You are on page 1of 52

Download versi file Ms.

Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

MAKALAH FILSAFAT

FILSAFAT, ILMU DAN


KEBENARAN

OLEH

1
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu, dan berfilsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti
mengkoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak kita lahir sampai kita
meninggal. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang pada diri kita
sendiri, apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?apakah ciri-ciri yang
hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan
ilmu?bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
benar?kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran ilmu?mengapa
kita mesti mempelajari ilmu?dan seterusnya.

Seorang yang berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap


pengetahuan yang telah diketahuinya, mengakui kelemahan dan sempitnya ilmu
yang dimilikinya. Dia diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang
menengadah kelangit yang penuh bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya
dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang yang berada dipuncak gunung
memandang lembah dan jurang dibawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya
dengan kesemestaan yang ditatapnya.

Karakteristik berfikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang


ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.

2
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konsentrasi pengetahuan yang lain. Dia
ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama dan ingin yakin
apakah ilmu itu membawa kebahagiaan.

B. TUJUAN

Dalam makalah ini, penyusun mencoba untuk mengkaji keterkaitan antara


filsafat, ilmu dan kebenaran, dengan menguraikan masing-masing pengertiannya
untuk mencapai sebuah kesinambungan yang sinergi antara filsafat, ilmu dan
kebenaran.

3
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

BAB II

PEMBAHASAN

A. FILSAFAT

Filsafat , philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani


mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi. Secara etimologi, filsafat berarti kecintaan
terhadap kebijaksanaan. Filsuf atau filosof berarti orang yang cinta akan
kebijaksanaan. Kata “kebijaksanaan” dalam pengertian filsafat umumnya adalah
“kebenaran sejati”. Sehingga filsafat diartikan sebagai suatu tindakan berpikir
yang menggunakan akal budi untuk mencari dan menemukan kebenaran hakiki.
Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas
kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu, orang perlu menggunakan akal
budinya untuk merenungkan relaitas hidupnya, “apa itu hidup? Mengapa saya
hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul
alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau
peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang
relaitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang berpikir”.

1. Berbagai Pengertian Filsafat, Diantaranya :

a) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, filsafat diartikan dalam
tiga definisi:
o Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukum-hukumnya.
o Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan.
o Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
b) Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu
tentang bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan

4
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about
thinking.
c) Beberapa filsuf mengajukan beberapa definifi pokok seperti:
o Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas
o Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata,
o Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
o Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan
o Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang
ada katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
d) Penulis sendiri mendefinisikan ilmu filsafat sebagai disiplin ilmu yang
mencari dan menggeluti segala yang ada sehingga sampai pada suatu
kebijaksanaan universal dengan mengunakan akal budi guna
merumuskanya secara sistematis, metodis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akal budi pula.

2. Ciri-Ciri Filsafat
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir
yang mempunyai karakteristik tertentu. Sementara itu Sidi Gazalba (1976)
yang dikutip oleh oleh Uhar Suharsaputra (2004) menyatakan bahwa ciri ber-
Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal.
Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak
tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak
terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik
artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional
dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara
menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.

Sementara itu menurut Sudarto (1996) yang dikutip oleh Uhar


Suharsaputra (2004) menyatakan bahwa ciri-ciri berfikir Filsafat adalah :

5
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

a. Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf


(ahli filsafat) dalam proses berfikir

b. Sistematis : berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam


suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.

c. Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang


bertentangan dan tersusun secara logis

d. Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai
dengan kaidah logika)

e. Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut


(multidimensi).

f. Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai


pada tingkatan esensi yang sedalam-dalamnya

g. Universal : muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada


realitas kehidupan manusia secara keseluruhan

Dengan demikian berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang


berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin dan mendalam. Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini
tidak serta merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat
memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan
berfikir sehingga setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang
mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar
sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.

3. Objek Filsafat
Pada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan
terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu
dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran.
Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala
pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. E.C.

6
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) yang


dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2004) menyatakan bahwa pertanyaan-
pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth
(kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind
(hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu),
Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba
tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan)
Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan
mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut
pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek
filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian
yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para akhli membagi objek
filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah
objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir,
sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam
melihat obyek material tertentu.

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) yang dikutip oleh Uhar


Suharsaputra (2004) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala
sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga
persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3).
Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari
keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian
objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada
yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat
menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material
tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang
yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.

B. PEMIKIRAN DAN PRODUK FILSAFATI


1. Sejarah Singkat Filsafat

7
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Sejarah filsafat dapat diperiodisasi ke dalam empat periode (Sudarto.


1996) yang dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2004) yaitu :

a. Tahap/masa Yunani kuno (Abad ke-6 S.M sampai akhir abad ke-3 S.M)

b. Tahap/masa Abad Pertengahan (akhir abad ke-3 S.M sampai awal abad ke-
15 Masehi)

c. Tahap/masa Modern (akhir abad ke-15 M sampai abad ke-19 Masehi)

d. Tahap/masa dewasa ini/filsafat kontemporer (abad ke-20 Masehi)

Sementara itu K. Bertens dalam bukunya Ringkasan Sejarah Filsafat


(1976) yang dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2004) menyusun topik-topik
pembahasannya sebagi berikut :

a. Masa Purba Yunani

b. Masa Patristik dan Abad pertengahan

c. Masa Modern

Pembagian periodisasi yang nampaknya lebih rinci, dikemukakan oleh


Susane K. Langer (Donny Gahral Adian, 2002) yang membagi sejarah filsafat
ke dalam enam tahapan yaitu :

a. Yunani Kuno (+ 600 SM)

b. Filsuf-filsuf Manusia Yunani

c. Abad Pertengahan (300 SM –1300M)

d. Filsafat Modern (17-19 M)

e. Positivisme (Abad 20 M)

f. Alam Simbolis

Masa Yunani Kuno. Pada tahap awal kelahirannya filsafat


menampakkan diri sebagi suatu bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang
dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M)
mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah menjadi
suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan Thales yang
menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah pertanyaan biasa seperti apa

8
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan
Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot yang
dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang
Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff
?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam,
namun Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the
basic principle of the universe), dalam pandangan Thales air merupakan
prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud

Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban terhadap bahan


dasar (Arche) dari semesta raya ini dengan argumentasinya masing-masing.
Anaximandros (610-540 S.M) mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron
adalah sesuatu yang paling awal dan abadi, Pythagoras (580-500 S.M)
menyatakan bahwa hakekat alam semesta adalah bilangan, Demokritos (460-
370 S.M) berpendapat hakekat alam semesta adalah Atom, Anaximenes (585-
528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos (544-484 S.M) menjawab asal
hakekat alam semesta adalah api, dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada
yang tetap, semuanya mengalir. Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf
menandai dinamika pemikiran yang mencoba mendobrak dominasi mitologi,
mereka mulai secara intens memikirkan tentang Alam/Dunia, sehingga sering
dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang Filsafat Alam (Natural
Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya melahirkan Ilmu-ilmu
kealaman.

Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam,


para akhli fikir Yunani pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup
kita (manusia) di Dunia. Dari titik tolak ini lahir lah Filsafat moral (atau
filsafat sosial) yang pada tahapan berikutnya mendorong lahirnya Ilmu-ilmu
sosial. Diantara filsuf terkenal yang banyak mencurahkan perhatiannya pada
kehidupan manusia adalah Socrates (470-399 S.M), dia sangat menentang
ajaran kaum Sofis

Yang cenderung mempermainkan kebenaran, Socrates berusaha


meyakinkan bahwa kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang objektif
yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dia mengajukan

9
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

pertanyaan pada siapa saja yang ditemui dijalan untuk membukakan batin
warga Athena kepada kebenaran (yang benar) dan kebaikan (yang baik). Dari
prilakunya ini pemerintah Athena menganggap Socrates sebagai penghasut,
dan akhirnya dia dihukum mati dengan jalan meminum racun.

