Professional Documents
Culture Documents
Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
MAKALAH FILSAFAT
OLEH
1
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu, dan berfilsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti
mengkoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak kita lahir sampai kita
meninggal. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang pada diri kita
sendiri, apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?apakah ciri-ciri yang
hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan
ilmu?bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
benar?kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran ilmu?mengapa
kita mesti mempelajari ilmu?dan seterusnya.
2
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konsentrasi pengetahuan yang lain. Dia
ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama dan ingin yakin
apakah ilmu itu membawa kebahagiaan.
B. TUJUAN
3
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT
a) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, filsafat diartikan dalam
tiga definisi:
o Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukum-hukumnya.
o Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan.
o Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
b) Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu
tentang bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan
4
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about
thinking.
c) Beberapa filsuf mengajukan beberapa definifi pokok seperti:
o Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas
o Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata,
o Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
o Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan
o Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang
ada katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
d) Penulis sendiri mendefinisikan ilmu filsafat sebagai disiplin ilmu yang
mencari dan menggeluti segala yang ada sehingga sampai pada suatu
kebijaksanaan universal dengan mengunakan akal budi guna
merumuskanya secara sistematis, metodis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akal budi pula.
2. Ciri-Ciri Filsafat
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir
yang mempunyai karakteristik tertentu. Sementara itu Sidi Gazalba (1976)
yang dikutip oleh oleh Uhar Suharsaputra (2004) menyatakan bahwa ciri ber-
Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal.
Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak
tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak
terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik
artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional
dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara
menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.
5
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
d. Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai
dengan kaidah logika)
3. Objek Filsafat
Pada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan
terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu
dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran.
Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala
pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. E.C.
6
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
7
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
a. Tahap/masa Yunani kuno (Abad ke-6 S.M sampai akhir abad ke-3 S.M)
b. Tahap/masa Abad Pertengahan (akhir abad ke-3 S.M sampai awal abad ke-
15 Masehi)
c. Masa Modern
e. Positivisme (Abad 20 M)
f. Alam Simbolis
8
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan
Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot yang
dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang
Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff
?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam,
namun Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the
basic principle of the universe), dalam pandangan Thales air merupakan
prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud
9
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
pertanyaan pada siapa saja yang ditemui dijalan untuk membukakan batin
warga Athena kepada kebenaran (yang benar) dan kebaikan (yang baik). Dari
prilakunya ini pemerintah Athena menganggap Socrates sebagai penghasut,
dan akhirnya dia dihukum mati dengan jalan meminum racun.
10
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
benda jasmani memiliki dua hal yaitu bentuk dan materi, sebagai contoh,
sebuah patung pasti memiliki dua hal yaitu materi atau bahan baku patung
misalnya kayu atau batu, dan bentuk misalnya bentuk kuda atau bentuk
manusia, keduanya tidak mungkin lepas satu sama lain, contoh tersebut
hanyalah untuk memudahkan pemahaman, sebab dalam pandangan Aristoteles
materi dan bentuk itu merupakan prinsip-prinsip metafisika untuk
memperkukuh dimungkinkannya Ilmu pengetahuan atas dasar bentuk dalam
setiap benda konkrit. Teori hilemorfisme juga menjadi dasar bagi
pandangannya tentang manusia, manusia terdiri dari materi dan bentuk, bentuk
adalah jiwa, dan karena bentuk tidak pernah lepas dari materi, maka
konsekwensinya adalah bahwa apabila manusia mati, jiwanya (bentuk) juga
akan hancur.
11
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
(1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198), sementara itu di dunia Kristen
lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter Abelardus (1079-1180), Albertus
Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Mereka ini
disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran agamanya
masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya
mempertahankan keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam
banyak hal terkadang ajaran Agama dijadikan Hakim untuk memfonis benar
tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran Rasional).
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada
satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini bukan
khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu". Jika aku menyangsikan
sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata
kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah "cogito ergo sum",
aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat
disangkal lagi. -- Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan
"jelas, dan terpilah-pilah" -- "clearly and distinctly", "clara et distincta".
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar.
Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
12
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
13
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain
hanyalah "a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)".
Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu
yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan
pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak
memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian
hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari
"probable" (berpeluang). Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan
bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri,
namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita
bicara tentang "hukum alam" atau "sebab-akibat", sebenarnya kita
membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja,
yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja. Hume merupakan
pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang
dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas
tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu
sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa
masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa
pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita
ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar
kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan
konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak
mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"),
namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang".
Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada
pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan
bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah
kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk
kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
14
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
15
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
(1804-1872). Sayangnya, materi itu sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena
pastilah ada yang-ada-di-luar-materi yang "mengendalikan" proses dalam
materi itu untuk materi bisa menjadi-lebih-sempurna-dari-sebelumnya.
16
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
17
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
gejala itu kita cermati, maka obyek itu "berbicara" sendiri mengenai
hakekatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.
Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi, antropologi,
dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).
Disamping itu masih ada aliran filsafat analitik yang menyibukkan diri
dengan analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep. Dalam berfilsafat,
jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan. "Batas-batas bahasaku
adalah batas-batas duniaku". Soal-soal falsafi seyogyanya dipecahkan melalui
analisis atas bahasa, untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan makna
dibalik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu pengetahuan alam
pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu bersifat faktual. Tokoh
pencetus: Ludwig Wittgenstein (1889-1952).
18
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara lebih khusus
menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
1. Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)
2. Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur)
3. Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
4. Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci)
5. Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)
4. Struktur Ilmu
Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistimatisir
dalam suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur
nampak secara jelas. Menurut Savage & Amstrong, struktur ilmu merupakan
A scheme that has been devided to illustrate relationship among facts,
concepts, and generalization. Dengan demikian struktur ilmu merupakan
ilustrasi hubungan antara fakta, konsep serta generalisasi, keterkaitan tersebut
membentuk suatu bangun struktur ilmu, sementara itu menurut H.E. Kusmana
struktur ilmu adalah seperangkat pertanyaan kunci dan metoda penelitian yang
akan membantu memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep,
19
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
generalisasi dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan
mengantar kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang
bersangkutan.
Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat
dua hal pokok dalam suatu struktur ilmu yaitu :
a. A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi, dan teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang
bersangkutan sesuai dengan boundary yang dimilikinya
b. A mode of inquiry. Atau cara pengkajian/penelitian yang mengandung
pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.
Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan, dari mulai
yang konkrit yaitu fakta sampai level yang abstrak yaitu teori, makin ke fakta
makin spesifik, sementara makin mengarah ke teori makin abstrak karena
lebih bersifat umum. Bila digambarkan akan nampak sebagai berikut :
TEORI
GENERALISASI
KONSEP-KONSEP
FAKTA-FAKTA
Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian yang paling dasar adalah
fakta-fakta, fakta-fakta tersebut akan menjadi bahan atau digunakan untuk
mengembangkan konsep-konsep, bila konsep-konsep menunjukan ciri
keumuman maka terbentuklah generalisasi, untuk kemudian dapat
diformulasikan menjadi teori. Fakta-fakta sangat dibatasi oleh nilai transfer
20
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
waktu, tempat dan kejadian. Konsep dan generalisasi memiliki nilai transfer
yang lebih luas dan dalam, sementara itu teori mempunyai jangkauan yang
lebih universal, karena cenderung dianggap berlaku umum tanpa terikat oleh
waktu dan tempat, sehingga bisa berlaku universal artinya bisa berlaku dimana
saja (hal ini sebenarnya banyak dikritisi para akhli). Namun demikian
keberlakuannya memang perlu juga memperhatikan jenis ilmunya.
5. Objek Ilmu
Setiap ilmu mempunyai objeknya sendiri-sendiri, objek ilmu itu sendiri
akan menentukan tentang kelompok dan cara bagaimana ilmu itu bekerja
dalam memainkan perannya melihat realitas. Secara umum objek ilmu adalah
alam dan manusia, namun karena alam itu sendiri terdiri dari berbagai
komponen, dan manusiapun mempunyai keluasan dan kedalam yang berbeda-
beda, maka mengklasifikasikan objek amat diperlukan. Terdapat dua macam
objek dari ilmu yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah seluruh bidang atau bahan yang dijadikan
telaahan ilmu, sedangkan objek formal adalah objek yang berkaitan dengan
bagaimana objek material itu ditelaah oleh suatu ilmu, perbedaan objek setiap
ilmu itulah yang membedakan ilmu satu dengan lainnya terutama objek
formalnya. Misalnya ilmu ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material
yang sama yaitu manusia, namun objek formalnya jelas berbeda, ekonomi
melihat manusia dalam kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan sosiologi dalam kaitannya dengan hubungan antar
manusia.
