Professional Documents
Culture Documents
Salam hangat kawan-kawan, kali ini kita akan membahas mengenai cara menghadapi jika kawan-
kawan sekalian menemukan anak yang pemalu atau pendiam.
1. Perhatian,
2. Motivasi,
3. Pujian,
1. PERHATIAN
Dengan memberikan perhatian kita akan membuat si anak merasa ada di lingkungannya berada.
Seperti memberikan kesempatan dia untuk tampil ke depan kelas agar dia memperoleh kepercyaan
diri saat berada di depan kelas dan di sana dia kemudian terpancing untuk mencoba kembali tampil
di depan.
2. MOTIVASI
Dengan memberikan motivasi maka kita akan memberikan suatu acuan atau dorongan agar dia
terpacu untuk tampil dan berkreasi. Seperti memberikan suatu percontohan yang baik untuk
melakukan suatu kegiatan dan tugas.
3. PUJIAN
Tidak lupa memberikan suatu pujian saat dia telah berhasil melakukan suatu pekerjaan atau tugas
yang dia kerjakan,karena dengan memberikan suatu pujian itu dapat memberikan suatu rasa
kepercayaan diri .Tetapi jangan terlalu berlebihan karena itu dapat membuat si anak merasa
terlalu bisa melakukan segalanya dan akhirnya lupa akan posisi sebenarnya.
Bagai mana mengatasi anak yang pendiam?
A. Identifikasi Masalah :
Biodata anak yang dijadikan objek penelitian kasus permasalahan pada anak adalah sebagai berikut :
Nama : Handoko
TTL : Bojonegoro 14 April 1995
Alamat : Jalan Ahmad Yani No : 21 RT/RW 15/05 Sukodadi Bojonegoro
Orang tua : Darjan dan Kustanti
Sekolah : Di salah satu SMA Bojonegoro
Nb : sebagian data di atas telah disamarkan.
• Saya memang anak yang suka merokok, itu saya lakukan ketika menjelang masuk kelas 2 SMP dan itu
adalah cara saya untuk menghilangkan stress yang saya alami sehari-hari.
• Saya termasuk anak yang tidak suka berlama-lama dirumah dikarenakan tiap saya dirumah maka akan
terjadi perdebatan yang tidak ada hentinya antara saya dan kedua orang tua saya. Saya lebih memilih
untuk bermain dengan teman-teman saya seperti bermain playstation, sepak bola, nongkrong,
memancing, dan masih banyak hal lainnya.
• Saya termasuk anak yang tidak suka orang lain menggangu kehidupan pribadi saya mengenai apa yang
terjadi pada keluarga saya, sehingga tidak jarang saya bertengkar dengan teman saya.
• Saya juga menjadi anak yang malas untuk beribadah dan mengurusi sekolah saya.
B. Analisis
Berdasarkan identifikasi data dari wali kelas, teman sekolah, teman sekampung, guru BK, orang tua,
serta anak yang bersangkutan maka dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang nampak dalam perilaku Agus
sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan rumah adalah sebagai berikut:
• Merupakan type anak yang tidak suka mencari perhatian orang lain, terbukti di sekolah Handoko
selalu tidur dan diam bahkan dia juga sering bermain handphone di kelas saat proses belajar mengajar.
• Merupakan type anak yang malas belajar, terbukti dengan kata ayahnya yang katanya Handoko malas
belajar saat dirumah. Selain itu nilai sekolahnya juga standart, dan tak jarang pula nilai-nilainya yang
jeblok.
• Merupakan type anak yang kurang disiplin waktu, terbukti dengan seringnya dia terlambat ke sekolah
maupun sering pulang hingga larut malam.
• Merupakan type anak yang kurang menaati peraturan, terbukti dengan seringnya dia melanggar
peraturan tata tertib dari sekolah.
• Merupakan type anak yang kurang patuh terhadap orang tua
• Handoko adalah perokok aktif, dimana dia sering merokok saat pulang sekolah maupun saat di
lingkungan rumahnya bahkan dia tak tanggung-tanggung pula untuk merokok di sekolahan.
• Handoko adalah type anak yang mudah emosi, terbukti dia pernah bertengkar dengan teman
sekelasnya bahkan dengan teman bermainnya di lingkungan rumahnya.
• Merupakan type anak yang kurang bergaul dengan temannya sekelas tetapi dia mudah bergaul dengan
teman-temannya dikampung bahkan di sering menraktir teman-temannya.
• Merupakan type anak malas menjalakan ibadah terbukti dengan perkataan temannya bahwa dia
jarang beribadah, serta anak yang pemalas.
C. Diagnosis
Hal-hal yang menyebabkan perilaku Handoko menjadi seperti diatas dapat dikarenakan faktor-faktor
sebagai berikut:
• Faktor dari lingkungan keluarga, yaitu keluarga kurang dalam memberi didikan moral dan norma
secara berkesinambungan sehingga ketika anak mulai keluar dari jalur lurus norma dan moral, anak
tersebut kurang mendapat bimbingan/ teguran/ nasehat secara layak.