Sesudah Socrates meninggal, filsafat Yunani terus berkembang dengan


Tokohnya Plato (427-347 S.M), salah seorang murid Socrates. Diantara
pemikiran Plato yang penting adalah berkaitan dengan pembagian relaitas ke
dalam dua bagian yaitu realitas/dunia yang hanya terbuka bagi rasio, dan dunia
yang terbuka bagi pancaindra, dunia pertama terdiri dari idea-idea, dan dunia
ke dua adalah dunia jasmani (pancaindra), dunia ide sifatnya sempurna dan
tetap, sedangkan dunia jasmani selalu berubah. Dengan pendapatnya tersebut,
menurut Kees Berten (1976), Plato berhasil mendamaikan pendapatnya
Herakleitos dengan pendapatnya Permenides, menurut Herakleitos segala
sesuatu selalu berubah, ini benar kata Plato, tapi hanya bagi dunia Jasmani
(Pancaindra), sementara menurut Permenides segala sesuatu sama sekali
sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga benar kata Plato, tapi hanya
berlaku pada dunia idea saja.

Dalam sejarah Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf yang sangat


legendaris yaitu Aristoteles (384-322 S.M), seorang yang pernah belajar di
Akademia Plato di Athena. Setelah Plato meninggal Aristoteles menjadi guru
pribadinya Alexander Agung selama dua tahun, sesudah itu dia kembali lagi
ke Athena dan mendirikan Lykeion, dia sangat mengagumi pemikiran-
pemikiran Plato meskipun dalam filsafat, Aristoteles mengambil jalan yang
berbeda (Aristoteles pernah mengatakan-ada juga yang berpendapat bahwa ini
bukan ucapan Aristoteles- Amicus Plato, magis amica veritas – Plato memang
sahabatku, tapi kebenaran lebih akrab bagiku – ungkapan ini terkadang
diterjemahkan bebas menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih mencintai
kebenaran”)

Aristoteles mengkritik tajam pendapat Plato tentang idea-idea, menurut


Dia yang umum dan tetap bukanlah dalam dunia idea akan tetapi dalam benda-
benda jasmani itu sendiri, untuk itu Aristoteles mengemukakan teori
Hilemorfisme (Hyle = Materi, Morphe = bentuk), menurut teori ini, setiap

10
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

benda jasmani memiliki dua hal yaitu bentuk dan materi, sebagai contoh,
sebuah patung pasti memiliki dua hal yaitu materi atau bahan baku patung
misalnya kayu atau batu, dan bentuk misalnya bentuk kuda atau bentuk
manusia, keduanya tidak mungkin lepas satu sama lain, contoh tersebut
hanyalah untuk memudahkan pemahaman, sebab dalam pandangan Aristoteles
materi dan bentuk itu merupakan prinsip-prinsip metafisika untuk
memperkukuh dimungkinkannya Ilmu pengetahuan atas dasar bentuk dalam
setiap benda konkrit. Teori hilemorfisme juga menjadi dasar bagi
pandangannya tentang manusia, manusia terdiri dari materi dan bentuk, bentuk
adalah jiwa, dan karena bentuk tidak pernah lepas dari materi, maka
konsekwensinya adalah bahwa apabila manusia mati, jiwanya (bentuk) juga
akan hancur.

Disamping pendapat tersebut Aristoteles juga dikenal sebagai Bapak


Logika yaitu suatu cara berpikir yang teratur menurut urutan yang tepat atau
berdasarkan hubungan sebab akibat. Dia adalah yang pertama kali
membentangkan cara berpikir teratur dalam suatu sistem, yang intisarinya
adalah Sylogisme (masalah ini akan diuraikan khusus dalam topik Logika)
yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan umum atas hal yang khusus
(Mohammad Hatta, 1964).

Abad Pertengahan. Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus


berkembang dan mendapat kedudukan yang tetap penting dalam kehidupan
pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik tekan yang berbeda.
Periode sejak meninggalnya Aristoteles (atau sesudah meninggalnya
Alexander Agung (323 S.M) sampai menjelang lahirnya Agama Kristen oleh
Droysen (Ahmad Tafsir. 1992) disebut periode Hellenistik (Hellenisme adalah
istilah yang menunjukan kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan
Asia Kecil, Siria, Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat
ditandai antara lain dengan perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta
kurang memperhatikan Metafisika, dengan semangat yang Eklektik
(mensintesiskan pendapat yang berlawanan) dan bercorak Mistik.

Di dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf terkenal seperti Al Kindi


(801-865 M), Al Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al Ghazali

11
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

(1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198), sementara itu di dunia Kristen
lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter Abelardus (1079-1180), Albertus
Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Mereka ini
disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran agamanya
masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya
mempertahankan keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam
banyak hal terkadang ajaran Agama dijadikan Hakim untuk memfonis benar
tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran Rasional).

Masa Modern. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa


pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari
para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana
yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).
Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan
itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme,
yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).


Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada
metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan
menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan
menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.

Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada
satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini bukan
khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu". Jika aku menyangsikan
sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata
kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah "cogito ergo sum",
aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat
disangkal lagi. -- Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan
"jelas, dan terpilah-pilah" -- "clearly and distinctly", "clara et distincta".
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar.
Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.

12
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada


sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan
(res extensa, "extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang
seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-
bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil
tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi
berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada
apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas
antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya,
sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan
sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang
adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin
otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin
otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki
kecerdasan buatan).

Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya


bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu
dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah
(yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi
merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Dua hal
dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima
substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri
yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah
hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan
seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar
pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang
misalnya disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada
realitas kertas, diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul

13
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

gagasan kertas, dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain
hanyalah "a bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)".

Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu
yang disinari matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan
pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak
memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian
hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari
"probable" (berpeluang). Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan
bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri,
namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita
bicara tentang "hukum alam" atau "sebab-akibat", sebenarnya kita
membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja,
yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita saja. Hume merupakan
pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang
dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas
tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu
sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa
masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa
pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita
ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar
kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan
konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak
mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri" ("das Ding an sich"),
namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang".
Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada
pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan
bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah
kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk
kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.

14
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat,


membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa
kini. Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti
pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman
modern ada periode yang disebut Renaissance ("kelahiran kembali").
Kebudayaan klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan
kembali; seni dan filsafat mencari inspirasi dari sana. Filsuf penting adalah N
Macchiavelli (1469-1527), Thoman Hobbes (1588-1679), Thomas More
(1478-1535) dan Francis Bacon (1561-1626). Periode kedua adalah zaman
Barok, yang menekankan akal budi. Sistem filsafatnya juga menggunakan
menggunakan matematika. Para filsuf periode ini adalah Rene Descrates,
Barukh de Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1710).
Periode ketiga ditandai dengan fajar budi ("enlightenment" atau
"Aufklarung"). Para filsuf katagori ini adalah John Locke (1632-1704), G
Berkeley (1684-1753), David Hume (1711-1776). Dalam katagori ini juga
dimasukkan Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant. Masa
kini (1800-sekarang).

