentang pedoman pemeriksaan oleh akuntan atas pemesanan dan
penjatahan efek atau pembagian saham bonus
Lampiran peraturan nomor VIII.G.12 menetapkan pedoman mengenai prosedur
pemeriksaan yang wajib diikuti oleh Akuntan yang menerima penugasan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kepatuhan Manajer Penjatahan dalam rangka
pemesanan dan penjatahan Efek dalam Penawaran Umum, penawaran Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, Penawaran Tender, atau kepatuhan Emiten/Perusahaan Publik
dalam rangka Pembagian Saham Bonus. Prosedur selain dari pada peraturan ini,
mengikuti Standar Profesional Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
g. KEP- 34 /PM/2003 tentang pendaftaran akuntan yang melakukan kegiatan di pasar
modal
Disebutkan pendaftaran dalam rangka meningkatkan profesionalisme serta
independensi Akuntan yang melakukan kegiatan di Pasar Modal.
h. KEP-28/PM/1996 tentang pengendalian interen dan penyelenggaraan pembukuan oleh
perusahaan efek
Diatur tanggung jawab bagian jasa custodian atas penerimaan dan penyerahan
dana, efek, dan dokumen yang harus dihitung dan direkonsiliasi oleh salah satunya
akuntan yang terdaftar di Bapepam.
i. KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau
perusahaan public
Lampiran peraturan nomor X.K.6 disebutkan bahwa laporan tahunan memuat
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan di bidang akuntansi serta wajib diaudit oleh Akuntan yang
terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

D. KESIMPULAN
Perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dana melalui pasar modal, namun
perusahaan perlu meyakinkan para calon penanam modal untuk menanamkan modalnya di
perusahaan. Kinerja perusahaan dimaksimalkan agar calon penanam modal tertarik untuk
memberikan dananya. Kinerja yang baik akan menghasilkan laporan keuangan yang
menarik untuk para calon penanam modal. Laporan keuangan merupakan instrumen
penilaian, pengendalian, dan pengawasan terhadap perusahaan dalam mengelola dana para
pemilik modal.
Laporan keuangan harus disajikan dengan benar agar tidak menyesatkan dalam
pengambilan keputusan yang berdampak merugikan pemakai laporan keuangan. Oleh karena
itu, diperlukan akuntan sebagai pemeriksa yang menyatakan bahwa suatu laporan keuangan
telah disusun dengan benar dan wajar.
Dalam pasar modal, akuntan interen berperan dalam menyusun laporan keuangan
perusahan sesuai prinsip akuntansi berterima umum yang berlaku di Indonesia dan akuntan
eksteren berperan menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan melalui pelaksanaan
audit yang menghasilkan opini auditor atas laporan keuangan tersebut. Dalam rangka
meningkatkan independensi akuntan dan mutu dalam memberikan jasa audit pada
perusahaan emiten dan efek, maka akutan perlu mendaftar di Bapepam.

You might also like