• Faktor dari lingkungan tempat tinggal, yaitu meskipun lingkungan keluarga telah mendidik anak
secara optimal namun apabila lingkungan sekitar mengajarkan hal-hal yang buruk maka secara otomatis
si anak akan terpengaruh juga. Apalagi saat teman sebaya yang mengajarkan hal-hal tersebut, maka
akan lebih cepat membawa pengaruh kepada anak yang bersangkutan.
• Faktor dari diri sendiri, maksudnya adalah diri sendiri sebagai penyaring utama dari segala macam hal
yang terdapat di lingkungan sekitar, apakah itu baik atau buruk dampaknya. Sehingga apabila diri
sendiri kurang menyaring hal-hal yang ada di lingkungan sekitar maka secara otomatis hal-hal buruk
yang tidak sesuai norma dan moral dapat masuk dan mempengaruhi perilaku, sifat dan watak
seseorang.
• Kurangnya mendapat perhatian dari orang tua secara intensif, sehingga anak lebih condong bersikap
egois, emosional serta bertindak diluar norma dan moral.
• Faktor utama yang menyebabkan perilaku Handoko sebenarnya adalah tentang perceraian antara
kedua orang tuannya yang telah terjadi ketika dia sudah menginjak kelas 2, serta tidak adanya
pengayom hidupnnya pada saat ini.
D. Prognosis
Langkah ke depan dari kebiasaan buruk anak seperti merokok, keluar malam, kurang disiplin dan suka
berkelahi dapat berdampak buruk terhadap perkembangan psikologi anak terutama untuk masa
depannya. Sehingga perlu dicarikan solusi pemecahannya, seperti apa yang terjadi pada perilaku
Handoko tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultasi dengan orang tua, konsultasi dengan
guru/wali kelas maupun dengan anaknya sendiri.
• Konsultasi dengan orang tua, disini orang tua harus mengerti bagaimana cara mengatasi
permasalahan pada anaknya dengan cara musyawarah antara anak dengan orang tua. Hal-hal yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Penanaman nilai dan norma secara bertahap dari orang tua kepada anak, dapat dengan cara
pemberitahuan melalui kata-kata maupun praktek langsung dari orang tua sehari-hari.
2. Peringatan kepada anak jika terjadi penyimpangan awal perilaku yang tidak sesuai norma dan moral.
3. Pemberian sanksi yang tegas sehingga sang anak tidak akan lagi melakukan hal-hal yang melanggar
norma maupun moral.
• Konsultasi dengan wali kelas, disini wali kelas harus mengerti bagaimana mengatasi perilaku anak di
sekolah dengan cara musyawarah dengan anak yang bersangkutan. Hal yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Pemberian perhatian kepada siswa yang bermasalah, dalam arti disini siswa yang bermasalah
dibimbing dan dibina secara kooperatif oleh wali kelas.
2. Pengawasan secara konsisten dan konsekuen terhadap anak didik yang bermasalah.
3. Pemberian peringatan bila anak mulai menyimpang dari aturan sekolah
4. Pemberian tindakan tegas, baik melalui skorsing siswa, maupun hukuman lain jika memang anak
sudah diluar batas.
• Konseling dengan individu, disini dapat dilakukan dengan cara pemberitahuan kepada individu yang
bersangkutan akan bahaya dan dampak dari kenakalan remaja seperti merokok, narkoba, minuman
keras maupun tawuran dsb. Sehingga anak yang bersangkutan dapat berfikir, menimbang, apakah hal-
hal tersebut berdampak baik terhadap kelangsungan masa depannya.
E. Treatment
Treatment adalah penerapan secara realita dari solusi prognosis atau pemecahan masalah. Dari
masalah perilaku Handoko tersebut treatment yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah
perilaku Handoko adalah sebagai berikut:
• Konsultasi dengan orang tua. Dimana disini penerapan secara langsungnya adalah sebagai berikut:
1. Orang tua dari anak yang bermasalah, dalam hal ini Handoko harus melakukan bimbingan kepada
anaknya dengan melalui kata-kata nasehat tentang mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan
norma moral yang berlaku.
2. Orang tua memberitahukan secara baik-baik tentang bahaya rokok bagi tubuh si perokok, sehingga
anak yang perokok dapat berfikir akan dampak rokok terhadap kesehatan tubuhnya.
3. Orang tua harus memberi jam malam kepada anaknya, yaitu maksimal bermain sampai jam 21.00
dan apabila dilanggar, maka orang tua harus memberi sanksi yang tegas seperti mengunci rumah, tidak
memberi uang saku, dsb.