Filsafat masa kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau


taklangsung atas pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831).
Hegel ingin menerangkan alam semesta dan gerak-geriknya berdasarkan suatu
prinsip. Menurut Hegel semua yang ada dan semua kejadian merupakan
pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari Yang Mutlak dan bersifat rohani.
Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak jika masih harus
dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha sempurna, dan jika
maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu pemikiran Hegel langsung
ditentang oleh aliran pemikiran materialisme yang mengajarkan bahwa yang
sedang-menjadi itu, yang sering sedang-menjadi-lebih-sempurna bukanlah ide
("Yang Mutlak"), namun adalah materi belaka. Maksudnya, yang
sesungguhnya ada adalah materi (alam benda); materi adalah titik pangkal
segala sesuatu dan segala sesuatu yang mengatasi alam benda harus
dikesampingkan. Maka seluruh realitas hanya dapat dibuat jelas dalam alur
pemikiran ini. Itulah faham yang dicetuskan oleh Ludwig Andreas Feuerbach

15
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

(1804-1872). Sayangnya, materi itu sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena
pastilah ada yang-ada-di-luar-materi yang "mengendalikan" proses dalam
materi itu untuk materi bisa menjadi-lebih-sempurna-dari-sebelumnya.

Kesalahan Hegel adalah tidak menerima bahwa Yang Mutlak itu


berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam arti tidak dalam satu realitas
dengan segala yang sedang-menjadi tersebut. Dengan mengatakan Yang
Mutak itu menjadi, Hegel pada dasarnya meniadakan kemutlakan. Dalam cara
sama, dengan mengatakan bahwa yang mutlak itu materi, maka materialisme
pun jatuh dalam kubangan yang sama.

Dari sini dapat difahami munculnya sejumlah aliran-aliran penting


dewasa ini: Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu
dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah.
Manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis" dibutuhkan figur
dewa-dewa untuk "menerangkan" kenyataan. Meningkat remaja dan mulai
dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan metafisis. Pada tahap dewasa dan
matang digunakan metode-metode positif dan ilmiah. Aliran positivisme
dianut oleh August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H
Spencer (1820-1903), dan dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh
kelompok filsuf lingkaran Wina.

Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx, 1818-1883)


mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi belaka, yang
berkembang dalam proses dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-sintesis). Marx
adalah pengikut setia Feuerbach (sekurangnya pada tahap awal). Feuerbach
berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi mausia tentang dirinya sendiri dan
agama hanyalah sarana manusia memproyeksikan cita-cita (belum terwujud!)
manusia tentang dirinya sendiri. Menurut Feuerbach, yang ada bukan Tuhan
yang mahaadil, namun yang ada hanyalah manusia yang ingin menjadi adil.
Dari sini dapat difahami mengapa Marx berkata, bahwa "agama adalah candu
bagi rakyat", karena agama hanya membawa manusia masuk dalam "surga
fantasi", suatu pelarian dari kenyataan hidup yang umumnya pahit.
Selanjutnya Marx menegaskan bahwa filsafat hanya memberi interpretasi atas
perkembangan masyarakat dan sejarah. Yang justru dibutuhkan adalah aksi

16
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

untuk mengarahkan perubahan dan untuk itu harus dikembangkan hukum-


hukum obyektif mengenai perkembangan masyarakat.

[Catatan. Soekarno mengklim telah mencetuskan marhaenisme sebagai


marxisme diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia. Kualifikasi
"penerapan dalam situasi dan kondisi Indonesia" (apapun itu) pastilah tidak
membuat faham marhaenisme sebagai suatu aliran filsafat dan pastilah tidak
harus sama dengan faham marxisme sebagai diterapkan di dalam lingkungan
masyarakat lain.]

Ditangan Friedrich Engels (1820-1895), dan lebih-lebih oleh Lenin,


Stalin dan Mao Tse Tung, aliran filsafat Marxisme ini menjadi gerakan
komunisme, yaitu suatu ideologi politik praktis Partai Komunis di negara
mana saja untuk merubah dunia. Sangat nyata bahwa dimana saja Partai
Komunis itu menjalankan praktek-praktek yang nyatanya mengingkari hak-
hak azasi manusia, dan karena itu tidak berperikemanusiaan (dan tak ber
keTuhanan pula!).

Eksistensialime merupakan himpunan aneka pemikiran yang memiliki


inti sama, yaitu keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya
(eksistensi) manusia konkrit, dan bukan pada hakekat (esensi) manusia-pada-
umumnya. Manusia-pada-umumnya tidak ada, yang ada hanya manusia ini,
manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh eksistensinya. Tokoh aliran ini J
P Sartre (1905-1980), Kierkegaard (1813-1855), Friederich Nietzche (1844-
1900), Karl Jaspers (1883-1969), Martin Heidegger (1889-1976), Gabriel
Marcel (1889-1973).

Fenomenologi merupakan aliran (tokoh penting: Edmund Husserl,


1859-1938) yang ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen,
konsep-konsep, atau teori umum. "Zuruck zu den sachen selbst" -- kembali
kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti dari pendekatan yang dipakai
untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap obyek memiliki
hakekat, dan hakekat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada
gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita "mengambil jarak" dari obyek itu,
melepaskan obyek itu dari pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-

17
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

gejala itu kita cermati, maka obyek itu "berbicara" sendiri mengenai
hakekatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.
Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi, antropologi,
dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).

Pragmatisme tidak menanyakan "apakah itu?", melainkan "apakah


gunanya itu?" atau "untuk apakah itu?". Yang dipersoalkan bukan "benar atau
salah", karena ide menjadi benar oleh tindakan tertentu. Tokoh aliran ini: John
Dewey (1859-1914).
Neo-kantisme dan neo-thomisme merupakan aliran-aliran yang merupakan
kelahiran kembali dari aliran yang lama, oleh dialog dengan aliran lain.

Disamping itu masih ada aliran filsafat analitik yang menyibukkan diri
dengan analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep. Dalam berfilsafat,
jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan. "Batas-batas bahasaku
adalah batas-batas duniaku". Soal-soal falsafi seyogyanya dipecahkan melalui
analisis atas bahasa, untuk mendapatkan atau tidak mendapatkan makna
dibalik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu pengetahuan alam
pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu bersifat faktual. Tokoh
pencetus: Ludwig Wittgenstein (1889-1952).

Akhirnya sejak 1960 berkembang strukturalisme yang menyelidiki


pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-bahasa, agama-agama,
sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.

C. FILSAFAT DAN ILMU

1. Pengertian Ilmu (Ilmu Pengetahuan)


Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2. Ciri-Ciri Ilmu (Ilmu Pengetahuan)


Secara umum dari pengertian ilmu dapat diketahui apa sebenarnya
yang menjadi ciri dari ilmu, meskipun untuk tiap definisi memberikan titik

18
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara lebih khusus
menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
1. Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)
2. Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur)
3. Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
4. Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci)
5. Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)

3. Tujuan Ilmu (Ilmu Pengetahuan)


Sheldon G. Levy yang dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2004)
menyatakan bahwa science has three primary goals. The first is to be able to
understand what is observed in the world. The second is to be able to predict
the events and relationships of the real world. The third is to control aspects
of the real world, sementara itu Kerlinger menyatakan bahwa the basic aim of
science is theory.dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari ilmu
adalah untuk memahami, memprediksi, dan mengatur berbagai aspek kejadian
di dunia, disamping untuk menemukan atau memformulasikan teori, dan teori
itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu penjelasan tentang sesuatu
sehingga dapat diperoleh kefahaman, dan dengan kepahaman maka prediksi
kejadian dapat dilakukan dengan probabilitas yang cukup tinggi, asalkan teori
tersebut telah teruji kebenarannya