6. Pembagian/Pengelompokan Ilmu
Semakin lama pengetahuan manusia semakin berkembang, demikian
juga pemikiran manusia semakin tersebar dalam berbagai bidang kehidupan,
hal ini telah mendorong para akhli untuk mengklasifikasikan ilmu ke dalam
beberapa kelompok dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri, namun seara
umum pembagian ilmu lebih mengacu pada obyek formal dari ilmu itu sendiri,
sedangkan jenis-jenis di dalam suatu kelompok mengacu pada obyek
21
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
formalnya. Pada tahap awal perkembangannya ilmu terdiri dari dua bagian
yaitu :
1. trivium yang terdiri dari :
a. gramatika, tata bahasa agar orang berbicara benar
b. dialektika, agar orang berfikir logis
c. retorika, agar orang berbicara indah
2. quadrivium yang terdiri dari :
a. aritmetika, ilmu hitung
b. geometrika, ilmu ukur
c. musika, ilmu musik
d. astronomis, ilmu perbintangan
pembagian tersebut di atas pada dasarnya sesuai dengan bidang-
bidang ilmu yang menjadi telaahan utama pada masanya, sehingga ketika
pengetahuan manusia berkembangan dan lahir ilmu-ilmu baru maka
pembagian ilmupun turut berubah, sementara itu Mohammad Hatta membagi
ilmu pengetahuan ke dalam :
a. ilmu alam (terbagi dalam teoritika dan praktika)
b. ilmu sosial (juga terbagi dalam teoritika dan praktika)
c. ilmu kultur (kebudayaan)
22
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
a. Ilmu hukum
b. Ilmu ekonomi
c. Ilmu jiwa sosial
d. Ilmu bumi sosial
e. Sosiologi
f. Antropologi budaya an sosial
g. Ilmu sejarah
h. Ilmu politik
i. Ilmu pendidikan
j. Publisistik dan jurnalistik
k. Dan lain sebagainya
3. Humaniora
a. Ilmu agama
b. Ilmu filsafat
c. Ilmu bahasa
d. Ilmu seni
e. Ilmu jiwa
f. Dan lain sebagainya
dalam pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas, Endang
Saifudin Anshori menyatakan bahwa hal itu hendaknya jangan dianggap tegas
demikian/mutlak, sebab mungkin saja ada ilmu yag masuk satu kelompok
namun tetap bersentuhan dengan ilmu dalam kelompok lainnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa pembagian ilmu pengetahuan
sebaiknya didasarkan pada objeknya atau sasaran persoalannya, dia membagi
ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1. ilmu yang cosmologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat jasadi,
misalnya fisika, kimia dan ilmu hayat.
2. ilmu yang noologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat rohaniah
seperti ilmu jiwa.
Herbert Spencer, membagi ilmu atas dasar bentuk pemikirannya/objek formal,
atau tujuan yang hendak dicapai, dia membagi ilmu ke dalam dua kelompok
yaitu :
23
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
1. ilmu murni (pure science). Ilmu murni adalam ilmu yang maksud
pengkajiannya hanya semata-mata memperoleh prinsi-prinsip umum atau
teori baru tanpa memperhatikan dampak praktis dari ilmu itu sendiri,
dengan kata lain ilmu untuk ilmu itu sendiri.
2. ilmu terapan (applied science), ilmu yang dimaksudkan untuk diterapkan
dalam kehidupan paraktis di masyarakat.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang
sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain karena pengetahuan
manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu
baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan
perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari objek materilnya ilmu
dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang
mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, dementara variasi
penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.
24
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
25
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu
Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa
ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia
merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung
pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh
karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat
penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam
perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya
26
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
validity from the points of view of formal logic, practical methodology anf
metaphysics (Steven R. Toulmin).
Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole (L. White Beck)
Philosophy of science.. that philosophic discipline which is the systematic
study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presupposition, and its place in the general scheme of intelectual
discipline (A.C. Benyamin)
Philosophy of science.. the study of the inner logic of scientific theories,
and the relations between experiment and theory, i.e of scientific method
(Michael V. Berry)
Pengertian-pengertian di atas menggambarkan variasi pandangan
beberapa akhli tentang makna filsafat ilmu. Peter Caw memberikan makna
filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu
dalam kontek keseluruhan pengalaman manusia, Steven R. Toulmin
memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah,
penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-
dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis
serta metafisika. Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai
kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu
itu sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juka
dikemukakan oleh Michael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian
lainnya yaitu logika teori ilmiah serta hubungan antara teori dan eksperimen,
demikian juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam
kajian filsafat ilmu disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum
disiplin intelektual (keilmuan).
Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk
difahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan
27
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
Bertanya
Gambar 4.1. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu
28
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang
sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu,
sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak
memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
2. Ernest Nagel
a. Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
b. Construction of scientific concepts
c. Validation of scientific conclusions
3. Scheffer
a. The role of science in society
b. The world pictured by science
c. The foundations of science
Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa semua itu lebih bersifat
menambah terhadap lingkup kajian filsafat ilmu, sementara itu Jujun S.
Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk
pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan
objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan
29
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu
lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :
1. ontologi
2. epistemologi
3. axiologi
Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian
ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta
bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan subjek/manusia.
30
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
31
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
32
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
33
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
34
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
pasti, tidak ada bedanya dengan alam di luar manusia. Ilmu-ilmu ini
mengungkapkan bahwa kehidupan dan perilaku manusia diatur oleh ketentuan-
ketentuan yang ada di luar kemauan manusia itu, seperti hukum-hukum ekologi
(pengaruh lingkungan), dorongan naluriah, warisan genetik, kekuatan
supranatural, dan hukum sejarah.
Di balik penemuan-penemuan ilmiah tersebut di atas muncul suatu teori
ilmiah baru yang disebut "deteminisme ilmiah" (al-jabriyah al-`ilmiyah) yang
melukiskan manusia sebagai pion-pion nasib (sesuatu yang sudah ditentukan
semula). Stoicisme melihat bahwa manusia bahkan seluruh alam telah ditentukan
secara rasional oleh akal universal (ini istilah filsafat yang berarti kekuatan yang
merupakan sumber pengaturan alam semesta). Menurut teori ini, tugas manusia
hanyalah memahami dan menempatkan dirinya dalam kerangka akal universal
terseb ut.
Adanya sejumlah ketentuan yang pasti dan berlaku sebagai hukum yang
mengatur segala makhluk dan gerak di alam raya ini, biasanya dalam bahasa ilmu
pengetahuan disebut `natuurwet' atau hukum alam. Di dalam bahasa Alquran,
kadangkala disebut "sunnatullah" seperti dalam surat al-Fathir ayat 43: Maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat ergantian bagi sunnatullah itu dan sekali-
kali kamu tidak pula menemui penyimpangan dari sunnatullah itu.
Dalam terminologi teologi, hal semacam itu termasuk dalam kategori qadha
dan qadar (takdir). Namun istilah ini lebih mendominasi hal-hal yang
bersangkutan dengan perilaku manusia, dan seringkali secara kurang hati-hati
dianggap identik dengan faham Jabariah (teori determinisme). Sumber,
http://mubarok-institute.blogspot.com
F. PERMASALAHAN FILSAFAT :
1. Persoalan Filsafat
Ada enam persoalan yang selalu menjadi bahan perhatian para filsuf dan
memerlukan jawaban secara radikal, dimana tiap-tiapnya menjadi salah satu
cabang dari filsafat yaitu : ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas,
dan keindahan.
35
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
a. Tentang ”Ada”
d. Tentang ”Penyimpulan”
36
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari
persoalan tentang penyimpulan.
f. Tentang ”Keindahan”
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang lahir dari persoalan tentang
keindahan. Merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan
ketidakindahan. Lebih jauhnya lagi, mengenai sesuatu yang indah terutama
dalam masalah seni dan rasa serta norma-norma nilai dalam seni.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
2. Makna
Makna merupakan salah satu unsur sarana ilmiah yang harus dikuasai
oleh seorang ilmuwan, supaya dalam uraian ilmiahnya mudah dipahami dan
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu istilah-istilah yang
digunakan harus dimaknai untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
istilah-istilah tersebut, harus jelas dan singkat serta mudah dipahami.
37
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta
dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada
dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non
ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang
mampu meletakkan manusia dalam dunianya.
Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu
pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya
yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai
proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa
ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran
yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa
mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil
temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem (Wibisono, 1982).
Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah
telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan
fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian
dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran
manusia.
a. Hakekat Kebenaran
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah
dilaksanakan. Yang pasti bahwa benar” itu pasti “tidak salah”. Pertanyaan-
pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki
empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara
baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya kita sering menganggap
sesuatu sebagai yang memang sudah demikian wajarnya. Banyak para ahli
yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk
bagaimana membuktikannya. Masalah hakekat kebenaran ini bisa diulas
dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan
kebenaran filsafat.
Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah
sifatnya lebih sahih, logis, terbukti, terukur dengan parameter yang jelas,
bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filsafat selalu salah. Malah
bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat terbukti lebih
38
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
39
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
b. Teori Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa
yang dianggapnya benar. Oleh sebab itu ada beberapa teori yang
dicetuskan dalam melihat kriteria kebenaran. Yang pertama adalah teori
koherensi. Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan
kesimpulan yang ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan
kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa berdsarkan teori koherensi suatu pernyatan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika
adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdsarkan teori koheren
Paham lain adalah kebenaran yang didasarkan pada teori
korespondensi. Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan
adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang menyatakan bahwa “
ibukota republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu adalah
benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat factual yakni
Jakarta memang ibukota republik Indonesia.
Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1924) dalam
sebuah makalah yang terbit tahun 1878 yang berjudul “How to make Our
Ideas Clear.” Teori ini kemudian dikembangkan oleh para filsuf Amerika.
Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatau pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungisional dalam kehidupan
praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan umat manusia. Kaum pragmatis berpaling kepada metode
ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang
dianggapnya fungisional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala
40
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
c. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses
penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat
ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila
memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah
perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis,
artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi
dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar
apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya
berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju
oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika
induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan
akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan
dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik
mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik
Undip ada di Tembalang.
Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila
konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya
metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal
umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus
mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus
mengikuti kegiatan Ospek.
41
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
d. Kebenaran non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran
logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah.
Beberapa diantaranya adalah:
Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari
kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan
karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa
dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara
kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S.
Summers.
Kebenaran karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah
serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah
secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat
utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini.
Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â
Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari
Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca
indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar
tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran
intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering
dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah
daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros
dan museum Getty diatas.
Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh
karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi
dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu.
Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan
meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan
42
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada
trial-error.
Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena
pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan,
pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam
suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya
diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar
tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
e. Kebenaran Filsafat
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan
sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau
mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan
pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok
(madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya) mungkin terminologi
yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias
menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran
realisme dan naturalisme sekaligus.
Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan
sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti
berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima
sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah
nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi
merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada
diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan
pengalaman sebagai pernyataan pikiran.
43
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
4. Mencari Kebenaran
44
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
45
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang
mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan
konsekuensi dari suatu pola berpikir tertentu.
c) Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir ituharus dilakukan cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat
didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.”
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk
sesuai dengan dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran
maka hanya difokuskan kepada dua jenis penarikan kesimpulan, yakni
logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan bersifat umum. Sedangkan logika deduktif, menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual (khusus).
d) Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik dari suatau
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individu.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang bersifat khas dan dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai
dua keuntungan.
a) Bersifat ekonomis.
46
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
e) Deduksi
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebalikny dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pertanyaan dan
satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Jadi ketepatan penarikan
kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Sekiranya
salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka
kesimpulan yang akan ditariknya akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif.
f) Mendapatkan Pengetahuan yang Benar
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu, baik logika deduktif
maupun logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan
premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar.
Kenyataan ini membawa kita kepada pertanyaan; bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan yang benar tersebut. Pada dasarnya terdapat
dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua
mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mendasarkan diri
kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada
pengalaman.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari
ide yang dianggapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka
bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh
sebelum manusia memikirkannya. Paham ini dikenal dengan nama
47
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
48
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa filsafat berkembang demikian
luas sejak jaman Yunani kuno sampai dengan jaman modern ini. Pada intinya
setiap orang yang berfilsafat berupaya untuk menemukan kebenaran yang
hakiki. Untuk menemukan kebenaran ternyata sangat relatif sekali, yaitu
tergantung kapasitas ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut.
49
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
Dalam memperoleh kebenaran yang bermakna dan makna yang benar setiap
individu harus menggunakan cara memperoleh kebenaran dengan menggunakan
empat alur pemikiran filsafati yaitu : Alur rasional (thingking), Empirik (sensing),
intuisi (feeling), dan Autoritarian atau kepercayaan (believing). Oleh karena itu
kebenaran yang diperoleh manusia adalah relatif, tergantung cara memperoleh
kebenaran yang dipakai, sedang kebenaran yang berasal dari tuhan bersifat hakiki.
50
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
BAB III
KESIMPULAN
Berfilsafat bisa dilakukan oleh setiap orang. Seseorang yang berfilsafat pada
hakikatnya sedang mempelajari dirinya sendiri. Karena seseorang yang berfilsafat
pada penghujung petualangannya dengan suatu tindakan berpikir yang menggunakan
akal budi untuk mencari dan menemukan menemukan kebenaran hakiki. Tetapi
kebenaran ini sangat bersifat relatif bergantung kapasitas ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya. Semakin kaya seseorang dengan ilmu dan pengalaman maka semakin
luas pula ruang lingkup filsafat yang akan dia jangkau.
51
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
http://duaberita.blog.friendster.com
http://cacau.blogsome.com/
http://mawardiumm.blogspot.com/
hhttp://mubarok-institute.blogspot.com
http://purmadi.wordpress.com/2007/09/15/filsafat-dan-pembagiannya/
http://uharsputra.files.wordpress.com/2007/04/fllsafat-ilmu.doc
52