4. Orang tua harus memberi pengertian tentang manfaat pendidikan bagi masa depan secara baik-baik
dan mudah dipahami anak, sehingga anak terdorong untuk belajar. Selain itu orang tua harus memberi
semangat belajar, mengawasi proses belajar, dan selalu melaporkan hasil belajar/ prestasi anak
kepada guru BK dengan melalui via telephone. Selain itu orang tua juga bisa memberikan sebuah
hadiah agar semangat belajar anak lebih optimal.
5. Orang tua harus mengawasi anaknya agar tidak salah memilih teman dan lingkungan pergaulan,
caranya adalah selalu mengawasi pergaulan anak setiap hari tetapi disini tidak berarti mengekang
anak. Selain itu orang tua dapat memberikan gambaran perbandingan kehidupan anak yang
pergaulannya buruk dengan anak yang pergaulannya baik, sehingga anak dapat berfikir sendiri mana
yang baik untuk dirinya.
6. Orang tua harus menanamkan nilai agama pada anak secara konsisten dan konsekuen. Hal ini
dilakukan sebagai penyeimbang kehidupan anak. Dalam kasus Handoko orang tua dapat memanfaatkan
media mushola yang berada di dekat rumah untuk meningkatkan ilmu agama pada anak.
7. Dalam hal ini sebaiknya kedua orang tuanya yang mana selaku orang tua yang telah merawat dan
mendidiknya sejak kecil untuk selalu memperhatikan Handoko dengan rasa kasih sayang serta
diharapkan untuk kembali rukun selayaknya keluarga yang harmonis sehingga suasana rumah sangat
nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.
• Konsultasi dengan wali kelas. Dimana peneerapan secara langsungnya adalah sebagai berikut:
1. Wali kelas harus mengerti kondisi dan perilaku tiap siswa, terutama terhadap siswa seperti Handoko.
Kemudian wali kelas harus mampu berbicara empat mata kepada siswa, hal ini dilakukan agar siswa
lebih merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa lebih semangat untuk belajar.
2. Wali kelas harus dapat memberi semangat belajar dengan cara pemberian kata-kata motivasi yang
dapat membuat siswa terpacu.
3. Wali kelas harus memberi peringatan tegas tetapi secara kooperatif apabila siswa yang bersangkutan
mulai keluar dari garis lurus peraturan dan tata tertib sekolah.
4. Namun apabila siswa yang bersangkutan mulai keluar jauh dari peraturan yang ada dan sering
melanggar aturan, maka wali kelas harus bertindak tegas dengan cara penerapan skor siswa dan
pemberian hukuman.
• Konseling, disini dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut:
1. Guru BK harus bertemu empat mata dengan siswa yang bersangkutan kemudian dilakukan
pembicaraan mengenai permasalahan siswa secara kooperatif. Misalnya dengan menyuruh siswa
mengungkapkan permasalahnnya dalam belajar dan berperilaku. Kemudian Guru BK dapat memberikan
solusi permasalahan kepada siswa yang bersangkutan secara langsung, sehingga siswa lebih merasa
diperhatikan.
2. Guru BK dapat memberikan arahan-arahan kepada siswa yang bermasalah tentang dampak dari hal-
hal yang melanggar ketentuan norma dan moral. Misalnya tentang bahaya rokok, narkoba, serta
minuman keras.
3. Guru BK dapat melakukan pembicaraan kepada orang tua siswa yang bersangkutan tentang
perkembangan kondisi siswa disekolah. Hal ini dapat dilakukan saat pertemuan dengan wali kelas saat
acara penerimaan raport ataupan dengan layanan via telephon sekolah.
Dalam kasus Handoko ini faktor yang mempengaruhi sifat, perilaku dan kepribadian Handoko antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan
Disini kebiasaan Agus untuk merokok, berkelahi dan lain-lainnya secara garis besar disebabkan
pengaruh pergaulan teman sebaya dalam lingkungan rumah dan sekolahnya.
2. Faktor Keluarga
Kebiasaan Agus dalam hal merokok mungkin saja karena dia melihat ayahnya yang memang perokok
aktif, sehingga perilaku sang ayah mungkin saja ditiru oleh anaknya.
Sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh terhadap sifat, perilaku dan kepribadian Handoko adalah
faktor perceraian kedua orang tuanya yang mana sangat mempengaruhi kondisi psikis si anak untuk
menatap ke depannya. Mungkin Handoko tidak siap menghadapi kenyataan yang mana kedua orang
tuanya telah berpisah. Tidak ada satu pun seorang anak yang mengharapkan kedua orang tuanya
berpisah layaknya Handoko. Bisa dikatakan perilaku yang sedang terjadi pada Handoko saat ini
merupakan luapan amarah mengenai semua masalah yang melandanya saat itu. Pengalaman tentang
berpisahnya kedua orang tua Handoko tersebut merupakan kejadian yang sangat pahit dan
menyedihkan baginya. Untuk itu kedua orang tua handoko lah yang menjadi penyebab utama dari
semua masalah Handoko.