4. Struktur Ilmu
Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistimatisir
dalam suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur
nampak secara jelas. Menurut Savage & Amstrong, struktur ilmu merupakan
A scheme that has been devided to illustrate relationship among facts,
concepts, and generalization. Dengan demikian struktur ilmu merupakan
ilustrasi hubungan antara fakta, konsep serta generalisasi, keterkaitan tersebut
membentuk suatu bangun struktur ilmu, sementara itu menurut H.E. Kusmana
struktur ilmu adalah seperangkat pertanyaan kunci dan metoda penelitian yang
akan membantu memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep,

19
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

generalisasi dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan
mengantar kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang
bersangkutan.
Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat
dua hal pokok dalam suatu struktur ilmu yaitu :
a. A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi, dan teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang
bersangkutan sesuai dengan boundary yang dimilikinya
b. A mode of inquiry. Atau cara pengkajian/penelitian yang mengandung
pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.
Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan, dari mulai
yang konkrit yaitu fakta sampai level yang abstrak yaitu teori, makin ke fakta
makin spesifik, sementara makin mengarah ke teori makin abstrak karena
lebih bersifat umum. Bila digambarkan akan nampak sebagai berikut :

Increasing transfer Increasing


value specificity

TEORI
GENERALISASI
KONSEP-KONSEP
FAKTA-FAKTA

Gambar 2.1. Bagan Stuktur Ilmu

Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian yang paling dasar adalah
fakta-fakta, fakta-fakta tersebut akan menjadi bahan atau digunakan untuk
mengembangkan konsep-konsep, bila konsep-konsep menunjukan ciri
keumuman maka terbentuklah generalisasi, untuk kemudian dapat
diformulasikan menjadi teori. Fakta-fakta sangat dibatasi oleh nilai transfer

20
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

waktu, tempat dan kejadian. Konsep dan generalisasi memiliki nilai transfer
yang lebih luas dan dalam, sementara itu teori mempunyai jangkauan yang
lebih universal, karena cenderung dianggap berlaku umum tanpa terikat oleh
waktu dan tempat, sehingga bisa berlaku universal artinya bisa berlaku dimana
saja (hal ini sebenarnya banyak dikritisi para akhli). Namun demikian
keberlakuannya memang perlu juga memperhatikan jenis ilmunya.

5. Objek Ilmu
Setiap ilmu mempunyai objeknya sendiri-sendiri, objek ilmu itu sendiri
akan menentukan tentang kelompok dan cara bagaimana ilmu itu bekerja
dalam memainkan perannya melihat realitas. Secara umum objek ilmu adalah
alam dan manusia, namun karena alam itu sendiri terdiri dari berbagai
komponen, dan manusiapun mempunyai keluasan dan kedalam yang berbeda-
beda, maka mengklasifikasikan objek amat diperlukan. Terdapat dua macam
objek dari ilmu yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah seluruh bidang atau bahan yang dijadikan
telaahan ilmu, sedangkan objek formal adalah objek yang berkaitan dengan
bagaimana objek material itu ditelaah oleh suatu ilmu, perbedaan objek setiap
ilmu itulah yang membedakan ilmu satu dengan lainnya terutama objek
formalnya. Misalnya ilmu ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material
yang sama yaitu manusia, namun objek formalnya jelas berbeda, ekonomi
melihat manusia dalam kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan sosiologi dalam kaitannya dengan hubungan antar
manusia.

6. Pembagian/Pengelompokan Ilmu
Semakin lama pengetahuan manusia semakin berkembang, demikian
juga pemikiran manusia semakin tersebar dalam berbagai bidang kehidupan,
hal ini telah mendorong para akhli untuk mengklasifikasikan ilmu ke dalam
beberapa kelompok dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri, namun seara
umum pembagian ilmu lebih mengacu pada obyek formal dari ilmu itu sendiri,
sedangkan jenis-jenis di dalam suatu kelompok mengacu pada obyek

21
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

formalnya. Pada tahap awal perkembangannya ilmu terdiri dari dua bagian
yaitu :
1. trivium yang terdiri dari :
a. gramatika, tata bahasa agar orang berbicara benar
b. dialektika, agar orang berfikir logis
c. retorika, agar orang berbicara indah
2. quadrivium yang terdiri dari :
a. aritmetika, ilmu hitung
b. geometrika, ilmu ukur
c. musika, ilmu musik
d. astronomis, ilmu perbintangan
pembagian tersebut di atas pada dasarnya sesuai dengan bidang-
bidang ilmu yang menjadi telaahan utama pada masanya, sehingga ketika
pengetahuan manusia berkembangan dan lahir ilmu-ilmu baru maka
pembagian ilmupun turut berubah, sementara itu Mohammad Hatta membagi
ilmu pengetahuan ke dalam :
a. ilmu alam (terbagi dalam teoritika dan praktika)
b. ilmu sosial (juga terbagi dalam teoritika dan praktika)
c. ilmu kultur (kebudayaan)

sementara itu Stuart Chase membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut :


1. ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences)
a. biologi
b. antropologi fisik
c. ilmu kedokteran
d. ilmu farmasi
e. ilmu pertanian
f. ilmu pasti
g. ilmu alam
h. geologi
i. dan lain sebagainya
2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan

22
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

a. Ilmu hukum
b. Ilmu ekonomi
c. Ilmu jiwa sosial
d. Ilmu bumi sosial
e. Sosiologi
f. Antropologi budaya an sosial
g. Ilmu sejarah
h. Ilmu politik
i. Ilmu pendidikan
j. Publisistik dan jurnalistik
k. Dan lain sebagainya
3. Humaniora
a. Ilmu agama
b. Ilmu filsafat
c. Ilmu bahasa
d. Ilmu seni
e. Ilmu jiwa
f. Dan lain sebagainya
dalam pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas, Endang
Saifudin Anshori menyatakan bahwa hal itu hendaknya jangan dianggap tegas
demikian/mutlak, sebab mungkin saja ada ilmu yag masuk satu kelompok
namun tetap bersentuhan dengan ilmu dalam kelompok lainnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa pembagian ilmu pengetahuan
sebaiknya didasarkan pada objeknya atau sasaran persoalannya, dia membagi
ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1. ilmu yang cosmologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat jasadi,
misalnya fisika, kimia dan ilmu hayat.
2. ilmu yang noologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat rohaniah
seperti ilmu jiwa.
Herbert Spencer, membagi ilmu atas dasar bentuk pemikirannya/objek formal,
atau tujuan yang hendak dicapai, dia membagi ilmu ke dalam dua kelompok
yaitu :

23
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

1. ilmu murni (pure science). Ilmu murni adalam ilmu yang maksud
pengkajiannya hanya semata-mata memperoleh prinsi-prinsip umum atau
teori baru tanpa memperhatikan dampak praktis dari ilmu itu sendiri,
dengan kata lain ilmu untuk ilmu itu sendiri.
2. ilmu terapan (applied science), ilmu yang dimaksudkan untuk diterapkan
dalam kehidupan paraktis di masyarakat.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang
sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain karena pengetahuan
manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu
baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan
perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari objek materilnya ilmu
dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang
mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, dementara variasi
penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.

7. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu


Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan
suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi,
dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi
ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara tepat sesuai
dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya
melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih
memahami khazanah intelektuan manusia

Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas


dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat
persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan
ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan
keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan
pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan
filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya
menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta

24
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan


yang terorganisisr dan sistematis.

Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan


titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat
analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi,
eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk
menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat
berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat
inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman
manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka
analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat
lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan
masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas,
filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim
agama, moral serta seni.

Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat


mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini
berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan
ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir
reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.

Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan


dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif,
sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak
bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut
Sidi Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau
belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang
dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan
nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan

25
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu
Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa
ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia
merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung
pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh
karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat
penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam
perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya

8. Pengertian Filsafat Ilmu


Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat
yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari
filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan
suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk
memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka
diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna
khusus tentang istilah tersebut.

Para akhli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat


ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang
tersebut amat penting guna pemahaman yang komprehensif tentang makna
filsafat ilmu, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu :

The philosophy of science is a part of philosophy which attempts to do for


science what philosophy in general does for the whole of human
experience (Peter Caws)
The philosophy of science attemt, first, to elucidate the elements involved
in the process of scientific inquiry-observational procedures, patterns of
argument, methods of representation and calculation, metaphysical
presupposition, and so on, and then to evaluate the grounds of their

26
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

validity from the points of view of formal logic, practical methodology anf
metaphysics (Steven R. Toulmin).
Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole (L. White Beck)
Philosophy of science.. that philosophic discipline which is the systematic
study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presupposition, and its place in the general scheme of intelectual
discipline (A.C. Benyamin)
Philosophy of science.. the study of the inner logic of scientific theories,
and the relations between experiment and theory, i.e of scientific method
(Michael V. Berry)
Pengertian-pengertian di atas menggambarkan variasi pandangan
beberapa akhli tentang makna filsafat ilmu. Peter Caw memberikan makna
filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu
dalam kontek keseluruhan pengalaman manusia, Steven R. Toulmin
memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah,
penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-
dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis
serta metafisika. Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai
kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu
itu sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juka
dikemukakan oleh Michael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian
lainnya yaitu logika teori ilmiah serta hubungan antara teori dan eksperimen,
demikian juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam
kajian filsafat ilmu disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum
disiplin intelektual (keilmuan).
Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk
difahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan

27
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut ilmu, dan bukan kajian di dalam


struktur ilmu itu sendiri. Terdapat beberapa istilah dalam pustaka yang
dipadankan dengan Filsafat ilmu seperti : Theory of science, meta science,
methodology, dan science of science, semua istilah tersebut nampaknya
menunjukan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun semua itu pada
dasarnya tercakup dalam kajian filsafat ilmu .
Sementara itu Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai
cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-
ciri dan cara pemerolehannya. Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mendasar/radikal terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri
spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu
dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu, pertanyaan
- pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-
asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted), Dengan
demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau
filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, apabila digambarkan hubungan tersebut
nampak sebagai berikut :
Menjawab

FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU

Bertanya
Gambar 4.1. Hubungan Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam


perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat
banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya, filsafat memberi penjelasan
atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut, sementara ilmu
terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap
dikritisi secara radikal, proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan

28
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang
sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu,
sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak
memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

9. Bidang Kajian Dan Masalah-Masalah Dalam Filsafat Ilmu

Bidang kajian filsafat ilmu ruang lingkupnya terus mengalami


perkembangan, hal ini tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu
yang makin intens. Bidang kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun
berkembang dan diantara para akhli terlihat perbedaan dalam menentukan
lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang kajian iduknya cenderung sama,
sedang perbedaan lebih terlihat dalam perincian topik telaahan. Berikut ini
beberapa pendapat akhli tentang lingkup kajian filsafat ilmu :

1. Edward Madden menyatakan bahwa lingkup filsafat ilmu adalah:


a. Probabilitas
b. Induksi
c. Hipotesis

2. Ernest Nagel
a. Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
b. Construction of scientific concepts
c. Validation of scientific conclusions

3. Scheffer
a. The role of science in society
b. The world pictured by science
c. The foundations of science

Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa semua itu lebih bersifat
menambah terhadap lingkup kajian filsafat ilmu, sementara itu Jujun S.
Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk
pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan
objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan

29
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu
lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :

1. ontologi
2. epistemologi
3. axiologi

Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian
ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta
bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan subjek/manusia.

Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu,


bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar.

Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan


etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.

Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas


di dalamnya sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam
filsafat ilmu, masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan
topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk ke dalam salahsatu lingkup
filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam lingkup filsafat
ilmu adalah (Ismaun) :

1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu


2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah logis tentang ilmu
5. masalah-masalah etis tentang ilmu
6. masalah-masalah tentang estetika
Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah
metafisika ini terkadang dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena
sebenarnya metafisika juga mencakup telaahan lainnya seperti telaahan
tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan teori pengetahuan
dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan
ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas
metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur

30
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya. Masalah logis berkaitan


dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama berkenaan
dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari
suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu
memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat.
Sementara itu masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-
nilai keindahan dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek
aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.

D. ILMU DAN KEHIDUPAN

Lahirnya dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan telah banyak


membawa perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin
intensnya penerapan Ilmu dalam bentuk Teknologi yang telah menjadikan
manusia lebih mampu memahami berbagai gejala serta mengatur Kehidupan
secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai
dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi
dan tujuan ilmu itu sendiri

Kerlinger dalam melihat fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokan


dua sudut pandang tentang ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan
dinamis. Dalam pandangan statis, ilmu merupakan aktivitas yang memberi
sumbangan bagi sistimatisasi informasi bagi dunia, tugas ilmuwan adalah
menemukan fakta baru dan menambahkannya pada kumpulan informasi yang
sudah ada, oleh karena itu ilmu dianggap sebagai sekumpulan fakta, serta
merupakan suatu cara menjelaskan gejala-gejala yang diobservasi, berarti
bahwa dalam pandangan ini penekanannya terletak pada keadaan
pengetahuan/ilmu yang ada sekarang serta upaya penambahannya baik hukum,
prinsip ataupun teori-teori. Dalam pandangan ini, fungsi ilmu lebih bersifat
praktis yakni sebagai disiplin atau aktivitas untuk memperbaiki sesuatu,
membuat kemajuan, mempelajari fakta serta memajukan pengetahuan untuk
memperbaiki sesuatu (bidang-bidang kehidupan).

31
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Pandangan ke dua tentang ilmu adalah pandangan dinamis atau


pandangan heuristik (arti heuristik adalah menemukan), dalam pandangan ini
ilmu dilihat lebih dari sekedar aktivitas, penekanannya terutama pada teori dan
skema konseptual yang saling berkaitan yang sangat penting bagi penelitian.
Dalam pandangan ini fungsi ilmu adalah untuk membentuk hukum-hukum
umum yang melingkupi prilaku dari kejadian-kejadian empiris atau objek
empiris yang menjadi perhatiannya sehingga memberikan kemampuan
menghubungkan berbagai kejadian yang terpisah-pisah serta dapat secara tepat
memprediksi kejadian-kejadian masa datang, seperti dikemukakan oleh
Braithwaite dalam bukunya Scientific Explanation bahwa the function of
science… is to establish general laws covering the behaviour of the empirical
events or objects with which the science in question is concerned, and thereby
to enable us to connect together our knowledge of the separately known
events, and to make reliable predictions of events as yet unknown.
Dengan memperhatikan penjelasan di atas nampaknya ilmu
mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia, Ilmu dapat
membantu untuk memahami, menjelaskan, mengatur dan memprediksi
berbagai kejadian baik yang bersifat kealaman maupun sosial yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Setiap masalah yang dihadapi manusia selalu
diupayakan untuk dipecahkan agar dapat dipahami, dan setelah itu manusia
menjadi mampu untuk mengaturnya serta dapat memprediksi (sampai batas
tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya, dan dengan kemampuan prediksi tersebut maka
perkiraan masa depan dapat didesain dengan baik meskipun hal itu bersifat
probabilistik, mengingat dalam kenyataannya sering terjadi hal-hal yang
bersifat unpredictable.

E. KEHIDUPAN DAN ALAM


Manusia yang berfungsi daya nalarnya (akalnya) selain mengenali dirinya
sendiri, ia sudah dapat mengenal lingkungannya. Orang-orang yang ada di

32
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

sekitarnya, demikian pula benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dapat ia lihat


dan rasakan, semua itu membentuk dalam benaknya konsep "alam" dan
"kehidupan". Konsep ini berkembang menuju suatu kesempurnaan melalui ajaran
kepercayaan atau agama yang dianut masyarakatnya terutama orang tuanya, dan
melalui pendidikan dan penga¬jaran yang diterimanya kemudian.
Dewasa ini pengetahuan manusia tentang "alam" sudah sangat luas, dan
ilmu serta teknologi sudah sedemikian majunya, seakan-akan manusia sudah
mampu menguasai alam raya dengan keberhasilannya menerobos angkasa luar
dan memecahkan atom, seandainya tiada gempa bumi hebat yang mengguncang
Armenia, angin taufan dahsyat yang menyapu pantai-pantai Amerika dan Jepang,
banjir-banjir besar yang melanda Anak Benua India, dan lain-lain bencana alam
dan penyakit-penyakit aneh seperti AIDS yang semua itu mempertunjukkan
kelemahan kekuasaan dan keterbatasan pengetahuan manusia itu. Sejauh
perkem¬bangan yang sudah begitu majunya, kehidupan manusia tetap saja
menjadi masalah misterius seperti sediakala.
Alam raya ini, yang sukar digambarkan luasnya dan banyaknya, serta
makhluk manusia yang sangat menonjol di antara seluruh makhluk yang mengisi
alam raya ini, sudah menjalani proses kehidupan sekian kurun waktu lamanya
sehingga sukar digambarkan dengan bilangan abad atau diukur dengan tahun
cahaya.
Manusia yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menalar dengan
akalnya sudah cukup banyak mengetahui proses kehidupan itu, sekalipun mereka
tidak mampu mengetahui hakekat dari kehidupan itu sendiri. Di dalam
pengetahuan manusia yang begitu luas dan berkembang terus, minat untuk
mengetahui pangkal dan ujung (mabda' dan ma'ad) kehidupan itu, kurang
seimbang dengan minat dan upaya mengetahui proses kehidupan itu. Sehingga
pada umumnya pengetahuan manusia itu menjadi pincang dan tidak utuh. Upaya
mengetahui proses kehidupan yang berkembang sepanjang sejarah peradaban
manusia, telah mengantarkan manusia mengenal adanya hukum-hukum yang pasti
dan teliti menguasai alam raya ini.
Gambaran yang nyata dari pengetahuan ini terlihat dengan jelas dalam ilmu-
ilmu fisika, kimia, biologi dan astronomi. Ilmu-ilmu tersebut mengungkapkan
betapa alam raya ini tercipta secara teratur dan terkontrol sedemikian teliti dengan

33
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

hukum-hukum yang pasti. Ilmu pengetahuan astronomi memperkenalkan betapa


teraturnya gerakan bintang-bintang pada garis edarnya masing-masing.
Bumi tempat kita hidup, yang berputar pada sumbunya dan beredar pada
orbitnya di sekeliling matahari dalam jangka waktu tertentu dan pasti
menyebabkan silih bergantinya siang dan malam, dan bertukarnya satu musim ke
musim yang lain dengan sangat teratur, semuanya berjalan secara eksakta (tepat)
dan dapat dihitung secara matematik. Selanjutnya ilmu pengetahuan alam
memperkenalkan adanya hukum fisika, kimia, serta biologi, seperti hukum
propors, hukum konservasi, hukum gerak, hukum gravitasi, hukum relativitas,
hukum Pascal, kode genetik, hukum reproduksi dan embriologi.
Penemuan hukum-hukum alam (natuurwet) sebagaimana disinggung di atas
memberikan informasi yang jelas betapa alam raya ini mulai dari bagian-
bagiannya yang terkecil seperti partikel-partikel dalam inti atom yang sukar
dibayangkan kecilnya sampai kepada galaksi-galaksi yang tak terbayangkan besar
dan luasnya, semua bergerak menurut ketentuan-ketentuan hukum alam yang
mengaturnya. Dan yang lebih dekat dapat diamati ialah pada tubuh jasmani kita
sendiri. Ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa tubuh manusia terdiri dari 50
juta sel, jumlah panjang jaringan pembuluh darahnya sampai 100.000 km dan
lebih 500 macam proses kimiawi terjadi di dalam hati.
Tubuh manusia jauh lebih rumit dan lebih menakjubkan daripada pesawat
komputer. Fungsi-fungsi tubuh yang tidak tampak, lebih mengesankan lagi. Tanpa
kita sadari tubuh mengatur suhu badan kita, tekanan darah kita, pencernaan dan
tugas-tugas lain yang tidak terbilang banyaknya. Pusat pengatur tubuh, yakni otak,
memiliki daya rekam dan kemampuan menyimpan lebih banyak informasi
dibandingkan dengan pesawat apapun. Organ-organ tubuh itu bekerja secara
otomatis di luar kehendak dan pengetahuan kita. Peredaran darah, paru-paru,
jantung, ginjal dan pernafasan terus bekerja secara rutin dengan teliti, meskipun
tidak diperintahkan sang manusia itu sendiri. Bahkan mungkin sekali ia tidak
mengetahui betapa sibuknya organ-organ tubuh itu melaksanakan tugasnya
masing-masing, demi kelangsungan hidup manusia.
Perkembangan mutakhir dari ilmu pengetahuan, yang ditandai dengan
lahirnya ilmu-ilmu sosial, bermuara kepada suatu kesimpulan yang sama, bahwa
manusia dan masyarakatnya dikuasai juga oleh hukum-hukum yang teliti dan

34
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

pasti, tidak ada bedanya dengan alam di luar manusia. Ilmu-ilmu ini
mengungkapkan bahwa kehidupan dan perilaku manusia diatur oleh ketentuan-
ketentuan yang ada di luar kemauan manusia itu, seperti hukum-hukum ekologi
(pengaruh lingkungan), dorongan naluriah, warisan genetik, kekuatan
supranatural, dan hukum sejarah.
Di balik penemuan-penemuan ilmiah tersebut di atas muncul suatu teori
ilmiah baru yang disebut "deteminisme ilmiah" (al-jabriyah al-`ilmiyah) yang
melukiskan manusia sebagai pion-pion nasib (sesuatu yang sudah ditentukan
semula). Stoicisme melihat bahwa manusia bahkan seluruh alam telah ditentukan
secara rasional oleh akal universal (ini istilah filsafat yang berarti kekuatan yang
merupakan sumber pengaturan alam semesta). Menurut teori ini, tugas manusia
hanyalah memahami dan menempatkan dirinya dalam kerangka akal universal
terseb ut.
Adanya sejumlah ketentuan yang pasti dan berlaku sebagai hukum yang
mengatur segala makhluk dan gerak di alam raya ini, biasanya dalam bahasa ilmu
pengetahuan disebut `natuurwet' atau hukum alam. Di dalam bahasa Alquran,
kadangkala disebut "sunnatullah" seperti dalam surat al-Fathir ayat 43: Maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat ergantian bagi sunnatullah itu dan sekali-
kali kamu tidak pula menemui penyimpangan dari sunnatullah itu.
Dalam terminologi teologi, hal semacam itu termasuk dalam kategori qadha
dan qadar (takdir). Namun istilah ini lebih mendominasi hal-hal yang
bersangkutan dengan perilaku manusia, dan seringkali secara kurang hati-hati
dianggap identik dengan faham Jabariah (teori determinisme). Sumber,
http://mubarok-institute.blogspot.com

F. PERMASALAHAN FILSAFAT :
1. Persoalan Filsafat

Ada enam persoalan yang selalu menjadi bahan perhatian para filsuf dan
memerlukan jawaban secara radikal, dimana tiap-tiapnya menjadi salah satu
cabang dari filsafat yaitu : ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas,
dan keindahan.

35
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

a. Tentang ”Ada”

Persoalan tentang ”äda” ( being ) menghasilkan cabang filsafat metafisika;


dimana sebagai salah satu cabang filsafat metafisika sendiri mencakup
persoalan ontologis, kosmologi ( perkembangan alam semesta ) dan
antropologis ( perkembangan sosial budaya manusia ). Ketiga hal tersebut
memiliki titik sentral kajian tersendiri.

b. Tentang ”Pengetahuan” ( knowledge )

Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat


epistemologi ( filsafat pengetahuan ). Istilah epistemologi sendiri berasal
dari kata episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos
berarti teori. Jadi, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan,
struktur, metode dan validitas pengetahuan.

c. Tentang ”Metode”( method )

Persoalan tentang metode ( method ) menghasilkan cabang filsafat


metologi atau kajian / telaah dan penyusunan secara sistematik dari
beberapa proses dan azas-azas logis dan percobaan yang sistematis yang
menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah; atau sebagai penyusun ilmu-
ilmu vak.

d. Tentang ”Penyimpulan”

Logika ( logis ) yaitu ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir


tepat dan benar. Dimana berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi
manusia. Logika sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu logika ilmiah dan
logika kodratiah. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan
untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat
yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan

36
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari
persoalan tentang penyimpulan.

e. Tentang ”Moralitas” ( morality )

Moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Etika sebagai salah


satu cabang filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal.

f. Tentang ”Keindahan”

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang lahir dari persoalan tentang
keindahan. Merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan
ketidakindahan. Lebih jauhnya lagi, mengenai sesuatu yang indah terutama
dalam masalah seni dan rasa serta norma-norma nilai dalam seni.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

2. Makna

Definisi ”makna” berdasarkan kesepakatan kelompok diskusi adalah :


Interpretasi/penafsiran subjektif terhadap sesuatu (bersifat internal/eksternal)
yang dihasilkan dari proses berfikir rasional/irrasional sehingga dapat
memberikan manfaat.

Makna merupakan salah satu unsur sarana ilmiah yang harus dikuasai
oleh seorang ilmuwan, supaya dalam uraian ilmiahnya mudah dipahami dan
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu istilah-istilah yang
digunakan harus dimaknai untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
istilah-istilah tersebut, harus jelas dan singkat serta mudah dipahami.

3. Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna


dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan
oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui
tahap-tahap metode ilmiah.

37
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta
dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada
dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non
ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang
mampu meletakkan manusia dalam dunianya.
Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu
pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya
yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai
proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa
ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran
yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa
mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil
temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem (Wibisono, 1982).
Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah
telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan
fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian
dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran
manusia.
a. Hakekat Kebenaran
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah
dilaksanakan. Yang pasti bahwa benar” itu pasti “tidak salah”. Pertanyaan-
pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki
empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara
baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya kita sering menganggap
sesuatu sebagai yang memang sudah demikian wajarnya. Banyak para ahli
yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk
bagaimana membuktikannya. Masalah hakekat kebenaran ini bisa diulas
dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan
kebenaran filsafat.
Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah
sifatnya lebih sahih, logis, terbukti, terukur dengan parameter yang jelas,
bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filsafat selalu salah. Malah
bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat terbukti lebih

38
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

“benar” daripada kebenaran ilmiah yang disusun dengan logika,


penelitian dan analisa ilmu yang matang. Contoh menarik adalah kasus
patung Kouros yang telah diteliti dan dibuktikan keasliannya oleh puluhan
pakar selama lebih dari 1,5 tahun di tahun 1983, bahkan juga dianalisa
dengan berbagai alat canggih seperti mikroskop elektron, mass
spectrometry, x-ray diffraction, dsb. Namun beberapa pakar lain (George
Despinis, Angelos Delivorrias) menggunakan pendekatan intuitif sebagai
ahli geologi dan mengatakan bahwa patung tersebut palsu karenaterlalu
fresh, seolah tidak pernah terkubur, kelihatan janggal. Akhirnya patung itu
dibeli dengan harga tinggi oleh museum J. Paul Getty di California dengan
asumsi kebenaran ilmiah lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataan
kemudian membuktikan bahwa semua dokumen tentang surat tersebut
palsu, dan patung itu dipahat disebuah bengkel tempa di Roma tahun 1980.
Cerita ini menjadi pengantar buku bestseller berjudul Blink karya Malcolm
Gladwell.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki tentang asal,
sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi berkaitan
dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan
dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, sehingga
tepat apabila dihubung-hubungkankan dengan metodologi.
Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan
yang matang dan mapan, sistematis dan logis. Pada dasarnya metode
ilmiah dilandasi:
Kerangka pemikiran yang logis.
Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka
pemikiran.
Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara
faktual.

Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang


dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis
mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya
mengenai suatu gejala bersifat rasional. Lanigan, mengatakan bahwa
dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang

39
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau


lebih teori kebenaran.

b. Teori Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa
yang dianggapnya benar. Oleh sebab itu ada beberapa teori yang
dicetuskan dalam melihat kriteria kebenaran. Yang pertama adalah teori
koherensi. Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan
kesimpulan yang ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan
kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa berdsarkan teori koherensi suatu pernyatan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika
adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdsarkan teori koheren
Paham lain adalah kebenaran yang didasarkan pada teori
korespondensi. Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan
adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang menyatakan bahwa “
ibukota republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu adalah
benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat factual yakni
Jakarta memang ibukota republik Indonesia.
Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1924) dalam
sebuah makalah yang terbit tahun 1878 yang berjudul “How to make Our
Ideas Clear.” Teori ini kemudian dikembangkan oleh para filsuf Amerika.
Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatau pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungisional dalam kehidupan
praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan umat manusia. Kaum pragmatis berpaling kepada metode
ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang
dianggapnya fungisional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala

40
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

alamiah. Kriteria pragmatisme ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam


menentukan kebenaran dilihat dari perspektif waktu.

c. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses
penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat
ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
 Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila
memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah
perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis,
artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi
dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
 Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar
apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya
berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju
oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika
induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan
akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan
dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik
mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik
Undip ada di Tembalang.
 Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila
konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya
metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal
umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus
mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus
mengikuti kegiatan Ospek.

41
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

d. Kebenaran non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran
logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah.
Beberapa diantaranya adalah:
Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari
kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan
karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa
dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara
kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S.
Summers.
Kebenaran karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah
serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah
secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat
utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini.
Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â
Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari
Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca
indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar
tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran
intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering
dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah
daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros
dan museum Getty diatas.
Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh
karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi
dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu.
Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan
meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan

42
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada
trial-error.
Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena
pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan,
pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam
suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya
diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar
tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.

e. Kebenaran Filsafat
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan
sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau
mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan
pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok
(madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya) mungkin terminologi
yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias
menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran
realisme dan naturalisme sekaligus.
Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan
sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti
berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima
sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah
nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi
merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada
diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan
pengalaman sebagai pernyataan pikiran.

43
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus,


yang sarat dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat
praktis, karena praktis berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.

4. Mencari Kebenaran

Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana


tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenaran masing-masing.
a) Definisi Penalaran
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara
simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa, dan
setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuannya itu. Dia
mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana
yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara terus
menerus dia selalu hidup dalam pilihan.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan
pengetahuan ini sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai
pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya. Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dan memikirkan hal-hal
baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk
kelangsungan hidupnya, namun lebih dari pada itu. Manusia
mengembangkan kebudayaan; memberi makna bagi kehidupan; manusia
„memanusiakan” diri dalam dalam hidupnya. Intinya adalah manusia di
dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar
kelangsungan hidupnya. Inilah yang membuat manusia mengembangkan
pengetahuannya dan pengetahuan ini mendorong manusia menjadi
makhluk yang bersifat khas.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan oleh dua
hal utama;

44
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Bahasa; manusia mempunyai bahasa yang mampu


mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar
belakangi informasi tersebut.
Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan
pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang
mampu menalar.
b) Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap
dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan
perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama oleh
sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang
benar itupun berbeda-beda dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran
mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria
kebenaran ini merupakan landasan bagi proses kebenaran tersebut.
Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenaran masing-
masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-
ciri tertentu
Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat
disebut logika, dan tiap penalaran mempunyai logika tersendiri atau dapat
juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu kegiatan
berpikir logis, dimana berpikir logis di sini harus diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu.

45
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang
mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan
konsekuensi dari suatu pola berpikir tertentu.
c) Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir ituharus dilakukan cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat
didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.”
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk
sesuai dengan dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran
maka hanya difokuskan kepada dua jenis penarikan kesimpulan, yakni
logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan bersifat umum. Sedangkan logika deduktif, menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual (khusus).
d) Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik dari suatau
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individu.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang bersifat khas dan dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai
dua keuntungan.
a) Bersifat ekonomis.

46
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

b) Dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya.

e) Deduksi
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebalikny dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pertanyaan dan
satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Jadi ketepatan penarikan
kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Sekiranya
salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka
kesimpulan yang akan ditariknya akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif.
f) Mendapatkan Pengetahuan yang Benar
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu, baik logika deduktif
maupun logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan
premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar.
Kenyataan ini membawa kita kepada pertanyaan; bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan yang benar tersebut. Pada dasarnya terdapat
dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua
mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mendasarkan diri
kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada
pengalaman.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari
ide yang dianggapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka
bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh
sebelum manusia memikirkannya. Paham ini dikenal dengan nama

47
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut


yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan
bersifat apriori dan dapat diketahui manusia lewat kemampuan berpikir
rasionalnya. Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip justru sebaliknya,
hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat penalaran rasionil
itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam
alam sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagi kaum
rasionalis adalah bersifat apriori dan pengalaman yang didapatkan manusia
lewat penalaran rasional.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat
bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran yang
abstrak namun lewat penalaran yang konkret dan dapat dinyatakan lewat
tangkapan panca indra.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk
mendapatkan pengetahuan yang lain. Yang penting untuk kita ketahui
adalah intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini, pengetahuan yang
didapatkan secara rasional dan empiris, kedua-duanya merupakan induk
produk dari sebauh rangkaian penalaran.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada
suatu masalah tiba-tiba mendapat jawaban atas permasalah tersebut. Tanpa
melaui proses berliku-liku dia sudah mendapatkan jawabannya.. intuisi
juga bisa bekerja dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban
atas suatu permasalahan ditemukan jawabannya tidak pada saat sesorang
itu secara sadar sedang menggelutinya. Intuisi bersifat personal dan tidak
bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara
teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan. Pengetahuan inuitif dapat
digunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
benar atau tidaknya suatu penalaran.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutusnya
sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai
kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup

48
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

masalah yang bersifat transedental kepercayaan kepada Tuhan yang


merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai suatu
pengantara dan kepercayaan terhadap suatu wahyu sebagai cara
penyampaian merupakan titik dasar dari penyusunan pengetahuan ini..
kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatau pernyataan harus
dipercaya dulu baru bisa diterima. Dan pernyataan ini bisa saja dikaji lewat
metode lain. Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-
pernyataan yang terkandung didalamnya konsisten atau tidak.di pihak lain
secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan
tersebut.
Dalam memulai mencari kebenaran, pada tahap ini kita akan
menghadapi pertanyaan ”what” dan ”when” (apa dan kapan). Kemudian
jalan pembuktiannya kita lakukan. Dalam pembuktian ini kita memasuki
tahap ”why” dan ”how” (mengapa dan bagaimana). Karena pencarian
kebenaran sampai pada tahap ini maka dalam mencari kebenaran kita
harus menggunakan alur rasio kita (thinking), dengan melibatkan seluruh
panca indera kita (feeling), disertai dengan mengerahkan kemampuan
untuk merasakan sesuatu (sensing) sampai batas menemukan suatu
kebenaran dan pembenaran yang hakiki (believing). Dan pada akhirnya
akhir ataupun ujung dari proses pencarian/menemukan suatu kebenaran ini
sangat bersifat relatif bergantung masing-masing individu sesuai dengan
kapasitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena setiap orang
memiliki persepsi yang sangat berbeda tentang kebenaran.

G. KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN KEBENARAN

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa filsafat berkembang demikian
luas sejak jaman Yunani kuno sampai dengan jaman modern ini. Pada intinya
setiap orang yang berfilsafat berupaya untuk menemukan kebenaran yang
hakiki. Untuk menemukan kebenaran ternyata sangat relatif sekali, yaitu
tergantung kapasitas ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut.

49
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan


filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya
menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal
tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta
sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan
yang terorganisisr dan sistematis.

Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia


merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada
hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu
pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama
hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu
itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan
telaahannya

Dalam memperoleh kebenaran yang bermakna dan makna yang benar setiap
individu harus menggunakan cara memperoleh kebenaran dengan menggunakan
empat alur pemikiran filsafati yaitu : Alur rasional (thingking), Empirik (sensing),
intuisi (feeling), dan Autoritarian atau kepercayaan (believing). Oleh karena itu
kebenaran yang diperoleh manusia adalah relatif, tergantung cara memperoleh
kebenaran yang dipakai, sedang kebenaran yang berasal dari tuhan bersifat hakiki.

50
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

BAB III

KESIMPULAN

Berfilsafat bisa dilakukan oleh setiap orang. Seseorang yang berfilsafat pada
hakikatnya sedang mempelajari dirinya sendiri. Karena seseorang yang berfilsafat
pada penghujung petualangannya dengan suatu tindakan berpikir yang menggunakan
akal budi untuk mencari dan menemukan menemukan kebenaran hakiki. Tetapi
kebenaran ini sangat bersifat relatif bergantung kapasitas ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya. Semakin kaya seseorang dengan ilmu dan pengalaman maka semakin
luas pula ruang lingkup filsafat yang akan dia jangkau.

Dengan berfilsafat seharusnya seseorang akan lebih mengerti hakikat


kehadirannya dalam kehidupan didunia ini, yang pada akhirnya akan menyadarkan
bahwa dirinya adalah makhluk kecil yang tiada berdaya dengan segala keterbatasan
ditengah semesta keluasan dan kemahakuasaan Tuhan yang Maha Esa. Seorang teman
pernah mengatakan ”seseorang tak akan bisa menguasai semuanya, tetapi ”sesuatu”
pasti dimiliki setiap orang.

51
Download versi file Ms. Word-nya di:
http://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

http://duaberita.blog.friendster.com

http://cacau.blogsome.com/

http://mawardiumm.blogspot.com/

hhttp://mubarok-institute.blogspot.com

http://purmadi.wordpress.com/2007/09/15/filsafat-dan-pembagiannya/

http://uharsputra.files.wordpress.com/2007/04/fllsafat-ilmu.doc

Jujun S. Suriasumantri (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan

Misnal Munir (2004). Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Saidihardjo (2006). Diktat Kuliah Filsafat Ilmu. UNY

52

You might also like